• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Isi Rubrik Panji Isya Di Radio Wadi 99,7 Fm Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Isi Rubrik Panji Isya Di Radio Wadi 99,7 Fm Bogor"

Copied!
116
0
0

Teks penuh

(1)

99,7 FM BOGOR

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Islam (S. Kom. I)

Disusun Oleh: Mustika Destipiani NIM: 109051000100

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

U N I V E R S I T A S I S L A M N E G E R I

SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)

Skripsi yang berjudul ANALISIS

ISI

RUBRIK PANJI ISYA DI RADIO WADI 99,7

FM

BOGOR telah diujikan dalam sidang munaqasyah

Fakultas I[nu Dakr.vah dan Ilmu Kornunikasi UIN Syarif Hida,vattrllah .lal<afta

pada tanggal 30 September 2013. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu

syarat memperoleh gelar Sarjana Komunikasi lslam (S.Kom'1.) pada jurusan

Komunikasi dan Penyiaran Islam.

Jakafta, 30 September 201 3

Sidang Munaqasyah

Anggota,

9601207 1

Pembimbing

NIP.

Sekretaris

(4)

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

l.

Skripsi

ini

merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini saya cantumkan sesuai

dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya

ini

bukan hasil asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, September 2013 J.

tv

--:

(5)

v MUSTIKA DESTIPIANI

NIM: 109051000100

Analisis Isi Rubrik Panji Isya di Radio Wadi 99,7 FM Bogor

Kelebihan media massa elektronik radio adalah berada di mana saja. Kemampuan yang tinggi untuk menjangkau setiap pendengarnya yang sedang melakukan kegiatan-kegiatan atau pun sedang menikmatinya. Kecanggihan teknologi komunikasi radio juga turut serta memengaruhi seluruh aspek kehidupan manusia, termasuk dalam kegiatan dakwah. Dengan mengetahui kelebihan radio, maka media radio dapat dimanfaatkan sebagai media dakwah. Namun, Saat ini banyak media yang dikuasai oleh penguasa-penguasa sekuler dan banyak dimasuki informasi yang menyimpang dan tidak berimbang. Penyimpangan yang ada pada media lain, mereka melandaskan pada pemahaman ajaran Islam. Namun, mereka tidak menggunakan ajaran Islam tersebut. maka Wadi hadir dengan format Ahlussunnah Wal Jama’ah sebagai penyeimbang dari aliran-aliran Islam yang justru bukan membangkitkan melainkan merusak umat Islam.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti melakukan penelitian di radio Wadi 99,7 FM dan mengkhususkan pada rubrik Panji Isya edisi April-Juni 2013 dengan merumuskan dua pertanyaan yakni bagaimana isi pesan dakwah yang terdapat dalam rubrik Panji Isya? Dan melihat pesan apa yang paling dominan pada rubrik Panji Isya?

Peneliti menggunakan metode pendekatan kuantiatif untuk memperoleh data secara objektif dan akurat dengan menggunakan 3 orang juri yang kompeten di bidang pendidikan agama Islam. Dan selanjutnya peneliti menggunakan rumus Holsti (1969) untuk mencari koefisien reabilitas kategori antar juri dan untuk mengukur rata-rata perbandingan antar juri.

Penelitian ini menggunakan teori Holsti. Holsti mendefinisikan “Analisis isi sebagai teknik apapun yang digunakan untuk menarik kesimpulan melalui usaha menentukan karakteristik pesan dan dilakukan secara objektif dan

sistematis”. Penelitian ini menggunakan analisis isi versi Holsti dengan menggunakan pendekatan kuantitatif ketepatan dan mengidentifikasikan isi pesan seperti perhitungan dan penyebutan berulang dari kata tertentu, konsep, tema, atau penyajian suatu informasi.

(6)

vi

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan karunia yang tidak terhingga banyaknya. Demikian pula tak luput penulis ucapkan shalawat beriring salam kepada Imamnya para Nabi dan Rasul, Imamnya para orang-orang yang bertakwa yaitu Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat dan pengikutnya yang setia hingga akhir zaman.

Skripsi berjudul ANALISIS ISI RUBRIK PANJI ISYA DI RADIO WADI 99,7 FM BOGOR, telah diselesaikan dengan baik dan sesuai dengan jadwal waktu yang direncanakan.

Penulisan skripsi ini merupakan salah satu persyaratan yang harus ditempuh untuk menyelesaikan pendidikan strata 1 (S1) jurusan Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dalam kebahagian ini Penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih yang tidak terhingga, karena atas bantuan dan dukungan mereka skripsi ini dapat diselesaikan, yaitu kepada:

1. Bapak Dr. Arief Subhan, MA., sebagai Dekan Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi, serta pembantu dekan Bapak Drs. Wahidin Saputra, M.Ag., Bapak Drs, Mahmud Jalal, M.A., dan Bapak Drs. Study Rizal LK, M.A. 2. Bapak Drs. Jumroni, M.Si., sebagai Ketua Jurusan Komunikasi Penyiaran

Islam Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi, serta sekretaris Ibu Dra. Hj. Umi Musyarofah, M.A.

3. Ibu Dra. Rini Laili Prihartini, M.Si., sebagai Dosen Pembimbing Akademik yang telah membantu dan memberikan arahan kepada penulis untuk dapat menyusun skripsi ini.

4. Ibu Dr. Fatmawati MA., sebagai Dosen Pembimbing Skripsi penulis yang sudah berkenan memberikan waktu dan arahannya dengan antusias tinggi dalam rangka menyelesaikan skripsi ini.

(7)

vii

Hidayatullah maupun Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi atas pelayanannya yang sangat membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Radio Wadi FM Bogor, khususnya penanggung jawab radio serta para crew, penulis ucapkan terima kasih atas bantuan yang telah diberikan kepada penulis untuk memperoleh data-data dalam penyelesaian skripsi ini.

7. Ayahanda dan Ibunda yang selalu memberikan yang terbaik yang tiada balasannya untuk keberhasilan anak-anaknya dari dalam kandungan sampai saat ini.

8. Kawan-kawan KPI C angkatan 2009, serta para sahabat penulis lainnya, yang senantiasa memberi spirit dan motivasi.

9. Kawan-kawan KKS SATU 2012, yang telah memberikan dukungan serta motivasi baik di saat suka dan duka.

Sekali lagi Penulis mengucapkan terima kasih atas dukungan dan bantuan semua pihak, semoga Allah Yang Maha Kuasa memberikan balasan yang berlipat ganda atas semua yang telah kita lakukan, amiin.

Wassalamu’alaikum. Wr. Wb

Jakarta, 19 September 2013

(8)

viii

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan dan Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 6

D. Tinjauan Pustaka ... 7

E. Metodologi Penelitian ... 9

F. Sistematika Penulisan ... 14

BAB II KERANGKA TEORITIS A. Analisis Isi ... 16

B. Dakwah ... 18

1. Pengertian ... 18

2. Unsur-unsur Dakwah ... 22

3. Kategori Pesan Dakwah ... 36

C. Radio... 37

1. Pengertian ... 37

2. Fungsi Radio ... 38

(9)

ix PROFIL RUBRIK PANJI ISYA

A. Sejarah dan Latar Belakang Berdiri ... 42

B. Visi dan Misi ... 44

C. Profil Perusahaan ... 45

D. Struktur Kepengurusan ... 47

E. Program Radio ... 48

F. Profil Rubrik Panji Isya ... 50

BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA A. Isi Pesan Dakwah ... 52

B. Pesan Dakwah yang Dominan ... 66

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 70

B. Saran-saran ... 71 DAFTAR PUSTAKA

(10)

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Teknologi dan informasi di zaman sekarang sangat maju dan pesat serta modern, di mana metode dan media yang digunakan dalam berkomunikasi dan berdakwah juga menyesuaikan perkembangan zaman tanpa meninggalkan metode dan media lama yang tradisional dan klasik. Lajunya perkembangan zaman memacu tingkat kemajuan ilmu dan teknologi komunikasi sebagai sebuah sarana yang dapat menghubungkan suatu masyarakat di satu tempat dengan masyarakat di tempat lain. Dan kecanggihan teknologi yang ikut memengaruhi aspek kehidupan manusia.1

Media massa memiliki karakteristik dan kemampuan dalam menarik perhatian khalayaknya secara serempak dan serentak. Sesuai dengan sifatnya yang digunakan untuk menyampaikan pesan komunikasi massa, media massa harus mendapatkan perhatian dan pengawasan yang lebih. Karena hal ini bersangkutan dengan terpaan media terhadap khalayak.2

Ciri utama yang paling jelas dimiliki media massa adalah bahwa institusi ini dirancang untuk dapat menjangkau masyarakat luas. Potensi

audience dipandang sebagai kumpulan orang dalam jumlah besar yang memiliki sifat tidak saling mengenal satu sama lain. Begitu pula hubungan antara pengirim pesan (sender) atau penerima pesan (receiver), adalah tidak saling mengenal.3

1

M. Bahri Ghazali, Dakwah Komunikatif, Jakarta: CV. Pedoman Ilmu, 1997, cet. Ke-1, h. 33.

2

Elvinaro Ardianto dan Lukiati Komala Erdinaya, Komunikasi Massa Suatu Pengantar,

Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2004, h. 39.

3

(11)

Kelebihan media massa elektronik radio adalah berada di mana saja. Kemampuan yang tinggi untuk menjangkau setiap pendengarnya yang sedang melakukan kegiatan-kegiatan atau pun sedang menikmatinya. Secara potensial radio memungkinkan untuk menjangkau seluruh penduduk, karena dengan biaya yang sedikit. Radio melibatkan dan merancang imajinasi, dimensi waktu dan ruang yang dikembangkan.4

Radio mendapat julukan kekuatan ke lima (the fifth estate). Hal ini disebabkan radio siaran juga dapat melakukan fungsi kontrol sosial seperti surat kabar, di samping empat fungsi lainnya yakni memberikan informasi, menghibur, mendidik dan melakukan persuasi. Kekuatan radio siaran dalam mempengaruhi khalayak sudah dibuktikan dari masa ke masa di berbagai Negara.5

Kecanggihan teknologi komunikasi radio juga turut serta memengaruhi seluruh aspek kehidupan manusia, termasuk dalam kegiatan dakwah. Dengan mengetahui kelebihan radio, maka media radio dapat dimanfaatkan sebagai media dakwah. Karena sangat diharapkan dengan dakwah yang dilakukan melalui program siaran radio, dapat berjalan efektif dan efisien sebagai salah satu pola penyampaian informasi dan upaya transfer ilmu pengetahuan dan agama.6

Islam adalah agama yang menyerukan kepada Amar Ma’ruf Nahi

Munkar. Perintah Allah untuk menyeru kepada sekalian manusia merupakan

4

Howard Goug, Perencanaan Penyajian Produksi Program Radio, Jakarta: Pengurus Pusat HPPI (Himpunan Praktisi Penyiaran Indonesia, 1999, h. 272.

5

Onong Uchana Effendy, Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi, Bandung: Citra Aditiya Bakti, 2003, cet. Ke-3, h. 49.

6

(12)

perintah untuk berinteraksi melalui informasi dan komunikasi. Al-Qur’an adalah sumber informasi mengenai keagamaan (Islam) dari Tuhan kepada umat manusia sebagai pemeluk Islam. Demikian pula sabda Rasulullah SAW.

ةيٰاولو ينع اوغلب

Sampaikan dariku walaupun hanya satu ayat” (HR. Al-Bukhari). Ini

menunjukkan bahwa Rasulullah SAW. memerintahkan untuk menyebarkan informasi yang berasal dari beliau.7

Wadah Dakwah Islam atau yang disingkat menjadi Wadi adalah Radio Dakwah Islam yang telah dikenal khususnya masyarakat Bogor dan umumnya masyarakat Jabodetabek, terutama di kalangan menengah kota yang sedang berkembang pesat. Wadi FM merupakan Radio Dakwah Islam berasaskan

Ahlussunnah Wal Jama’ah pilihan bagi pencari kebenaran yang mau

mempertahankan tradisi lama yang baik dan mengambil tradisi baru yang lebih baik. Hadir sebagai radio yang mengemas secara khusus keselarasan antara program dakwah, informasi dan hiburan yang disajikan penuh dengan kedamaian, ketentraman dan kesejukan sesuai dengan tema program

“DAMAIKAN HATI SEJUKKAN JIWA” dengan berbagai program yang

dikemas secara unik dan menarik, dan mampu memberikan hiburan yang islami. Serta kontribusi pengetahuan tentang nilai-nilai keislaman yang dikemas interaktif dan menghibur.

Selain itu, radio Wadi FM terletak tepat di Bogor dan berbasis sunda karena terdapat ranah Parahyangan, maka sapaan akrab untuk para crew di radio ini adalah akang untuk panggilan laki-laki dan teteh untuk panggilan

7

(13)

perempuan. Radio Wadi FM menyungsung Ahlussunnah Wal Jama’ah dan radio ini mengambil tahun hijriyah sebagai awal berdirinya, yaitu tepat pada tanggal 1 Muharram 1426.

Saat ini banyak media yang dikuasai oleh penguasa-penguasa sekuler dan banyak dimasuki informasi yang menyimpang dan tidak berimbang. Sehingga Islam dipandang angker di media-media. Radio Wadi FM di sini mencoba menyeimbangi informasi-informasi yang tidak islami dengan informasi yang islami. Selain itu, banyak faham-faham Islam sampai faham liberal dan faham-faham yang lain, yaitu pada akhirnya akan memecah umat, maka Wadi hadir dengan format Ahlussunnah Wal Jama’ah bermanhaz Aqidah Ahlussunnah Wal Jama’ah dari Imam Hasan Al Asy’ari sebagai penyeimbang dari aliran-aliran Islam yang justru bukan membangkitkan melainkan merusak umat Islam.

Penyimpangan yang ada pada media lain, mereka melandaskan pada pemahaman ajaran Islam. Namun, mereka tidak menggunakan ajaran Islam tersebut. Seperti halnya pemahaman mereka tentang tawasul itu tidak dibenarkan. Pada intinya tawasul itu sendiri merupakan wujud birokrasi umat sekarang terhadap umat terdahulu. Karena seandainya tidak ada jasa baik dan ijtihad umat terdahulu, maka tidak akan mungkin ada Iman dan Islam umat di akhir zaman. Inilah bukti komitmen orang yang bertawasul terhadap keberadaan mereka, sebagai realisasi perilaku orang-orang yang bermoral/berakhlak mulia.

(14)

format siaran (bil lisan) dan belum melalui format tulisan (bil qolam).

Panji Isya’ (Penerang Hati dan Jiwa Ba’da Isya’) merupakan salah satu rubrik acara di radio Wadi FM yang mengkaji Tauhid Ahlussunnah Wal

Jama’ah (Aswaja) oleh narasumber yang telah ditentukan. Format rubrik ini

disiarkan secara langsung oleh penyiar dan narasumber serta para pendengar

dapat berinteraktif via telepon atau pesan singkat. Selain Panji Isya’, program di Wadi terdapat beberapa Panji yaitu Panji Shubuh, Panji Dhuha dan Panji

Ashar. Namun, kajian antara keempat panji tersebut berbeda. Rubrik Panji Shubuh mengkaji kitab Kitab Tafsir Al-Qur’an. Sedangkan kajian dalam Panji

Dhuha adalah Tajwid, serta Panji Ashar mengkaji kajian Fiqih. Program Panji

Isya’ disiarkan secara langsung setiap hari pukul 20.00-21.00 WIB kecuali di

Bulan Ramadhan, Panji Isya’ tidak mengudara.8

Kini radio memiliki peranan yang cukup besar, salah satunya sebagaimana media dakwah yang baru. Karena banyak dilirik dan

dikembangkan oleh praktisi dakwah sebagai salah satu media alternatif penyampaian dakwah. Pada dasarnya materi utama dakwah bersumber dari

Al-Qur’an dan Hadits, pesan dakwah yang disampaikan harus dengan bahasa yang dapat dimengerti. Berdasarkan latar belakang dan pemikiran di atas,

maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan diberi judul:

“Analisis Isi Rubrik Panji Isya’di Radio WADI 99,7 FM Bogor”

8

(15)

B. Batasan dan Rumusan Masalah 1. Batasan Masalah

Dalam penyusunan skripsi ini, agar lebih terarah maka peneliti

membatasi masalah pada 10 (sepuluh) isi materi siaran rubrik “Panji Isya’”

yang disiarkan oleh Radio Wadi 99,7 FM pada bulan April-Juni 2013. 2. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut:

a. Bagaimana isi pesan dakwah yang terdapat dalam rubrik Panji Isya’ di radio Wadi 99,7 FM Bogor?

b. Apa pesan dakwah yang paling dominan yang terdapat dalam rubrik Panji Isya’ di radio Wadi 99,7 FM Bogor?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui dan menganalisis apa saja pesan dakwah yang terdapat dalam siaran rubrik Panji Isya’ di radio Wadi 99,7 FM Bogor. b. Untuk mengetahui dan menganalisis pesan dakwah yang dominan

yang terkandung dalam siaran Panji Isya’ di radio Wadi 99,7 FM Bogor.

2. Kegunaan Penelitian

(16)

a. Kegunaan Akademis

Penelitian ini diharapkan dapat berguna dan memberikan kontribusi dan tambahan referensi, informasi atau teori-teori bagi studi-studi selanjutnya khususnya mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang mempelajari tentang ilmu dakwah. Dan dapat memberikan gambaran tentang penggunaan media massa khususnya radio yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan dakwah Islam secara efektif dan efisien.

b. Kegunaan Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan motivasi dan kontribusi serta menambah wawasan bagi kalangan praktisi dakwah dan aktivis dakwah serta memberikan masukan terhadap para praktisi penyiaran terhadap pemanfaatan media elektronik sebagai media dakwah dengan kemasan yang lebih kreatif dan menarik. Kemudian

memberikan inspirasi bagi para da’i dalam kegiatan dakwahnya, tidak

hanya dilakukan di atas mimbar atau di dalam masjid saja, tetapi juga dapat dilakukan melalui media elektronik dengan tema kehidupan yang kaya akan pesan dakwah. Dan dapat memberi pengatahuan mengenai program dakwah di radio yang menarik serta dapat memenuhi kebutuhan spiritual khalayak dalam menjalani kehidupan sehari-hari.

D. Tinjauan Pustaka

(17)

dan subjek penelitian yang sama atau hampir sama dengan yang akan penulis teliti. Maksudnya adalah agar dapat diketahui bahwa apa yang penulis teliti sekarang tidak sama dengan penelitian skripsi terdahulu.

Setelah peneliti mengadakan suatu telaah kepustakaan di perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi maupun di perpustakaan utama Universitas Negeri Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, peneliti menemukan skripsi yang memiliki judul hampir sama dengan apa yang akan teliti. Ada beberapa judul skripsi yang penelitian yang terkait dengan penelitian ini. Untuk memperjelas bahwa penelitian ini tidak sama dengan penelitian sebelumnya, maka di sini peneliti mencoba menuliskan beberapa judul skripsi yang berkaitan, antara lain:

1. Analisis Isi Pesan Dakwah pada Program Kopiah di Radio Elgangga 100,3 FM Bekasi ditulis oleh Fifit Fitriansyah (2010). Berisi tentang isi pesan dakwah pada radio swasta yang berada di daerah bekasi. Program acara religious yang ditujukan untuk orang-orang dewasa yang disiarkan rutin setiap hari, yaitu program Kopiah.

2. Analisis Isi Materi Siaran Keagamaan Seputar Iman dan Islam di Radio Cakti Budhi Bhakti (CBB) 105,4 FM (2010). Berisi tentang analisis isi materi pada radio swasta yang ada di Jakarta Barat yaitu Radio CBB. Walaupun Radio CBB adalah radio pelopor dangdut Jakarta tetapi sangat kental dengan ajaran Islam, dengan mempunyai program acara religious setiap harinya seperti pada Obrolan Seputar Iman dan Islam.

(18)

di Radio Wadi 99,7 FM Bogor yang Berasaskan Ahlussunnah Wal Jama’ah Perbedaan dari penelitian sebelumnya yaitu terletak pada program yang disiarkan, waktu acara dan tempat penelitian. Selain itu objek penelitiannya juga berbeda.

E. Metodologi Penelitian 1. PendekatanPenelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode penelitian kuantitatif. Pendekatan kuantitatif merupakan salah satu pendekatan yang banyak digunakan dalam menganalisis isi pesan dalam komunikasi untuk mendapatkan data yang objektif dan akurat. Berdasarkan teori yang diungkapkan oleh Holsti. Holsti mendefinisikan analisis isi sebagai teknik apapun yang digunakan untuk menarik kesimpulan melalui usaha untuk menentukan karakteristik pesan dan dilakukan secara objektif dan sistematis.

Metode penelitian ini menggunakan analisis isi (content analysis) Metode yang digunakan oleh peneliti adalah dengan menggunakan metode deskriptif. “Metode deskriptif adalah penelitian yang memaparkan situasi atau peristiwa, di mana pada hakikatnya metode deskriptif adalah mengumpulkan data-data”.9

Sehingga penerapan media kuantitatif dalam penelitian ini sangat mengutamakan hasil perolehan data yang didapat melalui kategorisasi primer, observasi, wawancara dan dokumentasi dengan mendatangi langsung kantor radio Wadi 99,7 FM yang beralamat di Jl. Veteran III,

9

(19)

Loji Tapos Cileungsi-Ciawi, Bogor-Jawa Barat 16760 dan bertemu langsung dengan Habib M. Bagir Shahab sebagai penangung jawab radio Wadi, Drs. H. Endang Muslihat Kamal M. Pd.I sebagai narasumber Wadi, Anash Affandi dan Ali Ridho sebagai penanggung jawab program sekaligus penyiar.

2. Waktu danTempatPenelitian

Penelitian ini dilakukan pada tanggal 28 Januari 2013 sampai dengan bulan Juli 2013. Peneliti melakukan penelitian ini selama kurang lebih enam bulan di radio Wadi 99,7 FM Bogor yang beralamat di Jl. Veteran III, Loji Tapos Cileungsi-Ciawi, Bogor-Jawa Barat 16760.

3. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian adalah sumber-sumber tempat memperoleh keterangan. Sedangkan objek penelitian di sini adalah suatu hal yang diteliti.10 Jadi, subjek dalam penelitian ini adalah radio Wadi 99,7 FM Bogor. Sedangkan yang menjadi objek penelitian ini adalah materi atau pesan dakwah dalam rubrik “Panji Isya’” di radio Wadi 99,7 FM.

4. Tekhnik Pengumpulan Data

Pengumpulan data penelitian ini melalui berbagai instrumen, yaitu: a. Kategorisasi Primer

Kategorisasi merupakan instrument utama dalam penelitian analisis isi materi. Dalam penelitian ini mengkategorisasikan pesan-pesan

dakwah yang terkandung pada rubrik “Panji Isya’” di Radio Wadi 99,7

FM, yang digolongkan dalam kategori aqidah, syariah dan akhlak.

10

(20)

b. Observasi

Peneliti mengamati langsung mengenai hal-hal yang menjadi objek penelitian di radio Wadi 99,7 FM Bogor dengan mengadakan kunjungan langsung ke kantor radio Wadi 99,7 FM yang beralamat di Jl. Veteran III, Loji Tapos Cileungsi-Ciawi, Bogor-Jawa Barat 16760 untuk mendapatkan data mengenai materi yang disampaikan pada rubrik Panji Isya’. Serta melakukan pengamatan yang bersifat tidak langsung yaitu dengan mendengarkan rekaman siaran radio rubrik Panji Isya’, peneliti dapatkan dari penanggung jawab siaran di radio Wadi 99,7FM.

c. Wawancara/Interview

Dalam penelitian ini, peneliti mengadakan wawancara tidak berstruktur atau secara bebas dan terbuka tanpa terikat pola-pola tertentu dengan bertemu langsung dengan Penanggung Jawab radio Wadi FM, Penanggung Jawab Program, Penyiar, serta Ustadz sebagai narasumber yang menyampaikan materi pada rubrik “Panji Isya’” di radio WADI 99,7 FM. Wawancara ini dilakukan untuk mendapatkan data yang akurat dengan penelitian ini.

d. Dokumentasi

(21)

5. Tekhnik Pengolahan dan Analisis Data

Setelah peneliti mendapatkan rekaman siaran yang ditentukan sebagai sampel penelitian, kemudian rekaman tersebut dijadikan dalam bentuk transkip data. Dalam pengolahan data ini, peneliti melakukannya dalam bentuk codding sheet atau lembar koding yaitu berupa tabel daftar cek yang berisi kategori-kategori aqidah, syariah, dan akhlak yang akan diukur. Kemudian unit analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah

isi pesan dakwah dalam rekaman siaran “Panji Isya’” edisi April-Juni 2013

sebanyak 10 materi yang disampaikan oleh narasumbernya.

Untuk memudahkan dan memahami kandungan dari materi pada penelitian ini maka peneliti melihat kepada transkip data rekaman berdasarkan tema yang disampaikan terlebih dahulu selama tiga bulan yang berjumlah 10 tema dengan kategori aqidah, syariah dan akhlak. Kemudian isi pesan itu dipaparkan, sehingga muncul isi pesan berdasarkan kategori yang dominan.

Penelitian ini menggunakan tekhnik analisis isi mengenai stetmen yang terdapat dalam setiap materi yang disampaikan oleh narasumber rubrik Panji Isya’ melalui penilaian juri. Data yang telah dinilai oleh juri tersebut akan diamati dan dianalisis, dihitung kemudian diberikan nilai untuk mengetahui distribusi frekuensi masing-masing dan termasuk mengetahui koefisien reliabilitas setiap juri yaitu antara juri 1 dan 2, juri 1 dan 3, dan juri 2 dan 3.

(22)

a. M. Baghir Shahab, SE adalah penanggung jawab Radio Wadi FM, sebagai juri 1

b. Drs. H. Endang Muslihat Kamal M.Pd.I adalah narasumber Panji Isya’, sebagai juri 2.

c. Ustad Armin Mukhtar adalah Pimpinan Pondok Pesantren Al-Bayan, sebagai juri 3.

Peneliti menggunakan rumus dari Holsti (1969) yang menjadi salah satu acuan dalam analisis isi secara kuantitatif untuk mencari koefisien dan realibilitas kategori antar juri sebagai berikut:

Koefisien Reliabilitas : CR=

Keterangan:

CR : Koefisien reliabilitas

2M : Nomor keputusan yang sama antar juri N1, N2: Jumlah item yang dibuat oleh tim juri

Komposit Reliabilitas :

Keterangan:

N : Jumlah juri

X : Rata-rata koefisien reliabilitas antar juri.11

Pada penelitian ini data dianalisis berdasarkan rekaman siaran Panji Isya’. Setelah data terkumpul kemudian disimpulkan menjadi data yang valid dan realibel. Dan untuk menentukan rincian hasil dari isi pesan dalam siaran Panji Isya’ pada radio WADI 99,7 FM, maka peneliti akan

11

(23)

menampilkan prosentase satu per satu kategori pesan, dengan menggunakan rumus:

P = x 100%

Keterangan:

P : Prosentase F : Frekuensi data

N : Jumlah data yang dimaksud

Pada penelitian ini data akan dianalisis berdasarkan rekaman siaran pada 10 tema siaran dakwah Panji Isya’ di Radio WADI 99,7 FM edisi bulan April-Juni 2013. Dan setelah data tersebut terkumpul, peneliti akan melaporkan, menggambarkan, mengklasifikasi serta menginterpretasikan secara apa adanya untuk kemudian disimpulkan menjadi data yang valid dan realibel.

F. Sistematika Penulisan

BAB I : Pendahuluan

Dalam bab ini meliputi Latar Belakang Masalah, Batasan dan Rumusan Masalah, Tujuan dan Kegunaan Penelitian, Tinjauan Pustaka, Metodologi Penelitian dan Sistematika Penulisan.

BAB II : Kerangka Teoritis

(24)

BAB III : Gambaran Umum Radio Wadi 99,7 FM Bogor dan Profil Rubrik Panji Isya’

Bab ini memaparkan tentang Sejarah dan Latar Belakang Berdirinya Radio Wadi 99,7 FM, Visi dan Misi, Profil Perusahaan, Struktur Kepengurusan, Program Radio Wadi 99,7 FM Bogor, Profil Rubrik Panji Isya’

BAB IV : Temuan dan Analisis Data

Pada bab ini menjelaskan tentang isi pesan dakwah dan pesan dakwah yang dominan yang terdapat dalam rubrik Panji Isya’ di radio Wadi 99,7 FM Bogor.

BAB V : Penutup

Dalam bab ini meliputi Kesimpulan dan Saran DAFTAR PUSTAKA

(25)

16

KERANGKA TEORITIS

A. Analisis Isi

Dalam peneletian selalu dikenal dengan istilah analisis. Menurut Mattew B. Milles dan A. Michael Huberman, mereka menganggap bahwa analisis terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan. Pertama, reduksi data yaitu proses pemilahan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan,

pengabstrakan, dan transformasi data “kasar” yang muncul dari temuan

-temuan di lapangan. Kedua, penyajian data yaitu menyajikan data dari sekumpulan temuan-temuan yang sekiranya dapat memberiikan kemungkinan menarik suatu kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dan ketiga, penarikan kesimpulan atau verifikasi, yaitu dari data-data yang telah terkumpul mulai dicari arti benda-benda, mencatat keteraturan, pola-pola, penjelasan, alur sebab akibat dan proposisinya, sehingga semua itu dapat ditarik kesimpulan.1

Analisis sepadan dengan kata analisys, yaitu membuat atau menganalisa perancangan alur, sehingga menjadi mudah dan jelas untuk dibuat maupun dibaca, dapat berarti juga analisa, pemisahan, pemeriksaan yang teliti.2

Analisis adalah kajian yang dilaksanakan terhadap sebuah penelitian guna meneliti struktur kegiatan tersebut secara mendalam. Kata analisa atau analisis dapat juga berarti kegiatan yang dilakukan di lapangan untuk memeriksa beberapa pengaruh kegiatan itu dilakukan.

Analisis isi (content analisys) adalah penelitian yang bersifat pembahasan secara mendalam terhadap isi suatu informasi tertulis atau tercetak dalam

1

Mattew. B. Milles dan A. Michael Huberman, Analisis Data Kualitatif. Penerjemah Tjetjep Rohendi Rohidi, Jakarta: UI Press, 1992, h. 16.

2

(26)

media massa. Analisis isi dapat juga dikatakan sebagai suatu tekhnik penelitian terhadap isi atau makna pesan komunikasi berdasarkan data-data yang tersedia untuk dibuat kesimpulannya. Analisis isi merupakan teknik penelitian untuk memperoleh gambaran isi pesan komunikasi massa yang dilakukan secara objektif, sistematik dan relevan secara sosiologis, uraian dan analisisnya dapat menggunakan tata cara pengukuran kualitatif dan kuantitatif ataupun kedua-duanya.3

Wazer dan Wiener, analisis isi adalah suatu prosedur sistematika yang disusun untuk menguji isi informasi yang terekam. Sedangkan menurut Barelson mendefinisikan kajian isi sebagai teknik penelitian untuk keperluan mendeskripsikan secara objektif, sistematis dan kuantitatif tentang manifestasi komunikasi.4

R. Holsti mendefinisikan “Analisis isi sebagai teknik apapun yang

digunakan untuk menarik kesimpulan melalui usaha menentukan karakteristik pesan dan dilakukan secara objektif dan sistematis.”5

Adapun lima tujuan analisis ini, antara lain: (1) menggambarkan isi komunikasi, (2) menguji hipotesis karakteristik-karakteristik suatu pesan, (3) membandingkan isi media dengan dunia nyata, (4) melalui imej suatu kelompok tertentu dan masyarakat, (5) menciptakan titik awal terhadap studi efek media.6

Prosedur dasar pembuatan rancangan penelitian dalam pelaksanaan

content analysis terdiri atas enam tahap, yaitu:

3

Zulkarnaen Nasution, Sosiologi Komunikasi Massa, Jakarta: Pusat Penelitian Universitas Terbuka, 2001, cet. Ke-2, h. 32.

4

Andi Bulaeng, Metodologi Penelitian Komunikasi Kontemporer, Yogyakarta: Penerbit Andi Offset, 2004, h. 164.

5

Soejono Abdurrahman, Metode Penelitian, Jakarta: PT. Rhineka Cipta, 1999, h. 68.

6

(27)

1. Merumuskan pertanyaan penelitian dan hipotesis.

2. Melakukan “sampling” terhadap sumber-sumber data yang telah dipilih. 3. Membuat kategori yang dipergunakan dalam analisis.

4. Membaca suatu sample dokumen yang telah dipilih, melakukan coding, dan meringkas isi-isi yang relevan.

5. Menskala item-item berdasarkan frekuensi, penampakan, intensitas, atau kriteria yang lainnya.

6. Mengintepretasikan data dalam kaitannya dengan hipotesis dan teori yang dipergunakan.

Dalam teknik analisis isi juga memiliki kekurangan yaitu content analysis

dibatasi pada pengujian komunikasi tercatat untuk suatu hal. Demikian komunikasi bisa lisan atau tulisan tetapi harus dicatat dengan beberapa cara untuk memungkinkan analisis.7

B. Dakwah

1. Pengertian Dakwah

Dakwah menurut pengertian bahasa berasal dari bahasa Arab: da’a, yad’u, da’watan yang berarti mengajak, memanggil dan menyeru.8

Dengan demikian dakwah merupakan suatu proses penyampaian (tabligh) pesan-pesan tertentu yang berupa ajakan atau seruan dengan tujuan agar orang lain memenuhi ajakan tersebut.9

Kata da’a pertama kali dipakai dalam al-Quran dengan arti mengadu (meminta pertolongan kepada Allah) yang pelakunya adalah

7

Andi Bulaeng, Metodologi Penelitian Komunikasi Kontemporer, h. 184.

8

Nurul Badruttamam, Dakwah Kolaboratif Tamizi Taher, Jakarta: Grafindo, 2005, cet. Ke-1, h. 54

9

(28)

Nabi Nuh as. Lalu kata ini berarti memohon pertolongann kepada Tuhan yang pelakunya adalah manusia (dalam arti umum). Setelah itu, kata da’a berarti menyeru kepada Allah yang pelakunya adalah kaum Muslimin.

Kemudian kata yad’u, pertama kali dipakai dalam al-Quran dengan arti mengajak ke neraka yang pelakunya adalah syaitan. Lalu kata itu berarti mengajak ke surga yang pelakunya adalah Allah, bahkan dalam ayat lain ditemukan bahwa kata yad’u dipakai bersama untuk mengajak ke neraka yang pelakunya orang-orang musyrik.

Sedangkan kata dakwah atau da’watan sendiri, pertama kali digunakan dalam al-Quran dengan arti seruan yang dilakukan oleh para Rasul Allah itu tidak berkenan kepada obyeknya. Namun kemudian kata itu berarti panggilan yang juga disertai bentuk fi’il (da’akum) dan kali ini panggilan akan terwujud karena Tuhan yang memanggil. Lalu kata itu berarti permohonan yang digunakan dalam bentuk doa kepada Tuhan dan Dia menjanjikan akan mengabulkannya.10

Ada beberapa pendapat dari para ulama mengenai pengertian dakwah, di antaranya sebagai berikut:

Dakwah menurut Drs. Hamzah Yaqub ialah “mengajak umat manusia dengan hikmah kebijaksanaan untuk mengikuti petunjuk Allah dan Rasul-Nya”.11 Sementara itu, Prof. Dr. M. Quraish Shihab mendefinisikan “dakwah sebagai seruan atau ajakan kepada keinsyafan serta usaha mengubah situasi yang lebih baik dan sempurna baik terhadap pribadi maupun masyarakat”.12

10

Mushlihin Al-Hafizh, Pengertian Dakwah Menurut Bahasa dan Istilah, artikel ini diakses pada tanggal 26 Juni 2013 dari http://www.referensimakalah.com/2012/09/pengertian-dakwah-menurut-bahasa-dan-istilah.html

11

Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, Surabaya: Al-Ikhlas, 1983, h. 19.

12

(29)

Sedangkan menurut Prof. Toha Yahya Umar, M.A, dakwah dapat diartikan dari dua segi, yaitu:

a. Pengertian dakwah secara umum, ialah suatu ilmu pengetahuan yang berisi cara-cara, tuntunan-tuntunan, dan bagaimana seharusnya

menarik perhatian manusia untuk menganut, menyetujui, melaksanakan suatu ideology, pendapat dan pekerja tertentu.

b. Pengertian dakwah menurut ajaran Islam, ialah mengajak manusia dengan cara bijaksana pada jalan yang benar sesuai dengan perintah Tuhan untuk kemaslahatan dan kebahagiaan mereka di dunia dan di

akhirat.13

Asmuni Syukir dalam tulisannya mendefinisikan:

“Bahwa dakwah itu dapat diartikan dari dua segi atau sudut pandang, yaitu pengertian dakwah yang bersifat pembinaan dan pengertian dakwah yang bersifat pengembangan. Pembinaan adalah suatu usaha mempertahankan, melestarikan dan menyempurnakan ummat manusia agar mereka tetap beriman kepada Allah. Sedangkan dakwah bersifat pengembangan adalah usaha mengajak ummat manusia yang belum beriman kepada Allah SWT. agar mentaati syariat Islam. Menyeru mereka berbuat kebajikan dan melarang mereka drai perbuatan munkar agar mereka mendapat kebahagiaan di dunia dan akhirat.”14

Dakwah menurut Ibnu Thaimiyah adalah proses usaha untuk mengajak agar orang beriman kepada Allah, percaya dan mentaati apa yang telah diberitakan oleh Rasul serta mengajak agar dalam menyembah Allah seakan-akan melihat-Nya.15

Dakwah pada dasarnya adalah alat untuk memenuhi perintah Allah SWT. Demikian Tarmidzi Taher yang juga sependapat dengan Ismail Ragi

13

A.H. Hasanuddin, Retorika Dakwah dan Publisistik dalam Kepemimpinan, Surabaya: Usaha Nasional, 1982, cet. Ke-2, h. 34.

14

Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, h. 20.

15

(30)

Al-Faruqi, mengatakan bahwa dakwah meliputi tugas mengajarkan kebenaran kepada mereka yang mengabaikan kebenaran, menyampaikan kabar baik tentang rahmat duniawi dan surga ukhrawi, dan memperingatkan tentang siksaan hari akhirat.16

Mengacu pada Firman Allah SWT. dalam Surat An-Nahl ayat 125, sebagai berikut:                                       Artinya:

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.”

Dapat disimpulkan bahwa dakwah merupakan serangkaian kegiatan penyampaian pesan mengenai ajaran-ajaran yang diperintahkan Allah SWT untuk kemaslahatan umat, dengan cara menyeru, mengajarkan dan merealisasikan syariat-syariat Islam sesuai dengan petunjuk Al-Qur’an dan Hadits demi mencapai jalan yang lebih baik yakni kebahagiaan dunia dan akhirat.

Dakwah saat ini tidak hanya dilakukan dengan cara tradisional saja, melainkan dibutuhkan kemampuan penyampaian pesan agama dengan inovasi baru yang disesuaikan dengan perkembangan masyarakat yang beragam, dinamis dan kritis terhadap pesan yang diterimanya. Di sinilah

peran da’i dituntut untuk konsen dan mampu menyampaikan materi

dengan baik. Sehingga dakwah Islam dapat lebih berkembang dan maju seiring dengan kemajuan zaman.

16

(31)

Dengan demikian, dakwah merupakan suatu kegiatan komunikasi keagamaan yang dihadapkan pada perkembangan teknologi komunikasi yang semakin canggih dan memerlukan adaptasi yang cukup lama terhadap kemajuan itu. Berbagai macam media akhirnya banyak

digunakan para da’i dalam mensyiarkan dakwahnya. Kini media massa

pun menjadi pilihan yang tepat bagi kemajuan syiar Islam. 2. Unsur-unsur Dakwah

a. Da’i

Da’i berasal dari bahasa Arab, da’i merupakan orang yang

menyampaikan, mengajak orang lain ke jalan Allah. Da’i hanya mengajak manusia kepada kebaikan. Sebab mengajak kepada perkara yang sesuai dengan tuntunan Al-Qur’an dan Hadits. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW:

ةيٰاولو ينع اوغلب

Sampaikanlah (ajaran) dari padaku walaupun itu hanya satu ayat”

(HR. Al-Bukhari)17

Berhasil atau tidaknya dakwah seorang da’i itu tergantung pada

da’inya. Da’i adalah unsur terpenting dalam proses perjalanan dakwah.

Karena seorang da’i adalah subjek yang harus menyadarkan, memotivasi, dan mengajak khalayak umum ke jalan yang benar. Oleh

karena itu seorang da’i harus memiliki kepribadian yang bersifat

rohaniah, pada dasarnya mencakup sifat, sikap dan kemampuan diri pribadi seorang da’i yang harus dimilikinya. Dan kepribadian yang bersifat jasmaniyah, meliputi sehat jasmani dan berpakaian necis.

17

(32)

1) Sifat-sifat Seorang Da’i

a) Iman dan taqwa kepada Allah. Syarat kepribadian seorang da’i yang paling utama adalah iman dan taqwa kepada Allah. Oleh sebab itu, sebelum ia membawa missi dakwahnya, ia harus memerangi hawa nafsunya terlebih dahulu, sehingga pribadinya lebih taat kepada Allah dan Rasulnya.

b) Tulus ikhlas dan tidak mementingkan kepentingan diri pribadi. Sifat ini menentukan keberhasilan dakwah. Singkatnya berjuang di jalan Allah (berdakwah) haruslah dapat menanggulangi niat negatif yakni keinginan akan tiga yaitu harta, wanita dan tahta. Dengan kata lain mempunyai sifat tulus ikhlas.

c) Ramah dan penuh pengertian. Dalam dunia dakwah, jika

seorang da’i mempunyai kepribadian yang menarik karena

keramahan, kesopanan dan keringantanganannya, maka dakwahnya akan berhasil. Sebaliknya jika mempunyai kepribadian yang membosankan (tidak menarik) karena sifat yang tak menarik hati, maka kemungkinan kecil dakwahnya akan berhasil. Seperti firman Allah SWT:

                          Artinya:

(33)

d) Tawadhu’ (rendah diri). Tawadhu’ seorang da’i adalah

tawadhu’ yang berarti sopan dalam pergaulan, tidak sombong

dan tidak suka menghina dan mencela orang lain.

e) Sederhana dan Jujur. Kesederhanaan merupakan pangkal keberhasilan dakwah. Sedangkan kejujuran adalah penguatnya.

Apabila seorang da’i dapat dipercaya tidak pernah menyelisihi

apa yang dikatakannya.

f) Tidak memiliki sifat egoisme. Sifat ini yang harus dijauhi oleh para pendakwah.

g) Sifat anthusiasme (semangat). Dengan sifat anthusias ini orang akan terhindar dari putus asa, kecewa dan lain sebagainya. h) Sabar dan Tawakal. Dakwah adalah melaksanakan perintah

Allah yang diwajibkan kepada seluruh ummat. Apabila di dalam menunaikan tugas berdakwah mengalami beberapa hambatan dan cobaan, hendaklah sabar dan tawakal kepadaNya.

i) Memilih jiwa tolerans. Seorang da’i harus dapat mengadaptasikan dirinya dengan artian positif. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-Kafirun ayat 6:











Artinya:

“untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku."

(34)

tidak berpegang teguh kepada pendapat atau idenya yang kurang baik.

k) Tidak memiliki penyakit hati. Dari sifat tersebut mana mungkin orang akan mengajak orang lain kepada kebaikan, bila dirinya sendiri iri kepada orang lain sebagai sasaran dakwahnya. 2) Sikap Seorang Da’i

a) Berakhlak Mulia. Seorang da’i dapat berhasil jika ia memiliki akhlak yang mulia, sebaliknya jika ia berakhlak yang jelek, maka kegagalan yang akan menghampirinya.

b) Pendapat Ki Hajar Dewantoro (bapak pendidikan Indonesia), Hing ngarsa asung tuladha; artinya seorang da’i yang merupakan orang terkemuka di tengah-tengah masyarakat haruslah dapat menjadi tauladan yang baik bagi masyarakat, hing madya mangun karsa; artinya bila di tengah-tengah massa, hendaknya dapat memberi semangat, agar mereka senantiasa mengerjakan, mengikuti segala ajakannya, tutwuri handayani; artinya bila bertempat dibelakang, mengikutinya, dengan memberi bimbingan-bimbingan agar lebih meningkat amalannya (keimanannya).

c) Disiplin dan bijaksana. Dalam artian luas, disiplin sangat

diperlukan oleh seorang da’i dalam mengemban tugasnya sebai

(35)

perbuatan-perbuatan yang kurang berguna dan mengindahkan amal saleh, salah satu hal yang dapat menimbulkan kewibawaan seorang da’i. sebab kewibawaan merupakan faktor yang memengaruhi seseorang akan percaya menerima ajakannya.

e) Tanggung jawab dan berpandangan yang luas. Dalam menentukan strategi dakwah, sangat memerlukan pandangan yang jauh, tidak fanatik terhadap satu golongan saja dan waspada dalam menjalankan tugasnya.

3) Berpengetahuan yang cukup. Pengetahuan seorang da’i meliputi pengetahuan yang berhubungan dengan materi dakwah yang disampaikan dn ilmu-ilmu yang erat hubungannya dengan tehnik-tehnik dakwah.

b. Mad’u

Mad’u yaitu manusia yang menjadi sasaran dakwah, atau manusia

penerima dakwah, baik sebagai individu maupun sebagai kelompok, baik manusia yang beragama Islam atau tidak, atau dengan kata lain manusia secara keseluruhan.18

Muhammad Abduh membagi mad’u menjadi tiga golongan, yaitu:

1) Golongan cerdik cendikiawan yang cinta kebenaran, dapat berpikir secara kritis, dan cepat dapat menangkap persoalan.

2) Golongan awam, yaitu orang yang belum dapat berpikir secara kritis dan mendalam, serta belum dapat menangkap pengertian-pengertian yang tinggi.

18

(36)

3) Golongan yang berbeda dengan kedua golongan tersebut, mereka senang membahas sesuatu tetapi hanya dalam batas tertentu saja, dan tidak mampu membahasnya secara mendalam.19

Salah satu unsur penting lainnya adalah komponen dakwah yaitu

mad’u atau masyarakat yang akan didakwahi. Seorang da’i harus

memahami masyarakat yang akan menerima dakwahnya. Hal ini berhubungan dengan kesesuaian materi dakwah yang akan disampaikan. Dalam masyarakat, yang tingkat pengetahuan agamanyan cukup tinggi, tentu saja tidak sesuai jika masih diperkenalkan dengan pengantar pengetahuan ihwal iman dan takwa. Kesesuaian materi dengan tingkat pengetahuan dan kondisi psikologis masyarakat akan berakibat pada lancarnya proses dakwah tersebut.20 c. Materi Dakwah atau Pesan Dakwah

Menurut M. Quraish Shihab, pesan dakwah adalah al-Islam yang bersumber pada Al-Qur’an dan Hadits sebagai sumber utama yang meliputi aqidah, ibadah dan akhlak. Dasar dari pembagian itu merujuk pada tujuan pokok diturunkannya Al-Qur’an yaitu sebagai petunjuk aqidah dan kepercayaan yang harus dianut oleh manusia serta petunjuk mengenai akhlak dengan jalan menerangkan norma-norma agama dan susila.21

Pesan dalam Islam adalah perintah, nasihat, permintaan, amanat yang harus dilakukan untuk disampaikan kepada orang lain. Sedangkan pesan dakwah adalah semua pernyataan yang

19

M. Munir dan Wahyu Illahi, Manajemen Dakwah

20

Najamudin, MetodeDakwahMenurutAl-Qur’an, Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, 2008, h. 29.

21

(37)

bersumberkan Al-Qur’an dan Sunnah, baik tertulis maupun dengan pesan-pesan (risalah) tersebut.22 Ajaran yang disampaikan itu bukanlah hanya yang berkaitan dengan eksistensi dan wujud Allah, namun bagaimana cara menumbuhkan rasa kesadaran agar mampu melaksanakan aqidah, akhlak, syariah dalam ucapan, pikiran dan tindakan dalam kehidupan sehari-hari.23

Di dalam buku Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam yang ditulis oleh Asmuni Syukir dijelaskan:

Pada dasarnya materi dakwah Islam tergantung pada tujuan dakwah yang hendak dicapai. Namun secara global dapatlah dikatakan bahwa materi dakwah dapat diklasifikasikan menjadi tiga hal pokok, yaitu:

1. Masalah keimanan (Aqidah). 2. Masalah keislaman (Syariah).

3. Masalah budi pekerti (Akhlaqul karimah).24 1) Aqidah

Secara etimologi kata aqidah diambil dari kata “aqad”

yaitu ikatan yang kuat.dapat juga berarti teguh, permanen, saling mengikat, dan rapat.25 Aqidah merupakan keimanan kepada Allah SWT, malaikat, kitab-kitab yang diwahyukan kepada para Rasul, adanya hari kiamat, dan adanya qadha dan qadar serta masalah-masalah yang berkaitan dengan pokok-pokok keimanan itu.26

Pengertian aqidah secara terminologi yaitu wajib dibenarkan hati dan jiwa menjadi tentram karenanya sehingga

22

Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah, h. 43.

23

Siti Uswatun Khasanah, Berdakwah Dengan Jalan Berdebat Antara Non Muslim Dengan Muslim, Purwokerto: Purwokerto Press, 2007, h. 36.

24

Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, h. 60.

25

Toha Yahya Umar, Ilmu Dakwah, Jakarta: Niaga Swadaya, 2004. H. 34.

26

(38)

menjadi suatu keyakinan yang teguh dan kokoh, yang tidak tercampuri oleh keraguan dan kebimbangan. Aqidah artinya ketetapan yang tidak ada keraguan pada orang yang mengambil keputusan. Sedangkan pengertian aqidah menurut agama maksudnya berkaitan dengan keyakinan bukan perbuatan, seperti aqidah dengan adanya Allah dan diutusnya para rasul.27

2) Akhlak

Akhlak berasal dari bahasa Arab, dalam bentuk jamak dari

khula yang berarti budi pekerti, perangai dan tingkah laku atau tabiat.28 Akhlak dalam aktivitas dakwah merupakan pelengkap saja, yakni untuk melengkapi keimanan dan keislaman seseorang. Meskipun akhlak ini berfungsi sebagai pelengkap, bukan berarti masalah akhlak kurang penting dibandingkan dengan masalah keimanan dan keislaman, akan tetapi akhlak merupakan penyempurnaan keimanan dan keislaman seseorang.29

Secara garis besar akhlak terbagi menjadi:30 a) Akhlak kepada Allah SWT.

b) Akhlak kepada sesama manusia. c) Akhlak terhadap lingkungan sekitar. 3) Syariah

Secara etimologi syariah berarti jalan. Syariah adalah segala yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad

27

A. A. Hamid Al-Atsari, Intisari Aqidah Ahlu Sunnah Wal Jama’ah, Jakarta: Niaga Swadaya, 2004, h. 34

28

M. Abdul Majid, Kamus Istilah Fiqih, Jakarta: PT. Pustaka Firdaus, 1994, h. 25.

29

Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, Jakarta: AMZAH, 2009, h. 92.

30

(39)

SAW berbebtuk wahyu di dalam Al-Qur’an dan Sunnah. Sedangkan secara terminology syariah adalah ketentuan (norma) illahi yang mengatur sesamanya (muammmallah).31

Syariah dalam Islam, berhubungan berat dengan amal lahir (nyata) dalam rangka mentaati semua peraturan atau hukum Allah guna mengatur hubungan antara manusia dengan Tuhannya dan mengatur pergaulan hidup antara sesama manusia. Maksudnya, masalah-masalah yang berhubungan dengan masalah syariah bukan saja terbatas pada ibadah kepada Allah, akan tetapi masalah-masalah yang berkenaan dengan pergaulan hidup antara sesama manusia, seperti hukum jual-beli, berumah-tangga, kepemimpinan, dan amal-amal saleh lainnya. Demikian juga larangan Allah seperti minum, berzina, mencuri.32

a) Ibadah dalam arti sempit seperti Thaharah, Shalat, Zakat, Puasa, dan berangkat Haji.

b) Muamalah dalam arti sempit meliputi: Al-Qounul Khas (hukum perdata), Muamalah (hukum niaga), Munakahat (hukum nikah), Waratsah (hukum waris), dan sebagainya. Kemudian

Al-Qounul’am (hukum publik), Hinayah (hukum pidana),

Khalifah (hukum Negara), Jihad (hukum perang dan damai), dan sebagainya.

Dengan demikian pesan dakwah adalah suatu pesan yang

disampaikan oleh da’i kepada mad’u dengan muatan materi yang

31

M Abdul Majid, Kamus Istilah Fiqih, h. 343.

32

(40)

berisikan tentang aqidah, syariah dan akhlak, sehingga dakwah yang disampaikan dapat diterima dengan baik oleh pendengar. Pesan dakwah harus disampaikan dengan keilmuan yang cukup, karena jika pesan yang disampaikan hanya dengan ilmu yang minim maka makna yang disampaikan akan memiliki perbedaan makna, atau pergeseran makna. Dengan demikin materi yang disampaikan dapat menjerumuskan penerimanya, dan yang lebih membahayakan lagi apabila kebenaran atas kesalahan tersebut berkelanjutan sesuatu yang dianggap menjadi besar.33

d. Metode Dakwah

Metode dakwah adalah cara-cara tertentu yang dilakukan seorang

da’i kepada mad’u untuk mencapai suatu tujuan atas dasar hikmah dan

kasih sayang.34 Sebagian ulama mengatakan terdapat tiga cakupan dalam pemahaman metode dakwah, yaitu:

1) Bi Al-Hikmah, merupakan kemampuan da’i dalam menjelaskan

doktrin-doktrin Islam serta realitas yang ada dengan argumentasi logika dan bahasa yang komunikatif. Sedangkan hikmah dalam dunia dakwah mempunyai posisi yang sangat penting, yaitu dapat

menentukan sukses tidaknya dakwah. Dalam menghadapi mad’u

yang beragam dalam tingkatan pendidikan, strata sosial, dan

budaya. Para da’i memerlukan hikmah, sehingga ajaran Islam

mampu memasuki ruang hati para mad’u dengan tepat. Oleh

karena itu, para da’i dituntut untuk mengerti dan memahami

33

M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, Jakarta: Lentera Hati, 2002, volume 11, h. 282.

34

(41)

sekaligus memanfaatkan latar belakangnya, sehingga ide-ide yang diterima dapat dirasakan sebagai sesuatu yang menyentuh dan menyejukkan qalbunya.35

2) Mau’idzah Al-Hasanah, secara bahasa terdiri dari dua kata,

mau’idzah dan hasanah. Mau’idzah berarti nasihat, bimbingan,

pendidikan dan peringatan, sementara hasanah adalah kebaikan.36 Dakwah dengan metode ini ditujukan pada manusia jeni kedua, yaitu keumuman manusia. Manusia yang memiliki kemampuan di bawah manusia jenis pertama. Mereka memiliki fitrah terhadap kebenaran, tetapi ragu untuk memilih mengikuti kebenaran yang disampaikan kepada mereka atau justru mengikuti kebatilan yang tumbuh disekelilingnya Muhammad Husai Yusuf mengatakan:

“Mereka membutuhkan pelajaran yang baik (al-maw’idzah al -hasanah), ucapan yang mengena (qaul baligh), serta penjelasan yang berguna, berupa sugesti (targhib) untuk kebenaran, penjelasan tetang kebaikan mengikuti kebenaran, serta ancaman (tarhib) mengikuti kebatilan, serta penjelasan atas dosa dan nista yang terdapat dalam kebatilan. Begitu pula seterusnya sampai benar-benar jelas kepada mereka jalan yang lurus dan cahaya yang terang, serta dapat mengihilangkan keraguan mereka untuk masuk ke dalam barisan orang-orang mukmin di bawah panji Nabi dan

Rasul yang paling mulia.”37

Dengan demikian menurut Asep Muhiddin, dakwah dengan pendekatan mau’idzah hasanah ini, perlu memperhatikan faktor-faktor berikut:

a) Tutur kata yang lembut sehingga akan terkesan hati.

35

Munjir Sufarta dan Hefni, Metode Dakwah, h. 11.

36

Siti Muriah, Metodologi Dakwah Kontemporer, Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset, 2000, h. 58.

37

(42)

b) Menghndari sikap sinis dan kasar.

c) Tidak menyebut-nyebut kesalahan atau sikap menghakimi orang yang diajak bicara (mukhathab).

Mereka tidak merasa tersinggung atau merasa dirinya dipaksa menerima suatu gagasan atau ide tertentu.

3) Mujadalah, dari segi etimologi lafadz mujadalah terambil dari kata

jadalah” yang berarti meminta. Apabila ditambahkan alif pada

huruf jim yang mengikuti wazan faa’ala, yufaa’ilu, mufaa’alatan, ”jaadala” dapat bermakna berdebat dan “mujadalah” adalah

perdebatan. Dari segi terminologi terdapat beberapa pengertian mujadalah (al-hiwar) yaitu upaya tukar pendapat yang dilakukan oleh dua pihak secara sinergis, tanpa adanya suasana yang mengharuskan lahirnya permusuhan di antara keduanya.38

Maka penulis menyimpulkan bahwa metode dakwah

mujadalah ini hanya perlu digunakan pada orang-orang tertentu seperti ahli kitab dan orang-orang kafir yang sombong. Namun,

ketika seorang da’I menggunakan metode ini, ia harus tetap

mampu menjaga sikap dan kata-katanya dengan penuh kelemah lembutan dan sopan santun sehingga mereka mampu menerima kebenaran yang disampaikan dengan kesadarannya sendiri tanpa merasa paksaan apalagi permusuhan.

e. Media Dakwah

Menurut Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer media adalah sarana penghubung informasi, seperti majalah, surat kabar, dan

38

(43)

sebagaianya.39 Jadi media itu suatu sarana atau fasilitas penghubung dalam suatu penyampaian informasi yang berbentuk suatu bahan bacaan. Sementara Itu media dakwah adalah alat yang dugunakan

untuk penyampaian materi dakwah kepada Mad’u. Alat itu bisa berupa

media cetak atau media elektronik seperti buku, majalah, surat kabar, radio, televisi, film, internet dan lain-lain. Kata-kata yang diucapkan

da’i sangatlah terbatas oleh ruang dan waktu. Oleh karena itu,

kepandaian untuk memilih media atau sarana yang tepat merupakan salah satu unsur keberhasilan dakwah.

Dalam sebuah aktivitas dakwah tidak dapat dipungkiri bahwa peran teknologi ikut serta dalam penyampaian dakwah. Untuk mempermudah proses dakwah, teknologi juga sangat diperlukan keberadaannya. Peran teknologi itu bisa berupa kemudahan-kemudahan dan efektivitas serta efisiensi yang diberikan pada saat penyampaian dakwah tersebut.

Kepandaian seorang juru dakwah dalam memilih media merupakan salah satu unsur keberhasilan dakwah. Adapun sarana atau media dakwah menjadi tiga bagian yaitu:

1) Spoken words, yakni media dakwah yang berbentuk ucapan atau bunyi yang ditangkap dengan indera telinga seperti radio, telepon, handphone dan lainnya.

2) Printed writing, berbentuk tulisan, gambar, lukisan dan sebagainya yang ditangkap oleh mata.

39

(44)

3) Audio visual, berbentuk gambar hidup yang dapat didengar sekaligus dapat dilihat seperti, televisi, video, film, dan sebagainya.40

Setelah mengetahui media dan dakwah, dengan demikian dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa media dakwah adalah sarana atau alat untuk menyampaikan pesan kepada khalayak di mana pesan yang disampaikan adalah dakwah.

f. Atsar atau Efek Dakwah

Efek dakwah (atsar) atau biasa disebut feed back (umpan balik merupakan salah satu dari proses dakwah. Namun proses ini sering

dilupakan oleh para da’i. Sedangkan atsar ini sangat berpengaruh

dalam penentuan langkah-langkah dakwah selanjutnya. Dengan menganalisis atsar dakwah secara cermat dan tepat, maka kesalahan strategi dakwah akan segera diketahui untuk diadakan penyempurnaan langkah-langkah berikutnya. Sebaliknya, jika tidak menganalisis atsar dakwah, maka kemungkinan kesalahan strategi sangat merugikan pencapaian tujuan dakwah dan akan terulang kembali.

Seluruh komponen unsur-unsur dakwah harus dievaluasi secara

komperhensif. Di samping para da’i bekerja dengan menggunakan

ilmu, ia juga harus memiliki jiwa terbuka untuk melakukan pembaharuan dan perubahan. Dalam bahasa agama yang disebut dengan ikhtiar insani ialah jika proses ini dapat terlaksana dengan baik, maka terciptalah suatu mekanisme perjuangan dalam bidang dakwah.41

40

Moh. Ardani, Memahami Permasalahan Fikih Dakwah, Jakarta: Mitra Cahaya Utama, 2006, h. 37.

41

(45)

3. Kategori Pesan Dakwah

Dalam surat Al-Fatihah terdapat tiga pokok pesan dakwah yaitu aqidah (Iman), syariah (Islam), dan akhlak (Ihsan). Dan terhadap tiga pokok tersebut, ada beberapa ulama yang berpendapat, antara lain:

a. Ketiga komponen dilakukan secara hirarkhis. Pertama kali seseorang harus memperteguh aqidah, lalu menjalankan syariah yang kemudian disempurnakan oleh akhlak. Posisi inilah maksud diutus Rasulullah SAW. Yakni menyempurnakan akhlak. Dengan adanya asumsi ini

untuk mengarahkan orang lain menjadi lebih baik. Seorang da’i harus

kuat imannya terlebih dahulu. Jika imannya telah teguh, barulah ia mengajarkan cara-cara menjalankan agama. Seorang da’i yang dapat menjalankannya, maka ia berusaha memberisihkan hatinya. Dengan hati yang bersih maka ia akan merasa hidupnya dipantau oleh Allah SWT. Sehingga berakhlak mulia dan menjauhi hal-hal yang bersifat maksiat.

b. Ketiganya ditempatkan sejajar. Aqidah yang bertempat di akal, syariah dijalankan anggota tubuh, dan akhlak berada di hati. Banyak umat Islam yang menjalankan agamanya dengan keimanan yang tipis serta hati yang kurang bersih, sehingga tidak menghasilkan akhlak yang terpuji. Da’i mengajarkan bahwa menjalankan shalat harus dengan pikiran yang yakin, mematuhi syarat dan rukunnya, serta hati yang ikhlas.42

Anwar Masy’ari, mengemukakan enam tema pesan dakwah, yaitu:

42

(46)

a. Keimanan kepada Allah b. Martabat manusia c. Kehidupan mental d. Kehidupan materil e. Kehidupan keluarga, dan f. Kehidupan masyarakat.

Sedangkan Abu Bakar Atjeh menggolongkan pesan dakwah dalam tiga tema, yakni:

a. Mengenai aqidah atau keyakinan.

b. Mengenai kewajiban-kewajiban agama, mengenai akhlak. c. Mengenai hak dan kewajiban dengan segala perinciannya.43

C. Radio

1. Pengertian Radio

Secara etimologi pengertian radio menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah pengiriman suara atau bunyi melalui suara. Secara terminologi radio sesuai dengan definisi dalam pemerintah adalah pemecahan radio yang langsung ditunjukkan kepada umum dalam bentuk suara dan mempergunakan gelombang radio sebagai media.44

Radio adalah salah satu bentuk media massa elektronik yang

sangat “merakyat”. Dengan sifat radio yang auditif, maka media massa ini

sangat mudah untuk dimiliki oleh siapapun karena harganya sangat relatif murah dan bentuknya yang sangat mudah untuk dibawa kemana-mana.45

43

Moh. Abdul Aziz, Ilmu Dakwah, h. 338.

44

Indrawan WS, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1998, h. 719.

45

(47)

Radio merupakan salah satu sarana informasi yang cukup efektif di zaman sekarang ini, karena radio memiliki sifat langsung, dalam arti pesan yang disampaikan oleh radio akan langsung sampai pada audiensnya, ditambah keunggulan lainnya seperti tidak mengenal jarak, dan dapat dinikmati kapan pun. Hal ini yang membuat radio menjadi sarana efektif untuk berdakwah.

2. Fungsi Radio

Peran ideal radio sebagai media publik adalah mewadahi sebanyak mungkin kebutuhan dan kepentingan pendengarnya. Ada tiga bentuk kebutuhan yaitu informasi, pendidikan, dan hiburan. Radio akan kehilangan fungsi sosial dan pendengarnya jika salah satu kebutuhan tersebut tidak terpenuhi. Sekecil apapun presentasinya, program hiburan sebagai primadona harus dikaji ulang kembali, guna disinergikan dengan program informasi. Konsep acara infotainment menjadi jawaban awal terhadap upaya kalaborasi musik sebagai simbol program hiburan dengan berita sebagai simbol informasi pendidikan.46

Ada beberapa tingkatan peran sosial yang diemban radio dalam kapasitasnya sebagai media publik, atau yang dikenal dalam konsep radio for society.

Pertama, radio sebagai media penyampaian informasi dari satu

pihak ke pihak lain. Kedua, radio sebagai sarana mobilisasi pendapat publik untuk memengaruhi kebijakan. Ketiga, radio sebagai sarana untuk

mempertemukan dua pendapat berbeda atau diskusi untuk mencari solusi

46

(48)

bersama yang saling menguntungkan. Keempat, radio sebagai sarana untuk mengikat kebersamaan dalam semangat kemanusiaan dan kejujuran.47

Beberapa fungsi tersebut bisa diemban sekaligus, tetapi ada kalanya hanya salah satu saja. Yang penting adalah konsistensi dan optimalisasi pada satu

peran.

Setiap media massa tidak terlepas dari adanya kekurangan dan

kelebihannya begitu pun dengan radio. Kelebihan radio adalah (1) bersifat langsung. (2) siaran radio tidak mengenal jarak dan waktu. (3) radio siaran mempunyai daya tarik yang kuat. (4) biayanya relatif murah. (5) mampu

menjangkau tempat-tempat terpencil. (6) tidak terhambat oleh kemampuan baca dan tulis.48 Sedangkan kekurangan radio adalah (1) hanya selintas.

(2) sajian informasinya bersifat global. (3) waktu siaran yang terbatas. (4) program acaranya bersifat beratur linear (berdasarkan susunan yang sudah

ditentukan). (5) mengandung gangguan.49

Merujuk dari kelebihan dan kekurangan radio, maka radio harus

dikelola dengan baik agar pendengarnya bisa mendapatkan apa yang diinginkan dan dibutuhkan, kebutuhan tersebut bisa berupa informasi dan

hiburan.

47

Onong Uchjana Effendy, Komunikasi dan Modernisasi, Bandung: CV. Mandar Maju, 2005, h. 133.

48

Onong Uchjana Effendy, Dasar-dasar Public Relations, Bandung; Alumni, 1996, h. 173.

49

Fatmasari Ningrum, Sukses Menjadi Penyiar, Scrip Writer Dan Reporter Radio,

(49)

3. Radio Sebagai Media Dakwah

Pada zaman modern saat ini, teknologi komunikasi dianggap penting sebagai sarana berkomunikasi. Dan saat ini perkembangan teknologi komunikasi mengalami kemajuan yang pesat. Hal ini ditandai dengan dengan tidak adanya lagi jarak yang tidak dapat dijangkau oleh manusia untuk berkomunikasi kapan pun dan di mana pun berada.

Setiap media memiliki ciri dan komunikasi yang berbeda-beda. Perbedaan-perbedaan itulah yang harus disiasati ketika seseorang hendak berbicara melalui media massa. Kemampuan komunikasi yang baik menjadi modal utama yang harus dimiliki oleh setiap komunikator mimbar agama. Begitu pun dengan radio yang saat ini sudah dijadikan sebagai media dakwah. Menurut Bahri Ghazali fungsi radio sebagai media dakwah:

a. Radio sebagai salah satu media dakwah memiliki kelebihan tersendiri. Yakni terlepas pada ke efektivitasan dan efisiensi berdakwah. Hal ini

terbukti pada bentuk sederhana tanpa bertemu antara da’i dan mad’u.

b. Radio sebagai media dakwah haruslah dapat tumbuh dan berkembang sejalan dengan kebutuhan masyarakat akan pengetahuan Islam yang diajarkan melalui radio dalam kehidupan sehari-hari, sehingga semua lapisan masyarakat dapat menerima, memahami, serta mengamalkan ajaran Islam.

c. Radio sebagai media dakwah dapat menjembatani antara da’I dan

mad’u satu persatu dari keberagaman media.

(50)

dibenarkan oleh agama saja, tetapi juga dakwah yang dilakukan lewat radio mampu melihat cakrawala persoalan dan membuka wawasan yang lebih luas.

e. Radio sebagai media dakwah lebih efektif, relevan, serta mampu mengiringi perubahan kemajuan zaman yang semakin canggih ini. Sehingga pada akhirnya radio mampu dijadikan sebagai sarana pengembangan dakwah Islam.50

Banyak alat yang digunakan sebagai perantara dakwah. Salah satunya adalah radio atau media auditif. Media ini tidak banyak jenisnya dibandingkan media visual. Media auditif tidak memiliki pilihan ketika suara itu datang, manusia bisa mendengarnya sambil melakukan aktivitas. Hal ini berbeda dengan objek yang dilihat dan dipersepsi. Namun demikian media ini lebih efektif dalam menangkap pesan dakwah dibanding media visual sekitar 20-25% menurut hasil penelitian Toha Yahya Omar.51

Dakwah melalui radio itu cukup efektif karena sifatnya yang umum, serempak jumlah pendengarnya banyak tanpa membatasi di daerah perkotaan maupun pedesaan dapat menikmatinya, serta bentuk acaranya yang bersifat dialog. Sehingga tidak hanya mendengarkan saja, tetapi mampu berinteraksi dengan pendengar untuk mendiskusikan pesan

dakwah yang disampaikan oleh da’i yang berperan sebagai komunikator.

50

Sutirman Eka Ardhana, Jurnalistik Dakwah, Jakarta: Pustaka Pelajar, 1995, cet. Ke-1, h. 20.

51

(51)
[image:51.595.99.516.229.592.2]

42

GAMBARAN UMUM RADIO WADI 99,7 FM BOGOR DAN PROFIL

RUBRIK PANJI ISYA

A. Sejarah dan Latar Belakang Berdirinya Radio WADI 99,7 FM

Radio Wadi (Wadah Dakwah Islam) adalah radio yang dikenal luas oleh masyarakat, disiarkan bagi pencari kebenaran yang mempertahankan tradisi lama yang baik dan mengambil tradisi yang baru yang lebih baik, dengan hadir sebagai radio yang mengemas program secara khusus penuh keselarasan di antara dakwah, berita ringan dan hiburan, sesuai tema

Damaikan Hati, Sejukkan Jiwa”.1

Pada Tahun 2006, berdiri stasiun radio Wadi yang memiliki konsep siaran dakwah, didirikan oleh Habib Husein Al-Hamid SE, bertepatan pada tanggal 1 Muharram 1426, dengan frekuensi 106,4 FM. Radio Wadi mengambil tahun hijriyah karena menyungsung Ahlussunnah Wal Jama’ah. Tujuan berdirinya radio Wadi adalah sebagai berikut.2

Pertama, saat ini banyak media yang dikuasai oleh penguasa-penguasa sekuler dan banyak dimasuki informasi yang menyimpang dan tidak berimbang. Sehingga Islam dipandang angker di media-media. Radio WADI FM di sini mencoba menyeimbangi informasi-informasi yang tidak islami dengan informasi yang islami. Kedua, banyak faham-faham Islam sampai faham liberal dan faham-faham yang lain, yaitu pa

Gambar

GAMBARAN UMUM RADIO WADI 99,7 FM BOGOR DAN PROFIL
Table 1. JADWAL ACARA 99.7 WADI FM 2012-2013
Tabel 1 Penilaian Juri Terhadap Tema 1
Tabel 2 Penilaian Juri Terhadap Tema 2
+7

Referensi

Dokumen terkait