• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V : PENUTUP

B. Saran-Saran

Adapun saran-saran yang dapat penulis berikan adalah :

1. Azas fair and balance yang menjadi kaidah jurnalistik dan coba diterapkan

oleh Kompas hendaknya jangan sekedar menjadi masalah proporsi atau kuantitas dalam tajuk rencana saja, akan tetapi juga dalam pengertian yang sesungguhnya, yaitu harus dengan mempertimbangakan berbagai aspek

pendukung sehingga pandangan Kompas tidak bias dan tidak hanya membahas tentang elemen kemanusiaan saja. Misalkan informasi pencarian fakta, juga bisa dikaitkan dengan aturan-aturan dunia, dalam hal ini undang-undang yang ada dalam PBB.

2. Sebaiknya Kompas juga memberikan suatu informasi yang lugas, tegas, tidak disembunyikan apa yang sebenarnya terjadi dalam kenyataan. Juga memberikan suatu pandangan harusnya mencari rujukan yang cukup luas dalam hal sejarah suatu peristiwa maupun latar belakang suatu peristiwa. Karena surat kabar dalam hal ini Kompas adalah media yang ikut bertanggung jawab dalam mencerdaskan bangsa.

Demikianlah kesimpulan dan saran-saran yang dapat penulis sampaikan, dengan rasa kerendahan hati penulis berharap apa yang telah penulis sajikan kiranya dapat menambah wawasan pengetahuan kita bersama mengenai Analisis Wacana Tajuk Rencana Kompas Tentang Perang Irak.

DAFTAR PUSTAKA

Assegaff, Djafar H. Jurnalistik Masa Kini Pengantar Ke Praktek Kewartawanan ,(Jakarta : Ghalia Indonesia,1983).

Berger, Peter L. dan Thomas Luckmann, Tafsir Sosial Atas Kenyataan : Risalah tentang sosiologi pengetahuan, Penerjemah Hasan Basari, (Jakarta : LP3ES, 1990).

Departemen Pendidikan Nasional (DEPDIKNAS), Kamus Besar Bahasa Indonesia . Jakarta: Balai Pustaka,2003.

Djuroto,Totok. Drs, M.Si. MANAJEMEN PENERBITAN PERS. Bandung :PT. Remaja Rosdakarya,2002.

Effendy, Onong Uchjana. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung : Remaja Rosdakarya,2001.

Eriyanto, Analisis Wacana, Pengantar Analisis Teks Media, Yogyakarta: LkiS ,2006.

Gero, Pieter P. Kepala Bagian Internasional Kompas, Wawancara Pribadi, Jakarta, 10 Maret 2008.

Gunadi, Y.S dan Herfan, Djiny, ed. Himpunan Istilah Komunikasi. Jakarta: Grasindo,1998.

Hiban, Hasanudin Ibnu. Drs. Artikel INDUSTRI KORAN DAN MAJALAH DI INDONESIA.2006.

Husaini, Adian, M.A. JIHAD OSAMA VERSUS AMERIKA. Jakarta: Gema Insani Press, 2001.

----“Invasi Irak 2003”.http://id.Wikipedia.org/.diakses data diambil pada 8 September 2007.

----“Demonstrasi Besar Tentang Perang Irak”.

http://www.pintunet.com/lihat_opini.php?pg=2003/03/21032003. artikel diakses pada 25 Maret 2008.

----“Demo anti-perang”.

http://www.gatra.com/2003-03-20/artikel.php?id=26460. artikel diakses pada 25 Maret 2008.

----“Harga Emas Turun”,

http://64.203.71.11/kompas-cetak/0303/22/jateng/201621.htm. artikel diakses pada 25 Maret 2008.

----“Perang Irak Ikut “Memborbardir” Portal Berita”.

www.sinarharapan.co.id/berita/0303/27/ipt01.html - 25k .artikel diakses

pada 25 Maret 2008.

Junaedhie,Kurniawan. “Rahasia Dapur Majalah di Indonesia”. Jakarta: Gramedia,1995.

Kridalaksana,Harimukti, ed.. Leksikon Komunikasi. Jakarta : PT.Pradnya Paramita, Jakarta,1984.

Kompas, Penelitian dan Pengembangan, data diambil pada 3 Januari 2008.

Marahimin,Ismail. Menulis secara Populer. Jakarta: Pustaka Jaya,1994.

McQuail, Denis. Teori Komunikasi Masssa : Suatu Pengantar. Jakarta : Erlangga,1996.

Muis, A. "Kontorversi Sekitar Kebebasan Pers : Bunga Rampai Masalah komunikasi, Jurnalistik”. Jakarta : PT.Mario Grafika,1996.

Organisasi,Sruktur, Kompas, 8 Maret 2008, h. 1, 6, dan 15.

Rahmat,Jalaludin Metode Penelitian Komunikasi, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1999.

Rivers, L William, Bryce Mc Intyre, dan Alison Work.Editorial Penyunting Dedy Djamaluddin Malik, (PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 1994,) h. 5

Sobur, Alex. Analisis Teks Media. Bandung: Remaja Rosda Karya, 2001.

Suhandang, Kustandi. Pengantar Jurnalisitk Seputar Organisasi,Produk, dan Kode Etik.Bandung: Nuansa,2004.

Taher, Elza.P. “DEMOKRASI POLITIK, BUDAYA DAN EKONOMI,

Pengalaman Indonesia Masa Orde Baru”. Jakarta: Yayasan Wakaf Paramadina, 1994.

HASIL WAWANCARA

P : Bagaimana kebijakan redaksi Kompas dalam penulisan tajuk rencana ? J : Kita mengangkat tajuk rencana berdasarkan isu yang terpenting yang sangat mencolok, kemudian diangkat Kompas sebagai hal yang penting lalu disoroti untuk melihat duduk persoalan yang sebenarnya, untuk memperjelas persoalan, bisa juga untuk menggugah pikiran masyarakat atau pandangan masyarakat bagi suatu upaya perbaikan dalam negeri maupun internasional.

P : Bagaimana Kompas memandang masalah hubungan Internasional Khususnya masalah Invasi AS ke Irak ?

J : Kalau kita kan koran nasional, biasanya sejalan dengan kebijakan pemerintah. Masalah invasi Amerika ke Irak, dilihat dari kata invasi saja, kita tidak setuju. Kita juga sebagai bangsa Indonesia, tidak setuju invasi AS itu ke Irak.hal ini sama saja menjajah atau menduduki kedaulatan negara lain. Kita dalam pemberitaannya juga memperhatikan, paling tidak kita juga menentang invasi itu.

P : Lalu bagaimana kompas sendiri menjaga keobjektivitasan Tajuk rencana yang dibuat?

J : Pasti dalam ini. Sesuai dengan keadaan invasi Amerika ke Irak ini tidak benar, tidak sesuai tata pergaulan Internasional. Dalam keobjektivitasan tajuk rencana pasti tidak jauh dari situ. Bahasa tajuk rencana Kompas menggunakan bahasa yang lebih arif, tidak vulgar, diberikan dalam konteks memberikan

masukan, memberikan jalan keluar. Nah, objektivitasnya dikaitkan kesitu. Tapi intinya menentang invasi itu.

P : Apa yang melatar belakangi penulisan tajuk rencana tentang Irak? J : Pertama jelas terlihat tragedi kemanusiaan terjadi di Irak dengan terbunuhnya

masyarakat sipil yang tidak berdosa, juga yang kedua adalah sikap arogan AS terhadap penyerangan Irak, yang melibatkan banyak negara. Dan atas ketidak berdayaan PBB terhadap AS. Bisa dibilang AS nekat karena tidak ikut aturan PBB dan desakan masyarakat dunia.

P : Bagaimana kompas menentukan topik penulisan tajuk rencana, seperti dari judul kedelapan tajuk rencana ini?

J : Jadi pada intinya yang nulis itu ada timnya. Kurang lebih ada lima sampai sepuluh orang, tapi intinya ada lima. Intinya pimpinan dibagian meja tengah redaksi itu. Seperti Pak Jacoeb pun masih tetap menulis, inikan kamu mengambil yang lama, paragrafnya banyak. Sekarang lebih sedikit, tajuk rencana ada dua kan, Nasional dan Internasional. Nah, disitu ditentukan siapa yang mau Nasional dan Internasional ?. Lalu dalam tim mendiskusikan, siapa yang mau Internasional. Setelah ditentukan topik masalah yang lagi beredar, seperti Irak. Dibahas dulu dalam rapat redaksi, agak santai yang isinya Amerika tidak berlaku adil, penjahat kemanusiaan, mengindahkan kecaman dunia, dan setelah itu baru ditulis. Ada Pak Rikard, Pak Nino, Pak Trias dan lain-lain. Lalu kami salah satu menulis dengan kesepakatan yang tadi dibahas dalam rapat santai tadi, setelah udah jadi. Nanti ada yang membaca lagi, dan didiskusikan lagi. Kira-kira sampai dua sampai tiga kali pengeditan. Tapi

semua itu ditentukan berdasarkan kolektif, biasanya kalau Internasional lebih banyak berkompromi dulu, karena lebih pelik.

P : Bagaimana kompas sendiri dalam mengemas Tajuk rencana khususnya mengenai invasi AS ke Irak sepeti pemakaian kata ganti, seperti kita, mereka, kami?

J : Pada intinya Kompas ini dalam menggunakan kata ganti ini, kita menunjukan bahwa Kompas berada dalam pandangan masyarakat. Karena ini masalah bersama .Kompas lebih konservatif, Kompas mengajak semua sama-sama memikirkan dan prihatin. Dalam Irak ini jelas satu dunia tidak setuju. Kita lihat Irak adalah Negara Islam, dan Indonesia juga bependuduk Islam terbanyak di Dunia sampai 80% lebih. Nah itu kita musti menjadikan Kompas berada dalam pihak mayoritas, walaupun kita tidak mengaitkan dengan agama. Tapi tetap hal itu diperhatikan, dan menggunakan kata ganti ciri khas dari Kompas dalam penulisan tajuk rencana, sekalipun tidak semua. Tapi pada umumnya pakai kata ganti . Hal itu karena kebiasaan dari pimpinan dari dulu seperti itu, kayaknya indah dan pas seperti jiwanya Kompas. Kita kan tidak bisa bohong, karena sudah menjadi trademark / ciri khas. Sesuai dengan

jiwanya kompas, yang low profile dan suka merendah (tertawa).

P : Terkait dengan Tajuk Rencana Tanggal 28-03-2003, dengan Judul Kemenangan Apa Hendak Diraih AS Atas Perang Di Irak Mengapa terjadi perbedaan alur Maksud yang saling bertolak belakang Antara Paragraf 15, 16 dengan Paragraf 17 ?

J : Ini kan kalau saya lihat, kita mengambil Informasi dari AP,AFT, BBC Reuters dan lain-lain. Disitu muncul praanggapan yang ada di paragraf 15, 16 ini.

Dalam keluarnya biaya 100 milyar dollar AS untuk menyerang dan terdapat 115 barrel cadangan minyak Irak. Pasti AS menuntut uang kembali, ini berdasarkan analisa dan ditulis. Dan ternyata berdasarkan analisa Kompas masuk akal akan hal ini, kemudian kita tulislah. Namun, disatu sisi tidak semata-mata motifnya minyak karena AS pada dasarnya punya cadangan minyak bawah tanah itu, apalagi AS mengabaikan PBB dan masyarakat dunia yang buat AS dipandang buruk. Yang bisa menjatuhkan citra AS di mata dunia maka tidak mungkin kerena minyak, resikonya besar Jadi perkiraan paragraf 15, 16 dimentahkan di paragraf 17. Nah , disini terlihat, lalu apa sebenarnya motif serangan tersebut. Apakah terkait dengan terorisme 11 september, Saddam Hussein kan bagian yang memback-up ,begitu kira-kira.

Nah ditajuk rencana ini dipertanyakan, minyak punya, masa sih cuma karena minyak Amerika berani nekat. Hanya sampai perang selesai sampai saat ini tidak terjawab semua, yang bisa jawab cuma ada di benaknya Bush dan Cheney. Nah orang-orang memperkirakan minyak karena melihat Dick Cheney ( Wakil Presiden ) ini juragan minyak di Texas. Disitu opini timbul. Kira-kira begitu.

P : Apakah bisa dilatar belakangi atas dendam Bapak George W. Bush, Yaitu George Bush atas Saddam peristiwa penyerangan Irak ke Kuwait? J : Kalau kembali ke soal tajuk ini, dengan ada pertanyaan ini. Mungkin bisa jadi., tapi perang belum selesai. Hanya kalau dilihat-lihat AS dengan masalah

Irak menurut pandangan saya Irak ini kayak duri dalam daging, karena saya ketika dikuwait penulis tajuk rencana internasional tentang kuwait ketika itu, Irak menyerang Kuwait tidak sukses, Irak menyerang Iran digagalkan oleh AS, itu dulu zaman bapaknya. Dan sekarang AS dipermalukan lagi dengan serangan 11 September. Mungkin bagi AS Negara Irak sulit dikendalikan selama Saddam Hussein masih berkuasa, diseranglah dengan alasan terorisme.

P : Kalau menurut anda, idealnya sebuah media dalam menyampaikan Sebuah tajuk rencana seperti apa?

J : Idealnya seperti Kompas, kita kan selain konservatif kita juga media Nasional. Tidak berpihak pada kelompok atau golongan, tapi kita lebih ke visi misi yaitu membela orang kecil, kaum lemah, kaum tertindas, yang diambil haknya. Dan ini sesuai dengan amanat hati nurani rakyat. Dan tajuk rencana kami menitik beratkan seperti itu. Bisa kita lihat seperti Irak, negara lemah, udah pernah dikasih sanksi oleh PBB, diisolasi dari Dunia, sisi lain yang menyerang negara adidaya. Terus ada kaitannya dengan negara sesama muslim,. Tapi yang intinya bahwa Irak negara merdeka, negara kecil, dizholimi, nah dalam tajuk

rencana hal pokok ini yang iambil, namun bahasa jangan terlalu ekstrim seperti ganyang Amerika, matilu Amerika. Wah itu tidak bisa, karena Kompas tampil dengan elegan, tidak mendikte, tidak vulgar, mencarikan jalan keluar,

jadi bahasanya santun.

P : Bagaimana sikap anda tentang tuduhan AS terhadap Irak yang tidak terbukti sampai saat ini ?

J : Yang saya bilang tadi, namanya AS dia biasanya menggunakan loby untuk mendapatkan legitimasi. Menggunakan isu yang bisa mengancam negara atau dunia, kayak senjata Irak bisa sampai Israel dan Eropa. Walaupun tidak terbukti, tapi itulah alasan dia. Disatu sisi karena dia negara adidaya, otomatis negara lain akan cenderung mengikuti.

P: Apakah menurut anda AS gagal untuk memberikan kedamaian di Irak, yang pernah dijanjikan AS ?

J : Kalau dari tahun 2003 sampai dengan 2008 bisa dikatakan gagal, sekalipun juga ada pendapat hal ini dilakukan secara paksa untuk diterapkan di Irak. Karena sistem Timur Tengah biasanya menggunakan Khalifah, AS melihat hal ini tidak demokratis. Namun di Irak hal itu demokratis, nah tergantung masing-masing memandang. Tapi AS datang suku Syiah dan Kurdi senang, karena bisa bebas seperti menghirup udara segar. Tapi itulah dia, tidak segampang membalikan telapak tangan. Coba lihat AS seperti ini kan sampai ratusan tahun. Kira- kira gitu, gagal dan tidak gampang.

P : Menurut anda, apa yang menyebabkan banyaknya konflik di Irak pascaperang ini, seperti terjadinya Bom bunuh diri, penembakan dan lain-lain?

J : Saddam Hussein sudah puluhan tahun berkuasa, dan orang-orangnya sudah mengakar. Begitu digugat orang pun pasti berontak, bisa jadi karena suku-suku itu, Partai Bath (Partainya Saddam Hussein), pasukan loyalis Saddam, suku Syiah bisa juga karena melihat ada orang asing datang maka Syiah

berbuat, namun Syiah yang telah terkontaminasi” seperti Taliban atau Al-Qaidah. Karena dua kelompok ini benci sama AS, dan Syiah ini juga dibantu oleh Iran, karena Iran Syiah. Dan ada kaitan filosofis agama, Jihad.

P : Siapa yang seharusnya bertanggung jawab atas situasi ini ?

J : Ya kelompok-kelompok itu, Al- Qaidah, Taliban dan Kelompok Saddam. Namun kalau lihat secara detil agak susah, karena ketika bom bunuh diri terjadi, buktipun terputus. Susah untuk menilai yang sangat pasti.

P : Apakah seharusnya PBB dilibatkan dalam pemulihan yang tak kunjung damai ini ?

J: Karena awalnya PBB sudah dilecehkan, agak susah. Tapi kalau AS sudah angkat kaki, PBB harus datang. Makanya tergantung Amerika, nah kalau Partai Demokrat menang dan menarik mundur pasukannya, PBB harus masuk. Karena bisa kacau balau nantinya. Namun itu pekerjaan yang sangat sulit, harus ada dukungan dari semua pihak di Dunia.

P : Apa pesan yang ingin disampaikan kepada pembaca tentang Tajuk Rencana Perang Irak Ini ?

J : Nah tadi yang saya bilang, bagusnya yang ada divisi misi Kompas tadi, membela yang lemah, membela yang tertindas, jadi dalam tajuk rencana ini, kita beritahukan. Hal ini tidak benar, jangan terlalu dipaksakan dalam semua hal. Karena apapun juga sebagai sesama bangsa kita tetap mempunyai rasa kemanusiaan. Dan kita minta kepada orang berkuasa seperti Camat, Lurah,

Presiden. Jangan menindas yang lemah, berikan keadilan yang semestinya. Hal ini yang bisa kita ambil hikmah dari perang Irak. Kira-kira kayak gitu. Karena media adalah mediator.

ARTIKEL TAJUK RENCANA KOMPAS TENTANG PERANG IRAK KOMPAS Jumat, 21-03-2003. Halaman: 4

Tajuk Rencana

AMERIKA MELANCARKAN PERANG TIDAK ADIL TERHADAP IRAK AKAL sehat dan hati nurani kita, bukankah amat terganggu oleh perubahan sikap pemerintahan George W Bush yang begitu kasar dan nekat dalam hari-hari terakhir ini, menjelang pecahnya perang atas Irak?

Semula, jalan yang ditempuh adalah jalan Perserikatan Bangsa- Bangsa (PBB). Dikirimlah Tim Inspeksi senjata pemusnah massal ke Irak. Oleh Ketua Tim Pemeriksa Persenjataan PBB Hans Blix dilaporkan ke sidang Dewan Keamanan PBB bahwa Irak memberikan kerja sama yang cukup kredibel kepada Tim PBB. Tim menyarankan diperpanjangnya waktu untuk melanjutkan pekerjaan Tim.

Amerika Serikat dan Inggris, sekutunya, tidak dapat menerima. Pekerjaan Tim Pemeriksa Persenjataan sudah cukup. Ketika Dewan Keamanan tidak berhasil dibujuk oleh AS untuk membuat resolusi, yakni resolusi yang mengesahkan serangan ke Irak untuk melucuti senjata pemusnah massal, pemerintahan Bush ganti haluan.

Secara kasar, Irak diberinya ultimatum: Saddam Hussein dan kedua putranya mengasingkan diri dalam waktu 2 x 48 jam atau perang terhadap Irak dimulai. Dan itulah yang akhirnya pecah. Perang terhadap Irak dimulai kemarin.

TERUS terang, perasaan kita terpukul telak. Sepertinya kita bersama dunia kehilangan pegangan. Pegangan yang di antaranya sejak Presiden Woodrow Wilson diajarkan dan disebarkan oleh AS. Pegangan prinsip-prinsip yang merupakan prinsip, aturan main, dan cara bekerja PBB. Prinsip yang kita pelajari juga dari negara-negara demokrasi seperti Amerika dan Inggris.

Kita coba memahami perubahan dan ancaman zaman. Bahwa terutama setelah pengalaman serangan teror 11 September 2001 terhadap AS, muncul doktrin baru. Menurut doktrin baru, AS dan dunia dihadapkan pada musuh dahsyat yang tidak kelihatan serta tidak mengindahkan aturan main. Untuk menghadapinya diberlakukan hak menyerang secara pre-emptive. Hak menyerang lebih dulu.

Kita berusaha keras mencerna serta memahami ancaman baru berikut pendadakan dan kedahsyatan serangan terornya. Tetapi, apalagi ketika diterapkan terhadap Irak, suara hati dan akal sehat kita tetap berontak dan tidak dapat menerima.

SIKAP dan perasaan itu bukan kita saja yang menanggung. Warga terbesar dunia merasakannya. Belum pernah bergelora sikap dan demo antiperang di seantero dunia seperti dewasa ini, terhadap rencana dan aksi perang AS dan sekutunya terhadap Irak.

Gerakan damai properdamaian, prokemanusiaan, prokeadilan, bergelora di mana-mana. Bukan saja melibatkan orang muda, perempuan, gerakan politik, tetapi juga memobilisir suara hati para pemeluk dan pemimpin agama-agama di seluruh dunia.

Amat kita rasakan secara telanjang ber-jumawa-nya might is right, bak, hak itu apa? Hak itu kekuasaan. Kekuasaan militer Amerika. Kekuatan ekonomi Amerika. Mentang-mentang satu-satunya adikuasa dunia. Hak apa yang memberinya legitimasi sebagai jagoan dan polisi dunia?

Tidaklah dapat kita terima dan kita cerna semua argumen dan pertimbangannya yang membuat pemerintahan Bush begitu saja menyingkirkan posisi dan peranan PBB.

Bahkan, andaikata orang mencoba sejauh mungkin ingin tahu dan ingin memahami dan menenggang argumen Bush, terngiang-ngiang gugatan berikut kecemasan, dunia macam apa yang akan dihasilkan oleh tindakan AS. Jalan sendiri, tanpa peduli pandangan dan pertimbangan Negara lain. Benar-benar mendemonstrasikan prinsip might is right.

Apakah reperkusi sikap dan tindakan Amerika pascaperang Irak? Akan dibangun pemerintah demokrasi di Irak. Rakyat Irak dibebaskan oleh tindakan itu. Peranan PBB akan dikembalikan dan dikokohkan. Semua negara harus tunduk kepada prinsip dan aturan main PBB.

Sesungguhnya, itulah salah satu, sekurang-kurangnya jika bukan suatu ketidakadilan, adalah suatu nuisance, suatu gangguan perasaan fair dan sama sederajat antarbangsa-bangsa. Yakni bahwa ada negara, sejumlah negara, seperti AS yang memiliki kelebihan dan keunggulan sikap moral. Sikap benar dalam masalah-masalah dunia.

SEBELUM perang terhadap Irak pecah, kita bersama dunia melancarkan protes. Kini setelah perang pecah dan bagaimanapun penderitaan publik menjadi kenyataan, lagi-lagi kita melancarkan protes keras.

Kita melancarkan protes dan kita tunjukkan kepada AS dan Negara lain, dalam segala situasi, kita akan tetap mengendalikan diri dan melakukan protes secara damai.

Kita juga perlu membuat perhitungan dan pertimbangan bahwa aksi protes yang kita lakukan, juga tatkala hati kita panas dan perasaan kemanusiaan kita tertusuk, jangan sampai justru merugikan kepentingan kita sendiri.

Segala sesuatu kita sampaikan sesuai dengan rasa perasaan keadilan dan kemanusiaan kita. Karena itu, segala langkah dan gerak kita pertimbangkan jangan sampai membawa kerugian bagi kepentingan nasional kita sendiri. Tegas tetapi cerdas dan bijak itulah yang sebaiknya kita lakukan.

KEMARIN Presiden Megawati Soekarnoputri, atas nama pemerintah dan rakyat Indonesia, telah menyampaikan sikap resmi Indonesia atas tindakan sepihak yang dilakukan Pemerintah AS dan sekutunya. Kita mengecam keras dan menyesalkan proses multilateral melalui Dewan Keamanan PBB telah dikesampingkan.

Untuk mencegah tragedi kemanusiaan yang lebih besar dan dampak negatif terhadap politik dan ekonomi dunia, kita menyerukan agar upaya damai terus dilakukan. Setelah upaya damai melalui Dewan Keamanan PBB menemui jalan buntu, Indonesia mendesak Majelis Umum PBB untuk mengadakan sidang darurat di bawah kerangka resolusi "tindak bersama untuk perdamaian".

Langkah itu merupakan langkah terjauh yang memang bisa kita lakukan. Kita harus menggunakan saluran-saluran diplomatik yang ada, untuk mengupayakan terciptanya kedamaian di dunia. Sebab, tidak mungkin kita

menentang kekerasan, mencoba menghentikan kekerasan dengan kekerasan yang lain. Tidak ada sejarahnya cara kekerasan bisa menciptakan perdamaian.

KOMPAS Sabtu, 22-03-2003. Halaman: 4 Tajuk Rencana

EKSISTENSI PBB DIGUGAT DI BALIK SERANGAN SEPIHAK AS KE IRAK

POSISI dan peran Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) benar-benar dilecehkan dalam krisis dan Perang Irak. AS dengan dukungan kuat Inggris tetap saja menyerang Irak, tanpa memperdulikan sama sekali tuntutan dan tekanan PBB.

Kenyataan ini tidak hanya memperlihatkan arogansi AS sebagai negara besar, tetapi sekaligus merefleksikan kelemahan PBB sendiri. Lembaga yang menghimpun sekitar 200 negara di dunia itu seperti tidak berdaya menghadapi keperkasaan AS.

Tidaklah berlebihan jika PBB dianggap sebagai korban pertama Perang Irak, yang dimulai hari Kamis lalu. PBB menjadi limbung, terpukul hebat, kehilangan kepercayaan diri, dan kehilangan muka begitu genderang perang mulai ditabuh AS.

Segala upaya dan kerja keras PBB untuk mencegah perang, tampak sia-sia. Realitas ini memancing gugatan keras terhadap peran bahkan eksistensi PBB. Lembaga dunia itu dianggap gagal mendesak dan memaksa AS untuk menyelesaikan krisis Irak secara damai. Makna dan manfaat PBB pun dipertanyakan.

HANYA tidak bisa dimungkiri pula, PBB telah berjuang keras dan mati-matian sampai ambang batas. Perjuangan PBB diperkuat oleh gerakan global yang menentang perang. Muncul tuntutan dari mana-mana agar krisis Irak diselesaikan melalui mekanisme PBB. Rencana sepihak AS menyerang Irak, mendapat tantangan luas.

Sempat timbul harapan, PBB mendapat momentum penting untuk memperbaiki peran dan pengaruhnya. Kemandirian PBB memang mulai kelihatan ketika melaporkan hasil Tim Pemeriksa Persenjataan PBB di Irak, yang bertentangan dengan tuduhan AS.

Hasil inspeksi persenjataan PBB menyatakan, tidak ada bukti konkret

Dokumen terkait