BAB V PENUTUP
B. Saran-saran
B. Saran-saran
1. Hendaknya bagi masyarakat yang ingin melaksanakan perkawinan, terlebih dahulu mengerti dan memahami makna perkawinan itu sendiri. Jika telah memahami, mereka dapat mempersiapkannya dengan baik. Mereka benar-benar memilih mana yang terbaik baginya. Adapun jika berbeda agama denganya, maka ada baiknya mempertimbangkan dampak-dampak dari perkawinan tersebut.
2. Pernikahan sebaiknya dilakukan dengan sesama aqidah, karena akan lebih mudah menjalani rumah tangga dan untuk menjaga keturunan. kalaupun terjadi pernikahan beda agama harus ditanamkan toleransi yang tinggi, memberikan kebebasan kepada anak untuk memilih agamanya agar tidak menimbulkan kebingungan pada anak, dan bijaksana dalam memberikan bimbingan dan pendidikan agama.
3. Kepada anak-anak yang orang tuanya berbeda agama, hendaknya memahami dan mengerti betul dari ajaran agama yang dianut kedua orang tua anda. Mengetahui dampak-dampak yang terjadi akibat perkawinan yang dilakukan orang tua anda. Jika orang tua anda tipe orang tua yang tertutup dan bahkan memaksa kepada keinginan mereka, maka anda harus menjadi orang yang pintar untuk memilih jalan hidup sendiri tanpa ada paksaan dari pihak manapun.
4. Peraturan Perundang-undangan telah menjelaskan bahwa hak kebebasan anak beragama harus dilindungi dan sesuai dengan tujuan syari’at yaitu untuk menjaga agama atau hak beragama. Maka kepada orang tua yang berbeda agama agar sungguh-sungguh dalam memberikan hak itu dan pendidikan sampai ia dewasa sehingga terjamin kebahagian (kemaslahatan) anak
5. Kepada seorang anak, dengan hak yang ada pada diri anda, apapun pendidikan agama orang tua berikan dapat anda cerna. Allah telah memberikan akal untuk berpikir, dengan memikirkan apa-apa yang ada di sekitar lingkungan anda, akan mampu mencapai keyakinan itu dan dapat menentukan agama pilihan anda sesuai dengan keyakinan.
DAFTAR PUSTAKA
al-Qur’an al-Karim
Handrianto, Budi, Perkawinan Beda Agama dalam Syari’at Islam, Jakarta : Khaerul Bayan, 2003
Aini, Nooryamin, Afiliasi Agama Anak dari Keluarga Berbeda Agama, Jakarta: Laporan Penelitian, 1997
Sukrdja, Ahmad, Perkawinan Beda Agama menurut Hukum Islam, Jakarta : LSIK, 1999
Djalil, Basiq, Pernikahan Lintas Agama dalam Persepektif Fiqh dan KHI, Jakarta: Qalbun Salim, 2005
Zuhdi, Masjfuk, Masail Fiqhiyyah, Jakarta : Gunung Agung, 1997
Budi, Utomo, Setiawan, Fiqih Aktual, Jawaban Tuntas Masalah Kontemporer, Jakarta : Gema Insani, 2003
Nuruddin, Amiur, dan Akmal, Tarigan, Azhari, Hukum Perdata Islam di Indonesia, Studi Kritis Perkembangan Hukum Islam dari Fikih, UU No 1/1974 sampai KHI, Jakarta : Kencana, 2004
Lopa, Baharuddin, Al-Qur’an dan Hak Azasi Manusia, Jakarta : Dana Bakti, 1996 Syaukat, Hussain, Syeikh, Hak Asasi Manusia Dalam Islam, Jakarta : Gema Insani
Press, 1996
Hasan, Ayyub, Fikih Keluarga, Penerjemah : M. Abdul Ghoffar, Jakarta : Pustaka Al-Kautsar, 2006
Nasab Ar-Rifa’I, Muhammad, Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir, Jil. I, Penerjemah, Syahibudin, Jakarta: Gema Insani Pres, 1999
Sabiq, Sayyid, Fikih Sunnah, Jilid 6, Bandung : PT. Alma’arif, 1980,
Yanggo, H.Chuzaimah T., dan H. A. Hafiz Anshary A.Z., Problematika Hukum Islam Kontemporer,, Jakarta: Pustaka Firdaus, 2002
Sukardja, Ahmad dan Bakri Rahman, A., Hukum Perkawinan Menurut Islam, UU Perkawinan, dan Hukum Perdata/BW, Jakarta: Hidayah Karya Agung, 1981
Asy-Syahrastani, Al-Milal wa An-Nihal, terj. Asywadie Syukur, Surabya: Bina Ilmu, 2006
Nasution, Harun, Islam Ditijau dari Berbagai Aspek, Jil. 1, Jakarta: Universitas Indonesia, 1979
Zuhdi, Masjfuk, Masail Fiqhiyyah, cet, X, Jakarta: Gunung Agung, 1997
Hosen, Ibrahim, Fiqih Perbandingan dalam masalah Pernikahan, Jil. I. Jakarta: Pustaka Pirdaus, 2003
Rafiq, Ahmad, Hukum Islam Di Indonesia, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2000 Qardhawi, Yusuf, Fatwa-Fatwa Kontemporer, jilid I, terj. As’ad Yasin, Jakarta:
Gema Insani Pers, 1996
al-Maududi, Abu A’la, Kawin Cerai Menurut Islam, terj. Ahmad Rais, Jakarta: Gema Insani Pers, 1995
Rapiq, Ahmad, Fiqih Mawaris, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002
Usman, Suparman dan Somawinata, Yusuf, Fiqih Mawaris, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2002
Jawad Mughniyah, Muhammad, Fiqih Lima Madzhab, terj. Masykur dkk, Jakarta: Lentera Basritama, 2000
Sarnadi, Sukris, Transedensi Keadilan Hukum Waris Islam Transfrmatif, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1997
Abidin, Slamet, dan Aminiddin, Fiqih Munakahat I, Jakarta: Pustaka Setia, 1999 Asaf A.A. Fyzee dkk, Pokok-Pokok Hukum Islam I, penejemah: Arifin Bey, Jakarta:
Tinta Mas, 1959
Sabiq, Sayid, fiqih Sunnah, Jilid II, Semarang: Toha Putra
Pendidikan Kewarnageraan, (Cicic Education) Demokrasi, HAM, dan Masayarakat Madani, Jakarta: ICCE UIN Syarif Hidayatullah, 2003
Kosasih, Ahmad, HAM Dalam perspektif Islam, Jakarta: Salemba Diniyah, 2003
Jainal Aripin, Dkk, Hak Asasi Manusia dalam Tinjauan Islam Dan Implementasi di Indonesia, Kumpulan Hasil Penelitian, 2002
Mustafa, Ayoub, Mahmoud, Mengurai Konflik Muslim-Kristen, Penterjemah, Ali Noer Zaman, Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru, 2001
Sukardja, Ahmad, Piagam Madinah dan Undang-Undang Dasar 1945: Kajian Perbandingan tentang dasar hidup bersama dalam masyarakat yang majemuk, Jakarta: UI-Press, 1995
Syari’ah Islam dan HAM, Dampak Perda Syari’ah terhadap Kebebasan Sipil, hak-hak perempuan, dan Non-Muslim, Jakarta: Center for the study of Religion and Culture UIN Syahid, 2007
Bisri, Ilhami, Sistem Hukum Indonesia: Prinsip-Prinsip dan Implementasi Hukum di Indonesia, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004
AP. Budiyono, HD, Membina Kerukunan hidup Antar Umat Beriman, Yogyakarta: Kanisus, 1983
Rozak Husein, Abdur,Hak Anak Dalam Islam, Jakarta : Fikahati Aneska, 1992
R.I. Suhartin. C, Cara Mendidik Anak dalam Keluarga Masa Kini, Jakarta: Bharata Karya Aksara, 1986
Ali Muhammad, Rusjdi, Hak Asasi Manusia Dalam Perspektif Syari’at Islam; Mengenal Jati Diri Manusia, Jakarta: Arraniri Pres, 2004
Budi Hadrianto, Perkawinan Beda Agama dalam Syariat Islam, Jakarta: PT. Khairul Bayaan, 2003
LAMPIRAN I
NAMA: Sriastuti (Wanita Muslim yang suamianya beragama Kristen) 1. Kapan Ibu menikah dengan pak Basuki?
• Saya menikah pada Bulan Desember tahun 1997
2. Apakah Ibu tahu agama pak Basuki yang sebenarnya pada waktu itu? • Ya, saya tahu, agamanya nasrani, tapi karena ketika menikah dia mau dengan
cara Islam dan menyatakan masuk Islam dengan mengucapkan dua kalimah syahadat di depan seorang penghulu dan Akhirnya saya mau.
3. Di mana Ibu menikah dan siapa yang menjadi wali Ibu?
• Saya menikah di KUA Bogor, dan yang menjadi wali saya adalah seorang Hakim
• Anak saya sekarang berjumlah tiga orang; anak pertama berumur sepuluh tahun (kelas lima SD), anak kedua berumur tujuh tahun (kelas 2 SD) dan anak ketiga berumur satu tahun
5. Apakah Ibu tahu akibat-akibat hukum dalam Islam dari pernikahan dengan Pak Basuki sebelumnya terhadap anak-anak?
• Tidak tahu, tapi saya hanya menghawatirkan bagaimana agama anak-anak 6. Sekarang apakah anak ibu yang pertama sudah mengerti tentang
agamaya?
• Ya, ia sudah mengerti, ia sering menanyakan agamanya, karena ia selalu melihat teman-temannya belajar membaca Al-Qur’an dan di sekolah bersama teman-temannya belajar tentang agama Islam, tapi ia tidak punya buku tentang agama Islam karena dilarang oleh ayahnya (pak Basuki).
7. Kalau anak Ibu ditanya, ia mau ikut agama Ibu atau Agama pak Basuki?
• Anak saya itu cendrung mau ikut agama saya (Islam), karena dekat dengan saya dan ia sering bergaul dengan teman-temannya yang beragama Islam 8. Ketika menikah dengan Ibu pak Basuki beragama Islam, kenapa
sekarang pak Basuki pindah agama lagi?
• Karena keluarga kami tidak mencukupi dalam keuangan, suami saya (pak Basuki) hanya seorang kuli bangunan yang penghasilan tidak menentu. Suatu saat ia bertemu teman lamanya yang beragama Kristen, kemudian setiap hari
minggu mengajaknya pergi ke gereja. Dan gereja selalu memberikan sembako dan uang tapi dengan syarat mengajak saya dan anak-anak beragama Kristen
9. Apakah Ibu dan anak-anak mau diajak pak Basuki pindah ke agama Kristen?
• Kalau saya masih berkeyakinan dengan agama Islam dan anak saya yang pertama (Agus Wiyanto) juga ingin ikut agama saya, tapi suami saya selalu memaksa Agus ke gereja dengan paksa. Kalau tidak mau suami saya memukul dan Agus menangis, karena ia sering tidak mau
10.Bagaimana keadaan Agus sekarang ini?
• Agus setelah pulang sekolah hanya di rumah saja, karena dilarang oleh ayahnya untuk bermain dengan teman-temanya. Ia sering merasa minder. Ia ingin belajar sholat dan membaca al-Qur’an, tapi ia tidak berani karena takut ketahuan ayahnya
11.Apa yang ibu lakukan terhadap Agus?
• Agus sangat dekat dengan saya, ia ingin ikut agama saya, tapi kalau saya mengajarkan tentang agama Islam suami saya sangat marah. Maka saya mengajarkannya tentang agama Islam dengan diam-diam
Sriastuti
LAMPIRAN II
NAMA: Agus Wiyanto (anak pertama dari Ibu Sriastuti dan pak Basuki)
1. Apakah agus tahu agama ayah dan Ibumu?
• Ya, saya tahu, ayah beragama Kristen dan Ibu beragama Islam
2. Bagaiamana kedua orang tuamu mengajarkan agama kepadamu?
• Ayah sering mengajakku setiap hari minggu ke gereja, kata ayah untuk beribadah. Sedangkan Ibu menyuruhku untuk belajar membaca Al-Qur’an bersama teman-temanku, tapi sembunyi-sembunyi dari ayah karena ayah sering marah kalau saya belajar tentang agama Islam.
3. Agus sekarang memilih Agama siapa? Ikut agama ayahmu atau Agama Ibumu?
• Sebenarnya Saya ingin ikut agama Ibu, tapi ayah saya sangat marah-marah dan memaksa bahkan sering memukul kalau saya tidak mau ke gereja sehingga saya sering menangis. Ayah melarang untuk bermain keluar rumah. 4. Apakah Ibu Agus juga memaksa apabila menyuruh belajar membaca
Al-Qur’an?
• Tidak, karena saya ingin sekali belajar pelajaran agama Islam dan membaca Al-Qur’an seperti teman-teman saya. Ibu hanya menyuruh saja tapi tidak memaksa seperti memaksa.
5. Bagaimana keadaan Agus sekarang dengan perbedaan agama orang tua?
• Sekarang saya bingung dan merasa tertekan oleh ayah, maka sekarang saya kalau diajak ayah ke gereja saya ikut walaupun dengan keadaan terpaksa. Dan kalau di sekolah saya belajar membaca al-Qur’an dan Sholat juga bersama teman-teman.
Yang Diwawancara