• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V.KESIMPULAN DAN SARAN

5.2 Saran

Bertitik tolak dari pembahasan dan kesimpulan yang telah dikemukakan dalam penulisan skripsi ini maka penulis mencoba memberikan saran sebagai berikut:

1. Hendaknya perusahaan yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia lebih memperjelas mengenai pembuatan dan peng-input-an data pada laporan keuangan, sehingga para shareholders, mahasiswa, dan peneliti tidak mengalami kesusahan dalam melakukan penelitian.

2. Hendaknya Bursa Efek Indonesia menetapkan standar umum yang berlaku dalam penggunaan satuan didalam laporan keuangan bagi setiap perusahaan, mulai dari mat uang, susunan yang tersistematis, dan grafik ang informati, tetapi tidak mengesampingkan keakuratan dan kelengkapan data.

3. Hendaknya pada penelitian berikutnya meneliti lebih banyak variabel lagi sehingga dapat diketahui variabel apa saja yang berpengaruh terhadap profitabilitas.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Profitabilitas

2.1.1. Pengertian Profitabilitas

Profitabilitas sebagai kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dengan total aktiva, penjualan maupun hutang jangka panjang dalam satu periode tertentu. Sartono (2001) mendefinisikan profitabiltas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Berdasarkan definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa profitabilitas adalah suatu ukuran yang digunakan untuk mengukur efisiensi perusahaan dalam menghasilkan keuntungan selama periode waktu tertentu.

Dengan pengertian profitabilitas di atas maka seluruh perusahaan akan selalu berusaha keras untuk meningkatkan profitabilitasnya, dapat dikatakan bahwa perusahaan mampu mengelola sumber daya yang dimiliki secara efektif dan efisien sehingga mampu menghasilkan laba yang tinggi. Kinerja manajerial dari setiap perusahaan akan dapat dikatakan baik apabila, tingkat profitabilitas perusahaan yang dikelolanya tinggi ataupun dengan kata lain maksimal, dimana profitabilitas ini umumnya selalu diukur dengan membandingkan laba yang diperoleh perusahaan dengan sejumlah perkiraan yang menjadi tolak ukur keberhasilan perusahaan.

2.1.2 Rasio Profitabilitas

Rasio profitabilitas mengukur efektivitas manajamen secara keseluruhan yang ditunjukkan oleh besar kecilnya tingkat keuntungan yang diperoleh dalam hubungannya dengan penjualan maupun investasi. Semakin baik rasio profitabilitas maka semakin baik menggambarkan kemampuan tingginya perolehan keuntungan perusahaan.Rasio profitabilitas adalah rasio yang menghubungkan laba dari penjualan dan investasi. Menurut Brigham dan Houston (2006:107) rasio profitabilitas adalah sekelompok rasio yang menunjukkan gabungan efek-efek dari likuiditas, manajemen aktiva, dan utang pada hasil-hasil operasi.

Menurut Kasmir (2008: 198) sesuai dengan tujuan yang dicapai, terdapat beberapa jenis rasio profitabilitas yang dapat digunakan.

a. Profit Margin (Profit Margin on Sales) b. Return on Investment (ROI)

c. Return on Asset (ROA) d. Return on Equity (ROE) e. Laba perlembar saham

Untuk jelasnya dalam mengukur rasio profitabilitas dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Profit Margin (Profit Margin on Sales)

Profit Margin (Profit Margin on Sales) atau Ratio Profit Margin atau margin laba atas penjualan merupakan salah satu rasio yang digunakan untuk mengukur margin laba atas penjualan. Cara penggunaan rasio ini adalah dengan membandingkan laba bersih dengan penjualan bersih, rasio ini juga dikenal dengan profit margin. Untuk margin laba kotor dapat dihitung dengan rumus :

������������ =�������� − ��������������

����� � 100 %

Margin laba kotor menunjukkan laba yang relatif terhadap perusahaan dengan cara penjualan bersih dikurangi harga pokok penjualan. Rasio ini merupakan cara untuk penetapan harga pokok penjualan. Untuk margin laba bersih dapat dihitung dengan rumus :

���������������=������������������������� (����)

����� �100 %

Margin laba bersih merupakan ukuran keuntungan dengan membandingkan antara laba setelah bunga dan pajak dibandingkan dengan penjualan. Rasio laba bersih (net profit margin) digunakan untuk mengukur besarnya laba bersih ataupun keuntungan bersih yang dicapai perusahaan dari sejumlah penjualan tertentu.

Pengukuran ini adalah ukuran untuk mengukur persentase keuntungan perusahaan setelah dikurangi semua biaya dari pengeluaran termasuk bunga dan pajak.

b.Return on Investment(ROI)

Hasil pengembalian investasi atau yang lebih dikenal dengan nama Return on Investment (ROI) merupakan rasio yang menunjukkan hasil atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan. Return on Investment (ROI) juga merupakan suatu ukuran tentang efektivitas manajemen dalam mengelola investasinya. Rumus untuk mencari Return on Investment (ROI) adalah

������������������ (���) =��������������������������

c. Return on Assets (ROA)

Hasil pengembalian Aset atau yang lebih dikenal dengan nama Return on Assets (ROA) merupakan rasio yang menunjukkan hasil atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan. Return on Assets (ROA) juga merupakan suatu ukuran tentang efektivitas manajemen dalam mengelola asetnya. Rumus untuk mencari Return on Assets (ROA) adalah :

�������������� (���) =��������������������������

����������� � 100%

Return On Asset merupakan pengukuran kemampuan perusahaan secara keseluruhan untuk memperoleh keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia.Dalam perusahaan, perhitungan ROA adalah semakin tinggi rasio ini, semakin baik keadaan suatu perusahaan. Return on asset menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari aktiva yang dipergunakan.

d. Return on Equity (ROE)

Hasil pengembalian ekuitas atau Return on Equity (ROE) atau rentabilitas modal sendiri merupakan rasio untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri. Rasio ini menunjukkan efisiensi penggunaan modal sendiri semakin tinggi rasio ini semakin baik. Hal ini berarti posisi pemilik perusahaan semakin kuat, demikian pula sebaliknya. Rumus untuk mencari Return on Equity (ROE) adalah:

�������������� (���) =��������������������������

������ � 100%

Return on equity (ROE) adalah yaitu kemampuan dari modal sendiri untuk menghasilkan keuntungan bagi pemegang saham preferen dan saham biasa.

Pengukuran ini adalah ukuran pengembalian yang diperoleh pemilik atas invesasi di perusahaan.

e. Laba Perlembar Saham

Rasio laba per lembar saham atau disebut juga dengan rasio nilai buku merupakan rasio untuk mengukur keberhasilan manajemen dalam mencapai keuntungan bagi pemegang saham. Rasio yang rendah berarti manajemen belum berhasil untuk memuaskan pemegang saham, sebaliknya dengan rasio yang tinggi, kesejahteraan pemegang saham meningkat. Dengan pengertian lain tingkat pengembalian yang tinggi. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus :

���������������ℎ��= ������ℎ�������

��ℎ������������������ �100%

Dalam analisis Laporan keuangan, Return os assets (ROA) adalah yang paling sering digunakan, karena mampu menunjukkan keberhasilan perusahaan menghasilkan keuntungan. ROA mampu mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan pada masa lampau untuk kemudian diproyeksikan di masa yang akan datang. Assets atau aktiva yang dimaksud adalah keseluruhan harta perusahaan, yang di peroleh dari modal sendiri maupun modal asing yang telah diubah perusahaan menjadi aktiva-aktiva perusahaan yang digunakan untuk kelangsungan hidup perusahaan.

Peniliti membatasi hanya menggunakan satu cara dari berbagai rasio profitabilitas yang ada, yakni dengan memakai rasio Return On Assets untuk mengukur profitabilitas perusahaan. Return On Assets adalah ukuran keefektifan manajemen dalam menghasilalkan laba dengan aktiva yang tersedia. Semakin besar Return on assets perusahaan, semakin besar pula tingkat keuntungan

perusahaan yang dicapai perusahaan tersebut dan semakin baik pula posisi perusahaan tersebut dari segi penggunaan assetnya.

Menurut Wild, Subramanyam, dan Hasley, (2005:65) memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan. Adapun kelebihan ROA sebagai berikut:

1. ROA mudah dihitung dan dipahami,

2. merupakan alat pengukur prestasi manajemen yang sensitive terhadap setiap pengaruh keadaan keuangan perusahaan,

3. manajemen menitikberatkan perhatiannya pada perolehan laba yang maksimal,

4. sebagai tolak ukur prestasi manajemen dalam memanfaatkan aset yang dimiliki peruahaan untuk memperoleh laba,

5. mendorong tercapainya tujuan perusahaan,

6. sebagai alat mengevaluasi atas penerapan kebijakan-kebijakan manajamen. Meskipun ROA memiliki kelebihan, namun ROA juga memiliki kelemahan,

Kelemahan ROA adalah sebagai berikut:

1. kurang mendorong manajemen untuk menambah asset apabila nilai ROA yang diharapkan ternyata terlalu tinggi,

2. manajemen cenderung fokus pada tujuan jangka pendek bukan pada tujuan jangka pendek bukan pada tujuan jangka panjang, sehingga cenderung mengambil keputusan jangka pendek yang lebih menguntungkan tetapi berakibat negatif dalam jangka panjangnya.

2.2 Modal Kerja

2.2.1 Definisi Modal Kerja

Menurut Djarwanto (2001) modal kerja adalah berhubungan dengan keseluruhan dana yang digunakan selama periode akuntasi tertentu yang dimaksudkan untuk menghasilkan pendapatan untuk periode akuntasi yang bersangkutan (current income). Menurut Munawir (2004) modal kerja adalah kelebihan nilai aktiva yang dimiliki perusahaan terhadap seluruh hutang- hutangnya. Dari berbagai pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa modal kerja adalah investasi sebuah perusahaan pada aktiva-aktiva jangka pendek-kas, sekuiritas, persediaan dan piutang yang digunakan untuk memenuhi kegiatan operasi perusahaan. Menurut Kasmir (2008) mengenai pengertian modal kerja dapat dikemukakan adanya beberapa konsep yaitu konsep kuantitatif, konsep kualitatif, dan konsep fungsional.

a) Konsepkuantitatif

Konsep kuantitatif menyebutkan bahwa modal kerja adalah seluruh aset lancar dan lebih menekankan bagaimana membiayai operasi perusahaan jangka pendek.

b) Konsep kualitatif

Konsep kualitatif merupakan konsep yang berfokus pada kualitas modal kerja. Aset lancar yang lebih besar dari kewajiban lancar akan menimbulkan kepercayaan bagi para kreditor kepada pihak perusahaan, dan jika current ratio menunjukkan sebaliknya, maka akan mengurangi kepercayaan kreditor.

c) Konsep fungsional

Konsep fungsional berfokus pada fungsi dana yang dimiliki perusahaan dalam memperoleh laba, artinya semakin banyak dana yang digunakan sebagai modal kerja seharusnya dapat meningkatkan perolehan laba.

Perbedaan mendasar dari tiga konsep di atas adalah jumlah modal kerja. Dari beberapa pengertian modal kerja penulis menarik kesimpulan bahwa modal kerja yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan operasi sehari-hari merupakan modal kerja kuantitatif karena modal kerja ini didasarkan pada keseluruhan aktiva lancar dalam menghasilkan pendapatan dari usaha pokok perusahaan, hal ini sesuai dengan judul yang penulis ambil bahwa ada keterkaitn antara modal kerja dengan profitabilitas.

2.2.2. Jenis Modal Kerja

Modal kerja dapat digolongkan menjadi 2 jenis yaitu modal kerja permanen dan modal kerja variabel.

a. Modal kerja Permanen (Permanent Working Capital), yaitu modal kerja yang harus tetap ada pada perusahaan untuk dapat menjalankan fungsinya. Modal permanen ini dapat dibedakan dalam :

1. Modal kerja primer, yaitu kerja modal minimum yang harus ada pada perusahaan untuk menjamin konstinuitas usahanya.

2. Modal kerja normal, yaitu jumlah modal kerja yang diperlukan untuk menyelenggarakan luas produksi yang normal.

b. Modal Kerja Variabel (Variabel Working Capital), yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan perubahan keadaan, dan modal kerja ini dibedakan antara modal kerja musiman, modal kerja siklis, dan modal kerja darurat.

1. Modal kerja musiman, yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan karena fluktuasi musim.

2. Modal kerja siklis, yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan karena fluktuasi.

3. Modal kerja darurat, yaitu modal kerja yang besarnya berubah-ubah karena keadaan darurat yang tidak diketahui sebelumya (misalnya adanya pemogokan buruh, banjir, perubahan keadaan ekonomi yang mendadak).

2.2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Modal Kerja

Untuk menentukan jumlah modal kerja yang dianggap cukup bagi suatuperusahaan bukan merupakan hal yang mudah, karena modal kerja yangdibutuhkan oleh suatu perusahaan dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut (Munawir, 2004):

1. sifat atau jenis perusahaan,

2. waktu yang diperoleh untuk memproduksi barang yang akan dijual, 3. syarat pembelian dan penjualan,

4. tingkat perputaran persediaan, 5. tingkat perputaran piutang, 6. volume penjualan,

2.2.4 Sumber Modal Kerja

Menurut Djawarnto (2001) pada umumnya modal kerja suatu perusahaan berasal dari beberapa sumber seperti hasil operasi perusahaan, investasi jangka pendek, penjualan aktiva tetap, penjualan saham, dana pinjaman dari bank dan kredit dari supplier.

a) Hasil operasi perusahaan

Modal kerja perusahaan yang berasal dari hasil operasi perusahaan dapat dihitung dengan menganalisa laporan penghitungan laba rugi perusahaan. Dengan adanya keuntungan atau laba dari usaha perusahaan dan apabila laba tersebut tidak diambil oleh pemilik perusahaan maka laba tersebut akan menambah modal perusahaan yang bersangkutan.

b) Keuntungan dari penjualan surat-surat berharga (investasi jangka pendek). Surat-surat berharga merupakan salah satu elemen aktiva lancar yang segera dapat dijual dan akan menimbulkan keuntungan bagi perusahaan. Dengan adanya penjualan surat berharga ini menyebabkan terjadinya perubahan dalam unsur modal kerja yaitu dari bentuk surat berharga menjadi uang kas. Keuntungan yang diperoleh dari penjualan surat berharga ini merupakan suatu sumber bertambahnya modal kerja, sebaliknya apabila terjadi kerugian maka modal kerja akan berkurang. c) Penjualan aktiva tetap, investasi jangka panjang, dan aktiva tidak lancar

Sumber lain yang dapat menambah modal kerja adalah hasil penjualan aktiva tetap, investasi jangka panjang dan aktiva tidak lancar lainya yang

tidak diperlukan lagi oleh perusahaan. Perubahan dari aktiva ini menjadi kas atau piutang akan menyebabkan bertambahnya modal kerja.

d) Penjualan saham atau obligasi

Untuk menambah dana atau modal kerja yang dibutuhkan perusahaan dapat pula mengadakan emisi saham baru atau meminta kepada para pemilik perusahaan untuk menambah modalnya atau dengan menerbitkan obligasi.

e) Dana pinjaman dari bank dan pinjaman jangka pendek lainnya.

Pinjaman jangka pendek (seperti kredit bank) bagi beberapa perusahaan merupakan sumber penting dari aktiva lancarnya, terutama sebagai tambahan modal kerja yang diperlukan untuk membelanjai kebutuhan modal kerja musiman, siklis, keadaan darurat atau kebutuhan jangka pendek lainnya.

f) Kredit dari supplier

Salah satu sumber modal kerja adalah kredit yang diberikan supplier. Material, barang-barang dan jasa bisa dibeli secara kredit. Apabila perusahaan kemudian dapat mengusahakan menjual barang dan menarik pembayaran piutang sebelum waktu hutang harus dilunasi, perusahaan hanya memerlukan modal kerja yang kecil.

2.3. Produktivitas Tenaga Kerja

2.3.1 Definisi Produktivitas Tenaga Kerja

Setiap perusahaan selalu berusaha agar karyawan bisa berprestasi dalam bentuk memberikan produktivitas tenaga kerja yang maksimal. Produktivitas karyawan bagi suatu perusahaan sangatlah penting sebagai alat pengukur keberhasilan dalam menjalankan usaha. Karena semakin tinggi produktivitas karyawan dalam perusahaan, akan meningkatkan laba dan produktivitas di perusahaan tersebut.

Menurut William K Carter (2009) Produktivitas tenaga kerja diartikan sebagai suatu ukuran kinerja produksi yang menggunakan pengeluaran atas usaha manusia sebagai tolak ukurnya. Produktivitas tenaga kerja merupakan jumlah barang dan jasa yang di produksi oleh seorang pekerja. Dari pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa produktivitas tenaga kerja adalah kemampuan menghasilkan barang dan jasa dari berbagai sumberdaya atau faktor produksi yang digunakan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas pekerjaan yang dihasilkan dalam suatu perusahaan. Produktivitas kerja merupakan tingkat keunggulan yang diharapkan dan pengendalian atas tingkat keunggulan untuk memenuhi keinginan konsumen. Produktivitas dimulai dari kebutuhan pelanggan dan berakhir pada persepsi pelanggan.

2.3.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Tenaga Kerja

Dalam upaya meningkatkan produktivitas kerja karyawan di suatu perusahaan perlu memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi. Menurut Barry Hender dan Jay heizer (2001), terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi yaitu tenaga kerja, manajemen, dan modal.

1) Tenaga kerja

Peningkatan dalam kontribusi ketenagakerjaan pada produktivitas adalah hasil dari tenaga kerja yang lebih sehat, berpendidikan lebih baik, dan lebih terjamin. Beberapa peningkatan bahkan dapat terlihat dari lebih singkatnya waktu kerja sekarang. Sekitar 20% dari peningkatan produktivitas tahunan dikaitkan dengan peningkatan mutu tenaga kerja. Tiga variabel kunci untuk produktivitas ketenaga-kerjaan yang lebih baik adalah:

a. pendidikan dasar cocok bagi angkatan kerja yang efektif, b. pengetatan angkatan kerja,

c. pengeluaran sosial yang membuat tenaga kerja tersedia,seperti transportasi dan sanitasi.

2) Manajemen

Manajemen ialah faktor dan produksi dan sumber daya ekonomi. Manajemen bertanggung jawab untuk meyakinkan bahwa tenaga kerja dan modal digunakan secara efektif untuk meningkatkan produktivitas. Manajamen termasuk perbaikan melalui penerapan teknologi dan pemanfaatan pengetahuan yang memerlukan pendidikan dan penelitian.

3) Modal

Modal merupakan landasan gerak suatu usaha perusahaan,karena dengan modal perusahaan dapat menyediakan peralatan bagi manusia yaitu untuk membantu melakukan pekerjaan dalam meningkatkan produktivitas kerja. Fasilitas yang memadai akan membuat semangat kerja bertambah secara tidak langsung produktivitas kerja dapat meningkat.

2.3.3 Pengukuran Produktivitas Kerja

Untuk mengetahui produktivitas kerja dari setiap karyawan maka perlu dilakukan sebuah pengukuran produktivitas kerja. Pengukuran produktivitas tenaga kerja menurut sistem pemasukan fisik per orang atau per jam kerja orang ialah diterima secara luas, dengan menggunakan metode pengukuran waktu tenaga kerja (jam, hari atau tahun). Menurut Henry Simamora (2004: 612) faktor- faktor yang digunakan dalam pengukuran produktivitas kerja meliputi kuantitas kerja, kualitas dan ketepatan waktu.

1. Kuantitas kerja adalah merupakan suatu hasil yang dicapai oleh karyawan dalam jumlah tertentu dengan perbandinggan standar ada atau ditetapkan oleh perusahaan.

2. Kualitas kerja adalah merupakan suatu standar hasil yang berkaitan dengan mutu dari suatu produk yang dihasilkan oleh karyawan dalam hal ini merupakan suatu kemampuan karyawan dalam menyelesaikan pekerjaan secaea terknis dengan perbandingan standar yang ditetapkan oleh perusahaan.

3. Ketepatan waktu merupakan tingkat suatu aktivitas diselesaikan pada awal waktu yang ditentukan, dilihat dari sudut koordinasi dengan hasil output serta memaksimalkan waktu yang tersedia untuk aktivitas lain, ketepatan waktu diukur dari persepsi karyawan terhadap aktivitas yang disediakan diawal waktu sampai menjadi output.

2.4 Hutang

2.4.1 Pengertian Hutang

Hutang adalah kewajiban, maka hutang merupakan kewajiban yang dimiliki oleh pihak perusahaan yang bersumber dari dana eksternal baik yang berasal dari sumber pinjaman perbankan, leasing, penjualan obligasi dan sejenisnya. Menurut Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 Pasal 1 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Hutang, hutang adalah kewajiban yang dinyatakan atau dapat dinyatakan dalam jumlah uang baik dalam mata uang Indonesia maupun mata uang asing, baik secara langsung maupun yang akan timbul dikemudian hari atau kontinjen, yang timbul karena perjanjian atau Undang-undang dan yang wajib dipenuhi oleh debitor dan bila tidak dipenuhi memberi hak kepada kreditor untuk mendapat pemenuhannya dari harta kekayaan debitor.

Dengan kata lain hutang adalah seluruh kewajiban perusahaan kepada pihak lain yang pelunasannya baru akan dilakukan di masa yang akan datang.Hutang ini timbul dari transaksi atau kejadian masa lalu. Hutang harus melibatkan transfer asset atau penyediaan jasa dikemudian hari yang bersifat probable (hampir pasti). Hutang juga merupakan kewajiban dari suatu entitas.

2.4.2 Klasifikasi Hutang

Klasifikasi hutang dimaksudkan dalam hal ini adalah klasifikasi sebagaimana yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintah yang menyatakan bahwa hutang diklasifikasikan dalam hutang jangka panjang dan hutang jangka pendek.

1. Hutang jangka pendek merupakan kewajiban yang akan jatuh tempo dalam satu tahun dalam siklus operasi normal perusahaan. Selain itu, hutang lancar biasanya dibayar dengan aktiva lancar. Jika hutang yan telah diklasifikasikan sebagai tidak lancar akan jatuh tempo di tahun depan, maka kewajiban tersebut harus dilaporkan sebagai hutang lancar.

Hutang lancar terbagi dalam dua jenis ini sebagaimana dikatakan oleh Subramanyam dan John J. Wild, yaitu “jenis pertama timbul dari aktivitas operasi meliputi utang pajak, pendapatan diterima di muka, uang muka, utang usaha, dan beban operasi akrual lainnya, seperti hutang gaji. Jenis kedua hutang lancar timbul dari aktivitas pendanaan, meliputi pinjaman jangka pendek, bagian hutang jangka panjang yang jatuh tempo dan hutang bunga”.

2. Hutang jangka panjang merupakan kewajiban yang jatuh temponya lebih dari satu tahun. Selain itu, hutang jangka panjang ini akan dibayar dengan penyerahan aktiva tidak lancar yang telah diakumulasikan untuk tujuan pelunasan kewajiban. Penyebutan hutang jangka pendek ini karena dana yang dipakai dari sumber hutang ini dipergunakan untuk membiayai kebutuhan yang bersifat jangka panjang. Alokasi pembiayaan jangka

panjang biasanya bersifat tangible asset (aset yang bisa disentuh), dan memiliki nilai jual tinggi jika suatu saat dijual kembali, dengan itu penggunaan dan hutang jangka panjang ini dipakai untuk kebutuhan jangka panjang seperti pembangunan pabrik, pembelian tanah, gedung, dan sebagainya.

2.5 Tinjauan Penelitian Terdahulu.

Penelitian ini mendapat ide dan pengetahuan dari penelitian terdahulu yang beragam dari peneliti sebelumnya. Review atas penelitian terdahulu dapat dilihat pada tabel 2.1

Tabel 2.1

Penelitian Terdahulu No. Nama

Peneliti

Variabel Penelitian Hasil Penilitian

1. Kalia (2013)

Variabel Independen; Hutang jangka pendek dan Hutang jangka panjang, Variabel Dependen: Profitabilitas

Hutang jangka pendek dan hutang jangka panjang

berpengaruh signifikan terhadap return on asset dan return on equity.

2. Sinuraya (2011)

Variabel Independen : Modal Kerja dan Perputaran modal kerja, Variabel Dependen : Profitabilitas

Modal kerja dan perputaran modal kerja secara simultan berpengaruh positif terhadap profitabilitas, sedangkan secara parsial hanya variabel jumlah modal kerja yang berpengaruh positif terhadap profitabilitas. 3. Ginting

(2013)

Variabel Independen : Perputaran modal kerja dan likuiditas, Variabel

Dependen : Profitabilitas

Manajemen modal kerja dan likuiditas berpengaruh secara bersama-sama terhadap profitabilitas.

4. Kelana (2007)

Variabel Independen : Modal kerja, Variabel Dependen : Profitabilitas

Tidak ada hubungan antara modal kerja dengan

profitabilitas.

Sumber: Diolah oleh peneliti

Kalia (2013) Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh hutang jangka pendek dan hutang jangka panjang terhadap profitabilitas yang diukur dengan return on assets dan return on equity. Teknik pengambilan sampel menggunakan jugment sampling dengan sampel PT Semen Gresik, Tbk, sedang teknik analisis data menggunakan regresi liner beganda, di mana variabel bebas terdiri dari hutang jangka pendek dan hutang jangka panjang serta profitabilitas yang diukur dengan return on assets dan return on equity sebagai variabel terikat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel hutang jangka pendek dan hutang jangka panjang berpengaruh signifikan terhadap return on assets dan return on equity. Sedangkan hutang jangka pendek berpengaruh dominan terhadap return on assets dan return on equity karena nilai koefisien determinasi parsialnya paling besar.

Sinuraya (2011), Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah modal kerja dan perputaran modal kerja baik secara parsial maupun secara simultan

Dokumen terkait