• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PENUTUP

B. Saran-Saran

Dari penelitian ini, penulis dapat memberikan saran- saran, sebagai berikut: 1. Terhindarnya kerugian cicil emas pada Bank Syariah Mandiri (BSM), maka

sebaiknya pihak bank mengetahui risiko-risiko yang akan terjadi dan strategi apa yang harus dilakukan untuk menangani hal tersebut.

2. Perlu ditingkatkan manajemen risiko cicilan emas pada Bank Syariah Mandiri, agar kinerja bank syariah menjadi lebih baik lagi tanpa adanya risiko

3. Emas selalu menjadi instrument investasi yang dicari orang. Nilainya yang stabil serta likuid membuat investasi di instrument ini tidak pernah lekang oleh waktu. Banyaknya minat masyarakat khususnya para wanita (ibu rumah tangga) dalam memiliki logam mulia seperti emas secara mencicil cenderung sangat tinggi. Maka dihimbau agar lebih selektif dan berhati-hati dalam berinvestasi melalui produk cicil emas tersebut. Para wanita (ibu rumah tangga) harus memahami terlebih dahulu karakteristik produk ini dan risikonya.

79

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an & Terjemahannya, Departemen Agama RI.

At-Tarmidzi, Sunan At-Tirmidzi, Juz 3, Nomor Hadits 1290, CD Room, Maktabah Kutub Al-Mutun, Silsilah Al-‘Ilm An-Nfi’, Seri 4, Al-Ishdar Al-Awwal, 1426 H.

A.Perwataatmadja, Karnaen, Hendri Tanjung.Bank Syariah. Jakarta: Celestial Publishing, 2011.

Arifin,Zainul. Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah, Tangerang : Azkia Publisher, 2009.

Arifin, Zainul.Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah, Jakarta: Pustaka Alvabet, 2005.

Basyaib,Fahmi.Manajemen Resiko. Jakarta : PT Grasindo, 2007.

Bungin, Burhan. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2004.

Darmawi,Herman. Manajemen Resiko. Jakarta : Bumi aksara, 2006.

Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia. Himpunan Fatwa Dewan Syariah

Nasional No 77/DSN-MUI/IV/2010. Jakarta : MUI, 2010.

Haque,Ataul. Reading in Islamic Banking. Dhaka : Islamic Foundation, 1987.

Hidayat,Mohamad. an introduction to The Sharia Economic pengantar ekonomi

syariah, Jakarta : Zikrul, 2010.

Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah, Juz 2, Nomor hadit’s 2139, CD Room, Maktabah

Kutub Al-Mutun, Silsilah Al-‘Ilm An-Nafi’, Seri 4, Al-Ishdar Al-Awwal, 1426 H, hlm.724.

J. Moleong, Lexy. metodologi penelitian kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2002.

Karim, Adiwarman. Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2007.

M.Herujitu, Yayat. Dasar-Dasar Manajemen. Jakarta : PT Grafindo, 2001. Marbun, BN. Kamus Manajemen. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, 2003. Muslich, Ahmad Wardi. Fiqh Muamalat. Jakarta : AMZAH, 2010.

80

Muhammad. Manajemen Bank Syariah. Yogyakarta : Unit Penerbit dan Percetakan (UPP), 2005.

Muhammad bin Isma’il Al-Kahlani, Subul As-Salam, Juz 3, Maktabah Mushthafa Al-Babiy Al-Halabiy, Mesir, cet.IV, 1960.

Nafik, Muhamad. Bursa Efek Investasi Syariah . Jakarta : PT Serambi Ilmu Semesta, 2009.

Nazir, Moh. Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia, 2003.

Nurhayati,Sri.Akuntansi Syariah di Indonesia, Jakarta : PT Salemba Empat, 2011. Palaloi, Ihsan. Muhammad dkk.Kemilau Investasi Emas. Jakarta: Science Research

Foundation, 2006.

Peraturan Bank Indonesia. Penetapan Manajemen Risiko Bagi Bank Umum Syariah, PBI No.11/25/2009, Jakarta : PBI, 2009.

Peraturan Bank Indonesia. Kepemilikan emas dengan akad Murabahah. SE Nomor 14/16/DPb.Jakarta : PBI, 2012

Rodoni,Ahmad.Investasi Syariah, Jakarta : Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009. Salim, Joko. 10 Investasi Paling Gampang & Paling Aman. Jakarta : Transmedia

Pustaka, 2010.

S.P.Hasibuan, Malayu. Dasar-Dasar Perbankan, Jakarta : PT Bumi Aksara, 2004. Tampubolon, Robert. Risk Management. Jakarta : Kompas Gramedia, 2006.

Wasito, Hermawan. Pengantar Metodologi, Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 1993.

Internet

BSM Cicil Emas. www.syariahmandiri.co.id. dikutip pada tanggal 14 April 2014.

http://www.blogspot.com//Manajemen resiko perbankan syariah, ppt/dikutip pada 11/06/2014

Hendro Wibowo, Manajemen Risiko Bank Syariah,http://hndwibowo.blogspot.com, di kutip pada 11/06/2014.

Produk Investasi Emas Bank Syariah Mandiri. www.syariahmadiri.co.id. diakses

pada tanggal 11 Juni 2014 pukul 17.00 WIB

Rahmani Timorita Yulianti, Manajemen Resiko Perbankan Syariah, http://master-islamic.ac.id, di kutip pada 11/06/2014.

81

Sejarah dan perkembangan Bank syariah Mandiri. www.syariahmandiri.co.id.

diakses pada tanggal 10 Mei 2014 pukul 17:00 WIB

Sejarah dan Perkembangan BSM. www.republika.co.id. diakses pada tanggal 11 Juni

2014 pukul 11:30 WIB Wawancara

Wawancara secara langsung dengan Bapak Arif Irawan, Staff Bagian Cicil Emas Bank Syariah Mandiri (BSM).

83 LAMPIRAN

PEDOMAN WAWANCARA

Nama : Arif Irawan (Iwan)

Telp : 081381838063

Jabatan : Staf Bagian Cicil Emas BSM Waktu : 15.00 sd 16.00

Tempat : Bank Syariah Mandiri, Kantor Cabang Ciputat

Bank Syariah Mandiri sebagai bank terbesar di Indonesia dan telah mengeluarkan berbagai produk. Salah satu produk terbaru BSM yang dapat mempermudah nasabah dalam kepemilikan emas adalah Cicil emas.

1. Apa tujuan dari produk BSM cicil emas ?

Fasilitas yang disediakan oleh BSM untuk membantu nasabah dalam membiayai pembelian atau kepemilikan emas berupa lantakan atau batangan dengan cara mudah punya emas dan menguntungkan.

2. Jenis emas seperti apa yang dapat dibiayai?

Emas lantakan (batangan) dengan minimal jumlah gram adalah 10 gram. 3. Berapa lama jangka waktu pembiayaan produk BSM cicil emas?

Anda dapat memilih jangka waktu pembiayaan yang diinginkan paling singkat dua (2) tahun dan paling lama hingga lima (5) tahun.

84 4. Apa saja keunggulan dari cicil emas di BSM ?

a. Aman: Emas Anda diasuransikan. b. Menguntungkan : Tarif yang kompetitif.

c. Layanan Professional : Perusahaan terpecaya dengan kualitas layanan terbaik. d. Mudah : pembelian emas dengan cara cicilan atau angsuran.

e. Likuid : dapat diuangkan dengan cara dijual atau digandakan.

5. Diantara keunggulan tersebut, pasti akan ada risiko yang timbul pada investasi cicil emas pada BSM tersebut . Apa saja Risiko-Risikonya ?

BSM menerapkan manajemen risiko pada seluruh aktivitas operasional agar eksposur risiko kredit, risiko pasar (suku bunga), risiko likuiditas dan risiko operasional dapat terkendali secara baik dan memadai.

a. Risiko Kredit

BSM harus mengelola risiko kredit secara baik dan berkesinambungan guna menjaga portofolio aktiva produktif tetap berkualitas baik dan memberikan keuntungan. Karena itu BSM selalu menjaga agar tidak terjadi penurunan kualitas pembiayaan sehingga Non Performance Financing (NPF) tidak melampaui limit sesuai dengan ketentuan BSM Indonesia.

b. Risiko Pasar

BSM menghadapi risiko pasar terkait dengan portofolio valuta asing dan surat berharga kategori Trading and Available for Sale (AFS) yang dimiliki BSM. Dalam mengelola risiko pasar, BSM senantiasa memantau eksposur

85

risiko secara rutin sehingga dapat meminimalisasi kerugian akibat pergerakan imbal hasil pasar dan perubahan nilai tukar yang tidak menguntungkan.

c. Risiko Likuiditas

Risiko likuiditas terkait dengan ketidakmampuan BSM dalam memenuhi seluruh kewajiban yang jatuh tempo dalam jangka pendek. BSM mengelola risiko likuiditas melalui penetapan kebijakan manajemen risiko dan pedoman pengelolaan dana, strategi dan contingency plan likuiditas.

d. Risiko Operasional

BSM membutuhkan pengelolaan risiko operasional secara terpadu dan terintegrasi agar kegiatan operasional BSM terpantau dan terkendali dengan baik. Proses internal, sistem, manusia, dan kejadian eksternal adalah faktor-faktor yang memicu kejadian risiko operasional yang dapat merugikan BSM. 6. Bagaimana Strategi manajemen risiko cicilan emas pada BSM ?

a. Mengidentifikasi risiko secara tepat pada transaksi cicil emas di BSM, suatu bank syariah harus mengenal dan memahami risiko yang ada maupun yang mungkin timbul. Selain itu, untuk menghindari risiko kredit berupa risiko kerugian cicilan emas pada Bank Syariah Mandiri (BSM). Salah satu aplikasi proses identifikasi risiko pada Bank Syariah Mandiri adalah dengan mengetahui terlebih mendalam transaksi yang akan dijalankan, seperti dalam transaksi produk cicil emas pada BSM yang menggunakan akad murabahah. Risiko-risiko yang dapat diidentifikasi, antara lain: nasabah memanipulasi

86

informasi data penghasilan, nasabah tidak mampu membayar kewajiban pada saat jatuh tempo yang telah disepakati, dan sebagainya. Oleh karena itu, BSM harus membidik para nasabah potensial dalam transaksi cicil emas tersebut. Dengan melalui 5C (The Five C’s Principles) dalam Perbankan Syariah, antara lain: Character (karakter), Capacity (kemampuan mengembalikan utang), Collateral (jaminan), Capital (modal), dan Condition (situasi atau kondisi). Bagi pihak BSM, nasabah yang memenuhi kriteria 5C adalah orang yang sempurna untuk mendapatkan pembiayaan. BSM melihat orang yang memiliki karakter kuat, kemampuan mengembalikan uang, jaminan yang berharga, modal yang kuat, dan kondisi perekonomian yang aman. Nasabah dengan kriteria seperti itulah merupakan nasabah potensial untuk diajak bekerja sama atau nasabah yang layak mendapatkan penyaluran kredit atau cicilan.

Prinsip-prinsip 5C dalam Bank Syariah Mandiri (BSM), antara lain :

1. Character (karakter) calon nasabah pada BSM berdasarkan ketentuan

syariah, diantaranya : Data tentang kepribadian dari calon nasabah seperti sifat-sifat pribadinya, kebiasaan-kebiasaannya, cara hidup, keadaan maupun latar belakang keluarganya. Character ini digunakan untuk mengetahui apakah nantinya calon nasabah ini jujur berusaha untuk memenuhi kewajibannya berdasarkan akad perjanjian antara pihak BSM dan pihak nasabah. Bank syariah menempatkan karakter/sikap baik

87

nasabah maupun pengelolaan pada posisi yang sangat penting dan menempatkan sikap akhlakul karimah sebagai sikap dasar hubungan antara nasabah dan bank. Sedangkan pada Bank Kovensional Tidak adanya ikatan emosional yang kuat antara Pemegang Saham, Pengelola Bank dan Nasabah karena masing-masing pihak mempunyai keinginan yang bertolak belakang.

2. Capacity (kemampuan), yaitu Kemampuan calon nasabah dalam

mengembalikan utang kepada pihak BSM berdasarkan perjanjian akad yang telah disepakati bersama. Akad yang digunakan produk cicil emas BSM menggunakan akad Murabahah dengan jaminan diikat dengan gadai (rahn).

3. Capital (modal), yaitu Kondisi kekayaan yang dimiliki nasabah. Dari

kondisi ini dapat dinilai apakah layak nasabah diberikan cicilan atau kredit emas oleh pihak BSM. Harta kekayaan nasabah haruslah berasal dari harta yang halal tidak diperoleh dari pencurian/perampokan maupun korupsi.

4. Collateral

Jaminan yang mungkin dapat disita oleh pihak BSM apabila ternyata calon nasabah benar-benar tidak bisa memenuhi kewajibannya sesuai dengan perjanjian akad yang telah disepakati bersama.

Dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 04/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Murabahah dijelaskan bahwa jaminan dalam

88

jaminan dalam pembiayaan murabahah disebabkan praktek murabahah di bank syariah dalam operasionalnya menggunakan sistem murabahah kepada pemesan pembelian dan transaksi yang berjalan secara angsuran, hal ini dapat dimengerti karena seseorang tidak akan datang ke bank kecuali untuk mendapat pembiayaan dan membayar secara angsur.

Pembayaran murabahah dapat dilakukan secara tunai atau cicilan, pembayaran murabahah secara cicilan atau angsur dikenal dengan sebutan

murabahah muajjal yang memiliki karakter penyerahan barang di awal

akad dan pembayaran kemudian (setelah awal akad) baik dalam bentuk angsuran maupun dalam bentuk pembayaran sekaligus, hanya kebanyakan pembayarannya secara angsuran.

Tujuan pengikatan/penguasaan jaminan adalah :

1. Memberikan hak dan kekuasaan kepada bank untuk mendapatkan pelunasan dengan barang-barang agunan tersebut apabila nasabah ingkar janji, yaitu tidak bisa membayar kembali kewajibannya pada waktu yang telah ditetapkan dalam perjanjian.

2. Menjamin agar nasabah berperan atau turut serta dalam transaksi yang dibiayai, sehingga dengan demikian kemungkinan nasabah untuk meninggalkan usahanya/proyek dengan merugikan diri sendiri atau perusahaannya dapat dicegah atau kemungkinan untuk berbuat demikian dapat diminimalisir.

89

3. Memberikan dorongan kepada nasabah untuk memenuhi perjanjian pembiayaan, khususnya mengenai pelunasan kewajibannnya sesuai dengan syarat-syarat yang telah disepakati, agar nasabah tidak kehilangan kekayaan yang telah dijaminkan kepada perbankan.

Disamping tujuan tersebut di atas, jaminan dalam pembiayaan

murabahah bertujuan agar nasabah mampu menanggung kerugian akibat

kelalaian nasabah karena setiap manusia bertanggung jawab atas perbuatannya dan kelalaian akibat perbuatan seseorang tidak dapat dibebankan kepada pihak lain. Firman Allah dalam Q.S. al-Najm (53) ayat 38-39 :

Seseorang tidak akan menanggung beban kesalahan orang lain. Dan

tidaklah manusia mendapatkan melainkan hasil usahanya.

Hikmah hukum yang terkandung dalam pembebanan jaminan dalam pembiayaan murabahah adalah untuk mewujudkan kemaslahatan, yakni menarik manfaat, menolak kemudharatan dan menghilangkan kesusahan. Kemaslahatan manusia itu tidak terbatas macamnya dan tidak terhingga jumlahnya yang selalu bertambah dan berkembang mengikuti situasi dan ekologi masyarakat.

90

Dengan penetapan hukum dibolehkan uang muka dan jaminan dalam pembiayaan murabahah, sebagai bukti bahwa hukum Islam adalah hukum yang bersifat konprehensif dan universal karena syariat Islam telah didesain oleh Allah SWT untuk semua umat, semua kondisi dan situasi sampai akhir zaman dengan tujuan utama kemaslahatan umat dan terhindar dari segala bentuk kemudharatan dan kemasyakatan dalam menggapai keselamatan dan kebahagiaan hidup dan kehidupan dunia dan akhirat di bawah naungan ridho Allah SWT.

7. Condition

Keadaan dimana cicil emas pada BSM yang diberikan juga perlu mempertimbangkan kondisi ekonomi yang dikaitkan dengan prospek usaha calon nasabah.

b. Mengukur risiko secara tepat waktu serta akurat, Suatu bank syariah yang tidak memilki sistem pengukuran risiko akan menghadapi berbagai kendala dalam mengendalikan dan memantau perkembangan risikonya. Oleh karena itu, BSM membutuhkan pengukuran kinerja bisnis yang berbasis risiko secara transaksional. BSM menggunakan VaR (Value at Risk) yang merupakan salah satu alat analisa pengukuran risiko dalam investasi. VaR didefinisikan sebagai estimasi kerugian maksimum yang akan dialami sebuah investasi selama periode waktu tertentu dan tingkat kepercayaan tertentu. Mengukur risiko dilakukan dengan mengkualifikasi risiko tertentu dan kemudian

91

membandingkan dengan toleransi risiko yang telah ditetapkan. Pengukuran risiko yang baik dapat memberikan gambaran mengenai apakah BSM mengambil risiko terlalu besar atau BSM terlalu protektif sehingga produk cicilan emas menjadi tidak menarik di pasar.

c. Mengendalikan risiko, dalam hal ini BSM harus menetapkan dan mengkomunikasikan batas-batas melalui suatu kebijakan, standar dan prosedur tertulis yang menegaskan tanggung jawab dan kewenangan. Kontrol batas (limit) ini harus valid dan merupakan alat manajemen untuk mengendalikan risiko. Oleh karena itu, BSM mengalokasikan modal secara efisien pada berbagai risiko yang dihadapi. Selain itu, Sumber Daya Manusia (SDM) memegang peranan penting dalam menangani dan mengelola risiko, sehingga BSM perlu senantiasa meningkatkan kompetensi pegawai bagian produk cicilan emas melalui ujian sertifikasi manajemen risiko.

d. Memonitor/memantau risiko, Bank Syariah Mandiri haruslah memantau perkembangan risiko untuk memastikan bahwa mereka telah melakukan kaji ulang secara tepat waktu atas risiko. Laporan hasil pemantauan akan bermanfaat dan efektif kalau disampaikan secara tepat waktu, akurat, informatif, dan disampaikan kepada individu yang tepat agar ketepatan tindak lanjut yang diambil dapat diyakini. Sistem informasi manajemen yang efektif dan efisien merupakan kunci sukses pelaksanaan proses pemantauan dan pelaporan yang tepat dalam frekuensinya yang fleksibel sesuai dengan kebutuhan dalam BSM.

92

7. Apa dampak penerapan strategi manajemen risiko dalam peningkatan transaksi cicilan emas pada BSM?

a. Bank Syariah Mandiri dapat terhindar dari berbagai risiko berbahaya seperti Risiko Likuiditas, Risiko Kredit, Risiko Pasar, dan Risiko Operasional.

Risiko Kredit yang dapat merugikan, diantaranya risiko emas tidak dibeli atau tidak diserahkan kepada nasabah (ketika cicilan emas) oleh pihak yang memberikan kredit (bank syariah). Hal ini menunjukkan bahwa selama masa cicilan emas, pihak pemberi kredit yang membeli dan menyimpan emas. Oleh karena itu, manajemen risiko Bank Syariah Mandiri (BSM) sangat berperan penting melalui kepercayaan, seperti BSM meyakinkan kepada nasabah untuk memberikan kepercayaan dan keamanan di dalam akad dalam berinvestasi produk cicilan emas tersebut. Hal ini akan berdampak positif bagi kedua belah pihak yaitu pihak nasabah dan pihak Bank Syariah Mandiri (BSM) dikarenakan adanya kepercayaan dalam transaksi cicilan emas.

Risiko Likuiditas terkait dengan ketidakmampuan BSM dalam memenuhi seluruh kewajiban yang jatuh tempo dalam jangka pendek. BSM mengelola risiko likuiditas melalui penetapan kebijakan Manajemen Risiko dan Pedoman Pengelolaan Dana, strategi dan contingency plan likuiditas. Dalam mengelola risiko likuiditas, BSM melakukan:

1. Penempatan pada instrumen keuangan Bank Indonesia dan instrumen keuangan jangka pendek lain sebagai cadangan likuiditas BSM.

93

2. Pengukuran kecukupan likuiditas melalui penyusunan proyeksi cashflow

dan liquidity gap secara rutin sehingga BSM dapat memanfaatkan

likuiditas secara tepat dan efisien sesuai dengan kebutuhan.

Risiko Pasar terkait dengan portofolio valuta asing dan surat berharga kategori Trading and Available for Sale (AFS) yang dimiliki BSM. Dalam mengelola risiko pasar, BSM senantiasa memantau eksposur risiko secara rutin sehingga dapat meminimalisasi kerugian akibat pergerakan imbal hasil pasar dan perubahan nilai tukar yang tidak menguntungkan.

Adapula Risiko Operasional berbahaya sehingga BSM membutuhkan pengelolaan risiko operasional secara terpadu dan terintegrasi agar kegiatan operasional BSM terpantau dan terkendali dengan baik. Proses internal, sistem, manusia, dan kejadian eksternal adalah faktor-faktor yang memicu kejadian risiko operasional yang dapat merugikan BSM.

1. Penggunaan peranti lunak

2. Dalam mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan Risiko operasional, BSM memanfaatkan peranti lunak berbasis WEB yaitu ORMIS (Operational Risk Management Information System). Peranti ORMIS digunakan oleh seluruh unit kerja. Disamping itu, BSM juga memanfaatkan tools yang dikembangkan untuk mengelola risiko operasional, yaitu LED (Loss Event Database), RCSA (Risk and Control

Self Assessment),dan KRI (Key Risk Indicator).

94

4. BSM telah menghitung kecukupan modal risiko operasional dengan menggunakan metode basic indicator approach yang memasukkan unsur ATMR meskipun Bank Indonesia belum mewajibkannya kepada Bank Syariah. BSM melakukan hal ini sebagai inisiatif guna meyakinkan stakeholder bahwa modal BSM cukup untuk meng-cover potensi kerugian yang ditimbulkan oleh risiko operasional. Selain itu, BSM juga melakukan pengelolaan atas pencadangan kerugian risiko operasional.

5. Penerapan Manajemen Risiko Teknologi Informasi.

6. BSM menerapkan manajemen risiko terhadap Teknologi Informasi (TI) yang memegang peranan penting sebagai Core Banking Business BSM. Manajemen risiko TI antara lain diterapkan pada proses desain suatu pengembangan sistem sampai dengan tahap akhir. Melalui User

Acceptance Test (UAT), BSM dapat mengidentifikasi dan melakukan

perbaikan terhadap kelemahan yang ditemukan, sebelum sistem digunakan oleh user.

7. BSM juga telah mengembangkan kebijakan dan prosedur mengenai pemanfaatan teknologi informasi yaitu standarisasi perangkat jaringan komunikasi data, standarisasi perangkat lunak, pengelolaan kewenangan akses sistem, dan pengembangan layanan Electronic Banking dari segi keamanan aksesibilitas.

95

b. Kinerja Operasional dalam transaksi cicil emas pada Bank Syariah Mandiri tidak akan terganggu karena menerapkan strategi manajemen risiko yang baik

(Good Risk Management).

c. Dengan adanya strategi manajemen risiko maka Bank Syariah Mandiri dapat mengidentifikasi, mengukur, mengendalikan, dan memantau risiko BSM yang harus terintegrasi ke dalam suatu sistem dan proses pengelolaan risiko yang akurat dan komprehensif sehingga menghindari risiko kerugian dalam transaksi cicil emas.

Jakarta, 9 Mei 2014 Narasumber

Dokumen terkait