• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV STRATEGI DAN PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO

A. Strategi Manajemen Risiko Cicilan Emas pada BSM

BSM memiliki organisasi manajemen risiko yang secara jelas menetapkan batas wewenang dan tanggung jawab seluruh jenjang organisasi di dalam perusahaan. BSM menerapkan prinsip pemisahan fungsi antara satuan kerja pengambil risiko (risk taking unit), satuan kerja pendukung (supporting unit), dan satuan kerja manajemen risiko (risk management unit). Risk owner atas pengelolaan risiko berada pada masing-masing unit kerja terkait. Penerapan manajemen risiko memerlukan komitmen dan keterlibatan dari seluruh pihak dalam organisasi. Untuk mendorong penerapan manajemen risiko yang efektif BSM memiliki Komite Manajemen Risiko (KMR). KMR yang beranggotakan Direksi dan pejabat eksekutif berfungsi memberikan rekomendasi kepada Direktur Utama mengenai arah kebijakan dan strategi manajemen risiko perusahaan. Tugas KMR meliputi perumusan dan penyusunan kebijakan, pedoman, dan strategi penerapan manajemen risiko, sehingga kegiatan usaha BSM sejalan dengan visi, misi dan rencana bisnis yang diterapkan. Dalam menjalankan tugasnya, KMR dibantu oleh Working Group (WG) KMR yang terdiri atas WG Asset Liabilities Management (ALMA) dan pembiayaan WG

Operasional. WG memiliki tugas melakukan kajian risiko dan memberikan rekomendasi atas situasi dan kondisi usaha yang dihadapi BSM.

Risiko merupakan ketidakpastian (uncertaintly) yang mungkin melahirkan peristiwa kerugian (loss). Berbagai risiko kerugian yang dihadapi Bank Syariah Mandiri (BSM) dapat menjadi faktor pengganggu kinerja operasionalnya. Berikut ini, strategi manajemen risiko cicilan emas pada BSM dengan menggunakan proses manajemen risiko dalam perbankan syariah, antara lain :

a. Mengidentifikasi risiko secara tepat pada transaksi cicil emas di BSM, suatu bank syariah harus mengenal dan memahami risiko yang ada maupun yang mungkin timbul. Selain itu, untuk menghindari risiko kredit berupa risiko kerugian cicilan emas pada Bank Syariah Mandiri (BSM). Salah satu aplikasi proses identifikasi risiko pada Bank Syariah Mandiri adalah dengan mengetahui terlebih mendalam transaksi yang akan dijalankan, seperti dalam transaksi produk cicil emas pada BSM yang menggunakan akad murabahah. Risiko-risiko yang dapat diidentifikasi, antara lain: nasabah memanipulasi informasi data penghasilan, nasabah tidak mampu membayar kewajiban pada saat jatuh tempo yang telah disepakati, dan sebagainya. Oleh karena itu, BSM harus membidik para nasabah potensial dalam transaksi cicil emas tersebut. Dengan melalui 5C (The Five C’s Principles) dalam Perbankan Syariah, antara lain: Character (karakter), Capacity (kemampuan mengembalikan utang), Collateral (jaminan), Capital (modal), dan Condition (situasi atau kondisi). Bagi pihak BSM, nasabah yang memenuhi kriteria 5C adalah orang

yang sempurna untuk mendapatkan pembiayaan. BSM melihat orang yang memiliki karakter kuat, kemampuan mengembalikan uang, jaminan yang berharga, modal yang kuat, dan kondisi perekonomian yang aman. Nasabah dengan kriteria seperti itulah merupakan nasabah potensial untuk diajak bekerja sama atau nasabah yang layak mendapatkan penyaluran kredit atau cicilan.

Prinsip-prinsip 5C dalam Bank Syariah Mandiri (BSM), antara lain :

1. Character (karakter) calon nasabah pada BSM berdasarkan ketentuan

syariah, diantaranya : Data tentang kepribadian dari calon nasabah seperti sifat-sifat pribadinya, kebiasaan-kebiasaannya, cara hidup, keadaan maupun latar belakang keluarganya. Character ini digunakan untuk mengetahui apakah nantinya calon nasabah ini jujur berusaha untuk memenuhi kewajibannya berdasarkan akad perjanjian antara pihak BSM dan pihak nasabah. Bank syariah menempatkan karakter/sikap baik nasabah maupun pengelolaan pada posisi yang sangat penting dan menempatkan sikap akhlakul karimah sebagai sikap dasar hubungan antara nasabah dan bank. Sedangkan pada Bank Kovensional Tidak adanya ikatan emosional yang kuat antara Pemegang Saham, Pengelola Bank dan Nasabah karena masing-masing pihak mempunyai keinginan yang bertolak belakang.

2. Capacity (kemampuan), yaitu Kemampuan calon nasabah dalam

yang telah disepakati bersama. Akad yang digunakan produk cicil emas BSM menggunakan akad Murabahah dengan jaminan diikat dengan gadai (rahn).

3. Capital (modal), yaitu Kondisi kekayaan yang dimiliki nasabah. Dari

kondisi ini dapat dinilai apakah layak nasabah diberikan cicilan atau kredit emas oleh pihak BSM. Harta kekayaan nasabah haruslah berasal dari harta yang halal tidak diperoleh dari pencurian/perampokan maupun korupsi.

4. Collateral

Jaminan yang mungkin dapat disita oleh pihak BSM apabila ternyata calon nasabah benar-benar tidak bisa memenuhi kewajibannya sesuai dengan perjanjian akad yang telah disepakati bersama.

Dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 04/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Murabahah dijelaskan bahwa jaminan dalam

murabahah dibolehkan, agar nasabah serius dengan pesanannya. Adanya

jaminan dalam pembiayaan murabahah disebabkan praktek murabahah di bank syariah dalam operasionalnya menggunakan sistem murabahah kepada pemesan pembelian dan transaksi yang berjalan secara angsuran, hal ini dapat dimengerti karena seseorang tidak akan datang ke bank kecuali untuk mendapat pembiayaan dan membayar secara angsur.

Pembayaran murabahah dapat dilakukan secara tunai atau cicilan, pembayaran murabahah secara cicilan atau angsur dikenal dengan sebutan

akad dan pembayaran kemudian (setelah awal akad) baik dalam bentuk angsuran maupun dalam bentuk pembayaran sekaligus, hanya kebanyakan pembayarannya secara angsuran.

Tujuan pengikatan/penguasaan jaminan adalah :

1. Memberikan hak dan kekuasaan kepada bank untuk mendapatkan pelunasan dengan barang-barang agunan tersebut apabila nasabah ingkar janji, yaitu tidak bisa membayar kembali kewajibannya pada waktu yang telah ditetapkan dalam perjanjian.

2. Menjamin agar nasabah berperan atau turut serta dalam transaksi yang dibiayai, sehingga dengan demikian kemungkinan nasabah untuk meninggalkan usahanya/proyek dengan merugikan diri sendiri atau perusahaannya dapat dicegah atau kemungkinan untuk berbuat demikian dapat diminimalisir.

3. Memberikan dorongan kepada nasabah untuk memenuhi perjanjian pembiayaan, khususnya mengenai pelunasan kewajibannnya sesuai dengan syarat-syarat yang telah disepakati, agar nasabah tidak kehilangan kekayaan yang telah dijaminkan kepada perbankan.

Disamping tujuan tersebut di atas, jaminan dalam pembiayaan

murabahah bertujuan agar nasabah mampu menanggung kerugian akibat

kelalaian nasabah karena setiap manusia bertanggung jawab atas perbuatannya dan kelalaian akibat perbuatan seseorang tidak dapat

dibebankan kepada pihak lain. Firman Allah dalam Q.S. al-Najm (53) ayat 38-39 :

Seseorang tidak akan menanggung beban kesalahan orang lain. Dan

tidaklah manusia mendapatkan melainkan hasil usahanya.

Hikmah hukum yang terkandung dalam pembebanan jaminan dalam pembiayaan murabahah adalah untuk mewujudkan kemaslahatan, yakni menarik manfaat, menolak kemudharatan dan menghilangkan kesusahan. Kemaslahatan manusia itu tidak terbatas macamnya dan tidak terhingga jumlahnya yang selalu bertambah dan berkembang mengikuti situasi dan ekologi masyarakat.

Dengan penetapan hukum dibolehkan uang muka dan jaminan dalam pembiayaan murabahah, sebagai bukti bahwa hukum Islam adalah hukum yang bersifat konprehensif dan universal karena syariat Islam telah didesain oleh Allah SWT untuk semua umat, semua kondisi dan situasi sampai akhir zaman dengan tujuan utama kemaslahatan umat dan terhindar dari segala bentuk kemudharatan dan kemasyakatan dalam menggapai keselamatan dan kebahagiaan hidup dan kehidupan dunia dan akhirat di bawah naungan ridho Allah SWT.

5. Condition

Keadaan dimana cicil emas pada BSM yang diberikan juga perlu mempertimbangkan kondisi ekonomi yang dikaitkan dengan prospek usaha calon nasabah.

b. Mengukur risiko secara tepat waktu serta akurat, Suatu bank syariah yang tidak memilki sistem pengukuran risiko akan menghadapi berbagai kendala dalam mengendalikan dan memantau perkembangan risikonya. Oleh karena itu, BSM membutuhkan pengukuran kinerja bisnis yang berbasis risiko secara transaksional. BSM menggunakan VaR (Value at Risk) yang merupakan salah satu alat analisa pengukuran risiko dalam investasi. VaR didefinisikan sebagai estimasi kerugian maksimum yang akan dialami sebuah investasi selama periode waktu tertentu dan tingkat kepercayaan tertentu. Mengukur risiko dilakukan dengan mengkualifikasi risiko tertentu dan kemudian membandingkan dengan toleransi risiko yang telah ditetapkan. Pengukuran risiko yang baik dapat memberikan gambaran mengenai apakah BSM mengambil risiko terlalu besar atau BSM terlalu protektif sehingga produk cicilan emas menjadi tidak menarik di pasar.

c. Mengendalikan risiko, dalam hal ini BSM harus menetapkan dan mengkomunikasikan batas-batas melalui suatu kebijakan, standar dan prosedur tertulis yang menegaskan tanggung jawab dan kewenangan. Kontrol batas (limit) ini harus valid dan merupakan alat manajemen untuk mengendalikan risiko. Oleh karena itu, BSM mengalokasikan modal secara

efisien pada berbagai risiko yang dihadapi. Selain itu, Sumber Daya Manusia (SDM) memegang peranan penting dalam menangani dan mengelola risiko, sehingga BSM perlu senantiasa meningkatkan kompetensi pegawai bagian produk cicilan emas melalui ujian sertifikasi manajemen risiko.

d. Memonitor/memantau risiko, Bank Syariah Mandiri haruslah memantau perkembangan risiko untuk memastikan bahwa mereka telah melakukan kaji ulang secara tepat waktu atas risiko. Laporan hasil pemantauan akan bermanfaat dan efektif kalau disampaikan secara tepat waktu, akurat, informatif, dan disampaikan kepada individu yang tepat agar ketepatan tindak lanjut yang diambil dapat diyakini. Sistem informasi manajemen yang efektif dan efisien merupakan kunci sukses pelaksanaan proses pemantauan dan pelaporan yang tepat dalam frekuensinya yang fleksibel sesuai dengan kebutuhan dalam BSM.1

Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa strategi manajemen risiko cicilan emas pada BSM merupakan unsur terpenting yang harus diterapkan untuk mengendalikan berbagai risiko berbahaya yang dihadapi oleh Bank Syariah Mandiri (BSM).

1Wawancara secara langsung dengan Bapak Arif Irawan, Staff Bagian Cicil Emas Bank Syariah Mandiri (BSM), Jakarta, 9 Mei 2014

B. DAMPAK PENERAPAN STRATEGI TERHADAP RISIKO TERJADINYA

Dokumen terkait