• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, SARAN

C. Saran

Hasil penelitian “Analisis Gaya Bahasa Kiasan dalam Novel 5 cm Karya

Donny Dhirgantoro” ini memiliki beberapa saran untuk berbagai pihak yang

tujuannya adalah memberi manfaat bagi dunia pendidikan, khususnya dalam bidang pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Saran-saran tersebut adalah sebagai berikut ini.

1. Bagi pembaca sastra dapat menambah ilmu pengetahuan tentang karya sastra khususnya gaya bahasa kiasan.

2. Bagi siswa dapat menjadikan masukan untuk pengkajian bidang kesusasteraan Indonesia khususnya gaya bahasa kiasan.

3. Bagi guru bidang studi bahasa Indonesia, dijadikan masukan untuk menerapkan dan mengembangkan pembelajaran kesusasteraan Indonesia khusunya gaya bahasa kiasan.

4. Peneliti selanjutnya dapat menjadikan bahan perbandingan untuk penelitian selanjutnya dalam menganalisis karya sastra khususnya gaya bahasa kiasan.

KEPUSTAKAAN

Alnofrita, Mira. 2003. “Analisis Stilistika Novel Larung Karya Ayu Utami.”Skripsi. Padang : FBSS UNP.

Atmazaki. 2007. Ilmu Sastra dan Terapan. Padang: UNP Press. Dhirgantoro, Donny. 2013. 5 cm. Jakarta: PT. Garsindo.

Keraf, Goris. 2010. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Ratna, Nyoman Kutha. 2004. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Jakarta: Pustaka Pelajar.

Moleong, Lexy J. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosda karya.

Muhardi dan Hasanuddin WS. 1992. Prosedur Analisis Fiksi. Padang: IKIP Padang Press.

Nurgiyantoro, Burhan. 2010. Teori Pengkajian Fiksi. Yokyakarta: Gajah Mada University Press.

Semi, Atar. 1998. Anatomi Sastra. Bandung: Angkasa. ________ . 2008. Stilistika Sastra. Padang: UNP.

Silviani, Dwi. 2011. “Gaya Bahasa dalam Kumpulan Cerpen Klop Karya Putu Wijaya.” Skripsi. Padang : FBSS UNP.

Suryani, Ida. 2014. “Analisis Penggunaan Gaya Bahasa dalam Novel Eks Parasit

Lajang Karya Ayu Utami.” Skripsi. Padang: STKIP PGRI.

Tambajong, Japi. 1981. “Dasar-Dasar Dramaturgi.” Bandung: Pustaka Prima Bandung.

Tarigan, Henry Guntur. 2009. Pengajaran Gaya Bahasa. Bandung: angkasa.

Tabel Inventarisasi Gaya Bahasa kiasan dalam Novel 5 cm Karya Donny Dhirgantoro

No Kutipan

Halaman

Gaya Bahasa kiasan

a b c d e f g h i j k l m n o p

1 Aspal yang basah sehabis hujan menimbulkan pantulan cahaya kuning pendar yang enak dilihat

(5 cm,

2013, hal 15).

2 Beberapa anak rambutnya terlihat liar di sekitar konde kecil nya, pas banget buat leher Riani yang putih

(5 cm,

2013, hal 16).

3 Makhluk gendut segede badut dufan yang sibuk nyetir tiba-tiba ngagetin Genta yang lagi bengong jorok

(5 cm,

2013, hal 17).

4 Banyak sih yang ngejar-ngejar Ian, tapi mereka adalah instruktur fitness yang menganggap Ian sebagai pahlawan kebanggaan karena banyak punya VCD bokep

(5 cm,

2013, hal 18).

5 Ajaibnya, ternyata cewek yang ambil pesona Arial adalah salah satu target operasi satuan buser pelepas dahaga dan nafsu yang dibentuk oleh otak Ian

(5 cm,

2013, hal 18).

katarak dan bisa milih yang lebih baik antara hercules-herculesan dan orangutan bulimia Tanjung Puting yang lagi kekenyangan

2013, hal 18).

7 Lo baru makan bubur..!”satu lagi keplakan hercules hinggap di bahu Ian

(5 cm,

2013, hal 18).

8 “Mau...,” desis Zafran datar, lembut, statis seraya menyanggahkan dagu ke tangannya yang dikepelin

persis seperti seorang pemikir dari Athena

(5 cm,

2013, hal 18).

9 Bukan sekali ini mereka bertemu, udah hampir tiga tahun sang mama terbiasa dengan gerombolan “Power Ranger” yang penuh dengan keajaiban ini

(5 cm,

2013, hal 20).

10 “Iya, maa...,” suara teriakan renyah keluar dari lantai atas

(5 cm,

2013, hal 21).

11 Otak Zafran langsung mengirim sinyal ke tuannya

(5 cm,

2013, hal 21).

12 “Hallo Dinda..., gerombolan “Google” langsung membalas kecuali google blue... Zafran

(5 cm,

2013, hal 21).

Dinda yang menurut dia bisa ngalahin semua bintang sinetron telenovela”.

2013, hal 22) 14 Malaikat jahat datang ke

Zafran dan berbisik,

(5 cm,

2013, hal 23).

15 “Garpu malaikat jahat seolah-olah menusuk-nusuk kuping Zafran”

(5 cm,

2013, hal 24),

16 Garpu malaikat jahat seolah-olah menusuk-nusuk kuping Zafran,

(5 cm,

2013, hal 24).

17 Malaikat baik datang (5 cm,

2013, hal 24).

18 Dan wanita... ia seperti matahari

(5 cm,

2013, hal 24).

19 “Yoi, ada yang seneng sama kayu jati.”

(5 cm, 2013, hal

25),

20 Siapa sih yang mau naksir badut dufan berkostum buluk ini?

(5 cm,

2013, hal 25).

21 “ Ah hercules generik mana yang mau gue jadi cowok adiknya...”

(5 cm,

2013, hal 26).

22 “Lo pindah planet dulu...,” (5 cm,

2013, hal

23 Sementara di depannya terhampar pegunungan dan pohon cemara yang berbaris,

(5 cm,

2013, hal 27).

24 Genta memang orang yang sangat perfeksionis kalo udah nyebur-nyebur ke wilayah

customer intimacy dan service excelent

(5 cm,

2013, hal 29).

25 Otak genta ngak usah berfikir jauh-jauh karena dari pertama seharusnya dia udah tahu bahwa bukan pada tepatnya curhat sama bosnya komplotan penjahat kelamin,

(5 cm,

2013, hal 29).

26 Kata itu membuktikan betapa Ian sangat tidak pernah mengajak otaknya jalan-jalan keliling dunia zaman sekarang,

(5 cm,

2013, hal 30).

27 Genta hanya bisa geleng-geleng ngeliat keajaiban dari gajah India yang ngak doyan joget ini

(5 cm,

2013, hal 30).

28 Dengan tenang Ian memasang wajah seperti Pak Haji dalam film horor Indonesia zaman dahulu

(5 cm,

2013, hal 30).

29 “Okeh...” beruang kutub jadi serius, dan mengacungkan jempolnya

(5 cm,

2013, hal 31).

kunci Doraemon itu seolah tiba-tiba berbunyi sendirian di otak Genta

2013, hal 31). 31 Genta selau dengan Marlboro

merahnya

(5 cm,

2013, hal 32).

32 Ian adalah asbak yang selalu minta

(5 cm,

2013, hal 32).

33 “Ian masih bingung sendiri dan bertanya dalam hati, Genta

mau pake Arial, emangnya

mereka homoan? Setelah

bengong tanpa ngasih tahu teman-temannya, akhirnya otak semutnya bekerja.”

(5 cm,

2013, hal 32),

34 Sepasukan bintang pun menyambut mereka kala mereka melihat langit hitam yang jernih di malam sehabis hujan ini

(5 cm,

2013, hal 33).

35 Sepasukan bintang pun menyambut mereka kala mereka melihat langit hitam yang jernih di malam sehabis hujan ini

(5 cm,

2013, hal 33).

36 Tanpa sadar Zafran mencopot sendalnya dan berjalan nyeker

(5 cm,

2013, hal

37 Rambut gondrong poninya yang kadang-kadang ikut meloncat-loncat sendiri

(5 cm,

2013, hal 34).

38 Dan bagaimana Zafran menarik tangannya untuk membenahi rambutnya supaya

ngak nutupin dan nusuk-nusuk

matanya

(5 cm,

2013, hal 34).

39 Kontan saja Zafran “si kapur tulis SD” marah-marah

(5 cm,

2013, hal 36).

40 Lampu kuning remang taman, bulir air dan anggukan daun sehabis hujan

(5 cm,

2013, hal 37).

41 “Laki-laki kok pakai lipstik!” (5 cm,

2013, hal 38).

42 “Anak-anak kangen nih ama lo, mau nyobain kasur air yang bisa jalan-jalan”

(5 cm,

2013, hal 40).

43 “Jadi..., Riani, Genta, Zafran, Arial saling menatap. Ian jadi...u l e r... dong. Ngomong di sana lain di sini lain, yang penting dirinya jadi penting, ”kata Genta sedih.

(5 cm,

2013, hal 42).

44 Untuk sementara mereka mengagumi langit malam yang agak mendung dengan bulan

(5 cm,

2013, hal 48).

awan kelabu,

45 Supaya Arinda dengar dan udara bisa mengirimkan signal-signal dan zat-zat ajaib tak terlihat ke kamar Arinda yang akan menimbulkan pikiran pada Arinda

(5 cm,

2013, hal 56).

46 “Susah deh... punya muka penting,

(5 cm,

2013, hal 58).

47 Zafran menyapu langit, (5 cm,

2013, hal 66).

48 Terlihat dari langit, udara malam yang hangat di lingkaran kecil itu perlahan bergerak ke atas menjauhi mereka, terus tebang tinggi ke langit dan berubah menjadi udara dingin yang berkeliaran bergerak lincah di antara semburat percik bintang-bintang

(5 cm,

2013, hal 67).

49 Di depan cermin, rambutnya yang panjang dan lurus dibiarkan tergerai jatuh dan membelai indah kulit bahunya yang putih

(5 cm,

2013, hal 74).

84). 51 Lengan kekarnya yang

memegang stir keras merekam kepenatan di dalam dirinya

(5 cm,

2013, hal 86).

52 Matahari sore masih labil di antara siang menjelang sore

(5 cm, 2013, hal 86). √ 53 Suara di otaknya menyemangati Arial (5 cm, 2013, hal 90).

54 Di antara keriuhan Bogor menunggu malam dengan angkotnya yang banyak dan berwarna seperti permen

(5 cm,

2013, hal 92).

55 Udara yang berada di antara mereka berdua berbicara sendiri, menimbulkan resah yang menggigit di telapak tangan masing-masing yang ingin bersentuhan dalam gandengan

(5 cm,

2013, hal 93).

56 Melewati pepohonan besar yang bergandengan dengan cemara di kiri dan kanan mereka

(5 cm,

2013, hal 95).

57 Membiarkan udara meraba-raba wajahnya yang bersih

(5 cm,

2013, hal 96).

kota yang berkilauan seakan melambai dan mengelus hatinya

98).

59 Atas nama bintang di atas sana yang melirik tersenyum simpul, atas nama bulan yang terdim bijak mendengarkan mereka berdua

(5 cm,

2013, hal 102).

60 Bulan pun tersenyum manis sekali malam itu, bintang memegang dadanya lega dan pelan memejamkan matanya saat wajah mereka berdekatan

(5 cm,

2013, hal 102).

61 Ada Arial yang akan selau memberikan sayap yang akan membawa Indy menikmati masa-masanya (5 cm, 2013, hal 103). √ 62 “kalo...kamu...menyelesaikan... kuliah...kamu...enam...tahun...j uga...berarti...otak...kamu...ota k...anak...SD,” (5 cm, 2013, hal 106).

63 Folder skripsi bergaya menari-nari riang di antara kabel-kabel data sikompibaiksekalitemenIan (5 cm, 2013, hal 108).

64 Satu halaman lebih dilewati Ian dengan cepat sampai kibot Ian kegelian dipencet-pencet melulu kayak permen yupi

(5 cm,

2013, hal 111).

2013, hal 116). 66 Menikmati pemandangan kota

Jakarta di siang yang panas dengan gedung-gedung tinggi memeluk udara hita samar membentuk dinding asap,

(5 cm,

2013, hal 121).

67 Lagi-lagi di sana ia dikira teletubbies oleh sang resepsionis (5 cm, 2013, hal 127). √ 68 Bayangan teman-temannya yang sedang tersenyum kepadanya ikut berkejaran, berlarian

(5 cm,

2013, hal 133).

69 Kamu sendiri dengan izin dari yang Mahakuasa berhasil membawa diri kamu sendiri ke situ dan mengambil keputusan yang tepat

(5 cm,

2013, hal 133).

70 Menunggu untuk diberikan ke kamu, dan akhirnya Yang Mahakuasa memberikannya padamu dengan berbagai cara yang Dia mau

(5 cm,

2013, hal 134).

71 Matahari sore yang bersinar lemah antara daun-daun tinggi taman kampus ikut tersenyum ramah

(5 cm,

2013, hal 135).

bercerita kepada daun-daun taman kampus,

2013, hal 135). 73 Bukan serius atau ngak serius,

kalau kita bisa menganggap kritik itu bukan suatu serangan, tapi saran, kita pasti akan tambah yakin

(5 cm,

2013, hal 138).

74 “Oh jadi ini legenda kampus

yang salah kostum itu?” 2013, hal (5 cm, 143).

75 Hari ini Ian harus pergi ke teater balada kera di dufan karena ada satu kingkong di sana yang badannya pas banget sama badan Ian

(5 cm,

2013, hal 144).

76 “Apa kabar banana boat-ku yang baik...,” Zafran memeluk Ian

(5 cm,

2013, hal 146).

77 Hercules gilaaa...!!!” Zafran teriak-teriak

(5 cm,

2013, hal 146).

78 Dan, di antara padang salju putih dengan mataharinya yang cerah bersinar di depan Zafran, serasa ada beruang kutub nyasar yang ngelempar tulang ayam pop

(5 cm,

2013, hal 148).

79 Panasnya Jakarta hari itu menimpa gerbong

(5 cm,

2013, hal

80 Udara sore yang mulai bersahabat mengalir deras berebut masuk dari jendela kereta

(5 cm,

2013, hal 153).

81 Angin sore mengelus wajah mereka berdua

(5 cm,

2013, hal 154).

82 Udah bukan barang baru lagi kalo orang desa lebih ramah daripada orang kota

(5 cm,

2013, hal 158).

83 Sawah dan gunung Ciremai di kejauhan melambai lembut

(5 cm,

2013, hal 163).

84 “Eh...babi got...lo masih belanja VCD aja, kapan lo mau lulus?” Arial menyenggol Ian yang kebingungan.

(5 cm,

2013, hal 164).

85 Temen-temennya merasa ada yang aneh sama kapur tulis SD dan kapal tanker ini

(5 cm,

2013, hal 164).

86 “teletubbies emang bikin heboh di mana-mana.”

(5 cm,

2013, hal 165).

87 “Ada apa sih Hercules generik?”

(5 cm,

2013, hal 166).

88 Kereta tua yang tak kenal lelah itu mulai menyapa kota-kota di Jawa Tengah,

(5 cm,

2013, hal 170).

2013, hal 171). 90 “Alhamdulillah, terima kasih

Gusti Pangeran,”

(5 cm,

2013, hal 174)

91 Pendengaran mereka bergerak dalam diam

(5 cm,

2013, hal 174)

92 Hati Genta terlempar kesana-kemari (5 cm, 2013, hal 174). √ 93 “Alhamdulillah Gusti Pengeran... alhamdulillah” (5 cm, 2013, hal 176) √

94 “Gajah Lampung kan kulitnya

keras, gimana ngebanguninnya. (5 cm, 2013, hal 177) √

95 Kebun tebu yang seperti tembok hidup

(5 cm,

2013, hal 178)

96 Cabang dan rangka pohon hitam yang berbelok tajam tanpa daun seperti tangan yang ingin menyentuh langit pagi

(5 cm,

2013, hal 182)

97 Ian bahkan terang-terangan menyatakan kalo dia ngak suka sama semua elemen brengsek negara ini yang udah bikin kacau keadaan dari segala

(5 cm,

2013, hal 188)

98 Rakus kayak tikus (5 cm,

2013, hal 189)

99 Pinter juga si bebek sepeda air Taman Mini ini, pikir Genta

kemudian

(5 cm,

2013, hal 190)

100 Hati Zafran terlempar di antara himpitan kulit jeruk dan sandalnya, hati Zafran terinjak-injak sendiri olehnya

(5 cm,

2013, hal 192)

101 Sekali lagi merek pandangi kereta yang terdiam lelah setelah berlari seharian penuh; kereta yang dalam diamnya telah banyak bercerita tentang beragam manusia

(5 cm,

2013, hal 193)

102 “Bang Ian kalo nguap ditutup dong jangan kayak kuda nil gitu”

(5 cm,

2013, hal 193)

103 Matahari sore yang mulai menghangat memasuki angkot

(5 cm,

2013, hal 201)

104 Matahari bersinar hangat bercengkrama dengan udara yang mulai menghembus dingin sore itu

(5 cm,

2013, hal 205)

105 Padang pasir memeluk tenang, kabut-kabut kecil bawaan angin padang seperti melambai

(5 cm,

2013, hal 214)

106 Salah satu penumpang menunjuk sebuah gunung di kejauhan yang terselimut kabut putih dan matahari yang mengintip di punggungnya

(5 cm,

2013, hal 214)

107 Sepilas kabut malam turun seperti kapas di antara permukaan bening menggelap di depan mereka

(5 cm,

2013, hal 217)

108 “ada juga cucu hawa di sini, Dinda tersenyum senang”

(5 cm,

2013, hal 219 )

109 Cahaya senter dari kejauhan tampak berlarian ke sana kemari

(5 cm,

2013, hal 221)

110 “Yang enak nanti si Teletubbies ini, lemaknya kan banyak banget kayak beruang kutub,”

(5 cm,

2013, hal 224)

111 Mahadewi mengalun lembut di antara hamparan langit Mahasempurna di atas mereka

(5 cm,

2013, hal 229)

112 Di kaki tumit gagah Mahameru (5 cm,

2013, hal 230)

113 Di pelukan dingin malam, sang ibu pun memberikan udara hangat penuh cinta melalui pelukannya sambil tersenyum

(5 cm,

2013, hal 230)

tidak pernah sedikit pun hilang di matanya

114 Riani berteriak kecil melihat Ranu Pane membiru muda dengan kabut dingin seperti kapas di atas permukaannya

(5 cm,

2013, hal 232)

115 Dalam dingin pagi, langkah-langkah kecil mereka meyusuri tanah lembab dan dedaunan rimbun yang masih bermandikan embun pagi

(5 cm,

2013, hal 235)

116 Goa-goa buatan pohon bambu bak gerbang menuju alam lain di depan mereka

(5 cm,

2013, hal 235)

117 Kita sekarang ada di pinggir punggung gunung

(5 cm,

2013, hal 237)

118 Kaki gue kayak ada barbelnya (5 cm,

2013, hal 239)

119 “Rambo, lo depan lagi.” (5 cm,

2013, hal 242)

120 “Ini sepatu kayak ada barbelnya.”

(5 cm,

2013, hal 247)

121 Matahari panas seperti sedang memukul-mukul wajah mereka

(5 cm,

2013, hal 251)

bergoyang-goyang menuruti irama langkah

2013, hal 251) 123 “Ta, kita di surga ya.” (5 cm,

2013, hal 253)

124 Sebuah danau di ketinggian dengan pohon pinus dan cemara yang berbaris rapi di sekelilingnya

(5 cm,

2013, hal 253)

125 Di kejauhan tampak bukit pinus dan barisan cemara layaknya permukaan pinggiran mangkok hijau raksasa yang menjaga danau dengan tenang

(5 cm,

2013, hal 253)

126 Riak-riak air yang bergerak lembut, terbawa angin di permukaan danau seperti seulas senyum lembut yang menyambut kedatangan mereka (5 cm, 2013, hal 253) √

127 Berganti rasa tak terhingga yang ibarat kabut putih sejuk berputar-putar lembut di tubuh mereka

(5 cm,

2013, hal 254)

128 Lembah yang menyerupai sebuah mangkok besar itu ibarat tembok hijau yang mengelili mereka

(5 cm,

2013, hal 254)

254) 130 Ia melihat tenang dan datar ke

handycam seperti arti sinetron

yang beru ditampar selingkuhannya

(5 cm,

2013, hal 256)

131 Pucuk cemara di kejauhan bergoyang sekenanya mengangguk-angguk

bercengkrama dengan awan putih dan langit biru

(5 cm,

2013, hal 262)

132 Membuat kita terus belajar agar tidak menjadi sepotong daging yang punya nama yang hanya bisa jalan-jalan

doang!!!”

(5 cm,

2013, hal 269)

133 Angin yang membelai wajah mereka lembut menemani hati mereka yang berdoa mengucap syukur

(5 cm,

2013, hal 278)

134 Baru saja mereka merasa dekat sekali dengan Mahapencipta

(5 cm,

2013, hal 279)

135 “Banyak yang meyebut bukit ini tanjakan cinta.”

(5 cm,

2013, hal 280)

136 Semua tertawa melihat kaput tulis SD yang ceking dan gajah Lampung dari Way Kambas loncat-loncat kegirangan

(5 cm,

2013, hal 281)

melambai-lambai bagaikan jutaan rajutan yang menyatu indah

2013, hal 286) 138 “Edelwisku..., batin Zafran

dalam hati.”

(5 cm,

2013, hal 298)

139 Malam itu Arcopodo seperti perkampungan kecil para pendaki

(5 cm,

2013, hal 307)

140 Rambut-rambut kecil sedikit beriapan tertiup angin malam Arcopodo

(5 cm,

2013, hal 309)

141 Angin malam terbang ke langit membawa kedekatan mereka kepada sang Pencipta

(5 cm,

2013, hal 313)

142 Beribu bintang yang berterbangan indah pun seakan ikut tersenyum

(5 cm,

2013, hal 314)

143 Embusannya seperti menampar muka mereka satu-satu

(5 cm,

2013, hal 323)

144 Angin dingin Arcopodo mengembus pelan, membelai wajah meraka yang mendongak ke langit

(5 cm,

2013, hal 324)

145 Puncak Mahameru seperti sebuah gundukan pasir mahabesar dengan tebaran batu karang gunung di mana-mana

(5 cm,

2013, hal 325)

menari-nari 2013, hal 329) 147 Puncak pasir mahabesar itu

dari bawah jalur pendakian terlihat seperti pipa panjang sekali

(5 cm,

2013, hal 329)

148 “Ini yang lo bilang samudera di atas langit.”

(5 cm,

2013, hal 333)

149 Semburat jingga mengumpul di atas langit dan gumpalan awan seperti ombak bergulung dengan rona jingga tipis mengasir pinggirannya

(5 cm,

2013, hal 333)

150 Hamparan putih seperti kapas itu luas sekali seperti tak berujung

(5 cm,

2013, hal 333)

151 Tiba-tiba gulungan pasir seperti air bah memenuhi jalur pendakian

(5 cm,

2013, hal 334)

152 “Fiuh ngak geger otak nih gajah dumbo.”

(5 cm,

2013, hal 339)

153 Daratan luas berpasir itu seperti sebuah papan besar menjulang indah di ketinggian menggapai langit

(5 cm,

2013, hal 342)

154 Hingga akhirnya Sang Dwi Warna melebar gagah

(5 cm,

2013, hal

155 “...Biarkan keyakinan kamu, 5 centimeter menggantung mengambang di depan kening kamu

(5 cm,

2013, hal 362)

156 Bulan pun kembali tersenyum sambil menitikkan air mata bahagia

(5 cm,

2013, hal 366)

157 Dan,dengan rasa syukur akhirnya manusia menyadari bahwa tidak ada cinta yang paling besar di dunia ini kecuali cinta Sang Pencipta kepada makhluknya (5 cm, 2013, hal 368) √ Jumlah 24 14 0 57 4 9 18 0 1 10 11 3 3 0 3 0 Keterangan :

(a) persamaan atau simile (b) metafora

(c) alegori, parabel, fabel (d) personifikasi (e) alusi (f) eponim (g) epitet (h) sinekdoke (i) metonimia (j) antonomasia (k) hipalase

(l) ironi, sinisme, sarkasme (m)satire

(n) inuendo (o) antifrasis (p) paronomasia

Lampiran 2: Sinopsis

Sinopsis Novel 5 cm Karya Donny Dhirgantoro

Novel ini menceritakan tentang persahabatan lima orang anak manusia yang bernama Arial, Riani, Zafran, Ian, dan Genta. Lima orang anak ini memiliki mimpi dan obsesi tersendiri dalam diri mereka. Kisah ini berawal dari pertemanan semasa SMA. Arial adalah sosok yang paling ganteng di antara mereka, memiliki postur yang atletis. Riani adalah sosok perempuan berkaca mata, cantik, dan pintar. Ia mempunya keinginan bekerja di salah satu stasiun TV. Zafran adalah seorang picisan atau bisa juga seorang penyair bimbang. Selain itu, Zafran juga anak band dan orangnya apa adanya dan konyol. Ian adalah seorang yang berbadan gemuk, penggila bola dan penggemar klub Mancester United salah satu klub bola ternama dunia. Yang terakhir genta. Genta selalu dianggap sebagai leader dalam persahabatan itu.

Sahabat ini telah menjalin persahabatan selama tujuh tahun. Suatu ketika mereka jenuh dengan aktivitas yang mereka lakukan secara bersama. Terlintas ide untuk tidak bertemu ataupun komunikasi dengan satu sama lain selama kurang lebih tiga bulan. Selama tiga bulan itulah terjadi banyak hal yang membuat hati mereka kaya dari hari sebelum mereka melakukannya bersamaan. Pertemuan setelah tiga bulan itu yang penuh dengan rasa rindu untuk bersama lagi akhirnya kesampain juga dan dirayakan dengan sebuah perjalanan. Dalam perjalanan tersebut menemukan arti manusia sesungguhnya. Perubahan itu mulai dari pendidikan, karakter, idealisme, dan tentunya mengenai cinta. Semuanya terungkap dalam sebuah perjalanan pendakian gunung tertinggi di pulau Jawa,

Mahameru. Di sanalah semuanya cerita akan diperoleh dan berjalan seiring yang akan mereka lalui. Karena pada saat itulah mereka mengetahui arti manusia hidup, bukan hanya dengan seonggok daging yang dapat berjalan dan punya nama.

Dalam perjalanan mereka banyak menemukan hal yang berharga bagi mereka termasuk dalam mensyukuri hidup dan nikmat yang diberikan sang Maha Pencipta. Adapun pengalaman yang mereka dapati adalah dikala mereka sampai di stasiun Lempuyungan, Yogyakarta. Pada saat itu stasiun yang mereka temukan adalah sosok pedangang nasi uduk yang memang sudah lanjut usia. Saat itu hati mereka berdetang pelan memandangi penjual nasi uduk itu. Di antara kelima orang shabat itu mendapati hidup dengan berkecukupan bahakan lebih. Namun dari situ baru sadar kalau di luar sana masih banyak yang berjuang untuk mendapatkan sesuap nasi tanpa kenal usia dan waktu. Sehingga mereka beranggapan bahwa apa gunanya hidup kalau tidak saling menolong sesama.

Sembari mereka di stasiun, mereka membeli nasi uduk yang dijajakan oleh penjual paruh baya tersebut dan mereka pun memberi uang yang lebih dari harga yang biasanya sekalian untuk berbagi rezeki. Taklama setelah membeli nasi uduk di stasiun Lempuyangan, keretapun beranjak meninggalkan stasiun. Perjalanan selajutnya menuju Malang. Mereka sampai di stasiun pada siang hari, tepatnya pukul setengah tiga siang. Hangatnya matahari kala itu tidak menyurutkan langkah mereka untuk menuju pendakian gunung Semeru.

Dalam perjalan mereka satu hari ini, banyak pengalaman yang berharga manusia, mendapatkan sesuatu dari manusia lain. Itu yang selama ini dan belum pernah melakukan untuk sama lain. Mereka hanya sibuk dengan berkumpul

bercerita tentang mereka, namun di luar sana masih banyak yang belum mereka ketahui di kehidupan nyata. Memang banyak pengalaman berharga yang mereka dapati. Namun masih ada perjalanan unuk menuju puncak Mahameru dan masih ada pengalaman yang lebih berarti. Saat itu mereka sampai di posko pendakian pada malam hari. Malam yang mereka lalui, bahwa udara di posko pendakian dingin hingga berasa ke tulang. Namun itu belum berakhir di cadas, pendakian

Dokumen terkait