• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

5.2. Saran

Setelah melakukan penelitian secara mendalam terhadap beberapa informan dalam penelitian, maka peneliti memiliki beberapa saran, yaitu:

1. KPI sebagai lembaga independen yang sudah diamanahkan untuk memperbaiki wajah penyiaran menjadi lebih baik, sebaiknya lebih giat dan tegas dalam melaksanakan program kerjanya ke depan terutama dalam mengatasi lembaga penyiaran yang kerap melakukan pelanggaran karena pada dasarnya tayangan yang tidak sehat kan membuat rakyat Indonesia menjadi semakin tertinggal.

2. Sebagai jalan memperbaiki citra, menurut informan bahwa KPI dalam pelaksanaan tugasnya sebaiknya melakukan revisi yang lebih rinci terhadap P3SPS agar poin-poin untuk pemberian hukuman bisa semakin jelas dan teratur, begitu juga dalam hal perundang-undangan sebaiknya KPI mengajukan revisi undang-undang kepada pemerintah agar peraturan yang di dalamnya bisa lebih kuat dalam memberikan hukuman yang akan menimbulkan efek jera bagi lembaga penyiaran.

3. Banyak masyarakat yang belum mengetahui keberadaan KPI, oleh karenanya KPI diharapkan bisa lebih merangkul masyarakat kalangan bawah sekaligus melakukan sosialisasi mengenai tayangan yang sehat dan mendidik.

4. Setelah melakukan penelitian mengenai citra KPI, terbukti bahwa banyak masyarakat yang pemikirannya belum sepaham terhadap KPI, apa yang harus KPI lakukan dan apa yang tidak boleh KPI lakukan. Hal itu menyebabkan munculnya pemikiran yang negatif terhadap KPI, oleh karenanya saran peneliti adalah yang harus diubah dalam hal ini adalah persepsi publik agar tidak salah pengertian.

5. Penelitian mengenai citra merupakan penelitian yang penting terutama bagi perusahaan/ lembaga yang ingin mengetahui dan mengevaluasi diri menjadi lebih baik. Untuk itu peneliti menyarakan kepada peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian mengenai citra supaya memperbanyak sumber bacaan yang berkaitan dengan citra.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1Paradigma Kajian

2.1.1 Paradigma Positivis

Menurut Guba dan Lincoln, paradigma penelitian terutama dalam ilmu sosial merupakan kerangka berpikir yang menjelaskan bagaimana cara pandang peneliti terhadap fakta kehidupan sosial dan perlakuan peneliti terhadap ilmu dan teori. Paradigma penelitian menjelaskan bagaimana seorang peneliti memahami suatu masalah, kriteria pengujian sebagai landasan menjawab masalah penelitian. Kehadiran paradigma sebagai bagaimana peneliti memandang sebuah realita bisa dipandang dari berbagai sudut yang berbeda.

Positivis adalah positif, yaitu segala yang terlihat seperti apa adanya dimana hakikatnya pengalaman-pengalaman objektif. Paham positivis menganjurkan agar pengetahuan haruslah positif serta bebas dari nilai, prasangka maupun subjektivitas. Paradigma ini mengutamakan objektivitas sebagai salah satu persyaratan dasar suatu pengetahuan yang benar, universal maupun objektif.

Kebenaran positif tersebut mempunyai beberapa unsur sebagai berikut: 1. Objektif yaitu kesesuaian pengetahuan dengan objeknya.

2. Positif yaitu kenyataan faktual yang dapat diteliti terlihat dari penampilan. 3. Verifikasi yaitu pengukuhan dengan fakta empirik.

Positivis memandang realitas sebagai “out there”, bebas dari kesadaran manusia, obyektif, patuh pada keteraturan (rest on order), diatur oleh hukum yang ketat, alamiah dan tidak berubah, biasa direaliasasi melalui pengalaman sebab cara pandang masyarakat sama karena mereka saling berbagi arti yang sama pula (Denzin dan Guba, 2001 : 39).

Paradigama positivis berpendapat bahwa manusia adalah individu yang rasional diatur oleh hukum sosial. Perilaku individu dapat dipelajari melalui observasi. Tidak ada “free will”. Dunia not deterministic karena menghasilkan efek dibawah kondisi yang pasti. Oleh karenanya prediksi dibatasi oleh keberadaan kondisi tersebut. Selain itu paradigma positivis juga mengatur science

dalam prosedur aturan yang sangat ketat yang digunakan untuk menjelaskan, menghubungkn peristiwa sosial.

Adapun dalam penelitian ini, peneliti memakai paradigma positivis karena paradigma positivis dapat menekankan pembahasan dengan penuh deskripsi cerita dan membangung teori-teori atau konsep dasar kemudian disesuaikan dengan kondisi lapangan. Peneliti diharapkan untuk berpikir induktif agar menghasilkan verifikasi sebuah kejadian atau sesuatu yang diteliti.

Oleh karena itu sebagai proses untuk mencapai kebenaran, maka seorang pencari kebenaran (peneliti) harus menanyakan langsung kepada objek yang diteliti, dan objek dapat memberikan jawaban langsung kepada peneliti yang bersangkutan.

2.2Kerangka Teori

Teori adalah tujuan utama dari ilmu. Teori memiliki peran penting sebagai pendorong pemecahan masalah. Teori adalah pernyataan umum yang merangkum pemahaman kita tentang cara dunia bekerja (Severin dkk, 2008: 12). Sementara itu menurut Kerlinger (dalam Rakhmat, 2007: 6 ) teori adalah himpunan konstruk (konsep), definisi, dan proposisi yang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala dengan menjabarkan relasi diantara variabel, untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut. Teori bertujuan untuk merumuskan pernyataan-pernyataan atau dalil-dalil yang dapat memberikan penjelasan, karena pada dasarnya teori digunakan untuk menerangkan sesuatu yang sulit untuk dimengerti.

Kerangka teori menggambarkan dari mana suatu problem riset berasal atau dengan teori yang mana pula problem itu dikaitkan. Di dalam kerangka teori diuraikan mengenai pengaliran jalan pikiran menurut kerangka logis atau menurut logical construct (Lubis, 1998 : 109). Intinya kerangka teori harus disusun berdasarkan pemikiran logis mengenai penelitian tersebut sebelumnya.

Sementara itu teori ada yang ada juga digunakan sebagai tuntutan untuk memecahkan masalah penelitian dan merumuskan hipotesis dalam bentuk uraian dengan bidang ilmu yang diteliti. Berdasarkan alasan tersebut, peneliti harus memahami setiap teori yang digunakan dalam penelitian agar mampu memahami, menjelaskan, dan memprediksi suatu fenomena atau masalah yang sedang diteliti.

Peneliti harus mampu menggunakan teori-teori yang relevan dengan topik permasalah yang akan diteliti, yakni sebagai berikut:

2.2.1 Komunikasi

Secara etimologi dapat disebutkan bahwa komunikasi dalam Bahasa Inggris yaitu communication berasal dari Bahasa Latin communis, artinya sama. Dimaksudkan ada kesamaan arti apabila melakukan komunikasi diantara dua orang atau lebih. Dengan demikian diharapkan dapat memperoleh suatu kesepakatan arti yang dibatasi kepada pengertian bahasa dan makna dari objek yang diperbincangkan (Lubis, 1987: 6)

Komunikasi (communication) adalah proses sosial dimana individu-individu menggunakan simbol-simbol untuk menciptakan dan menginterpretasikan makna dalam lingkungan mereka. Komunikasi adalah proses sosial dimana komunikasi selalu melibatkan manusia dan interaksi. Artinya komunikasi selalu melibatkan dua orang, pengirim dan penerima. Keduanya memainkan peran penting di dalam komunikasi. Kemudian komunikasi juga dianggap sebagai proses yang berarti bahwa komunikasi bersifat berkesinambungan dan tidak memiliki akhir. Komunikasi juga dinamis, kompleks, dan senantiasa berubah (West, 2009 : 5). Charles H. Cooley melalui tulisannya “The Significance of Communication” menjelaskan bahwa komunikasi adalah mekanisme dimana hubungan manusia terjadi dan berkembang segala lambang dari pemikiran dengan alat-alat penyampaian dan cara menjaganya melalui ruang dan waktu. Ia meliputi ekspresi muka, sikap dan gesture, nada suara, kata-kata, tulisan dan segala apa yang dapat disebut sebagai hasil usaha menaklukkan ruang dan waktu (Lubis, 1987: 9).

Di dalam sebuah organisasi maupun lembaga, keberadaan komunikasi sangat lah penting. Dengan komunikasi manusia dapat berinteraksi untuk memperoleh tujuan dan kesamaan makna. Persoalannya bagaimana komunikasi dapat berjalan efektif dalam tujuan agar dapat membangun hubungan, mempengaruhi publik, menetapkan keputusan dan membangun citra yang positif.

Harold Koontz (Danandjaja, 2011: 84) menjelaskan bahwa keberadaan komunikasi dalam organisasi atau perusahaan adalah sebagai aktivitas yang terorganisir (organized activity is unified). Selanjutnya dijelaskan pula fungsi komunikasi dalam perusahaan atau organisasi adalah merubah perilaku (behavior

is modified) yang diakibatkan oleh penyampaian informasi yang produktif untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan

Lebih jauh Harold Koontz menjelaskan ada beberapa fungsi komunikasi di dalam perusahaan, karena bertujuan untuk menetapkan dan menyampaikan tujuan perusahaan, mengembangkan perencanaan agar mereka berprestasi, mengorganisir manusia dan sumber daya dengan secara efisien dan efektif, menyeleksi, mengembangkan, serta menilai anggota organisasi, memimpin, mengarahkan, memotivasi, dan menciptakan iklim yang mendukung dan mengawasi pelaksanaan.

Miller dan Cherry (dalam Cangara, 2012: 26) mengungkapkan bahwa terdapat lima unsur dalam komunikasi yaitu:

1. Sumber, yaitu semua peristiwa komunikasi akan melibatkan sumber sebagai pembuat atau pengirim informasi. Sumber bisa terdiri dari satu orang, tetapi bisa juga dalam bentuk kelompok misalnya partai, organisasi atau lembaga. Sumber biasanya disebut dengan dengan pengirim, komunikator atau dalam bahasa inggrisnya disebut source, sender atau encoder.

2. Pesan, yaitu sebuah proses komunikasi harus mengandung pesan yang dimaksudkan adalah suatu yang disampaikan pengirim kepada penerima. Pesan dapat disampaikan dengan cara tatap mula atau memalui media komunikasi. Isinya bisa berupa ilmu pengetahuan, hiburan, informasi, nasihat atau propaganda. Dalam Bahasa Inggris pesan biasanya diterjemahkan dengan kata message, content, atau information.

3. Media, yaitu sebagai proses penyampaian pesan, dimaksudkan dalam hal ini adalah alat yang digunakan untuk memindahkan pesan dari sumber kepada penerima. Terdapat beberapa pendapat mengenai saluran atau media. Ada yang menilai bahwa media bisa bermacam-macam bentuknya, misalnya dalam komunikasi antrapribadi pancaindra dianggap sebagai media komunikasi. Selain itu juga ada saluran lain seperti telepon, surat, telegram yang digolongkan sebagai media komunikasi antarpribadi. Juga terdapat dua media lainnya seperti cetak dan elektronik, media cetak seperti halnya surat kabar, majalah, buku, leaflet, brosur, stiker, buletin,

hand out, poster, spanduk dan lainnya. Sementara itu media elektronik seperti radio, film, televisi, komputer, audio cassette dan banyak lagi lainnya.

4. Penerima. Pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim oleh sumber dalam hal ini adalah penerima. Penerima bisa terdiri satu orang atau lebih, bisa dalam bentuk kelompok, partai atau negara. Penerima yang dimaksudkan bisa disebut dengan berbagai macam istilah seperti khalayak, sasaran, komunikan. Dalam proses komunikasi telah dipahami bahwa keberadaan penerima adalah akibat karena adanya sumber, tidak akan ada penerima jika tidak ada sumber.

5. Efek, yaitu perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan. Oleh karenanya efek bisa diartikan pula sebagai perubahan atau penguatan keyakinan pada pengetahuan, sikap, dan tindakan seseorang sebagai akibat penerima pesan.

Keberadaan sebuah citra berawal dari sebuah komunikasi seperti halnya sumber yang berinisiatif maupun punya kebutuhan untuk berkomunikasi baik itu perorangan maupun kelompok dari sebuah perusahaan yang dalam hal ini dimaksudkan adalah KPI. Sumber berperan pula mengubah perasaan dan pikiran ke dalam seperangkat simbol yang diterima komunikan hingga akhirnya menimbulkan citra. Kemudian pesan yang mewakili perasaan dan gagasan berasal dari sumber, begitu pun dengan media yang digunakan perusahaan akan pesan dapat disampaikan dengan publik dengan harapan hasil yang positif. Hal yang paling penting adalah penerima, bagaimana publik dari KPI memberikan nilai, persepsi dan pola pikir sehingga membentuk sebuah pemikiran tentang KPI yang disebut dengan citra dan yang terakhir adalah efek yang telah diterima tersebut apakah menjadi penambah pengetahuan maupun perubahan sikap tertentu.

2.2.2 Public Relations

Komunikasi menjadi poin paling penting dalam kehidupan manusia bahkan tidak bisa dipisahkan karena telah menjadi bagian integral di dalamnya begitu pun dengan sebuah perusahaan. Agar komunikasi di dalam sebuah perusahaan dapat

berjalan dengan baik dan memiliki satu kepahamanan maka diperlukan peran seorang public relations sebagai penyampai informasi tentang perusahaan kepada publiknya, baik internal maupun eksternal.

Menurut sejarah yang ada, public relations dilahirkan oleh pelopor yang bernama Ivy Ledbetter Lee, dan kini lebih dikenal dengan The Father of Public Relations. Tidak hanya Ivy, masih ada beberapa tokoh lagi yang mempelopori public relations seperti Paul Garret TJ. Ross, Erick Johnson, Arthur W. Page, Carl Byois, Verne Bernett dan banyak lagi lainnya (dalam Danandjaja, 2011 : 5).

2.2.2.1Pengertian Public Relations

Public relations menyangkut kepentingan setiap organisasi, kepentingan dari sisi eksternal dan internal. Juga organisasi yang bersifat komersial maupun non-komersial. Public relations harus ada di dalam sebuah organisasi, lembaga maupun perusahaan sebab public relations berkaitan dengan komunikasi dan citra sebuah perusahaan. Seperti yang dikemukakan oleh Frank Jefkins bahwa public relations adalah semua bentuk komunikasi yang terencana, baik itu ke dalam maupun ke luar, antara suatu organisasi dengan semua khalayaknya dalam rangka mencapai tujuan-tujuan spesifik yang berlandaskan pada saling pengertian.

Secara spesifik public relations merupakan seni (arts) dan gabungan dari disiplin ilmu manajemen, komunikasi, psikologi, sosial dan marketing untuk membentuk agar perusahaan atau lembaga, gagasan atau ide yang ditawarkan, nama dan produknya menjadi disukai dan dapat dipercaya oleh publiknya (Ruslan, 2000 : 6).

Menurut Dr. Rex Harlow (Ruslan, 2008 : 16) public relations adalah fungsi manajemen yang khas dan mendukung pembinaan yang khas, pemeliharaan jalur bersama antar organisasi dengan publiknya, menyangkut aktivitas komunikasi, pengertian, penerimaan dan kerjasama; melibatkan manajemen dalam menghadapi persoalan/ permasalahan, membantu manajemen untuk mampu menanggapi opini publik; mendukung manajemen dalam mengikuti dan memanfaatkan perubahan secara efektif; bertindak sebagai sistem peringatan dini dalam mengantisispasi kecendrungan penggunaan penelitian serta teknik komunikasi yang sehat dan etis sebagai sarana utama.

Banyak definsi mengenai public relations, dari yang umum sampai kepada yang spesifik, sebagaimana definisi umum yang dikemukakan oleh John E. Marston (dalam Kasali, 2008: 6), “public relations is planned, persuasive communication designed to influence significant public.” John menjelaskan pula bahwa public relations bukanlah ilmu tradisonal yang digunakan untuk tujuan-tujuan sesaat, sebab public relations direncanakan dan menggunakan pendekatan manajemen kepada target-target publik tertentu. Public relations melakukan komunikasi dengan cara membujuk (persuasive), oleh karenanya sering disebut secara sepihak bahwa profesi public relations adalah proses pembujuk (persuaders).

Definisi dari public relations tersebut menempatkan seorang public relations sebagai sebuah fungsi manajemen yang berarti bahwa manajemen di semua organsasi harus memperhatikan public relations juga mengidentifikasi pembentukan dan pemeliharaan hubungan yang baik dan saling menguntungkan antara perusahaan dengan publik sebagai basis moral dan etis dari profesi public relations tersebut. Begitu pun public relations berkewajiban membangun dan mempertahankan hubungan yang baik dan bermanfaat antara perusahaan dengan publik yang memengaruhi kesuksesan atau kegagalan perusahaan tersebut.

Berdasarkan definisi umum, terdapat definisi yang sangat khusus seperti dijelaskan oleh Marston (dalam Kasali, 2008: 6), public relations adalah seni untuk membuat perusahaan Anda disukai dan dihormati oleh para karyawan, konsumen, dan para penyalurnya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa public relations adalah bagian dari aktifitas komunikasi yang berfungsi untuk membujuk publik dalam hal membantu manajemen untuk membentuk opini publik agar perusahaan dapat disukai oleh para karyawan, konsumen dan para penyalurnya. Seperti yang dijelaskan Charles Steinberg (dalam Suhandang, 2004: 53) bahwa tujuan public relations itu adalah menciptakan opini publik yang menyenangkan tentang kegiatan yang dilakukan oleh badan atau perusahaan yang bersangkutan.

2.2.2.2 Manfaat Public Relations

Fungsi adalah sesuatu yang diharapkan publik dapat dilakukan oleh public relations sesuai dengan kedudukannya. Seorang public relations dapat dikatakan

berfungsi apabila melakukan tugas dan menjalankan fungsinya untuk menjamin kepentingan publik. Menurut Kriyantono (2008: 21-11) garis besar fungsi public relations adalah:

a. Memelihara komunikasi agar tetap harmonis antara perusahaan/ lembaga dengan publiknya (maintain good communication).

b. Melayani dengan baik kepentingan publik (serve public’s interest). c. Memelihara perilaku dan moralitas perusahaan dengan baik (maintain

good morals & manners).

Oleh karenanya sebuah perusahaan harus memelihara komunikasi yang baik dengan publiknya, komunikasi yang baik adalah kunci sebuah hubungan begitu pula dengan bagaimana seorang public relations mampu melayani publik baik itu secara langsung maupun tidak langsung. Apa yang tergambar dari sebuah perusahaan akan dipersepsi publik terhadap beberapa hal, dan gambaran itu tergantung bagaimana public relations menyikapinya, perilaku serta moral perusahaan adalah hal yang utama untuk dijaga.

Public relations untuk menjaga nama perusahaan berkewajiban menjaga hubungan kepada publik seperti hubungan internal maupun eksternalnya. Sebelum membangun hubungan lebih jauh, dalam hal ini tentu yang harus dibangun terlebih dahulu adalah hubungan dengan publik internal yaitu karyawan perusahaan karena aspek yang sangat penting dalam kesuksesan sebuah perusahaan adalah karyawan itu sendiri karena karyawan lah yang bekerja untuk perusahaan . CEO (Chief Executve Officer) di dalam sebuah perusahaan sering memandang karyawan mereka sebagai “publik nomor satu” atau “aset organisasi paling penting,” dan mereka berusaha menciptakan “kultur organisasi” yang bisa menarik dan mempertahankan karyawan atau pekerja yang produktif (Cutlip, Center dan Broom, 2007: 11).

Sementara itu, dalam penelitian ini yang paling penting untuk dibahas adalah publik eksternal, baik itu investor maupun publik secara luas. Seperti hubungan dengan invenstor harus dibangun dengan baik agar menambah nilai saham perusahaan dan menaikkan tingkat kepercayaan pemegang saham dengan membuat saham menjadi menarik. Begitu pun dengan hubungan dengan publik secara luas seperti masyarakat awam, praktisi, akademi maupun mahasiswa.

Membangun hubungan yang baik dengan publik luas sebagai jalan keberhasilannya sebuah perusahaan.

Sementara itu, menurut Cutlip & Center (Kriyantono, 2008: 22) fungsi public relations adalah:

a. Menunjang kegiatan manajemen dan mencapai tujuan organisasi.

b. Menciptakan komunikasi dua arah yaitu menyebarkan informasi dengan menyalurkan opini publik kepada perusahaan.

c. Melayani publik serta memberikan nasihat kepada pimpinan untuk kepentingan umum.

d. Membina hubungan yang harmonis antara perusahaan dan pubilk, baik nternal maupun eksternal.

Selain menguntungkan perusahaan, hubungan yang baik antara public relations dan perusahaan juga menguntungkan publik itu sendiri dimana opini publik dapat tersampaikan baik itu berupa nasihat maupun masukan yang membangun. Public relations tentu berperan penting dalam rangka menciptakan hubungan yang harmonis tersebut agar tujuan perusahaan dan kegiatan manajemen dapat terlaksana dengan baik.

Satu hal yang perlu ditekankan adalah, bahwa public relations dalam sebuah lembaga tidak memperjualbelikan suatu hal melainkan lebih menekankan kepentingan pelayanan umum yang bertujuan untuk menumbuhkan saling percaya, saling membantu atau bekerjasama. Sementara itu manfaat khusus public relations meliputi kegunaan public relations dalam pengelolaan dan pelaksanaan, yaitu:

a. Manajemen krisis. b. Penerbitan desk-to. c. Identitas perusahaan. d. Hubungan parlementer. e. Public relations finansial.

Seorang public relations pada dasarnya harus mampu memanajemen segala hal baik itu dalam kondisi krisis sekalipun, krisis yang dimaksudkan bukanlah sebuah keadaan dimana perusahaan mengalami kebangkrutan tetapi sebuah kondisi dimana sebuah perusahaan terjepit akan sebuah permasalahan. Krisis yang sedang menimpa perusahaan dapat terselesaikan apabila public relations mampu memberi penjelasan yang baik terhadap publik karenanya itu akan menjadi gambaran dari sebuah identitas perusahaan itu sendiri. Urusan finanasial maupun

penerbitan desk-top pun menjadi poin penting dari keberadaan public relations, tidak heran jika seorang public relations memiliki kesibukan yang luar biasa dibandingkan karyawan lainnya, hal tersebut juga berlaku untuk tetap menjaga hubungan parlementer di dalam maupun di luar perusahaan.

2.2.2.3Tujuan Public Relations

Public relations selalui mempunyai peran ganda, pada satu pihak public relations selalu berupaya menjaga citra baik terhadap sebuah lembaga, perusahaan maupun organisasi yang diwakilinya. Sementara itu, di pihak lain ia harus berhadapan dengan berbagai situasi yang kurang menguntungkan seperti opini publik yang negatif, bertentangan hingga krisis kepercayaan. Meski demikian public relations tetaplah harus bertugas untuk mememulihakan citra perusahaan setelah masa krisis, mempertahankan citra dan banyak lagi lainnya.

Seorang public relations yang baik harus paham bagaimana menjaga citra yang baik, terutama kepada eksternal public relations yang merupakan publik diluar perusahaan itu sendiri. Tujuan dibangun citra kepada eksternal public relations adalah untuk mendapatkan dukungan dan saling pengertian. Menurut Bertram R. Canfield (dalam Danandjaja, 2011 : 34) untuk melaksanakan kegiatan dari eksternal public relations ada beberapa hal yang harus diperhatikan, antara lain :

1. Public relations itu pada dasarnya merupakan dasar falsafah manajemen

2. Ketika menyelenggarakan setiap tindakan dan keputusan yang ada, public relations harus mengutamakan kepentingan publik

3. Terhadap suatu penafsiran kebijaksanaan yang dilakukan public relations yang ditujukan kepada publik, haruslah menjamin adanya saling pengertian guna memperoleh kerjasama.

Oleh karenanya, dalam hal ini public relations harus berperan sebagai pemerhati yang baik. Keberadaan public relations itu sendiri harus mengutamakan kepentingan publiknya agar tercipta citra yang baik tentang perusahaan tersebut. Ruang lingkup public relations sangat luas, ada skala prioritas poin-poin penting yang menjadi tujuan dari public relations perusahaan. Beberapa diantaranya (dalam Kriyantono, 2008: 6) adalah:

a. Menciptakan pemahaman (mutual understanding) antara perusahaan dan publiknya.

b. Membangun citra korporat (corporate image)

c. Citra korporat melalui program corporate social responsibility (CSR) d. Membentuk opini publik yang favourable

e. Membentuk goodwill dan kerjasama

Kecukupan sebuah informasi adalah dasar untuk terjadinya kesalahan persepsi karenanya ketercukupan informasi akan terpenuhi apabila seorang public relations memberikan saluran komunikasi yang terbuka dan timbal balik. Saluran yang diterima bisa informal maupun formal sehingga informasi yang diterima tidak menyebabkan kesimpangsiuran dan ketidakpastian. Begitupun persepsi akan berpengaruh terhadap pendapat publik mengenai perusahaan, oleh karenanya public relations harus berperan untuk turut aktif memberikan citra perusahaan yang baik meski pada dasarnya ini adalah tugas seluruh pekerja di dalamnya.

Meski demikian seorang public relations tidak hanya berfokus pada hal itu saja melainkan juga melibatkan diri mengatasi persoalan sosial yang tengah terjadi di masyarakat agar meningkatkan kredibilitas perusahaan di mata publik. Hal tersebut dapat menciptakan opini baik yang diharapkan dapat memberikan opini positif. Hal itu juga dimanfaatkan agar public relations dapat beradaptasi dengan perusahaan untuk slaing menciptakan kerjasama yang baik dengan elemen

Dokumen terkait