• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

B. Saran

Berdasarkan temuan pada hasil penelitian ini maka, diajukan saran-saran untuk strategi pembelajaran yang baik sebagai berikut:

1. Bagi Sanggar Nafs-i-gira perlu mengembangkan infrastruktur seperti fasilitas belajar dan inovasi dalam media pembelajaran.

2. Bagi para peneliti lain yang ingin meneliti di Sanggar Nafs-i-gira, dapat disarankan untuk meneliti pembelajaran vokal dan rekorder di Sanggar Nafs-i-gira atau peran orang tua peserta didik dalam Sanggar Nafs-i-gira. Ketiga hal tersebut belum dilakukan dalam penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Campbell, Don. 2002. Efek Mozart bagi anak-anak: meningkatkan daya pikir, Kesehatan dan kreativitas anak melalui musik. Diterjemahkan oleh Alex Tri Kantjono Widodo. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Creswell, J. W. 2012. Research Design: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan Mixed. Diterjemahkan oleh Achmad Fawaid. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Djaali, H. 2011. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Djohan. 2005. Psikologi Musik. Yogyakarta: Buku Baik.

Hamalik. O. 2014. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Hamruni. 2012. Strategi Pembelajaran. Yogyakarta: Insan Madani.

Hapsari, C. D. 2013. Strategi Pembelajaran Seni Musik di SMP Negeri 1 Mertoyudan Kabupaten Magelang. Skripsi untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan: Universitas Negeri Yogyakarta.

Irawan, P. 1996. Teori Belajar, Motivasi dan Keterampilan Mengajar. Jakarta: UT. PPAI-PAU.

Jamalus. 1992. Pendidikan Kesenian I : Musik. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan.

Kay, J. 2013. Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta: Kanisius (Anggota IKAPI).

Kosasih, E. 2014. Strategi Belajar dan Pembelajaran Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: Yrama Widya.

Majid, A. 2013. Strategi Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Marianto, D. M. 2011. Menempa Quanta Mengurai Seni. Yogyakarta: Institut

Seni Indonesia Yogyakarta.

Moleong, L. J. 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

________, L. J. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Nawawi, H. 1983. Metode Penelitian Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Ngalimun. 2014. Strategi dan Model Pembelajaran. Yogyakarta: Aswaja Pressindo

Pekerti, W. 1999. Pendidikan Seni Musik-Tari/Drama. Jakarta: Universitas Terbuka, Depdikbud.

Punomo, D. H. 2005. Pembinaan Seni Lukis Anak-anak di Sanggar Melati Suci Yogyakarta. Tesis untuk mendapatkan gelar Magister Pendidikan: Universitas Negeri Yogyakarta.

Roestiyah, N.K. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Ruhimat, T. 2013. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers.

Safrina, R. 2002. Pendidikan Seni Musik. Bandung: Anggota IKAPI CV. Maulana.

Sanjaya, W. 2006. Strategi Pembelajaran: Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group.

________, W. 2009. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group.

Satori, D. dan Komariah, A. 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Seefeldt, C. dan Wasik, B. 2008. Pendidikan Anak Usia Dini. Diterjemahkan oleh Pius Nasar. Jakarta: PT. Indeks.

Setiawan, A. Y. 2015. Strategi Pembelajaran Ansambel Musik Pada Kegiatan Ekstrakurikuler di SMP Negeri 2 Bantul. Skripsi untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan: Universitas Negeri Yogyakarta.

Sistem Pendidikan Nasional, UUD RI. 2003. Lembaran Negara Republik Indonesia. Jakarta: Sekretaris Negara Republik Indonesia.

Sudjana, H. D. 2000. Pendidikan Luar Sekolah. Bandung: Falah Production. Sugihartono, dkk. 2007. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: CV. Alfabeta.

Sukmadinata, N. S. 2005. Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

__________ , N. S. 2008. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Sunarto, H dan Hartono, B. A. 2008. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Suryono, dkk. 1992. Teknik Belajar Mengajar dalam CBSA. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Sutikno, M. S. 2007. Peran Guru Dalam Membangkitkan Motivasi Belajar Siswa. http://bruderfic.or.id/h‐129/peran‐guru‐dalam‐membangkitkan‐motivasi‐ belajar‐siswa.html: Diunduh pada tanggal 5 Agustus 2015

Soekamto, T. 1996. Teori Belajar: Program Pengembangan Keterampilan Dasar Teknik Instruksional (PEKERTI). Jakarta: UT. PPAI-PAU.

Trijata, C. 2014. Seni dan Budaya: Konsorium Sertifikasi Guru. Modul PLPG. UNY.

Uno, H. 2007. Model Pembelajaran: Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Gorontalo: Bumi Aksara.

Wena, M. 2013. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer: Suatu Tinjauan Konseptual Operasional. Jakarta: Bumi Aksara.

Winataputra, U. S. 1996. Model-Model Pembelajaran: Program Pengembangan Keterampilan Dasar Teknik Instruksional (PEKERTI). Jakarta: UT. PPAI- PAU.

Winkel, W. S. 1991. Psikologi Pengajaran. Jakarta: PT. Grasindo.

Zainul, A. 1996. Penilaian Hasil Belajar: Program Pengembangan Keterampilan Dasar Teknik Instruksional (PEKERTI). Jakarta: UT. PPAI-PAU.

Transkrip Wawancara

Tutor Sanggar Nafs-i-gira Yogyakarta

Hari, tanggal : Jumat, 13 Februari 2015

Pukul

: 17.00-19.00 WIB

Tempat

: Studio Plaosan, Dusun Plaosan RT 01/ RW 20, Tlogoadi, Sleman,

Yogyakarta.

Informan

: Yulius Panon Pratomo

Keterangan

: P (Peneliti); I (Informan)

P

: Selamat sore mas Yus.

I

: Sore Des.

P

: Permisi mas, jadi begini saya ingin meneliti strategi pembelajaran

musik anak di Sanggar Nafs-i-gira mas. Penelitian ini mau saya gunakan

sebagai bahan tugas akhir skripsi saya mas.

I

: Ya, silahkan saja dengan senang hati.

P

: Nafs-i-gira itu artinya apa ya mas?

I

: Kui seko bahasa Arab artine pencerahan. Kui podo karo Aufklӓrung

artine pencerahan seko teks e Imanuel Kant filsuf Jerman. Nah, ini bisa

dimaksud sebagai pencerahan dalam kegiatan main musik dan juga

dalam ilmu pengetahuan.

P

: Begitu ya mas, dalam sekali maknanya. Beberapa waktu yang lalu saya

datang dan melihat sekilas mengenai pembelajaran musik di sini, saya

mengamati mulai dari pengajar, kegiatan pembelajaran, bahan materi dan

anak-anak disini sangat antusias belajar musik mas. Kalau boleh tau kira-

kira apa yang jadi ketertarikan mas Yus membuat Sanggar ini?

I

: Jadi gini Des, kenapa, orang bisa main alat musik tetapi ga mikirin soal

intonasi, ga punya pemahaman karya nek main ki piye..oh iki bagian

pengantar, iki bagian puncak, iki bagian penurunan. Bidangku kajian

budaya, filsafat, terus aku punya keterampilan bahasa dan seneng main

musik. Jadi ketika misale menafsir suatu karya, ya aku ndelok seko

judule tapi nek cah musik enggak, cukup main tempone opo uwis kui to.

Nah, dari situ aku kemudian berpikir. Eh, piye yo gawe suatu

pembelajaran musik sing disitu 1. Teknik keterampilan bermain musik ya

harus, terus yang ke 2. Unsur kata, nalar, pikiran itu juga.

P

: Owh berarti mas Yus sudah cukup lama ya mengamati itu, Oia, mas

Yus belajar musik awalnya dari siapa? Bisa alat musik apa aja?

I

: Pertama kali aku belajar organ Gereja, ajar dewe pas jamanku SMA

(Sekolah Menengah Atas Mertoyudan) terus aku mulai fokus karo alat

musik tiup, flute-rekorder. Kalau soal relasi, aku duwe kenalan wong ISI

karo UNY yo seko akademisi musik, main musik bareng, ajar bareng,

sinau bareng. Jadi, musik yang sing aku pelajari iki delok seko wong-

wong kui mau Des.

P

: Berarti mas belajar musik, mengenal alat musik juga sendiri ya mas,

bekal pengalaman dan relasi.

P

: Pada saat membentuk Sanggar Nafs-i-gira ini, mengapa mas Yus

mengkhususkan anak-anak usia SD-SMP sebagai peserta didik mas?

I

: Jadi awalnya gini, kita punya kebutuhan misalnya sebagai warga negara

masyarakat. Warga negara Indonesia ki butuh menyanyi Indonesia Raya,

Mengheningkan Cipta. Apa nek 17-an itu kan selalu ono kui to lagu-lagu

nasional, karo opo-opo ngono. Tapi ga ditata, teknis kui tibo ning fales.

Jadi kita kan butuh belajar bernyanyi benar. Nah, aku pengen memulai

kui seko anak-anak Des, biar membentuk dasar e. Dipilih SD-SMP

karena sudah bisa membaca dan menulis. Ya ga usah jauh-jauh bocah-

bocah lingkungan sekitar sini aja.

P

: Hmm ya bener juga mas, apalagi ada materi pembelajaran yang

menuntut anak untuk berlatih membaca, baik itu menyanyi atau

memainkan alat musik. Lalu bagaimana pendekatan antara anak yang

satu dengan yang lain mas, kalau usia SD-SMP dijadikan satu?

I

: Kalau anaknya dipetakan dua hal, dia anak telinga atau anak mata.

Anak telinga cenderung berpikir dari otak kiri, anak mata cenderung

berpikir dari otak kanan.

P

: Lalu cara memetakan anak itu bagaimana mas?

I

: Oh, gampang itu, ga usah dites uda kelihatan itu. Jadi masing-masing

anak itu mempunyai kecenderungan yang berbeda sama antara kekuatan

kita memilah kemampuan orang kekuatannya entah kuat di otak kiri atau

di otak kanan. Ada anak-anak yang ketika mendengar musik itu langsung

bisa menirukan, bisa langsung menirukan dengan asik, ketukannya sudah

bener, main instrumen sudah bener. Ada anak yang ketukan dan

mendengar itu tidak bisa menirukan tapi dia lebih terbantu membuat

dengan simbol-simbol visual, membaca, ada not. Ketika dikasih notnya

dia bisa memainkan atau menyanyikan, itu dua kecenderungan yang

berbeda. Nah, usaha kita itu bagaimana anak mata itu berlatih melatih

rasa kapan cepat lambat dan bagaimana anak telinga itu melatih

ketekunan. Hal itu dikenali dimana kekuatannya lalu diajari untuk

menambahi unsur yang dia lemah, biasanya begitu pendekatan

personalnya.

P

: Baik mas, lalu bagaimana mengenai strategi pembelajarannya mas?

I

: Strategi kan rencana dan proses pembelajarane bagaimana, nah itu

urusan peneliti bagaimana menjelaskan, karena aku buat seperti ini

pembelajaran ya yang seperti ini dan aku ga tau ini disebut dengan

strategi apa.

P

: Oh begitu, siap laksanakan mas Yus. Lalu bagaimana materi dan

metode pembelajaran yang diajarkan di sini? Pastinya mengacu dengan

teori-teori musik yang ada kan mas?

I

: Dadi ngene, teori Kodaly maupun Carl Off itu kan berdasarkan

pengalaman spesifik Kodaly dan Carl Off. Contoh misale yang tak yakini

seko Kodaly kan oke… pembelajaran musik bisa lewat melodis, “do” ne

pindah-pindah do-re-mi-fa-sol, embuh main C, main G terserah tapi yang

dia inginkan adalah ketepatan intonasi. Caranya Carl Off, orang untuk

menyadari tingkat nada naik itu kan dengan gerak. Coba, ditengakan

disini bisa ga? Akhirnya orang merasa lucu, wo main “do” dadak gerake

pie… uda mikir gerak mikir nada.

P

: Hmm ya ya.

I

: Kalau disini aku juga punya kebutuhan yang sama dengan Kodaly

mengajar soal ketepatan intonasi. Kebutuhan mengajarkan ritme berat

dan ringan sama kasusnya dengan Carl Off, tapi caranya gimana? Anak-

anak disini gimana? Jadi probleme sanggar itu bukan problem metode,

metode musik dalam arti besar yo, mau ikut Kodaly atau Carl Off, mau

pakai pendekatan melodis atau ritmis bukan disitu tantangannya tapi

bagaimana itu dibahasakan, dan kalau itu dibahasakan dengan nalar, ada

urutannya, langkahnya pasti semua orang tau itu gampang, kalau sudah

tahu ya kemudian dipraktekannya pie.

P

: Menyesuaikan anak-anaknya juga ya mas.. yayaya lalu bagaimana mas

menemukan pembelajaran hingga terbentuk materi tahun I, II dan III?

I

: Hmm, jadi bagaimana musik itu diajarkan itu kan problem pedagogik,

terus bagaimana teknik latihan itu diselenggarakan, ini kan keterangan

cara dan itu usaha sing ga dirancang dari awal gini-gini enggak, tapi terus

menerus seperti kae lo learning by doing kae lo. Seperti mode nek

penelitian grafik research, jadi penelitian itu dilakukan tanpa teori terus

kui ketemu ini, oooh ya berarti begini. Menjadi pengalaman dan

mengaitkan dengan teori-teori temuan-temuan tentang pembelajaran

musik dan jadi seperti sekarang ini.

I

: Ya, pada intinya kenapa saya bikin pembelajaran yang seperti itu jadi

pertama, memang harus mengacu ke musik, ke teori musi, sejarah musik

dan segala macam. Tapi yang kedua kan melihat konteks, kebutuhan, kita

tinggal dimana, disitu bagaimana musik diberlakukan dan kapan saja

dibutuhkan musik.

P

: Baik mas Yus, Terima kasih atas wawancaranya

I

: Oke sama-sama Desti.

Transkrip Wawancara

Assistant Tutor Sanggar Nafs-i-gira Yogyakarta

Hari, tanggal : Minggu, 1 Maret 2015

Pukul

: 16.00-19.00 WIB

Tempat

: Pelem Kidul RT 12/RW 02 Banguntapan, Yogyakarta

Informan

: Agatha Fabyan

Keterangan

: P (Peneliti); I (Informan)

P

: Halo Feby, selamat sore.

I

: Selamat sore.

P

: Mba mau wawancara mengenai kegiatan pembelajaran dan keikut

sertaan Feby sebagai

assistant tutor di Sanggar Nafs-i-gira, untuk

penelitian skripsi mba.

I

: Oh ya mba silahkan.

P

: Feby sejak kapan ikut pembelajaran di Sanggar Nafs-i-gira.

I

: Sejak kelas 5 SD dan sekarang sudah kelas 2 SMP.

P

: Waktu awal masuk Sanggar kegiatan apa yang pertama kali dilakukan?

Lalu memainkan alat musik apa saja?

I

: Pertama diajarin not balok, diajarin menyanyi, terus alat pertamanya

main rekorder jadi langsung main alat musik rekorder gitu, terus tar

diajarin alat musik kibor sama mas Yus.

P

: Oh ya ya.. berarti memang benar ya ada pembelajaran mengenai not

balok, menyanyi dan memainkan alat musik rekorder, dan itu kalau ga

salah materi tahun I ya? Kalau materi tahun II dan III Feby sudah lulus

kan dari materi itu?

I

: Hmmm.. aku tu yo bingunge..

P

: He he he.. tidak apa-apa Feby santai aja, share-share saja.

I

: Jadi setelah itu tu aku kadang-kadang langsung masuk Sanggar Nafs-i-

gira ikut yang kegiatan triwulan, jadi aku ga ikut yang pertemuan

mingguan jadi langsung masuk triwulan. Kadang-kadang kan dulu masih

sering tugas-tugas Sanggar mbuh kemana-kemana, misalnya Tugas di

Gerejanya mas Yus itu Gereja Mlati itu latihannya di rumah Plaosan nah,

terus aku baru ikut. Terus lagi misalnya latihannya di Mrican aku ikut,

lanjut lagi latihan di Babadan aku ikut. Oho, jadi mingguan ga pernah

ikut, kalau triwulan itu sebelumnya sudah dikasih tahu bahannya apa aja

to. Nah aku ga ikut pertemuan mingguan, tapi ngajarinnya tiap sabtu

malem, pas habis latihan di B01.

P

: Jadi secara gak langsung Feby privat ya secara pribadi sama mas Yus

tapi main musiknya di Sanggar Nafs-i-gira?

I

: Oho mba.

P

: Bahannya bagaimana Feb?

I

: Jadi misal Sanggar tugas aku uda dapet materi sebelumnya dari mas

Yus, ya buat PR dan dilatih di rumah. Terus dimainkan pas acara

triwulan Sanggar.

P

: Ou begitu, berarti Feby gak ikut materi tahun I-II-III Sanggar Nafs-i-

gira ya?

I

: Oh enggak. Tapi waktu apa ya, jadi waktu kelulusan itu ada dari Tahun

I atau II atau III gitu aku dapet sertifikat dari Sanggar terus aku diajak

jadi assistant tutornya mas Yus.

P

: Oh ya..ya..

I

: Terus tahun ke III ada aransemen nah aku ikut ngerjain tugasnya, ya

keluar nilainya juga. Jadi aku cuma punya satu sertifikat. Terus kalau

nama aku terdaftar di Studio Plaosan.

P

: Oh begitu ya, mungkin mas Yus udah mengganggap Feby menguasi

materi dan bisa mengerjakan ya. Kalau

assistant tutor itu tugasnya

ngapain aja Feb?

I

: Kalau assistant tutor itu, aku pulang sekolah naik TJ terus ke Jombor

terus ke Plaosan nah di Studio Plaosan uda ada anak-anak yang mau

belajar musik, aku dikasih tau materinya ini-ini sama mas Yus. Terus aku

disuruh nemenin mereka.

P

: Mas Yus tetap mengawasi di situ kan ya?

I

: Enggak mba, ditinggal terus mas Yus masuk kamar, mungkin ngerjain

apa aku gak tahu. Tapi tar dikit-dikit mas Yus keluar ngecek. Awalnya

misal dapet partitur lagu gitu aku ngajak tuning bareng-bareng. Oh

nadanya kurang tinggi atau gimana gitu. Terus aku nyontohin dikit-dikit

terus ditiruin anak-anaknya pas itu pakai rekorder.

I

: Oh iya ada mba, kadang mas Yus suka kasih etude terus pemanasan

pakai tangga nada. Ya lima nada pertama do-re-mi-fa-sol gitu sampe

bener.

P

: Ya ya, waktu nemenin anak-anak belajar ada kendala gak Feb?

I

: Waktu kan itu muridnya, Eno, Mada, Craig sama Taru misal ada yang

masih bingung, gak tahu aku contohin pelan-pelan ikutin jari aku, tapi

kadang tu anak-anaknya ya rame ngobrol-ngobrol sendiri jadi susah

diatur gitu. Terus baru mas Yus dating ngecek satu persatu terus main

bareng gitu.

P

: Owh yaya.. itu pas nemenin praktik ya..

I

: Iya..

P

: Kalau pas materinya tentang teori musik gimana tu Feb ngajarnya? Ada

langkah-langkahnya?

I

: Ya ada, jadi waktu itu kan jadi berlima sama aku. Jadi mas Yu situ uda

ngasih bahan satu bendel buat sebulan atau apa ya kurang tahu. Misal

diajarin not balok itu nilainya satu bentuknya bulet gitu terus dibagi jadi

dua bentuknya gini, terus dibagi lagi. Ya pokoknya ada kotak ada bulet

dijelasin namanya apa terus cara ketukkannya gimana.

P

: Materi tahun I ya?

I

: Iya..

P

: Lalu bagaimana Feb?

I

: Ya ada soalnya notasi terus disuruh ngisi namanya, biramanya apa,

ketukkannya apa. Trus ya di cek.. ya betul..

P

: Berarti dicek juga ya..sip..lalu ada lagi Feb?

I

: Nah, kan uda tahun not balok terus dibahannya mas Yus nerangin kunci

G do-nya dimana ya aku jelasin di sini terus nerangin C-D-E-F-G, C-nya

letaknya dimana, anak-anak ada yang sudah tahu dan belum ya aku

tunjukin oh, C-nya disini. Terus misal lagu, lagu Suwe Ora Jamu gitu,

aku neranginnya ini lagu dari mana terus biramanya berapa per berapa,

terus aku ajarin Do-nya letaknya gimana. Pada bisa nyebutin, oh ya

bener. Terus aku nyontohin pake rekorder ngambil nada pertama terus

diikutin yang lainnya pada nyanyi sol mi sa si.

P

: Oh ya ya ya.. menarik Feb.

I

: Jadi sekali pertemuan bisa dua sampai tiga lagu, misal masih banyak

lagu ya disimpen buat PR. Kadang ada murid yang ga mau nyanyi jadi

ketinggalan gitu, kayak si Mada ya jadi ngulang lagi soalnya ya

ketinggalan materinya. Aku kan jadi bingung, tapi kalau Craig sama Taru

uda lumayan ngikutinnya.

P

: Hmm yayaya… Jadi assistant tutor itu juga bisa ya walaupun belum

lulus tahun ke III?

I

: Hmm ya paling mba, soalnya aku jadi assistant tutor itu pas mau materi

aransemen, mungkin mas Yus mau uji coba gitu mba.

P

: Oke deh.. sip kalau gitu sampai jumpa Feby, terima kasih sudah mau

meluangkan waktunya buat mba wawancara. Makasih ya Feb..

Dokumen terkait