Berdasarkan temuan pada hasil penelitian ini maka, diajukan saran-saran
untuk strategi pembelajaran yang baik sebagai berikut:
1. Bagi Sanggar Nafs-i-gira perlu mengembangkan infrastruktur seperti fasilitas
belajar dan inovasi dalam media pembelajaran.
2. Bagi para peneliti lain yang ingin meneliti di Sanggar Nafs-i-gira, dapat
disarankan untuk meneliti pembelajaran vokal dan rekorder di Sanggar Nafs-i-gira
atau peran orang tua peserta didik dalam Sanggar Nafs-i-gira. Ketiga hal tersebut
belum dilakukan dalam penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta: PT.
Rineka Cipta.
Campbell, Don. 2002. Efek Mozart bagi anak-anak: meningkatkan daya pikir,
Kesehatan dan kreativitas anak melalui musik. Diterjemahkan oleh Alex
Tri Kantjono Widodo. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Creswell, J. W. 2012. Research Design: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan
Mixed. Diterjemahkan oleh Achmad Fawaid. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Djaali, H. 2011. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Djohan. 2005. Psikologi Musik. Yogyakarta: Buku Baik.
Hamalik. O. 2014. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Hamruni. 2012. Strategi Pembelajaran. Yogyakarta: Insan Madani.
Hapsari, C. D. 2013. Strategi Pembelajaran Seni Musik di SMP Negeri 1
Mertoyudan Kabupaten Magelang. Skripsi untuk mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan: Universitas Negeri Yogyakarta.
Irawan, P. 1996. Teori Belajar, Motivasi dan Keterampilan Mengajar. Jakarta:
UT. PPAI-PAU.
Jamalus. 1992. Pendidikan Kesenian I : Musik. Jakarta: Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Proyek Pembinaan
Tenaga Kependidikan.
Kay, J. 2013. Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta: Kanisius (Anggota
IKAPI).
Kosasih, E. 2014. Strategi Belajar dan Pembelajaran Implementasi Kurikulum
2013. Bandung: Yrama Widya.
Majid, A. 2013. Strategi Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Marianto, D. M. 2011. Menempa Quanta Mengurai Seni. Yogyakarta: Institut
Seni Indonesia Yogyakarta.
Moleong, L. J. 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
________, L. J. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Nawawi, H. 1983. Metode Penelitian Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Ngalimun. 2014. Strategi dan Model Pembelajaran. Yogyakarta: Aswaja
Pressindo
Pekerti, W. 1999. Pendidikan Seni Musik-Tari/Drama. Jakarta: Universitas
Terbuka, Depdikbud.
Punomo, D. H. 2005. Pembinaan Seni Lukis Anak-anak di Sanggar Melati Suci
Yogyakarta. Tesis untuk mendapatkan gelar Magister Pendidikan:
Universitas Negeri Yogyakarta.
Roestiyah, N.K. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Ruhimat, T. 2013. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers.
Safrina, R. 2002. Pendidikan Seni Musik. Bandung: Anggota IKAPI CV.
Maulana.
Sanjaya, W. 2006. Strategi Pembelajaran: Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group.
________, W. 2009. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta:
Kencana Prenadamedia Group.
Satori, D. dan Komariah, A. 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:
Alfabeta.
Seefeldt, C. dan Wasik, B. 2008. Pendidikan Anak Usia Dini. Diterjemahkan oleh
Pius Nasar. Jakarta: PT. Indeks.
Setiawan, A. Y. 2015. Strategi Pembelajaran Ansambel Musik Pada Kegiatan
Ekstrakurikuler di SMP Negeri 2 Bantul. Skripsi untuk mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan: Universitas Negeri Yogyakarta.
Sistem Pendidikan Nasional, UUD RI. 2003. Lembaran Negara Republik
Indonesia. Jakarta: Sekretaris Negara Republik Indonesia.
Sudjana, H. D. 2000. Pendidikan Luar Sekolah. Bandung: Falah Production.
Sugihartono, dkk. 2007. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
CV. Alfabeta.
Sukmadinata, N. S. 2005. Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
__________ , N. S. 2008. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Sunarto, H dan Hartono, B. A. 2008. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: PT.
Rineka Cipta.
Suryono, dkk. 1992. Teknik Belajar Mengajar dalam CBSA. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.
Sutikno, M. S. 2007. Peran Guru Dalam Membangkitkan Motivasi Belajar Siswa.
http://bruderfic.or.id/h‐129/peran‐guru‐dalam‐membangkitkan‐motivasi‐
belajar‐siswa.html: Diunduh pada tanggal 5 Agustus 2015
Soekamto, T. 1996. Teori Belajar: Program Pengembangan Keterampilan Dasar
Teknik Instruksional (PEKERTI). Jakarta: UT. PPAI-PAU.
Trijata, C. 2014. Seni dan Budaya: Konsorium Sertifikasi Guru. Modul PLPG.
UNY.
Uno, H. 2007. Model Pembelajaran: Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang
Kreatif dan Efektif. Gorontalo: Bumi Aksara.
Wena, M. 2013. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer: Suatu Tinjauan
Konseptual Operasional. Jakarta: Bumi Aksara.
Winataputra, U. S. 1996. Model-Model Pembelajaran: Program Pengembangan
Keterampilan Dasar Teknik Instruksional (PEKERTI). Jakarta: UT. PPAI-
PAU.
Winkel, W. S. 1991. Psikologi Pengajaran. Jakarta: PT. Grasindo.
Zainul, A. 1996. Penilaian Hasil Belajar: Program Pengembangan Keterampilan
Dasar Teknik Instruksional (PEKERTI). Jakarta: UT. PPAI-PAU.
Transkrip Wawancara
Tutor Sanggar Nafs-i-gira Yogyakarta
Hari, tanggal : Jumat, 13 Februari 2015
Pukul
: 17.00-19.00 WIB
Tempat
: Studio Plaosan, Dusun Plaosan RT 01/ RW 20, Tlogoadi, Sleman,
Yogyakarta.
Informan
: Yulius Panon Pratomo
Keterangan
: P (Peneliti); I (Informan)
P
: Selamat sore mas Yus.
I
: Sore Des.
P
: Permisi mas, jadi begini saya ingin meneliti strategi pembelajaran
musik anak di Sanggar Nafs-i-gira mas. Penelitian ini mau saya gunakan
sebagai bahan tugas akhir skripsi saya mas.
I
: Ya, silahkan saja dengan senang hati.
P
: Nafs-i-gira itu artinya apa ya mas?
I
: Kui seko bahasa Arab artine pencerahan. Kui podo karo Aufklӓrung
artine pencerahan seko teks e Imanuel Kant filsuf Jerman. Nah, ini bisa
dimaksud sebagai pencerahan dalam kegiatan main musik dan juga
dalam ilmu pengetahuan.
P
: Begitu ya mas, dalam sekali maknanya. Beberapa waktu yang lalu saya
datang dan melihat sekilas mengenai pembelajaran musik di sini, saya
mengamati mulai dari pengajar, kegiatan pembelajaran, bahan materi dan
anak-anak disini sangat antusias belajar musik mas. Kalau boleh tau kira-
kira apa yang jadi ketertarikan mas Yus membuat Sanggar ini?
I
: Jadi gini Des, kenapa, orang bisa main alat musik tetapi ga mikirin soal
intonasi, ga punya pemahaman karya nek main ki piye..oh iki bagian
pengantar, iki bagian puncak, iki bagian penurunan. Bidangku kajian
budaya, filsafat, terus aku punya keterampilan bahasa dan seneng main
musik. Jadi ketika misale menafsir suatu karya, ya aku ndelok seko
judule tapi nek cah musik enggak, cukup main tempone opo uwis kui to.
Nah, dari situ aku kemudian berpikir. Eh, piye yo gawe suatu
pembelajaran musik sing disitu 1. Teknik keterampilan bermain musik ya
harus, terus yang ke 2. Unsur kata, nalar, pikiran itu juga.
P
: Owh berarti mas Yus sudah cukup lama ya mengamati itu, Oia, mas
Yus belajar musik awalnya dari siapa? Bisa alat musik apa aja?
I
: Pertama kali aku belajar organ Gereja, ajar dewe pas jamanku SMA
(Sekolah Menengah Atas Mertoyudan) terus aku mulai fokus karo alat
musik tiup, flute-rekorder. Kalau soal relasi, aku duwe kenalan wong ISI
karo UNY yo seko akademisi musik, main musik bareng, ajar bareng,
sinau bareng. Jadi, musik yang sing aku pelajari iki delok seko wong-
wong kui mau Des.
P
: Berarti mas belajar musik, mengenal alat musik juga sendiri ya mas,
bekal pengalaman dan relasi.
P
: Pada saat membentuk Sanggar Nafs-i-gira ini, mengapa mas Yus
mengkhususkan anak-anak usia SD-SMP sebagai peserta didik mas?
I
: Jadi awalnya gini, kita punya kebutuhan misalnya sebagai warga negara
masyarakat. Warga negara Indonesia ki butuh menyanyi Indonesia Raya,
Mengheningkan Cipta. Apa nek 17-an itu kan selalu ono kui to lagu-lagu
nasional, karo opo-opo ngono. Tapi ga ditata, teknis kui tibo ning fales.
Jadi kita kan butuh belajar bernyanyi benar. Nah, aku pengen memulai
kui seko anak-anak Des, biar membentuk dasar e. Dipilih SD-SMP
karena sudah bisa membaca dan menulis. Ya ga usah jauh-jauh bocah-
bocah lingkungan sekitar sini aja.
P
: Hmm ya bener juga mas, apalagi ada materi pembelajaran yang
menuntut anak untuk berlatih membaca, baik itu menyanyi atau
memainkan alat musik. Lalu bagaimana pendekatan antara anak yang
satu dengan yang lain mas, kalau usia SD-SMP dijadikan satu?
I
: Kalau anaknya dipetakan dua hal, dia anak telinga atau anak mata.
Anak telinga cenderung berpikir dari otak kiri, anak mata cenderung
berpikir dari otak kanan.
P
: Lalu cara memetakan anak itu bagaimana mas?
I
: Oh, gampang itu, ga usah dites uda kelihatan itu. Jadi masing-masing
anak itu mempunyai kecenderungan yang berbeda sama antara kekuatan
kita memilah kemampuan orang kekuatannya entah kuat di otak kiri atau
di otak kanan. Ada anak-anak yang ketika mendengar musik itu langsung
bisa menirukan, bisa langsung menirukan dengan asik, ketukannya sudah
bener, main instrumen sudah bener. Ada anak yang ketukan dan
mendengar itu tidak bisa menirukan tapi dia lebih terbantu membuat
dengan simbol-simbol visual, membaca, ada not. Ketika dikasih notnya
dia bisa memainkan atau menyanyikan, itu dua kecenderungan yang
berbeda. Nah, usaha kita itu bagaimana anak mata itu berlatih melatih
rasa kapan cepat lambat dan bagaimana anak telinga itu melatih
ketekunan. Hal itu dikenali dimana kekuatannya lalu diajari untuk
menambahi unsur yang dia lemah, biasanya begitu pendekatan
personalnya.
P
: Baik mas, lalu bagaimana mengenai strategi pembelajarannya mas?
I
: Strategi kan rencana dan proses pembelajarane bagaimana, nah itu
urusan peneliti bagaimana menjelaskan, karena aku buat seperti ini
pembelajaran ya yang seperti ini dan aku ga tau ini disebut dengan
strategi apa.
P
: Oh begitu, siap laksanakan mas Yus. Lalu bagaimana materi dan
metode pembelajaran yang diajarkan di sini? Pastinya mengacu dengan
teori-teori musik yang ada kan mas?
I
: Dadi ngene, teori Kodaly maupun Carl Off itu kan berdasarkan
pengalaman spesifik Kodaly dan Carl Off. Contoh misale yang tak yakini
seko Kodaly kan oke… pembelajaran musik bisa lewat melodis, “do” ne
pindah-pindah do-re-mi-fa-sol, embuh main C, main G terserah tapi yang
dia inginkan adalah ketepatan intonasi. Caranya Carl Off, orang untuk
menyadari tingkat nada naik itu kan dengan gerak. Coba, ditengakan
disini bisa ga? Akhirnya orang merasa lucu, wo main “do” dadak gerake
pie… uda mikir gerak mikir nada.
P
: Hmm ya ya.
I
: Kalau disini aku juga punya kebutuhan yang sama dengan Kodaly
mengajar soal ketepatan intonasi. Kebutuhan mengajarkan ritme berat
dan ringan sama kasusnya dengan Carl Off, tapi caranya gimana? Anak-
anak disini gimana? Jadi probleme sanggar itu bukan problem metode,
metode musik dalam arti besar yo, mau ikut Kodaly atau Carl Off, mau
pakai pendekatan melodis atau ritmis bukan disitu tantangannya tapi
bagaimana itu dibahasakan, dan kalau itu dibahasakan dengan nalar, ada
urutannya, langkahnya pasti semua orang tau itu gampang, kalau sudah
tahu ya kemudian dipraktekannya pie.
P
: Menyesuaikan anak-anaknya juga ya mas.. yayaya lalu bagaimana mas
menemukan pembelajaran hingga terbentuk materi tahun I, II dan III?
I
: Hmm, jadi bagaimana musik itu diajarkan itu kan problem pedagogik,
terus bagaimana teknik latihan itu diselenggarakan, ini kan keterangan
cara dan itu usaha sing ga dirancang dari awal gini-gini enggak, tapi terus
menerus seperti kae lo learning by doing kae lo. Seperti mode nek
penelitian grafik research, jadi penelitian itu dilakukan tanpa teori terus
kui ketemu ini, oooh ya berarti begini. Menjadi pengalaman dan
mengaitkan dengan teori-teori temuan-temuan tentang pembelajaran
musik dan jadi seperti sekarang ini.
I
: Ya, pada intinya kenapa saya bikin pembelajaran yang seperti itu jadi
pertama, memang harus mengacu ke musik, ke teori musi, sejarah musik
dan segala macam. Tapi yang kedua kan melihat konteks, kebutuhan, kita
tinggal dimana, disitu bagaimana musik diberlakukan dan kapan saja
dibutuhkan musik.
P
: Baik mas Yus, Terima kasih atas wawancaranya
I
: Oke sama-sama Desti.
Transkrip Wawancara
Assistant Tutor Sanggar Nafs-i-gira Yogyakarta
Hari, tanggal : Minggu, 1 Maret 2015
Pukul
: 16.00-19.00 WIB
Tempat
: Pelem Kidul RT 12/RW 02 Banguntapan, Yogyakarta
Informan
: Agatha Fabyan
Keterangan
: P (Peneliti); I (Informan)
P
: Halo Feby, selamat sore.
I
: Selamat sore.
P
: Mba mau wawancara mengenai kegiatan pembelajaran dan keikut
sertaan Feby sebagai
assistant tutor di Sanggar Nafs-i-gira, untuk
penelitian skripsi mba.
I
: Oh ya mba silahkan.
P
: Feby sejak kapan ikut pembelajaran di Sanggar Nafs-i-gira.
I
: Sejak kelas 5 SD dan sekarang sudah kelas 2 SMP.
P
: Waktu awal masuk Sanggar kegiatan apa yang pertama kali dilakukan?
Lalu memainkan alat musik apa saja?
I
: Pertama diajarin not balok, diajarin menyanyi, terus alat pertamanya
main rekorder jadi langsung main alat musik rekorder gitu, terus tar
diajarin alat musik kibor sama mas Yus.
P
: Oh ya ya.. berarti memang benar ya ada pembelajaran mengenai not
balok, menyanyi dan memainkan alat musik rekorder, dan itu kalau ga
salah materi tahun I ya? Kalau materi tahun II dan III Feby sudah lulus
kan dari materi itu?
I
: Hmmm.. aku tu yo bingunge..
P
: He he he.. tidak apa-apa Feby santai aja, share-share saja.
I
: Jadi setelah itu tu aku kadang-kadang langsung masuk Sanggar Nafs-i-
gira ikut yang kegiatan triwulan, jadi aku ga ikut yang pertemuan
mingguan jadi langsung masuk triwulan. Kadang-kadang kan dulu masih
sering tugas-tugas Sanggar mbuh kemana-kemana, misalnya Tugas di
Gerejanya mas Yus itu Gereja Mlati itu latihannya di rumah Plaosan nah,
terus aku baru ikut. Terus lagi misalnya latihannya di Mrican aku ikut,
lanjut lagi latihan di Babadan aku ikut. Oho, jadi mingguan ga pernah
ikut, kalau triwulan itu sebelumnya sudah dikasih tahu bahannya apa aja
to. Nah aku ga ikut pertemuan mingguan, tapi ngajarinnya tiap sabtu
malem, pas habis latihan di B01.
P
: Jadi secara gak langsung Feby privat ya secara pribadi sama mas Yus
tapi main musiknya di Sanggar Nafs-i-gira?
I
: Oho mba.
P
: Bahannya bagaimana Feb?
I
: Jadi misal Sanggar tugas aku uda dapet materi sebelumnya dari mas
Yus, ya buat PR dan dilatih di rumah. Terus dimainkan pas acara
triwulan Sanggar.
P
: Ou begitu, berarti Feby gak ikut materi tahun I-II-III Sanggar Nafs-i-
gira ya?
I
: Oh enggak. Tapi waktu apa ya, jadi waktu kelulusan itu ada dari Tahun
I atau II atau III gitu aku dapet sertifikat dari Sanggar terus aku diajak
jadi assistant tutornya mas Yus.
P
: Oh ya..ya..
I
: Terus tahun ke III ada aransemen nah aku ikut ngerjain tugasnya, ya
keluar nilainya juga. Jadi aku cuma punya satu sertifikat. Terus kalau
nama aku terdaftar di Studio Plaosan.
P
: Oh begitu ya, mungkin mas Yus udah mengganggap Feby menguasi
materi dan bisa mengerjakan ya. Kalau
assistant tutor itu tugasnya
ngapain aja Feb?
I
: Kalau assistant tutor itu, aku pulang sekolah naik TJ terus ke Jombor
terus ke Plaosan nah di Studio Plaosan uda ada anak-anak yang mau
belajar musik, aku dikasih tau materinya ini-ini sama mas Yus. Terus aku
disuruh nemenin mereka.
P
: Mas Yus tetap mengawasi di situ kan ya?
I
: Enggak mba, ditinggal terus mas Yus masuk kamar, mungkin ngerjain
apa aku gak tahu. Tapi tar dikit-dikit mas Yus keluar ngecek. Awalnya
misal dapet partitur lagu gitu aku ngajak tuning bareng-bareng. Oh
nadanya kurang tinggi atau gimana gitu. Terus aku nyontohin dikit-dikit
terus ditiruin anak-anaknya pas itu pakai rekorder.
I
: Oh iya ada mba, kadang mas Yus suka kasih etude terus pemanasan
pakai tangga nada. Ya lima nada pertama do-re-mi-fa-sol gitu sampe
bener.
P
: Ya ya, waktu nemenin anak-anak belajar ada kendala gak Feb?
I
: Waktu kan itu muridnya, Eno, Mada, Craig sama Taru misal ada yang
masih bingung, gak tahu aku contohin pelan-pelan ikutin jari aku, tapi
kadang tu anak-anaknya ya rame ngobrol-ngobrol sendiri jadi susah
diatur gitu. Terus baru mas Yus dating ngecek satu persatu terus main
bareng gitu.
P
: Owh yaya.. itu pas nemenin praktik ya..
I
: Iya..
P
: Kalau pas materinya tentang teori musik gimana tu Feb ngajarnya? Ada
langkah-langkahnya?
I
: Ya ada, jadi waktu itu kan jadi berlima sama aku. Jadi mas Yu situ uda
ngasih bahan satu bendel buat sebulan atau apa ya kurang tahu. Misal
diajarin not balok itu nilainya satu bentuknya bulet gitu terus dibagi jadi
dua bentuknya gini, terus dibagi lagi. Ya pokoknya ada kotak ada bulet
dijelasin namanya apa terus cara ketukkannya gimana.
P
: Materi tahun I ya?
I
: Iya..
P
: Lalu bagaimana Feb?
I
: Ya ada soalnya notasi terus disuruh ngisi namanya, biramanya apa,
ketukkannya apa. Trus ya di cek.. ya betul..
P
: Berarti dicek juga ya..sip..lalu ada lagi Feb?
I
: Nah, kan uda tahun not balok terus dibahannya mas Yus nerangin kunci
G do-nya dimana ya aku jelasin di sini terus nerangin C-D-E-F-G, C-nya
letaknya dimana, anak-anak ada yang sudah tahu dan belum ya aku
tunjukin oh, C-nya disini. Terus misal lagu, lagu Suwe Ora Jamu gitu,
aku neranginnya ini lagu dari mana terus biramanya berapa per berapa,
terus aku ajarin Do-nya letaknya gimana. Pada bisa nyebutin, oh ya
bener. Terus aku nyontohin pake rekorder ngambil nada pertama terus
diikutin yang lainnya pada nyanyi sol mi sa si.
P
: Oh ya ya ya.. menarik Feb.
I
: Jadi sekali pertemuan bisa dua sampai tiga lagu, misal masih banyak
lagu ya disimpen buat PR. Kadang ada murid yang ga mau nyanyi jadi
ketinggalan gitu, kayak si Mada ya jadi ngulang lagi soalnya ya
ketinggalan materinya. Aku kan jadi bingung, tapi kalau Craig sama Taru
uda lumayan ngikutinnya.
P
: Hmm yayaya… Jadi assistant tutor itu juga bisa ya walaupun belum
lulus tahun ke III?
I
: Hmm ya paling mba, soalnya aku jadi assistant tutor itu pas mau materi
aransemen, mungkin mas Yus mau uji coba gitu mba.
P
: Oke deh.. sip kalau gitu sampai jumpa Feby, terima kasih sudah mau
meluangkan waktunya buat mba wawancara. Makasih ya Feb..