• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

5.2 Saran

Adapun saran yang dapat diberikan peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk peneliti lain yang tertarik dengan topik penelitian yang sejenis, harapannya dapat mencari lebih dalam serta lebih jauh lagi mengenai pemasaran dan berbagai elemennya sehingga dapat menghasilkan temuan baru yang bisa dipergunakan untuk menambah pengetahuan di bidang komunikasi pemasaran.

2. Untuk pemerintah terkhusus Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif untuk lebih memperhatikan lagi semangat, potensi, dan minat yang dicurahkan oleh pemuda-pemudi yang sedang aktif untuk mendedikasikan diri, mempromosikan dan mempublikasikan keindahan alam dan objek wisata yang berada di Sumatera Utara.

3. Hendaknya TMC Group dapat berperan aktif dan menjalankan program-program kegiatan yang menunjang pengembangan pariwisata dengan memperluas eksplor wisata lebih jauh dan dalam lagi di Sumatera Utara, agar tidak melakukan eksplor wisata hanya ketempat yang sama setiap tahunnya. Beberapa daerah seperti Tapanuli Selatan, Padang Lawas, Nias, Binjai, dan lainnya tidak pernah menjadi daerah tujuan wisata TMC Group selama empat tahun berdiri.

4. Ada baiknya komunitas ini lebih konsisten untuk memperhatikan dan mempersiapkan strategi komunikasi pemasaran yang tersusun dan terencana dengan baik, serta melakukan publikasi dengan segala media secara aktif dan menyeluruh, agar komunitas TMC Group lebih dikenal luas lagi oleh masyarakat Sumatera Utara.

110

Universitas Sumatera Utara 5. Mengenai tugas pokok dan fungsi sesuai jabatan, hendaknya TMC Group

menyusun struktur kepengurusan komunitas dengan benar dan sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya, sehingga tidak melakukan tugas dan fungsi yang bukan lagi tugasnya atau dengan kata lain, terjadi ketimpangan jabatan. Hal ini berguna untuk memberikan ruang kepada orang lain agar dapat berproses dengan tugas dan jabatan yang diembannya.

11 Universitas Sumatera Utara BAB II

KAJIAN PUSTAKA 2.1 Paradigma Penelitian

Paradigma adalah satu set asumsi, konsep, nilai-nilai dan praktek dan cara pandang realitas dalam disiplin ilmu. Paradigma merupakan cara pandang atau pola pikir komunitas ilmu pengetahuan atas peristiwa/realitas/ilmu pengetahuan yang dikaji, dipelajari, dipersoalkan, dipahami, dan untuk dicarikan pemecahan persoalannya.

Paradigma penelitian adalah perspektif penelitian yang digunakan oleh peneliti tentang bagaimana peneliti (Pujileksono, 2015: 26):

a. Melihat realita (world views), b. Bagaimana mempelajari fenomena,

c. Cara-cara yang digunakan dalam penelitian, dan

d. Cara-cara yang dilakukan dalam menginterpretasikan temuan.

Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini adalah paradigma positivistik. Paradigma positivistik adalah suatu paradigma yang terorganisir untuk mengkombinasikan deductive logic dan pengamatan empiris dari perilaku individu, yang berguna secara probabilistik menemukan atau memperoleh konfirmasi tentang sebab-akibat yang bisa dipakai untuk memprediksi pola umum dari kegiatan manusia (Neumann, 2005: 140). Adapun karakteristik dari paradigma positivistik adalah:

a. Melihat fakta sosial sebagai realita. Fakta sosial dimasyarakat berlangsung mengikuti hukum alam yang sifatnya umum, yaitu hukum sebab-akibat

(cause-effect). Fakta sosial itu keberadaannya benar-benar ada sehingga

realita itu sifatnya eksis dan dapat digambarkan.

b. Paradigma ini mempertanyakan suatu realita dengan ‘apa’ (what)? atau menanyakan mengenai apa yang terjadi dimasyarakat pada umunya.

c. Peneliti tidak berinteraksi dengan objek penelitian sehingga terdapat jarak antara peneliti dan objek penelitian. Keberadaan objek penelitian diluar diri peneliti.

12

Universitas Sumatera Utara d. Peneliti menjaga nilai-nilai yang ada dalam dirinya untuk tidak dimasukkan pada penelitiannya sebagai aksiologinya. Peneliti benar-benar menggambarkan realita yang ada dimasyarakat secara objektif dengan tujuan keakuratan pengukuran dalam penelitian.

e. Penelitian paradigma positivistik menggunakan metode empiris untuk dapat menggambarkan fakta sosial sebagai realita atau objek penelitian. Metode ini juga ditujukan untuk memprediksi atau menemukan pola umum sebagai hukum alam dalam suatu fakta atau gejala sosial.

f. Syarat realitas yang diteliti meliputi; dapat diamati (observable), dapat diulang (repeatable), dapat diukur (measurable), dan dapat diuji (testable). g. Hasil penelitian dapat ditentukan kualitasnya melalui validitas internal,

validitas eksternal, reliabilitas, dan objektivitas (Pujileksono, 2015: 27-28). Peneliti menggunakan paradigma positivistik untuk mengetahui bagaimana penerapan strategi komunikasi pemasaran pariwisata yang digunakan oleh TMC

Group untuk mengembangkan pariwisata di Sumatera Utara.

2.2Kajian Pustaka 2.2.1 Komunikasi

Komunikasi merupakan suatu proses sosial yang sangat mendasar dan vital dalam kehidupan manusia. Dikatakan mendasar karena setiap masyarakat manusia, baik yang primitif maupun yang modern, berkeinginan mempertahankan suatu persetujuan mengenai berbagai aturan sosial melalui komunikasi. Dikatakan vital karena setiap individu memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dengan individu-individu lainnya sehingga meningkatkan kesempatan individu-individu itu untuk tetap hidup (Rakhmat, 1998:1).

Kata komunikasi atau communication dalam Bahasa Inggris berasal dari Bahasa Latin yang berarti “sama”, communico, communicatio, atau communicare yang berarti “membuat sama” (to make common). Istilah pertama communis paling sering digunakan sebagai asal kata komunikasi, yang merupakan akar dari kata-kata

13

Universitas Sumatera Utara Latin lainnya yang hampir mirip. Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, makna atau suatu pesan dianut secara sama (Mulyana, 2007: 46).

Seseorang akan dapat mengubah sikap, pendapat, atau perilaku orang lain apabila komunikasinya itu memang komunikatif seperti diuraikan diatas. Untuk dapat memahami pengertian komunikasi sehingga dapat dilancarkan secara efektif, maka dapat mengutip paradigma yang dikemukakan Harold Lasswell. Laswell mengatakan bahwa cara yang baik untuk mengemukakan komunikasi ialah menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut: “Who says what in which channel to whom with what effect?” atau “Siapa mengatakan dengan saluran apa kepada siapa dengan pengaruh bagaimana?” (Mulyana, 2007:69). Paradigma Laswell ini menunjukkan bahwa komunikasi melewati 5 unsur, yakni komunikator (communicator, source, sender), pesan (message), media (channel, media), komunikan (communican, communicate,

receiver, recipient), efek (effect, impact, influence). Jadi berdasarkan paradigma

Laswell tersebut, komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu.

Big (dalam Bungin, 2015: 46) mengatakan, bahwa komunikasi adalah proses transmisi dalam memaknakan simbol-simbol di antara individu. Dengan demikian, maka komunikasi adalah proses sosial yang terjadi diantara dua orang atau lebih, dimana mereka saling mengirim dan menukar simbol-simbol satu dan lainnya. Komunikasi dikatakan dapat berjalan dengan baik apabila mereka saling mengolah simbol-simbol itu didalam proses komunikasi itu.

Thill and Bovee (dalam Bungin, 2015: 47) mengatakan bahwa komunikasi yang efektif, memiliki karakteristik, yaitu:

1. Memberikan informasi praktis.

2. Memberikan fakta dari yang disampaikan. 3. Mengklarifikasi dan meringkas informasi. 4. Mengatakan sesuatu yang spesifik.

14

Universitas Sumatera Utara 2.2.2 Strategi Komunikasi

Istilah strategi berasal dari Bahasa Yunani, strategeia (stratos: militer, dan ag: pemimpin) yang artinya seni atau ilmu untuk menjadi seorang jenderal, dimana jenderal tersebut dibutuhkan untuk memimpin suatu angkatan perang agar dapat selalu memenangkan perang. Strategi merupakan cara terbaik yang dijalankan untuk mencapai tujuan tertentu. Selain itu pula strategi adalah suatu cara atau langkah-langkah yang harus ditempuh oleh perusahaan dalam mencapai tujuannya dalam menentukan persaingan dengan para kompetitornya (Tjiptono, 2010: 3).

Menurut Stoner, Freeman, dan Gilbert, Jr (dalam Tjiptono, 2008: 3). Konsep strategi dapat didefinisikan berdasarkan dua perspektif yang berbeda, yaitu: (1) Dari perspektif apa yang suatu organisasi ingin lakukan (intends to do), (2) Dari perspektif apa yang organisasi akhirnya lakukan (eventually does). Berdasarkan perspektif yang pertama, strategi dapat didefinisikan sebagai program yang menguntungkan dan mencapai tujuan organisasi dan mengimplementasikan misinya. Makna yang terkandung dari strategi ini adalah bahwa para manajer memainkan peranan yang aktif, sadar dan rasional dalam merumuskan strategi organisasi. Dalam lingkungan yang turbulen dan selalu mengalami perubahan, pandangan ini lebih banyak diterapkan. Sedangkan berdasarkan perspektif kedua, strategi didefinisikan sebagai pola tanggapan atau respon organisasi terahadap lingkungannya sepanjang waktu. Pada definisi ini, setiap organisasi pasti memiliki strategi, meskipun strategi tersebut tidak pernah dirumuskan secara eksplisit. Pandangan ini diterapkan bagi para manajer yang bersifat reaktif, yaitu hanya menanggapi dan menyesuaikan diri terhadap lingkungan secara pasif manakala dibutuhkan. Pernyataan strategi secara eksplisit merupakan kunci keberhasilan dalam menghadapi perubahan lingkungan bisnis. Strategi memberikan kesatuan arah bagi semua anggota organisasi. Bila konsep strategi tidak jelas, maka keputusan yang diambil akan bersifat subjektif atau berdasarkian intuisi belaka dan mengabaikan keputusan yang lain.

Konsep strategi sekurang-kurangnya mencakup lima arti yang saling terkait, dimana strategi adalah suatu (Mintzberg, 2007:98):

15

Universitas Sumatera Utara 1. Perencanaan untuk semakin memperjelas arah yang ditempuh organisasi

secara rasional dalam mewujudkan tujuan-tujuan jangka panjangnya. 2. Acuan yang berkenaan dengan penilaian konsistensi ataupun

inkonsistensi perilaku serta tindakan yang dilakukan oleh organisasi. 3. Sudut yang diposisikan oleh organisasi saat memunculkan aktivitasnya. 4. Suatu perspektif yang menyangkut visi yang terintegrasi antara organisasi

dengan lingkungannya yang menjadi batas bagi aktivitasnya.

5. Rincian langkah taktis organisasi yang berisi informasi untuk mengelabui para pesaing.

Secara umum, komunikasi bukan saja aktivitas manusia secara alamiah, namun juga perilaku manusia dalam memenuhi sistem sosial dan ekonomi mereka. Dengan kata lain, komunikasi adalah strategi dalam menjalankan sistem sosial dan mata pencaharian. Keberhasilan komunikasi adalah mempengaruhi orang dalam kehidupan, sebaliknya kendala dan kegagalan komunikasi akan memengaruhi orang dan masyarakat dalam memenuhi keberhasilan hidup. Luasnya lingkup pengalaman dan pengetahuan dari perilaku komunikasi dapat memengaruhi proses penyampaian simbol-simbol komunikasi sehingga dapat mengganggu penyampaian pesan komunikasi, maka akan menimbulkan kesan komunikasi yang berbeda-beda (Kennedy dan Soemanagara dalam Bungin, 2015: 185).

Proses komunikasi antara manusia dilakukan dengan dua cara, yaitu komunikasi langsung antarpribadi maupun komunikasi dalam kelompok. Adapun komunikasi menggunakan media adalah yang dilakukan oleh masyarakat. Pada kenyataannya, terdapat berbagai faktor yang telah memengaruhi keberhasilan dalam komunikasi yang menggunakan media dalam masyarakat, yaitu faktor komunikator, faktor pesan, faktor penyampai dan faktor media sendiri (McQuail 2006: 13 dalam Bungin 2015: 185).

Komunikator merupakan pihak yang menyampaikan pesan. Komunikator dipengaruhi oleh motivasi, kemampuan, kualitas komunikator, kredibilitas, dan tujuan komunikasi itu dilakukan. Menurut Kennedy dan Soemanagara (dalam Bungin, 2015: 186) kemampuan dari komunikator atau kualitas dari komunikator dipengaruhi oleh kredibilitasnya sebagai pembawa pesan yang benar dan dapat dipercaya. Kredibilitas komunikator dibawa oleh kemampuan penyampai mengenai identitas komunikator.

16

Universitas Sumatera Utara Faktor pesan dipengaruhi oleh kekuatan pesan itu sendiri, keperluannya oleh penyampai dan penerima pesan. Adapun penerima pesan dipengaruhi oleh kualitas penerima pesan dan bagaimana penerima pesan menilai suatu pesan itu sebagai kepentingannya, sedangkan faktor media dipengaruhi oleh seberapa efektif media itu menjadi media penyampai pesan itu sendiri.

Penyampai menjalani seleksi tidak saja pada pesan, tetapi juga pada sumber pesan atau komunikator, yaitu terhadap apakah pesan itu dapat dipercaya atau tidak, bahasa dan visual yang digunakan komunikator memberi kekuatan pengaruh terhadap pesan yang disampaikan kepada penyampai, bahkan mimik, intonasi, dan sikap juga memberi sumbangan terhadap kebenaran pesan yang disampaikan oleh komunikator. Sementara, situasi saat penyampaian pesan adalah penting untuk diteliti oleh kedua belah pihak yang sedang berkomunikasi.

Strategi komunikasi merupakan paduan dari perencanaan komunikasi

(communication planning) dan manajemen komunikasi (communication

management) untuk mencapai suatu tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut, strategi

komunikasi harus dapat menunjukkan bagaimana operasionalnya secara taktis harus dilakukan, dalam arti kata bahwa pendekatan (approach) dapat berbeda sewaktu- waktu bergantung dari situasi dan kondisi (Effendy, 2003: 301).

Strategi komunikasi memungkinkan suatu tindakan komunikasi dilakukan untuk target-target komunikasi yang dirancang sebagai target perubahan. Bahwa didalam strategi pemasaran target utamanya adalah:

1. Bagaimana membuat orang sadar bahwa dia memerlukan suatu produk, jasa atau nilai,

2. Bagaimana kesadaran itu menjadi perhatian terhadap suatu produk, jasa atau nilai dan apabila perhatian sudah terbangun, maka target terpentingnya adalah agar orang loyal untuk membeli produk, jasa dan nilai tersebut.

17

Universitas Sumatera Utara Tabel 2.2.1

Tabel Target dan Strategi Komunikasi

Strategi Komunikasi Target

Strategi perubahan pengetahuan Kesadaran (awareness stage) Strategi perubahan perhatian Perhatian (interest stage) Strategi perubahan perilaku Loyalitas (loyality stage)

Sumber: Bungin, 2015: 62

Berdasarkan tabel diatas, dapat diartikan bahwa target komunikasi adalah bagaimana membuat orang sadar, maka strategi komunikasinya adalah bagaimana mengkomunikasikan suatu pengetahuan yang diperlukan orang agar mereka memiliki kesadaran bahwa mereka memerlukan suatu produk. Kemudian ketika target komunikasinya adalah membuat orang memiliki perhatian terhadap suatu produk, barang, jasa, atau nilai, maka strategi komunikasinya adalah bagaimana mengubah pengetahuan orang tentang produk menjadi perhatian terhadap produk itu. Begitu pula apabila target komunikasinya adalah loyalitas orang, maka strategi komunikasinya adalah bagaimana mengubah perhatian orang terhadap suatu produk menjadi tindakan memilih produk itu.

Pada saat menjalankan strategi komunikasi, maka seluruh proses komunikasi harus dipahami sebagai proses mentransformasikan pesan diantara kedua belah pihak. Kedua pihak memiliki kepentingan didalam proses ini dan memiliki pengetahuan yang saling dipertukarkan satu dengan yang lainnya, oleh karena itu strategi komunikasi harus mempertimbangkan semua pihak yang terlibat didalam proses komunikasi.

2.2.3 Pariwisata

2.2.3.1 Pengertian Pariwisata

Secara etimologis kata pariwisata yang berasal dari Bahasa Sansekerta yang terdiri dari dua suku kata yaitu masing-masing kata “pari” dan “wisata”.

1. Pari yang berarti banyak, berkali-kali, berputar-putar, lengkap.

2. Wisata, berarti perjalanan, berpergian yang dalam hal ini sinonim dengan

18

Universitas Sumatera Utara seharusya diartikan sebagai perjalanan yang dilakukan berkali-kali atau berputar-putar, dari suatu tempat ke tempat lain (Bangun, 2008: 23). Menurut Undang-Undang Republik Indonesia no. 9 tentang kepariwisataan, Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 ayat 1 dan 2 dirumuskan.

a. Wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati objek dan daya tarik wisata.

b. Wisatawan adalah orang yang melakukan kegiatan wisata.

Berdasarkan sifat perjalanan, lokasi di mana perjalanan dilakukan wisatawan dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Karyono dalam Arista, 2011: 13-14):

a. Foreign Tourist

Orang asing yang melakukan perjalanan wisata, yang datang memasuki suatu negara lain yang bukan merupakan negara di mana ia biasanya tinggal. Wisatawan asing disebut juga wisatawan mancanegara atau disingkat wisman.

b. Domestic Foreign Tourist

Orang asing yang berdiam atau bertempat tinggal di suatu negara karena tugas, dan melakukan perjalanan wisata di wilayah negara di mana ia tinggal. Misalnya, staf kedutaan Belanda yang mendapat cuti tahunan, tetapi ia tidak pulang ke Belanda, tetapi melakukan perjalanan wisata di Indonesia (tempat ia bertugas).

c. Domestic Tourist

Seorang warga negara suatu negara yang melakukan perjalanan wisata dalam batas wilayah negaranya sendiri tanpa melewati perbatasan negaranya. Misalnya warga negara Indonesia yang melakukan perjalanan ke Danau Toba atau Gundaling Berastagi.

d. Indigenous Foreign Tourist

Warga negara suatu negara tertentu, yang karena tugasnya atau jabatannya berada di luar negeri, pulang ke negara asalnya dan melakukan perjalanan

19

Universitas Sumatera Utara wisata di wilayah negaranya sendiri. Misalnya, warga negara Perancis yang bertugas sebagai konsultan di perusahaan asing di Indonesia, ketika liburan ia kembali ke Perancis dan melakukan perjalanan wisata di sana. Jenis wisatawan ini merupakan kebalikan dari Domestic Foreign Tourist.

e. Transit Tourist

Wisatawan yang sedang melakukan perjalanan ke suatu negara tertentu yang terpaksa singgah pada suatu pelabuhan/airport/stasiun bukan atas kemauannya sendiri.

f. Business Tourist

Orang yang melakukan perjalanan untuk tujuan bisnis bukan wisata tetapi perjalanan wisata akan dilakukannya setelah tujuannya yang utama selesai. Jadi perjalanan wisata merupakan tujuan sekunder, setelah tujuan primer yaitu bisnis selesai dilakukan.

Beberapa jenis-jenis pariwisata yang telah dikenal, yaitu (Pendit, 1990: 41): 1. Wisata budaya (culture tourism), yaitu perjalanan yang dilakukan atas

dasar keinginan untuk memperluas pandangan hidup seseorang dengan cara mengadakan kunjungan ke tempat lain atau ke luar negeri, mempelajari keadaan rakyat, kebiasaan dan adat istiadat mereka, cara hidup mereka, kebudayaan dan seni meraka.

2. Wisata olahraga (sport tourism), yaitu wisatawan-wisatawan yang melakukan perjalanan dengan tujuan berolahraga atau memang sengaja bermakasud mengambil bagian aktif dalam pesta olahraga di suatu tempat atau negara.

3. Wisata komersil (comersil tourism), yaitu termasuk perjalanan untuk mengunjungi pameran-pameran dan pekan raya yang bersifat komersial, seperti pameran industri, pameran dagang dan sebagainya.

4. Wisata industri (industrial tourism), yaitu perjalanan yang dilakukan oleh rombongan pelajar atau mahhasiswa, atau orang-orang awam ke suatu komplek atau daerah perindustrian, dengan maksud dan tujuan untuk mengadakan peninjauan atau penelitian.

20

Universitas Sumatera Utara 5. Wisata bahari (nautical tourism), yaitu wisata yang banyak dikaitkan

dengan danau, pantai atau laut.

6. Wisata kesehatan (healthy tourism), yaitu perjalanan seseorang wisatawan dengan tujuan untuk menukar keadaan dan lingkungan tempat sehari-hari di mana ia tinggal demi kepentingan beristirahat baginya dalam arti jasmani dan rohani.

7. Wisata cagar alam (natural reserve tourism), yaitu jenis wisata yang biasanya diselenggarakan oleh agen atau biro perjalanan yang mengkhususkan usaha-usaha dengan mengatur wisata ke tempat atau daerah cagar alam, taman lindung, hutan daerah pegunungan dan sebagainya yang kelestariannya dilindungi oleh undang-undang.

8. Wisata bulan madu (honeymoon tourism), yaitu suatu penyelenggaraan perjalanan bagi pasangan-pasangan pengantin baru yang sedang berbulan madu dengan fasilitas-fasilitas khusus dan tersendiri demi kenikmatan perjalanan.

Berdasarkan jenisnya maka objek wisata terbagi menjadi tiga jenis, antaranya adalah:

1. Objek dan daya tarik wisata alam, yang berupa objek wisata alamiah seperti sungai, danau, gunung, hutan, dan sebagainya, dan ada juga berupa objek wisata alam yang mendapat campur tangan manusia seperti sawah, danau buatan, saluran irigasi, dan sebagainya.

2. Objek dan daya tarik wisata budaya yaitu seluruh unsur karya cipta dan karsa manusia yang diimplementasikan dalam gaya hidup upacara adat atau unsur tradisional lainnya.

3. Objek dan daya tarik wisata buatan yaitu objek wisata yang dibangun untuk berwisata seperti taman bermain dan area permainan.

Pariwisata modern dapat diklasifikasikan kedalam beberapa komponen penting, yaitu: (1) destinasi, (2) transportasi, (3) pemasaran pariwisata, (4) sumber daya. Dalam perspektif lain, Pemerintah Indonesia mengklasifikasikan komponen

21

Universitas Sumatera Utara pariwisata kedalam beberapa bagian penting seperti: (1) industri pariwisata, (2) destinasi pariwisata, (3) pemasaran pariwisata, dan (4) kelembagaan pariwisata (Bungin, 2015: 86).

Johnpaul (dalam Bungin, 2015: 86) mengatakan, komponen utama pariwisata adalah terdiri dari: (1) aksesibilitas, (2) akomodasi, dan (3) atraksi. Adapun menurut Ramesh (2015) komponen pariwisata terpenting adalah; (1) akomodasi, (2) aksesibilitas, (3) fasilitas, (4) atraksi, dan (5) aktivitas. Komponen dan elemen-elemen pariwisata itu terus berkembang sesuai dengan kreativitas stake holder pariwisata disuatu destinasi negara atau destinasi venue wisata. Kemajuan teknologi informasi dan transportasi saat ini menyebabkan berbagai destinasi dapat berinteraksi dengan mudah, saling bertukar pengalaman, sehingga perkembangan destinasi disesuaikan dengan kekuatan modal dan destinasi pariwisata. Hukum ekonomi berlaku dalam perkembangan destinasi.

2.2.4.2Pengembangan Pariwisata

Perencanaan dan pengembangan pariwisata merupakan suatu proses yang dinamis dan berkelanjutan menuju ketataran nilai yang lebih tinggi dengan cara melakukan penyesuaian dan koreksi berdasar pada hasil monitoring dan evaluasi serta umpan balik implementasi rencana sebelumnya yang merupakan dasar kebijaksanaan dan merupakan misi yang harus dikembangkan. Perencanaan dan pengembangan pariwisata bukanlah sistem yang berdiri sendiri, melainkan terkait erat dengan sistem perencanaan pembangunan yang lain secara inter sektoral dan inter regional. Perencanaan pariwisata haruslah didasarkan pada kondisi dan daya dukung dengan maksud menciptakan interaksi jangka panjang yang saling menguntungkan diantara pencapaian tujuan pembangunan pariwisata, peningkatan kesejahteraan masyarakat setempat, dan berkelanjutan daya dukung lingkungan di masa mendatang (Fandeli dalam Arista, 2011: 15).

Menurut Joyosuharto (dalam Subagyo, 2012: 153) pengembangan pariwisata memiliki tiga fungsi, yaitu: (1) menggalakkan ekonomi; (2) memelihara kepribadian bangsa dan kelestarian fungsi dan lingkungan hidup; (3) memupuk rasa cinta tanah air dan bangsa.

22

Universitas Sumatera Utara Faktor-faktor pendorong pengembangan pariwisata di Indonesia menurut Spilane (dalam Subagyo, 2012: 155) adalah:

1. Berkurangnya peranan minyak bumi sebagai sumber devisa negara jika dibanding dengan waktu lalu;

2. Merosotnya nilai ekspor dalam sektor nonmigas;

3. Adanya kecenderungan peningkatan pariwisata secara konsisten;

4. Besarnya potensi yang dimiliki Bangsa Indonesia bagi pengembangan pariwisata.

2.2.4 Komunikasi Pemasaran

Komunikasi pemasaran dapat dipahami dengan menguraikan dua unsur pokoknya, yaitu komunikasi dan pemasaran. Komunikasi adalah proses dimana pemikiran dan pemahaman disampaikan antarindividu, atau antara organisasi dan individu, sedangkan pemasaran adalah sekumpulan kegiatan dimana perusahaan dan organisasi lainnya mentransfer nilai-nilai (pertukaran) antara mereka dengan pelanggannya. Komunikasi pemasaran adalah kegiatan komunikasi yang dilakukan oleh pembeli dan penjual. Selain itu juga merupakan kegiatan yang membantu dalam pengambilan keputusan dibidang pemasaran serta mengarahkan pertukaran agar lebih memuaskan dengan cara menyadarkan semua pihak untuk berbuat lebih baik (Shimp, 2003: 4).

Manusia memiliki kebutuhan (needs) yang kompleks dan beraneka ragam dalam menjalankan kehidupannya sehari-hari, diantaranya adalah kebutuhan fisik dengan intensitas tertinggi yaitu sandang, pangan, dan papan. Selanjutnya kebutuhan individual yaitu pendidikan maupun aktualisasi diri. Kebutuhan adalah sesuatu yang umum dan mendasar yang diperlukan oleh manusia. Di samping kebutuhan, manusia juga memiliki keinginan (wants) yang bisa jadi dibentuk oleh self concept-nya.

Keinginan manusia tidak terbatas, namun sumber daya yang tersedia terbatas, logikanya keinginan akan dipenuhi dengan tingkat nilai dan kepuasan yang relatif paling tinggi atas produk yang dipilihnya dengan sejumlah uang yang dimiliki. Kalau didukung daya beli, maka keinginan akan menjadi permintaan. Berangkat dari pengertian inilah pemasaran terjadi, ketika manusia memutuskan untuk memuaskan kebutuhan dan keinginannya melalui pertukaran (Kotler dan Amstrong, 1996: 6).

23

Universitas Sumatera Utara Kebutuhan, keinginan, dan pertukaran nilai merupakan inti pemasaran. Menurut Kotler dan Amstrong, pemasaran didefinisikan sebagai berikut (Prisgunanto,

Dokumen terkait