• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI PENUTUP

B. Saran

Berdasarkan hasil kesimpulan diatas, peneliti mengajukan beberapa saran diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Diharapkan kepada masyarakat terkhusus yang tidak mematuhi protokol kesehatan hendaknya dapat meningkatkan kerjasama dalam melaksanakan/mematuhi protokol kesehatan demi mencapai tujuan memutus mata rantai penyebaran virus COVID-19 dan demi keamanan bersama.

b. Diharapkan kepada Pemerintah atau Pimpinan Desa agar lebih memberikan pemahaman dan motivasi kepada masyarakat serta lebih tegas memberikan sanksi bagi masyarakat yang tidak mematuhi protokol kesehatan.

c. Saran bagi peneliti selanjutnya agar bisa memperluas kembali secara keseluruhan mengenai implementasi fatwa Majelis Ulama Indonesia tentang ibadah saat pandemi COVID-19 dan juga lebih mendalami tentang respon masyarakat terhadap fatwa Majelis Ulama Indonesia, serta lebih mendalami saja faktor pendukung dan penghambat

masyarakat dalam implementasi fatwa Majelis Ulama Indonesia tentang penyelenggaraan ibadah di masa pandemi ini.

DAFTAR PUSTAKA

Auliyah, R. (2014). Studi Fenomenologi Peranan Manajemen Masjid At-Taqwa Dalam Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Bangkalan. Competence: Journal Of Management Studies, 8(1).

Afrizal. (2015). Metode Penelitian Kualitatif. Upaya Mendukung Penggunaan Penelitian Kualitatif Dalam Berbagai Disiplin Ilmu. Jakarta: Rajawali Pers

Azanella. (2020) Virus Corona : Penyebab, Gejala, Pencegahan Dan Kapan

Harus Kedokter.

(https://amp.kompas.com/tren/read/2020/03/31/16200665/virus-corona-penyebab-gejala-pencegahan-dan-kapan-harus-segera-ke-dokter. Html,

diakses 31 Maret 2020).

Creswell, John (2016). Research Design Pendekatan Metode Kualitatif, Kuantitatif, Dan Campuran. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Firdaus. (2020) Isi Lengkap Fatwa MUI Tentang Sholat Jum’at Saat Pandemi COVID-19. (https://tirto.id/isi-lengkap-fatwa-mui-tentang-sholat-Jum’at-saat-pandemi-COVID-19-fFlw. Html, di akses 05 Juni 2020).

Fadli, A. (2020). Mengenal COVID-19 Dan Cegah Penyebarannya Dengan “Peduli Lindungi” Aplikasi Berbasis Android. Pengabdian Kepada Masyarakat Jurusan Teknik Elektro, Universitas Jendral Soedirman. Gayo, Ahyar A., et al. Laporan Akhir Penelitian Hukum Tentang Kedudukan

Fatwa MUI Dalam Upaya Mendorong Pelaksanaan Ekonomi Syariah. Jakarta: Badan pembinaan hukum nasional kementerian hukum dan HAM RI. 2011

Haryanto. (2015) Sosiologi Agama, Dari Klasik Hingga Post Modern. AR-RUZZ Media.

Hkikmat, dkk. (2020) Implementasi Maqasi Syari’ah Dalam Ikhtiar Memutus Mata Rantai Persebaran COVID-19 Di Indonesia. Bandung: UIN Sunan Gunung Djati Bandung.

Hamzah, M. M. (2018) Peran Dan Pengaruh Fatwa Mui Dalam Arus Transformasi Sosial Budaya Di Indonesia. Millah: Jurnal Studi Agama, 1(1), 127-154 Khaerah. (2019) Persepsi Masyarakat Kecamatan Tallo Kota Makassar

Terhadap Fatwa MUI Tentang Penggunaan Vaksin Measles Rubella (SKRIPSI). Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Makassar.

Mashabi. (2020) MUI Rilis Fatwa Terkait Ibadah Saat Wabah Corona. (https://nasional.kompas.com/read/2020/03/17/010011/mui-rilis-fatwa-terkait-ibadah-saat-wabah-corona-ini-isi-lengkapnya. Html, 17 Maret 2020).

Marzali. (2006) Struktural-Fungsionalisme. Universitas Indonesia.

Mukhlisin, dkk. (2018) Metode Penetapan Hukum Dalam Berfatwa. Jurnal Hukum Islam.

Mahmudi. (2009) Respon Masyarakat Sekitar Kampus AL-Mubarok Parung Bogor Jawa Barat Terhadap Ahmadiyah (SKRIPSI). Universitas Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Nashiruddin, M. (2017) Fatwa MUI Bidang Ibadah Dan Perannya Dalam Kehidupan Berbangsa Dan Bernegara. International Islamic Conferernce on MUI Studies. Jakarta: MUI, 553.

Putra, A., & Suryadinata, S. (2020). Menelaah Fenomena Klitih Di Yogyakarta Dalam Persfektif Tindakan Sosial Dan Perubahan Sosial Max Weber. Asketik: Jurnal Agama Dan Perubahan Sosial, 4(1), 1-21.

Rusyana, dkk. (2020) Fatwa Penyelenggaraan Ibadah Di Saat Pandemi COVID-19 Di Indonesia Dan Mesir. UIN Gunung Djati Bandung.

Sugiyono. (2013) Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif Dan R & D. Bandung : Alfabeta

Suhartono, Slamet. Eksistensi fatwa majelis ulama Indonesia dalam persfektif Negara hukum pancasila. Al-lhkam: Jurnal Hukum dan Paranata Sosial, 2018, 12.2:448-465.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kombinasi (Mix Methods). Bandung: alfabeta

Sujarweni. (2014) Metodologi Penelitian. Yogyakarta: PT Pustaka baru.

Shodiqin, dkk. (2020) Model Pemberdayaan Jamaah Masjid Menghadapi Dampak Corona Virus Disease 2019 (Covid 19). UIN Sunan Gunung Djati Bandung.

Simmel. (1997). Essays On Religion. New heaven, CT: Yale University Press. Wibowo. (2006) Studi Krisis Terhadap Fatwa MUI Nomor 11 Tahun 2005

Tentang Aliran Ahmadiyah Dan Kebijakan Negara Dalam Penyelesaian Kasus Ahmadiyah. Universitas Islam Indonesia.

Wirawan, (2012) Teori-Teori Sosiologi Dalam Tiga Paradigma (Fakta Sosial, Defenisi Sosial, Dan Perilaku Sosial). Prenadamedia group.

Wibisono, M. Y. (2020) Sosiologi Agama.

Yunus & Rezki. (2020) Kebijakan Pemberlakuan Lockdown Sebagai Antisipasi Penyebaran Corona Virus COVID-19. Universitas Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Yasmin, Puti. (2020) Apa Itu Virus Corona Dan COVID-19, (https://m.deti.com/news/berita/d-4941084/apa-itu-virus-corona-dan-COVID-19-ini-info-yang-perlu-diketahui. Html di akses 10 April 2020).

L

A

M

P

I

R

A

N

PEDOMAN WAWANCARA Lembar Wawancara Informan kunci

Untuk Ketua MUI Kecamatan Tondong Tallasa: Nama:

Jabatan: Waktu: Tempat: Pertanyaan:

1. Apa yang melatarbelakangi Majelis Ulama Indonesia mengeluarkan fatwa tentang ibadah di masa pandemi ini?

2. Sosialisasi apa saja yang dilakukan lembaga MUI mengenai fatwa tentang ibadah di masa pandemi ini?

3. Bagaimana cara MUI menyikapi masyarakat yang kontra terhadap fatwa tentang ibadah di masa pandemi ini?

Untuk Kepala Desa:

1. Apakah bupati mengeluarkan surat edaran mengenai pelaksanaan ibadah di masa pandemi?

2. Sejauh mana masyarakat mengikuti aturan fatwa MUI tentang ibadah di masa pandemi ini?

3. Apakah di setiap masjid sudah menyiapkan/mematuhi protokol kesehatan? 4. Tindakan apa saja yang dilakukan aparat desa sehingga masyarakat mampu beradaptasi dengan apa yang di tetapkan fatwa MUI tentang ibadah di masa pandemi?

5. Bagaimana menyikapi masyarakat yang tidak mematuhi aturan sesuai edaran fatwa MUI?

Informan Utama Dan Tambahan

Untuk Imam Masjid dan Jamaah Masjid:

Nama:

Jabatan:

Waktu:

Tempat:

Pertanyaan:

1. Apakah bapak pernah mendengar fatwa MUI nomor 14 dan 31 tahun 2020 tentang ibadah di masa pandemi COVID-19?

2. Apa yang Anda ketahui soal fatwa MUI nomor 14 dan 31 tahun 2020 tentang ibadah di masa pandemi COVID-19?

3. Bagaimana tanggapan Anda mengenai penerapan physical distancing sat salat berjamaah?

4. Bagaimana tanggapan Anda tentang pengguna masker pada saat salat? a. Apakah Anda menggunakan masker sesuai protokol kesehatan? Kalau

iya, apa alasannya? Kalau tidak, juga apa alasannya?

5. Apa tanggapan Anda mengenai pemerintah yang menjadikan fatwa ini sebagai pedoman dalam menetapkan kebijakan terkait penanggulangan

COVID-19 terkait dengan masalah keagamaan dan umat islam wajib mentaati nya?

6. Apakah aparat desa pernah mengadakan sosialisasi dan selalu memberikan pembinaan kepada masyarakat?

7. Apa saja faktor pendukung dari implementasi fatwa MUI tentang penyelenggaraan ibadah di masa pandemi COVID-19?

8. Apa pula faktor penghambat dari implementasi fatwa MUI tentang penyelenggaraan ibadah di masa pandemi COVID-19?

PEDOMAN OBSERVASI

Implementasi Fatwa MUI Tentang Penyelenggaraan Ibadah Dalam Masa Pandemi COVID-19.

No Hari/Tanggal Tempat/ Kegiatan yang diamati

Deskripsi Hasil Pengamatan 1. 11/11/20 Masjid/ Pelaksanaan

salat Jum’at Kegiatan beribadah salat Jum’at pada saat pandemi COVID-19 sangatlah berbeda sebelum adanya COVID-19 dimana pada saat pandemi sekarang ini jamaah sedikit berkurang terutama jamaah yang usianya 60an ke atas karena sangat rawan terjangkit virus corona. Tata cara pelaksanaan salat Jum’at juga sedikit berbeda seperti sebelum ada pandemi saf harus rapat dan diluruskan, sedangkan di masa pandemi ini pemerintah menghimbau model shift yang bergelombang ketika melaksanakan salat Jum’at di masjid, dan juga para jamaah memakai masker, meskipun

beberapa Jamaah masih ada yang belum menggunakan masker. 2. 17/11/20 Masjid/ Pelaksanaan

salat 5 waktu

Pelaksanaan salat lima waktu tidak jauh berbeda dengan pelaksanaan salat Jum’at, pelaksanaan salat lima waktu juga di masa pandemi ini sangat berbeda karena harus menggunakan masker, dan saf minimal menjaga jarak 1 meter. 3. 2/11/20 Masjid/ Pelaksanaan

Maulid Nabi

Muhammad SAW

Pelaksanaan Maulid Nabi Muhammad saw di desa Bonto Birao pada saat pandemi COVID-19 berjalan seperti biasanya, hanya saja jumlah orang yang ikut berpartisipasi lebih sedikit dari biasanya, Karena sebagian masih takut berkumpul di keramaian dan juga Maulid kali ini tidak semeriah tahun sebelumnya karena beberapa rangkaian acara tidak terlaksana akibat aturan dari pemerintah desa yang

menghimbau agar mempersingkat rangkaian acara, guna menghindari keramaian yang berkumpul terlalu lama.

4. Masjid/ Pengajian

Ibu-ibu, dan TK/TPA

Untuk sementara selama pandemi kegiatan pengajian dan Tk/Tpa di masjid desa Bonto Birao sementara tidak dilaksanakan selama masa pandemi COVID-19, dan akan dilaksanakan kembali apabila kondisi sudah normal.

PEDOMAN STUDI DOKUMEN

No Nama Dokumen Sumber Deskripsi Singkat Isi Dokumen 1. Profil desa Kantor desa

bonto birao

Isi dari pada profil desa Bonto Birao diantaranya yaitu: letak geografis desa, sejarah desa Bonto Birao, keadaan penduduk, sumber daya alam, keadaan sosial dan budaya, sarana dan prasarana perekonomian desa, dan keadaan pemerintah desa Bonto Birao. 2. Surat Edaran Pemerintah Kabupaten Pangkaje’ne Arsip kantor desa

Berisi tentang himbauan kepada seluruh masyarakat kabupaten Pangkaje’ne agar mempedomani panduan suasana antisipasi dan pencegahan pandemi wabah COVID-19 salah satu diantaranya sebagai berikut:

1. Pelaksanaan salat Jum’at dan salat berjamaah rawatib di masjid untuk sementara ditiadakan diganti dengan

salat Dzuhur dn salat berjamaah rawatib di tempat tinggal masing-masing hingga kondisi sudah pulih dan normal dari wabah

pandemi COVID-19

berdasarkan penetapan dari institusi pemerintah yang berwenang.

3. Fatwa MUI nomor 14 tahun 2020 Tentang penyelenggaraan ibadah dalam situasi terjadi wabah COVID-19 Majelis Ulama Indonesia

Adapun isi fatwa 14/20 tentang penyelenggaraan ibadah dalam situasi terjadi COVID-19 yaitu:

1. Setiap orang wajib melakukan ikhtiar menjaga kesehatan dan menjauhi setiap hal yang diyakini dapat menyebabkan terpapar penyakit, karena hal itu merupakan bagian dari menjaga tujuan pokok beragama (Dharuriyat al-Khams).

2. Orang yang telah terpapar virus corona, wajib menjaga dan mengisolasi diri agar tidak terjadi penularan kepada orang lain. Baginya shalat jumat dapat diganti dengan shalat zuhur di tempat kediaman, karena

shalat jumat merupakan ibadah wajib yang melibatkan banyak orang, sehingga berpeluang terjadinya penularan virus secara massal. Baginya haram melakukan aktifitas ibadah sunnah yang membuka peluang terjadinya penularan, seperti jamaah shalat lima waktu/rawatib, shalat Tarawih dan Ied di masjid atau tempat umum lainnya, serta menghadiri pengajian umum dan tabligh akbar.

3. Yang sehat dan yang belum diketahui atau diyakini tidak terpapar covid-19, harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

4. Dalam hal ia berada di suatu kawasan yang potensi penularannya tinggi atau sangat tinggi berdasarkan ketetapan pihak yang berwenang maka ia boleh meninggalkan salat Jumat dan menggantikannya dengan shalat zuhur di tempat kediaman, serta meninggalkan jamaah shalat lima waktu/rawatib, Tarawih, dan Ied di masjid atau tempat umum lainnya.

5. Dalam hal ia berada di suatu kawasan yang potensi penularan nya rendah berdasarkan ketetapan pihak yang berwenang maka ia tetap wajib menjalankan

kewajiban ibadah

sebagaimana biasa dan wajib menjaga diri agar tidak terpapar COVID-19, seperti tidak kontak fisik langsung

(bersalaman, berpelukan, cium tangan), membawa sajadah sendiri, dan sering membasuh tangan dengan sabun.

6. Dalam kondisi penyebaran COVID-19 tidak terkendali di suatu kawasan yang mengancam jiwa, umat Islam

tidak boleh

menyelenggarakan shalat jumat di kawasan tersebut, sampai keadaan menjadi normal kembali dan wajib menggantikannya dengan shalat zuhur di tempat masing-masing. Demikian juga tidak boleh menyelenggarakan aktifitas ibadah yang melibatkan orang banyak dan diyakini dapat menjadi media penyebaran COVID-19, seperti jamaah shalat lima waktu/rawatib, shalat Tarawih dan Ied di masjid atau tempat umum lainnya, serta menghadiri pengajian umum dan majelis taklim. 7. Dalam kondisi penyebaran

COVID-19 terkendali, umat

Islam wajib

menyelenggarakan shalat

Jumat dan boleh

menyelenggarakan aktifitas ibadah yang melibatkan orang banyak, seperti jamaah shalat lima waktu/rawatib, shalat Tarawih dan Ied di masjid atau tempat umum lainnya, serta menghadiri pengajian umum dan majelis taklim dengan tetap menjaga diri agar tidak terpapar COVID-19.

fatwa ini sebagai pedoman dalam menetapkan kebijakan penanggulangan COVID-19 terkait dengan masalah keagamaan dan umat Islam wajib menaatinya.

9. Pengurusan jenazah (tajhiz al-janaiz) yang terpapar COVID-19, terutama dalam memandikan dan mengafani harus dilakukan sesuai protokol medis dan dilakukan oleh pihak yang berwenang, dengan tetap memperhatikan ketentuan. 4. Fatwa MUI nomor

31 tahun2020 Penyelenggaraan Shalat Jum’at Dan Jamaah Untuk Mencegah Penularan Wabah COVID-19 Majelis Ulama Indonesia

1. Pe renggangan Saf Saat Berjamaah:

a. Meluruskan dan merapatkan saf (barisan) pada shalat berjamaah merupakan

keutamaan dan

kesempurnaan berjamaah. b. Shalat berjamaah dengan saf

yang tidak lurus dan tidak rapat hukumnya tetap sah tetapi kehilangan keutamaan dan kesempurnaan jamaah. c. Untuk mencegah penularan

wabah COVID-19,

penerapan physical distancing saat shalat jamaah dengan cara merenggangkan saf hukumnya boleh, shalat nya sah dan tidak kehilangan keutamaan berjamaah karena kondisi tersebut sebagai hajat syar’iyyah.

2. Pelaksanaan Shalat Jum’at: a. Pada dasarnya shalat Jum’at

hanya boleh diselenggarakan satu kali di satu masjid pada satu kawasan.

b. Untuk mencegah penularan wabah COVID-19 maka penyelenggaraan shalat Jumat boleh menerapkan

physical distancing dengan cara perenggangan saf. c. Jika jamaah shalat Jum’at

tidak dapat tertampung karena adanya penerapan physical distancing, maka boleh menyelenggarakan shalat Jum’at berbilang (ta’addud aljumu’ah), dengan menyelenggarakan shalat Jum’at di tempat lainnya seperti musholla, aula, gedung pertemuan, gedung olahraga, dan stadion.

d. Dalam hal masjid dan tempat lain masih tidak menampung jamaah shalat Jum’at dan/atau tidak ada tempat lain untuk pelaksanaan shalat Jum’at, maka Sidang Komisi Fatwa MUI berbeda pendapat terhadap jamaah yang belum dapat melaksanakan shalat Jum’at sebagai berikut:

1) Pendapat pertama, jamaah boleh menyelenggarakan shalat Jum’at di masjid atau tempat lain yang telah melaksanakan shalat Jum’at dengan model

shift, dan

pelaksanaan shalat Jum’at dengan model shift hukumnya sah. 2) Pendapat kedua,

jamaah melaksanakan shalat zuhur, baik secara sendiri maupun berjamaah, dan pelaksanaan shalat Jum’at dengan

hukumnya tidak sah. Terhadap perbedaan pendapat di atas (point 1 dan 2), dalam pelaksanaannya jamaah dapat memilih salah satu di antara dua

pendapat dengan

mempertimbangkan keadaan dan kemaslahatan di wilayah masing-masing.

3. Penggunaan Masker Saat Shalat:

a. Menggunakan masker yang menutup hidung saat shalat hukumnya boleh dan shalat nya sah karena hidung tidak termasuk anggota badan yang harus menempel pada tempat sujud saat shalat.

b. Menutup mulut saat shalat hukumnya makruh, kecuali ada hajat syar’iyyah. Karena itu, shalat dengan memakai masker karena ada hajat untuk mencegah penularan wabah COVID-19 hukumnya sah dan tidak makruh.

DOKUMENTASI

Wawancara dengan Ketua Majelis Ulama Indonesia Kecamatan Tondong Tallasa.

Wawancara dengan Kepala Desa Bonto Birao

Wawancara dengan Imam Masjid Jami Aenal Yaqin

RIWAYAT HIDUP

Nur Indahsari, dilahirkan di Bonto Birao, 27 November 1998. Anak pertama dari Tiga bersaudara pasangan dari Ayahanda Ibrahim S.Pd dan Ibunda Jasmawati. Penulis menyelesaikan Pendidikan Sekolah Dasar di SDN 21 Birao pada tahun 2004 dan tamat pada tahun 2010. Pada tahun itu juga penulis melanjutkan pendidikan di SMPS Pesantren Immim Minasate’ne dan tamat pada tahun 2013. Kemudian melanjutkan Sekolah Menegah Atas di SMA Negeri 1 Pangkaje’ne pada tahun 2013 dan tamat pada tahun 2016, dan pada tahun yang sama penulis terdaftar sebagai Mahasiswi di Universitas Muhammadiyah Makassar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Program Studi Pendidikan Sosiologi melalui seleksi penerimaan mahasiswa baru (SPMB).

Dalam dokumen SKRIPSI. Oleh: NUR INDAHSARI NIM: (Halaman 84-155)

Dokumen terkait