• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PENUTUP

B. Saran

1. Perlu ditingkatkan lagi sosialisasi wakaf khususnya wakaf tunai secara merata diseluruh Indonesia baik itu melalui penggunaan berbagai media maupun ditambahnya jumlah kantor perwakilan BWI di tiap daerah.

2. Publikasi dan sosialisasi harus dipercepat. Publikasi yang lambat dapat mempengaruhi pensosialisasian yang dilakukan BWI.

3. Kegiatan Humas BWI haruslah lebih diutamakan, karena Humas merupakan corong utama BWI.

4. Sosialisasi dan perkembangan wakaf khususnya wakaf tunai di Indonesia bukan hanya tugas BWI saja, tetapi tugas seluruh umat

81

muslim yang ada di Indonesia. Untuk itu diperlukan partisipasi umat muslim Indonesia guna tercapainya pemahaman akan wakaf tunai. 5. Pemerintah hendaknya perlu lebih memperhatikan lagi masalah

perwakafan di Indonesia. Khususnya yang berkaitan dengan wakaf tunai.

6. Hendaknya para pengurus BWI berusaha melaksanakan amanah dengan yang sebaik-baiknya dan kepercayaan masyarakat tidak disalahgunakan.

82

Buku-Buku

Al-Albani, Syaikh Muhammad Nashiruddin. Mukhtasar Shahih Muslim. Jakarta: Pustaka As-Sunnah Jakarta. 2009.

Al- Asqalani. Ibnu Hajar. Fathul Baari: Penjelasan Kitab Shahih Al Bukhari/Al Imam Al Hafizh. penerjemah Amiruddin. Jakarta: Pustaka Azzam. 2010. Alkautsar, Johan. Strategi Public Relation Pt. Anugrah Sejahtera Dalam Menjalin

Loyalitas Customer. Jakarta: FIDKOM UIN JAKARTA. 2011.

Antonio, M. Syafii. Cash Waqf dan Anggaran Pendidikan (Kumpulan Hasil Seminar Perwakafan). Jakarta: Bimas dan Haji DEPAG RI. 2004.

Atiyah, Umu nur. Strategi Komunikasi Public Relation Radio Gen Fm Pada Minat Pemasang Iklan. Jakarta: FIDKOM UIN JAKARTA. 2011.

Biro Perbankan Syari’ah Bank Indonesia 2001. Peranan Perbankan Syariah dalam Wakaf Tunai (Sebuah Kajian Konseptual). Jakarta: Program Studi Timur Tengah dan Islam Universitas Indonesia. 2006.

Dayanti, Liestianingsih Dwi dan Kusumastuti, Frida. Hubungan Masyarakat. Jakarta: Universitas Terbuka. 2008.

Departemen Agama RI Direktorat Pemberdayaan Wakaf dan Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam. Pedoman Pengelolaan Wakaf Tunai.

Jakarta: Departemen Agama RI, Direktorat Pemberdayaan Wakaf dan Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, 2006.

Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, ed. Ensiklopaedi Islam cet. 3. Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve, 1994.

Direktorat Pemberdayaan Wakaf dan Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Departemen Agama Republik Indonesia. Fiqih Wakaf. Jakarta: Direktorat Pemberdayaan Wakaf dan Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Departemen Agama Republik Indonesia. 2006.

. Paradigma Baru Wakaf di Indonesia. Jakarta : Direktorat Pemberdayaan Wakaf dan Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Departemen Agama Republik Indonesia, 2006), h. 1.

83

. Pedoman Pengelolaan dan Pengembangan Wakaf. Jakarta: Direktorat Pemberdayaan Wakaf dan Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Departemen Agama Republik Indonesia. 2006.

. Pedoman Pengelolaan Wakaf tunai. Jakarta: Direktorat Pemberdayaan Wakaf Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Depatemen Agama. 2006.

. Proses Lahirnya Undang-Undang No. 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf. Jakarta: Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Departemen Agama Republik Indonesia. 2006.

. Strategi Pengembangan Wakaf Tunai di Indonesia. Jakarta: Direktorat Pemberdayaan Wakaf dan Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Departemen Agama Republik Indonesia. 2006.

. Wakaf for Beginners-Panduan Praktis untuk Remaja agar Mencintai Wakaf. Jakarta: Direktorat pemberdayaan Wakaf Direktorat Jenderal Bimas Islam Departemen Agama RI. 2009.

Effendy, Onong Ucjhana. Hubungan Masyarakat Suatu Studi Komunikologis. cet. VII. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2006.

. Human Relations dan Public relations. Bandung: Penerbit Mandar Maju 1993.

. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Cetakan ke-21. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2007.

Hasanah, Dr. Uswatun. Wakaf Tunai Ditinjau dari Hukum Islam. Jakarta: Program Studi Timur Tengah dan Islam Universitas Indonesia. 2006. Indrawan, Ryan. Strategi Pengelolaan Wakaf Uang pada Badan Wakaf Indonesia.

Jakarta: FSH UIN JAKARTA. 2012.

Iqbal, Muhammad. Strategi Public Relation Polri dalam Membangun Citra Pelayanan pada Masyarakat (Study pada Kepolisian Resort Metro Jakarta Barat). Jakarta: FIDKOM UIN Jakarta. 2011.

Jefkins, Frank. Public relations edisi kelima. Jakarta: Penerbit Erlangga. 2003. Kementerian Agama. Himpunan Peraturan Badan Wakaf Indonesia. Jakarta:

84

. Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Tentang Wakaf.

Jakarta: Kementerian Agama RI. 2012.

Kriyantono, Rachmat. Metodologi Riset Komunikasi: Disertasi contoh Praktis Riset Media, Public Relations, Advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi Pemasaran. Jakarta: Kencana Prenada Merdia Group. 2006. Kusumastuti, Frida. Dasar-Dasar Huma. cetakan ke-2. Bogor: Penerbit Ghalia

Indonesia. 2004.

Moleong, MA, Prof. Dr. lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif (Edisi Revisi). Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2009.

Murtopo, Ali. Strategi Kebudayaan. Jakarta: Center for Strategic and Internasional Studies-CSIS. 1978.

Nazin, Moh. Metode Penelitian. Bandung: Ghalia Indonesia. 1999..

Oliver, Sandra. Strategi Public relations. Jakarta: Penerbit Erlangga. 2006.

Prastowo, Andi. Memahami Metode-Metode Penelitian. Yogyakarta: AR-RUZ MEDIA. 2011.

Roudhonah. Ilmu Komunikasi. Jakarta: UIN Jakarta Press. 2007.

Ruslan, Rosady. Kiat dan Strategi Kampanye Public Relations. cet. II. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2000.

. Manajemen Public relations dan Media Komunikasi (konsepsi dan Aplikasi). Edisi revisi, cet. 8. Jakarta: PT Raja Grafindo persada. 2007. Salim, Drs. Peter dan Salim, Yenny. Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer Edisi

Pertama. Jakarta: Modern English Press. 1991.

Saputra, Wahidin dan Nasrullah, Rulli. Public relations 2.0 (Teori dan Praktik Public relations di Era Cyber 1010). Jakarta: Gramata Publishing. 2011. Setiabudi, Ditya Arif. Strategi Public Relations Bank Bni Syariah Dalam Meraih

Citra Positif di Media Online. Jakarta: FIDKOM UIN JAKARTA. 2012. Setyodarmodjo, MPA, Prof. Dr. Drs. Soenarko. Public relations; Pengertian,

Fungsi, dan Peranannya. Surabaya: Penerbit Papyrus Surabaya. 2003. Shihab, M. Quraish. Tafsir Al-Misbah (Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an).

85

Siswanto, Drs. Bambang. Hubungan Masyarakat; Teori dan Praktek. Jakarta: Bumi Aksara. 1992.

Soemirat, Soleh dan Suryana, Asep. Materi Pokok Komunikasi Persuasif. cet. I. edisi 2. Jakarta: Universitas Terbuka. 2008.

Soemirat, Soleh. dan Suryana, Asep. Komunikasi Persuasif. Jakarta: Universitas Terbuka. 2008.

Steiner, George & Mineer, John. Manajemen Strategik. Jakarta: Erlangga.

Sudarsono, Heri. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta: Ekonisia Kampus Fakultas Ekonomi UI. 2003.

Umar, Husein. Strategic Management in Action. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. 2001.

Usman, Rachmadi. Hukum Perwakafan di Indonesia. edisi ke-1. Jakarta: Sinar Grafika. 2009.

Team Pustaka Phoenix. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Baru. Jakarta: PT. Media Pustaka Phoenix. 2008.

Vivian, John. Teori Komunikasi Massa. edisi ke-8, cetakan ke-1. Jakarta: Kencana, 2008.

Internet

Ahmad kurnia, SPd,MM, artikel diakses pada tanggal 21 Februari 2013 dari

http://manajemenkomunikasi.blogspot.com/search/label/Public%20Relatio ns.

Artikel diakses pada tanggal 12 Mei 2013 dari http://rumahislam.com/tafsir- depag-ri/158-qs-003-al-imran/1035-tafsir-depag-ri--qs-003-al-imran-092.html

“Divisi Hubungan Masyarakat”, artikel diakses pada tanggal 21 Februari 2013

dari

http://www.bwi.or.id/index.php?option=com_content&view=section&layo ut=blog&id=20&Itemid=126&lang=in

“Divisi Kelembagaan”, artikel diakses pada tanggal 21 Februari 2013 dari

http://www.bwi.or.id/index.php?option=com_content&view=section&layo ut=blog&id=21&Itemid=125&lang=in

86

“Divisi Kerja Sama Luar Negeri”, artikel diakses pada tanggal 21 Februari 2013 dari

http://www.bwi.or.id/index.php?option=com_content&view=section&layo ut=blog&id=25&Itemid=141&lang=in

“Divisi Pengelolaan dan Pemberdayaan Wakaf”, artikel diakses pada tanggal 21

Februari 2013 dari http : //www.bwi.or.id/index.php? option = com_content & view = section & layout = blog &id = 19 & Ite d=124&lang=in

“Divisi Pembinaan Nazhir”, artikel diakses pada tanggal 21 Februari 2013 dari

http://www.bwi.or.id/index.php?option=com_content&view=section&layo ut=blog&id=18&Itemid=123&lang=in

Iman Mulyana Dwi Suwandi, “Marketing Public Relations,” artikel diakses pada

tanggal 24 Juni 2013 dari www.e-iman.uni.cc

“Profil Badan Wakaf Indonesia”, artikel di akses pada tanggal 21 Februari 2013

dari

http://www.bwi.or.id/index.php?option=com_content&view=section&layo ut=blog&id=13&Itemid=136&lang=in

“Struktur Lembaga BWI” artikel diakses pada tanggal 21 Februari 2013 dari

http://www.bwi.or.id/index.php?option=com_content&view=section&layo ut=blog&id=14&Itemid=45&lang=in

Tim Depag RI Tafsir Departemen Agama RI - QS 002 : Al Baqarah, artikel diakses pada tanggal 12 Mei 2013 dari http://rumahislam.com/tafsir- depag-ri/157-qs-002-al-baqarah/584-tafsir-depag-ri-qs-002-al-baqarah-261.html

Narasumber : Sigit Indra Prianto

Jabatan : Staff Divisi Pengelolaan dan Pemberdayaan Wakaf BWI

Tanggal : 30 April 2013

1. Apakah BWI hanya konsentrasi dengan wakaf tunai atau dengan wakaf lain?

Jawab: Jadi, BWI ini memang kelahirannya dilatarbelakangi dari kondisi perwakafan Indonesia yang kurang lebih masih belum profesional pelayanannya. Jadi ketika belum profesional muncullah BWI.Intinya BWI yang pertama itu tidak hanya konsen diwakaf tunai. Itu Cuma salah satu tugas pokoknya, tapi tugas-tugas pokonya yang lain intinya itu memberdayakan wakaf di Indonesia dan juga mengembangkan potensi wakaf di Indonesia dan yang tidak kalah penting yaitu membina nazhir, baik itu nazhir wakaf benda tidak bergerak maupun nazhir wakaf benda bergerak contohnya wakaf uang, seperti itu.

2. Bagaimana kegunaan humas di BWI?

Jawab: Humas disini dalam arti kata menjadi corong bagi organisasi BWI untuk menyampaikan segala hal informasi yang memang harus diketahui oleh publik dalam hal ini bisa saja informasi yang tadi itu mengenai sosialisasi, misalnya kita ada peraturan wakaf yang baru atau ada istilahnya undang-undang yang baru, atau hal-hal yang terkait dengan wakaf kita sampaikan. Itu yang pertama. Yang kedua juga mengenai, misalnya dari divisi ibu Nani,

inikan terkait dengan LitBang, kan ada istilahnya update pengetahuan baru, atau pengembangan pemikiran baru, nah itukan disampaikan medianya melalui humas, termasuk juga tadi penghimpunan. Bisa juga kan, karena kitakan kerja sama juga dengan LKS PWU dan juga stakeholder yang lain. Karena dari BWI memang saluran utamanya untuk menyampaikan kepada publik, itu memang melalui divisi humas. Medianya kan ada website, ada juga misalnya ada orang yang datang kesini meminta informasi ke kita, kita terima dan juga selain itupengurus BWI juga sering diundang ke event event yang sifatnya resmi maupun tidak resmi, nah itu juga menjadi bagian dari PR dari BWI itu sendiri, seperti itu. Jadi memang humas ini medianya ada website, tapi juga selain website kita juga ada orang-orang yang memang berperan tadi menjadi public relations juga baik itu staffnya maupun pengurusnya sendiri. Jadi, selain komunikasi dua orang melalui media informasi bisa juga ya secara itu tadi dari orang ke orang, seperti itu. Termasuk juga ada event-event tertentu yang bisa kita pakai untuk melakukan sosialisasi dan public relations itu sendiri.

3. Bagaimana PR yang dijalankan BWI, apakah PR dari dalam perusahaan dalam artian bentukan dari BWI atau menggunakan konsultan PR?

Jawab: Iya, kita memang ada divisinya sendiri. Ada pengurusnya sendiri, ada ketuanya, ada anggotanya, termasuk ada staff divisinya sendiri. Tapi kalau dalam event tertentu, misalnya kita melakukan kerja sama misalnya melakukan sosialisasi wakaf melalui talkshow baik itu media televisi maupun radio. Nah itukan kita tidak bisa menyelenggarakan sendiri, kita kan butuh

ini. Nah saat itu mungkin baru kita melakukan kerja sama dengan pihak lain, termasuk penyelenggaraannya maupun mencari sponsornya. Sponsor merupakan bagian dari public relations kan, kan marketingnya juga termasuk disitu. Jadi, srategi PR nya melalui event dan juga kerja sama dengan media dan juga ada pertemuan dan seminar juga ada. Kita lebih banyak memang diundang, seperti diundang menjadi pembicara, tapi memang ada juga event-event besar kita yang menyelenggarakan misalnya seperti symposium wakaf Asia Tenggara kan itu termasuk skala Internasional dan kita yang menyelenggarakan.

4. Perusahaan atau lembaga apa saja yang biasa mengundang BWI sebagai pembicara?

Jawab: Kalau yang mengundang biasanya kebanyakan itu dari kementerian yang menjadi mitra kita, misalnya kementerian agama. Pihak perbankan pun kadang-kadang juga ada. Bank juga kan ketika ingin melakukan upgrade informasi mengenai wakaf kepada pegawainya, dia kan juga butuh orang yang kompeten tentang wakaf dan termasuk juga kita. Kita juga diundang oleh nazhir maupun BWI perwakilan didaerah. Jadi kita istilahnya memberikan eksistensi maupun upgrade tentang wakaf.

5. Bagaimana humas yang ada di BWI perwakilan daerah, apakah mereka menyusun strategi sendiri atau humas pusat yang mengatur?

Jawab: Masing-masing perwakilan memiliki humas sendiri, Cuma memang BWI perwakilan ini masih baru dan memang kalu dari segi korespondensi PR

dan sebagainya itu memang masih dilakukan offline, jadi belum online. Jadi misalnya mereka di daerah ingin menyelenggarakan event-event tertentu atau ingin tahu tentang informasi tertentu biasanya rujukannya kekita, ke pusat dulu biasanya seperti itu. Kecuali kalau mereka ingin membuat event di daerah mereka, kerja sama dengan gubernur atau kabupaten atau kita, mungkin mereka bisa melakukan sendiri. Karena kan di dalam struktur BWI perwakilan itukan ada unsur-unsur dari latar belakang yang beragam antara divisi, atau juga dari pemda setempat ada juga dari provinsi.

6. Apakah keistimewaan humas di BWI?

Jawab: Pada prinsipnya kalau dari tupoksi humas BWI itu intinya memang sosialisasi karena kitakan memang sebagai lembaga negara yang resmi memang tujuan kita atau amanah yang kita terima memang sosialisasi, karena memang sosialisasi masih kurangkan, memang ini yang masih dikejar. Sosialisai bisa seperti itu tadi, bisa offline di via radio, via media cetak, maupun pertemuan secara langsung seperti ini. Nah tapi muaranya itu tetap di komunikasi, bagaimana masyarakat itu mendapatkan informasi dari yang belum tahu menjadi tahu tentang wakaf tentunya seperti itu.

7. Apakah komunikasi yang digunakan disini merupakan komunikasi persuasif?

Jawab: Ya betul, betul, komunikasi persuasif yang kita gunakan.

8. Di dalam teori komunikasi ada teknik komunikasi persuasif, diantaranya teknik asosiasi, integrasi, teknik ganjaran, teknik tataan, dan teknik red-herring. Apakah BWI menggunakan teknik tersebut? ]

1. Teknik asosiasi

Sementara ini kita belum. Istilah duta wakaf itu belum ada. Kalau ditabung wakaf itukan ada duta wakaf kalau tidak salah Inneke Koeserawati. Nah itukan menjadi duta wakaf sebagai ikonnya. Kita belum, tapi untuk wakaf uang duta wakaf nya itu justru pencangannya itu oleh Presiden. Itu sebenarnya yang kita jual. Jadi wakaf uang sudah dicanangkan oleh presiden SBY, di Istana Negara pada tahun 2010. Nah itukan sebenarnya sudah menjadi simbol itu tadikan, bahwa ini nih orang yang berpengaruh saja sudah wakaf, coba donk yang lain ikut juga berwakaf. Jadi intinya kita justru menitik beratkan pada tokoh-tokoh yang justru sifatnya pejabat ya bukan istilahnya orang-orang yang terkenal.

2. Teknik integrasi

Itu pasti, prinsipnya gini kalau wakaf itukan tidak bisa dilakukan oleh saya, jadikan memang ini tanggung jawab kita. Dalam artian bisa kita sebagai BWI, masyarakat sebagai stakeholder maupun kebijakan yang lain. Makanya di forum itu ada beberapa stakeholder kan misalnya ada pemda, ada dari Kemmenag, ada dari DPR. Nah kita disini maksudnya bahwa semua elemen kita ini bertanggungjawab untuk mengembangkan perwakafan di Indonesia, nah itu bukan sering bahkan hampir selalu. Jadi domainnya bukan hanya di BWI tapi juga diseluruh stakeholder yang ada.

3. Teknik ganjaran

Oww ini pasti. Pahala yang utama pastikan. Anda berwakaf berarti anda berpahala. Pahalanya ini mengalir sampai dengan sepanjang masa. Sampai anda meninggal kalau harta benda yang diwakafkan masih memberikan manfaat bagi orang lain, otomatis kan anda akan mendapatkan pahala yang mengalir.

4. Teknik tataan

Ini juga pasti. Karena kan ketika kita melakukan sosialisai misalnya seminar, itu kan ada medianya, contohnya seperti power point, itukan sebenarnya sudah menatakan. Teknik-teknik penyampaiannya seperti apa, secara umum mulai dari latar belakang BWI, sejarah BWI, program BWI, baru masuk keundang-undang. Nah ini kan sebenarnya memenuhi.

5. Teknik red-herring

Kalau itu,, pernah. Hal ini pernah terjadi. Tetapi itu lebih banyak terjadi di lingkup fundraising ya, ketika dia diajukan pertanyaan yang kira-kira tidak di mengerti nantinya dia akan mengelakkan sedikit seperti mengajak ngobrol, diputer-puter dulu, nah mungkin ketika dia ingat baru dia menyampaikan inti dari informasi itu. Tetapi pada prinsipnya itu terjadi juga, tetapi lebih banyak terjadi pada fundrising.

9. Jenis media apa saja yang digunakan oleh BWI dalam mensosialisasikan wakaf tunai?

Jawab: Media cetak sudah, media televisi sudah, media radio sudah, media online juga sudah.

10. Dari media-media tersebut, media mana yang menurut anda paling efektif?

Jawab: Kalau menurut saya yang paling efektif justru lebih banyak media offline, misalnya seminar, sosialisasi langsung itu lebih kena walaupun secara pasifnya gak dapat ya tapi secara pemahannya tentang wakaf tu lebih dapat dibandingkan dengan media televisi yang kalau hanya muncul sekali ya mungkin sambil lalu aja sih begitu. Kecuali kalau dilakukan berulang-ulang mungkin kena, tapi kalau yang lebih efektif ya itu tadi yang offline tadi. Strateginya lebih ke seminar. Dan yang kedua mungkin melalui website kita, karena interaktif dengan pengunjungnya itu banyak pertanyaan-pertanyaan yang muncul, sehingga feedbacknya juga banyak. Biasanya kan website-website kementerian atau lembaga itukan cenderung pasif, nah kalau saya lihat BWI ini termasuuk website yang aktif seperti pengajuan pertanyaan maupun kita mereplay pertanyaan seperti itu. Dan itu lebih banyak terutama yang terkait dengan wakaf uang yang keingin tahuannnya itu banyak, dan salurannya itu lebih banyak di website.Kalau saya lihat seperti itu.

11. Selain divisi humas, pernah tidak divisi lain ikut melakukan sosialisasi mengenai wakaf tunai?

Jawab: Selalu ikut. Karena seperti yang saya katakana tadi bahwa kalau kita berbicara mengenai public relations sebenarnya semua element di BWI ini menjadi public relations. Contohnya ketika dia di lingkungan rumahnya, masyarakat kan tahu dia pegawai BWI dan orang akan berasumsi bahwa ini orang paham mengenai wakaf, jadi banyak yang bertanya juga termasuk juga saya pribadi banyak ditanya seperti wakaf itu apa sih? Kenapa ada wakaf

uang? Kenapa wakaf melalui uang? Nah itu tadikan banyak masyarakat yang ingin tahu. Dan itu gak hanya terjadi di divisi humas saja, tetapi juga ketika kita keluar dari kantor maupun ada dlingkungan keluarga kita, kita pun juga istilahnya menjadi duta wakaf secara tidak langsung. Jadi memang semuanya melakukan hal itu.

12. Apakah strategi tersebut sudah sejalan dengan dengan visi dan misi BWI?

Jawab: Kalau sejalan dan seiring, kita kita memang sudah di atur dengan undang-undang dari pemerintah yang mengatur fungsi dan tugas BWI. Tetapi memang efektif atau tidaknya tergantung dari elemen-elemen lain. Katakanlah kecukupan dari SDM kita. Itu yang pertama. Kalau yang kedua terkait dengan pendanaan orgnisasi seperti itu. Tetapi untuk sejalan dan seiring memang sudanh sejalan dengan undang-undang. Tapi memang untuk pendanaan untuk organisasi dari pemerintah memang belum maksimal.

13. Bagaiamana hasil yang didapatkan bwi dalam kurun waktu 1 tahun (2012)?

Jawab: Jadi begini, BWI periode pertama dari tahun 2007 sampe tahun 2011 itu fokus di memantapkan sosial regulasinya, selain peraturan atau undang-undang kita kan juga butuh job desc yang lebih detail. Nah diperiode pertama itu kita memang fokus untuk menyempurnakan detail di lapangan itu menurut saya sudah sangat optimal dengan banyak peratuan BWI yang cukup banyak mengatur hal-hal yang tidak diatur di Undang-Undang maupun di PP ini menunjukkan bahwa kita sudah memenuhi di sisi Undang-Undang. Termasuk juga pembentukan BWI yang tadinya back up dari segi pendanaan dan SDM masih terbatas, kini kita sudah memiliki perwakilan di sepuluh daerah di

kita dalam progress yang tepat walaupun itu belum maksimal itu yang kedua. Yang ketiga kalau berbicara tentang wakaf uang sesuai dengan undang-undang itu dapat dikatakan cukup berhasil dibandingkan dengan nazhir-nazhir yang lain. Beda ya dengan bentuk wakaf melalui uang seperti dompet dhuafa atau muammalat, itu memang wakaf melalui uang yang memang dari segi operasionalnya itu tidak sesuai dengan undang-undang. Karena kalau dari kita kan memang harus menyelenggarakan sesuai dengan undang-undang, dan itu lebih ribet dan kurang menarik dari segi pengelolaan wakaf. Tapi dari segi tidak menarik dan sifatnya yang kaku itupun kita cukup banyak mendapatkan penghimpunan yang cukup besar. Dan sekarang kita sedang membangun rumah sakit ibu dan anak di Serang Banten, ini juga sudah cukup menjadi indicator keberhasilan kita untuk mengaplikasikan proses penyelenggaraan wakaf itu sesuai dengan undang-undang. Minimal ada

Dokumen terkait