• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III PENUTUP

3.2 Saran

Dari studi tersebut di atas, penulis menyarankan agar peneliti selanjutnya dapat mengungkap aspek-aspek seperti: Pengaruh Hindhu atau agama Islam dalam upacara siraman pernikahan. Hal ini belum terdapat di dalam studi ini.

DAFTAR PUSTAKA

"Adat Istiadat Keraton Ngayogyakarta," Stable URL: http://artwoart.blogspot.com/2008/07/keraton-ngayogyakarta.html. Diunduh: 23/05/2013, 18:30.

---. 1992.Kebudayaan dan Agama.Yogyakarta: Kanisius.

---. 2008.Simbolisme Jawa. Yogyakarta: Ombak.

“Adat Pengantin Jawa,” Stable URL:

http://anggitawedding.blogspot.com/2012/01/adat-pengantin-jawa.html.Diunduh: 23/05/2013, 18:30.

“Prosesi Acara GKR. Maduretno Dan KPH Purbodiningrat,” Stable URL:

http://artwoart.blogspot.com/2008/07/prosesi-pernikaha-ala-keraton-jogja.html. Diunduh 23/05/2013, 18:30.

“Upacara Perkawinan Jawa,” Stable URL:

http://djonny.sman1prambyog.sch.id/senirupaonline/upacarakawinjawa.htm. Diunduh 23/05/2013, 18:32.

Barthes, Roland. 2011.Mitologi.Yogyakarta: Kreasi Wacana. (Cetakan Keempat, Edisi Revisi).

Berger, Arthur Asa. 2000. Tanda-tanda dalam Kebudayaan Kontemporer. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Bratawidjaja, Thomas Wiyasa. 1998. Upacara Perkawinan Adat Jawa. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Condronegoro, Mari. 2010.Memahami Busana Adat Kraton Yogyakarta: Warisan Penuh Makna.Yogyakarta: Yayasan Pustaka Nusatama.

Danandjaja, James. 2002.Folklor Indonesia Ilmu Gosip, Dongeng, dan lain-lain. Jakarta: Grafiti.

Departemen Pendidikan Nasional. 2008.Kamus Besar Bahasa Indonesia.Cetakan keempat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Depdiknas. 1993. Upacara Tradisional Daerah Istimewa Yogyakarta. Yogyakarta: Murni Offset.

Dewi, Astrid Prihartini Wisnu, Pamuji Tri Nastiti, Galih Kurniawan, Wahyu Kurniawan. 2011. Dhaup Ageng Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Yogyakarta: Harian Jogja dan Harian Solopos.

Geertz, Clifford. 1992.Tafsir Kebudayaan. Yogyakarta: Kanisius.

Hamidin, Aep S. 2012. Buku Pintar Adat Perkawinan Nusantara. Yogyakarta: Diva Press.

Hersatoto, Budiono. 2000. Simbolisme dalam Budaya Jawa. Yogyakarta: Hanindita Graha Widya.

Hoed, Benny H. 2007. Semiotika dan Dinamika Sosial Budaya. Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya UI.

Irmawati, Wahyunah. 2013. Makna Simbolik Upacara Siraman Pengantin Adat Jawa.Surakarta.

Junus, Umar. 1981.Mitos dan Komunikasi. Jakarta: Sinar Harapan.

Kesuma, Tri Mastoyo Jati. 2007. Pengantar (Metode) Penelitian Bahasa. Yogyakarta: Çarasvati books.

Koentjaraningrat. 1986.Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Aksara Baru.

Mochtar, Kusniati. 1988. Upacara Adat Perkawinan Agung Kraton Jogjakarta. Jakarta: Dioterbitkan oleh Anjungan Daerah Istimewa Jogjakarta TMII.

Moleong, Lexy J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif (ed.rev). Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mulder, Niels. 2001.Mistisme Jawa.Yogyakarta: Lkis.

Mulyana, Rakhmat. 2000.Komunikasi Antar Budaya. Bandung: Rosdakarya.

Negoro, Suryo S. 2001. Upacara Tradisional dan Ritual Jawa. Surakarta: Buana Raya.

Piliang, Yasraf Amir. 2012. Semiotika dan Hipersemiotika: Kode, Gaya, dan Matinya Makna. Bandung: Matahari. (Edisi Keempat).

Pringgawidagda, Suwarna. 2003.Siraman. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa.

Sobur, Alex. 2004.Semiotika Komunikasi.Bandung: Remaja Rosdakarya.

Spradley, James P. 2007. Metode Etnografi. Diterjemahkan oleh Misbah Zulfa Elizabeth dari judul asli The Ethnographic Interview. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Sudaryanto. 1993. Metode dan aneka teknik analisis bahasa: Pengantar penelitian wahana kebudayaan secara linguistis. Yogyakarta: Duta Wacana University Press.

Sudjiman, Panuti dan Aart Van Zoest (terjemahan). 1996. Serba-serbi Semiotika. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Sumarsono. 2007.Tata Upacara Pengantin Adat Jawa.Jakarta: Buku Kita.

Suwarno, Drs Pringgawidagda. 2010. Tata Upacara dan Wicara. Yogyakarta: Kanisius.

Tim Balai Bahasa Yogyakarta. 2011. Kamus Basa Jawa (Bausastra Jawa. Yogyakarta: Kanisius. Edisi Revisi.

Utomo, Sutrisno Sastro. 2009. Kamus Lengkap Jawa-Indonesia. Yogyakarta: Kanisius.

Widagdho, Joko. 1999.Ilmu Budaya Dasar. Jakarta: Bumiaksara.

Yosodipuro, Marmien Sardjono. 1996. Rias Pengantin Gaya Yogyakarta dengan Segala Sesajinya.Yogyakarta: Kanisius.

Lampiran 1:

Daftar Informan

1. Nama : KRT Puspitaningrat Lahir : 18 September 1945

Alamat : Ndalem Kaneman, Kraton Yogyakarta

Pekerjaan : Bagian busana dan upacara di Kraton Yogyakarta.

2. Nama : Tienuk Riefki

Lahir : 08 Juni 1945

Alamat : Pathuk, Yogyakarta

Pekerjaan : Perias pengantin (salon Nitisari)

3. Nama : Lies Adang

Lahir : 17 November 1955

Alamat : Jalan Parangtritis, Yogyakarta Pekerjaan : Perias Pengantin (salon Kartika)

4. Nama : Estun

Lahir : 23 Mei 1960

Alamat : Jalan Bakalan, Bantul, Yogyakarta Pekerjaan : Perias pengantin (salon Andina)

5. Nama : Tyas Kristiadi Lahir : 20 September 1982

Alamat : Ndalem Kaneman, Kraton Yogyakarta Pekerjaan : Perias pengantin (salon Calista)

Lampiran 2: Daftar Istilah

Abdi : Orang yang mengabdikan dirinya untuk bekerja di

dalam kraton.

Adus : Mandi dalam bahasa Indonesia.

Akad nikah : Kata akad nikah berasal dari dua kata yaitu akad dan nikah. Akad yang berarti

Bangun tulak : Kain yang digunakan untuk siraman, berfungsi sebagai penolak bala.

Batikcakar ayam : Batik yang melambangkan semangat hidup manusia yang terus-menerus.

Batik grompol : Batik yang mempunyai makna harapan. Biasanya digunakan untuk upacarasiramanpernikahan. Batik nogosari : Batik yang memiliki makna kesuburan dan

kemakmuran.

Batik sido asih : Batik yang melambangkan kasih saying yang terus-menerus.

Batik sido luhur : Batik yang melambangkan kehidupan bahagia, mempunyai pangkat yang tinggi, adil, dsb.

Batik sido mukti : Batik yang mempunyai makna agar si pemakai mendapatkan kebahagiaan.

Batiksimbar lintang : Batik yang mempunyai makna harapan dan kebahagiaan.

Batik truntum : Batik yang mempunyai makna agar kelak si pemakai dapat menjalani kehidupan yang harmonis. Batik yuyu sekandang : Batin yang mempunyai makna harapan agar

mempunyai banyak keturunan.

Bokor : Tempat air untuk cuci tangan. Namun untuk acara

siramanpernikahan digunakan untuk tempat bunga. Curahan : Hasil mencurahkan. Biasanya berupa air.

Daun awar-awar : Daun yang sering digunakan sebagai obat, misalnya untuk menyembuhkan kutil, kanker, dsb yang masih banyak ditemukan di desa-desa. Orang Jawa percaya bahwa awar-awar ini berasal dari kata penawar.

Daun beringin : Daun yang sangat tinggi dan lebat daunnya. Beringin berasal dari kata ber- dan ingin. Mempunyai makna keinginan atau harapan.

Daundhadhap srep : Daunnya berbentuk hati dan mempunyai banyak khasiat dalam pengobatan dan daun ini juga digunakan untuk siraman pernikahan. Kata srep berasal dari bahasa Jawa asrep yang bermakna dingin.

Daun ilalang : Daun ilalang adalah tanaman yang tumbuh liar. Namun, daun ilalang ini mempunyai makna agar orang yang mempunyai hajad pernikahan tidak mendapat suatu halangan apapun.

Daun jati : Jati dari kata sejati. Daun jati merupakan pohon yang sangat tinggi dan kokoh, sehingga jati mempunyai makna kokoh dan tahan uji.

Daun kluwih : Tanaman yang kulitnya berduri lunak, serta buahnya biasanya digunakan untuk membuat sayur. Mempunyai makna agar diberi kelebihan.

Daun mojo : Pohon mojo merupakan pohon yang memiliki buah seperti jeruk bali, namun buah mojo ini tidak enak dimakan dan sangat pahit. Filosofi yang bisa diambil dari buah mojo ini yaitu agar sepahit apapun hidup harus tetap tabah dalam menjalaninya. Daun turi : Turi merupakan tanaman yang mempunyai bunga berwarna putih. Turi mempunyai makna agar mendengarkan nasehat dari orang tua atau orang lain yang lebih tua agar tidak mengalami penyesalan dibelakang.

Denotasi : Makna sebenarnya atau makna yang mempunyai hubungan antara tanda dengan objek yang dirujuk.

Diwor : Diwordalam bahasa Indonesia mempunyai makna dicampur menjadi satu.

Dlingo bengle : Dua tanaman yang berbeda, namun merupakan satu kesatuan dan memiliki fungsi yang sama. Sehingga, dua tanaman ini tidak bisa digunakan secara terpisah karena akan mengurangi manfaatnya.

Falsafah : Salah satu disiplin yang mengungkapkan

kebenaran secara umum.

Guyuran : Menyiramkan air dari atas kepala dan dilakukan oleh orang yang sudah dipilih.

Janur : Janur merupakan daun pohon kelapa yang

mempunyai makna petunjuk sejati Kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Kalbu : Hati.

Kembang setaman : Berbagai macam bunga yang dijadikan satu.

Kemben : Penutup dada. Dililitkan diseputar badan sebelum melakukansiramanpernikahan.

Kendi : Terbuat dari tanah liat dan mempunyai corong panjang.

Kendil : Terbuat dari tanah liat dan bentuknya seperti kwali yang biasanya digunakan untuk membuat gudheg, dsb.

Klapa segandheng : Kelapa hijau yang masih muda dan diikat sabutnya.

Klasa Bangka : Tikar yang dianyam dari daun pandan dan digunakan sebagai alas duduk saat siraman pernikahan.

Klasa : Tikar yang dianyam dari daun pandan.

Klenthing : Terbuat dari tanah liat dan mempunyai corong lebih pendek.

Kliwatan sembagi : Kain yang digunakan sebagai alas tempat duduk dan digunakan untuksiramanpernikahan.

Kluban : Sayur-sayuran yang direbus dan dimakan menggunakan parutan bumbu kelapa.

Konotasi : Lebih dikenal dengan arti kiasan, tetapi konotasi merupakan cakupan makna yang berkaitan dengan perasaan dan emosi serta mempunyai nilai-nilai kebudayaan.

Konyoh manca warna : Bahan-bahan yang terbuat dari tepung beras, kencur, serta bahan pewarna. Orang Jawa mengatakan parem. Digunakan sebagai lulur saat melakukan upacarasiramanpernikahan.

Kualitatif : Penelitian ini berdasarkan studi kasus, fenomena, dan wawancara terbuka untuk mengetahui apa sebenarnya yang terjadi.

Kuantitatif : Penelitian yang berdasarkan data-data perhitungan statistik, dsb. Penelitian ini bersifat kaku dan terstruktur tidak seperti penelitian kualitatif.

Letrek : Kain berwarna kuning, yang nantinya dijadikan satu bersama dengan kain bangun tulak dan kliwatan sembagi. Digunakan sebagai alas duduk saat upacarasiramanpernikahan.

Londho merang : Kulit padi yang digunakan untuk keramas. Berfungsi sebagai pengganti shampo.

Manca : Mempunyai makna lima.

Mori : Kain berwarna putih dan biasanya digunakan

sebagai pembungkus jenasah.

Pakem : Aturan yang sudah berlaku.

Pamor : Aura.

Piwulang : Ajaran yang diajarkan.

Ratu : Istri Raja yang sah.

Semiotika : Ilmu yang mempelajari sistem tanda.

Siram : Mandi.

Siwurbersepuh emas : Alat yang digunakan untuk mandi dan terbuat dari campuran emas.

Siwurbersepuh perak : Alat yang digunakan untuk mandi dan terbuat dari campuran perak.

Siwur : Alat yang digunakan untuk mandi. Bisa terbuat dari plastik, perak, emas, dsb.

Tampah/nyiru : Terbuat dari bambu yang dianyam dan sering digunakan untuk membersihkan beras.

Tradisi : Kebiasaan yang sudah dilakukan secara turun-temurun sejak dahulu.

Tumpengasrep-asrepan : Tumpeng yang tidak mempunyai rasa sama sekali. Tumpeng gundhul : Tumpeng yang tidak memiliki hiasan dan disekitar

tumpeng dikelilingi olehjenang baro-baro.

Tumpeng megono : Nasi yang dibentuk kerucut menyerupai bentuk gunung dan dikelilingi oleh sayur-sayuran rebus dengan bumbu parutan kelapa.

Tumpeng robyong : Hampir sama dengan tumpeng megono, namun tumpeng robyong dipuncak tumpeng ditancapi cabe merah, bawang merah, trasi, dan telur rebus. Serta, disekeliling tumpeng dililiti kacang panjang rebus. Tumpeng : Nasi putih atau kuning yang dibentuk kerucut

menyerupai bentuk gunung.

Ubarampe : Dalam bahasa Indonesia memp[unyai makna peralatan.

Dokumen terkait