• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PENUTUP

5.2 Saran

Penelitian ini memaparkan tentang tindak tutur ilokusi dalam film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang perlu diperbaiki dalam melakukan penelitian ini karena keterbatasan waktu, ruang, dan pengetahuan. Oleh karena itu, masih ada banyak aspek dari dialog percakapan dalam film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk yang masih dapat diteliti dengan menggunakan penerapan ilmu pragmatik yang bervariasi seperti deiksis, praanggapan, dan implikatur. Selain itu, penulis juga mengharapkan agar ada penelitian lanjutan yang lebih mendalam dan bervariasi mengenai penerapan tindak tutur, khususnya tindak tutur ilokusi pada suatu dialog percakapan.

BAB II

KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep

2.1.1 Tindak Tutur Ilokusi

Austin membagi tuturan berdasarkan jenisnya menjadi tiga jenis, yaitu tuturan lokusi, ilokusi, dan perlokusi. Maka Searle mengembangkan berdasarkan kategorinya menjadi lima. Ia membagi tindak tutur ilokusi mejadi lima kategori yaitu:

1. Asertif : melibatkan si penutur dalam pokok pembicaraan dinilai menggunakan asas “ benar” atau “ salah “. Tuturan yang termasuk adalah menyatakan menuntut, mengakui, melaporkan, menunjukkan, menyebutkan, berspekulasi, dan sebagainya.

2. Direktif : usaha si penutur meminta si pendengar melakukan sesuatu. Tuturan yang termasuk adalah mengajak, menyuruh, menasihari, menyarankan, melarang, mendesak, meminta, memohon, menentang, dan sebagainya.

3. Ekspresif : mengekspresikan kondisi psikologis tertentu ke dalam kebenaran sesuatu hal dalm ide yang dikemukakan. Tuturan yang termasuk, memuji, mengucapkan terima kasih, mengeluh, menyalahkan, mengucapkan selamat, menyatakan rasa takut, dan sebagainya.

4. Komisif : melibatkan si penutur ke dalam tindakan yang akan dilakukan. Pada masa yang akan datang. Tuturan yang termasuk, berjanji, bersumpah, mengancam, dan menyatakan kesanggupan.

5. Deklaratif : mengungkapkan adanya kesesuaian antara isi proposisi dan realitas. Tuturan yang termasuk yaitu, mengesahkan, memutuskan, membatalkan, melarang, mengizinkan, mengabulkan, dan sebagainya.

2.1.3 Dialog

Dialog adalah percakapan antara 2 orang atau lebih, atau dialog dapat diartikan juga sebagai komunikasi yang mendalam yang mempunyai tingkat dan kualitas yang tinggi yang mencangkup kemampuan untuk mendengarkan dan juga saling berbagi pandangan satu sama lain.

2.1.3 Film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk

Dalam KBBI (2008:414), film adalah selaput tipis yang dibuat dari seluloid untuk tempat gambar negatif (yang akan dibuat potret) atau untuk tempat gambar positif (yang akan dimainkan di bioskop). Lalu film juga disebutkan sebagai lakon (cerita). Film juga sering disebut dengan sinema. Dalam KBBI (2008:1458) sinema adalah gambar hidup. Film juga diartikan sebagai suatu (cabang) seni yang menggunakan audio visual sebagai medianya.

Film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk adalah drama romantis Indonesia dirilis pada tanggal 19 Desember 2013 yang disutradarai oleh Sunil Soraya dan diproduseri oleh Ram Soraya. Film ini diadaptasi dari novel yang berjudul sama karangan Buya Hamka menggunakan bahasa Indonesia, Minang, Makassar, Melayu, dan Jawa yang dapat menjadi sebuah pengobat rindu bagi penggemar karya Buya Hamka tersebut. Dengan setting tahun 1930-an, . Film ini dibintangi oleh Pevita Pearce (Hayati), Herjunot Ali (Zainuddin), Reza Rahadian (Aziz), Randy Danista (Muluk), Jajang C.Noer (Mande Jamilah), Arzetty Bilbina (Ibu Muluk), Gesya Sandy (Khadijah), Niniek L.Karim (Mak Base), Kevin Andrean (Sophian). Tidak begitu berbeda jauh dengan kisah asli dalam novelnya, Film yang diproduksi oleh Soraya Intercine Films itu dinilai

cukup mampu mewujudkan imajinasi pembaca novel, dalam bentuk nyata. Film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk berdurasi 165 menit atau sekitar 2 jam lebih 45 menit.

2.2 Landasan Teori 2.2.1 Pragmatik

Tarigan (1990:32) Pragmatik sangat berkaitan dengan tindak ujar atau speech act. Pragmatik juga menelaah ucapan-ucapan khusus dalam situasi-situasi khusus dan terutama memusatkan perhatian pada aneka ragam cara yang merupakan wadah aneka konteks sosial performansi bahasa dapat mempengaruhi tafsiran atau interpretasi. Morris (dalam Tarigan, 1990: 33) mengemukakan bahwa Pragmatik adalah telaah mengenai hubungan tanda-tanda dengan penafsir atau interpretator. Teori pragmatik menjelaskan alasan atau pemikiran para pembicara dan para penyimak, menjelaskan alasan atau pemikiran para pembicara dan para penyimak dalam menyusun korelasi dalam suatu konteks sebuah tanda kalimat dengan suatu proposisi.

Leech (1982:1) Pragmatik berfokus pada konteks yang terdapat dalam arti suatu tuturan. Sifat dasar dari bahasa tidak akan sepenuhnya dapat dimengerti kecuali dengan memahami pragmatiknya: bagaimana bahasa digunakan dengan berkomunikasi. Dengan kata lain dasar dari bahasa adalah konteks yang terdapat dalam bahasa itu sendiri.

2.2.2 Aspek Situasi Tutur

Pragmatik adalah ilmu yang memerlukan konteks atau situasi, karena tanpa adanya situasi maka kita tidak dapat menafsirkan maksud dari tuturan yang diujarkan. Sehubungan dengan hal tersebut, maka dalam hal ini Leech (dalam edisi terjemahan M.D.D. Oka, 1993:19-20) membedakan fenomena ilmu pragmatik dengan ilmu lainnya, yaitu menggunakan salah satu dari beberapa aspek situasi ujar berikut ini.

a) Adanya penyapa (penutur) dan pesapa (mitra tutur). Percakapan dilakukan oleh penutur dan mitra tutur yang berkomunikasi satu sama lain. Penutur mengujarkan tuturannya kepada mitra tutur, kemudian tuturan atau isi pesan yang terdapat dalam tuturan itu ditangkap oleh mitra tutur. Maka mitra tutur harus mampu menafsirkan maksud dari tuturan yang diujarkan oleh penutur.

b) Konteks tuturan. Konteks merupakan aspek yang bergayut dengan lingkungan fisik dan sosial sebuah tuturan. Konteks juga merupakan suatu pengetahuan latar belakang yang sama, yang dimiliki oleh penutur dan mitra tutur, dan membantu mitra tutur menafsirkan makna tuturan.

c) Tujuan sebuah tuturan. Sebuah tuturan memiliki tujuan tertentu untuk mendapatkan kesepakatan antara penutur dan mitra tutur. Hal tersebut tentu saja memerlukan latar belakang atau pengetahuan yang sama, yang dimiliki antara si penutur dan mitra tutur dengan menggunakan kerja sama antara penutur dengan mitra tutur untuk mencapai kesepakatan bersama. Tujuannya sendiri dapat berarti sebuah maksud, karena dalam ilmu pragmatik satu tuturan berarti mempunyai berbagai maksud, dan satu maksud dapat diujarkan melalui berbagai tuturan.

d) Tuturan sebagai bentuk tindakan atau kegiatan tindak ujar. Tuturan sebagai bentuk tindakan atau kegiatan yang berkaitan dengan maksud ilokusi, yaitu saying something doing something. Dalam hal ini sebuah tuturan yang diujarkan oleh penutur menimbulkan suatu tindakan dari mitra tutur atau pendengar. Seperti dikatakan oleh Leech (dalam edisi terjemahan M. D. D. Oka, 1993:20) bahwa pragmatik berurusan dengan tindak-tindak atau performasi-performasi verbal yang terjadi dalam situasi dan waktu tertentu.

e) Tuturan sebagai produk tindak verbal. Produk tindak verbal sama halnya seperti tindakan atau kegiatan tindak ujar. Maka tuturan pun dapat digunakan dalam pengertian lain, yaitu sebagai produk suatu tindak verbal.

2.2.3 Tindak Tutur

Salah satu pendekatan pragmatik adalah tindak tutur. Teori tindak tutur dikemukakan oleh Jhon L. Austin pada tahun 1965 sebagai materi perkuliahan yang kemudian di bukukan pada tahun yang sama dengan judul “How to do things with words”, kemudian teori ini berkembang dan terkenal pada tahun 1969 setelah Saerle mengembangakan teori tersebut. Austin (Nadar, 2009:11) menyatakan bahwa pada dasarnya saat seseorang mengatakan sesuatu maka ia juga melakukan sesuatu. Misalnya pada saat seseorang seseorang mengatakan “saya harus pergi sekarang” maka orang tersebut tidak hanya mengucapkan tetapi juga harus benar-benar pergi dari tempat ia mengucapkan perkataan tersebut. Saerle (dalam Nadar, 2009:12) menyatakan bahwa unsur yang paling paling kecil pada suatu proses komunikasi adalah tindak tutur seperti menyatakan, membuat penyataan, member perintah, menguraikan, menjelaskan, minta maaf, berterima kasih, mengucapkan selamat dan lain-lain. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa tindak tutur merupakan suatu kegiatan yang diungkapkan melalui sebuah tuturan dengan makna yang tersirat untuk menjelaskan maksud dari penutur kepada mitra tuturnya.

Menururt Chaer (2004:50) tindak tutur merupakan gejala individuall, bersifat psikologis dan keberlangsungannya ditentukan oleh kemampuan bahasa si penutur dalam menghadapi situasi tertentu. Dalam tindak tutur lebih dilihat pada makna atau arti tindakan dalam tuturannya.

Austin (dalam Leech, 1982:199) membagi tindak tutur menjadi tiga macam tindakan yaitu lokusi, ilokusi, dan perlokusi. Berikut ini adalah penjelasan dari ketiga macam tindak tutur di atas.

a. Tindak tutur lokusi adalah tuturan yang disampaikan oleh penutur sesuai dengan keadaan situasi yang sesungguhnya tanpa ada indikasi untuk mencapai tujuan lain dari tuturannya tersebut. Tuturan diungkapkan sesuai dengan makna sintaksis tanpa bermaksud menyatakan pernyataan lain di dalamnya. Ketika penutur menuturkan “besok adalah ulang tahunku” artinya penutur benar-benar-benar menyatakan bahwa besok adalah ulang tahunnya tanpa ada indikasi untuk mengajak mitra tutur merayakan ulang tahunnya, ataupun maksud dan tujuan lainnya.

b. Tindak tutur ilokusi adalah tindak tutur yang berfungsi untuk mengatakan atau menginformasikan sesuatu dan digunakan untuk melakukan suatu tindakan (Rohmadi, 2004:31) tuturan yang terdapat dalam tindak tutur ilokusi mengandung maksud dan fungsi tertentu. Tindak tutur ilokusi berkaitan dengan siapa yang bertutur kepada siapa, kapan dan dimana terjadinya, dan apa maksud dari tuturan tersebut. Ketika penutur berkunjung kerumah mitra tutur dan ia berkata “saya sedang lapar” artinya si penutur memiliki maksud tertentu yaitu meminta sesuatu yang dapat dimakan dan menisci kekosongan perutnya kepada mitra tutur.

c. Tindak tutur perlokusi adalah ketika tuturan yang diucapkan penutur memberikan efek atau daya pengaruh terhadap perasaan, pikiran, maupun perilaku mitra tuturnya (Austin, 1962:114).Tindak tutur yang tujuannya untuk mempengaruhi atau efek yang di timbulkan dari penutur secara sengaja ataupun tidak sengaja kepada mitra tuturnya itulah yang disebut dengan tindak tutur perlokusi. Contoh pada bagian sebelumnya yaitu pada tuturan

“saya sedang lapar” ketika mitra tutur telah diberitahu bahwa penutur sedang lapar, maka mitra tutur akan secara refleks menyiapkan atau memberikan makan kepada si penutur. Efek tuturan yang terjadi yaitu berupa menyiapkan atau memberikan makanan untuk mengisi perut si penutur supaya tidak kosong lagi dan merasa kenyang itulah yang disebut dengan tindak tutur perlokusi.

Saerle (dalam Tarigan, 1990: 46) membagi tindak tutur ilokusi ke dalam lima jenis, yaitu tindak tutur asertif atau representatif, direktif, komisif, dan deklarasi. Berikut merupakan penjelasan mengenai kelima jenis tindak tutur tersebut.

a. Tindak tutur deklaratif merupakan tindak tutur yang dimaksudkan oleh penutur untuk menciptakan hal, status, atau keadaan yang baru kepada mitra tuturnya melalui hal yang ia tuturkan. Dalam tindak tutur deklaratif hanya pihak yang memiliki kewenangan, misalnya pendeta yang oleh mendeklarasikan suatu perubahan atas suatu hal di dalam masyarakat. Tuturan yang termasuk ke dalam jenis tuturan deklaratif adalah tuturan dengan maksud memaafkan, mengampuni, menghukum, menamai, membatalkan, melarang, mengizinkan, memecat, mengucilkan, mengangkat, memcat, melarang, mengizinkan, mengucilkan, menunjuk, menemani, memutuskan, dan mengesahkan. Contoh tindak tutur deklaratif:

Penghulu berkata “Sekarang kalian telah sah menjadi seorang suami dan istri”

Tuturan yang diucapkan oleh penghulu “sekarang kalian telah sah...” mengubah status seorang wanita menjadi seorang istri atau seorang pria menjadi seorang suami. Adanya perubahan status dan keadaan ini merupakan ciri khas dari tindak tutur ilokusi dalam bentuk deklaratif.

b. Asertif adalah tindak tutur asertif untuk melibatkan si penutur ke dalam suatu pokok pembicaraan. Semua yang terlibat dalam tindak tutur asertif dapat dinilai pada penilaian yang menggunakan asas benar dan salah. Oleh sebab itu, cara yang sederhana untuk mengenali tindak tutur asertif ini adalah dengan pertanyaan apakah anda dapat secara harafiah menggolongkannya sebagai sesuatu yang benar atau salah. Inti atau maksud dari definisi Searle tersebut adalah tuturan asertif merupakan tuturan yang diyakini benar oleh penutur, dapat dipertanggung jawabkan sesuai fakta dan kenyataannya. Tuturan yang termasuk ke dalam jenis tuturan asertif adalah tuturan dengan maksud menyatakan, menuntut, mengakui, melaporkan, menunjukkan, menyebutkan, berspekulasi, mennyimpulkan, menggambarkan, dan memberikan kesaksian.

Contoh tindak tutur asertif:

Tania : Indah tidak hadir hari ini buk, dia sedang sakit. Guru : jika tidak ada izin maka ia tetap absen.

Tania : orang tua indah sudah menitipkan surat izin kepada saya buk, dan saya sudah meletakkannya di atas meja ibu.

Tuturan tersebut berisi informasi yang penuturnya terikat dapat bertanggungjawab atas kebenaran tuturannya tersebut. Tania mengkonfirmasi kepada gurunya bahwa rekannya (Indah) sedang sakit, namun gurunya tetap membuat Indah absen jika tidak ada izin kepadanya. Kemudian Tania menjelaskan bahwa orang tua indah sudah menitipkan surat izin dan surat itu di letakkan di atas meja guru. Hal ini membuat guru tidak dapat mengelak karena ia dapat membuktikan tuturan yang diucapkan kepada gurunya. Keadaan di atas merupakan ciri khas dari tindak tutur ilokusi dalam bentuk asertif.

c. Direktif adalah tindak tutur sebagai usaha si penutur untuk meminta mitra tutur melakukan sesuatu. Hal tersebut dapat berupa usaha seperti ajakan atau saran untuk melakukan sesuatu hal, bahkan usaha yang lebih keras misalnya bersikeras agar orang lain melakukan apa yang anda mau. Tuturan yang termasuk ke dalam jenis tindak tutur ini antara lain mengajak, menyuruh, menasihati, menyarankan, melarang, mendesak, meminta, memohon, memerintah, menentang, dan sebagainya.

Dokter : silahkan tunggu di luar ruangan buk, kami akan menanganinya. Ibu : tapi dia anak saya dok, saya ingin melihatnya.

Dokter : percayakan semuanya kepada kami bu, kami akan melakukan semaksimal mungkin untuk menyelamatkan anak ibu.

Dokter yang sedang melakukan pertolongan pertama terhadap seorang anak meminta ibunya untuk menunggu diluar agar mereka dapat bekerja semaksimal mungkin. Tindak tutur dokter tersebut akan berhasil jika ibu dari anak tersebut bersedia untuk menunggu anaknya di luar ruangan. Tuturan di atas merupakan tindak tutur ilokusi yang termasuk dalam bentuk direktif sebab penutur meminta lawan tutur untuk melakukan tindakan yang sesuai dengan apa yang dikatakan oleh penutur.

d. Ekspresif/Evaluatif mengekspresikan kondisi psikologis tertentu ke dalam kebenaran mengenai keadaan suatu hal yang disebutkan dalam ide yang dikemukakan. Tuturan yang termasuk ke dalam jenis tuturan ekspresif ini antara lain tuturan memuji, mengucapkan terima kasih, mengeritik, mengeluh, menyalahkan, kesal, mengucapkan selamat, menyatakan rasa takut, marah, terkejut atau kaget dan menyanjung. Contoh tindak tutur ekspresif:

(2) “selamat atas pernikahanmu”

Tuturan (1) mengindikasikan rasa penyesalan penutur yang dapat disebabkan karena telah berbuat suatu kesalahan. Ketika penutur menuturkan “saya minta maaf” maka ia juga sedang melakukan tindakan meminta maaf kepata mitra tuturnya. Tuturan (2) merupakan ungkapan memberi selamat dari penutur terhadap mitra tutur yang baru saja menikah.ketika penutur mengatakan “selamat”, ia sekaligus melakukan tindakan memberikan selamat dan turut berbahagia. Kedua tuturan di atas termasuk kedalam tindak tutur ilokusi dalam bentuk ekspresif karena sama-sama menyatakan keadaan psikologis yang sedang dirasakan oleh penutur.

e. Komisif adalah tindak ilokusioner untuk melibatkan si penutur ke dalam suatu tindakan yang akan dilakukan, pada masa yang akan datang. Ide yang ingin dikemukakan adalah bahwa si penutur akan melakukan suatu tindakan. Tuturan yang termasuk ke dalam jenis tuturan ini antara lain tuturan berjanji, bersumpah, mengancam, dan menyatakan kesanggupan. Contoh tindak tutur Komisif:

Dosen : baiklah, saya akan menemuimu di kampus pada hari senin pukul 09.00 untuk mendiskusikan skripsi kamu.

Mahasiswa : baik buk, terima kasih.

Dosen menjanjikan bahwa ia akan mendiskusikan skripsi mahasiswanya pada hari senin pukul 09.00. tuturan ini diucapkan penutur dan akan dilakukan olehnya namun sebenarnya tujuan dari tuturan ini adalah untuk kepentingan mitra tutur bukan untuk kepentingan si penutur. Tuturan di atas merupakan tindak tutur ilokusi dalam bentuk komisif karena mengikat penutur akan tuturannya.

2.3 Tinjauan Pustaka

Berdasarkan tinjauan pustaka yang dilakukan, maka ada sejumlah sumber yang relevan untuk ditinjau dalam penelitian ini, adapun sumber tersebut adalah sebagai berikut.

Ginting (2009) dalam skripsinya yang berjudul Analisis Tindak Tutur dalam Dialog Film Perempuan Punya Cerita, Universitas Sumatera Utara, menyatakan bahwa dari hasil analisis yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa tindak lokusi, tindak ilokusi, dan tindak perlokusi banyak terdapat dalam dialog film Perempuan Punya Cerita. Tindak lokusi adalah bentuk tindak tutur yang paling banyak ditemukan dalam dialog tersebut. Selanjutnya, bentuk tindak tutur yang lebih sedikit ditemukan dalam dialog film tersebut adalah tindak ilokusi dan perlokusi.

Tarigan (2012) dalam skripsinya yang berjudul Tindak Tutur Direktif dan Ekspresif dalam Dialog Film Alangkah Lucunya Negeri Ini, Universitas Sumatera Utara, menyatakan bahwa dari hasil analisis yang dilakukan teori pragmatis untuk menganalisa direktif dan pidato ekspresif tindakan dialog film dialog ini . Sumber data direkam untuk dialog film yang analisis dan data adalah teks lisan yang diucapkan oleh Deddy Mizwar. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif untuk menganalisis data .

Simbolon (2013) dalam skripsinya yang berjudul Tindak Tutur dalam Komik Detektif Conan, Skripsi yang berjudul Tindak Tutur dalam Komik Detektif Conan ini merupakan hasil penerapan pendekatan ilmu pragmatik untuk menganalisis jenis tindak tutur dan kategori tindak ilokusi dalam dialog (percakapan) komik Detektif Conan. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik simak dan teknik catat. Pada pengkajian data penelitian ini digunakan metode kualitatif deskriptif. Dalam penelitian ini teori yang digunakan teori Austin tentang jenis tindak tutur dan Searle tentang kategori tindak ilokusi.

Gultom (2011) dalam skripsinya yang berjudul Tindak Tutur Ilokusi dalam Novel Tanah Tabu karya Anindita S. Thayf, Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah metode simak bebas libat cakap (SBLC) yang dilanjutkan dengan pencatatan dan klasifikasi serta metode padan dan teknik pilah unsur penentu (PUP) dengan daya pilah pembeda reaksi dipilih dalam menganalisis data dengan menggunakan teks percakapan yang terdapat dalam novel Tanah Tabu. Data dianalisis dengan menggunakan teori pragmatik yang dikemukakan oleh J.R. Searle. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tindak tutur percakapan dalam novel Tanah Tabu terdapat empat jenis tindak tutur ilokusi, yaitu (1) tindak tutur ilokusi representatif, (2) tindak tutur ilokusi komisif, (3) tindak tutur ilokusi direktif, (4) tindak tutur ilokusi ekspresif.

Simamora, Merlin Y (2012) dalam skripsinya yang berjudul Tindak Tutur Asertif dan Direktif dalam Novel Perahu Kertas karya Dewi Lestari, menerapkan ilmu pragmatik yang menganalisis tindak tutur asertif dan direktif dalam novel Perahu Kertas. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah metode simak dengan teknik simak bebas libat cakap dan teknik catat. Metode yang digunakan dalam menganalisis data adalah metode kualitatif yang bersifat deskriptif. Data dianalisis dengan menerapkan teori pragmatik seperti yang dikemukakan oleh J.R. Searle tentang bentuk-bentuk tindak tutur ilokusi yang memfokuskan pada tindak tutur asertif dan direktif. Tujuan penelitian ini adalah (1) mengidentifikasi dan mendeskripsikan bentuk tindak tutur asertif dalam novel Perahu Kertas (2) mengidentifikasi dan mendeskripsikan bentuk tindak tutur direktif dalam novel Perahu Kertas. Tindak tutur asertif yang terdapat dalam novel Perahu Kertas adalah memberitahukan, menyatakan, menyimpulkan, menunjukkan, dan berspekulasi. Tindak tutur direktif yang terdapat dalam novel Perahu Kertas adalah mengajak, menyarankan, memohon, mempersilakan, menyuruh, menasihati, melarang, meminta, dan mendesak.

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Bahasa merupakan sarana terpenting dalam segala jenis komunikasi yang terjadi di dalam kehidupan, mulai dari sarana untuk menyampaikan informasi, memberi perintah, meminta informasi, membuat permintaan, menyampaikan peringatan, mengungkapkan kebahagiaan maupun sebaliknya, memberikan nasihat, dan sebagainya. Sebagai alat komunikasi bahasa digunakan sebagai alat penyampaian pesan dari diri seseorang kepada orang lain, atau dari pembaca kepada pendengar, dan dari penulis kepada pembaca, manusia berinteraksi menyampaikan informasi kepada sesamanya. Selain itu, orang dapat mengemukakan ide-idenya, baik secara lisan maupun secara tulis atau gambar.

Dilihat dari sudut penutur, maka bahasa itu berfungsi personal atau pribadi (fungsi emotif). Maksudnya, si penutur menyatakan sikap terhadap apa yang dituturkannya. Si penutur bukan hanya mengungkapkan emosi lewat bahasa, tetapi juga memperlihatkan emosi itu sewaktu menyampaikan tuturannya. Dalam hal ini, pihak si pendengar juga dapat menduga apakah si penutur sedih, marah atau gembira (Chaer, 2004 : 15). Dilihat dari segi pmitra tutur maka bahasa itu berfungsi direktif, yaitu mengatur tingkah laku pendengar. Dalam hal ini, bahasa itu tidak hanya membuat pendengar melakukan sesuatu, tetapi melakukan kegiatan sesuai dengan yang diinginkan oleh si pembicara. Hal ini dapat dilakukan si penutur dengan menggunakan kalimat-kalimat yang menyatakan perintah, himbauan, permintaan, maupun rayuan (Chaer, 2004:15-16).

Jika dikaitkan antara penutur dan mitra tutur akan terbentuk suatu tindak tutur dan peristiwa tutur. Peristiwa tutur ini pada dasarnya merupakan rangkaian dari sejumlah tindak tutur yang terorganisasikan untuk mencapai suatu tujuan. Tujuan tersebut merupakan isi pembicaraan.

Tindak tutur merupakan tindakan yang sekaligus juga tuturan yang mengandung makna tindakan. Teori tindak tutur berkembang dan dimajukan oleh J.L. Austin. Wijana dan Rohmadi (2011:28) menjelaskan salah satu jenis dari tindak tutur adalah tindak tutur langsung dan tidak langsung. Secara analitis, tindak tutur dapat dipisahkan tiga macam tindak tutur yang terjadi secara serentak, yaitu tindak tutur lokusi, tindak tutur ilokusi, dan tindak tutur perlokusi. Tindak tutur lokusi mengaitkan suatu topik dengan suatu keterangan dalam suatu ungkapan, serupa dengan hubungan ‘pokok’ dengan ‘predikat’ atau ‘topik’ dan penjelasan sintaksis (Saerle dalam

Dokumen terkait