Lampiran
Sinopsis Film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk
Hayati adalah gadis Minang yang cantik dan keturunan bangsawan kaya di Padang
Panjang, ia bertemu dengan Zainuddin seorang perantau yang berasal dari keturunan biasa.
Mereka berdua saling jatuh cinta namun adat yang masih sangat kuat di Minang Kabau tidak
memungkinkan keduanya untuk menikah.
Lamaran Zainuddin ditolak oleh keluarga Hayati, sehingga pria itu sakit hati. Apalagi
kemudian Hayati dinikahkan oleh keluarganya dengan Aziz, pria kaya yang dianggap setara
dengan Hayati.
Zainuddin memutuskan untuk merantau ke Jawa dengan bekerja sebagai penulis. Ia
berhasil menghasilkan karya yang bagus dan menjadi kaya raya. Suatu hari saat ia menghadiri
pertunjukkan opera, zainuddin bertemu dengan Hayati yang datang dengan suaminya Aziz.
Pertemuan itu ternyata membuka kembali kisah cinta yang dahulu bersemi sehingga konflik pun
kembali terjadi. Hayati masih mencintai Zainuddin dan Aziz pun akhirnya bunuh diri setelah
menceraikan Hayati.
Sayangnya Zainuddin terlalu dendam dan tak mau menerima Hayati, lalu ia memutuskan
untuk mengembalikan Hayati kembali ke kampung halamannya di Padang. Hayati pulang
dengan menaiki kapal Van Der Wijck tujuan Tanjung Priuk lalu ke Padang, namun sebelumnya
ia menulis surat yang menyatakan bahwa ia hanya mencintai Zainuddin.
Kapal tersebut tenggelam ditengah laut dan Hayati berhasil ditemukan dan dibawa ke
rumah sakit. Zainuddin dapat menemukan Hayati di rumah sakit dan akhirnya menyesal lalu
menerima Hayati kembali. Sayangnya Hayati tidak dapat diselamatkan dan meninggal dunia,
DAFTAR PUSTAKA
Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.
Darma, Yoce Aliah. 2009. Analisis Wacana Kritis. Bandung: Yrama Widya.
Leech, Geoffrey. 1993. Prinsip Prinsip Pragmatik. Jakarta: Universitas Indonesia.
Lubis, A. Hamid Hasan.1991. Analisis Wacana Pragmatik. Bandung:Angkasa
Moleong, Lexy J. 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda karya.
Nadar. 2009. Pragmatik dan Penelitian Pragmatik. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Oka. 1993. Prinsip-prinsip Pragmatik. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Purba, Antilan. 2002. Pragmatik Bahasa Indonesia. Medan:USU Press.
Rahardi, Kunjana. 2002. Pragmatik: Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia. Jakarta:
Penerbit Erlangga.
Rani, Abdul, dkk. 2004. Analisis Wacana: Sebuah Kajian Bahasa dalam Pemakaian. Malang:
Bayumedia Publishing.
Rohmadi, Muhammad. 2010. Pragmatik: Teori dan Analisis. Surakarta: Yuma Pustaka.
Sudaryanto. 2003. Metode dan Teknik Analisis Data. Yogyakarta: Duta Wacana Universty
Press.
Sudaryanto. 1993.Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta:Gajah mada
University Press.
Tarigan, Henry Guntur. 1987. Pengajaran Pragmatik. Bandung: Angkasa.
Wijana, I Dewa Putu dan Muhammad Rohmadi. 2011. Analisis Wacana Pragmatik: Kajian
Teori dan Analisis. Surakarta: Yama Pustaka.
Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Kridalaksana, Harimurti. 2001. Kamus Linguistik. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama.
Skripsi
Ginting, Reza Pahlevi. 2009. Analisis Tindak Tutur dalam Dialog Film Perempuan Punya
Cerita. Skripsi. Medan: Universitas Sumatera Utara.
Gultom, Meri Kristina. 2011. Tindak Tutur Ilokusi dalam Novel Tanah Tabu Karya Anindita S
Thayf. Skripsi. Medan: Universitas Sumatera Utara.
Simamora,Merlin Y. 2013. Tindak Tutur Asertif dan Direktif dalam Novel Perahu Kertas
Karya Dewi Lestari. Medan: Universitas Sumatera Utara.
Simbolon, Margareth F.D. 2013. Tindak Tutur dalam Komik Detektif Conan. Departemen Sastra
Indonesia. Universitas Sumatera Utara.
Tarigan, Dina Mariani. 2014. Tindak Tutur Direktif dan Ekspresif dalam Dialog Film
Alangkah Lucunya Negeri Ini. Skripsi.Medan:Universitas Sumatera Utara.
Website
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini berlokasi di ruangan pribadi. Objek yang diteliti adalah film, maka peneliti
lebih mengutamakan pemakaian ruangan pribadinya dalam melakukan penelitian. Selain itu,
peneliti melakukan penelitian di perpustakaan, yaitu mencari sumber data berupa buku-buku atau
tulisan yang berkaitan dengan penelitian ini.
Peneliti melakukan penelitian dalam waktu dua minggu, yaitu mulai dari 20 Juni 2016
sampai dengan 30 Juli 2016. Peneliti sudah melakukan penelitian secara bertahap untuk
kemudian melakukan penelitian secara intensif terhadap objek penelitian tersebut.
3.2 Sumber Data
Data yang ada pada penelitian ini berupa dialog yang terdapat dalam film Tenggelamnya
Kapal Van Der Wijk karya Rako Buya Hamka yang berkenaan dengan tindak tutur ilokusi yang
dituturkan oleh para tokoh dalam suatu konteks percakapan. Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk
adalah drama romantis Indonesia dirilis pada tanggal 19 Desember 2013 yang disutradarai oleh
Sunil Soraya dan diproduseri oleh Ram Soraya. Film ini diadaptasi dari novel yang berjudul
sama karangan Buya Hamka menggunakan bahasa Indonesia, Minang, Makassar, Melayu, dan
Jawa. Film ini dibintangi oleh Pevita Pearce (Hayati), Herjunot Ali (Zainuddin), Reza Rahadian
(Aziz), Randy Danista (Muluk), Jajang C.Noer (Mande Jamilah), Arzetty Bilbina (Ibu Muluk),
Gesya Sandy (Khadijah), Niniek L.Karim (Mak Base), Kevin Andrean (Sophian).
Film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk berdurasi 165 menit atau sekitar 2 jam lebih 45
adegan terdapat dialog didalamnya. Berdasarkan tujuan penelitian ini yaitu meneliti dialog maka
peneliti mengambil sumber data adegan yang memiliki dialog saja. Adegan yang memiliki dialog
dalam film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk berjumlah 59 adegan.
3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode simak, yaitu
dengan menyimak tuturan yang disampaikan oleh penutur dan mitra tutur yang terdapat dalam
film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk. Metode simak dipilih karena objek penelitian ini
berupa bahasa yang sifatnya teks. Metode simak memiliki teknik dasar yang berwujud teknik
sadap. Teknik sadap disebut dengan teknik dasar karena pada hakekatnya penyimakan
diwujudkan dengan penyadapan, Untuk mendapatkan data pertama-tama menyadap pembicaraan
yang ada di dalam film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk. Kegiatan menyadap itu dilakukan
dengan tidak ikut berpartisipasi ketika menyimak. Teknik kedua merupakan teknik simak bebas
libat cakap (SBLC) yaitu peneliti tidak terlibat langsung dalam dialog, melainkan hanya sebagai
pemerhati dan mendengarkan apa yang dikatakan bukan apa yang dibicarakan. (Sudaryanto,
1993: 134) . pada saat teknik pertama dan kedua berlangsung dapat dibarengi dengan teknik
catat. Pencatatan dapat dilakukan langsung dengan menggunakan alat tulis tertentu selanjutnya di
transkripsikan berdasarkan jenis objek sasarannya, yaitu dialog yang memiliki makna pragmatis.
3.4 Metode dan Teknik Analisis Data
Setelah data diperoleh, selanjutnya peneliti menganalisis data. Pekerjaan analisis data
mempunyai pengertian mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, memberikan kode dan
mengategorikannya (Lexi J. Moloeng, 1998:103). Langkah analisis data ini adalah langkah
digunakan penulis dalam analisis data pada penelitian ini adalah digunakan metode kualitatif
yang bersifat deskriptif yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami
subjek penelitian secara holistik, dengan cara deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada
konteks khusus yang alamiah dan memanfaatkan berbagai metode alamiah (Lexi J. Moloeng,
1998:3). Maka dalam penelitian ini, penulis mencatat dengan teliti dan cermat data-data yang
berwujud tuturan yang terdapat pada dialog film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk. Dengan
demikian hasil analisisnya akan berbentuk deskripsi fenomena tindak tutur ilokusi yang terdapat
pada dialog film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk. Bentuk tindak tutur ilokusi yang
menggunakan metode tersebut adalah sebagai berikut:
Konteks:
Percakapan terjadi antara Zainuddin dan mande Jamilah. Zainuddin tiba di Batipuh, Padang tahun 1930 dan ia mendatangi rumah mande Jamilah. Ia mengetuk pintu sambil mengucapkan salam dan mande Jamilah pun membuka pintu sambil menjawab salam. Berikut kutipan dialognya:
Mande Jamilah : wa’alaikum salam. Sia tuh? Mencari sia malam-malam begini? (wa’alaikum salam. Siapa itu? Mencari siapa malam-malam begini?) Zainuddin : Tabek, saya mencari rumah mande Jamilah.
(Permisi, saya mencari rumah ibu Jamilah). Mande Jamilah : Saya mande Jamilah, engku sia?
(Saya ibu Jamilah, tuan siapa?) Zainuddin : Saya Zainuddin, dari Makassar. Mande Jamilah : Zainuddin? Dari Makassar? Zainuddin : Saya ini anak pendekar Sultan. Mande Jamilah : Zainuddin, anak si Sultan?
Zainuddin : Iya mande.
Mande Jamilah : Ayo masuklah, masuk. Analisis tuturan :
Pada tuturan (1) menyatakan bahwa mande jamilah menjawab salam dari ketukan
pintu, terlihat dari tuturan (1) mande Jamilah merupakan orang yang santun karena walaupun
orang yang di luar tidak mengucapkan salam namun ia spontan memberikan salam artinya, ia
tetap menerima siapaun yang datang ke rumahnya. Tindak tutur yang terdapat dalam tuturan
tersebut adalah tindak tutur ekspresif karena penutur memperlihatkan kondisi psikologis yang ia
rasakan yaitu secara spontan menjawab salam.
(2) “sia tuh? Mencari sia malam-malam begini?” (02/TKVDW)
Pada tuturan (2) menyatakan bahwa mande jamilah ingin mengetahui dan meminta
supaya mitra tutur mengatakan siapa dirinya dan mengapa malam-malam datang kerumahnya.
Tindak tutur tersebut termasuk tindak tutur ilokusi dalam bentuk tindak tutur direktif karena
penutur meminta lawan tutur untuk melakukan tindakan yang sesuai dengan apa yang dikatakan
oleh penutur.
(3) “Tabek, saya mencari rumah mande Jamilah.” (02/TKVDW)
Pada tuturan (3) Zainuddin ingin mengetahui kebenaran dari rumah yang ia datangi
apakah benar rumah tersebut ialah rumah mande Jamilah atau bukan. Tindak tutur tersebut
merupakan tindak tutur ilokusi yang termasuk dalam bentuk direktif karena penutur meminta
mitra tutur melakukan tindakan sesuai dengan apa yang diinginkan oleh penutur.
(4) “Saya mande Jamilah, engku sia?” (02/TKVDW)
Pada tuturan (4) mande Jamilah membenarkan apa yang dikatakan oleh zainuddin
bahwa rumah yang ia datangi memang benar rumah mande Jamilah selain itu ia meminta agar
Zainuddin memberi tahu siapa ia sebenarnya. Tindak tutur di atas merupakan tindak tutur ilokusi
yang termasuk dalam bentuk asertif dan direktif. Dalam tuturan “saya mande Jamilah” tergolong
kebenaran akan tuturannya. Dalam tuturan “engku sia?” tergolong ke dalam bentuk direktif
karena penutur meminta mitra tutur melakukan tindakan sesuai dengan apa yang dikatakan oleh
penutur.
(5) “Saya Zainuddin, dari Makassar.” (02/TKVDW)
Pada tuturan (5) Zainuddin sebagai penutur menjelaskan siapa dirinya kepada mande
Jamilah agar mande Jamilah tahu siapa lawannya berbicara kemudian ia menjelaskan kepada
mande Jamilah bahwa ia berasal dari Makassar. Tindak tutur di atas merupakan tindak tutur
ilokusi yang termasuk dalam bentuk asertif karena tuturan tersebut berisi informasi yang
penuturnya dapat bertanggungjawab atas kebenaran tuturannya.
(6) “Zainuddin? Dari Makassar?” (02/TKVDW)
Pada tuturan (6) mande Jamilah kaget atas pernyataan yang disampaikan oleh
Zainuddin sambil ia berpikir apakah benar ada saudaranya di Makassar yang bernama Zainuddin.
Tindak tutur tersebut termasuk tindak tutur ilokusi yang termasuk dalam bentuk ekspresif karena
penutur memperlihatkan kondisi psikologis bahwa ia sedang terkejut atau kaget atas pernyataan
yang disampaikan oleh mitra tutur.
(7) “Saya ini anak pendekar Sultan.” (02/TKVDW)
Pada tuturan (7) Zainuddin mencoba meyakinkan mande Jamilah bahwa ia benar-benar
saudaranya dari Makassar berdasarkan fakta dan kenyataan bahwa ia anak pendekar Sultan yang
merupakan adik dari mande Jamilah. Tindak tutur tersebut merupakan tindak tutur ilokusi yang
termasuk dalam bentuk tindak tutur asertif karena tuturan tersebut berisi informasi yang yang
(8) “Zainuddin, anak si Sultan?” (02/TKVDW)
Pada tuturan (8) mande Jamilah merasa kaget dan tidak percaya bahwa Zainuddin
adalah anak dari adiknya sendiri yang sudah lama merantau ke Makassar. Tindak tutur tersebut
merupakan tindak tutur ilokusi yang termasuk dalam bentuk tindak tutur ekspresif karena
penutur memperlihatkan kondisi psikologis bahwa ia sedang terkejut atau kaget atas pernyataan
yang disampaikan oleh mitra tutur.
(9) “iya mande” (02/TKVDW)
Pada tuturan (9) Zainuddin membenarkan dan menegaskan apa yang telah ia katakana
kepada mande Jamilah itu benar dan ia dapat mempertanggung jawabkannya. Tindak tutur
tersebut merupakan tindak tutur ilokusi yang termasuk ke dalam bentuk tindak tutur asertif yang
dikategorikan dalam verba membenarkan atau mengakui.
(10) “Ayo masuklah, masuk.” (TKVDW/02)
Pada tuturan (10) mande Jamilah mempercayai apa yang di katakana oleh Zainuddin
dan ia dapat mengizinkan Zainuddin masuk kedalam rumahnya sebagai saudaranya. Tindak tutur
tersebut merupakan tindak tutur ilokusi yang termasuk ke dalam bentuk tindak tutur deklaratif
yang dikategorikan dalam verba mengesahkan dan mengizinkan.
3.5 Metode dan Teknik Penyajian Hasil Analisis Data
Hasil penelitian tindak tutur dalam film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk disajikan
dengan menggunakan metode sajian informal. Metode sajian informal dimaksudkan sebagai cara
penyajian hasil dengan kata-kata yang biasa (Sudaryanto, 1993:145). Metode sajian informal
digunakan dalam menggunakan hasil analisis pada penelitian ini karena pada dasarnya penelitian
ini tidak memerlukan notasi formal misalnya dengan menggunakan sistem lambang, tanda, dan
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Mendeskripsikan Makna Pragmatis Tindak Tutur Ilokusi
Sebelum peneliti dapat menentukan jenis-jenis tindak tutur ilokusi yang terdapat dalam
dialog film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk terlebih dahulu dideskripsikan makna pragmatis
dari tindak tutur ilokusi yang terdapat dalam dialog film tersebut.
Data Dialog Percakapan 1.
(1) Zainuddin : Oh ma’ando katuo, ciliek iku sak renggino kupuna mentang jak paremang kas.
Terapik iku taeng ni pasukkuk papassangan tao toangku amak base. I
lapassama ammo terek mangirik boric pato toangku. Ancinikki bitta
passelongan cerak natunga nakangku.
(sempit rasanya alamku mak Base jika aku masih tetap juga di Makassar ini,
biarlah kita wujudkan juga cita-cita orang tua ku. Biarlah aku melihat tanah
asalku. Tanah tempat ayahku dilahirkan dulunya).
(2) Mak Base : bata-bata ka kusang tingan, nak. Gasingka di januri padang tena natarima
bajikko.
(amak hanya takut nak, kalau keluarga di Padang tak sudi menyambutmu dengan
baik).
(3) Zainuddin : teak dibata-bata ya amma. Kanak kalen naka ande pandekar Sultan? Anjo
bijanna manggekku. Tantu tarima bajikkam.
(itu hanya was-was mak saja. bukankah aku anak pendekar Sultan? Keluarga
ayah pasti akan menyambutku dengan baik).
Konteks:
Pada dialog di atas, dapat dilihat percakapan antara Zainuddin dan Mak Base dilakukan
didalam rumah sambil memandangi foto keluarga Zainuddin. Mereka memperdebatkan
keinginan Zainuddin untuk pergi ke negeri Ayahnya di Padang, Batipuh.
Analisis tuturan:
Pada tuturan (1) menyatakan bahwa Zainuddin sebagai penutur merasa bahwa ia tidak
akan berkembang jika ia tetap berada di Makassar. Dia ingin mewujudkan cita-cita kedua orang
tuanya dan menurutnya hal itu dapat diwujudkan jika ia pergi dan tinggal di kampung kelahiran
ayahnya. Tuturan tersebut memiliki maksud tertentu yaitu meminta kepada Mak Base sebagai
mitra tutur untuk mengizinkannya pergi ke negeri asal Ayahnya agar dapat mewujudkan cita-cita
kedua orang tuanya. Tindak tutur yang terdapat dalam tuturan tersebut ialah tindak tutur direktif
yang berkategori meminta atau memohon.
Pada tuturan (2) menyatakan bahwa Mak Base sebagai penutur mengkhawatirkan
keadaan Zainuddin jika pada saat dia tiba di Padang, keluarga dari ayahnya tak menerimanya.
Tuturan tersebut memilki maksud tertentu yaitu menunjukkan rasa takut atau khawatir dari
penutur kepada mitra tuturnya. Tindak tutur yang terdapat dalam tuturan tersebut adalah tindak
tutur ekspresif yang mana menunjukkan ekspresi langsung dari penuturnya yang dikategorikan
dalam verba merasa takut atau merasa khawatir.
Pada tuturan (3) menyatakan bahwa Zainuddin sebagai penutur meyakinkan Mak Base
sebagai mitra tutur bahwa yang dikhawatirkan Mak Base itu tidak akan terjadi karena ia adalah
anak pendekar Sultan dan keluarganya pasti akan menerimanya. Tuturan tersebut memiliki
maksud terterntu yaitu menyatakan kebenaran bahwa ia adalah anak dari pendekar Sultan dan
adalah tindak tutur asertif yang mana penutur menggunakan asas kebenaran yang dikategorikan
dalam verba menyebutkan atau mengakui.
Data Dialog Percakapan 2.
(1) Mande Jamilah : wa’alaikum salam. Sia tuh? Mencari sia malam-malam begini?
(wa’alaikum salam. Siapa itu? Mencari siapa malam-malam begini?)
(2) Zainuddin : Tabek, saya mencari rumah mande Jamilah.
(Permisi, saya mencari rumah ibu Jamilah).
(3) Mande Jamilah : Saya mande Jamilah, engku sia?
(Saya ibu Jamilah, tuan siapa?)
(4) Zainuddin : Saya Zainuddin, dari Makassar.
(5) Mande Jamilah : Zainuddin? Dari Makassar?
(6) Zainuddin : Saya ini anak pendekar Sultan.
(7) Mande Jamilah : Zainuddin, anak si Sultan?
(8) Zainuddin : Iya mande.
(9) Mande Jamilah : Ayo masuklah, masuk.
(Sumber : Film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk, scene 2).
Konteks:
Percakapan terjadi antara Zainuddin dan mande Jamilah. Zainuddin tiba di Batipuh,
Padang tahun 1930 dan ia mendatangi rumah mande Jamilah. Ia mengetuk pintu sambil
mengucapkan salam dan mande Jamilah pun membuka pintu sambil menjawab salam. Setelah
Analisis tuturan:
Pada tuturan (1) menyatakan bahwa mande jamilah menjawab salam dari ketukan
pintu, terlihat dari tuturan (1) mande Jamilah merupakan orang yang santun karena walaupun
orang yang di luar tidak mengucapkan salam namun ia spontan memberikan salam artinya, ia
tetap menerima siapaun yang datang ke rumahnya. Selain itu mande Jamilah sebagai penutur
juga ingin mengetahui dan meminta supaya mitra tutur mengatakan siapa dirinya dan mengapa
malam-malam datang kerumahnya. Tindak tutur yang terdapat dalam tuturan tersebut adalah
tindak tutur ekspresif dan tindak tutur direktif karena yang pertama penutur memperlihatkan
kondisi psikologis yang ia rasakan yaitu secara spontan menjawab salam dan yang kedua penutur
meminta lawan tutur untuk melakukan tindakan yang sesuai dengan apa yang dikatakan oleh
penutur yaitu menjelaskan siapa yang mengetuk pintu rumahnya.
Pada tuturan (2) Zainuddin ingin mengetahui kebenaran dari rumah yang ia datangi
apakah benar rumah tersebut ialah rumah mande Jamilah atau bukan. Tindak tutur tersebut
merupakan tindak tutur ilokusi yang termasuk dalam bentuk direktif karena penutur meminta
mitra tutur melakukan tindakan sesuai dengan apa yang diinginkan oleh penutur.
Pada tuturan (3) mande Jamilah membenarkan apa yang dikatakan oleh zainuddin
bahwa rumah yang ia datangi memang benar rumah mande Jamilah selain itu ia meminta agar
Zainuddin memberi tahu siapa ia sebenarnya. Tindak tutur di atas merupakan tindak tutur ilokusi
yang termasuk dalam bentuk asertif dan direktif. Dalam tuturan “saya mande Jamilah” tergolong
ke dalam bentuk asertif karena penutur memberikan informasi dan penutur menyatakan
kebenaran akan tuturannya. Dalam tuturan “engku sia?” tergolong ke dalam bentuk direktif
karena penutur meminta mitra tutur melakukan tindakan sesuai dengan apa yang dikatakan oleh
Pada tuturan (4) Zainuddin sebagai penutur menjelaskan siapa dirinya kepada mande
Jamilah agar mande Jamilah tahu siapa lawannya berbicara kemudian ia menjelaskan kepada
mande Jamilah bahwa ia berasal dari Makassar. Tindak tutur di atas merupakan tindak tutur
ilokusi yang termasuk dalam bentuk asertif karena tuturan tersebut berisi informasi yang
penuturnya dapat bertanggungjawab atas kebenaran tuturannya.
Pada tuturan (5) mande Jamilah kaget atas pernyataan yang disampaikan oleh
Zainuddin sambil ia berpikir apakah benar ada saudaranya di Makassar yang bernama Zainuddin.
Tindak tutur tersebut termasuk tindak tutur ilokusi yang termasuk dalam bentuk ekspresif karena
penutur memperlihatkan kondisi psikologis bahwa ia sedang terkejut atau kaget atas pernyataan
yang disampaikan oleh mitra tutur.
Pada tuturan (6) Zainuddin mencoba meyakinkan mande Jamilah bahwa ia benar-benar
saudaranya dari Makassar berdasarkan fakta dan kenyataan bahwa ia anak pendekar Sultan yang
merupakan adik dari mande Jamilah. Tindak tutur tersebut merupakan tindak tutur ilokusi yang
termasuk dalam bentuk tindak tutur asertif karena tuturan tersebut berisi informasi yang yang
dinyatakan oleh si penutur dan dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya.
Pada tuturan (7) mande Jamilah merasa kaget dan tidak percaya bahwa Zainuddin
adalah anak dari adiknya sendiri yang sudah lama merantau ke Makassar. Tindak tutur tersebut
merupakan tindak tutur ilokusi yang termasuk dalam bentuk tindak tutur ekspresif karena
penutur memperlihatkan kondisi psikologis bahwa ia sedang terkejut atau kaget atas pernyataan
yang disampaikan oleh mitra tutur.
Pada tuturan (8) Zainuddin membenarkan dan menegaskan apa yang telah ia katakana
tersebut merupakan tindak tutur ilokusi yang termasuk ke dalam bentuk tindak tutur asertif yang
dikategorikan dalam verba membenarkan atau mengakui.
Pada tuturan (9) mande Jamilah mempercayai apa yang di katakana oleh Zainuddin dan
ia dapat mengizinkan Zainuddin masuk kedalam rumahnya sebagai saudaranya. Tindak tutur
tersebut merupakan tindak tutur ilokusi yang termasuk ke dalam bentuk tindak tutur deklaratif
yang dikategorikan dalam verba mengesahkan dan mengizinkan.
Data Dialog Percakapan 3. (1) Zainuddin : Siapa itu mang?
(2) Pak cik : Dia diberi nama Hayati, kecantikan ciptaan alam. Orang sini menyebutnya
lambayan gunung merapi dibapteh rumah nan gadang. Hayati yatim-piatu, dia
bersama adiknya si ahmad ikut mamaknya. Mamaknya itu datuk ketua adat di
negeri. Mereka bersekolah di Padang Panjang.
(3) Zainuddin : cantik sekali.
(4) Pak cik : yah cantiklah, bungonya batipuah.
(Sumber : Film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk, scene 4).
Konteks:
Di pinggiran jalan saat Zainuddin dan Pak cik menikmati keindahan negerinya tiba-tiba
sebuah delman melewati mereka dan delman tersebut ditumpangi oleh seorang gadis yang sangat
cantik. Seketika mata mereka berdua tertuju pada wanita tersebut sambil menatap kagum.
Analisis tuturan:
Pada tuturan (1) terlihat bahwa Zainuddin sebagai penutur bertanya kepada Pakcik
sebagai mitra tutur siapa gadis yang mereka lihat itu. Dari tuturan tersebut memiliki maksud
terdapat dalam tuturan tersebut ialah tindak tutur direktif yang dapat dikategorikan dalam verba
meminta atau memohon.
Pada tuturan (2) menyatakan bahwa pakcik sebagai penutur menjelaskan siapa yang
mereka lihat itu kepada Zainuddin sebagai mitra tutur. Tuturan diatas memiliki maksud
menjelaskan kebenaran tentang seseorang yang mereka lihat. Tindak tutur yang terdapat dalam
tuturan tersebut ialah tindak tutur asertif yang mana dapat dikategorikan dalam verba
menyatakan atau menjelaskan.
Pada tuturan (3) menyatakan bahwa Zainuddin sebagai penutur memuji gadis yang
mereka lihat. Maksud dari tuturan tersebut ialah penutur memuji seseorang yang mereka lihat.
Tindak tutur yang terdapat dalam tuturan tersebut ialah tindak tutur ekspresif yaitu
mengekspresikan kondisi kagumnya yang termasuk kedalam ketagori verba memuji.
Pada tuturan (4) menyatakan bahwa Pakcik sebagai penutur membenarakan apa yang
dikatakan oleh Zainuddin sebagai mitra tutur. Tuturan tersebut memiliki maksud bahwa penutur
mengakui atas apa yang dikatakan oleh mitra tutur. Tuturan tersebut termasuk ke dalam tindak
tutur asertif yang dikategorikan dalam verba mengakui.
Data Dialog Percakapan 4.
(1) Hayati : Mengapa sudah empat hari engku tak terlihat?
(2) Zainuddin : Saya malu, Hayati. Saya takut. Bukankah sudah kuterangkan bahwa, saya tidak
meminta balasan, yang saya minta hanya satu, jangan dikecewakan hati orang
yang berlindung kepadamu.
Konteks :
Zainuddin dan Hayati bertemu di pinggiran danau, saat itu suasananya sangat tenag dan
Zainuddin baru saja selesai menulis dari seberang danau.
Analisis tuturan:
Pada tuturan (1) menyatakan bahwa Hayati menanyakan mengapa selama empat hari
Zainuddin tidak terlihat ditempat-tempat mereka biasa bertemu. Maksud dari tuturan tersebut
ialah Hayati merasa khawatir kepada Zainuddin karena tidak seperti biasanya Zainuddin tidak
ada ditempat ia biasa melihatnya. Tuturan tersebut termaksud dalam tindak tutur ekspresif yang
dikategorikan ke dalam verba merasa khawatir.
Pada tuturan (2) menyatakan bahwa Zainuddin menjelaskan mengapa ia tidak terlihat
selama ini dan alasannya semua karena ia merasa malu dekat dengan Hayati dan ia juga takut
jika nanti hayati akan membuatnya kecewa. Tuturan tersebut memiliki maksud menjelaskan apa
yang ia rasakan sesuai dengan kebenaran hatinya. Tindak tutur yang termaksud dalam tuturan
tersebut ialah tindak tutur asertif yang dikategorikan ke dalam verba menjelaskan atau
menyatakan.
Data Dialog Percakapan 5. (1) Hayati : Assalamualaikum.
(2) Datuk : Wa’alaikum salam. Alahkoh kau tau Hayati?
(wa’alaikum salam. Apakah kau tahu Hayati?)
(3) Hayati : Apa ma datuak?
(Apa itu datuk?)
(4) Datuk : Zainuddin. Zainuddin alang ku suruh pai dari Batipuh. Kalau nya ka untuk
Bukit Tinggi sajo. Inya pun lah tau.
(Zainuddin. Zainuddin sudah saya suruh meninggalkan Batipuh. Kalau dia
benar-benar ingin menuntut ilmu seperti niatnya semula, sebaiknya dia ke
Padang Panjang atau Bukit Tinggi. Dia pun sudah tau).
(5) Hayati : Apo sebabnya datuak menyururuh inya pai?
(apa sebabnya datuk menyuruh ia pergi?).
(6) Datuk : Banyak bana fitnah orang kat dirinya kat diri kau.
(sudah terlalu banyak fitnah orang tentang hubungan dia dan kau).
(7) Hayati : Tapi hubungan kami suci ma datuak, indak bacampur jo parangai na malanggar
sopan santun.
(tapi hubungan kami suci datuk, tidak melanggar sopan santun).
(8) Datuk : Ati! Ijan kau kua keadaan kampuang kau punyo kitab-kitab sajo. Cinto hanyalah
khayal, dongiang dalam kitab sajo. Kau ni papeh rumah nan gadang.
Zainuddin indak basuku, malu gadang namonyo! Menjatuhkan namo, marusak
ninak mamak, marusak orang kampuang, meruntuah rumah jo tanggo,
kampuang jo ilaman. Indak kau tau? Gunung marapi masih tegak kokoh
menjulang. Adat masih badiri kuat indak lapuak di hujan, indak lakang di
paneh.
(Ati! Jangan kau bandingkan keadaan kampungmu dengan kitab-kitab yang kau
baca. Cinta hanyalah khayal, dongeng dalam kitab saja. Kau itu kebanggaan
keluarga. Zainuddin tidak bersuku. Bikin malu saja! menjatuhkan nama besar,
merusak nenek moyang, merusak orang kampung, meruntuhkan rumah tangga,
berdiri tegak kokoh menjulang. Adat masih berdiri kuat. Tak lapuk oleh hujan,
tak akan lekang oleh panas).
(9) Hayati : Zainuddin endak menempuh jalanan luruik. Inya ano ambik Ati jadi bininyo.
(Zainuddin akan mengambil jalan yang lurus. Dia hendak melamar Ati untuk
jadi istrinya).
(10) Datuk : Mana bisa Ati! Urung sarupuh inya indak bisa dijadian tampek manggantuangin
hiduik. Maso kini, kalau kau memilih laki paralu na jaleh asal-usulnyo, jaleh
matapencahariannyo, nan bisa menopang hiduik. Kalau kau menikah nan
Zainuddin, nyampei kau punya anak kemana nak kau bawak ?
(Mana bisa Ati! Orang seperti dia tidak bisa dijadikan sandaran hidup. Zaman
sekarang, jika ingin bersuami harus jelas asal-usulnya, jelas mata
pencahariannya, yang bisa menopang hidup. Jika kau menikah dengan
Zainuddin, kau punya anak, saudara bapak mana yang akan jadi panutan
anakmu?)
(Sumber : film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk, scene 10).
Konteks :
Pembicaraan tersebut terjadi didalam rumah datuk dan pada saat itu situasinya sangan
menegangkan serta penuh dengan konflik. Hayati terlihat menangis karena perkataan dari datuk
dan datuk terlihat sangat emosi. Keadaan menjadi sangat pelik.
Analisis tuturan:
Pada tuturan (1) menyatakan Hayati sebagai penutur mengucapkan salam kepada datuk
sebagai mitra tutur untuk tanda ijin masuk ke dalam rumah dengan cara yang sopan santun.
tutur yang terdapat dalam tuturan tersebut ialah tindak tutur ekspresif yang dikategorikan dalam
verba mengucapkan salam.
Pada tuturan (2) terlihat bahwa datuk menjawab salam dari Hayati sebagai mitra tuturnya,
selain itu datuk langsung bertanya tentang sesuatu kepada Hayati. Maksud dari tuturan tersebut
ialah penutur menjawab salam dari mitra tuturnya yang menunjukkan bahwa diantara keduanya
memiliki sopan santuan yang sangat kuat selain kalimat selanjutnya memiliki maksud bahwa
datuk sebagai penutur ingin melaporkan sesuatu kepada Hayati. Maka dari tuturan tersebut
terdapat dua tindak tutur, yang pertama ialah tindak tutur ekspresif tergolong dalam kategori
verba mengucapkan salam dan yang kedua ialah tindak tutur asertif tergolong dalam kategori
verba melaporkan.
Pada tuturan (3) menyatakan Hayati sebagai penutur ingin mengetahui apa yang akan
disampaikan oleh datuk sebagai mitra tutur. Maksud dari tuturan tersebut ialah penutur meminta
agat mitra tutur menyampaikan informamasi yang ingin disampaikan.tindak tutur yang terdapat
dalam tuturan tersebut ialah tindak tutur direktif yang tergolong dalam verba meminta.
Pada tuturan (4) menyatakan bahwa datuk sebagai penutur menyampaikan informasi
tentang apa yang telah ia lakukan terhadap Zainuddin. Tuturan tersebut memiliki maksud
penutur menyampaikan sesuatu kepada mitra tuturnya. Tindak tutur yang terdapat dalam tuturan
tersebut adalah tindak tutur asertif tergolong ke dalam verba menyampaikan atau melaporkan.
Pada tuturan (5) menyatakan Hayati sebagai penutur ingin mengetahui apa sebabnya
datuk sebagai mitra tutur mengusir Zainuddin. Maksud dari tuturan tersebut ialah penutur
meminta agar mitra tutur menyampaikan sebab atau alasan kepada mitra tutur. Tindak tutur yang
Pada tuturan (6) menyatakan bahwa datuk menjelaskan mengapa ia mengusir Zainuddin
dari Batipuh dan alasannya semua karena terlalu banyak fitnah yang ditimbulkan dari kedekatan
mereka berdua. Tuturan tersebut memiliki maksud menjelaskan apa yang ia rasakan sesuai
dengan kebenaran. Tindak tutur yang termaksud dalam tuturan tersebut ialah tindak tutur asertif
yang dikategorikan ke dalam verba menjelaskan atau menyatakan.
Pada tuturan (7) menyatakan Hayati sebagai penutur memberikan penjelasan mengenai
hubungannya dengan Zainuddin agar datuk tidak mengusir Zainuddin dari Batipuh. Maksud dari
tuturan tersebut ialah penutur meminta atau memohon agar mitra tutur menerima alasan yang
diutarakannya dan tidak jadi mengusir Zainuddin dari Batipuh. Tindak tutur yang terdapat dalam
tuturan tersebut ialah tindak tutur direktif yang tergolong dalam verba meminta atau memohon.
Pada tuturan (8) menyatakan Datuk sebagai penutur memberikan penjelasan dan
menyanggah semua alasan yang disampaikan oleh Hayati sebagai mitra tutur. Maksud dari
tuturan tersebut ialah penutur menentang semua alasan yang diutarakan mitra tutur dan tetap
akan mengusir Zainuddin dari Batipuh. Tindak tutur yang terdapat dalam tuturan tersebut ialah
tindak tutur direktif yang tergolong dalam verba menentang.
Pada tuturan (9) menyatakan Hayati sebagai penutur memberikan penjelasan mengenai
hubungannya dengan Zainuddin agar datuk tidak mengusir Zainuddin dari Batipuh. Maksud dari
tuturan tersebut ialah penutur meminta atau memohon agar mitra tutur menerima alasan yang
diutarakannya dan tidak jadi mengusir Zainuddin dari Batipuh. Tindak tutur yang terdapat dalam
tuturan tersebut ialah tindak tutur direktif yang tergolong dalam verba meminta atau memohon.
Pada tuturan (10) menyatakan Datuk sebagai penutur memberikan penjelasan dan
menyanggah semua alasan yang disampaikan oleh Hayati sebagai mitra tutur. Maksud dari
akan mengusir Zainuddin dari Batipuh. Tindak tutur yang terdapat dalam tuturan tersebut ialah
tindak tutur direktif yang tergolong dalam verba menentang.
Data Dialog Percakapan 6.
(1)Makcik : Zainuddin, segera tinggalkan Batipuh. Nama kau disebut-sebut orang banyak
sekali. Mande dengar ada beberapa anak muda yang hendak bermaksud jahat
padamu. Segera pergi ke Padang Panjang, langsung cari namanya engku Labay.
Dia guru agama, baik budi, baik lakunya. Belajarlah dengan dia.
(2)Zainuddin : Selamat tinggal mande. Assalamualikum.
(3)Makcik : Wa’alaikumsalam.
(Sumber : film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk, scene 10).
Konteks :
Pembicaraan tersebut terjadi di depan rumah mande Jamilah. Di lokasi tersebut terdapat
Zainuddin, mande Jamilah dan suami mande Jamilah. Situasi pada saat itu sedang bersedih
karena melepaskan Zainuddin pergi ke Batipuh. Setelah Zainuddin berpamitan dengan mande
Jamilah, mande Jamilah langsung memasuki rumah dan melihat Zainuddin dari jendela sambil
menangis seolah ia tak ingin Zainuddin melihat bahwa ia sangat bersedih.
Analisis tuturan:
Pada tuturan (1) menyatakan mande Jamilah sebagai penutur memeberitahukan apa yang
terjadi saat ini terhadap Zainuddin dan menyuruhnya untuk meninggalkan Batipuh. Maksud dari
tuturan tersebut ialah penutur menyuruh agar mitra tutur menerima penjelasan yang
diutarakannya dan ia melakukan apa yang dikatakan oleh penutur. Tindak tutur yang terdapat
Pada tuturan (2) menyatakan Zainuddin sebagai penutur mengucapkan salam perpisahan
kepada mande Jamilah, selain itu ia mengucapkan salam kepada mande Jamilah sebagai tanda
bahwa ia adalah pribadi yang sopan. Tuturan tersebut memiliki maksud yang pertama penutur
menyanggupi apa yang telah disampaikan oleh mitra tutur dan yang kedua mengucapkan salam
dari penutur kepada mitra tutur. Tindak tutur yang terdapat dalam tuturan tersebut ialah yang
pertama tindak tutur komisif yang tergolong dalam verba menyatakan kesanggupan dan yang
kedua adalah tindak tutur ekspresif yang dikategorikan dalam verba mengucapkan salam.
Pada tuturan (3) terlihat bahwa mande Jamilah menjawab salam dari Zainuddin sebagai
mitra tuturnya, maksud dari tuturan tersebut ialah penutur menjawab salam dari mitra tuturnya
yang menunjukkan bahwa diantara keduanya memiliki sopan santuan yang sangat kuat. Tindak
tutur yang terdapat dalam tuturan tersebut ialah tindak tutur ekspresif tergolong dalam kategori
verba mengucapkan salam.
Data Dialog Percakapan 7.
(1) Hayati : Engku Zainuddin.
(2) Zainuddin : Hayati. Bagaimana kau tahu aku ada di sini?
(3) Hayati : Disini tempat engku biasa menulis. Engku Zainuddin, seperti sudah tak
kubahasakan engku lagi. Zainuddin, saya dengar pagi ini kau akan pergi
meninggalkan Batipuh. Walaupun kau pergi jiwamu akan selalu dekat
dengan jiwaku. Zainuddin, jangan pernah bersedih, jangan putus asa.
Cinta itu bukan melemahkan hati, bukan membawa tangis, dan mudah
putus asa, tetapi cinta itu menguatkan hati, menghidupkan pengharapan.
Berangkatlah engku, biar Tuhan memberikan perlindungan buat kita
(4) Zainuddin : Hayati, saya putus asa atau saya timbul pengharapan dalam hidup yang
belum tentu tujuannya ini. semua bukan hanya bergantung pada diriku,
bukan pula pada orang lain, tapi pada kau Hayati. Kau yang sanggup
menjadikan saya seorang yang gagah berani, kau pula yang sanggup
menjadikan saya sengsara selamanya. Kau boleh memutuskan
pengharapanku, kaupun sanggup membunuhku.
(5) Hayati : Engku Zainuddin, hati saya dipenuhi cinta kepada kau dan biar Tuhan
mendengarkannya bahwa engkaulah Zainuddin yang akan menjadi
suamiku kelak. Bila tidak di dunia, kaulah suamiku di akhirat. Saya ndak
akan khianat atas janji.indakkan berdusta di hadapan Tuhan di saksikan
oleh arwan nenek moyangku.
(6) Zainuddin : Berat sekali sumpahmu, Hayati.
(7) Hayati : Tidak berat, itulah kenyataannya. Dan jika kau berjalan jauh atau dekat
sekalipun, ntah tidak kembali dalam masa setahun, masa dua tahun,
masa sepuluh tahun, hitam negeri Batipuh ini baru engku kembali, saya
kan tetap menunggu. Carilah kebahagiaan kita, kemanapun engku pergi
saya tetap untukmu. Dan jika kita bertemu kelak, saya akan tetap bersih
dan suci untukmu.
(8) Zainuddin : Baiklah Hayati, saya akan berangkat dengan harapan yang penuh.
Harapan yang tadinya sebelum kau berdiri disini sudah hampir hilang.
Hayati, kirimi saya surat-surat dan kalau tudak berhalangan maka surat-
surat itu akan saya balasi pula.
hatiku sebagaimana pepatahmu selama ini “dengan surat kita lebih bebas
mengungkapkan perasaan”.
(10) Zainuddin : Hayati, mana tahu ntah kapan pula kita akan bertemu, berilah saya satu
tanda mata azimatmu dalam hidupku. Dan akan ku wasiatkan
meletakkannya dalam kafanku jika ku mati. Berilah, meskipun barang
itu murah bagimu tapi bagiku itu sangatlah mahal.
(11) Hayati : Simpanlah ini sebagai azimatmu, hati dan jiwaku ada bersamanya.
Selamat jalan engku.
(Sumber : film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk, scene 13).
Konteks :
Pembicaraan tersebut terjadi di pinggiran danau, di tempat Zainuddin biasanya menulis.
Situasi pada saat itu sunyi dan tenang serta penuh keharuan. Waktu yang terjadi saat
perbincangan tersebut ialah pada senja hari menuju malam saat Zainuddin akan meninggalkan
Batipuh.
Analisis Tuturan:
Pada tuturan (1) terlihat bahwa Hayati sebagai penutur memanggil Zainuddin sebagai
mitra tutur agar melihatnya. Dari tuturan tersebut memiliki maksud penutur meminta agar mita
tutur melihat siapa yang memanggil namanya. Tindak tutur yang terdapat dalam tuturan tersebut
ialah tindak tutur direktif yang dapat dikategorikan dalam verba meminta atau memohon.
Pada tuturan (2) Zainuddin merasa kaget dan tidak percaya bahwa Hayati berada
didepan matanya dan mengetahui keberadaannya. Tindak tutur tersebut merupakan tindak tutur
kondisi psikologis bahwa ia sedang terkejut atau kaget atas apa yang dilihatnya. Tuturan tersebut
termasuk dalam kategori verba kaget atau terkejut.
Pada tuturan (3) menyatakan Hayati sebagai penutur memberikan motivasi-motivasi agar
agar zainuddin tidak putus asa dan bisa menerima kepergiannya dari Batipuh. Maksud dari
tuturan tersebut ialah penutur memberikan nasihat kepada mitra tutur agar mitra tutur tidak putus
asa dalam menjalani kehidupan barunya. Tindak tutur yang terdapat dalam tuturan tersebut ialah
tindak tutur direktif yang tergolong dalam verba menasehati.
Pada tuturan (4) terlihat bahwa Zainuddin sebagai penutur mengutarakan seluruh isi
hatinya yang menggantungkan harapan kepada Hayati sebagai mitra tuturnya. Dari tuturan
tersebut memiliki maksud penutur memohon kepada mita tutur agar mitra tutur tetap menjadi
kekasihnya walau terhalang oleh jarak. Tindak tutur yang terdapat dalam tuturan tersebut ialah
tindak tutur direktif yang dapat dikategorikan dalam verba memohon.
Pada tuturan (5) terlihat bahwa Hayati sebagai penutur menyampaikan keyakinan hatinya
terhadap Zainuddin dan berjanji akan menunggu Zainuddin sebagai mitra tutur hingga ia
kembali. tuturan tersebut memiliki maksud penutur bersumpah kepada mita tutur untuk selalu
setia menunggu Zainuddin sebagai mitra tutur. Tindak tutur yang terdapat dalam tuturan tersebut
ialah tindak tutur komisif yang dapat dikategorikan dalam verba bersumpah.
Pada tuturan (6) Zainuddin merasa kaget dan tidak percaya bahwa Hayati telah
mengutarakan isi hatinya hingga bersumpah. Tindak tutur tersebut merupakan tindak tutur
ilokusi yang termasuk dalam bentuk tindak tutur ekspresif karena penutur memperlihatkan
kondisi psikologis bahwa ia sedang terkejut atau kaget atas apa yang dilihatnya. Tuturan tersebut
Pada tuturan (7) terlihat bahwa Hayati sebagai penutur menyampaikan keyakinan
hatinya terhadap Zainuddin untuk menunggu Zainuddin sebagai mitra tutur hingga ia kembali ke
negeri Batipuh. Tuturan tersebut memiliki maksud penutur menjanjikan kepada mita tutur untuk
selalu setia menunggunya hingga ia kembali. Tindak tutur yang terdapat dalam tuturan tersebut
ialah tindak tutur komisif yang dapat dikategorikan dalam verba menjanjikan.
Pada tuturan (8) terlihat bahwa Zainuddin sebagai penutur meminta kepada Hayati
sebagai mitra tutur agar mengiriminya surat saat ia jauh dari Hayati. Dari tuturan tersebut
memiliki maksud penutur meminta agar mitra tutur melakukan apa yang dimaksudkan dari
tuturannya tersebut. Tindak tutur yang terdapat dalam tuturan tersebut ialah tindak tutur direktif
yang dapat dikategorikan dalam verba meminta atau memohon.
Pada tuturan (9) menyatakan bahwa Hayati sebagai penutur menyanggupi apa yang
diminta oleh Zainuddin sebagai mitra tutur. tuturan tersebut memiliki maksud penutur
menyanggupi permintaan mita tutur untuk mengiriminya surat-surat. Tindak tutur yang terdapat
dalam tuturan tersebut ialah tindak tutur komisif yang dapat dikategorikan dalam verba
menyatakan kesanggupan.
Pada tuturan (10) terlihat bahwa Zainuddin sebagai penutur meminta kepada Hayati
sebagai mitra tutur agar memberikannya sesuatu sebagai tanda azimat. Dari tuturan tersebut
memiliki maksud penutur meminta agar mitra tutur melakukan apa yang dimintanya. Tindak
tutur yang terdapat dalam tuturan tersebut ialah tindak tutur direktif yang dapat dikategorikan
dalam verba meminta atau memohon.
Pada tuturan (11) menyatakan bahwa Hayati sebagai penutur memenuhi keinginan dari
permintaan dari mitra tuturnya. Tindak tutur yang terdapat dalam tuturan tersebut ialah tindak
tutur deklarasi yang dapat dikategorikan dalam verba mengabulkan.
Data Dialog Percakapan 8.
(1) Ibu Muluk : Nak Zainuddin, ayo mande antar ke kamarmu ya.
(2) Zainuddin : Iya makcik.
(3) Makcik : Sikko.
(Sumber : film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk, scene 14).
Konteks :
Percakapan tersebut terjadi saat zainuddin tiba di rumah makciknya yang di Padang
Panjang dan setelah msuk ke dalam rumah ia disambut oleh Ibunya Muluk.
Analisis tuturan:
Pada tuturan (1) terlihat bahwa Ibu Muluk sebagai penutur mengajak Zainuddin sebagai
mitra tutur agar mengikutinya ke kamar yang telah disediakan. Dari tuturan tersebut memiliki
maksud penutur mengajak agar mitra tutur melakukan sesuatu. Tindak tutur yang terdapat dalam
tuturan tersebut ialah tindak tutur direktif yang dapat dikategorikan dalam verba mengajak.
Pada tuturan (2) menyatakan bahwa Zainuddin sebagai penutur menyetujui apa yang
dikatakan oleh Ibu Muluk sebagai mitra tutur. Tuturan tersebut memiliki maksud penutur
menyetujui permintaan mitra tuturnya. Tindak tutur yang terdapat dalam tuturan tersebut ialah
tindak tutur komisif yang dapat dikategorikan dalam verba menyetujui.
Pada tuturan (3) terlihat bahwa Ibu Muluk sebagai penutur mengajak Zainuddin sebagai
mitra tutur agar mengikutinya ke kamar yang telah disediakan. Dari tuturan tersebut memiliki
maksud penutur mengajak agar mitra tutur melakukan sesuatu. Tindak tutur yang terdapat dalam
tuturan tersebut ialah tindak tutur direktif yang dapat dikategorikan dalam verba mengajak.
(1) Khadijah : Itu sahabatku Hayati, mari Ijah kenalkan.
Dari tadi terpukau udakku lihat kecantikan kau Ati. Ini uda Aziz yang karejo di
Padang. Hayati ini baru tiba dari Batipuh uda.
(2) Aziz : Aahh.. Khadijah sering berulang cerita tentang Hayati. Maaf baru sekarang bisa
berkenalan. Ijah, kau berdusta. Hayati jauh lebih cantik dari yang kau ceritakan.
Come.
(3) Khadijah : Ayo.
(Sumber : film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk, scene 18).
Konteks :
Pembicaraan tersebut terjadi di rumah Khadijah yaitu sahabat Hayati yang tinggal di
Padang Panjang. Pada saat itu suasana cukup ramai karena semua keluarga khayati berkumpul
dan ditambah lagi Aziz baru pulang dari Padang dengan membawa dua orang temannya. Aziz
dan khadijah menghampiri Hayati yang berdiri tak jauh dari mereka. Aziz terpana melihat
kecantikan Hayati.
Analisis tuturan:
Pada tuturan (1) Khadijah menunjukkan sahabatnya yaitu Hayati kepada abangnya
Aziz dan begitu pula selanjutnya menunujukkan abangnya Aziz kepada sahabatnya Hayati,
selain itu pada tuturan tersebut juga memiliki maksud mengajak Aziz untuk menghampiri
Hayati. Tindak tutur di atas merupakan tindak tutur ilokusi yang termasuk dalam bentuk asertif
dan direktif. Dalam tuturan “itu sahabatku Hayati” dan “ini uda Aziz yang karejo di Padang”
tergolong ke dalam bentuk asertif karena penutur menunjukkan kebenaran terhadap sesuatu.
Dalam tuturan “mari Ijah kenalkan” tergolong ke dalam bentuk direktif karena penutur mengajak
Pada tuturan (2) menyatakan bahwa Aziz sebagai penutur memuji Hayati yang
merupakan mitra tuturnya selain itu tuturan tersebut memiliki maksud penutur mengajak mitra
tuturnya ke suatu tempat. Tindak tutur yang terdapat dalam tuturan tersebut ialah yang pertama
tindak tutur ekspresif yaitu mengekspresikan kondisi kagumnya yang termasuk ke dalam
ketagori verba memuji dan yang kedua ialah tindak tutur direktif karena penutur meminta mitra
tutur untuk melakukan sesuatu yang termasuk ke dalam kategori verba mengajak.
Pada tuturan (3) menyatakan bahwa penutur mengajak mitra tuturnya ke suatu tempat.
Tindak tutur yang terdapat dalam tuturan tersebut ialah tindak tutur direktif karena penutur
meminta mitra tutur untuk melakukan sesuatu yang termasuk ke dalam kategori verba mengajak.
Data Dialog Percakapan 10.
(1) Zainuddin : Adidih.. sakit. Potong rambutku bang muluk bukang telingaku.
(2) Muluk : Tenang sikitlah engku, potong indak usah banyak-banyak nan terlalu tu
modenya. Engku katakana ingin bertemu Hayati.
(3) Zainuddin : iya, sakit sedikit tidak apa.
(4) Muluk : Haa.. perempuan-perempuan sampai gilo dibuatnyo. Ca liak lah engku.
(5) Zainuddin : Oh malek, mode baru?
(6) Muluk : Haa, rancak modenyo ke? Mode pinang dibelah dua.
(7) Zainuddin : Haahh iya ya. Bang muluk, akan seramai apakah pasar malam dan
pacuan kuda besok?
(8) Muluk : Engku liatlah sendiri, hari besar besok bukan hanya untuk engku tapi
untuk padang panjang juga.
(Sumber : film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk, scene 19).
Percakapan tersebut terjadi di halaman rumah Muluk pada saat siang hari dan
orang-orang di Padang Panjang sedang sibuk mempersiapkan acara pasar malam dan pacuan kuda.
Analisis tuturan:
Pada tuturan (1) menyatakan bahwa Zainuddin sebagai penutur meminta atau memohon
kepada Muluk yang merupakan mitra tuturnya untuk berhati-hati saat memangkas. Tindak tutur
yang terdapat dalam tuturan tersebut ialah tindak tutur direktif karena penutur meminta mitra
tutur untuk melakukan sesuatu yang termasuk ke dalam kategori verba meminta atau memohon.
Pada tuturan (2) menyatakan bahwa Muluk sebagai penutur menyarankan Zainuddin
yang merupakan mitra tuturnya untuk tenang saat dipangkas. Tindak tutur yang terdapat dalam
tuturan tersebut ialah tindak tutur direktif karena penutur meminta mitra tutur untuk melakukan
sesuatu yang termasuk ke dalam kategori verba menyarankan.
Pada tuturan (3) menyatakan bahwa Zainuddin sebagai penutur menyatakan kesanggupan
atas apa yang dilakukan Muluk yang merupakan mitra tuturnya terhadap rambutnya. Tindak
tutur yang terdapat dalam tuturan tersebut ialah tindak tutur komisif karena melibatkan penutur
ke dalam tindakan yang akan dilakukan yang termasuk ke dalam kategori verba menyarankan.
Pada tuturan (4) menyatakan bahwa Muluk sebagai penutur menyuruh Zainuddin yang
merupakan mitra tuturnya untuk melihat hasil pangkasan yang menurutnya sangat bagus. Tindak
tutur yang terdapat dalam tuturan tersebut ialah tindak tutur direktif karena penutur meminta
mitra tutur untuk melakukan sesuatu yang termasuk ke dalam kategori verba menyuruh.
Pada tuturan (5) menyatakan bahwa Zainuddin sebagai penutur terkejut atau kaget atas
hasil dari pangkasan Muluk yang merupakan mitra tutur. Tindak tutur yang terdapat dalam
psikologis tertentu terhadap suatu hal. Tindak tutur tersebut termasuk ke dalam kategori verba
terkejut atau kaget.
Pada tuturan (6) menyatakan bahwa Muluk sebagai penutur mengakui kebagusan hasil
pangkasannya kepada Zainuddin sebagai mitra tutur. Tindak tutur yang terdapat dalam tuturan
tersebut ialah tindak tutur asertif karena melibatkan penutur dalam pokok pembicaraan yang
digunakan asas “benar” atau “salah”. Tindak tutur tersebut termasuk ke dalam kategori verba
mengakui.
Pada tuturan (7) menyatakan bahwa Zainuddin sebagai penutur meminta agar Muluk
yang merupakan mitra tutur memberi informasi mengenai acara pasar malam dan pacuan kuda.
Tindak tutur yang terdapat dalam tuturan tersebut ialah tindak tutur direktif karena tuturan
tersebut memperlihatkan usaha penutur agar mitra tuturnya melakukan sesuatu. Tindak tutur
tersebut termasuk ke dalam kategori verba meminta.
Pada tuturan (8) menyatakan bahwa Muluk sebagai penutur menjelaskan apa yang ia
ketahui mengenai acara pasar malam dan pacuan kuda kepada Zainuddin sebagai mitra tutur.
Tindak tutur yang terdapat dalam tuturan tersebut ialah tindak tutur asertif karena melibatkan
penutur dalam pokok pembicaraan yang digunakan asas “benar” atau “salah”. Tindak tutur
tersebut termasuk ke dalam kategori verba menjelaskan.
Data Percakapan 11.
(1) Hayati : Tapi pakaian seperti ini tidak serasi dengan diri saya Ijah, akan jadi sorotan mata
orang. Saya malu.
(2) Khadijah : Kita itu berpakaian memang untuk dilihat orang dan jadi pusat perhatian. Itu
naluri perempuan kan?
Lagi pula tujuan saya kan hendak bertemu Zainuddin.
(4) Khadijah : Dia pasti akan terkagum-kagum melihat kecantikan engkau Ati.
(Sumber : film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk, scene 20).
Konteks :
Pembicaraan tersebut terjadi di dalam kamar Khadijah saat keduanya memilih baju yang
akan digunakan saat menonton pacuan kuda. Situasi pada saat itu sedikit pelik karena terjadi
perdebatan antara Hayati dan Khadijah.
Analisis tuturan:
Pada tuturan (1) menyatakan bahwa Hayati sebagai penutur menentang kemauan
Khadijah yang merupakan mitra tutur untuk mengenakan pakaian seksi ke acara pacuan kuda.
Tindak tutur yang terdapat dalam tuturan tersebut ialah tindak tutur direktif karena tuturan
tersebut memperlihatkan usaha penutur agar mitra tuturnya melakukan sesuatu. Tindak tutur
tersebut termasuk ke dalam kategori verba menentang.
Pada tuturan (2) menyatakan bahwa Khadijah sebagai penutur berspekulasi atas pendapat
Hayati sebagai mitra tutur mengenai pakaian yang akan digunakan. Tindak tutur yang terdapat
dalam tuturan tersebut ialah tindak tutur asertif karena melibatkan penutur dalam pokok
pembicaraan yang digunakan asas “benar” atau “salah”. Tindak tutur tersebut termasuk ke dalam
kategori verba berspekulasi.
Pada tuturan (3) menyatakan bahwa Hayati sebagai penutur menjelaskan apa yang akan
ia lakukan di acara pacuan kuda kepada Khadijah sebagai mitra tutur. Tindak tutur yang terdapat
pembicaraan yang digunakan asas “benar” atau “salah”. Tindak tutur tersebut termasuk ke dalam
kategori verba menjelaskan.
Pada tuturan (4) menyatakan bahwa Khadijah sebagai penutur berspekulasi atas
pandangan orang yang akan bertemu dengan Hayati di acara pacuan kuda nanti. Tindak tutur
yang terdapat dalam tuturan tersebut ialah tindak tutur asertif karena melibatkan penutur dalam
pokok pembicaraan yang digunakan asas “benar” atau “salah”. Tindak tutur tersebut termasuk ke
dalam kategori verba berspekulasi.
Data Dialog Percakapan 12.
(1) Datuk : Ati, kau lah tau mengapo ninik mamak kau berkumpul? Ala datang
urang meminang kau. Si Aziz dari Padang Panjang datang pulo sureik
sepucuak dari Zainuddin. Sesudah kami timbang mudarat dan
munfaatnyo, Aziz alah kami tarimo jadi lakik kau. Keputusan kami alah
buleik supaya kau tarimo jo suko. Apo pikiran kau?
(2) Ninik Mamak : Jawaklah Hayati, wareh ka pulang samo jo yang lain.
(3)Datuk : Lake lah jawek. Waka dulu urang berapeik kito kemakan lei.
(4) Ninik Mamak : Kalau inye diam, artinyo suko, amak.
(5) Datuk : Jawek Hayati, Supaya mureh kami membuhulkan masyaraket kito jo
aseik kemenyan. Jawab Hayati.
(6) Hayati : Bana nan elok ninik mamak sajo, Ati ma nurut.
(Sumber : film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk, scene 26).
Pembicaraan tersebut terjadi di dalam rumah Datuk sebagai ketua adat Batipuh. Suasana
saat itu cukup ramai karena dihadiri oleh ninik mamak yang ada di daerah setempat. Kondisinya
cukup menegangkan.
Analisis tuturan:
Pada tuturan (1) menyatakan bahwa Datuk sebagai penutur menuntut Hayati sebagai
mitra tutur untuk menjawab dan menerima keputusan dari ninik mamaknya. Tindak tutur yang
terdapat dalam tuturan tersebut ialah tindak tutur asertif karena melibatkan penutur dalam pokok
pembicaraan yang digunakan asas “benar” atau “salah”. Tindak tutur tersebut termasuk ke dalam
kategori verba menuntut.
Pada tuturan (2) menyatakan bahwa Ninik mamak sebagai penutur menyuruh Hayati
yang merupakan mitra tutur untuk menjawab pertanyaan yang diutarakan Datuk. Tindak tutur
yang terdapat dalam tuturan tersebut ialah tindak tutur direktif karena tuturan tersebut
memperlihatkan usaha penutur agar mitra tuturnya melakukan sesuatu. Tindak tutur tersebut
termasuk ke dalam kategori verba menyuruh.
Pada tuturan (3) menyatakan bahwa Ninik mamak sebagai penutur menyuruh Hayati
yang merupakan mitra tutur untuk menjawab pertanyaan yang diucapkannya. Tindak tutur yang
terdapat dalam tuturan tersebut ialah tindak tutur direktif karena tuturan tersebut memperlihatkan
usaha penutur agar mitra tuturnya melakukan sesuatu. Tindak tutur tersebut termasuk ke dalam
kategori verba menyuruh.
Pada tuturan (4) menyatakan bahwa ninik mamak sebagai penutur memutuskan jawaban
dari Hayati yang merupakan mitra tutur karena ia hanya diam. Tindak tutur yang terdapat dalam
kesesuaian antara isi proposisi dan realitas. Tindak tutur tersebut termasuk ke dalam kategori
verba memutuskan.
Pada tuturan (5) menyatakan bahwa datuk sebagai penutur mendesak Hayati yang
merupakan mitra tutur untuk menjawab pertanyaan yang diutarakannya serta menerima
keputusan tersebut. Tindak tutur yang terdapat dalam tuturan tersebut ialah tindak tutur direktif
karena tuturan tersebut memperlihatkan usaha penutur agar mitra tuturnya melakukan sesuatu.
Tindak tutur tersebut termasuk ke dalam kategori verba mendesak.
Pada tuturan (6) menyatakan bahwa Hayati sebagai penutur mengabulkan permintaan
dari datuk dan ninik mamak yang merupakan mitra tuturnya. Tindak tutur yang terdapat dalam
tuturan tersebut ialah tindak tutur deklarasi karena tuturan tersebut mengungkapkan adanya
kesesuaian antara isi proposisi dan realitas. Tindak tutur tersebut termasuk ke dalam kategori
verba mengabulkan.
Data Dialog Percakapan 13.
(1) Hayati : Masuklah Laras.
(2) Laras : Iya Hayati, rancaknyo rumah kau Hayati.
(3)Hayati : Terima kasih, duduak.
(4) Laras : Iya, iya.
(5) Hayati : Senang sekali hati ambo kau berkunjung ke Padang Panjang, kadang
teraso sepi kalau uda Aziz pergi karejo ke Padang.
(6) Laras : Kenapa nggak ikut uda Aziz kau pai ke Padang, Hayati? Uda Aziz kan
pulang hanya tiap sabtu. Lagipula uda Aziz udah punya rumah di
Ceritanya rancak bana. Sediah menyayat hati, hikayat luar biaso,
termahsyur, laku dimana-mana. Tiga kali membaco buku ikko, tiga kali
manangiah.
(7) Hayati : kau macam tukang ubat di balai sajo.
(8) Laras : Si Jamal dalam carito itu, sama nasuik macam Zainuddin kau, Hayati.
(Sumber : film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk, scene 42).
Konteks:
Percakapan tersebut terjadi di dalam rumah Hayati, pada saat itu hanya terdapat mereka
berdua. Situasinya cukup tenang dan keduanya saling bahagia.
Analisis tuturan:
Pada tuturan (1) menyatakan bahwa Hayati sebagai penutur mengajak Laras yang
merupakan mitra tutur untuk masuk ke dalam rumahnya. Tindak tutur yang terdapat dalam
tuturan tersebut ialah tindak tutur direktif karena tuturan tersebut memperlihatkan usaha penutur
agar mitra tuturnya melakukan sesuatu. Tindak tutur tersebut termasuk ke dalam kategori verba
mengajak.
Pada tuturan (2) menyatakan bahwa laras sebagai penutur memuji kediaman Hayati
langsung kepada Hayati yang merupakan mitra tuturnya. Tindak tutur yang terdapat dalam
tuturan tersebut ialah tindak tutur ekspresif karena tuturan tersebut memiliki maksud
meengekspresikan kondisi psikologis tertentu ke dalam kebenaran sesuatu hal dalam ide yang
dikemukakan. Tindak tutur tersebut termasuk ke dalam kategori verba memuji.
Pada tuturan (3) menyatakan bahwa Hayati sebagai penutur berterima atas pujian yang
diutarakan Laras yang merupakan mitra tuturnya serta menyuruhnya untuk duduk. Tututan
karena tuturan tersebut memiliki maksud meengekspresikan kondisi psikologis tertentu ke dalam
kebenaran sesuatu hal dalam ide yang dikemukakan yang kedua ialah tindak tutur direktif karena
tuturan tersebut memperlihatkan usaha penutur agar mitra tuturnya melakukan sesuatu. Tindak
tutur tersebut termasuk ke dalam kategori verba memuji dan menyuruh.
Pada tuturan (4) menyatakan bahwa Laras sebagai penutur menyanggupi apa yang
dikatakan oleh Hayati yang merupakan mitra tuturnya. Tindak tutur yang terdapat dalam tuturan
tersebut ialah tindak tutur ekspresif karena tuturan tersebut memiliki maksud meengekspresikan
kondisi psikologis tertentu ke dalam kebenaran sesuatu hal dalam ide yang dikemukakan. Tindak
tutur tersebut termasuk ke dalam kategori verba menyaggupi.
Pada tuturan (5) menyatakan bahwa Hayati sebagai penutur berterima kasih kepada Laras
yang merupakan mitra tuturnya karena mau datang ke rumahnya. Tindak tutur yang terdapat
dalam tuturan tersebut ialah tindak tutur ekspresif karena tuturan tersebut memiliki maksud
meengekspresikan kondisi psikologis tertentu ke dalam kebenaran sesuatu hal dalam ide yang
dikemukakan. Tindak tutur tersebut termasuk ke dalam kategori verba berterima kasih.
Pada tuturan (6) menyatakan bahwa Laras sebagai penutur menasihati Hayati agar ia ikut
dengan suaminya daripada selalu kesepian di rumahnya. Tindak tutur yang terdapat dalam
tuturan tersebut ialah tindak tutur direktif karena tuturan tersebut memperlihatkan usaha penutur
agar mitra tuturnya melakukan sesuatu. Tindak tutur tersebut termasuk ke dalam kategori verba
menasihati.
Pada tuturan (7) menyatakan bahwa Hayati sebagai penutur berspekulasi atas apa yang
diucapkan oleh Laras sebagai mitra tutur. Tindak tutur yang terdapat dalam tuturan tersebut ialah
tindak tutur asertif karena melibatkan penutur dalam pokok pembicaraan yang digunakan asas
Pada tuturan (8) menyatakan bahwa Laras sebagai penutur menjelaskan mengenai buku
buku yang ia sarankan kepada Hayati sebagai mitra tutur. Tindak tutur yang terdapat dalam
tuturan tersebut ialah tindak tutur asertif karena melibatkan penutur dalam pokok pembicaraan
yang digunakan asas “benar” atau “salah”. Tindak tutur tersebut termasuk ke dalam kategori
verba menjelaskan.
Data Dialog Percakapan 14.
(1) Aziz : Beri maaf uda, Ati. Uda letih sekali.
(2) Hayati : Jangan terlalu sering menyakiti Ati, uda. Lidah itu tajam, hati Ati sering terluka.
(3) Aziz : Ati nak menyiapkan makan malam uda? Uda ingin makan malam dengan
tenang sekaligus merayakan keberhasilan uda. Uda diberikan kesempatan
dinaikkan pangkat untuk mengurus kantor perwakilan. Kita akan tinggalkan
Padang Panjang pindah ke Surabaya.
(Sumber : film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk, scene 48).
Konteks:
Percakapan tersebut terjadi di dalam kamar Aziz dan Hayati. Situasi pada saat itu sepi
karena hanya ada mereka berdua, kondisinya mereka berdua sama-sama dalam keadaan kecewa.
Analisis tuturan:
Pada tuturan (1) menyatakan bahwa Zainuddin sebagai penutur memohon kepada Hayati
sebagai mitra tuturnya agar ia mau memaafkan Aziz. Tindak tutur yang terdapat dalam tuturan
tersebut ialah tindak tutur direktif karena tuturan tersebut memperlihatkan usaha penutur agar
mitra tuturnya melakukan sesuatu. Tindak tutur tersebut termasuk ke dalam kategori verba
Pada tuturan (2) menyatakan bahwa Hayati sebagai penutur mengeluh atas apa yang
dilakukan oleh Aziz yang merupakan mitra tuturnya. Tindak tutur yang terdapat dalam tuturan
tersebut ialah tindak tutur ekspresif karena tuturan tersebut memiliki maksud meengekspresikan
kondisi psikologis tertentu ke dalam kebenaran sesuatu hal dalam ide yang dikemukakan. Tindak
tutur tersebut termasuk ke dalam kategori verba mengeluh.
Pada tuturan (3) menyatakan bahwa Zainuddin sebagai penutur meminta Hayati sebagai
mitra tuturnya untuk menyiapkan makan malamnya. Tindak tutur yang terdapat dalam tuturan
tersebut ialah tindak tutur direktif karena tuturan tersebut memperlihatkan usaha penutur agar
mitra tuturnya melakukan sesuatu. Tindak tutur tersebut termasuk ke dalam kategori verba
meminta.
Data Dialog Percakapan 15.
(1) Aziz : Tuan Shabir alias si penulis dengan nama samara “Z”. opera teroesir dipimpin
oleh penulisnya sendiri didukung oleh klub anak sumatera.
(2) Hayati : Bawa adinda kali ini kanda.
(3) Aziz : Percuma Ati, tidak menarik menonton pertunjukan opera bangsa, permainannya
kurang halus tidak seperti opera Belanda.
(4) Hayati : Meskipun begitu, sekali ini bawalah adinda. Adinda hendak berkenalan dengan
perempuan-perempuan kita yang ada di sini. Ya kanda?
(Sumber : film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk, scene 50).
Konteks:
Percakapan tersebut terjadi di ruang tamu dan kondisi pada saat itu cukup tenang tanpa
ada pertentangan antara keduanya. Situasi disekitarnya sepi karena hanya ada mereka berdua.
Pada tuturan (1) menyatakan bahwa Aziz sebagai penutur menjelaskan maksud dan
tujuan undangan yang baru diterimanya kepada Hayati sebagai mitra tutur. Tindak tutur yang
terdapat dalam tuturan tersebut ialah tindak tutur asertif karena melibatkan penutur dalam pokok
pembicaraan yang digunakan asas “benar” atau “salah”. Tindak tutur tersebut termasuk ke dalam
kategori verba menjelaskan.
Pada tuturan (2) menyatakan bahwa Hayati sebagai penutur meminta Aziz sebagai mitra
tuturnya untuk mengizinkannya datang ke acara opera bangsa. Tindak tutur yang terdapat dalam
tuturan tersebut ialah tindak tutur direktif karena tuturan tersebut memperlihatkan usaha penutur
agar mitra tuturnya melakukan sesuatu. Tindak tutur tersebut termasuk ke dalam kategori verba
meminta.
Pada tuturan (3) menyatakan bahwa Aziz sebagai penutur menentang keinginan Hayati
sebagai mitra tuturnya untuk datang ke acara opera bangsa. Tindak tutur yang terdapat dalam
tuturan tersebut ialah tindak tutur direktif karena tuturan tersebut memperlihatkan usaha penutur
agar mitra tuturnya melakukan sesuatu. Tindak tutur tersebut termasuk ke dalam kategori verba
menentang.
Pada tuturan (4) menyatakan bahwa Hayati sebagai penutur memohon kepada Aziz
sebagai mitra tuturnya untuk membawanya ke acara opera bangsa. Tindak tutur yang terdapat
dalam tuturan tersebut ialah tindak tutur direktif karena tuturan tersebut memperlihatkan usaha
penutur agar mitra tuturnya melakukan sesuatu. Tindak tutur tersebut termasuk ke dalam
kategori verba memohon.
Data Dialog Percakapan 16.
(1) Hayati : Bagaimana Uda dengan engku Zainuddin?
uang. Utang-utang judi Uda yang banyak akan segera lunas bahkan ada sisanya.
(3) Hayati : Tak ingatkah bagaimana perlakuan kita dulu kepadanya? Sekarang ia begitu bak
kepada kita. Tak malukah Uda meminjam uang kepada dia?
(4) Aziz : Buat apa malu? Kau ini banyak bicara saja.
(Sumber : film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk, scene 55).
Konteks:
Percakapan tersebut berlangsung di pesta dansa yang ada dalam acara opera bangsa.
Suasananya cukup romantic karena diiringi musik yang sendu namun kedua penuturnya sedang
mengalami konflik.
Analisis tuturan:
Pada tuturan (1) menyatakan bahwa Hayati sebagai penutur meminta kepada Aziz
sebagai mitra tuturnya untuk menjelaskan apa yang dikatakan Aziz kepada Zainuddin. Tindak
tutur yang terdapat dalam tuturan tersebut ialah tindak tutur direktif karena tuturan tersebut
memperlihatkan usaha penutur agar mitra tuturnya melakukan sesuatu. Tindak tutur tersebut
termasuk ke dalam kategori verba meminta.
Pada tuturan (2) menyatakan bahwa Aziz sebagai penutur menjelaskan apa yang telah
terjadi antara ia dan Zainuddin kepada Hayati sebagai mitra tutur. Tindak tutur yang terdapat
dalam tuturan tersebut ialah tindak tutur asertif karena melibatkan penutur dalam pokok
pembicaraan yang digunakan asas “benar” atau “salah”. Tindak tutur tersebut termasuk ke dalam
kategori verba menjelaskan.
Pada tuturan (3) menyatakan bahwa Hayati sebagai penutur menyalahkan atas apa yang
telah mereka lakukan dulu terhadap Zainuddin kepada Aziz yang merupakan mitra tuturnya.
tersebut memiliki maksud meengekspresikan kondisi psikologis tertentu ke dalam kebenaran
sesuatu hal dalam ide yang dikemukakan. Tindak tutur tersebut termasuk ke dalam kategori
verba menyalahkan.
Pada tuturan (4) menyatakan bahwa Aziz sebagai penutur menentang apa yang diucapkan
Hayati sebagai mitra tuturnya untuk mengurungkan niatnya meminjam uang kepada Zainuddin.
Tindak tutur yang terdapat dalam tuturan tersebut ialah tindak tutur direktif karena tuturan
tersebut memperlihatkan usaha penutur agar mitra tuturnya melakukan sesuatu. Tindak tutur
tersebut termasuk ke dalam kategori verba menentang.
Data Dialog Percakapan 17.
(1) Aziz : Saudara Zainuddin, budi baik saudara sangat besar. Seminggu saya sakit, sudah
sebulan saya dan istri saya saudara izinkan menumpang di sini. Daif benar saya
sekarang, tak ada balasan budi saya hanya memohon pada Tuhan agar jasa
saudara tertulis pada sisinya.
(2) Zainuddin : Itu bukan jasa, hanya kewajiban seorang sahabat pada sahabatnya. Apalagi
hidup kita di rantau. Wajib membela satu sama lain.
(3) Aziz : Belum pernah saya membantu saudara, saya hanya selalu menerima.
(4)Zainuddin : Belum waktunya, sekarang sedang saya yang sanggup mungkin lain nanti saya
yang ditolong Uda.
(5) Aziz : Terlalu baik saudara.
(6) Zainuddin : Yang baik hanya Tuhan.
(7) Aziz : Begini saudara, saya akan segera pergi dari hari ini. saya akan cari kerja lagi di
kota lain, malu menumpang dirumah saudara, malu di Surabaya. Kalau saudara