• Tidak ada hasil yang ditemukan

II. TINJAUAN PUSTAKA

5.2 Saran

1. Pengawasan iklan pangan perlu dilanjutkan pada media massa lainnya terutama media elektronik untuk memperoleh gambaran yang utuh terhadap kategori pelanggaran yang paling banyak terjadi. Hal ini berguna untuk memperkuat fungsi pengawasan yang dilakukan baik oleh pemerintah maupun

2. Melakukan pengawasan iklan secara pre market yaitu melakukan penilaian terhadap iklan sebelum beredar/ditayangkan untuk menghindari terjadinya pelanggaran. Disamping hal tersebut juga untuk mengurangi ketidakpedulian produsen terhadap kepentingan konsumen serta kekurangtahuan dari pihak produsen/pengiklan mengenai peraturan perundang-undangan tentang iklan pangan.

3. Melakukan sosialisasi tentang peraturan perundang-undangan iklan pangan kepada konsumen termasuk pengetahuan tentang hak mereka sebagai pengguna produk yang diiklankan serta meningkat kesadaran , pengetahuan dan pendidikan konsumen dalam mengkonsumsi pangan yang dihasilkan produsen.

4. Pemerintah membuat aturan yang jelas terutama pada iklan yang memberikan klaim subyektif, sehingga memberikan kesamaan persepsi dalam menilai suatu iklan akibatnya penilaian lebih bersifat obyektif.

5. Pemerintah dalam hal ini Badan POM hendaknya melakukan pengawasan yang lebih intensif dan menyeluruh.

6. Meningkatkan koordinasi dengan instansi terkait dalam pengawasan iklan pangan.

DAFTAR PUSTAKA

[Depkes] Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1994 Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 386 tahun 1996 tentang Pedoman Periklanan Obat Bebas, Obat Tradisional, Alat Kesehatan, Kosmetika, Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga , Makanan dan Minuman, Jakarta

[Mensesneg RI] Menteri Sekretaris Negara Republik Indonesia. 1996. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 tahun 1996 tentang Pangan. Jakarta: Mensesneg.

[Mensesneg RI] Menteri Sekretaris Negara Republik Indonesia. 1999. Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Jakarta: Mensesneg.

[Mensesneg RI] Menteri Sekretaris Negara Republik Indonesia. 2004. Peraturan Pemerintah Nomor 28 tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan. Jakarta: Mensesneg.

[BPOM] Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2004a. Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor HK. 00.05.52.4321 tahun 2003 tentang Pedoman Umum Pelabelan Produk Pangan. Jakarta: BPOM.

[BPOM] Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2004b. Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor HK. 00.06.51.0475 tahun 2005 tentang Pedoman Pencantuman Informasi Nilai Gizi pada Label Pangan. Jakarta: BPOM.

[BPOM] Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2005. Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor HK. 00.05.1.52.0685 tahun 2005 tentang Ketentuan Pokok Pengawasan Pangan Fungsional. Jakarta: BPOM.

[BPOM] Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2007. Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor HK. 00.06.1.52.6635 tahun 2007 tentang Larangan Pencantuman Informasi Bebas Tambahan Pangan pada Label dan Iklan Pangan. Jakarta: BPOM. [Depkes RI] Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1998. Kumpulan

Peraturan Perundang-Undangan Bidang Makanan dan Minuman. Jakarta:

Depkes RI.

Sumarwan,Ujang. 2006. Peningkatan Kesejahteraan Melalui Pemenuhan Hak atas Informasi. Orasi Guru Besar Tetap Ilmu Perilaku Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor, Bogor

Kurniawan,Hanif. 2008. Kajian Kesesuaian Iklan Produk Pangan di media massa terhadap peraturan perundang-undangan : Studi kasus pada harian Kompas, Republika, Koran Tempo, Pikiran rakyat dan Radar Bogor periode Agustus – Nopember 2007, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor

Nama produk : ……….

Jenis produk : ………..

(lihat kategori pangan )

Jenis media : Cetak/elektrobik/luar ruang

Nama media : ……….

Tanggal terbit media : ………..

No Uraian Ya Tidak Penilaian

(MK/TMK)

Keterangan

I Iklan yang berkaitan dengan gizi, manfaat

kesehatan dan keamanan pangan

1 Apakah iklan pangan yang dicantumkan mencantumkan kata yang bermakna superlatif seperti "superlatif", "paling", "nomor satu",

"top", awalan "ter".

Apabila Ya, berarti iklan tersebut TMK

2 Apakah iklan pangan yang ditayangkan mencantumkan kata " satu-satunya " jika telah

ada produk pembandingnya. Apabila Ya, berarti iklan tersebut TMK

3 Apakah iklan pangan yang ditayangkan mencantumkan kata "jauh lebih " Kata " jauh lebih " kecuali apabila

dibandingkan dengan produknya sendiri dan pernyataan tersebut terukur serta bersifat objektif.

Apabila Ya, apakah dalam iklan tersebut disbanding

kan dengan produknya sendiri atau pernyataan tersebut terukur atau bersifat obyektif. Apabila Ya, iklan tersebut MK

4 Apakah iklan pangan yang ditayangkan mencantumkan kata "Aman "

Kata "aman", "tidak berbahaya", "tidak mengandung risiko" atau "tidak ada efek

samping" tanpa keterangan yang lengkap.

Apabila Ya, apakah tanpa keterangan lengkap. Apabila Ya, iklan tersebut TMK

5 Apakah iklan pangan yang ditayangkan mencantumkan keterangan atau pernyataan bahwa pangan tersebut adalah sumber energi yang unggul dan segera memberikan kekuatan.

Apabila Ya, berarti iklan tersebut TMK

6 Apakah iklan pangan yang ditayangkan mencantumkan kata-kata higienis, sanitasi, Cara Produksi Pangan yang Baik dan hal-hal

Apabila Ya, berarti

mencantumkan keterangan-keterangan yang harus mendapatkan pembuktian secara ilmiah. Contoh : pencantuman DHA, gangliosida, lutein dll.

iklan tersebut TMK kecuali apabila pembuktian itu dapat diper

tanggung jawabkan

8 Apakah iklan pangan yang ditayangkan mencantumkan kata-kata, gambar dan janji-janji/jaminan.

Apabila Ya, berarti iklan tersebut TMK kecuali apabila pembuktian itu dapat dipertanggung jawabkan

9 Apakah iklan pangan yang ditayangkan mencantumkan klaim tanpa bahan tambahan

pangan

Apabila Ya, berarti iklan tersebut TMK

10 Apakah iklan pangan yang ditayangkan mencantumkan bahwa sesuatu pangan dapat menyehatkan dan dapat memulihkan kesehatan.

Apabila Ya, berarti iklan tersebut TMK

11 Apakah iklan pangan yang ditayangkan mencantumkan keterangan-keterangan lain yang dapat menimbulkan gambaran yang menyesatkan pemahaman mengenai pangan yang bersangkutan

Apabila Ya, berarti iklan tersebut TMK

II Iklan Pangan yang mencantumkan keterangan tidak benar dan menyesatkan, berkaitan dengan asal serta sifat bahan pangan

1 Apakah iklan pangan yang ditayangkan mencantumkan klaim " non-kolesterol"

Apabila Ya, iklan pangan tersebut TMK

2 Apakah iklan pangan yang ditayangkan mencantumkan gambar buah, sayuran, daging dan lainnya

Gambar buah, sayuran, daging dan lainnya hanya boleh ditampilkan bila bahan tersebut merupakan bahan utama dalam ingredien pangan tersebut atau apabila berasal dari satu sumber

Contoh :

Gambar tomat dapat digunakan untuk mengiklankan pasta tomat.

Gambar ikan sardin dapat digunakan untuk

mengiklankan sardin kaleng.

Apabila Ya, apakah bahan tersebut merupakan bahan utama. Apabila Ya, iklan tersebut MK

3 Apakah iklan pangan yang ditayangkan mencantumkan kata "alami" ?

Perkataan tersebut hanya boleh digunakan untuk bahan mentah, yang tidak dicampur dan tidak diproses atau produk yang diproses secara fisika tetapi tidak merubah sifat dan

kandungannya.

Apabila Ya, apakah produk tersebut tidak dicampur atau diproses. Apabila Ya, iklan tersebut MK.

mencantumkan kata "Segar"

Perkataan segar hanya boleh digunakan untuk pangan yang tidak diproses, berasal dari suatu bahan dan menggambarkan pangan yang belum mengalami penurunan mutu secara

keseluruhan.

Kata segar juga boleh digunakan dalam kalimat atau ilustrasi yang tidak terkait secara langsung dengan pangan.

Contoh ; susu segar, daging segar, sayur segar Pemakaian kata segar dimaksudkan karena meminum minuman yang dingin.

5 Apakah iklan yang ditayanglan mencantumkan kata "murni" ?

Kata murni hanya boleh digunakan untuk bahan atau produk yang tidak ditambahkan sesuatu apapun.

Contoh : madu murni

Apabila Ya, apakah pada produk tersebut tidak ditambah kan sesuatu apapun. Apabila Ya, iklan pangan tersebut MK

6 Apakah iklan yang ditayangkan mencantumkan kata "Dibuat dari"

Hanya boleh digunakan bila produk yang bersangkutan seluruhnya terdiri dari satu bahan

Contoh : sari buah apel (dibuat dari buah apel)

Apabila Ya, apakah produk tersebut seluruhnya terdiri dari satu bahan. Apabila Ya, iklan pangan tersebut MK.

7 Apakah iklan pangan yang ditayangkan mencantumkan kata "dibuat dengan" atau "berisi"

Bila produk terdiri dari beberapa bahan maka dapat diiklankan " dibuat dengan " atau " berisi ". Diikuti dengan nama bahan.

kata "100 % ?

Kata 100 %, digunakan untuk produk pangan yang tidak ditambahkan/dicampur dengan bahan lain.

Contoh ;

100 % terbuat dari buah apel (sari buah apel).

produk tersebut tidak ditambah

kan/

dicampur dengan bahan lain.

9 Apakah iklan pangan yang ditayangkan mencantumkan teknologi pangan

Teknologi pangan tidak boleh diiklankan atau disangkut pautkan dengan iklan kecuali teknologi tersebut termasuk dalam kelompok jenis pangan dalam kategori pangan.

Apabila Ya, berarti iklan tersebut TMK

III Iklan pangan yang mengarah bahwa pangan seolah-olah sebagai obat

Apakah iklan pangan yang ditayangkanpangan yang mengarah bahwa pangan seolah-olah sebagai obat

Apabila Ya, berarti iklan tersebut TMK

IV Iklan pangan mendiskreditkan atau merendahkan baik secara langsung maupun tidak langsung pangan lain.

Apakah iklan pangan yang ditayangkan mencantumkan klaim yang melecehkan, mendiskreditkan atau merendahkan baik secara langsung maupun tak langsung pangan lain.

Apabila Ya, berarti

iklan tersebut TMK

V Iklan pangan yang mencantumkan logo/pernyataan

1 Apakah iklan pangan yang ditayangkan mencantumkan pernyataan seseorang/testimoni yang menyatakan bahwa pangan berkhasiat dapat menyembuhkan penyakit/berindikasi sebagai obat

Apabila Ya, berarti

pernyataan dan atau menampilkan gambar laboratorium, nama logo atau identitas lembaga, termasuk lembaga yang melakukan analisi dan mengeluarkan sertifikat terhadap pangan.

iklan tersebut TMK

3 Apakah iklan yang ditayangkan mencantumkan logo halal bukan pada label.

Apabila Ya, berarti

iklan tersebut TMK

Hasil penilaian : MK/TMK (sebutkan kategori pelanggarannya)

CONFORMITY ASSESSMENT OF FOOD PRODUCTS

ADVERTISEMENTS IN NEWSPAPER AGAINST LEGISLATION

Case Studies on Ayahbunda, Femina and Kartini Magazine, Nova and

Nakita

In The Period January – December 2009

ABSTRACT

One important aspect of food control is food labeling and advertising control.

In Indonesia, control for the food advertising is done by National Agency of Drug

and Food Control (NADFC).

Based on our data, many adverstisement of food products do not comply with

the formal regulation on labelling and advertising. .

Analysis on 925 advertisements collected, 507 of advertisements (55%) were

comply with the requirement and 418 of advertisements were not comply with the

requirement.

Among 425 of advertisements which were not comply with requirement

complementary breast feeding (50,59%) were the most dominant, followed by soft

drink (13,41%), and milk and its processed product (11,7%).

The most dominant category of violations is an advertisement that containing

incorrect and misleading information related to nutrition, health benefits and food

safety (72,86%).

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pangan merupakan segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah, yang diperuntukkan sebagai konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan atau pembuatan makanan atau minuman (PP No. 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan).

Kebutuhan pangan semakin bertambah seiring jumlah penduduk yang semakin besar. Hal tersebut membawa tuntutan sekaligus keuntungan tersendiri bagi industri pangan agar dapat menghasilkan produk pangan yang beraneka ragam dalam rangka memenuhi kebutuhan konsumen. Hal tersebut mengakibatkan terjadinya persaingan antar industri pangan dalam menghasilkan produk pangan yang dapat disukai dan diterima oleh konsumen.

Salah satu hak konsumen dalam mengkonsumsi suatu produk pangan adalah memperoleh informasi yang benar dan tidak menyesatkan. Terkait hal tersebut, maka iklan produk pangan dituntut untuk dapat memberikan informasi tentang suatu produk pangan secara benar dan tidak menyesatkan.

Produk pangan yang diluncurkan oleh produsen pangan ke pasaran diinformasikan dan diperkenalkan kepada konsumen melalui iklan. Iklan produk sangat penting untuk keberhasilan produk di pasaran, sehingga produsen pangan selalu berkompetisi dalam meningkatkan brand awareness produk pangannya melalui iklan. Iklan merupakan bentuk promosi produk yang ditujukan untuk merangsang perhatian, persepsi, sikap, dan perilaku konsumen sedemikian rupa sehingga konsumen tertarik untuk membeli dan mengkonsumsi produk yang diiklankan (Jamilah, 2003). Iklan adalah salah satu strategi pemasaran setiap perusahaan agar produk dapat cepat dikenal dan diterima masyarakat.

Persaingan yang ketat dalam menampilkan produk pangan agar terlihat sempurna dalam pandangan konsumen sering mengakibatkan pesan atau informasi tentang produk disampaikan secara berlebihan, melanggar etika periklanan, menyesatkan konsumen, atau bahkan mengelabui konsumen dengan

klaim-klaim iklan yang tidak dapat dibuktikan secara ilmiah. Hal-hal inilah yang mengakibatkan terjadinya persaingan tidak sehat dalam industri pangan Indonesia.

Menyadari hal tersebut, maka pengawasan terhadap iklan sangat diperlukan, baik oleh instansi pemerintah yang berwenang dalam penegakan hukum, kredibel dan profesional maupun secara swadaya oleh kelompok masyarakat (Lembaga Swadaya Masyarakat) atau individu sebagai salah satu bentuk pencerdasan konsumen.

Pemerintah telah membuat peraturan perundang-undangan yang terkait dengan iklan pangan antara lain Peraturan Menteri Kesehatan No. 386/MenKes/ SK/IV/1994 Tahun 1994 tentang Pedoman Periklanan Obat Bebas, Obat Tradisional, Alat Kesehatan, Kosmetika, Perbekalan Rumah Tangga dan Makanan – Minuman, Undang-Undang No. 7 Tahun 1996 tentang Pangan, Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, Peraturan Pemerintah No. 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan, serta Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia nomor HK.00.05.52.1831 tentang Pedoman Periklanan Pangan.

Peraturan-peraturan tersebut di atas belum sepenuhnya ditaati oleh produsen pangan dalam membuat iklan produknya. Berdasarkan hasil evaluasi pengawasan iklan produk pangan yang dilakukan di Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Pangan pada tahun 2008, dari iklan pangan yang diamati 691 iklan, 57% yang memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan dan 43% yang tidak memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan. Data pelanggaran iklan tersebut belum mengelompokkan jenis-jenis pelanggaran yang terjadi, sehingga diperlukan penelitian untuk mengevaluasi kesesuaian iklan dengan peraturan yang berlaku, mengevaluasi jenis-jenis pelanggarannya berdasarkan kategori produk pangan.

1.2. Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengevaluasi kesesuaian iklan pangan pada media cetak dengan peraturan perundang-undangan.

3. Mengevaluasi karakteristik pelanggaran iklan pada beberapa kategori produk pangan.

1.3. Manfaat

Kajian terhadap kesesuaian iklan pangan dengan peraturan perundang-undangan beserta jenis pelanggaran serta karakteristik pelanggarannya ini diharapkan mampu memberikan edukasi bagi masyarakat umum agar lebih bersikap kritis terhadap iklan pangan yang ditayangkan. Kajian ini juga dapat menjadi masukan bagi pemerintah untuk lebih meningkatkan pengawasan terhadap iklan pangan serta bagi produsen pangan agar mampu menyajikan iklan-iklan pangan secara benar dan tidak menyesatkankonsumen.

1.4. Ruang Lingkup dan Batasan

Dalam kajian ini dipilih media cetak karena media cetak merupakan sumber media terbesar dalam pemantauan iklan pangan dan media cetak merupakan media utama dalam periklanan pangan serta pemantauan di media cetak lebih mudah dilakukan dibandingkan jenis media lainnya.

II . TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Iklan

Kleppner (1986) menyatakan bahwa iklan (advertisement) berasal dari bahasa latin ad-vere berarti menyampaikan pikiran dan gagasan pada pihak lain. Pengertian iklan tersebut merupakan pengertian komunikasi satu arah. Proses komunikasi ini penting sebagai alat pemasaran untuk membantu menjual barang, memberi ide-ide melalui saluran tertentu dalam bentuk informasi persuasif.

Iklan adalah setiap bentuk komunikasi yang dimaksudkan untuk memotivasi seorang pembeli potensial dalam mempromosikan penjualan suatu produk atau jasa, untuk mempengaruhi pendapat publik, memenangkan dukungan publik untuk berpikir atau bertindak sesuai dengan keinginan para pemasang atau pembuatnya (Pattis, 1993).

Menurut Undang-undang Pangan nomor 7 tahun 1996, iklan pangan adalah setiap keterangan atau pernyataan mengenai pangan dalam bentuk gambar, tulisan atau bentuk lain yang dilakukan dengan berbagai cara untuk pemasaran atau perdagangan pangan. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 69 tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan, iklan pangan adalah setiap keterangan atau pernyataan mengenai pangan dalam bentuk gambar, tulisan, atau bentuk lain yang dilakukan dengan berbagai cara untuk pemasaran atau perdagangan.

Sidang Codex Committee on Food Labelling (CCFL) ke 35 bulan Mei 2007 menyimpulkan bahwa iklan adalah segala bentuk komunikasi komersial kepada masyarakat yang dilakukan dengan berbagai cara kecuali label pangan, dalam rangka meningkatkan secara langsung atau tidak langsung penjualan atau konsumsi suatu pangan dengan menggunakan klaim gizi dan klaim kesehatan.

Dari perspektif perlindungan konsumen, iklan merupakan sumber informasi tentang produk yang harus dapat dibuktikan kebenarannya. Informasi yang salah atau tidak sesuai dengan kenyataan dalam iklan yang disebarkan dapat dituntut (Sukmaningsih, 1997).

2.2. Sasaran, Tujuan dan Jenis Iklan

Iklan digunakan oleh perusahaan untuk komunikasi langsung dalam rangka meyakinkan publik agar tercapai target penjualan. Tujuan atau sasaran iklan dapat diklasifikasikan berdasarkan maksud yang diinginkan, yaitu untuk memberi informasi (periklanan informatif), untuk menyakinkan (periklanan persuasif) dan untuk memberikan peringatan (periklanan mengingatkan). Periklanan Informatif adalah periklanan yang memberitahu tentang produk baru, menjelaskan kegunaan suatu produk, memberitahukan perubahan harga pada pasar, menjelaskan bagaimana bekerjanya suatu produk, menjelaskan jasa-jasa yang tersedia, dan memperbaiki kesan yang keliru dan membangun citra perusahaan. Periklanan persuasif adalah periklanan yang mendorong konsumen beralih merek ke merek yang diiklankan, mengubah persepsi pelanggan mengenai atribut produk dan menyakinkan pelanggan untuk membeli pada waktu sekarang serta kunjungan penjualan. Periklanan mengingatkan adalah periklanan yang mempertahankan ingatan pelanggan, mengingatkan merek dimana membelinya, membuat mereka tetap ingat selama masa bukan musimnya dan mengingatkan pelanggan bahwa produk tersebut mungkin dibutuhkan dalam waktu dekat.

Engel dkk (1995) membagi iklan atas tiga bagian berdasarkan keberpihakan pesan yaitu: (1) iklan informasional, yaitu iklan yang pesannya bersifat memberikan informasi; (2) iklan komparatif, yaitu iklan yang pesannya berusaha untuk merebut bisnis dari produk yang sudah ada; (3) iklan transformasional, yaitu iklan yang pesannya berusaha membuat pengalaman produk lebih kaya dan lebih hangat daripada yang diperoleh semata-mata dari uraian obyektif dari merek yang diiklankan.

2.3.Media Iklan

Ada dua media yang sering digunakan untuk menyampaikan pesan iklan, yaitu media lini atas dan media lini bawah. Media lini atas terdiri dari media cetak dan media eletronik atau biasa disebut dengan media massa dan media luar ruang. Media lini bawah terdiri dari atas pameran, direct mail, point of purchase (Zulkarnaen, 1993).

Media massa biasanya menjadi perhatian utama untuk digunakan sebagai media iklan, walaupun tidak menutup kemungkinan digunakannya media lain sebagai penunjang atau pelengkap iklan di media massa. Jangkauan media massa lebih luas dan lebih berkembang ke arah spesialis khalayak. Dengan demikian pengiklan lebih mudah merencanakan dan mengoptimalkan penggunaan media massa (Susilo, 1993).

Jenis media utama berdasarkan urutan volume periklanan adalah surat kabar, televisi, surat langsung (brosur), radio, majalah dan media luar ruangan. Masing-masing jenis media tersebut mempunyai keunggulan dan kelemahan tertentu. Pilihan ditentukan berdasarkan beberapa pertimbangan seperti kebiasaan media, audiens sasaran, produk, pesan dan biaya (Kolter dan Amstrong, 1996).

2.4. Klaim Iklan

Klaim adalah pernyataan mengenai kelebihan relatif suatu poduk dibandingkan pesaingnya. Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan, pernyataan (klaim) manfaat kesehatan adalah pernyataan bahwa produk pangan tertentu mengandung zat gizi dan atau zat non-gizi tertentu yang bermanfaat jika dikonsumsi atau tidak boleh bagi kelompok tertentu, misalnya untuk anak-anak berusia di bawah lima tahun, kelompok usia lanjut, ibu hamil, dan menyusui, dan sebagainya.

Klaim dapat menjadi sumber informasi bagi konsumen dalam menentukan pilihan. Studi oleh Berney-Reddish dan Areni (2006) menunjukkan bahwa pengaruh adanya klaim pada produk berbeda antara pria dan wanita, dimana wanita cenderung untuk lebih menerima perbedaan klaim dalam iklan jika dibandingkan pria. Hal tersebut dapat diakibatkan oleh ambang pengolahan informasi wanita yang lebih rendah dan wanita lebih sensitif terhadap penggunaan kalimat dalam pesan. Hal ini lebih ditegaskan oleh Tias (2005) yang menyatakan bahwa sebanyak 82% pengambil keputusan pembelian susu formula adalah ibu (wanita).

pada kesesuaiannya dengan Nutrition Labelling of Singapore serta Keputusan Dirjen POM No. 0202664/B/SK/VIII/1991 tentang Persyaratan Mutu Pengganti ASI. Hasilnya menunjukkan bahwa terdapat 1/6 dari produk yang diteliti memiliki klaim gizi yang tidak benar.

Dengan semakin ketatnya persaingan antar produsen, berbagai cara dilakukan termasuk pencantuman klaim yang dapat mengelabui konsumen. Iklan sering dijadikan media klaim atas sesuatu tanpa bukti. Ada empat jenis klaim yang digunakan untuk mengelabui konsumen, yaitu (1) Klaim yang tampak objektif; seperti klaim tentang kandungan gizi tertentu dalam suatu produk pangan yang harus dibuktikan melalui pengujian atau dibandingkan dengan standar yang telah ada; (2) Klaim yang subjektif, seperti klaim yang menampilkan persepsi individu (kesukaan, pilihan, kepercayaan) yang mungkin menghasilkan tafsiran berbeda antar individu, klaim seperti ini sukar dibuktikan; (3) Klaim yang mendua, yaitu suatu klaim yang menampilkan dua sisi pesan yang bersifat pro dan kontra (sebagian benar dan sebagian salah); dan (4) Tidak mempunyai dasar, yaitu tidak didukung oleh logika sehingga klaim yang dibuat hanya ditujukan untuk kepentingan promosi yang lebih mengutamakan segi persuasi dibanding segi informasinya (Sumarwan, 2006).

Menurut (Sumarwan, 2006), berdasarkan pada kebenaran informasi atau klaimnya, iklan dapat dibagi menjadi (1) Literal truth atau kebenaran sesungguhnya, yaitu klaim produk yang didukung oleh fakta secara objektif, (2)

True Impression advertising, yaitu iklan yang memberikan informasi yang benar

namun dapat menimbulkan kesan yang keliru di benak konsumen, (3) Discernible

exaggregation, yaitu iklan yang berlebihan atau tidak didukung oleh fakta, (4)

False impression advertising, yaitu iklan yang secara sengaja atau tidak sengaja

menciptakan salah impresi/ kesan di benak konsumen.

2.5. Peraturan-peraturan yang terkait dengan pelanggaran Iklan Pangan

Tinjauan pustaka terhadap peraturan perundang-undangan berikut dibagi berdasarkan kategori pelanggaran, yaitu (1) iklan yang mencantumkan keterangan

Dokumen terkait