• Tidak ada hasil yang ditemukan

Conformity Assessment Of Food Products Advertisements In Newspaper Against Legislation

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Conformity Assessment Of Food Products Advertisements In Newspaper Against Legislation"

Copied!
120
0
0

Teks penuh

(1)

PERUNDANG-UNDANGAN YANG BERLAKU

Studi Kasus Pada Majalah AyahBunda, Femina dan Kartini

Serta Tabloid Nova dan Nakita pada

Periode Penerbitan Januari-Desember 2009

DINI GARDENIA

(2)

Dengan ini saya menyatakan bahwa tugas akhir Kajian Kesesuaian Iklan

Produk Pangan di Media Cetak Terhadap Peraturan Perundang-undangan adalah

karya saya sendiri dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan

dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang

berasal atau dikut ip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan

dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar

Pustaka di bagian akhir laporan tugas akhir ini.

Bogor, Oktober 2010

(3)

CONFORMITY ASSESSMENT OF FOOD PRODUCTS

ADVERTISEMENTS IN NEWSPAPER AGAINST LEGISLATION

Case Studies on Ayahbunda, Femina and Kartini Magazine, Nova and

Nakita

In The Period January – December 2009

ABSTRACT

One important aspect of food control is food labeling and advertising control.

In Indonesia, control for the food advertising is done by National Agency of Drug

and Food Control (NADFC).

Based on our data, many adverstisement of food products do not comply with

the formal regulation on labelling and advertising. .

Analysis on 925 advertisements collected, 507 of advertisements (55%) were

comply with the requirement and 418 of advertisements were not comply with the

requirement.

Among 425 of advertisements which were not comply with requirement

complementary breast feeding (50,59%) were the most dominant, followed by soft

drink (13,41%), and milk and its processed product (11,7%).

(4)

Januari – Desember 2009. Tugas Akhir. Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian

Bogor. Di bawah bimbingan Prof.Dr.Ir. Purwiyatno Hariyadi,M.Sc dan Dr.Ir. Feri

Kusnandar,M.Sc.

RINGKASAN

Salah satu hak konsumen dalam mengkonsumsi suatu produk pangan

adalah memperoleh informasi yang benar dan tidak menyesatkan. Terkait hal

tersebut, iklan produk pangan dituntut untuk memberikan informasi tentang suatu

produk secara benar dan tidak menyesatkan.

Kebutuhan pangan semakin bertambah seiring jumlah penduduk yang

semakin besar. Hal tersebut membawa tuntutan sekaligus keuntungan tersendiri

bagi industri pangan agar dapat menghasilkan produk pangan yang beraneka

ragam dalam rangka memenuhi kebutuhan

konsumen.

Hal tersebut

mengakibatkan persaingan antar industri pangan yang selalu terjadi dalam

menghasilkan produk pangan yang dapat disukai dan diterima oleh konsumen.

Produk pangan yang diluncurkan oleh produsen ke pasar kemudian

diinformasikan dan diperkenalkan kepada konsumen melalui iklan. Oleh karena

itu, produsen pangan selalu berkompetisi dalam meningkatkan

brand awareness

produk pangannya melalui iklan. Iklan dalam kedudukannya adalah sebagai usaha

promosi produk yang ditujukan untuk merangsang perhatian, persepsi, sikap, dan

perilaku konsumen sedemikian rupa sehingga konsumen tertarik untuk membeli

dan mengkonsumsi produk yang diiklankan. Iklan merupakan salah satu strategi

pemasaran setiap perusahaan, agar produk dapat cepat dikenal dan diterima

masyarakat.

Persaingan yang ketat dalam menampilkan produk pangan agar terlihat

sempurna dalam pandangan konsumen sering mengakibatkan pesan atau

informasi tentang produk disampaikan secara berlebihan, melanggar etika

periklanan, membingungkan konsumen, atau bahkan mengelabui konsumen

dengan klaim-klaim iklan yang tidak dapat dibuktikan secara ilmiah. Hal-hal

inilah yang mengakibatkan persaingan tidak sehat dalam industri pangan

Indonesia.

(5)

Dari 425 iklan pangan yang tidak memenuhi ketentuan yang berlaku,

tersebar pada : kategori coklat,kopi, teh (0,94%), kategori kelapa dan hasil

olahnya (0,71%), kategori minyak dan lemak (3,76%), kategori minuman serbuk

(5,88%), kategori minuman ringan (13,41%), kategori jem dan sejenisnya

(2,12%), kategori air minum dalam kemasan (0%), kategori ikan dan hasil

olahnya (1.88%), kategori gula, madu dan kembang gula (0,47%), kategori daging

dan hasil olahnya (1,18%), kategori minuman sereal (2,82%), kategori makanan

diet khusus (0,71%), kategori tepung dan hasil olahnya (1,88%), kategori bumbu

dan rempah(1,88%), kategori susu dan hasil olahnya (11,76%), serta kategori

makanan bayi dan anak (50,59%).

Kategori pelanggaran yang paling mendominasi adalah iklan yang

mencantumkan keterangan tidak benar dan menyesatkan berhubungan dengan

gizi, manfaat kesehatan dan keamanan pangan sebesar 72.86%, mencantumkan

logo/pernyataan sebesar 12.14%, mengiklankan pangan yang mengarah bahwa

pangan seolah-olah sebagai obat sebesar 5.71%, mencantumkan keterangan tidak

benar dan menyesatkan, berkaitan dengan proses dan asal serta sifat bahan pangan

sebesar 5.24% dan mendiskreditkan atau merendahkan baik secara langsung

maupun tidak langsung pangan lain sebesar 4.05%.

Kategori pelanggaran pada kategori

pangan yang banyak melakukan

pelanggaran yaitu kategori makanan bayi dan anak serta susu dan hasil olahnya

kategori pelanggarannya adalah mencantumkan keterangan tidak benar dan

menyesatkan, berhubungan dengan gizi, manfaat kesehatan dan keamanan pangan

karena

mencantumkan

keterangan-keterangan

yang

harus

mendapatkan

pembuktian secara ilmiah, sedangkan untuk kategori minuman ringan kategori

pelanggarannya adalah mencantumkan keterangan tidak benar dan menyesatkan,

berkaitan dengan proses dan asal serta sifat bahan pangan karena mencantumkan

kata "murni".

@ Hak Cipta milik IPB, tahun 2010

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

(6)

KAJIAN KESESUAIAN IKLAN PRODUK PANGAN

DI MEDIA CETAK TERHADAP

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG BERLAKU

Studi Kasus Pada Majalah AyahBunda, Femina dan Kartini

serta Tabloid Nova dan Nakita pada

(7)

Tugas Akhir

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesi

pada Program Studi Teknologi Pangan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2010

(8)
(9)

Nomor Pokok

: F252050035

Program Studi

: Teknologi Pangan

Menyetujui

Komisi Pembimbing

Prof.Dr.Ir.Purwiyatno Hariyadi,M.Sc

Ketua

Anggota

Dr.Ir.Feri Kusnandar,M.Sc

Diketahui

Ketua Program Studi

Direktur Pasca Sarjana

Teknologi Pangan

Dr.Ir.Lilis Nuraida,M,Sc

Prof.Dr.Ir.Khairil Anwar Notodiputro,MS

(10)

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan

rahmat dan hidayah-Nya kepada kami sehingga laporan tugas akhir ini dapat

diselesaikan. Laporan tesis Kajian Kesesuaian Iklan Produk Pangan di Media

Cetak terhadap Peraturan Perundang-undangan disusun sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Magister Profesional pada Program Studi Teknologi

Pangan, Sekolah Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor.

Penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1.

Prof.Dr.Ir. Purwiyatno Hariyadi,M.Sc dan Bapak Dr.Ir.Feri Kusnandar,M.Sc

selaku Ketua dan Anggota Komisi Pembimbing atas bimbingan dan arahannya

selama proses penyusunan tesis ini hingga selesai.

2.

Dr.Ir.Dahrul Syah sebagai dosen penguji.

3.

Badan Pengawas Obat dan Makanan yang telah memberikan beasiswa kepada

penulis untuk melanjutkan pendidikan pada sekolah pascasarjana.

4.

Ibu. Dra. Dewi Prawitasari,Apt,M.Kes, selaku Direktur Inspeksi dan

Sertifikasi Pangan yang telah memberikan ijin dan dukungan melakukan

kajian pada Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Pangan.

5.

Ibu Kasubdit di lingkungan Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Pangan, Badan

POM atas dukungan dalam memberi semangat untuk penyelesaian tugas akhir

ini.

6.

Rekan-rekan di Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Pangan yang selalu

memberikan dukungan semangat untuk penyelesaian tesis ini.

7.

Ibu Tika, sebagai asisten koordinator Program Studi Magister Profesi

Teknologi Pangan yang selalu membantu pelaksanaan sidang komisi dan

memberikan dukungan semangat untuk penyelesaian tugas akhir ini.

8.

Keluarga tercinta yang selalu memberikan dukungan baik moril maupun

materiil dalam penyelesaian tugas akhir ini.

9.

Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tugas akhir

ini.

Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini tidak luput dari berbagai

kekurangan. Penulis juga berharap tesis ini dapat memberikan dukungan

kontribusi pemikiran dan manfaat bagi semua pihak yang berkepentingan dan

memerlukannya.

Bogor, Oktober 2010

(11)
(12)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR GAMBAR

. ... ...iii

DAFTAR TABEL

... iv

DAFTAR LAMPIRAN

... vi

I.

PENDAHULUAN

... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan ... ...2

1.3 Manfaat ... ...3

1.4 Ruang Lingkup dan Batasan ... ...3

II.

TINJAUAN PUSTAKA

... 4

2.1 Pengertian Iklan ... ... ...4

2.2 Sasaran, Tujuan dan Jenis Iklan ... 5

2.3 Media Iklan ... 5

2.4 Klaim iklan ... 6

2.5 Peraturan perundang-undang yang berkaitan dengan pelanggaran . ...7

2.6 Etika Pariwara Indonesia...11

III

METODE PENELITIAN

... 13

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 13

3.2 Bahan dan Alat ... 13

3.3 Metode ... 13

IV

HASIL DAN PEMBAHASAN ...

17

4.1 Sebaran iklan pangan pada nama media cetak... 17

4.2 Sebaran Iklan Berdasarkan Kategori Pangan ... 17

4.3 Sebaran Iklan Pangan Berdasarkan Kesesuaian terhadap peraturan

perundang-undangan... 18

4.4 Sebaran iklan pangan yang tidak memenuhi ketentuan yang ...

berlaku...19

4.5

Sebaran berdasarkan kategori pelanggaran iklan ... 20

(13)

V

KESIMPULAN DAN SARAN

... 41

5.1 Kesimpulan ... 41

5.2 Saran ... 42

DAFTAR PUSTAKA

... 44

(14)

DAFTAR TABEL

Halaman

1.

Kategori pelanggaran yang digunakan untuk mengevalusi

iklan pangan ………..

14

2.

Sebaran pelanggaran iklan pangan yang mencantumkan

keterangan yang tidak benar dan menyesatkan berhubungan

dengan gizi, manfaat kesehatan dan keamanan pangan.

(Kategori pelanggaran I) ...

21

3.

Contoh pelanggaran yang termasuk kategori mencantumkan

keterangan-keterangan yang harus mendapatkan pembuktian

secara ilmiah ...

24

4.

Contoh pelanggaran yang termasuk kategori

mencantumkan

keterangan-keterangan lain yang dapat menimbulkan

gambaran yang menyesatkan pemahaman mengenai pangan

yang bersangkutan ...

24

5.

Contoh pelanggaran yang termasuk kategori mencantumkan

kata-kata, gambar dan memberikan janji/jaminan ...

24

6.

Contoh pelanggaran yang termasuk kategori

mencantumkan

kata-kata higienis, sanitasi,CPPB, dan lain-lain yang sudah

merupakan keharusan dalam proses produksi pangan...

25

7.

Contoh pelanggaran yang termasuk

kategori

mencantumkan

kalimat "tanpa bahan pengawet"...

25

8.

Sebaran pelanggaran iklan pangan yang mencantumkan

keterangan tidak benar dan menyesatkan, berkaitan dengan

proses dan asal serta sifat bahan pangan. (Kategori

pelanggaran II)...

26

9

Contoh pelanggaran yang mencantumkan mencantumkan kata

"murni" ...

27

10 Contoh pelanggaran yang mencantumkan teknologi pangan ...

28

11 Contoh pelanggaran yang mengiklankan pangan yang

mengarah bahwa pangan seolah-olah sebagai obat ...

28

12 Contoh pelanggaran yang mendiskreditkan atau merendahkan

baik secara langsung maupun tidak langsung pangan lain...

29

13 Sebaran pelanggaran iklan pangan yang mencantumkan

logo/pernyataan (Kategori pelanggaran V) ...

(15)

Halaman

14 Contoh pelanggaran yang mencantumkan

pernyataan

seseorang/testimoni ...

30

15 Contoh pelanggaran yang mencantumkan pernyataan dan atau

menampilkan gambar laboratorium, nama logo atau identitas

lembaga, termasuk lembaga yang melakukan analisis dan

mengeluarkan sertifikat terhadap pangan ...

31

16 Contoh pelanggaran yang mencantumkan

logo halal bukan

pada label...

31

17 Sebaran kategori pelanggaran pada kategori Coklat , kopi,

t e h ...

32

18 Sebaran kategori pelanggaran pada kategori kelapa dan hasil

olahnya ...

33

19 Sebaran kategori pelanggaran pada kategori minyak dan

lemak...

33

20 Sebaran kategori pelanggaran pada kategori minuman serbuk

34

21 Sebaran kategori pelanggaran pada kategori minuman ringan

34

22 Sebaran kategori pelanggaran pada kategori jem dan

sejenisnya ...

35

23 Sebaran kategori pelanggaran pada kategori ikan dan hasil

olahnya ...

36

24 Sebaran kategori pelanggaran pada kategori gula, madu dan

kembang gula ...

37

25 Sebaran kategori pelanggaran pada kategori daging dan hasil

olahnya ...

37

26 Sebaran kategori pelanggaran pada kategori minuman sereal

37

27 Sebaran kategori pelanggaran pada kategori makanan diet

khusus ...

38

28 Sebaran kategori pelanggaran pada tepung dan hasil olahnya

38

29 Sebaran kategori pelanggaran pada kategori bumbu dan

rempah ...

39

30 Sebaran kategori pelanggaran pada kategori susu dan hasil

olahnya ...

39

31 Sebaran kategori pelanggaran pada kategori makanan bayi

dan anak ...

(16)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1.

Persentase iklan pangan pada lima media cetak (tabloid dan

majalah) ...

17

2.

Kesesuaian Iklan Pangan dalam lima media cetak terhadap Peraturan Perundang-undangan ………..

18

3.

Sebaran

kategori

pangan

berdasarkan

kesesuaian

terhadap peraturan perundang-undangan...

19

4.

Frekuensi Pelanggaran Iklan Pangan berdasarkan kategori

pelanggarannya ...

20

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Form penilaian iklan pangan ………

46

2. Contoh iklan pangan yang tidak memenuhi ketentuan

peraturanperundang-undangan ………

52

3. Contoh iklan pangan yang memenuhi ketentuan peraturan

perundang-undangan...

(18)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pangan merupakan segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air,

baik yang diolah, yang diperuntukkan sebagai konsumsi manusia, termasuk bahan

tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lain yang digunakan dalam

proses penyiapan, pengolahan, dan atau pembuatan makanan atau minuman (PP

No. 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan).

Kebutuhan pangan semakin bertambah seiring jumlah penduduk yang

semakin besar. Hal tersebut membawa tuntutan sekaligus keuntungan tersendiri

bagi industri pangan agar dapat menghasilkan produk pangan yang beraneka

ragam dalam rangka memenuhi kebutuhan konsumen. Hal tersebut

mengakibatkan terjadinya persaingan antar industri pangan dalam menghasilkan

produk pangan yang dapat disukai dan diterima oleh konsumen.

Salah satu hak konsumen dalam mengkonsumsi suatu produk pangan adalah

memperoleh informasi yang benar dan tidak menyesatkan. Terkait hal tersebut,

maka iklan produk pangan dituntut untuk dapat memberikan informasi tentang

suatu produk pangan secara benar dan tidak menyesatkan.

Produk pangan yang diluncurkan oleh produsen pangan ke pasaran

diinformasikan dan diperkenalkan kepada konsumen melalui iklan. Iklan produk

sangat penting untuk keberhasilan produk di pasaran, sehingga produsen pangan

selalu berkompetisi dalam meningkatkan brand awareness produk pangannya

melalui iklan. Iklan merupakan bentuk promosi produk yang ditujukan untuk

merangsang perhatian, persepsi, sikap, dan perilaku konsumen sedemikian rupa

sehingga konsumen tertarik untuk membeli dan mengkonsumsi produk yang

diiklankan (Jamilah, 2003). Iklan adalah salah satu strategi pemasaran setiap

perusahaan agar produk dapat cepat dikenal dan diterima masyarakat.

Persaingan yang ketat dalam menampilkan produk pangan agar terlihat

sempurna dalam pandangan konsumen sering mengakibatkan pesan atau

informasi tentang produk disampaikan secara berlebihan, melanggar etika

(19)

klaim-klaim iklan yang tidak dapat dibuktikan secara ilmiah. Hal-hal inilah yang

mengakibatkan terjadinya persaingan tidak sehat dalam industri pangan Indonesia.

Menyadari hal tersebut, maka pengawasan terhadap iklan sangat diperlukan,

baik oleh instansi pemerintah yang berwenang dalam penegakan hukum, kredibel

dan profesional maupun secara swadaya oleh kelompok masyarakat (Lembaga

Swadaya Masyarakat) atau individu sebagai salah satu bentuk pencerdasan

konsumen.

Pemerintah telah membuat peraturan perundang-undangan yang terkait

dengan iklan pangan antara lain Peraturan Menteri Kesehatan No. 386/MenKes/

SK/IV/1994 Tahun 1994 tentang Pedoman Periklanan Obat Bebas, Obat

Tradisional, Alat Kesehatan, Kosmetika, Perbekalan Rumah Tangga dan Makanan

– Minuman, Undang-Undang No. 7 Tahun 1996 tentang Pangan, Undang-Undang

No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, Peraturan Pemerintah No. 69

Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan, serta Peraturan Kepala Badan

Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia nomor HK.00.05.52.1831

tentang Pedoman Periklanan Pangan.

Peraturan-peraturan tersebut di atas belum sepenuhnya ditaati oleh produsen

pangan dalam membuat iklan produknya. Berdasarkan hasil evaluasi pengawasan

iklan produk pangan yang dilakukan di Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Pangan

pada tahun 2008, dari iklan pangan yang diamati 691 iklan, 57% yang memenuhi

ketentuan peraturan perundang-undangan dan 43% yang tidak memenuhi

ketentuan peraturan perundang-undangan. Data pelanggaran iklan tersebut belum

mengelompokkan jenis-jenis pelanggaran yang terjadi, sehingga diperlukan

penelitian untuk mengevaluasi kesesuaian iklan dengan peraturan yang berlaku,

mengevaluasi jenis-jenis pelanggarannya berdasarkan kategori produk pangan.

1.2. Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengevaluasi kesesuaian iklan pangan pada media cetak dengan peraturan

(20)

3. Mengevaluasi karakteristik pelanggaran iklan pada beberapa kategori produk

pangan.

1.3. Manfaat

Kajian terhadap kesesuaian iklan pangan dengan peraturan

perundang-undangan beserta jenis pelanggaran serta karakteristik pelanggarannya ini

diharapkan mampu memberikan edukasi bagi masyarakat umum agar lebih

bersikap kritis terhadap iklan pangan yang ditayangkan. Kajian ini juga dapat

menjadi masukan bagi pemerintah untuk lebih meningkatkan pengawasan

terhadap iklan pangan serta bagi produsen pangan agar mampu menyajikan

iklan-iklan pangan secara benar dan tidak menyesatkankonsumen.

1.4. Ruang Lingkup dan Batasan

Dalam kajian ini dipilih media cetak karena media cetak merupakan sumber

media terbesar dalam pemantauan iklan pangan dan media cetak merupakan

media utama dalam periklanan pangan serta pemantauan di media cetak lebih

(21)

II . TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Iklan

Kleppner (1986) menyatakan bahwa iklan (advertisement) berasal dari

bahasa latin ad-vere berarti menyampaikan pikiran dan gagasan pada pihak lain.

Pengertian iklan tersebut merupakan pengertian komunikasi satu arah. Proses

komunikasi ini penting sebagai alat pemasaran untuk membantu menjual barang,

memberi ide-ide melalui saluran tertentu dalam bentuk informasi persuasif.

Iklan adalah setiap bentuk komunikasi yang dimaksudkan untuk memotivasi

seorang pembeli potensial dalam mempromosikan penjualan suatu produk atau

jasa, untuk mempengaruhi pendapat publik, memenangkan dukungan publik

untuk berpikir atau bertindak sesuai dengan keinginan para pemasang atau

pembuatnya (Pattis, 1993).

Menurut Undang-undang Pangan nomor 7 tahun 1996, iklan pangan adalah

setiap keterangan atau pernyataan mengenai pangan dalam bentuk gambar, tulisan

atau bentuk lain yang dilakukan dengan berbagai cara untuk pemasaran atau

perdagangan pangan. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 69 tahun 1999

tentang Label dan Iklan Pangan, iklan pangan adalah setiap keterangan atau

pernyataan mengenai pangan dalam bentuk gambar, tulisan, atau bentuk lain yang

dilakukan dengan berbagai cara untuk pemasaran atau perdagangan.

Sidang Codex Committee on Food Labelling (CCFL) ke 35 bulan Mei 2007

menyimpulkan bahwa iklan adalah segala bentuk komunikasi komersial kepada

masyarakat yang dilakukan dengan berbagai cara kecuali label pangan, dalam

rangka meningkatkan secara langsung atau tidak langsung penjualan atau

konsumsi suatu pangan dengan menggunakan klaim gizi dan klaim kesehatan.

Dari perspektif perlindungan konsumen, iklan merupakan sumber informasi

tentang produk yang harus dapat dibuktikan kebenarannya. Informasi yang salah

atau tidak sesuai dengan kenyataan dalam iklan yang disebarkan dapat dituntut

(22)

2.2. Sasaran, Tujuan dan Jenis Iklan

Iklan digunakan oleh perusahaan untuk komunikasi langsung dalam rangka

meyakinkan publik agar tercapai target penjualan. Tujuan atau sasaran iklan dapat

diklasifikasikan berdasarkan maksud yang diinginkan, yaitu untuk memberi

informasi (periklanan informatif), untuk menyakinkan (periklanan persuasif) dan

untuk memberikan peringatan (periklanan mengingatkan). Periklanan Informatif

adalah periklanan yang memberitahu tentang produk baru, menjelaskan kegunaan

suatu produk, memberitahukan perubahan harga pada pasar, menjelaskan

bagaimana bekerjanya suatu produk, menjelaskan jasa-jasa yang tersedia, dan

memperbaiki kesan yang keliru dan membangun citra perusahaan. Periklanan

persuasif adalah periklanan yang mendorong konsumen beralih merek ke merek

yang diiklankan, mengubah persepsi pelanggan mengenai atribut produk dan

menyakinkan pelanggan untuk membeli pada waktu sekarang serta kunjungan

penjualan. Periklanan mengingatkan adalah periklanan yang mempertahankan

ingatan pelanggan, mengingatkan merek dimana membelinya, membuat mereka

tetap ingat selama masa bukan musimnya dan mengingatkan pelanggan bahwa

produk tersebut mungkin dibutuhkan dalam waktu dekat.

Engel dkk (1995) membagi iklan atas tiga bagian berdasarkan keberpihakan

pesan yaitu: (1) iklan informasional, yaitu iklan yang pesannya bersifat

memberikan informasi; (2) iklan komparatif, yaitu iklan yang pesannya berusaha

untuk merebut bisnis dari produk yang sudah ada; (3) iklan transformasional,

yaitu iklan yang pesannya berusaha membuat pengalaman produk lebih kaya dan

lebih hangat daripada yang diperoleh semata-mata dari uraian obyektif dari merek

yang diiklankan.

2.3.Media Iklan

Ada dua media yang sering digunakan untuk menyampaikan pesan iklan,

yaitu media lini atas dan media lini bawah. Media lini atas terdiri dari media cetak

dan media eletronik atau biasa disebut dengan media massa dan media luar ruang.

Media lini bawah terdiri dari atas pameran, direct mail, point of purchase

(23)

Media massa biasanya menjadi perhatian utama untuk digunakan sebagai

media iklan, walaupun tidak menutup kemungkinan digunakannya media lain

sebagai penunjang atau pelengkap iklan di media massa. Jangkauan media massa

lebih luas dan lebih berkembang ke arah spesialis khalayak. Dengan demikian

pengiklan lebih mudah merencanakan dan mengoptimalkan penggunaan media

massa (Susilo, 1993).

Jenis media utama berdasarkan urutan volume periklanan adalah surat

kabar, televisi, surat langsung (brosur), radio, majalah dan media luar ruangan.

Masing-masing jenis media tersebut mempunyai keunggulan dan kelemahan

tertentu. Pilihan ditentukan berdasarkan beberapa pertimbangan seperti kebiasaan

media, audiens sasaran, produk, pesan dan biaya (Kolter dan Amstrong, 1996).

2.4. Klaim Iklan

Klaim adalah pernyataan mengenai kelebihan relatif suatu poduk

dibandingkan pesaingnya. Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.

69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan, pernyataan (klaim) manfaat

kesehatan adalah pernyataan bahwa produk pangan tertentu mengandung zat gizi

dan atau zat non-gizi tertentu yang bermanfaat jika dikonsumsi atau tidak boleh

bagi kelompok tertentu, misalnya untuk anak-anak berusia di bawah lima tahun,

kelompok usia lanjut, ibu hamil, dan menyusui, dan sebagainya.

Klaim dapat menjadi sumber informasi bagi konsumen dalam menentukan

pilihan. Studi oleh Berney-Reddish dan Areni (2006) menunjukkan bahwa

pengaruh adanya klaim pada produk berbeda antara pria dan wanita, dimana

wanita cenderung untuk lebih menerima perbedaan klaim dalam iklan jika

dibandingkan pria. Hal tersebut dapat diakibatkan oleh ambang pengolahan

informasi wanita yang lebih rendah dan wanita lebih sensitif terhadap penggunaan

kalimat dalam pesan. Hal ini lebih ditegaskan oleh Tias (2005) yang menyatakan

bahwa sebanyak 82% pengambil keputusan pembelian susu formula adalah ibu

(wanita).

(24)

pada kesesuaiannya dengan Nutrition Labelling of Singapore serta Keputusan

Dirjen POM No. 0202664/B/SK/VIII/1991 tentang Persyaratan Mutu Pengganti

ASI. Hasilnya menunjukkan bahwa terdapat 1/6 dari produk yang diteliti memiliki

klaim gizi yang tidak benar.

Dengan semakin ketatnya persaingan antar produsen, berbagai cara

dilakukan termasuk pencantuman klaim yang dapat mengelabui konsumen. Iklan

sering dijadikan media klaim atas sesuatu tanpa bukti. Ada empat jenis klaim yang

digunakan untuk mengelabui konsumen, yaitu (1) Klaim yang tampak objektif;

seperti klaim tentang kandungan gizi tertentu dalam suatu produk pangan yang

harus dibuktikan melalui pengujian atau dibandingkan dengan standar yang telah

ada; (2) Klaim yang subjektif, seperti klaim yang menampilkan persepsi individu

(kesukaan, pilihan, kepercayaan) yang mungkin menghasilkan tafsiran berbeda

antar individu, klaim seperti ini sukar dibuktikan; (3) Klaim yang mendua, yaitu

suatu klaim yang menampilkan dua sisi pesan yang bersifat pro dan kontra

(sebagian benar dan sebagian salah); dan (4) Tidak mempunyai dasar, yaitu tidak

didukung oleh logika sehingga klaim yang dibuat hanya ditujukan untuk

kepentingan promosi yang lebih mengutamakan segi persuasi dibanding segi

informasinya (Sumarwan, 2006).

Menurut (Sumarwan, 2006), berdasarkan pada kebenaran informasi atau

klaimnya, iklan dapat dibagi menjadi (1) Literal truth atau kebenaran

sesungguhnya, yaitu klaim produk yang didukung oleh fakta secara objektif, (2)

True Impression advertising, yaitu iklan yang memberikan informasi yang benar

namun dapat menimbulkan kesan yang keliru di benak konsumen, (3) Discernible

exaggregation, yaitu iklan yang berlebihan atau tidak didukung oleh fakta, (4)

False impression advertising, yaitu iklan yang secara sengaja atau tidak sengaja

menciptakan salah impresi/ kesan di benak konsumen.

2.5. Peraturan-peraturan yang terkait dengan pelanggaran Iklan Pangan

Tinjauan pustaka terhadap peraturan perundang-undangan berikut dibagi

berdasarkan kategori pelanggaran, yaitu (1) iklan yang mencantumkan keterangan

tidak benar dan menyesatkan berhubungan dengan gizi, manfaat kesehatan dan

(25)

menyesatkan berkaitan dengan proses dan asal serta sifat bahan pangan, (3) yang

yang mengarah pada pernyataan baha pangan seolah-olah sebagai obat, (4) iklan

yang mendiskreditkan atau merendahkan baik secara langsung maupun tidak

langsung produk pangan lain. serta (5) ilklan yang mencantumkan logo/

pernyataan.

2.5.1. Larangan iklan pangan yang mencantumkan keterangan tidak benar

dan menyesatkan yang berkaitan dengan gizi, manfaat kesehatan dan

keamanan pangan

Peraturan Kepala Badan POM RI Nomor HK.00.05.52.1831 tanggal 14

April 2008 tentang Pedoman Periklanan Pangan menetapkan kata-kata atau

pernyataan yang tidak boleh digunakan dalam iklan yang berhubungan dengan

gizi, manfaat kesehatan, dan keamanan pangan, yaitu (1) yang bermakna

superlatif seperti “super”, “paling”, “nomor satu”, “top”, awalan “ter-“ (terbaik,

termurni); (2) satu-satunya, jika telah ada produk pembandingnya; (3)

“sehat”,”cerdas”, “pintar” jika terkait dengan sebab dan akibat dari mengkonsumsi

pangan yang diiklankan; dan (4) “aman”, “tidak berbahaya”, “tidak mengandung

risiko” atau “tidak ada efek samping” tanpa keterangan yang lengkap.

Peraturan tersebut juga melarang pencantuman kata higienis, sanitasi, cara

produksi pangan yang baik. Hal ini karena proses higienis, sanitasi dan produksi

pangan yang baik merupakan keharusan dalam proses produksi yang harus

dipenuhi oleh produsen pangan, sehingga tidak boleh diklaim dalam iklan.

Peraturan Pemerintah No. 69 tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan,

pasal 50, melarang iklan yang memuat keterangan bahwa pangan tersebut adalah

sumber energi yang unggul dan segera memberikan kekuatan. Pencantuman klaim

pada zat gizi ARA, DHA, Lutein, Sphingomyelin dan Gangliosida termasuk

kategori pelanggaran iklan yang menyesatkan. Hal tersebut diatur dalam Surat

Kepala Badan POM No. HK.00.05.1.52.3572 tanggal 10 Juli 2008 tentang

Penambahan zat gizi dan non gizi dalam produk pangan pasal 6 yang menyatakan

bahwa dilarang mencantumkan klaim gizi dan klaim kesehatan tentang ARA,

(26)

dilarang atau berbahaya untuk digunakan. Penggunaan Bahan Tambahan Pangan

diperbolehkan sepanjang mengikuti aturan yang ditetapkan Badan POM

menerbitkan Peraturan Kepala Badan POM RI Nomor HK.00.06.1.52.6635

tanggal 27 Agustus 2007 tentang Larangan Pencantuman Informasi Bebas Bahan

Tambahan Pangan pada Label dan Iklan Pangan.

2.5.2. Larangan iklan pangan yang mencantumkan keterangan tidak benar

dan menyesatkan yang berkaitan dengan proses dan asal serta sifat

bahan pangan

Peraturan Menteri Kesehatan No. 386/MenKes/SK/IV/1994 Tahun 1994

tentang Pedoman Periklanan Obat Bebas, Obat Tradisional, Alat Kesehatan,

Kosmetika, Perbekalan Rumah Tangga dan Makanan-minuman mengatur bahwa

iklan makanan harus memberikan informasi yang benar dan tidak menyesatkan.

Penggunaan kalimat, kata-kata, dan pernyataan tentang asal dan sifat bahan

pangan hanya boleh digunakan apabila tidak menyesatkan dan atau menimbulkan

penafsiran yang salah, seperti penggunaan kata ”alami”, “segar”, “murni” dan

“dibuat dari”. Kata “alami” hanya boleh digunakan untuk bahan mentah yang

tidak dicampur dan tidak diproses atau produk yang diproses secara fisik tetapi

tidak merubah sifat dan kandungannya. Kata ”segar” hanya boleh digunakan

untuk pangan yang tidak diproses, berasal dari suatu bahan dan menggambarkan

pangan yang belum mengalami penurunan mutu secara keseluruhan. Kata segar

juga boleh digunakan dalam kalimat atau ilustrasi yang tidak terkait secara

langsung dengan pangan. Kata ”murni” hanya boleh digunakan untuk bahan atau

produk yang tidak ditambahkan sesuatu apapun; Kata ”dibuat dari” hanya boleh

digunakan bila produk yang bersangkutan seluruhnya terdiri dari satu bahan dan

”100%” digunakan untuk produk pangan yang tidak ditambahkan/dicampur

dengan bahan lain. Ketentuan tersebut sesuai dengan Undang-undang RI No. 7

tahun 1996 tentang Pangan pasal 33 ayat 1 yang menyatakan bahwa setiap label

atau iklan tentang yang diperdagangkan harus memuat keterangan mengenai

pangan dengan benar dan tidak menyesatkan. Demikian juga dalam Peraturan

Pemerintah RI No. 69 tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan pasal 44 ayat 1

(27)

memuat keterangan mengenai pangan secara benar dan tidak menyesatkan, baik

dalam bentuk gambar dan atau suara, pernyataan, dan atau bentuk lainnya.

Penggunaan kata yang berlebihan termasuk dalam kategori iklan yang

menyesatkan, karena dapat menyesatkan konsumen. Hal ini diatur dalam

Undang-undang No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen pasal 9 ayat 1

butir j yang menyatakan bahwa pelaku usaha dilarang menawarkan,

mempromosikan, mengiklankan suatu barang dan/atau jasa secara tidak benar,

dan/atau seolah-olah menggunakan kata-kata yang berlebihan, seperti aman, tidak

berbahaya, tidak mengandung risiko atau efek samping tanpa keterangan yang

lengkap.

2.5.3. Larangan iklan pangan yang mengarah bahwa pangan seolah-olah sebagai obat.

Peraturan Menteri Kesehatan No. 386 tahun 1994 tentang Pedoman

Periklanan Obat Bebas, Obat Tradisional, Alat Kesehatan, Kosmetika, Perbekalan

Kesehatan Rumah Tangga dan Makanan dan Minuman mengatur bahwa iklan

makanan tidak boleh mengarah ke pendapat bahwa makanan yang bersangkutan

berkhasiat sebagai obat. Peraturan Pemerintah No. 69 tahun 1999 tentang Label

dan Iklan Pangan pasal 53 juga jelas menyatakan bahwa iklan dilarang memuat

pernyataan atau keterangan bahwa pangan yang bersangkutan dapat berfungsi

sebagai obat.

2.5.4. Larangan iklan pangan yang mendiskreditkan atau merendahkan baik secara langsung maupun tidak langsung pangan lain.

Surat Keputusan Menteri Kesehatan No. 386/ MenKes/SK/IV/1994 tentang

Pedoman Periklanan Makanan dan Minuman bagian Petunjuk Teknis Umum

melarang bahwa makanan yang berlabel gizi seolah-olah mempunyai kelebihan

dbandingkan makanan yang tidak berlabel gizi. Peraturan Pemerintah RI Nomor

69 tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan pasal 47 ayat (1) juga mengatur

(28)

2.5.5. Larangan iklan pangan yang mencantumkan logo/pernyataan

Surat Keputusan Kepala Badan POM No. HK.00.05.52.1831 Pedoman

Periklanan Pangan Bab II Ketentuan Umum Periklanan Pangan No.22 mengatur

bahwa logo yang dilarang untuk ditampilkan dalam iklan adalah logo lembaga

yang mengeluarkan sertifikat/penghargaan. Peraturan tersebut juga melarang

pencantuman pernyataan dan atau menampilkan gambar laboratorium, nama, logo

atau identitas lembaga, termasuk lembaga yang melakukan analisis dan

mengeluarkan sertifikat terhadap pangan.

Permenkes No. 386 tahun 1994 tentang Pedoman Periklanan Makanan dan

Minuman melarang pencantuma kata halal dalam iklan. Hal ini diperkuat dengan

Surat Keputusan Kepala badan POM No. HK. 00.05.52.1831 tanggal 14 April

2008 tentang Pedoman Periklanan Pangan yang menyatakan bahwa penggunaan

tulisan dan atau logo halal dalam iklan hanya dapat ditampilkan berupa label

pangan yang telah mendapat persetujuan pencantuman tulisan dan atau logo halal

dari Badan POM.

2.6. Etika Pariwara Indonesia

Etika Pariwara adalah ketentuan-ketentuan normatif yang menyangkut

profesi dan usaha periklanan yang telah disepakati untuk dihormati, ditaaati dan

ditegakkan oleh semua asosiasi dan lembaga pengembannya. Etika Pariwara

merupakan sistem nilai dan pedoman terpadu tata krama (code of conduct) dan

tata cara (code of practices). Etika Pariwara Indonesia tidak bertentangan dengan

undang-undang dan peraturan perundangan. Jika untuk sesuatu hal ditemui

penafsiran ganda, maka makna undang-undang dan peraturan perundangan yang

dianggap sahih.

Tata krama yang berhubungan iklan pangan diatur dalam pengggunaan

bahasa, yaitu iklan harus disajikan dalam bahasa yang bisa dipahami oleh

khalayak sasarannya dan tidak menggunakan persandian yang dapat menimbulkan

penafsiran selain dari yang dimaksud oleh perancang pesan iklan tersebut. Dalam

ketentuan tersebut juga iklan tidak boleh menggunakan kata-kata superlatif seperti

”paling”, ”nomor satu”, ”top” atau kata-kata berawalan ”ter”, dan atau yang

(29)

dibuktikan dengan pernyataan tertulis dari otoritas terkait atau sumber yang

otentik. Penggunaan kata ”satu-satunya” atau yang bermakna sama juga dilarang

digunakan dalam iklan tanpa secara khas menyebutkan dalam hal apa produk

tersebut menjadi yang satu-satunya dan hal tersebut harus dapat dibuktikan dan

dipertanggungjawabkan. Demikian juga penggunaan kata ”100%”, ”murni”, ”asli”

untuk menyatakan sesuatu kandungan kadar, bobot, tingkat mutu, dan sebagainya

harus dapat dibuktikan dengan pernyataan tertulis dari otoritas terkait atau sumber

otentik.

Penerapan Etika Pariwara Indonesia diberlakukan kepada setiap pelaku

periklanan nasional, baik sebagai individu atau profesional, maupun sebagai

entitas, atau usaha. Pengawasan pelaksanaan Etika Pariwara Indonesia dilakukan

oleh lembaga pemantau, pengamat, atau pengawas periklanan serta masyarakat

luas dan pamong. Penegakan dilakukan oleh Dewan Periklanan Indonesia (DPI)

dengan membentuk organisasi internal yang bertugas khusus untuk itu. Disamping

hal tersebut diatas, peran Dewan Periklanan Indonesia adalah menjalankan

kemitraan dengan pamong dalam membina industri periklanan nasional.

Sebagai bentuk komitmen dalam melindungi konsumen, industri periklanan

mempunyai prinsip yang dinamakan swakarma (self-regulation) atau pengaturan

diri sendiri. Rumusan tentang prinsip tersebut adalah jujur, bertanggung jawab

dan tidak bertentangan dengan hukum negara; sejalan dengan nilai-nilai sosial

budaya masyarakat serta mendorong persaingan, namun dengan cara-cara yang

adil dan sehat.

Etika Pariwara tahun 2005 menyatakan bahwa periklanan harus memenuhi

tiga (3) asas, yaitu (1) jujur dan bertanggung jawab, dimana iklan tidak boleh

menyesatkan, seperti memberikan keterangan yang tidak benar, mengelabui,

memberikan janji yang berlebihan, dan menyalahgunakan kepercayaan dan

merugikan masyarakat, (2) bersaing secara sehat, dimana penggunaan kata-kata

yang berlebihan, perbandingan langsung, merendahkan produk lain baik langsung

maupun tidak langsung dan peniruan harus dihindarkan, (3) melindungi dan

(30)

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilakukan di Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Pangan,

Badan Pengawas Obat dan Makanan, Jakarta pada periode Januari sampai dengan

Desember 2009. Penilaian dilakukan pada dua (2) jenis media cetak tabloid, yaitu

yaitu Nova dan Nakita, dan tiga (3) majalah, yaitu Femina, Kartini dan

Ayahbunda. Kelima jenis media cetak tersebut dipilih karena banyak memuat

iklan produk pangan.

3.2. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: (1) Data sekunder hasil

pengawasan iklan pangan di Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Pangan; dan (2)

Peraturan perundang-undangan yang terkait dengan iklan pangan, yaitu (a)

Undang-undang Pangan No. 7 tentang Pangan, (b) Undang-undang No. 8 tentang

Perlindungan Konsumen, (c) Peraturan Menteri Kesehatan No. 386 tahun 1994

tentang Pedoman Periklanan Obat Bebas, Obat Tradisional, Alat Kesehatan,

Kosmetika, Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga dan Makanan dan Minuman,

(d) Peraturan Pemerintah No. 69 tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan, serta

(e) Surat Keputusan Kepala badan POM No. HK. 00.05.52.1831 tahun 2008

tentang Pedoman Periklanan Pangan.

3.3. Metode

Penelitian ini dilakukan dengan cara mengevaluasi secara post-market

iklan-iklan yang terdapat di lima media massa yang dipilih. Tahapan yang dilakukan

adalah (1) mengambil seluruh iklan pangan yang diiklankan pada 5 media cetak

yang dipilih selama periode Januari sampai Desember 2010 (2) Mengumpulkan

iklan produk pangan yang telah mempunyai nomor pendaftaran dan

mendokumentasikan iklan pangan tersebut dengan alat pemindai (scanner), (3)

mengelompokkan iklan pangan berdasarkan 16 kategori pangan dan jenis

pangannya; (4) menganalisis kesesuaian antara iklan dengan peraturan

(31)

(Lampiran 1); (5) Mengkategorikan iklan pangan tersebut menjadi iklan yang

memenuhi ketentuan (MK) dan yang tidak memenuhi ketentuan (TMK), dimana

iklan pangan dikategorikan tidak memenuhi ketentuan (MK) jika iklan pangan

tersebut melanggar peraturan perundang-undangan yang berlaku; dan (6)

Mengelompok-kan jenis pelanggaran dalam lima (5) kategori seperti tercantum

[image:31.612.103.507.216.726.2]

dalam Tabel 1.

Tabel 1. Kategori pelanggaran yang digunakan untuk mengevaluasi iklan pangan

Kategori

Pelanggaran Deskripsi Pelanggaran Iklan

Kategori I Iklan pangan yang mencantumkan keterangan tidak benar

dan menyesatkan, berhubungan dengan gizi, manfaat kesehatan dan keamanan pangan, yaitu:

1. Mencantumkan kata yang bermakna superlatif seperti

"super", "paling", "nomor satu", "top", awalan ter- ("terbaik", "termurni").

2. Mencantumkan kata "Satu-satunya" jika telah ada produk pembandingnya.

3. Mencantumkan kata " jauh lebih ". Kecuali apabila diban-dingkan dengan produknya sendiri dan pernyataan tersebut terukur serta bersifat obyektif.

4. Mencantumkan kata " sehat", "cerdas". "pintar" yang terkait dengan sebab dan akibat dari mengkonsumsi pangan yang diiklankan.

5. Mencantumkan kata "aman","tidak berbahaya", "tidak mengandung risiko" atau "tidak ada efek samping" tanpa keterangan yang lengkap.

6. Mencantumkan keterangan atau pernyataan bahwa pangan tersebut sumber energi yang unggul dan segera memberikan kekuatan.

7. Mencantumkan kata-kata higienis, sanitasi,CPPB, dan lain-lain yang sudah merupakan keharusan dalam proses produksi pangan.

8. Mencantumkan keterangan-keterangan yang harus menda-patkan pembuktian secara ilmiah

9. Mencantumkan kata-kata, gambar dan memberikan janji/ jaminan.

10.Mencantumkan kalimat "tanpa bahan pengawet".

(32)

Kategori

Pelanggaran Deskripsi Pelanggaran Iklan

Kategori II Iklan pangan yang mencantumkan keterangan tidak benar

dan menyesatkan, berkaitan dengan proses dan asal serta sifat bahan pangan, yaitu:

1. Mencantumkan kata non kolesterol.

2. Mencantumkan gambar buah, sayuran dan daging dalam mengiklankan produk yang bukan berasal dari buah/sayuran dan daging. Gambar buah, sayuran, daging dan lainnya hanya boleh ditampilkan bila bahan tersebut merupakan bahan utama dalam ingredient pangan tersebut atau apabila berasal dari satu sumber.

3. Mencantumkan kata "alami". Kata alami hanya boleh digu-nakan untuk bahan mentah, yang tidak dicampur dan tidak diproses atau produk yang diproses secara fisika tetapi tidak merubah sifat dan kandungannya.

4. Mencantumkan kata "segar". Kata segar hanya boleh digu-nakan untuk pangan yang tidak diproses, berasal dari suatu bahan dan menggambarkan pangan yang belum mengalami penurunan mutu secara keseluruhan.

5. Mencantumkan kata "murni". Kata murni hanya boleh digu-nakan untuk bahan atau produk yang tidak ditambahkan sesuatu apapun.

6. Mencantumkan kata "dibuat dari “. Dibuat dari hanya boleh digunakan bila produk yang bersangkutan seluruhnya terdiri dari satu bahan.

7. Mencantumkan kata "dibuat dengan". Dibuat dengan hanya boleh digunakan bila produk terdiri dari beberapa bahan dan diikuti dengan nama bahan.

8. Mencantumkan kata " 100%". 100% hanya boleh digunakan untuk produk pangan yang tidak ditambahkan/dicampur dengan bahan lain.

9. Mencantumkan tekonologi pangan teknologi pangan tidak boleh diiklankan atau disangkut pautkan dengan iklan kecu-ali teknologi tersebut termasuk dalam kelompok jenis pangan dalam kategori pangan.

Kategori III Iklan pangan yang mengarah bahwa pangan seolah-olah

berfungsi sebagai obat

Kategori IV Iklan pangan yang mendiskreditkan atau merendahkan baik

(33)

Kategori

Pelanggaran Deskripsi Pelanggaran Iklan

Kategori V Iklan pangan yang mencantumkan logo/pernyataan, yaitu:

1. Mencantumkan pernyataan seseorang/testimoni yang

menyatakan bahwa pangan berkhasiat dapat menyembuhkan penyakit/berindikasi sebagai obat.

2. Memuat pernyataan dan atau menampilkan gambar labora-torium, nama logo atau identitas lembaga, termasuk lembaga yang melakukan analisi dan mengeluarkan sertifikat terhadap pangan.

(34)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Sebaran Iklan Pangan pada Nama Media Cetak

Jumlah total iklan yang terdapat di kelima media yang dievaluasi selama

periode adalah 930 iklan pangan. Gambar 1 memperlihatkan persentasi iklan

pangan di kelima media cetak yang dievaluasi tersebut. Untuk kategori media

tabloid, iklan pangan paling banyak dimuat dalam tabloid Nova (30,03%),

sedangkan untuk kategori majalah, iklan pangan banyak dimuat di majalah

Ayahbunda (25,81%). Kedua media cetak tersebut banyak dibaca oleh

masyarakat, sehingga banyak dipilih oleh pemasang iklan.

39.03

14.19

16.02

4.95

25.81

0 5 10 15 20 25 30 35 40

F

reku

en

s

i (

%

)

Nova Nakita Femina Kartini Ayahbunda

[image:34.612.148.485.289.501.2]

Nama media

Gambar 1. Persentase iklan pangan pada lima media cetak (tabloid dan majalah)

4.2. Sebaran Iklan Berdasarkan Kategori Pangan

Iklan pangan dari kelima media cetak dikelompokkan berdasarkan 16

kategori pangan, yaitu (1) coklat, kopi, dan teh (1,18%), (2) kelapa dan hasil

olahannya (0,32%), (3) minyak dan lemak (4,19%), (4) minuman serbuk (2,80%),

(5) minuman ringan (8,49%), (6) jem dan sejenisnya (1,61%), (7) air minum

dalam kemasan (1,72%), (8) ikan dan hasil olahnya (1,08%), (9) gula, madu dan

kembang gula (0,65%), (10) daging dan hasil olahnya (0,86%), (11) minuman

(35)

(3,01%), (14) bumbu dan rempah (12,26%), (15) susu dan hasil olahnya (14,41%)

serta (16) makanan bayi dan anak (45,70%).

Dari data tersebut, maka diketahui bahwa persentase iklan pangan terbesar

adalah untuk makanan bayi dan anak (45,70%), susu dan hasil olahnya (14,41%),

bumbu-bumbu dan rempah (12,26%), minuman ringan (8,49%) serta minyak dan

lemak (4,19%). Di antara kategori produk tersebut, iklan kategori makanan bayi

dan anak mempunyai persentase terbesar dibandingkan dengan kategori lain. Hal

ini karena media cetak yang dievaluasi memiliki segmentasi pembaca dewasa,

pasangan yang baru menikah dan berpenghasilan menengah ke atas.

4.3. Sebaran Iklan Pangan Berdasarkan Kesesuaian terhadap Peraturan

Perundang-undangan

Berdasarkan hasil evauasi terhadap 930 iklan pangan yang diamati, iklan

yang memenuhi ketentuan (MK) peraturan perundangan berjumlah 505 iklan

(54,30%), sedang yang tidak memenuhi ketentuan (TMK) peraturan

perundang-undangan berjumlah 425 iklan (45,70%) (Gambar 2).

Gambar 2. Kesesuaian iklan pangan dalam lima media cetak (tabloid dan majalah) terhadap ketentuan peraturan Perundang-undangan

Gambar 3 memperlihatkan ketidaksesuaian iklan pangan berdasarkan

kategori pangan. Kategori pangan yang mengiklankan pangan tidak memenuhi

ketentuan lebih banyak dibandingkan yang memenuhi ketentuan ditemukan pada

54.30% 45.70%

(36)

dan sejenisnya, ikan dan hasil olahannya, daging dan hasil olahannya, minuman

sereal, makanan diet khusus, serta makanan bayi dan anak.

64% 36% 0% 100% 59% 41% 4% 96% 30% 70% 40% 60% 100% 0% 20% 80% 67% 33% 38% 62% 0% 100% 25% 75% 71% 29% 93% 7% 63% 37% 49%51% 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% % k es e s uai a n t e rhad ap per u ndan g-u ndan gan

I II III IV V VI VII VIII IX X XI XII XIII XIV XV XVI

Kategori pangan

Sebaran kategori pangan berdasarkan kesesuaian terhadap peraturan perundang-undangan

MK TMK

Gambar 3. Sebaran kategori pangan berdasarkan kesesuaian terhadap peraturan perundang-undangan

4.4. Sebaran Iklan Pangan yang Tidak Memenuhi Ketentuan yang Berlaku

Dari jumlah iklan pangan yang diiklankan pada media cetak, dari 425 iklan

pangan yang tidak memenuhi ketentuan yang berlaku (TMK) berdasarkan

kategori pangan adalah sebagai berikut : kategori coklat, kopi, teh (0,94%),

kategori kelapa dan hasil olahnya (0,71%), kategori minyak dan lemak (3,76%),

kategori minuman serbuk (5,88%), kategori minuman ringan (13,41%), kategori

jem dan sejenisnya (2,12%) kategori air minum dalam kemasan (0%), kategori

ikan dan hasil olahnya (1.88%), kategori gula,madu dan kembang gula (0,47%),

kategori daging dan hasil olahnya (1,18%), kategori minuman sereal (2,82%),

kategori makanan diet khusus (0,71%), kategori tepung dan hasil olahnya

(1,88%), kategori bumbu dan rempah(1,88%) , kategori susu dan hasil olahnya

(11,76%) serta kategori makanan bayi dan anak (50,59%). Pelanggaran iklan

pangan terhadap ketentuan yang berlaku paling banyak dilakukan oleh kategori

makanan bayi dan anak sebesar 50,59%, minuman ringan sebesar 13,41% dan

susu dan hasil olahnya sebesar 11,76%.

(37)

4.5. Sebaran Iklan Berdasarkan Kategori Pelanggaran Iklan

Gambat 4 memperlihatkan pelanggaran iklan berdasarkan 5 kategori

pelanggaran berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kategori

pelanggaran yang paling mendominasi adalah iklan yang mencantumkan

keterangan tidak benar dan menyesatkan berhubungan dengan gizi, manfaat

kesehatan dan keamanan pangan, yaitu 72.86%. Pelanggaran iklan terendah

ditemukan pada ketegori II, yaitu iklan yang berkaitan dengan proses dan asal

serta sifat bahan pangan), yaitu sebesar 5.24%.

72.86%

5.24% 5.71% 4.05%

12.14%

0.00% 10.00% 20.00% 30.00% 40.00% 50.00% 60.00% 70.00% 80.00%

F

reku

e

n

si

I II III IV V

Kategori pelanggaran

Gambar 4. Frekuensi Pelanggaran Iklan Pangan berdasarkan

kategori pelanggarannya

4.5.1 Kategori Pelanggaran I : Iklan pangan yang mencantumkan

kete-rangan tidak benar dan menyesatkan berhubungan dengan gizi, manfaat kesehatan dan keamanan pangan.

Kategori pelanggaran I diuraikan lagi dalam sub-kategori pelanggaran, yaitu

(38)

"tidak berbahaya", "tidak mengandung risiko" atau "tidak efek samping" tanpa

keterangan yang lengkap; mencantumkan keterangan atau pernyataan bahwa

pangan tersebut sumber energi yang unggul dan segera memberikan kekuatan,

mencantumkan kata-kata higienis, sanitasi, CPPB, dan lain-lain yang sudah

merupakan keharusan dalam proses produksi pangan, mencantumkan

keterangan-keterangan yang harus mendapatkan pembuktian secara ilmiah, mencantumkan

kata-kata, gambar dan memberikan janji/jaminan, mencantumkan kalimat "tanpa

bahan pengawet", mencantumkan keterangan-keterangan lain yang dapat

menimbulkan gambaran yang menyesatkan pemahaman mengenai pangan yang

bersangkutan.

Pada kajian ini sebaran pelanggaran iklan pangan yang mencantumkan

keterangan tidak benar dan menyesatkan berhubungan dengan gizi, manfaat

kesehatan dan keamanan pangan dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Sebaran pelanggaran iklan pangan yang mencantumkan keterangan yang tidak benar dan menyesatkan berhubungan dengan gizi, manfaat kesehatan dan keamanan pangan (Kategori Pelanggaran I).

Sub kategori pelanggaran Jumlah %

1. Mencantumkan kata "jauh lebih" dan pernyataan tersebut tidak

terukur 2 0.65

2. Mencantumkan kata "sehat", "cerdas", "pintar" yang terkait dengan sebab dan akibat dari pengkonsumsi pangan yang diiklankan.

12 3.92

3. Mencantumkan kata "aman", "tidak berbahaya", "tidak

mengandung risiko" atau "tidak efek samping" tanpa keterangan yang lengkap.

1 0.33 4. Mencantumkan keterangan atau pernyataan bahwa pangan

tersebut sumber energi yang unggul dan segera memberikan kekuatan.

1 0.33

5. Mencantumkan kata-kata higienis, sanitasi,CPPB, dan lain-lain

yang sudah merupakan keharusan dalam proses produksi pangan 9 2.94

6. Mencantumkan keterangan-keterangan yang harus mendapatkan

pembuktian secara ilmiah 135 44.11

7. Mencantumkan kata-kata, gambar dan memberikan

janji/jaminan 14 4.58

8. Mencantumkan kalimat "tanpa bahan pengawet" 8 2.61

9. Mencantumkan keterangan-keterangan lain yang dapat menimbulkan gambaran yang menyesatkan pemahaman mengenai pangan yang bersangkutan

124 40.52

Tabel 2 memperlihatkan bahwa pelanggaran yang tinggi yang ditemukan

(39)

mendapatkan pembuktian secara ilmiah sebanyak (44.11%), dan mencantumkan

klaim/keterangan yang dapat menimbulkan gambaran yang menyesatkan

pemahaman mengenai pangan yang bersangkutan sebanyak (40,52%).

Pelanggaran yang relatif rendah terdapat pada pencantuman kata "aman", "tidak

berbahaya", "tidak mengandung risiko" atau "tidak efek samping" tanpa

keterangan yang lengkap (0.33%) dan pencantuman keterangan atau pernyataan

bahwa pangan tersebut sumber energi yang unggul dan segera memberikan

kekuatan (0,33%).

Bila dikelompokkan berdasarkan kategori pangan, pelanggaran yang tinggi

untuk kategori pelanggaran yang mencantumkan keterangan-keterangan yang

seharusnya mendapatkan pembuktian secara ilmiah adalah makanan bayi dan anak

(77.78%). Pelanggaran lainnya untuk kategori ini ditemukan pada minuman

ringan (0.74%), minuman serbuk (1,48%) dan susu dan hasil olahnya (20%).

Jenis-jenis pelanggaran yang ditemukan berdasarkan kategori di atas dapat

dilihat pada Tabel 3. Kategori makanan bayi dan anak (jenis pangan susu

pertumbuhan dan makanan bayi) banyak melanggar dalam mengiklankan

produknya. Misalnya, pencantuman klaim zat gizi DHA dimana fungsi zat gizi

tersebut untuk membantu perkembangan otak perlu dibuktikan secara ilmiah.

Untuk kategori minuman ringan (jenis pangan minuman fermentasi) klaim yang

dilanggar terkait dengan penambahan probiotik yang diklaim dapat menyebabkan

usus menjadi sehat. Pada kategori minuman serbuk, klaim pelanggaran iklan

terkait dengan peranan suatu zat yang dapat membantu proses pelepasan energi

untuk berpikir dan bermain, sedangkan pada kategori susu dan hasil olahannya

(jenis pangan susu ibu hamil dan menyusui) adalah klaim dari zat gizi DHA dan

(40)
[image:40.612.114.513.92.370.2]

Tabel 3. Contoh pelanggaran yang termasuk kategori mencantumkanketerangan-keterangan yang harus mendapatkan pembuktian secara ilmiah.

No. Kategori

pangan Jenis pangan Narasi pada iklan

1.

Makanan bayi dan anak

Makanan bayi

X makanan bayi yang mengandung DHA dan omega 3&6 untuk membantu perkembangan otaknya. Prebiotik FOS dapat membantu mem-pertahankan fungsi saluran cerna. Vitamin dan mineral, zat besi dapat membantu

mencegah dan mengatasi anemia defisiensi zat besi. 2. Makanan bayi dan anak Susu pertumbuhan

DHA dan omega 3 untuk membantu perkembangan otaknya

3.

Susu dan hasil olahnya

Susu ibu hamil dan menyusui

Susu untuk ibu hamil dan menyusui dengan gizi seimbang untuk membantu si kecil tumbuh cemerlang. Kandungan DHA dan prebiotik FOS-nya mendukung perkembangan otak dan fisik buah hati sejak masih dalam kandungan. 4. Minuman

serbuk

Minuman serbuk

Membantu proses pelepasan energi untuk berpikir dan juga bermain

5. Minuman ringan

Minuman

fermentasi Minum X setiap hari, usus sehat sepanjang hari

Jenis iklan produk pangan yang melakukan pelanggaran karena

mencantumkan keterangan-keterangan yang dapat menimbulkan gambaran yang

menyesatkan terhadap pemahaman mengenai pangan yang bersangkutan adalah

ikan dan hasil olahannya (2,42%), kelapa dan hasil olahnya (0.81%), makanan

bayi dan anak (69.35%), minuman ringan (8.06%), minuman sereal (3.23%),

minyak dan lemak (3.23%), susu dan hasil olahannya (10.48%), serta tepung dan

hasil olahannya (2.42%). Kategori makanan bayi dan anak (jenis pangan susu

pertumbuhan) paling banyak melakukan pelanggaran karena mencantumkan

keterangan yang dapat menimbulkan gambaran yang menyesatkan. Misalnya

klaim bahwa dengan mengkonsumsi produk tersebut dapat mendukung daya tahan

tubuh atau dapat mengatasi kekurangan nutrisi apabila anak susah makan serta

dapat membantu dalam proses belajar. Untuk kategori susu dan hasil olahannya

pelanggaran yang terjadi adalah mencantumkan keterangan bahwa dengan

(41)
[image:41.612.106.516.100.327.2]

Tabel 4. Contoh pelanggaran yang termasuk kategori mencantumkan keterangan-keterangan lain yang dapat menimbulkan gambaran yang menyesatkan pemahaman mengenai pangan yang bersangkutan

No Kategori

pangan Jenis pangan Narasi dalam iklan

1. Makanan bayi dan anak

Susu

pertumbuhan

Si kecil bisa bereksplotasi sesukanya jika daya tahan tubuhnya optimal. Berikan nutrisi terbaik yang mengandung rangkaian nutrisi lengkap dan seimbang dalam jumlah tepat yang saling berkaitan untuk mendukung sistem daya tahan tubuh

2. Ikan dan hasil

olahnya Sardines

Membuat nutrisi ikan Sardines segar terjaga

utuh, hingga saat disajikan.

3.

Makanan bayi dan anak

Susu

pertumbuhan

Kini dilengkapi prebiotik, kolin dan

mikronutrien untuk membantu mengoptimalkan setiap tahap perkembangan dan proses belajar.

4. Susu dan hasil olahnya

Susu ibu hamil dan menyusui

Mengandung gizi seimbang yang dibutuhkan sang buah hati untuk tumbuh cemerlang menjadi juara.

Kategori pangan yang melakukan pelanggaran mencantumkan kata-kata,

gambar dan memberikan janji/jaminan adalah minuman ringan (92.86%) dan

makanan diet khusus (7.14%). Kategori minuman paling banyak melakukan

pelanggaran dengan memberikan janji jaminan kepada konsumen mengenai

fungsi produk tersebut untuk kesehatan (Tabel 5).

Tabel 5. Contoh pelanggaran yang termasuk kategori mencantumkan kata-kata, gambar dan memberikan janji/jaminan

No Kategori pangan

Jenis

pangan Narasi dalam

1. Makanan diet khusus

Makanan diet khusus

Buktikan efektifnya yang dilengkapi Phase 2

technology untuk membantu mengurangi penyerapan karbohidrat hingga 66%. Dengan satu mangkuk mie yang Anda nikmati pun hanya terserap 1/3 nya 2. Minuman

ringan

Minuman fermentasi

Buktikan manfaatnya untuk kesehatan pencernaan dan kelancaran BAB dalam 3 hari atau uang Anda kembali. Mencantumkan testimoni.

Kategori pangan yang melakukan pelanggaran mencantumkan kata-kata

higienis adalah kategori ikan dan hasil olahnya (74%), makanan bayi (12%) serta

(42)
[image:42.612.92.513.494.706.2]

Tabel 6. Contoh pelanggaran yang termasuk kategori mencantumkan kata-kata higienis, sanitasi,CPPB, dan lain-lain yang sudah merupakan keharusan dalam proses produksi pangan

No Kategori

pangan Jenis pangan Narasi dalam iklan

1. Makanan bayi

dan anak Susu pertumbuhan

Kini ada cara baru memenuhi kebutuhan nutrisi buah hati di mana saja kapan saja. Morinaga Chil Kid Platinum Stick Pack, inovasi terbaru dari Morinaga Chil Kid Platinum. Praktis dan higienis, tinggal tuang untuk setiap kali pemakaiannya di mana saja dan kapan saja.

2. Jem dan

sejenisnya Jelly

My jelly nata decoco terbuat dari rumput laut yang diolah secara higienis dan modern, mengandung serat alami atau dietary fibre yang sangat berperan penting dalam membantu sistem pencernaan tubuh manusia, sehingga salah satu manfaatnya juga dapat mencegah

3. Ikan dan hasil

olahnya Sardines

Makanan kaleng yang diproses dengan higienis, berisi bahan-bahan segar bergizi tinggi. Terbuat dari ikan sardine segar, serta bahan alami pilihan lainnya.

Kategori pangan yang melakukan pelanggaran mencantumkan kalimat

"tanpa bahan pengawet" adalah minuman ringan (87.50%), serta ikan dan hasil

olahnya (12.5%) (Tabel 7).

Tabel 7. Contoh pelanggaran yang termasuk kategori mencantumkan kalimat "tanpa bahan pengawet"

No Kategori

pangan Jenis pangan Narasi dalam iklan

1. Minuman ringan Minuman buah Mencantumkan klaim tanpa bahan pengawet

2. Minuman ringan Minuman teh Mencantumkan klaim tanpa bahan pengawet

3. Minuman ringan Minuman

Isotonik

Mencantumkan klaim tdk mgd pengawet, pemanis buatan

4. Ikan dan hasil

olahnya Sardines

Fakta-fakta Sardines C : Terbuat dari 100% ikan sardine segar dan bahan alami lainnya, seperti tomat, cabai dan lain sebagainya; 6 jam setelah ditangkap, ikan langsung

(43)

No Kategori

pangan Jenis pangan Narasi dalam iklan

5. Minuman ringan Minuman

Isotonik

Vitazone Isotonik Bervitamin. Praktis gantikan Cairan Tubuh dan Vitamin yang hilang saat berpuasa. 6 Vitamin penting + 5 Elekrolit tubuh.

Advanced Sterilizing Technology. Tanpa bahan pengawet.

4.5.2. Kategori pelanggaran II :Mencantumkan keterangan tidak benar dan menyesatkan, berkaitan dengan proses dan asal serta sifat bahan pangan

Kategori pelanggaran mencantumkan keterangan tidak benar dan

menyesatkan, berkaitan dengan proses dan asal serta sifat bahan pangan, diuraikan

dalam sub-kategori pelanggaran berikut: mencantumkan kata non-kolesterol,

mencantumkan gambar buah, sayuran dan daging dalam mengiklankan produk

yang bukan berasal dari buah/sayuran dan daging, mencantumkan kata "alami",

mencantumkan kata "segar", mencantumkan kata "murni", mencantumkan kata

"dibuat dari “, mencantumkan kata "dibuat dengan", mencantumkan tekonologi

pangan. Jenis pelanggaran iklan pangan yang mencantumkan keterangan tidak

benar dan menyesatkan, berkaitan dengan proses dan asal serta sifat bahan pangan

dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Sebaran pelanggaran iklan pangan yang mencantumkan keterangan

tidak benar dan menyesatkan, berkaitan dengan proses dan asal serta sifat bahan pangan (Kategori Pelanggaran II)

Sub kategori pelanggaran Jumlah %

1. Mencantumkan kata "murni" (hanya boleh digunakan untuk bahan atau produk yang tidak ditambahkan

19 86.36%

2. Mencantumkan teknologi pangan (teknologi pangan tidak boleh diiklankan atau disangkut pautkan dengan iklan kecuali teknologi tersebut termasuk dalam kelompok jenis pangan dalam kategori pangan.

3 13.64%

Dari Tabel 8 tersebut terlihat bahwa kategori pelanggaran iklan pangan

(44)

Kategori pangan yang melakukan pelanggaran dengan mencantumkan kata

"murni" adalah minuman ringan (77,27%), coklat, kopi dan teh sebanyak (4,55%)

serta susu dan hasil olahannya (4,55%) (Tabel 9). Kategori pangan yang

melakukan pelanggaran mencantumkan teknologi pangan adalah minuman serbuk

(9,09%) serta minyak dan lemak (4,55%) (Tabel 10).

Tabel 9. Contoh pelanggaran yang mencantumkan mencantumkan kata "murni"

No Kategori

pangan Jenis pangan Narasi dalam iklan

1. Susu dan hasil olahnya

Susu UHT Murni susunya, alami sehatnya

2. Minuman ringan Sirup

Alam, telah memilih kemurnian marjan. Murninya Marjan Cocopandan begitu mewah dan menyegarkan. Terbuat dari saru buah pilihan menciptakan sensasi

kenikmatan dan kesegaran alami.

3.

Coklat,kopi teh

Teh celup

Advertorial. …5 kebaikan dalam kantong bundar : kesegaran, kemurnian, kepraktisan, rasa & aroma yang terjaga dari teknologi osmofilter dan ekonomis.

Tabel 10.Contoh pelanggaran yang mencantumkan teknologi pangan

No Kategori

pangan Jenis pangan Narasi dalam iklan

1. Minuman serbuk Minuman

serbuk

Advetorial. Menjelaskan teknologi pengolahan dan penggunaan bahan yang terpilih. Nutrisari lebih bergizi, lebih bernilai.

2. Minyak dan lemak

Minyak Goreng

Tropical minyak goreng 2x penyaringan sayangi jantung. Sayangi Jantung Anda. Logo "world of Mouth Marketing"

4.5.3. Kategori pelanggaran III : Mengiklankan pangan yang mengarah bahwa pangan seolah olah sebagai obat

Iklan pangan yang melakukan pelanggaran terhadap kategori pelanggaran

mengiklankan pangan yang mengarah bahwa pangan seolah olah sebagai obat

(Tabel 11) adalah sebanyak 24 iklan, yang terdiri dari kategori gula, madu dan

kembang gula (8,33%), jem dan sejenisnya (4,17%), kelapa dan hasil olahnya

(8,33%), makanan diet khusus (8,33%), minuman ringan (8,33%), minuman

(45)
[image:45.612.97.511.109.680.2]

Tabel 11. Contoh pelanggaran yang mengiklankan pangan yang mengarah bahwa pangan seolah-olah sebagai obat

No. Kategori pangan Jenis pangan Narasi dalam iklan

1. Makanan diet khusus

Makanan diet khusus

X merupakan produk penurun kolesterol dlm bntuk smoothie yg pertama di dunia yang efektif membantu menurunkan kolesterol total

2. Minyak dan lemak Minyak salad Y merupakan minyak yg sdh tdk mgd protein, shg aman untuk penderita asam urat. Happy salad oil mengandung PUFA tinggi 62% yang mampu menurunkan kadar kolesterol jahat.

3. Susu dan hasil olahnya

Susu berkalsium

Pilih susu kalsium tinggi tanpa enadapan sehingga aman buat ginjal. Produgen memiliki berbagai manfaat, seperti membantu menjaga kadar kolesterol, mengandung antioksidan dan memiliki kandungan lemak rendah. Segera dapatkan 100% manfaat untuk tulang Anda

4. Gula,madu dan kembang gula

Kembang gula

Kurangi risiko karies gigi Z dengan menekan jumlah bakteri penyebab gigi berlubang, menyempurnakan proses kembalinya mineral gigi yang hilang.

5. Kelapa dan hasil

olahnya Sari kelapa

Mengandung IDF (Insoluble dietary fibre), SDF (soluble dietary fibre). Serat segar alaminya baik untuk pencernaan. Wong coco nata decoco terbuat dari air kelapa terbaik pilihan. Kaya akan kandungan IDF atau serat tidak larut dalam tubuh

6. Susu dan hasil olahnya

Susu ibu hamil dan menyusui

Advertorial. Minumlah 3 gelas sehari Lactamil Menyusui yang mengandung Sari Daun Katuk untuk membantu melancarkan produksi ASI Ibu

7. Jem dan

sejenisnya Agar-Agar

Minum air agar hangat saat menutup sahur dan berbuka puasa, membantu

menyamankan keadaan perut dan puasa lancar tanpa masalah. Sehat Berserat Kaya Manfaat. Advertorial. Agar-agar dengan kandungan seratnya yang tinggi bermanfaat untuk memperbaiki kerja usus.

8. Minuman sereal Sereal

(46)

4.5.4. Kategori pelanggaran IV : Mendiskreditkan atau merendahkan baik

secara langsung maupun tidak langsung pangan lain.

Kategori pangan yang melakukan pelanggaran terhadap kategori

pelanggaran mendiskreditkan atau merendahkan baik secara langsung maupun

tidak langsung pangan lain yaitu kategori pangan coklat, kopi dan teh (40%),

makanan bayi dan anak (40%) serta minuman ringan (20%) (Tabel 12).

Tabel 12. Contoh pelanggaran yang mendiskreditkan atau merendahkan baik secara langsung maupun tidak langsung pangan lain.

No. Kategori pangan

Jenis pangan Narasi pada iklan

1 Minuman ringan

Minuman fermentasi

Hanya X Multi Probiotic ABC 2 Coklat,

kopi, teh

Teh celup Pasti! Bandingkan saja dgn t e h serbuk yg biasa anda minum. Biasanya t e h serbuk

meninggalkan ampas.

3

Makanan bayi dan anak

Susu

Pertumbuhan

Cek labelnya Lihat Bedanya. ….Nutrisi

unggulan ditunjukkan melalui icon Perisai yang mendukung perlindungan optimal melalui : Lactobacillus PROTECTUS : kombinasi 2 jenis probiotik paten milik Nestle yaitu Lactobacillus paracasei dan Bifidobac

4.5.5. Kategori pelanggaran V : Mencantumkan Logo/Pernyataan

Kategori pelanggaran mencantumkan logo/pernyataan diuraikan dalam

sub-kategori pelanggaran, yaitu mencantumkan pernyataan seseorang (testimoni) yang

menyatakan bahwa pangan berkhasiat dapat menyembuhkan penyakit/berindikasi

sebagai obat, memuat pernyataan dan atau menampilkan gambar laboratorium,

nama logo atau identitas lembaga, termasuk lembaga yang melakukan analisi dan

mengeluarkan sertifikat terhadap pangan serta mencantumk

Gambar

Tabel 1. Kategori pelanggaran yang digunakan untuk mengevaluasi iklan pangan
Gambar 1. Persentase iklan pangan pada lima media cetak (tabloid dan majalah)
Tabel 3. Contoh pelanggaran yang termasuk kategori mencantumkanketerangan-keterangan yang harus mendapatkan pembuktian secara  ilmiah
Tabel 4. Contoh pelanggaran yang termasuk kategori mencantumkan keterangan-keterangan lain yang dapat menimbulkan gambaran yang menyesatkan pemahaman mengenai pangan yang bersangkutan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini tercermin dari pencapaian laba pada kuartal pertama tahun ini (1Q11) yang mencapai Rp.14,3 miliar dibandingkan rugi Rp.21,7 miliar pada periode yang sama 2010.. Tahun ini

Dari semua kegiatan tersebut, membuat karya tulis ilmiah paling banyak dilakukan oleh pustakawan ahli, terutama pada jenjang Pustakawan Madya (Tabel 4), bahkan 2 orang Pustakawan

Menemukan tanda-tanda yang bersifat simbolik, ikonik, dan indeksial pada Captain America: The First Avenger yang menunjukan Amerika melakukan propaganda melalui film

KOLEJ MARA KULIM Jalan Junjong 09000 Kulim, Kedah BUKU PANDUAN PENDAFTARAN PELAJAR (SESI 2017/2018).. ‘ SELAMAT DATANG

Dapat menyebabkan kerusakan pada organ (Darah, Sistem kardiovaskular, Perut, Ginjal) melalui paparan yang lama atau berulang jika tertelan. Komponen:

Kriteria MBCfPE memiliki 7 kategori bedasarkan literatur “ Indonesian Quality Award Foundation” ( Kriteria Kinerja Ekselen Malcolm Baldrige Criteria for

Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data statistik dapat disimpulkan bahwa (a) Kegiatan Outward Bound memberikan dampak yang sangat positif dan signifikan terhadap