4. PEMBAHASAN
5.2. Saran
a. Perlu adanya peningkatan pengetahuan, kemampuan, keterampilan, dan jumlah SDM untuk meningkatkan pengawasan terhadap produk dan bahan berbahaya.
b. Untuk mengurangi jumlah pangan yang mengandung bahan berbahaya dan intervensi bahan berbahaya dalam rantai pangan, maka perlu diupayakan pelaksanaan program Pasar Aman dari Bahan Berbahaya yang efektif dan efisien.
DAFTAR ACUAN
Badan POM RI. 2001. Keputusan Kepala Badan POM RI No. 02001/SK/KBPOM
Tahun 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengawas Obat dan Makanan. Jakarta: Badan POM RI.
Badan POM RI. (2007). Peraturan Kepala Badan POM RI No. HK 00.05.55.6497
tentang Bahan Kemasan Pangan. Jakarta: Badan POM RI.
Badan POM RI. (2011). Peraturan Kepala Badan POM RI No.HK.03.1.23.07.11.6664/2011 tentang Pengawasan Kemasan Pangan.
Jakarta: Badan POM RI.
Badan POM RI. (2013a). Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Republik Indonesia No. 29 Tahun 2013 tentang Rencana Strategis Badan Pengawas Obat dan Makanan Tahun 2010-2014. Jakarta: Badan POM RI.
Badan POM RI. (2013b). Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri RI dan
Kepala Badan POM RI No.43/2013 dan No.2/2013 tentang Pengawasan Bahan Berbahaya yang Disalahgunakan dalam Pangan. Jakarta: Badan
POM RI.
Badan POM RI. (2013c). Peraturan Kepala Badan POM RI No. 39 Tahun 2013
tentang Standar Pelayanan Publik di Lingkungan Badan POM. Jakarta:
Badan POM RI.
Direktorat Pengawasan Produk dan Bahan Berbahaya. (2012). Laporan Tahunan
Direktorat Pengawasan Produk dan Bahan Berbahaya Tahun 2012.
Jakarta: Direktorat Pengawasan Produk dan Bahan Berbahaya, Badan POM RI.
Direktorat Pengawasan Produk dan Bahan Berbahaya. (2013, September).
“Selayang Pandang Tentang Direktorat Pengawasan Produk dan Bahan Berbahaya”. Materi disampaikan pada Kuliah Umum Badan POM RI.
Jakarta.
Direktorat Standardisasi Produk Produk Pangan. (2012). Pedoman Informasi dan
Pembacaan Standar Bahan Tambahan Pangan untuk Industri Pangan Siap Saji dan Industri Rumah Tangga Pangan. Jakarta: Direktorat
Standardisasi Produk Produk Pangan, Badan POM RI.
Kementerian Kesehatan RI. (1996). Peraturan Menteri Kesehatan RI
No.472/MENKES/PER/V/1996 tentang Pengamanan Bahan Berbahaya bagi Kesehatan. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Kementerian Kesehatan RI. (2009). Peraturan Menteri Perdagangan RI No.
44/M-DAG/PER/2/2009 tentang Distribusi dan Pengawasan Bahan Berbahaya. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Kementerian Kesehatan RI. (2012). Peraturan Menteri Kesehatan RI No.033
Tahun 2012 tentang Bahan Tambahan Pangan (BTP). Jakarta:
Kementerian Kesehatan RI.
Presiden RI. (2000). Keputusan Presiden RI No. 166 Tahun 2000 tentang
Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen. Jakarta.
Presiden RI. (2001). Keputusan Presiden RI No. 103 Tahun 2001 tentang
Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen. Jakarta.
Presiden RI. (2013). Peraturan Presiden RI No. 3 Tahun 2013 tentang Perubahan
Ketujuh Atas Keputusan Presiden No. 103 Tahun 2001 Tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Kementerian. Jakarta
Lampiran 1. Struktur Organisasi Badan POM RI
KEPALA BADAN POM
INSPEKTORAT
SEKRETARIAT UTAMA
1. Biro Perencanaan dan Keuangan 2. Biro Kerjasama Luar Negeri 3. Biro Hukum dan Hubungan
Masyarakat 4. Biro Umum Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional Pusat Penyidikan Obat dan Makanan Pusat Riset Obat dan Makanan Pusat Informasi Obat dan Makanan DEPUTI I
Bidang Pengawasan Produk Terapetik dan Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif
1. Direkterot Penilaian Obat dan Produk Biologi 2. Direktorat Standardisasi
Produk Terapetik dan PKRT 3. Direktorat Pengawasan Produksi Produk Terapetik dan PKRT 4. Direktorat Pengawasan Distribusi Produk Terapetik dan PKRT 5. Direktorat Pengawasan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif.
DEPUTI II
Bidang Pengawasan Obat Tradisional, Kosmetik dan
Produk Komplemen
1. Direkterot Penilaian Obat Tradisional, Suplemen Makanan dan Kosmetik.
2. Direktorat Standardisasi Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk Komplemen
3. Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Obat Tradisional, Kosmetika dan Produk Komplemen 4. Direktorat Obat Asli
Indonesia
DEPUTI III
Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan
Bahan Berbahaya
1. Direktorat Penilaian Keamanan Pangan 2. Direktorat Standardisasi
Produk Pangan 3. Direktorat Inspeksi dan
Sertifikasi Produk Pangan
4. Direktorat Surveilan dan Penyuluhan Keamanan Pangan
5. Direktorat Pengawasan Produk dan Bahan Berbahaya
Lampiran 2. Struktur Organisasi Kedeputian III Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya
Deputi Bidang Pengawasan
Keamanan Pangan dan Bahan
Berbahaya
Direktorat Penilaian Keamanan Pangan Subdit Penilaian Makanan dan Bahan Tambahan Pangan Subdit Penilaian Pangan Khusus Subdit Penilaian Pangan Olahan Tertentu Direktorat Standardisasi Produk Pangan Subdit Standardisasi Bahan Baku dan Bahan Tambahan Pangan Subdit Standardisasi Pangan Khusus Subdit Standardisasi Pangan Olahan Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Pangan Subdit Inspeksi Produksi dan Peredaran Produk Pangan Subdit Inspeksi Produk Berlabel Halal Subdit Sertifikasi Pangan Direktorat Surveilan dan Penyuluhan Keamanan Pangan Subdit Surveilan dan Penanggulangan Keamanan Pangan Subdit Promosi Keamanan Pangan Subdit Penyuluhan Makanan Siap Saji dan Industri Rumah Tangga Direktorat Pengawasa n Produk dan Bahan Berbahaya Subdit Standardisasi Produk dan Bahan Berbahaya Subdit Pengamanan Produk dan Bahan Berbahaya Subdit Penyuluhan Bahan BerbahayaLampiran 3. Struktur Organisasi Direktorat Pengawasan Produk dan Bahan Berbahaya
Direktorat Pengawasan Produk dan Bahan
Berbahaya
Subdit Standardisasi Produk dan Bahan
Berbahaya
Seksi Standardisasi Produk dan Bahan Berbahaya Kimia dan
Nonkimia
Seksi Penilaian Risiko Produk dan Bahan
Berbahaya
Kelompok Jabatan Fungsional
Subdit Pengamanan Produk dan Bahan
Berbahaya
Seksi Listing dan Penandaan Produk dan
Bahan Berbahaya
Seksi Surveilan Produk dan Bahan Berbahaya
Seksi Tata Operasional
Kelompok Jabatan Fungsional
Subdit Penyuluhan Produk dan Bahan
Berbahaya Seksi Penyuluhan Institusi dan Masyarakat Seksi Diseminasi Informasi Kelompok Jabatan Fungsional
Lampiran 4. Peraturan-peraturan Internasional tentang Bioplastik
NO NEGARA PERATURAN URAIAN
1 AMERIKA ASTM D6400 1. SPESIFIKASI INI MENCAKUP PLASTIK DAN PRODUK YANG TERBUAT DARI PLASTIK YANG DIRANCANG UNTUK DIBUAT KOMPOS DALAM KONDISI AEROBIK DALAM FASILITAS
PENGOMPOSAN AEROBIK KOTA DAN INDUSTRI
2. SPESIFIKASI INI DIMAKSUDKAN UNTUK MENETAPKAN PERSYARATAN UNTUK PELABELAN BAHAN DAN PRODUK, TERMASUK KEMASAN YANG TERBUAT DARI PLASTIK SEBAGAI KOMPOS DALAM FASILITAS PENGOMPOSAN AEROBIK KOTA DAN INDUSTRI
3. SIFAT DALAM SPESIFIKASI INI DIBUTUHKAN UNTUK MENENTUKAN APAKAH ITEM AKHIR TERMASUK KE YANG MENGGUNAKAN PLASTIK DAN POLIMER SEBAGAI LAPISAN ATAU PENGIKAT AKAN KOMPOS
MEMUASKAN, DALAM AEROBIK FASILITAS PENGOMPOSAN KOTA ATAU INDUSTRI SKALA BESAR. 4. PADA BIOPLASTIK, 60% BIODEGRADASI DIBUTUHKAN DALAM 180 HARI. 2 BENUA EROPA: AUSTRIA, BERGIA, REPUBLIK CEKO, DENMARK, FINLANDIA, PERANCIS, JERMAN, YUNANI, ISLANDIA, IRLANDIA, ITALIA, , BELANDA, NORWEGIA, PORTUGAL, SPANYOL, SWEDIA, SWISS DAN INGGRIS.
EN 13432 : 2000 1. STANDAR INI MENETAPKAN PERSYARATAN EROPA DAN PROSEDUR UNTUK MENENTUKAN DIKOMPOSKAN DAN ANAEROBIK
2. KEMASAN DAN BAHAN KEMASAN DENGAN MENJAMIN 4
KARAKTERISTIK: 1. BIODEGRADASI
2. DESINTEGRASI SELAMA PENGOBATA BIOLOGIS
3.EFEK PADA PROSES PENGOLAHAN BIOLOGIS
4. BERPENGARUH PADA KUALITAS YANG DIHASILKAN KOMPOS. EN 13193 : 2000 KEMASAN DAN LINKUNGAN SERTA
Lanjutan Lampiran 4
NO NEGARA PERATURAN URAIAN
EN 13427 : 2000 KEMASAN DAN LINKUNGAN, PERSYARATAN UNTUK
PENGGUNAAN STANDAR EROPA DI BIDANG KEMASAN DAN LIMBAH KEMASAN.
ISO 14851 : 1999 PENENTUAN BIODEGRADABILITAS AEROBIK UTAMA DAN BAHAN PLASTIK DALAM AIR
3 BERLAKU
INTERNASIONAL
ISO 14852 : 1999 PENENTUAN BIODEGRADABILITAS AEROBIK UTAMA DAN BAHAN PLASTIK DALAM MEDIA BERAIR. 4 BERLAKU
INTERNASIONAL
ISO 14855 : 1999 PENENTUAN BIODEGRADABILITAS AEROBIK AKHIR DAN
DISINTEGRASI BAHAN PLASTIK DIBAWAH KONDISI
Lampiran 5. Alur Permohonan dan Penerbitan SKE Kemasan Pangan Permohonan Penerimaan Permohonan Evaluasi Tindak Lanjut Rekomendasi Melengkapi DITOLAK Penerbitan SKE SKE Tidak Memenuhi Tidak Memenuhi Tidak Memenuhi Memenuhi Memenuhi Memenuhi
Lampiran 6. Alur Konsultasi dalam Rangka Permohonan Penerbitan SKE Kemasan Pangan Permintaan pelayanan konsultasi: - Tatap muka - Telepon - Email Penerimaan konsultasi dengan menanyakan
maksud dan tujuan konsultasi
Identifikasi jenis permintaan konsultasi; disesuaikan dengan jenis
pelayanan yang ada
Pemberian konsultasi: - Tatap muka - Telepon - Email Pemohon menerima informasi Penolakan Ya Tidak
Lampiran 7. Naskah Talkshow di radio
TALKSHOW DALAM RANGKA RENCANA AKSI PASAR AMAN DARI BAHAN BERBAHAYA
PASAR AMAN DARI BAHAN BERBAHAYA
Pasar merupakan tempat jual beli berbagai macam barang dan pangan. Pasar juga menjadi ajang interaksi masyarakat dan berpotensi dalam peredaran pangan yang mengandung bahan berbahaya yang dapat menimbulkan risiko kesehatan. Bahan berbahaya yang sering disalahgunakan dalam pangan, antara lain formalin, boraks, kuning metanil dan rhodamin B. Masih beredarnya bahan berbahaya dipasaran menjadi bukti kalau pengendalian peredaran bahan berbahaya belum optimal. Itu dapat meningkatkan praktek penyalahgunaan bahan berbahaya dalam pangan.
Untuk itu, Badan Pengawas Obat dan Makanan melakukan suatu program Rencana Aksi Pasar Aman dari Bahan Berbahaya yang Disalahgunakan dalam Pangan. Program tersebut menekankan pada bagaimana memberdayakan komunitas pasar untuk dapat melakukan pengawasan bahan berbahaya termasuk pangan yang berpotensi mengandung bahan berbahaya secara mandiri dan berkesinambungan.
Aksi Pasar Aman dari Bahan Berbahaya yang Disalahgunakan dalam Pangan dilaksanakan selama 3 tahun kedepan sampai 2015 dengan 108 Pasar yang dijadikan contoh dalam 31 provinsi. Diharapkan program ini dapat berjalan sesuai rencana agar masyarakat terlidungi dari paparan bahan berbahaya. Kalau seluruh pasar di Indonesia dapat bebas dari peredaran bahan berbahaya, maka kurang lebih 80% dari seluruh penduduk Indonesia yang bergantung pada pasar dapat dilindungi dari risiko terpapar bahan berbahaya.
1. Mengapa perlu diadakannya Rencana Aksi Pasar Aman dari Bahan Berbahaya?
Masih banyaknya pangan yang mengandung bahan berbahaya yang dijual di pasar dan dapat berakibat buruk bagi kesehatan.
2. Tujuan dari diadakannya Rencana Aksi Pasar Aman dari Bahan Berbahaya?
Agar seluruh pasar di Indonesia bebas dari peredaran bahan berbahaya.
3. Bagaimana cara mewujudkan Pasar Aman dari Bahan Berbahaya?
Merangkul seluruh pedagang di pasar agar mereka tidak menjual barang atau pangan yang mengandung bahan berbahaya dan ikut mengawasi peredaran bahan berbahaya.
4. Apa sasaran dari Rencana Aksi Pasar Aman dari Bahan Berbahaya?
Komunitas pasar bisa ngawasin peredaran bahan berbahaya secara mandiri.
5. Bagaimana cara untuk mencapai sasaran tersebut?
Untuk mencapai sasaran itu kita membutuhkan strategi, seperti meningkatkan pengawasan pasar, kesadaran (awareness) komunitas pasar, kemampuan SDM pasar, dan menunjuk pasar contoh yang siap untuk ditiru pasar lain, serta mengoptimalkan manajemen aksi Pasar Aman dari Bahan Berbahaya.
Lanjutan Lampiran 7
6. Apa program dan kegiatan yang dilakukan untuk mencapai strategi tersebut?
Program dan kegiatan yang dilakukan :
• Meningkatkan komitmen komunitas pasar dan lintas sektor terkait dengan melakukan advokasi dengan pemda setempat.
• Meningkatkan pengetahuan komunitas pasar dengan melakukan penyuluhan dan kampanye ke pedagang dan masyarakat.
• Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan pengelola pasar untuk melakukan pengawasan melalui Training of Trainer (TOT) kepada petugas Pasar.
• Menetapkan pasar contoh yang siap ditiru oleh pasar lain dan bekerja sama dengan Pemerintah Daerah serta pengusaha untuk kegiatan sosial kemasyarakatan agar turut meniru pasar contoh.
• memantau dan mengevaluasi pasar secara terus-menerus oleh petugas yang dibentuk di pusat dan daerah.
7. Kampanye yang seperti apa yang dilakukan kepada masyaratkat?
Memutar film layanan masyarakat, spot iklan di radio komunitas pasar dan nyebarin informasi seperti leaflet, poster, booklet, dll.
8. Siapakah yang berperan dalam mewujudkan Pasar Aman dari Bahan Berbahaya?
Bukan hanya Badan Pengawas Obat dan Makanan yang berperan disini tapi seluruh aspek masyarakat seperti pedagang pasar, pengelola pasar, konsumen, dan pemerintah setempat harus ikut serta dalam mewujudkan Pasar Aman dari Bahan Berbahaya.
9. Bagaimana penetapan pasar contoh dalam Rencana Aksi Pasar Aman dari Bahan Berbahaya?
Harus ditemukan adanya peredaran bahan berbahaya, pangan yang dijual mengandung bahan berbahaya, mendapat dukungan dari pemimpin pasar dan yang diutamain itu pasar-pasar yang ditunjuk menjadi pilot pasar sehat kementerian kesehatan.
10. Dampak yang diharapkan dari Pasar Aman dari Bahan Berbahaya?
Meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap pasar sebagai sumber penyedia pangan yang bebas dari bahan berbahaya.
11. Kesimpulan dan saran
1. Untuk menciptakan Pasar Aman dari Bahan Berbahaya diperlukan kerjasama seluruh aspek masyarakat dalam mengawasi dan memberantas peredaran bahan berbahaya.
2. Pedagang pasar sebaiknya tidak menjual bahan berbahaya ataupun pangan yang mengandung bahan berbahaya.
3. Masyarakat sebagai konsumen harus cermat dalam membeli pangan agar tidak membeli pangan yang mengandung bahan berbahaya.
4. Perbanyak informasi dan pengetahuan melalui televisi, radio, koran, leaflet, booklet, poster, dll
Lampiran 8. Naskah Spot Iklan di Radio Spot Iklan
Dul : Nyak mau kemane ? Nyak : Mau ke pasar ni Dul. Dul : Mau beli apa’an nyak ?
Nyak : Mau beli kebutuhan Rumeh Tangge
Dul : Hati-hati nyak, kalo milih-milih barang jangan lihat harge nyang mureh dan warnenye mencolok aje ye nyak. Soalnye itu tu mengandung bahan berbahaye nyak.
Nyak : emangnye contoh makanan yang mengandung bahan berbahaye tuh nyang gimane dul? Dul : misalnye kerupuk yang berwarne merah tuh nyak bisa jadi itu mengandung pewarna
tekstil, mie baseh mengandung formalin dan kalo di makan tuh berbahaye untuk tubuh nyak.
Nyak : iye dul.
Dul : hati-hati yeh nyak, apa lagi pasar di seberang jalan sane yah nyak, kayaknya kagak aman tuh.
Nyak : jadi gimana donk dul, nyak mau belanje nih? Dul : gampang nyak,
Nyak : iye, gampang gimane dul?
Dul : nyak nyari pasar aje yang udeh masuk ke dalam “ Aksi Pasar Aman Dari Bahan Berbahaya”
Nyak : Pasar apaan tuh dul?
Dul : Pasar Aman Dari Bahan Berbahaye maksudnye, Pasar yang udeh di akui bersih, pedagangnye nggak make Bahan Berbahaye.
Nyak : oh, gitu yeh dul?
Dul : iye nyak, Itu tu programnye Badan Pengawas Obat dan Makanan nyang lagi digencarin sebagai pendukung dari program pasar sehat kementerian kesehatan biar seluruh pedagang di pasar di negeri kite ini kagak menjual lagi bahan berbahaye yang sering disalehgunakan di pangan atawe pangan yang diduge mengandung bahan berbahaye.
Nb : ( Dul, nyak ) sukses kan “ Aksi Pasar Aman Dari Bahan Berbahaya “hidup sehat bebas dari Bahan Berbahaya yeeehh..
PESAN INI DISAMPAIKAN OLEH DIREKTORAT PENGAWASAN PRODUK DAN BAHAN BERBAHAYA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA
UNIVERSITAS INDONESIA
TUGAS KHUSUS
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
DI DIREKTORAT PENGAWASAN PRODUK DAN BAHAN
BERBAHAYA BADAN PENGAWAS OBAT DAN
MAKANAN REPUBLIK INDONESIA
JL. PERCETAKAN NEGARA NO. 23 JAKARTA PUSAT
PERIODE 2 – 24 SEPTEMBER 2013
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
PASAR AMAN DARI BAHAN BERBAHAYA YANG
DISALAHGUNAKAN DALAM PANGAN
ELIS APRIYANTI, S. Farm.
1206329543
ANGKATAN LXXVII
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOK
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i DAFTAR ISI ... ii DAFTAR GAMBAR ... iii DAFTAR LAMPIRAN ... iv 1. PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Tujuan ... 2
2. TINJAUAN PUSTAKA ... 3
2.1 Definisi Pasar dan Pasar Tradisional ... 3 2.2 Bahan Berbahaya yang Disalahgunakan dalam Pangan... 3 2.3 Definisi Pasar Aman dari Bahan Berbahaya ... 6 2.4 Tujuan Pasar Aman dari Bahan Berbahaya ... 6 2.5 Landasan Hukum Penerapan Pasar Aman dari Bahan Berbahaya ... 6 2.6 Rencana Penerapan Pasar Aman dari Bahan Berbahaya... 7
3. METODE PENGKAJIAN ... 12
3.1 Waktu dan Tempat Pengkajian ... 12 3.2 Metode Pengumpulan Data ... 12
4. PEMBAHASAN...13 5. KESIMPULAN DAN SARAN ... 17
5.1 Kesimpulan ... 17 5.2 Saran ... 17
DAFTAR ACUAN ... 18 LAMPIRAN... 19
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Alur Peredaran Bahan Berbahaya yang berasal dari
Produsen Dalam Negeri ... 5 Gambar 2. Alur Peredaran Bahan Berbahaya Impor ... 5
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Daftar Pasar yang Dipilih pada Program Pasar Aman dari
Bahan Berbahaya ... 19 Lampiran 2. Peran Kementerian/Lembaga/Instansi dalam Pasar Aman
dari Bahan Berbahaya ... 20 Lampiran 3. Daftar Provinsi/Kabupaten/Koya yang Telah Melakukan
Advokasi ... 21 Lampiran 4. Daftar Pasar yang Menjadi Target Penyuluhan ... 22
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pasar merupakan tempat terjadinya berbagai aktivitas ekonomi yang melibatkan beragam komoditi barang dan pangan. Di samping itu, pasar juga merupakan ajang berinteraksi masyarakat dan berpotensi dalam peredaran pangan yang mengandung bahan berbahaya yang dapat menimbulkan risiko kesehatan. Bahan berbahaya adalah senyawa kimia yang dapat merusak kesehatan yang seharusnya tidak digunakan untuk pangan. Bahan berbahaya yang disalahgunakan dalam pangan tersebut, antara lain formalin, boraks, kuning metanil, dan rhodamin B. Masih beredarnya bahan berbahaya tersebut dipasaran membuktikan bahwa pengendalian peredaran bahan berbahaya belum optimal. Hal tersebut dapat meningkatkan praktik penyalahgunaan bahan berbahaya dalam pangan (Direktorat Pengawasan Produk dan Bahan Berbahaya, 2011).
Untuk menekan peredaran bahan berbahaya tersebut di pasaran, Badan POM melakukan suatu program Rencana Aksi Pasar Aman dari Bahan Berbahaya yang Disalahgunakan dalam Pangan. Program tersebut akan dilaksanakan selama 3 tahun, mulai 2013 sampai 2015 dengan 108 pasar contoh yang tersebar di 31 provinsi. Program ini mulai diterapkan di pasar-pasar yang ada di Jakarta karena merupakan ibu kota negara yang bisa menjadi barometer bagi daerah lain yang kemudian akan dilanjutkan ke pasar-pasar lain yang tersebar di seluruh Indonesia (Direktorat Pengawasan Produk dan Bahan Berbahaya, 2013a).
Program ini menitikbertakan pada bagaimana memberdayakan komunitas pasar untuk dapat melakukan pengawasan bahan berbahaya termasuk pangan yang berpotensi mengandung bahan berbahaya secara mandiri dan berkesinambungan. Implementasi program dilakukan melalui lima strategi utama, yaitu memperkuat pengawasan di pasar, peningkatan kepedulian komunitas pasar, peningkatan SDM pasar, replika pasar contoh, dan optimalisasi manajemen aksi program pasar aman dari bahan berbahaya. Program tersebut diharapkan dapat terus berjalan dan memberikan potensi yang besar dalam melindungi masyarakat terhadap paparan
bahan berbahaya. Apabila seluruh pasar di Indonesia dapat dibebaskan dari peredaran bahan berbahaya, maka penduduk Indonesia yang bergantung pada pasar dapat terlindung dari risiko terpapar bahan berbahaya (Direktorat Pengawasan Produk dan Bahan Berbahaya, 2013a).
1.2 Tujuan
Tujuan dari tugas khusus “Pasar Aman dari Bahan Berbahaya yang Disalahgunakan dalam Pangan” adalah untuk mengetahui dan mengkaji implementasi Program Pasar Aman dari Bahan Berbahaya yang dilaksanakan mulai dari April sampai dengan September 2013.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Pasar dan Pasar Tradisional
Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 112 Tahun 2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern, pasar adalah area tempat jual beli barang dengan jumlah penjual lebih dari satu baik yang disebut sebagai pusat perbelanjaan, pasar tradisional, pertokoan, mall, plasa, pusat perdagangan maupun sebutan lainnya. Sedangkan pasar tradisional adalah pasar yang dibangun dan dikelola oleh pemerintah, pemerintah daerah, swasta, Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah termasuk kerjasama dengan swasta dengan tempat udaha berupa toko, kios, los, dan tenda yang dimiliki/dikelola oleh pedagang kecil, menengah, swadaya masyarakat atau koperasi dengan usaha skala kecil, modal kecil dan dengan proses jual beli barang dagangan melalui tawar menawar.
2.2 Bahan Berbahaya yang Disalahgunakan dalam Pangan
Dalam memproduksi pangan, umumnya diperlukan penambahan bahan-bahan tambahan pangan sesuai dengan tujuan penggunaannya, seperti pewarna, pemanis, pengawet, dan lain sebagainya. Terdapat berbagai jenis bahan tambahan pangan yang aman beredar di pasaran. Namun, banyak di antara produsen pangan, khususnya industri pangan rumah tangga yang menggunakan bahan berbahaya sebagai pengganti bahan tambahan pangan. Hal tersebut dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu kemudahan memperoleh bahan berbahaya dalam jumlah kecil (eceran), harga yang relatif murah, keefektifan fungsi dari bahan berbahaya tersebut untuk menghasilkan efek yang diinginkan dalam pangan serta dampak terhadap kesehatan yang tidak langsung terlihat/dirasakan. Beberapa bahan berbahaya yang disalahgunakan dalam pangan, antara lain boraks, formalin, pewarna merah rhodamin B, dan pewarna kuning metanil (Direktorat Pengawasan Produk dan Bahan Berbahaya, 2012).
2.2.1 Uraian Mengenai Bahan Berbahaya yang Disalahgunakan dalam Pangan a. Boraks
Boraks bersifat sangat beracun. Bahaya akut dari mengkonsumsi pangan yang mengandung boraks adalah badan berasa tidak enak (malaise), mual nyeri hebat pada perut bagian atas (apigastric), pendarahan gastro-enteritis disertai muntah darah, diare, lemah, mengantuk, demam, dan sakit kepala. Sedangkan bahaya kronis/jangka panjang adalah hilangnya nafsu makan (anorexia), turunnya berat badan, iritasi ringan disertai gangguan pencernaan, kulit ruam dan merah-merah, kulit kering dan mukosa membran dan bibir pecah-pecah, lidah merah, radang selaput mata, anemia, kerusakan ginjal, kegagalan sistem sirkulasi akut, bahkan kematian (Klub Pompi Badan POM RI, 2012).
b. Formalin
Formalin diketahui dapat menyebabkan kanker. Bila terminum dapat menyebabkan rasa terbakar pada tenggorokan dan perut. Efek negatif pada kesehatan akan muncul setelah beberapa tahun, kecuali jika terpapar dalam jumlah banyak. Bahaya akut yang akan terjadi adalah iritasi, alergi, kemerahan, mata berarir, mual, muntah, rasa terbakar, sakit perut dan pusing. Sedangkan bahaya kronis / jangka panjang adalah iritasi pada saluran pernafasan, muntah-muntah dan kepala pusing, rasa terbakar pada tenggorokan, penurunan suhu badan dan rasa gatal di dada, selain itu juga dapat terjadi kerusakan hati, jantung, otak, limpa, pankreas, sistem susunan saraf pusat dan ginjal. Bila dikonsumsi menahun dapat menyebabkan kanker. Formalin dalam pangan berfungsi sebagai pengawet (Klub Pompi Badan POM RI, 2012).
c. Rhodamin B
Rhodamin B adalah zat warna sintetik berbentuk serbuk kristal berwarna kehijauan, berwarna merah keunguan dalam bentuk terlarut pada konsentrasi tinggi dan berwarna merah terang pada konsentrasi rendah. Rhodamin B dapat digunakan untuk pewarna kulit, kapas, wool, serat kulit kayu, nilon, serat asetat, kertas, tinta dan vernis, sabun, dan bulu. Rhodamin-B adalah pewarna merah terang komersial, ditemukan bersifat racun dan dapat menyebabkan kanker. Bahan ini sekarang banyak disalahgunakan pada pangan dan kosmetika di beberapa
tertelan, terhirup atau terserap melalui kulit. Selain itu, juga dapat menyebabkan