• Tidak ada hasil yang ditemukan

Subdirektorat Penyuluhan Bahan Berbahaya

Dalam dokumen UNIVERSITAS INDONESIA (Halaman 39-68)

3. TINJAUAN KHUSUS DIREKTORAT PENGAWASAN

3.6 Subdirektorat Penyuluhan Bahan Berbahaya

Berdasarkan Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan No. 02001/SK/KBPOM tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengawas Obat dan Makanan, Subdirektorat Penyuluhan Bahan Berbahaya mempunyai tugas melaksanakan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, penyusunan pedoman, standar, kriteria dan prosedur, evaluasi dan pelaksanaan kegiatan penyuluhan bahan berbahaya serta menyelenggarakan fungsi sebagai berikut:

a. Penyusunan rencana dan program penyuluhan bahan berbahaya

b. Pelaksanaan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, penyusunan pedoman, standar, kriteria dan prosedur, serta pelaksanaan penyuluhan bahan berbahaya terhadap institusi dan masyarakat

c. Pelaksanaan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis penyusunan pedoman, standar, kriteria dan prosedur, serta pelaksanaan kegiatan diseminasi informasi bahan berbahaya

d. Evaluasi dan penyusunan laporan penyuluhan bahan berbahaya

Subdirektorat Penyuluhan Bahan Berbahaya membawahi dua seksi, yaitu: 3.6.1 Seksi Penyuluhan Institusi dan Masyarakat

Berdasarkan Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan No. 02001/SK/KBPOM tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengawas Obat dan Makanan, Seksi Penyuluhan Institusi dan Masyarakat mempunyai tugas menyiapkan bahan perumusan kebijakan teknis, penyusunan rencana dan program, penyusunan pedoman, standar, kriteria dan prosedur, evaluasi dan penyusunan laporan, serta melakukan kegiatan penyuluhan bahan berbahaya terhadap institusi dan masyarakat. Uraian tugas Seksi Penyuluhan Institusi dan Masyarakat, yaitu:

a. Menyusun usulan perencanaan dan program kegiatan penyuluhan bahan berbahaya dan kemasan pangan

b. Menyusun agenda rencana pelaksanaan kegiatan penyuluhan bahan berbahaya dan kemasan pangan (petunjuk teknis, jadwal kegiatan)

c. Menyusun materi dan media informasi untuk penyuluhan bahan berbajaya dan kemasan pangan

d. Mengelola pelaksanaan kegiatan penyuluhan bahan berbahaya dan kemasan pangan (talkshow, workshop, penyuluhan langsung kepada institusi dan masyarakat)

e. Memonitor, mengevalusasi, dan mealaporkan hasil pelaksanaan kegiatan penyuluhan bahan berbahaya dan kemasan pangan

f. Membuat telaahan dan masukan sebagai bahan informasi terkait bahan berbahaya dan kemasan pangan ke unit kerja lainnya

g. Membuat dan menelaah instruksi kerja Seksi Penyuluhan Institusi dan Masyarakat sesuai kebutuhan.

3.6.2 Seksi Diseminasi Informasi

Berdasarkan Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan No. 02001/SK/KBPOM tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengawas Obat dan Makanan, Seksi Diseminasi Informasi mempunyai tugas menyiapkan bahan perumusan kebijakan teknis, penyusunan rencana dan program, penyusunan pedoman, standar, kriteria dan prosedur, evaluasi dan penyusunan laporan, serta melakukan kegiatan diseminasi informasi bahan berbahaya. Uraian tugas Seksi Diseminasi Informasi, yaitu:

a. Menyusun usulan perencanaan dan program tahunan kegiatan, yaitu enyusunan media informasi (booklet, leaflet, poster, sticker, artikel, dan CD informasi) tentang bahan berbahaya dan kemasan pangan; penyusunan modul penyuluhan dan pelatihan tentang bahan berbahaya dan kemasan pangan; dan edukasi dan penyebaran informasi (pameran, penyuluhan, talkshow)

b. Menyusun pedoman pelaksanaan atau petunjuk teknis diseminasi informasi c. Mengelola penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis kegiatan diseminasi

informasi

d. Melakukan analisis data dan informasi untuk menetapkan prioritas kegiatan diseminasi informasi

e. Melakukan monitoring, evaluasi, dan melaporkan pelaksanaan kegiatan diseminasi informasi

f. Mengelola pelaksanaan rapat pembahasan terkait penyusunan media informasi dan penyusunan modul bahan berbahaya dan kemasan pangan

g. Membuat masukan atau layanan informasi tentang bahan berbahaya dan kemasan pangan kepada unit lain

BAB 4 PEMBAHASAN

Direktorat Pengawasan Produk dan Bahan Berbahaya merupakan salah satu direktorat yang berada dalam Kedeputian III. Direktorat ini bertugas melakukan pengawasan terhadap produk dan bahan berbahaya yang beredar di Indonesia. Beberapa produk yang diawasi oleh direktorat ini adalah produk kemasan pangan yang digunakan untuk mengemas pangan, baik pangan olahan yang terdaftar maupun pangan siap santap sedangkan bahan berbahaya yang diawasi, yaitu bahan yang dilarang digunakan pada pangan yang dilakukan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Pengawasan peredaran bahan berbahaya di masyarakat perlu dilakukan karena bahan berbahaya ini sering disalahgunakan pada pangan. Selain itu, Direktorat Pengawasan Produk dan Bahan Berbahaya juga melakukan pengawasan terhadap bahan kimia yang termasuk kategori Bahan Tambahan Pangan (BTP) tetapi tidak memenuhi persyaratan kodeks makanan Indonesia sebagai BTP. Bahan-bahan ini disebut

Non-Food Grade BTP atau BTP teknis.

4.1 Indikator Kinerja Utama (IKU)

Program dan kegiatan Direktorat Pengawasan Produk dan Bahan Berbahaya pada tahun 2013 terdiri dari 4 Indikator Kinerja Utama (IKU), yaitu (Direktorat Pengawasan Produk dan Bahan Berbahaya, 2013):

4.1.1 IKU 1

Indikator yang pertama adalah persentase sarana distribusi yang menyalurkan bahan dilarang untuk pangan (bahan berbahaya) yang sesuai ketentuan (numerator: Jumlah distributor resmi terdaftar bahan berbahaya. Saat ini distributor resmi yang terdaftar berjumlah 25 distributor). Kegiatan yang akan dilakukan meliputi :

a. Workshop dan pelatihan petugas dalam rangka pengamanan bahan berbahaya. b. Penyusunan media informasi tentang bahan berbahaya dan kemasan pangan. c. Talkshow pengamanan bahan berbahaya di radio

e. Pengembangan kapasitas sumber daya manusia dalam rangka pengamanan bahan berbahaya.

f. Supervisi pengawasan produk dan bahan berbahaya.

g. Evaluasi dalam rangka pengawasan bahan berbahaya yang dilarang pada pangan.

4.1.2 IKU 2

Indikator yang kedua adalah presentase kemasan pangan dari pangan yang terdaftar yang tidak memenuhi syarat (target sampling 200 sampel). Kegiatan yang akan dilakukan meliputi:

a. Review dan revisi peraturan tentang produk dan bahan berbahaya. b. Penyusunan pedoman kemasan pangan

c. Penyusunan Rancangan Standar Nasional Indonesia (RSNI) zat kontak pangan beresiko tinggi

d. Sosialisasi penerbitan Surat Keterangan Ekspor (SKE) Kemasan Pangan e. Diseminasi informasi melalui pameran

f. Kajian resiko zat kontak pangan beresiko tinggi g. Pengembangan Quality Management System (QMS) h. Koordinasi jejaring lintas sektor

4.1.3 IKU 3

Indikator yang ketiga adalah jumlah provinsi yang dilakukan advokasi lintas sektor terkait dengan bahan berbahaya yang disalahgunakan pada Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS). Kegiatan yang akan dilakukan meliputi:

a. Advokasi pencegahan penyalahgunaan bahan berbahaya pada PJAS

b. Iklan layanan masyarakat berupa film dokumenter tentang kemasan pangan. 4.1.4 IKU 4

Indikator yang keempat adalah jumlah pasar yang diintervensi menjadi pasar aman dari bahan berbahaya. Kegiatan yang dilakukan meliputi:

a. Pencanangan pasar aman dari bahan berbahaya yang di salahgunakan pada pangan

b. Forum advokasi komitmen pemda dan lintas sektor c. Pengadaan peralatan pendukung untuk pasar pilot d. Kampanye pasar aman bahan berbahaya

e. Penyuluhan kepada pedagang pasar

f. Penyusunan modul pelatihan pasar aman dari bahan berbahaya g. Bimbingan teknis/pelatihan petugas pasar

h. Monitoring kegiatan pasar aman dari bahan berbahaya yang disalahgunakan pada pangan.

Direktorat Pengawasan Produk dan Bahan Berbahaya memiliki tiga subdirektorat, yaitu Subdirektorat Standardisasi Produk dan Bahan Berbahaya, Subdirektorat Pengamanan Produk dan Bahan Berbahaya dan Subdirektorat Penyuluhan Bahan Berbahaya.

4.2 Subdirektorat Standardisasi Produk dan Bahan Berbahaya

Subdirektorat Standardisasi Produk dan Bahan Berbahaya mempunyai tugas melaksanakan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, penyusunan pedoman, standar, kriteria dan prosedur, evaluasi serta pelaksanaan standardisasi produk dan bahan berbahaya. Dalam pelaksanaan tugasnya, Subdirektorat Standardisasi Produk dan Bahan Berbahaya dibantu oleh dua seksi, yaitu Seksi Standardisasi Produk dan Bahan Berbahaya Kimia dan Non Kimia dan Seksi Penilaian Risiko Produk dan Bahan Berbahaya. Masing-masing seksi ini bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas dan fungsi yang berada dalam ruang lingkup kerjanya. Setiap seksi dipimpin oleh seorang Kepala Seksi (Ka.Sie) dan dibantu oleh beberapa staf (Direktorat Pengawasan Produk dan Bahan Berbahaya, 2012).

Kegiatan yang dilakukan pada subdirektorat ini meliputi penyusunan dan atau revisi peraturan perundang-undangan yang terkait tentang produk dan bahan berbahaya termasuk di dalamnya adalah penyusunan pedoman, database, dan RSNI terkait pangan dan kemasan pangan serta kegiatan pengkajian risiko produk dan bahan berbahaya. Selain itu, subdirektorat ini melakukan inventarisasi jenis pangan yang terdaftar di Badan POM dan kemasannya, sebagai salah satu input dalam penyusunan pedoman pemilihan kemasan pangan. Pedoman tersebut digunakan untuk mengevaluasi kemasan pangan yang aman. Pedoman tersebut

migrasi untuk tiap jenis kemasan. Peraturan yang mengatur kemasan pangan adalah Peraturan Kepala Badan POM RI No. HK 00.05.55.6497 tentang Bahan Kemasan Pangan.

Pada saat kegiatan PKPA dilaksanakan, kegiatan yang dilakukan oleh subdirektorat ini adalah mengkaji mengenai bahan tambahan pangan. Oleh karena itu, peserta PKPA diberi tugas mencari peraturan-peraturan pendukung terkait bahan berbahaya non-pangan yang dikhawatirkan digunakan untuk pangan. Bahan berbahaya yang dicari peraturannya, seperti boraks, formalin atau formaldehid yang sering disalahgunakan dalam pangan. Peraturan terbaru terkait bahan berbahaya yang disalahgunakan dalam pangan adalah Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 033 Tahun 2012 tentang Bahan Tambahan Pangan dan Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia No. 44/M-DAG/PER/2/2009 tentang Distribusi dan Pengawasan Bahan Berbahaya.

Selain itu, tugas yang dilakukan oleh peserta PKPA adalah membantu mencari referensi dan regulasi internasional tentang kemasan pangan. Ketentuan internasional tentang kemasan pangan bioplastik yang terbuat dari bahan alami dibutuhkan sebagai acuan dalam melakukan kajian keamanan kemasan pangan, sehubungan dengan maraknya permintaan dari kalangan industri untuk menggunakan bahan kemasan pangan yang ramah lingkungan. Peraturan-peraturan mengenai kemasan bioplastik dapat dilihat pada Lampiran 4.

4.3 Subdirektorat Pengamanan Produk dan Bahan Berbahaya

Subdirektorat Pengamanan Produk dan Bahan Berbahaya mempunyai tugas melaksanakan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, penyusunan rencana dan program, penyusunan pedoman, standar, kriteria dan prosedur, evaluasi dan pelaksanaan kegiatan pengamanan produk dan bahan berbahaya. Subdirektorat Pengamanan Produk dan Bahan Berbahaya terdiri dari dua seksi, yaitu Seksi Listing dan Penandaan Produk dan Bahan Berbahaya dan Seksi Surveilan Produk dan Bahan Berbahaya.

Kegiatan yang dilakukan Seksi Listing dan Penandaan Produk dan Bahan Berbahaya secara garis besar, yaitu mengenai SKE Kemasan Pangan dan koordinasi lintas sektor. Kegiatan yang terkait SKE Kemasan Pangan, yaitu

penyusunan kerangka pokok, penyusunan atau revisi pedoman teknis penerbitan, pelaksanaan sosialisasi kebijakan teknis mengenai SKE Kemasan Pangan, pelaksanaan penerbitan SKE Kemasan Pangan dan pemberian konsultasi terkait penerbitan SKE Kemasan Pangan kepada pelaku usaha.

SKE Keamanan Pangan adalah surat yang menyatakan bahwa produk kemasan pangan yang akan diekspor sudah dievaluasi keamanannya sehingga terjamin aman dan memenuhi persyaratan keamanan pangan. Pengajuan SKE Kemasan Pangan ini bersifat voluntary. Surat ini hanya diberikan kepada perusahaan yang akan mengekspor kemasan pangan ke negara pengimpor yang mempersyaratkan surat keterangan keamanan dari institusi yang berwenang di Indonesia, yaitu Badan POM RI.

Berdasarkan Peraturan Kepala Badan POM RI No. 39 Tahun 2013 tentang Standar Pelayanan Publik di Lingkungan Badan POM, prosedur dan persyaratan untuk mengajukan SKE Kemasan Pangan adalah sebagai berikut:

4.3.1 Pemohon mengajukan permohonan SKE Kemasan Pangan

Persyaratan yang harus dilengkapi adalah data administrasi dan data teknis.

4.3.1.1 Data administrasi

Data administrasi yang harus dilengkapi adalah sebagai berikut: a. Surat Permohonan

Surat ini memuat nama dan alamat eksportir, nama produk, nomor

Harmonized System (HS), jenis kemasan, jumlah yang diekspor, no lot/batch/kode

produk, nama dan alamat produsen, nomor dan tanggal invoice, nomor dan tanggal Bill of Lading (BL) atau Air way Bill (AWB) dan alamat negara tujuan

b. Surat Pernyataan

Surat ini menyatakan bahwa produk yang diekspor memenuhi persyaratan keamanan kemasan pangan sesuai ketentuan yang berlaku di Indonesia atau negara pengimpor

c. Bukti Pembayaran Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku

4.3.1.2 Data teknis

Data teknis merupakan deskripsi produk yang memuat spesifikasi mengenai:

a. Produk kemasan pangan

b. Jenis kemasan pangan, yang terdiri dari:

c. Bahan kontak pangan: kaca, resin, penukar ion, logam dan paduan logam, kertas dan karton, plastik, selulosa teregenerasi, silikon, kain, lilin, kayu dan lain sebagainya

d. Zat kontak pangan: pewarna, pemlastis, pengisi, perekat, curing agent, antioksidan, pensanitasi, dan lain sebagainya

e. Certificate of Analysis (CoA) yang mencantumkan data uji migrasi, data fisik dari laboratorium terakreditasi

f. Contoh produk kemasan pangan sekurang-kurangnya satu buah tiap item 4.3.2 Evaluator melakukan evaluasi administrasi dan kesesuaian berkas

permohonan SKE Kemasan Pangan, termasuk pembayaran PNBP. Terdapat dua kemungkinan keputusan pada tahap ini, yaitu:

a. Jika dokumen belum lengkap, maka berkas permohonan dikembalikan kepada pemohon untuk dilengkapi

b. Jika dokumen lengkap dan sesuai, maka evaluator membuat draft SKE Kemasan Pangan

4.3.3 Pejabat melakukan evaluasi teknis permohonan draft SKE Kemasan Pangan sesuai dengan persyaratan.

Terdapat tiga kemungkinan keputusan pada tahap ini, yaitu:

a. Jika dokumen belum lengkap, maka berkas permohonan dikembalikan kepada pemohon untuk data tambahan

b. Jika dokumen lengkap dan sesuai, maka dokumen disetujui dan diterbitkan SKE Kemasan Pangan

c. Jika dokumen tidak lengkap dan tidak sesuai, maka permohonan ditolak Penerbitan SKE Kemasan Pangan dilakukan paling lambat 3 hari kerja terhitung sejak berkas disetujui untuk diterima. Alur permohonan dan penerbitan SKE Kemasan Pangan dapat dilihat pada Lampiran 5 dan alur konsultasi dapat dilihat pada Lampiran 6.

Kegiatan yang dilakukan terkait koordinasi lintas sektor, meliputi penyiapan kegiatan koordinasi lintas sektor dalam rangka tindak lanjut hasil pengawasan bahan berbahaya yang disalahgunakan dalam pangan dan kemasan pangan dan evaluasi mengenai kegiatan tersebut. Kegiatan pengawasan terhadap bahan berbahaya penting dilakukan karena bahan berbahaya tersebar luas di pasaran dan banyak di antara bahan-bahan tersebut yang dapat menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan jika dikonsumsi. Pengawasan terhadap bahan berbahaya yang disalahgunakan dalam pangan tidak dapat dilakukan hanya oleh Badan POM, tetapi juga diperlukan partisipasi dari berbagai instansi terkait. Oleh karena itu, Badan POM RI secara rutin mengadakan pertemuan yang menbahas isu-isu terkait permasalahan dan tindak lanjut mengenai bahan berbahaya yang disalahgunakan dalam pangan dan kemasan pangan.

Sebagai hasil kesepakatan bersama dan berkoordinasi dengan lintas sektor terkait, telah diterbitkan Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri RI dan Badan POM RI No. No. 43/2013 dan No.2/2013 tentang Pengawasan Bahan Berbahaya yang Disalahgunakan dalam Pangan. Peratutan bersama tersebut dimaksudkan sebagai payung hukum untuk mengoptimalisasi pengawasan bahan berbahaya yang beredar, terutama bahan berbahaya yang sering disalahgunakan dalam pangan di daerah dengan memberdayakan peran pemda provinsi dan kabupaten/kota. Dengan demikian, diharapkan Balai Besar/Balai POM sebagai ujung tombak pengawasan obat dan makanan di daerah dapat lebih berperan aktif dalam mengawal pengendalian peredaran bahan berbahaya sehingga dapat mencegah masuknya bahan berbahaya ke dalam rantai pangan.

Kegiatan yang dilakukan oleh Seksi Surveilan Produk dan Bahan Berbahaya, meliputi penyiapan petunjuk teknis sampling dan pedoman pengawasan produk dan bahan berbahaya, pelaksanaan bimbingan teknis pengawasan produk dan bahan berbahaya untuk petugas Balai Besar/Balai POM, dan evaluasi kegiatan pengawasan, serta melakukan supervisi pengawasan produk dan bahan berbahaya ke Balai Besar/Balai POM.

Peserta PKPA diberi tugas merekapitulasi surat dari PPOMN yang berisi tanggapan PPOMN terhadap hasil uji kemasan yang tidak memenuhi syarat

pengawasan terhadap kemasan pangan yang beredar di seluruh Indonesia merupakan salah satu tugas Balai Besar/Balai POM. Kegiatan tersebut berupa sampling dan pengujian terhadap sampel kemasan yang diperoleh. Jika hasil yang diperoleh oleh Balai Besar/Balai POM tidak memenuhi syarat atau meragukan, maka Balai Besar/Balai POM akan mengirimkan surat yang berupa permintaan kepada PPOMN untuk memverifikasi hasil tersebut. Kemudian PPOMN akan memberikan tanggapan atas hasil verifikasi terhadap uji sampel tersebut dan mengirimkan tanggapannya ke Balai Besar/Balai POM terkait dengan tembusan ke Direktorat Pengawasan Produk dan Bahan Berbahaya. Selanjutnya, Direktorat Pengawasan Produk dan Bahan Berbahaya, khususnya Seksi Surveilan Produk dan Bahan Berbahaya akan merekapitulasi, mengevaluasi, dan menindaklanjuti semua laporan uji kemasan yang tidak memenuhi syarat, termasuk hasil tanggapan dari PPOMN. Tindak lanjut tersebut berupa pengkoordinasian dengan lintas sektor terkait.

Kegiatan selanjutnya adalah membantu penyiapan sampel kemasan pangan untuk dikirim ke laboratorium yang ditunjuk. Pengujian kemasan pangan produk yang telah beredar di pasaran merupakan kegiatan pengawasan kemasan pangan secara post-market. Seksi Surveilan Produk dan Bahan Berbahaya juga membantu Balai Besar/Balai POM dalam hal penyiapan dan pengiriman sampel ke laboratorium yang telah ditunjuk. Kegiatan ini dilakukan untuk melengkapi pencapaian target pengujian sampel yang belum terpenuhi oleh Balai Besar/Balai POM. Sampel yang dikelola oleh Direktorat Pengawasan Produk dan Bahan Berbahaya adalah sampel yang tidak dapat diuji oleh Balai Besar/Balai POM.

Pertama-tama, Direktorat Pengawasan Produk dan Bahan Berbahaya mengirimkan surat permohonan kepada produsen pangan untuk mengirimkan kemasan pangan untuk diuji. Setelah, kemasan tersebut tiba di Direktorat Pengawasan Produk dan Bahan Berbahaya, sampel tersebut didata dan diklasifikasikan berdasarkan bahan pembentuknya, misalnya kemasan polikarbonat, Polyethylen terephtalate (PET), Polypropylene (PP) dan berdasarkan tujuan penggunaan, misalnya kemasan fleksibel (kemasan untuk minyak goreng isi ulang, mie instan, dan lain sebagainya) dan kemasan Air Minum Dalam Kemasan (AMDK). Setelah itu, masing-masing sampel diberikan

kode. Urutan kode sampel berturut-turut adalah produsen, kota produsen, tanggal penerimaan sampel, inisial merk produk, urutan sampel, dan tahun penerimaan/pengujian sampel. Selanjutnya sampel-sampel kemasan tersebut dikirim ke laboratorium yang ditunjuk untuk memeriksa sampel tersebut. Hasil uji dari sampel kemasan tersebut dikirim ke Direktorat Pengawasan Produk dan Bahan Berbahaya dan kemudian hasil uji tersebut akan dikompilasi dengan laporan hasil uji kemasan pangan dari Balai Besar/Balai POM. Hasil kompilasi kemasan yang tidak memenuhi syarat akan ditindaklanjuti dengan berkoordinasi dengan lintas sektor terkait, misalnya Kementerian Perdagangan, Kementerian Perindustrian, dan lain sebagainya.

4.4 Subdirektorat Penyuluhan Bahan Berbahaya

Subdirektorat Penyuluhan Bahan Berbahaya mempunyai tugas melaksanakan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, penyusunan pedoman, standar, kriteria dan prosedur, evaluasi dan pelaksanaan kegiatan penyuluhan bahan berbahaya.

Subdirektorat Penyuluhan Bahan Berbahaya merencanakan dan melakukan penyuluhan mengenai bahan berbahaya dan kemasan pangan, mengadakan talkshow dan/atau workshop mengenai bahan berbahaya dan kemasan pangan, pembuatan dan penyebaran media informasi tentang bahan berbahaya dan kemasan pangan dalam bentuk booklet, leaflet, poster, artikel, dan stiker, serta melakukan evaluasi atas pelaksanaan kegiatan penyuluhan tersebut. Selain itu, kegiatan yang dilakukan pada subdirektorat ini adalah menyusun modul penyuluhan dan pelatihan tentang bahan berbahaya dan kemasan pangan.

Kegiatan yang sedang berlangsung pada tahun 2013 adalah program Pasar Aman dari Bahan Berbahaya. Kegiatan tersebut bertujuan untuk mencegah dan mengurangi peredaran bahan berbahaya yang sering disalahgunakan pada pangan yang banyak beredar di pasar tradisional. Beberapa contoh bahan berbahaya yang beredar di pasar tradisional adalah boraks (bleng) dan pewarna tekstil rhodamin B dan kuning metanil. Kegiatan penyuluhan bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman, dan kepedulian masyarakat tentang penyalahgunaan

bahan berbahaya sehingga masyarakat dapat melindungi diri dari risiko bahan berbahaya yang dapat mengganggu kesehatan.

Kegiatan peserta PKPA pada Subdirektorat Penyuluhan Bahan Berbahaya, yaitu membantu pembuatan leaflet tentang bahaya penggunaan bahan berbahaya dalam pangan, membantu pembuatan naskah talkshow di radio, dan merevisi naskah spot iklan tentang program Pasar Aman dari Bahan Berbahaya. Naskah

talkshow dan spot iklan tentang program Pasar Aman dari Bahan Berbahaya

dapat dilihat pada Lampiran 7 dan 8. Sedangkan leaflet tentang bahayan penggunaan bahan berbahaya pada pangan dapat dilihat pada Lampiran 9.

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

a. Berdasarkan Keputusan Kepala Badan POM RI Nomor 02001/SK/KBPOM Tahun 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja, Direktorat Pengawasan Produk dan Bahan Berbahaya mempunyai tugas pokok, yaitu penyiapan perumusan kebijakan, penyusunan pedoman, standar, kriteria dan prosedur,serta pelaksanaan pengendalian, bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pengawasan produk dan bahan berbahaya.

b. Kegiatan Direktorat Pengawasan Produk dan Bahan Berbahaya, meliputi standardisasi, pengamanan, dan penyuluhan produk dan bahan berbahaya. Pada tahun 2013 Direktorat Pengawasan Produk dan Bahan Berbahaya sedang melaksanakan program Pasar Aman dari Bahan Berbahaya yang bertujuan untuk mencegah dan mengurangi peredaran bahan berbahaya yang sering disalahgunakan pada pangan yang banyak beredar di pasar tradisional. c. Peran apoteker pada Direktorat Pengawasan Produk dan Bahan Berbahaya,

yaitu melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan, penyusunan pedoman, standar, kriteria dan prosedur, serta pelaksanaan pengendalian, bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pengawasan produk dan bahan berbahaya.

5.2 Saran

a. Perlu adanya peningkatan pengetahuan, kemampuan, keterampilan, dan jumlah SDM untuk meningkatkan pengawasan terhadap produk dan bahan berbahaya.

b. Untuk mengurangi jumlah pangan yang mengandung bahan berbahaya dan intervensi bahan berbahaya dalam rantai pangan, maka perlu diupayakan pelaksanaan program Pasar Aman dari Bahan Berbahaya yang efektif dan efisien.

DAFTAR ACUAN

Badan POM RI. 2001. Keputusan Kepala Badan POM RI No. 02001/SK/KBPOM

Tahun 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengawas Obat dan Makanan. Jakarta: Badan POM RI.

Badan POM RI. (2007). Peraturan Kepala Badan POM RI No. HK 00.05.55.6497

tentang Bahan Kemasan Pangan. Jakarta: Badan POM RI.

Badan POM RI. (2011). Peraturan Kepala Badan POM RI No.HK.03.1.23.07.11.6664/2011 tentang Pengawasan Kemasan Pangan.

Jakarta: Badan POM RI.

Badan POM RI. (2013a). Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan

Republik Indonesia No. 29 Tahun 2013 tentang Rencana Strategis Badan Pengawas Obat dan Makanan Tahun 2010-2014. Jakarta: Badan POM RI.

Badan POM RI. (2013b). Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri RI dan

Dalam dokumen UNIVERSITAS INDONESIA (Halaman 39-68)

Dokumen terkait