• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PENUTUP

B. Saran

Tanpa mengurangi rasa hormat pada semua pihak, dan demi meningkatnya efektifitas upaya dalam meningkatkan profesionalisme guru dalam kompetensi pedagogik, maka peneliti menyampaikan beberapa saran sebagai bahan masukan, sebagai berikut:

63

berbagai pelatihan yang berkaitan dengan pengembangan proses pembelajaran.

2. Kepala sekolah, diharapkan untuk dapat menyelenggarakan pelatihan secara berkala, baik bekerjasama dengan masyarakat maupun lembaga lain untuk mengadakan berbagai upaya, seperti seminar, workshop dan penataran dalam meningkatkan kompetensi guru SMPN 177 Jakarta. Kemudian, kepala sekolah juga hendaknya menghimbau guru untuk memanfaatkan sarana dan prasarana sekolah, karena kenyataannya masih ada sebanyak 13% guru yang jarang memanfaatkan sarana dan prasarana yang sudah tersedia di sekolahsalah satunya perangkat teknologi.

(http://edukasi.kompas.com/read/2012/03/16/17455390/Rata.rata.Hasil.Uji. Kompetensi.Guru.Masih.Rendah). diakses pada 21 Juli 2014

Arifin, Mohammad. dan Barnawi. Etika dan Profesi Kependidikan. 2012. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Arikunto, Suharsimi. Manajemen Penelitian. 2005. Jakarta : Rineka Cipta. Arsyad, Azhar. Media Pembelajaran. 2011. Jakarta: Rajawali Press.

Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga.

2002. Jakarta : Balai Pustaka.

Faturrohman, Pupuh dan Sobry Sutikno. Strategi Belajar Mengajar Melalui Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islami. 2007. Bandung: Refika Aditama.

Hamalik, Oemar. Proses Belajar Mengajar. 2005. Jakarta: Bumi Aksara.

Hidayah, Rifa dan Elfi Mu’awanah.Bimbingan konseling islami di sekolah dasar.

2009. Jakarta: Bumi Aksara.

Hidayat, Syarif dan Asroi. Manajemen Pendidikan : Substansi dan Implementasi dalam Praktik Pendidikan di Indonesia. 2013. Jakarta: Pustaka Mandiri Iskandar, dan Mukhtar. Orientasi Supervisi Pendidikan. 2013. Jakarta: Referensi. Majid, Abdul. Perencanaan Pembelajaran : Mengembangkan Standar

Kompetensi Guru. 2012. Bandung : Remaja Rosdakarya. Mudlofir, Ali. Pendidik Profesional. 2012. Jakarta: Rajawali Press.

Mulyasa, E. Menjadi Kepala Sekolah Profesional. 2007.Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Mulyasa, E. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. 2008.Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Mulyasa, E. Menjadi Guru Profesional: Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. 2013. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Peraturan Pemerintah RI Nomor 74 Tahun 2008 Tentang Guru. 2009. Jakarta: Cipta Jaya.

Peraturan Pemerintah RI No 19 tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan. 2005. Jakarta: Sinar Grafika.

Purwanto, Ngalim. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. 2010. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. 2002. Jakarta: Balai Pustaka.

Ramayulis. Profesi dan Etika Keguruan. 2013. Jakarta: kalam Mulia.Sudijono, Anas. Pengantar Statistik Pendidikan. 2011.Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Sanjaya, Wina. Kurikulum dan Pembelajaran : Teori dan Praktek Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. 2011. Jakarta : Prenada Media Group.

Soetjipto, dan Raffli Kosasih. dan Profesi Keguruan. 2011.Jakarta : Rineka Cipta. Standar Kompetensi Kepala Sekolah TK, SD, SMP, SMA, SMK, SLB. 2007.

Yogyakarta : Pustaka Yustisia.

Surya, Mohammad. Psikologi Konseling. 2003.Bandung : Pustaka Bani Quraisy. Tohirin. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi).

2007. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Uno, Hamzah B. Perencanaan Pembelajaran. 2006. Jakarta: Bumi Aksara.

Uno, Hamzah B. Profesi Kependidikan : Problema, Solusi, dan Reformasi Pendidikan di Indonesia. 2008. Jakarta: Bumi Aksara.

Undang-Undang Guru dan Dosen No 14 Tahun 2005. 2009. Jakarta : Sinar Grafika.

Winkel, W.S. dan M.M. Sri Hastuti. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. 2004. Yogyakarta: Media Abadi.

1. Angket ini dibuat untuk kepentingan penelitian skripsi

2. Diharapkan Bapak/Ibu guru menjawab pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan sebenar-benarnya

3. Pilihlah satu jawaban yang sesuai dengan Bapak/Ibu guru dengan cara

memberikan tanda centang/ checklist pada salah satu pilihan alternatif jawaban yang telah disediakan.

SL = Selalu KD = Kadang-kadang

SR = Sering TP = Tidak Pernah

4. Terima kasih atas kesediaan Bapak/Ibu guru menjawab pertanyaan dalam angket ini.

No Pernyataan Pilihan Jawaban

SL SR KD TP

1. Anda mengetahui perbedaan karakteristik siswa di kelas anda.

2. Anda membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami materi pelajaran

3. Anda menyusun sendiri program tahunan, program semester, silabus dan RPP.

4. Anda menyiapkan bahan ajar sebelum masuk kelas. 5. Anda menyiapkan media pembelajaran sebelum

masuk kelas.

6. Sebelum memulai pembelajaran, anda mengkondisikan kelas terlebih dahulu.

7. Selain ceramah, anda menggunakan metode lainnya dalam menjelaskan materi pelajaran.

8. Anda mengevaluasi efektifitas metode pembelajaran yang anda gunakan.

9. Anda memanfaatkan teknologi dalam pembelajaran, misalnya : laptop, in-focus, internet.

10. Pada saat pembelajaran berlangsung, anda memberi pertanyaan siswa untuk bertanya.

11. Di akhir pembelajaran, anda bersama-sama siswa menyimpulkan materi pelajaran.

15. Anda mengadakan tes secara berkala. Misalnya: ulangan harian.

16. Anda menggunakan hasil belajar siswa, untuk perbaikan proses pembelajaran.

17. Anda mengarahkan siswa untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler yang diminati.

18. Anda mengadakan remedial bagi siswa yang bekum mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) 19. Anda memberi kesempatan siswa mengikuti

perlombaan, seperti perlombaan olah raga dan kesenian.

20. Kepala sekolah mengadakan pelatihan bagi guru. 21. Kepala sekolah melakukan supervisi terhadap proses

pembelajaran.

22. Kepala sekolah melakukan observasi kelas. 23. Guru dan kepala sekolah mendiskusikan metode

untuk pengembangan proses pembelajaran. 24. Kepala sekolah membimbing anda dalam

menginterpretasi tes untuk perbaikan proses pembelajaran.

25. Kepala sekolah membantu anda mengatasi masalah dalam proses pembelajaran.

26. Kepala sekolah memberikan anda kesempatan untuk mengikuti KKG dan MGMP.

Responden : Drs. H. Ngadiman, M. Si

Jabatan : Kepala Sekolah

Tempat / Tanggal Wawancara : Ruang Kepala Sekolah /Senin, 1 Desember2014

Pertanyaan :

1. Menurut Bapak, apa yang dimaksud dengan guru profesional?

Jawaban : menurut saya guru yang profesional adalah guru yang mampu melaksanakan tugas pokok dan fungsi dengan baik, memenuhi syarat utamanya yaitu menguasai materi pelajaran yang diampu, dan disenangi oleh anak didik.

2. Bagaimana dengan guru di SMP 177, apakah menurut Bapak sudah dapat dikatakan profesional?

Jawaban : Relatif. Menurut saya, guru-guru disini rata-rata sudah profesional. Walaupun masih ada beberapa yang belum.

3. Bagaimana pendapat Bapak terhadap kompetensi pedagogik guru?

Jawaban : ini kompetensi yang penting dimiliki guru. Karena berhubungan langsung dengan pola guru mendidik anak. Bagaimana guru mengajar di kelas dengan baik dan menggunakan metode yang tepat, sehingga anak termotivasi untuk mengikuti pelajaran yang disampaikan guru.

4. Apakah guru di sekolah ini sudah kompeten dalam bidang pedagogik guru? Jawaban : Sudah kompeten.

5. Bagaimana strategi Bapak untuk meningkatkan kompetensi pedagogik guru? Jawaban : strateginya melalui pelatihan, workshop, seminar.

seminar dengan memanggil narasumber yang kompeten di bidangnya, seperti motivator.

7. Apakah guru-guru sering mengikuti pelatihan yang berkaitan dengan pembelajaran?

Jawaban : Ya. Melalui MGMP dan penataran-penataran. Guru disini juga sudah banyak yang mengikuti pelatihan PTK (penelitian tindakan kelas), dan responnya cukup baik.

8. Apakah ada guru yang sedang melanjutkan pendidikan?

Jawaban : Ya, ada. Yang sedang S3 ada 3 orang. dan beberapa sedang S2. 9. Apakah guru-guru mengikuti forum profesi seperti KKG dan MGMP?

Jawaba : Ya, guru disini rata-rata selalu mengikuti KKG dan MGMP. 10. Apakah Bapak melaksanakan supervisi secara berkala?

Jawaban : Ya, dua kali dalam setahun, dilaksanakan tiap akhir semester. Tujuannya ya salah satunya untuk mengembangkan PKB (Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan).

11. Apa saja teknik supervisi yang dilakukan?

Jawaban : Tekniknya biasanya dengan melakukan pengamatan kelas, kunjungan kelas, dan pembicaraan individual.

12. Apakah Bapak membantu guru menyelesaikan masalah dalam pembelajaran? Jawaban : Ya tentu. Ini tugas penting kepala sekolah. Salah satunya masalah

siswa di kelas. Anak kan berbeda satu sama lain. Sehingga seharusnya guru tidak menyamaratakan, dan menggunakan pola mendidik yang sesuai, dan lebih memperhatikan lagi karakter dari tiap siswa, supaya kebutuhan belajar siswa terpenuhi.

13. Apakah ada perubahan terhadap kompetensi guru setelah dilakukan supervisi?

15. Apa saja kendala yang dihadapi dalam upaya meningkatkan kompetensi pedagogik guru di SMP 177 Jakarta?

Jawaban : Kendala yang dihadapi terkadang guru masih ada yang tidak mau untuk mengikuti pelatihan. Karena berbagai alasan. Seperti tidak ada waktu, dan tidak bisa meninggalkan keluarga.

Mengetahui,

Kepala Sekolah SMP 177 Jakarta

Drs. H. Ngadiman, M. Si NIP. 195812281984031005

Responden : Eno Tardana, S. Pd.

Jabatan : Wakil Kepala Sekolah

Tempat / Tanggal Wawancara : Ruang Guru /Jumat 19 Desember 2014

Pertanyaan :

1. Sejauh pengamatan Bapak, apakah guru-guru mencari tahu perbedaan karakteristik siswa ?

Jawaban : Ya, rata-rata guru tahu karakter siswa nya. Guru mencari tahu melalui pemberian tugas kelompok dan individu, nanti kan ketahuan mana siswa yang rajin, mana yang pinter, mana yang belum paham, mana siswa yang bisa bekerjasama, dan lain-lain. Guru juga mengamati perbedaan latar belakang sosial dan ekonomi siswa dari pertemuan dengan orang tua murid. Karena yang sekolah disini dari berbagai kalangan masyarakat.

2. Apakah guru juga mengidentifikasi kecenderungan belajar siswa?

Jawaban : Iya, mayoritas. Siswa kan berbeda-beda, ada yang belajar dengan metode ceramah saja langsung paham. Tapi banyak juga siswa yang harus belajar sambil latihan baru bisa mengerti. Ya, artinya disini guru menyesuaikan dengan kebutuhan siswa. Bagaimana caranya supaya siswa paham dengan materi yang kita (guru) ajarkan.

3. Apakah guru sering membantu siswa yang mengalami kesulitan untuk memahami pelajaran?

Jawaban : Sejauh ini rata-rata guru membantu siswa nya yang kesulitan untuk paham dengan materi pelajaran. Biasanya solusinya dengan pemberian pelajaran tambahan kalau memang diperlukan. Atau sekedar konsultasi dengan guru mata pelajaran yang bersangkutan.

yang jarang menggunakan media pembelajaran yang berbeda-beda. Pada umumnya sekarang misalnya mengajar memakai powerpoint guru masih ada yang belum terbiasa. Istilahnya belum mahir benar. Ya, harap dimaklumi, karena namanya sudah tua, ya kalau sudah usia segini gak bisa cepat langsung bisa menguasai teknologi sekarang. 5. Apakah guru juga selalu menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi?

Jawaban : untuk metode pembelajaran, memang masih ada guru yang mengajar menggunakan ceramah saja. Tapi rata-rata guru-guru yang lain sudah menyesuaikan dengan materi pembelajaran. kalau tidak cukup dengan ceramah ya pakai metode yang lain, dan tetap menyesuaikan dengan durasi lamanya pembelajaran.

6. Apakah guru sering mengikuti pelatihan tentang penggunaan teknologi dalam pembelajaran?

Jawaban : Sekolah sering mengadakan pelatihan. Kami memanggil narasumber, dan kadang dari lembaga lain. Seperti pelatihan menggunakan powerpoint dan menggunakan email. Pelatihan ini sebenarnya wajib diikuti. Akan tetapi memang kadang masih ada saja yang tidak ikut, dengan berbagai alasan. tetapi hanya sebagian kecil. 7. Apakah kepala sekolah selalu menghimbau agar memanfaatkan fasilitas

sekolah untuk digunakan dalam pembelajaran?

Jawaban : oh iya, kepala sekolah memang selalu menginstruksikan untuk dipakai fasilitas sekolah untuk pembelajaran. karena kan lebih baik rusak dipakai daripada rusak tapi belum pernah dipakai.

8. Apakah guru-guru selalu membuat sendiri instrumen penilaian siswa?

Jawaban : Itu tergantung. Kalau UAS ada yang dari sanggar atau dari MKS DKI, nah kalau UTS guru-guru yang buat nanti digandakan di sekolah. Tapi ada saja sebagian kecil guru yang memakai soal yang sudah ada. Memang ada kendala karena guru-guru kurang

yang tepat?

Jawaban : oh iya pernah. Bahkan beliau juga pernah mengetes kinerja. Beliau membuat kuesioner buat guru.

10. Apakah guru selalu mengadakan tes secara rutin?

Jawaban : oh kalau ulangan harian kan memang ditetapkan berapa kali ulangan harian, terus baru bisa UTS. Jadi di sekolah ada pekan ulangan. Memang kadang ada guru yang tidak sesuai jadwal mengadakan ulangan harian.

11. Setelah mengetahui hasil belajar siswa, apakah guru-guru selalu menggunakannya untuk perbaikan proses pembelajaran?

Jawaban : Iya, sejauh ini hampir semua guru selalu memanfaatkannya. 12. Sejauh pengamatan Bapak, apakah guru-guru selalu mengadakan remedial?

Jawaban : Iya, tetapi kadang-kadang masih ada guru yang menggunakan metode lain untuk remedial seperti memberi tugas individu untuk siswa yang nilainya belum cukup. Misalnya kadang ada guru yang memberi tugas membuat makalah nanti disesuaikan dengan materi pelajaran yang sudah diujiankan. Biasanya itu karena keterbatasan waktu ya. Kalau waktunya memungkinkan guru mengadakan remedial.

13. Apakah guru selalu memberikan izin siswa untuk mengikuti perlombaan? Jawaban : rata-rata mengizinkan. Tapi memang masih ada guru yang tidak

mengizinkan. Karena biasanya perlombaan tersebut dilaksanakan waktu gurunya sedang menerangkan pelajaran. Selama diluar jam pelajaran maka guru rata-rata mengizinkan.

14. Apakah kepala sekolah selalu melaksanakan supervisi secara rutin?

Jawaban : Iya. Dua kali dalam setahun. Terkadang kepala sekolah meminta saya (wakil kepala sekolah) untuk melaksanakan supervisi jika

15. Apakah kepala sekolah selalu membimbing guru dalam menganalisis dan menginterpretasi hasil tes untuk perbaikan proses pembelajaran?

Jawaban : Iya sering. Misalnya untuk hasil UN. Nanti dicari tahu kenapa misalnya nilainya jelek. Nanti dicari tahu solusinya. Apa metode nya yang kurang tepat, apa media nya yang kurang banyak dan kurang tepat, atau kondisi kelasnya tidak nyaman. Pokoknya hasilnya itu untuk perbaikan proses pembelajaran kedepannya.

16. Apabila ada masalah ketika pembelajaran berlangsung, apakah kepala sekolah selalu membantu guru untuk mengatasinya?

Jawaban : oh kalau ada masalah, diselesaikannya ditingkat bawah dulu. Misalnya ada siswa yang perilakunya kurang baik. nanti diselesaikan dulu oleh walikelas. Kalau tidak bisa nanti oleh guru BK, lalu ke saya (Wakil Kepala Sekolah) nah kalau masih belum bisa diselesaikan baru kepala sekolah bertindak. Apakah siswa ini dikeluarkan dari sekolah atau bagaimana.

Mengetahui,

Wakil Kepala Sekolah SMP 177 Jakarta

Eno Tardana, S. Pd.

Tempat/ Tgl. Lahir : Dolok sanggul/ 25 Oktober 1963

Jabatan : Guru Pendidikan Kewarganegaraan

Tempat, waktu wawancara : Ruang Guru, 7 April 2015

Pertanyaan

1. Sudah berapa lama menjadi guru ?

Jawaban : Sudah 20 sekian tahun saya mengajar.

2. Peserta didik memiliki berbagai perbedaan latar belakang, menurut Ibu bagaimana seharusnya seorang guru menyikapi perbedaan ini, agar peserta didik memperoleh pengalaman belajar yang sama?

Jawaban : Pertama, kita harus tahu latar belakang setiap siswa. Tidak ada yang dipilih kasih, semuanya sama. seperti pada saat kita masuk kelas, terlebih dulu kita harus selalu tegur sapa dengan anak, bangun komunikasi yang baik.

3. Apakah di kelas ada siswa yang berkebutuhan khusus, misalnya cacat fisik?

Jawaban : Ada juga. Ketika mengajar, saya sering memberikan pengarahan pada

siswa dengan filsafat hidup. bahwa “siapapun dia, bagaimanapun dia, dengar apa katanya, simak arti perkataannya, ambil hikmahnya.” Dari awal mulai pembelajaran saya sudah berikan pandangan itu ke siswa. Hargai setiap orang. Karena kenapa sampai kita itu berantem ada salah paham, itu sering dari mulut. Saya kembalikan lagi pada mereka, kenapa harus didengar. Makannya kalau mengajar saya gak langsung ke materi, tetapi saya berikan pandangan bahwa inilah kehidupan nyata. Masalah timbul karena belum apa-apa kita sudah salah mengerti orang.

4. Banyak berita yang negatif terhadap siswa usia belasan seperti siswa SMP, misalnya banyak yang tawuran, merokok, dan lain-lain. Bagaimana Ibu menyikapi sikap emosional siswa seperti ini?

Jawaban : disitulah guru berperan. Tetapi tidak terlepas juga orang tua di rumah. Jadi guru dan orang tua harus saling mendukung. Terutama, saya liat anak kelas 8 (delapan) paling tinggi gejolak kenakalan. Disinilah kita harus peduli dengan mereka. Ya dari latar belakang mereka tadi.

menurut saya pembelajaran harus dibuat se menyenangkan mungkin. Jangan buat belajar itu menjadi beban. Anggap itu benar-benar main dan benar-benar kita nikmati.

6. Salah satu aspek peserta didik adalah agama, bagaimana Ibu sebagai guru menyikapi ini, sehingga di kelas tidak ada yang merasa mereka beda sendiri atau minoritas?

Jawaban : saya selalu menanamkan nilai-nilai pancasila pada siswa. Apapun yang kita katakan kita perbuat tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai pancasila.

Disitulah pentingnya dasar negara, sila pertama “ketuhanan yang maha esa” itu kan

diikuti sila yang lain. Kalau kita sudah menjalankan sila pertama ini dengan baik dan benar berarti kan semuanya itu akan berjalan dengan baik. Tuhan saja sayang pada ciptaannya. Mengapa kita tidak bisa. Jadi tidak boleh lepas dari iman dan takwa. Karena hanya materi pelajaran, mereka bisa mencari sendiri. Tapi kesadaran harus dibina.

7. Bagaimana cara Ibu menanamkan nilai-nilai moral pada siswa?

Jawaban : kita lihat dulu kondisi mereka, kadang saya ajak dulu bernyanyi. Kita ajak mereka senang. Saya tidak ingin menjadi guru yang ditakuti. Saya mempersilahkan mereka apa yang bisa saya bantu. Saya bantu semampu saya. Banyak juga yang bercerita pada saya masalah yang mereka hadapi. Karena menurut saya, mendidik anak tidak harus memukul fisik. Karena bisa dengan nasehat.

Narasumber,

Nama : Nur Budiarti, S. Pd. Tempat/Tgl. Lahir : Jakarta/ 15 Februari 1968

Jabatan : Guru Bahasa Indonesia

Tempat, Waktu wawancara : Ruang Guru, 7 April 2015

Pertanyaan

1. Bagaimana menyikapi perbedaan aspek peserta didik (berbeda fisik, intelektual, latar belakang sosial, budaya, agama) dalam pembelajaran, agar mereka memiliki pengalaman belajar yang sama, tidak ada yang merasa tersisihkan?

Jawaban : anggapan pertama, jangan pernah membedakan. Anggap mereka sama. agar mereka tidak merasa dibeda-bedakan dan tidak merasa ada yang pilih kasih.

2. Apakah di kelas Ibu ada peserta didik yang berkebutuhan khusus di kelas?

Jawaban : Alhamdulillah tidak ada sekarang. Semua normal secara fisik.

3. Bagaimana cara Ibu sebagai guru dalam menyikapi emosional dari peserta didik usia SMP yang dinilai masih labil?

Jawaban : banyak diajak ngobrol, sharing baik itu pada saat di kelas, ataupun pada saat di luar jam belajar. Seingetnya guru. kalau ada waktu luang ya kita usahakan untuk lebih sering mengajak mereka bercerita. Pernah dulu pengalaman saya mengajar di sekolah swasta, ada siswa yang seperti preman sikapnya. Bahkan kepala sekolah pun ditantang sama dia. Kemudian, saya menjadi wali kelasnya, dan saya pun awalnya merasa bingung bagaimana caranya menghadapi siswa yang seperti ini. Tidak memiliki rasa takut terhadap guru. kemudian, saya mencari tahu ternyata memang orangtua nya (ayahnya) preman. Lalu saya berinisiatif untuk menjadikan ia ketua kelas. Saya beri kepercayaan. Saya ajak bicara baik-baik, bahwa dia harus bisa jadi anak yang baik. alhamdulillah dia berubah. Lebih bertanggung jawab dan tidak lagi berbuat kenakalan di sekolah. Itu pengalaman saya.

Jawaban: kebetulan saya tidak melakukan. Tetapi jika ada siswa yang kesulitan dalam memahami pembelajaran. misalnya kita sudah tahu nilainya mana yang masih kurang. Nanti anaknya kita panggil. Lalu diberi tahu kamu masih kurang dimateri ini. Kita ajak sharing aja. Nanti dijelaskan lagi sedikit-sedikit sampai dia paham. Pokoknya kita prinsipnya selalu kita ajak dia untuk konsultasi sama kita kalau ada masalah. Baik itu pembelajaran atau di luar pembelajaran.

5. Menurut Ibu, bagaimana seharusnya seorang guru menanamkan nilai-nilai moral pada siswa?

Jawaban: ya, bisa melalui pemberian contoh pada saat pembelajaran. contoh-contoh yang sesuai ya. Lalu kita juga dalam menyampaikan sesuatu pada siswa jangan dengan nada marah, beri bahasa yang santun, yang tidak membuat mereka takut. Karena susah nanti mereka menerima nasehat dari kita. Lebih baik posisikan diri sebagai sahabat. Sehingga ketika kita memberikan pelajaran apapun, akan lebih mudah mereka terima dan meereka pahami.

Narasumber,

Tempat/Tgl. Lahir : Bantul, 13 Juni 1961

Jabatan : Guru IPS

Seni Tari (pada ekstrakurikuler) Tempat, Waktu wawancara : Ruang Guru, 7 April 2015

Pertanyaan

1. Bagaimana menurut Ibu guru seharusnya menyikapi perbedaan karakteristik siswa di kelas, agar semua siswa punya pengalaman yang sama dalam belajar, sehingga tidak ada siswa yang merasa tersisih?

Jawaban: kalau saya pribadi tidak pernah membedakan hal seperti itu, karena porsinya dia itu sama mba. Keseluruhan dia punya satu tujuan yang sama. Jadi dari awal perkenalan , saya mengarahkan pada mereka bahwa kita semua sama. tujuan kita sama, untuk belajar. Manusia adalah makhluk individu. semua punya kelebihan dan kekurangan masing-masing. Itu pada awal perkenalan. Untuk kedepannya saya sering membuat kelompok untuk metode pembelajaran. jadi

bentuk diskusi kelompok, saya katakan “ awas tidak boleh ada yang tidak masuk

dalam kelompok, kalian tidak boleh membeda-bedakan teman, karena tujuan

kalian sama mendapatkan nilai yang bagus di dalam pelajaran IPS ini.” Jadi

sampai sekarang tidak pernah ada trouble.

2. Bagaimana jika ibu menemukan situasi ada siswa di kelas yang sikapnya sedikit berbeda dari teman-temannya?

Jawaban : oh kalau masalah seperti ini sering, biasanya saya akan memanggil siswa tersebut, lalu saya ajak keluar kelas, biar gak malu ya, kalau di kelas kan

takut dia malu. Lalu saya tanya “kamu kenapa, kok murung, ada masalah apa.

Biasanya begitu. Nanti kita carikan solusinya. Atau misalnya ada juga siswa yang terlalu over, terlalu sombong, itu keliatan. Ya jadi nanti saya nasehati dia secara baik-baik. ada juga siswa yang terihat tidak suka sama kita. makannya dari awal pembelajaran saya sudah mengatakan aturan-aturan di kelas saya, secara tegas tapi tidak kasar, pakai bahasa santun. Supaya mereka disiplin. Itu trik nya. Saya juga

berkunjung pada kelompok lain. dan mendengarkan penjelasan kelompok yang

Dokumen terkait