• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V. PENUTUP

B. SARAN

B. Saran

Pada bagian ini penulis ingin menyampaikan saran kepada berbagai pihak yang bertugas dalam bidang pembinaan iman dan pewartaan untuk mewartakan karya keselamatan Kritus bagi semua orang.

1. Pihak Pembina Asrama Seminari St. Paulus Nyarumkop Kalimantan Barat Pembina seminari diharapkan lebih memperhatikan apa yang menjadi kebutuhan para siswa seminari dan perlu meluangkan waktu yang lebih banyak untuk mengkoordinasi kegiatan-kegiatan yang ada di Asrama Seminari St. Paulus Nyarumkop Kalimantan Barat dan melaksanakan pembinaan iman yang sudah diprogramkan. Dalam hal ini pembina seminari perlu memperhatikan tema, tujuan, materi, dan sarana pendukung dalam pembinaan iman. Tema pembinaan iman perlu juga disesuaikan dengan masalah yang sedang dihadapi para siswa Seminari St. Paulus Nyarumkop Kalimantan Barat.

2. Pihak Sekolah SMA Seminari St. Paulus Nyarumkop

Adapun tujuan dari pembinaan yang dilakukan di sekolah adalah agar tercapainya tingkat intelektualitas yang memadai sebagai persiapan diri siswa guna melanjutkan studi di Perguruan Tinggi atau Seminari Tinggi. Oleh karena itu pihak sekolah perlu membentuk wawasan intelektual para siswa dengan memberikan bermacam ilmu pengetahuan. Dalam hal ini pihak sekolah perlu menciptakan suasana kerasan, keterbukaan, keadilan, kejujuran, dan kemandirian, agar para siswa mampu bersikap kritis terhadap pendapatnya sendiri maupun pendapat guru dan pembimbing. Pihak sekolah perlu menyediakan sarana pendukung, misalnya perpustakaan, buku-buku pelajaran yang lengkap, laboratorium, komputer, dan sarana lainnya yang dapat mendukung kelancaran proses belajar mengajar di Sekolah.

115 Yogyakarta.

Lanur Aleks. (1983). Menemukan Diri. Yogyakarta: Kanisius.

Banawiratma, (1986). Wahyu Iman Kebatinan. Yogyakarta: Kanisius.

Bartruff, (2003) Menjadi Pribadi yang Dikehendaki Tuhan. Jakarta: Gunung Mulia Dienne & Karris Robert. (2002). Tafsir Alkitab Perjanjian Baru. (A.S. Hadiwiyata,

Penerjemah). Yogyakarta: Kanisuis.

Darminta. (2007). Diktat Spiritualitas Dasar Kristiani. Universitas Sanata Dharma, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan-IPPAK.

Goretti, Sugiarti. (1999). Pendampingan Iman Anak. Yogyakarta: Fifa USD

Gibran Khalil (1999). Yesus Sang Anak Manusia. Yogyakarta: Yayasan Benteng Budaya.

Haring Bernhard. (2004). Doa Nafas Hidupku. Jakarta: Obor Heuken. (1989). Tantangan Membina Kepribadian. Jakarta: Obor.

Iswarahadi, Y. I. (2002). Pendidikan Iman di Jaman Audio Visual . Seri Puskat 334. Yogyakarta.

______________ (2003). Beriman Dengan Bermedia, Antologi Komunikasi. Yogyakarta: Kanisius.

Komisi Kateketik KWI. (1994). Naratif Eksperiensial.

Konsili Vatikan II. (1993). Dokumen Konsili Vatikan II (R. Hardawiryana, Penerjemah). Jakarta: Obor (Dokumen asli diterbitkan tahun 1965).

Konferensi Waligereja Indonesia. (2006). Kitab Hukum Kanonik. Bogor: Grafik

Mardi Yuana.

Kriyantono. (2006). Riset Komunikasi. Jakarta: Media Group. LAI. (1995).Alkitab. Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia.

Mangunharjana, (1986). Pendampingan Kaum Muda. Yogyakarta: Kanisius. ______________(1985). Membimbing Rekoleksi. Yogyakarta: Kanisius. Meriko, http://yesaya.indocell.net/id766.htm. accessed on march 8, 2009.

Olivera, Manuel. (1989). Group Media. (Ruedi Hofmann, Penerjemah). Yogyakarta: Kanisius.

Paulus VI. (1993). Evangelii Nuntiandi (Tantangan Karya Pewartaan Injil Pada Zaman Moderen). (Hadiwikarta, J. Pr. Penerjemah). Jakarta: Dokpen KWI. (Dokumen asli diterbitkan tahun 1975).

Panomban, Terry. Htt://www.yesaya.indocel.ned/id.html. accessed on august 28, 2007.

Paguyuban Devosi Kerahiman Ilahi. (2003). Merayakan Pesta Kerahiman Ilahi. Semarang: Paguyuban Kerahiman.

Powell John. (1991). Beriman Untuk Hidup Beriman Untuk Mati. Yogyakarta: Kanisius.

Poerwadarminta, W.J. (1961). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Roger. Cari Ransom. (1987). Antara Engkau dan Aku. Jakarta: Gramedia. Suharsimi, Arikunto. (1998). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Sutrisno Hadi. (1974). Metodologi Reseatch I. Yogyakarta: Fakultas Fsychologi Universitas Gajah Mada Yogyakarta.

Suhardi. Alfon S. OFM (ed). (1995). Pedoman Dasar Pembinaan Calon Imam Bagi Seminari Menengah. Spektrum, No. I. Jakarta: Departemen Dokumentasi dan Penerangan KWI.

Tondowijojo, J.V.S., C.M . Peran Media Masa Dalam Pendidikan Modern, 378/ 183 Ursulin Unio Roma. (1995). Kata-Kata Santa Angela Regula, Nasihat, Warisan:

Yayasan

Wilfnid. A. N. (2003). Evaluasi Top-er Kapusin. Duta, 194,16.

Yohanes Paulus II (1979). Catechesi Tradendae, Terjemahan Hardawiryana. Jakarta: KWI.

Media Elektronik VCD

SAV Puskat. (1996). Mengikui Jejak St. Fransiskus Xaverius. Yogyakarta: SAV Puskat

___________. (2004). Jalan Setapak Menuju Damai. Yogyakarta: SAV Puskat. ___________. (2006). Oase di Tengah Keringnya Jaman. Yogyakarta: SAV Puskat ___________. (2007). Betlehem van Java. Yogyakarta: SAV Puskat.

Mohon dijawab sesuai dengan kenyataan yang ada dan suara hati anda! Identitas Responden 1.Nama Lengkap... 2.Usia... 3.Asal Daerah... 4.Motivasi masuk seminari... ... Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang anda anggap benar sesuai dengan kenyataan yang ada!

Upaya Meningkatkan Penghayatan Iman Bagi Siswa Seminari

5. Menurut pendapat anda apakah pihak SMA seminari sudah mengupayakan bentuk katekese yang dapat meningkatkan penghayatan iman anda?

a. Sudah diupayakan b. Belum diupayakan c. Tidak tahu

d. ...

6. Sejauh mana upaya meningkatkan penghayatan iman yang dilakukan seminari untuk meningkatkan penghayatan iman anda laksanakan?

a. Dilaksanakan setiap pagi hari dan malam hari b. Dilaksanakan seminggu 3 (tiga) kali

c. Dilaksanakan seminggu 1 (satu) kali d. ...

7. Bagaimana sikap anda terhadap upaya peningkatan penghayatan iman yang sudah ada?

a. Mengikutinya tergantung kesadaran diri

a. Senang

b. Biasa-biasa saja c. Bingung

d. Tidak tahu

Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang anda anggap benar sesuai dengan kenyataan yang ada!

Bentuk-bentuk Pembinaan Iman

9. Bentuk pembinaan iman macam apa yang diupayakan pihak seminari untuk meningkatkan penghayatan iman anda?

a. Retret b. Rekoleksi

c. Katekese/pembinaan iman d. ...

10. Bentuk pembinaan iman macam apa yang sering dilaksanakan di SMA Seminari St. Paulus Nyarumkop?

a. Retret b. Rekoleksi

c. Katekese/pembinaan iman d. ...

11. Apakah anda sering mengikuti bentuk pembinaan iman dengan tujuan meningkatkan penghayatan iman yang dilaksanakan oleh SMA Seminari St. Paulus Nyarumkop? a. Selalu mengikuti

b. Sering mengikuti

c. Kadang-kadang mengikuti d. Tidak pernah mengikuti

c. Tidak membantu d. Tidak tahu

13. Pernahkah anda mengalami kesulitan dalam mengikuti bentuk pembinaan iman yang diupayakan oleh SMA Seminari St. Paulus Nyarumkop?

a. Pernah

b. Kadang-kadang c. Tidak pernah d. Tidak tahu

14. Sesuai jawaban No. 13, kesulitan macam apa yang anda alami dalam mengikuti pembinaan iman yang sudah diupayakan pihak SMA Seminari St. Paulus Nyarumkop?

a. Pembinaan iman yang dilaksanakan tidak terorganisir b. Pembinaan iman yang dilaksanakan terlalu monoton c. Masalah pribadi

d. ...

15. Apakah anda berusaha untuk mengatasi kesulitan yang anda alami? a. Ya, sudah berusaha, caranya...

b. Tidak, alasannya...

c. Masih dalam rencana, yaitu...

d. Tidak tahu, alasannya...

Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang anda anggap benar sesuai dengan kenyataan yang ada!

Pandangan Mengenai Katekese Audio Visual

16. Apakah di SMA Seminari St. Paulus Nyarumkop dilaksanakan katekese audio visual (pembinaan iman)?

a. Selalu mengikuti

b. Kadang-kadang mengikuti c. Tidak pernah mengikuti

d. ...

18. Bagaimana perasaan anda terhadap pelaksanaan katekese audio visual (pembinaan iman)? a. Senang sekali b. Biasa-biasa saja c. Binggung d. Tidak tahu 19. Apakah katekese audio visual membantu memperkembangkan hidup rohani anda? a. Sangat membantu, alasannya...

b. Binggung, alasannya...

c. Tidak membantu, alasannya...

d. Tidak tahu, alasannya...

20. Apakah ada usulan dan saran anda terhadap pelaksanaan katekese audio visual agar dapat meningkatkan penghayatan iman atau panggilan anda untuk menjadi imam?...

Rasul Kerahiman Ilahi

Santa Faustina ini dilahirkan pada tanggal 25 Agustus 1905 di Glogowiec, dekat dengan kota Lodz di Polandia. Nama asli Santa Paustina adalah Helena. Dia merupakan anak ke tiga dari 10 bersaudara. Di usia mudanya ia banyak sekali mengalami peristiwa spiritual yang unik dan banyak menghabiskan waktunya berdevosi dan berdoa. Pada saat Helena berusia 7 tahun, ia mendapat panggilan Tuhan untuk hidup menjadi religius namun orangtuanya tidak mau mendengar Helena masuk biara. Karena Helena patuh pada orangtuanya, sehingga pada usia 14 tahun Helena berhenti sekolah dan bekerja membantu orangtuanya, karena mereka tergolong keluarga miskin. Helena bekerja sebagai pembantu rumah tangga.

Dalam hal ini Helena berusaha tidak menghiraukan panggilan Tuhan untuk hidup membiaranya. Akan tetapi pada saat Helena berusia 19 tahun, di saat berdansa pada suatu pesta di halaman belakang Katedral, ia mendapatkan penampakan dari Yesus. Yesus berkata kepada Helena:

“Berapa lama Aku harus menunggumu...dan berapa lama kau membiarkan Aku menderita...?” mendapat penampakan itu, Helena segera masuk ke Katedral, dan bertanya: ” Tuhan Yesus, katakanlah apa yang harus aku perbuat?” Yesus menjawab:

Mercy). Di sana Helena diterima menjadi postulan pada tanggal 1 Agustus 1925. Selanjutnya Helena masuk novisiat di biara dekat Krskow dan diberi nama Maria Faustina.

Dalam tahun-tahun berikutnya, Sr. Faustina mengalami banyak pengalaman mistik. Semuanya dicatat dalam BCH dengan judul “Kerahiman Ilahi Dalam Jiwaku” (Divine Mercy in My Soul). Catatannya langsung tanpa koreksi apa pun. Karena hanya bersekolah tiga tahun, Sr. Faustina diserahi tugas-tugas biara yang sederhana, seperti berkebun, memasak dan menjaga pintu diberbagai biara di Krokow, Plockdan Vilnius. Walaupun hidup dan tugasnya sangat sederhana dan membosankan, ia menjalaninya dengan luar biasa.

Helena beberapa minggu setelah masuk kehidupan biara, ia terkena TBC dan menderita akibat penyakit itu. Untuk yang lama, superior dan teman-temannya tidak menyadari gangguan TBC yang menyerang Sr. Faustina. Keadaannya bertambah parah, tetapi Sr. Faustina tetap mau menyelesaikan tugas-tugasnya.

Dokumen terkait