• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PENUTUP

B. Saran

Warna merupakan salah satu mise-en-scene dalam film. Penggunaa warna pada setting film berperan penting untuk memperkuat setting dalam suatu adegan, mulai dari menunjukkan ruang waktu, mood, status sosial, dan mendukung aksi.

Penggunaan warna dalam film dapat memiliki persepsi yang berbeda, bergantung pada elemen-elemen lain, seperti garis besar cerita, adegan tokoh, ekspresi, dialog.

Pengkajian warna memerlukan detil yang teliti dari setiap aspek dalam film, mengingat warna sendiri memiliki makna ganda. Seperti warna merah dapat melambangkan amarah, dapat juga melambangkan gairah.

Penelitian warna dengan genre film yang berbeda tentu dalam penggunaan warna pasti memiliki arti atau makna yang berbeda. Penelitian ini berfokus pada kajian teks, dengan menganalisis warna pada setting yang didukung dengan teori-teori warna. Selain melalui observasi, validitas data melalui wawancara dengan pihak yang bersangkutan, penting untuk mendukung hasil observasi.

Film Abracadabra sendiri merupakan film drama komedi yang memainkan warna pada setiap setting, dengan menyalahi warna asli atau warna konvensional. Selain keberadaan warna sebagai penguat setting pada film tersebut, masih banyak pula hal-hal menarik lain dari film Abracadabra yang

dapat dikaji baik dari segi konten maupun teknis, sehingga dapat dihasilkan penelitian baru yang lebih informatif, dan inovatif.

DAFTAR ACUAN

Pustaka:

Adams, S., & Helfand, J. (2017). The Designer’s Dictionary of Color. Abrams.

Arikunto, S. (2013). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik (Ed. Rev. VI, Cet. 14). Rineka Cipta.

Darmaprawira W. A & Sulasmi. (2002). Warna: Teori dan Kreativitas Penggunaannya. Penerbit ITB.

Eboch, M. M. (2015). A History of Film. Abdo Publishing.

Gibbs, J. (2002). Mise-en-scène: Film Style and Interpretation. Wallflower Press.

Kennel, G. (2007). Color and Mastering for Digital Cinema. Focal Press.

Moleong, L. J. (1996). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. PT Remaja Rosdakarya.

Pawito. (2007). Penelitian Komunikasi Kualitatif. LKiS.

Pratista, H. (2017). Memahami Film (Edisi 2) (2nd ed.). Montase Press.

Sanyoto, S. E. (2010). Nirmana Elemen-Elemen Seni dan Desain.

Subagiyo, Sulistyo. (2013). Dasar Artistik 1. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

Stokes, J. C. (2003). How to do Media & Cultural Studies. SAGE.

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Pendidikan: (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D). Alfabeta.

Turner, G. (Ed.). (2002). The Film Cultures Reader. Routledge.

Sumber Internet:

Alur (Plot) Adalah—Pengertian, Contoh, Unsur, Jenis, Tahap. (n.d.). Retrieved February 23, 2021, from https://www.gurupendidikan.co.id/alur-plot/

Dari India Hingga Afrika, Ini Makna Warna di Beberapa Negara Dunia—Semua Halaman—National Geographic. (n.d.). Retrieved February 23, 2021,

from https://nationalgeographic.grid.id/read/131665120/dari-india-hingga-afrika-ini-makna-warna-di-beberapa-negara-dunia?page=all

FilmIndonesia. (2021, February 20). Abracadabra.

http://filmindonesia.or.id/movie/title/lf-a011-19-948197_abracadabra#.YDDPkNgzbDd

Fourcoloursfilms. (2021, February 20). Abracadabra.

https://fourcoloursfilms.com/abracadabra/

M. Deswal and N. Sharma, “A Simplified Review on Fast HSV Image Color and Texture Detection and Image Conversion Algorithm,” Int. J. Comput. Sci.

Mob. Comput., vol. 3, no. 5, p. 7, 2014

McLeod, J. (2016). Colours Psychology Today. O Books.

https://www.overdrive.com/search?q=F57C1358-C12C-4B44-9825-70FA11D9C411

Sagita, R. P., & Da, NRA. C. (2018). Visualisasi Setting sebagai Penunjuk Waktu dalam Film Aach Aku Jatuh Cinta. Capture : Jurnal Seni Media Rekam, 9(2), 92. https://doi.org/10.33153/capture.v9i2.2090

Sugihartono, R. A., & Sintowoko, D. A. W. (2014). Kostum dalam Membangun Karakter Tokoh pada Film Soekarno. Capture : Jurnal Seni Media Rekam, 6(1), 18. http://doi.org/10.33153/capture.v6i1.725

Tri Budi Antono, U. (2013). Dekorasi dan Dramatika Tata Panggung Teater.

Resital: Jurnal Seni Pertunjukan, 10(2), Article 2.

https://doi.org/10.24821/resital.v10i2.478

GLOSARIUM

Analogue : Penggunaan warna yang berdekatan satu sama lain pada roda warna

Chakra : Dala Hinduisme dan dalam sebagian budaya Asia, cakra dipahami sebagai pusat energi metafisik dan/atau biofisis dalam tubuh manusia.

Color Grading : Pewarnaan skema warna video rekaman Complementer : Penggunaan warna yang berseberangan satu

sama lain pada roda warna

Frame : Tangkapan gambar

Genre : Klasifikasi film dengan pola yang sama Mise en scene : Segala hal yang berada di depan kamera Monochrome : Skema berdasarkan variasi nilai dan intensitas

satu warna.

Off screen : Suara yang dihasilkan oleh karakter/obyek diluar frame. orang, struktur sosial,faktor ekonomi, adat, dan moral).

Shot : Adegan yang direkam kamera

Tint : Campuran suatu warna dengan putih untuk meningkatkan kecerahan

Tone : Campuran suatu warna dengan kelabu, untuk meningkatkan shading atau bayangan.

Triadic : Penggunaan tiga warna yang berjarak sama satu sama lain pada roda warna

Yggdrasil : Pohon kehidupan, dan pohon yang sangat besar yang memiliki mistis serta menghubungkan beberapa dunia dalam mitologi Nordik

LAMPIRAN

Lampiran Transkip Wawancara Terhadap Faozan Rizal

Pewawancara Sebelumnya perkenalkan, saya Muhammad Rizal dari Institut Seni Indonesia Surakarta, saya menghubungi mas Fozan untuk melakukan wawancara dan verifikasi data. Karena penelitian saya meneliti film abracadabra, kalau begitu langsung saja mas ya. Untuk genre sendiri film abracadabra itu apa mas ?

Faozan Rizal Kita itu membebaskan genre, tapi kalau kita melihat disitu fantasi pasti yakan, nanti dimasukin ke genre fantasi. Karena waktu abracadabra ini ditulis, sebenarnya kita nyari itu ke horor dan fantasi festivalkan dananya. Naskahnya kan menang pertama kali di (Pocha) Korea Selatan, disitu kita punya uang sedikit untuk development naskah, nah kita mulai development naskah di draft duakan itu diundang Sydney film festival.

Untuk fantasi film festival juga, disana kita dapat grand juga untuk story development, jadi kita develop lagi trus kemudian diudang di Italy di Udinesse. Nah di Italy Udinesse ini kita ketemu orang-orang media dari Singapore, yang tertarik untuk membiayainya. Kalau dilihat sejarah dari film ini kita founding itu ya fantasi film.

Pewawancara Untuk konsep dibebaskan tapi diarahkannya berarti di fantasi mas ya ?

Faozan Rizal Iya

Pewawancara Settingnya sendiri untuk abracadabra itu bagaimana mas sebenarnya ? di dunia real kita atau dunia fantasi?

Faozan Rizal Abracadabra sebenarnya menggaris bawahi sewaktu kecil kita menonton sulap. Kita kan gak tahu apa-apa kita bingungkan, orang bisa dipotong, orang bisa terbang. Secara nalar kita bingungkan, kita lebih menekankan kebingungan itu dengan

menggunakan trik-trik seperti CGI berbagai macam untuk menanggulangi itu kan jadi kayak film fantasi banget, banyaklah film yang kayak gitu Starwars juga begitukan. Kita dibawa antara percaya dan tidak percaya. Tapi kita tetap dalam koridor dalam film festival dengan film eksperimentalnya, ada dieksperimentasi naratif itu sendiri. Menjadi bingung seperti waktu kita menonton sulap itu sendiri. Saya ingin membawa kesitu sebenarnya.

Pewawancara Jadi eksperimentalnya itu lebih dinaratifnya ?

Faozan Rizal Iya, iya tidak tiba ternyata ini ternyata itu, jadi ya gitu-gitu aja kita potong-potong. Kita bolak balik logika seharian logika film, dan logika tata Hollywood dan cara bercerita Hollywood.

Pewawancara Di film bagian warna kan yang paling menonjol, dari hasil analisis saya sendiri menggunakan color pallet, dari mas Faozan sendiri sebenarnya menggunakan apa ?

Faozan Rizal Color pallet pasti, jangan lupa kita mengkumpulkan temen-temen kita kayak Vida di tata artistik dan (Ajai) kostum, adalah temen-temen yang seleranya sama dilukisan. Kita sama-sama suka lukisannya Friza sama-sama suka lukisan Bosch. Dari situ itu saya lebih gampang mengplan penata artistik dan penata kostum saya untuk “ ini scene ini dibikin lukisannya Friza deh karena ini sama ini itu (colorbratif)”. Nah kayak gitu itu saya dapat lihat pameran, baca buku, lihat lukisan. Dan semuanya keluar saat kita bikin frame jadi frame by frame itu semua dari lukisan. Kalau ada anak dari seni murni pasti keinget para maestro-maestro seni lukis kita.

Pewawancara Itu hampir semua scene atau beberapa mas ? Faozan Rizal Shot malah, pershot itu lukisan orang

Pewawancara Jadi pershot itu adalah menggunakan referensi lukisan orang ya mas ?

Faozan Rizal Kayak shotnya si Sofnila yag lagi bangun dari box yang pertama itukan sebenarnya menggunakan Salvador Dali, Salvador Dali women in the sea itu jamannya dia belum surealis, kita menambahkan surealis dengan gagangan pintu dibanyakin aja deh. Biar orang kembali mengingat ini tu Dali, ini komposisinya Dali judulnya women in the sea tapi waktu Dali masih awal-awal melukis belum menjadi maestro surealis sekarang ini.

Pewawancara Kalau untuk kostum dan makeup sendiri bagaimana mas?

Faozan Rizal Sama kita mensurealistikanya gini, kita masuk ke wilayah yang banyak kritik sosial jugakan,. Maksudnya kita masuk ke kantor polisi, banyak kantor polisi yang menggunakan abu-abu, coklat sehingga biasa aja. Ketika aku bikin pink orang akan ingat satu Wes Anderson, kita kasih kantor polisi pinkkis apasih yang terjadi dengan polisi sekarang ini. Kalau membawanya kekritik sosial kita juga melakukan dengan warna itu.

Pewawancara Jadi untuk setting banyak menggunakan kritik sosial mas ya untuk warnanya ?

Faozan Rizal Kebanyakan warna kantor polisi, kebanyakan kita bawa kesitu walaupun secara satir dan kita masukinnya ke black komedi.

Karena banyak festival menganggap itu black komedi.

Yasudahlah aku bukan orang yang mematok genre film.

inginnya menampilin sesuatu yang gak pernah dipikirkan oleh penyutradaraan Indonesia. Karena sutrada Indonesia terpatok jumlah penoton, dan takut penonton ngerti ceritanya gak, dan sebagainya. Kita pengennya membebaskan karya ini sebagai relaksasi visualnya

Pewawancara Untuk propertinya juga sama penggunaan referensinya?

Faozan Rizal Semuanya, kayak Reza tidur di badthup waktu di hotelnya, setelah melenyapkan orang. Ngapain dia tidur di badthup ?.

Tapikan kita melihat hal seperti itu banyak di karya temporerinya Le Corbusier fotografer Prancis yang yang lebih mirip lukisan.

Pewawancara Mungkin itu dulu mas, saya jadi mendapatkan banyak sekali data dan refereni untuk penelitian ini.

Faozan Rizal Karena referensi kita gila-gilaan semuanya dari pelukis, dari perframe-perframe bisa tahu, ada Escher disitu dengan tangga-tangga, itu desain grafis dari Italy. Sebenernya yang bikin saya menangis itu kan disitu banyak pink masa itu misunderstanding, kayak Budapest yang serba pink masa misunderstand semua. Kita itu sebenarnya mau menyampaikan yang lainkan. Kita hadirkan visual sulapanlah, kamu jangan tertipu dengan visualnya. Kamu ingin ikut ceritanya, tapi ceritanya kita bikin eksperimental naratif tapi gak bisa mengiktinya. Jadi apa yang bisa kamu ikutin? Ya kamu ikutin sans mu divisual arts. Apapun warna dan bentuk, adegan,

ingatan masalalu tentang tong setankah, potong leherkah yang ada di kampung-kampung kita ada carousel. Ambil aja bagian satu shot kamu pulang kamu bisa senyum pernah teringat sesuatu di masa kecil. Ada mimpi mu yang kayak gitu. Saya membuat film kayak gitu bukan ngomongin cerita yang ada direal atau cerita yang bikin fantasi.

Pewawancara Kalau untuk warna sendiri mas, secara psikologis secara mood bagaimana ?

Faozan Rizal Waktu kita masuk ke rumah Reza kita menggunakan tosca dan pink, dan Reza menggunakan biru dan kuning. Di teori manapun itu warna yang saling menabrak. Tapikan kita lagi nabrakin teori.

Pewawancara Seperti adegan Reza di hutan itukan bagaimana Reza dengan lingkungan yang mencolok sehingga emosinya berbeda itu bagaimana?

Faozan Rizal Kita selalu menabrakan teori sehingga pink gak bisa sama tosca masukin aja gak papa ininya pink ininya tosca, kita melihat color pallet, anti palletnya bisa nih kita mainin. Kalau misalnya kita ngecat mobilnya jadi pink. Dan berjalan di hijau itu harmonik bagi kita. Tapi saat daunnya kita rubah jadi kuning kecoklatan walaupun itu seperti adobe photoshop. Tapikan lagi ngomongin lain, kamu akan melihat mobil itu karena kamu gak enak lihat daun dengan warna kuning itu. Karena secara psikologi visual kamu secara alam bawah sadarmu gak akan terima Indonesia daunnya kuning.

Pewawancara Mungkin untuk sementara itu dulu pak.

Faozan Rizal Baik, kamu whatsapp aja kalau butuh sesuatu karena pandemik ini jadi susah segalanya.

Pewawancara Baik pak. Terima kasih atas waktunya.

Lampiran Surat Ijin Permohonan Penelitin Dari Kampus Kepada Rumah Produksi Fourcolors

Lampiran Email Balasan Perijinan Penelitian Film Abracadabra Beserta Link Film

Dokumen terkait