• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Lingkungan Fisik 1 Letak dan luas

4.1.4 Sarana dan prasarana

Takandjandji (2004) mengemukakan bahwa terdapat beberapa sarana dan prasarana yang harus dipersiapkan dalam suatu penangkaran rusa diantaranya kandang, pagar, areal pengembangan pakan, tempat makan, tempat minum, jalan kontrol, saluran air dan gudang peralatan.

Hutan Penelitian Dramaga memiliki sarana dan prasarana berupa perkantoran, bangunan yang mencakup kandang, pagar, gudang peralatan, perumahan karyawan dan areal pengembangan pakan. Di samping itu, HP Dramaga memiliki beberapa sarana dan prasarana penting lainnya diantaranya Danau Setu Gede yang banyak dikunjungi oleh warga Bogor maupun wisatawan lain di luar Bogor sebagai tempat rekreasi, serta penangkaran satwa rusa timor dan trenggiling (Gambar 8).

(a) (b)

(c)

Gambar 8 (a) Sarana dan prasarana penangkaran rusa timor di HP Dramaga; (b) kandang trenggiling; (c) danau Setu Gede.

4.1.5 Penangkaran rusa timor

Pusat Penelitian dan Pengembangan Konservasi dan Rehabilitasi, Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan mengembangkan salah satu kegiatan penangkaran rusa timor (Rusa timorensis) yang diresmikan pada tahun 2008 dengan luasan 7,0 Ha. Penangkaran tersebut diberi nama Pusat Pengembangan Teknologi Rusa Timor. Perkembangan penangkaran rusa Hutan Penelitian Dramaga sampai tahun 2012, populasi rusa timor terdiri dari 51 individu rusa timor (Rusa timorensis de Blainville, 1822) dengan komposisi jumlah jantan dewasa 13 individu, jumlah betina dewasa 23 individu, remaja/muda dengan umur 6-18 bulan sebanyak 4 individu dan anakan dengan umur 6 bulan ke bawah sebanyak 11 individu.

Areal penangkaran diperuntukkan untuk kandang semi alami 5.0 Ha dan kebun penanaman pakan 2,0 Ha. Kebun pakan merupakan satu sarana yang sangat penting di dalam penangkaran karena produktivitas dan perkembangbiakan satwa sangat tergantung oleh pakan (Garsetiasih 2007). Kandang semi alami terdiri dari kandang individu, kandang jepit, lorong penggiringan, kandang pedok, kandang pembiakan dan kandang pembesaran. Selain itu, terdapat pula sarana prasarana pendukung penangkaran rusa yaitu pengolahan limbah, pos penjagaan, kantor pusat informasi dan gudang. Kandang individu merupakan kandang khusus yang berukuran (2x2x1,5) m berguna untuk rusa yang sedang sakit dan untuk perlakuan (keperluan penelitian). Limbah pakan maupun feses rusa dikumpulkan ke dalam bak limbah berukuran (2x2x1) m3 sebanyak 2 unit dan (4x2x1) m3 sebanyak 1 unit untuk dijadikan kompos yang bermanfaat bagi tanaman pakan rusa.

4.2 Lingkungan Biologi 4.2.1 Flora

Flora yang terdapat di HP Dramaga merupakan hasil introduksi sebanyak 130 jenis tumbuhan mencakup 88 marga dan 33 famili. Jenis tanaman asing terdiri dari jenis pohon berdaun jarum (Gymnospermae) tiga jenis dari marga pinus dan jenis daun lebar (Angiospermae) 39 jenis (34 marga, 18 famili) khusus marga khaya dan terminalia. Jenis pohon introduksi berasal dari negara beriklim tropis dan sub tropis. Jenis tanaman asli Indonesia terdiri dari marga Agathis, Pinus, Podocarpus, Shorea, Eugenia, Dipterocarpus dan Hopea.

Jenis tumbuhan bawah yang terdapat di bawah tegakan pohon pada HP Dramaga, terdiri dari jukut kakawatan (Cynodon dactylon), paku kawat (Lycopodium cernuum), kirinyuh (Eupatorium pallescens), paku areuy (Gleichenia linearis) dan harendong (Melastoma polyanthum). Dari koleksi yang ada terdapat beberapa jenis unggulan HP Dramaga diantaranya Hopea mengarawan, Khaya anthotheca, Shorea stenoptera dan Shorea pinanga (Parisy

et al. 1999). 4.2.2 Fauna

Jenis fauna yang terdapat dalam HP Dramaga adalah ular tanah (Agkistrodon rhodostoma), tupai atau bajing (Lariscus sp), dan musang

(Paradosurus hermaphroditus). Menurut Solihati (2007), jenis burung yang terdapat di HP Dramaga sebanyak 29 jenis terdiri dari 21 suku, dua jenis diantaranya merupakan burung endemik Pulau Jawa yakni Spizaetus bartelsi dan

Stachyris grammiceps. Jenis yang paling sering dijumpai adalah Lonchura leucogastroides, Sterptopelia chinensis dan Prinia familiaris. Menurut Takandjandji (2009) fauna yang terdapat di HP Dramaga yaitu mamalia sebanyak 14 jenis, reptil sebanyak 12 jenis dan aves sebanyak 31 jenis. Potensi satwa tersebut mempunyai nilai penting sebagai tambahan objek wisata yang terpadu dengan pengembangan penangkaran rusa.

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Nilai Gizi Pakan

Gizi pakan rusa yang telah dianalisis mengandung komposisi kimia yang berbeda-beda dalam unsur bahan kering, abu, protein kasar, serat kasar, lemak kasar dan energi bruto (Tabel 5).

Tabel 5 Komposisi nutrisi pakan yang digunakan (%)

Kode BK Abu PK SK LK BETN Ca P EB (kkal)

Sorgum 14,81 1,52 1,99 6,32 0,54 4,43 0,11 0,05 628,00

Rumput Gajah

21,10 1,89 2,89 10,05 0,13 6,14 0,09 0,08 902,00

Kaliandra 13,22 0,89 3,42 4,15 0,11 4,70 0,15 0,05 604,00

Sumber : Hasil Analisis Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan IPB (2011).

Keterangan:

BK : Bahan Kering

PK : Protein Kasar

SK : Serat Kasar

LK : Lemak Kasar

BETN : Bahan Extrak Tanpa Nitrogen

Ca : Calcium

P : Phospor

EB : Energi Bruto (kkal)

Tabel 5 menunjukkan sorgum memiliki persentase lemak kasar lebih tinggi dari rumput gajah dan kaliandra yang berguna sebagai sumber energi kedua setelah karbohidrat yang mampu meningkatkan bobot badan rusa. Leimeheriwa (1990) menyatakan bahwa lemak dalam biji sorgum sangat berguna bagi satwa dan manusia sebagai energi, namun dapat menyebabkan bau yang tidak enak dan tengik dalam produk bahan pangan. Sorgum juga mengandung zat anti gizi yaitu tanin yang menyebabkan rasa sepat terutama pada sorgum yang mempunyai kulit biji berwarna tua sehingga kurang disukai rusa.

Rumput gajah mengandung bahan kering dan serat yang tinggi, seperti terlihat dari hasil analisis proksimat. Hijauan yang dikonsumsi rusa sebaiknya mengandung air. Secara garis besar air, protein, lemak dan energi disebut sebagai unsur nutrisi makro, sedangkan yang lainnya merupakan unsur nutrisi mikro yang tingkat kebutuhannya relatif lebih rendah. Kebutuhan nutrisi umumnya

menggunakan bahan kering yaitu kondisi dimana kandungan air telah dihilangkan melalui pemanasan. Semiadi dan Nugraha (2004) mengemukakan bahwa penggunaan bahan kering merupakan cara yang paling tepat karena unsur air dalam setiap jenis pakan sangat bervariasi.

Hartanto (2008) melaporkan bahwa rumput gajah mengandung BK (23,70 %), Abu (29,85 %), PK (10,3 %), SK (25,7 %) dan LK (0,99 %). Kandungan nutrisi rumput gajah selama penelitian lebih rendah dibandingkan dengan penelitian Hartanto (2008) diduga karena rumput gajah yang diberikan tidak ditentukan berdasarkan umur muda atau tua nya serta pemotongan rumput gajah di lokasi penelitian tidak melihat umur. Umur pemotongan terbaik pada rumput gajah agar memperoleh nilai nutrisi yang baik adalah pada ketinggian batang tidak mencapai lebih dari 1,5 m terutama pada musim kemarau (Semiadi dan Nugraha 2004). Berdasarkan penelitian Setio et al. (2011) menunjukkan bahwa sorgum merupakan pakan yang disukai rusa timor dengan indeks preferensi 2,29 kali dikonsumsi tanpa sisa. Umur pemotongan terbaik pada rumput gajah agar memperoleh nilai nutrisi yang baik adalah pada ketinggian batang yang mencapai labih dari 1,5 m terutama pada musim kemarau (Semiadi dan Nugraha 2004). 5.2 Konsumsi Pakan Rusa Timor (Rusa timorensis)

5.2.1 Konsumsi bahan kering

Rata-rata konsumsi bahan kering harian rusa disajikan pada Tabel 6. Tabel 6 Rata-rata konsumsi bahan kering rusa (gram/hari/individu)

Rusa Jenis Kelamin Periode Jumlah Rata-rata I II III IV 1 Betina A B C D 711,28 642,00 751,34 691,72 2796,34 699,08 2 Betina B A D C 622,27 572,56 694,17 910,98 2799,98 699,99 3 Jantan C D A B 1432,01 1303,40 872,90 1370,80 4979,11 1244,77 4 Jantan D C B A 1011,71 963,25 1002,50 836,45 3813,91 953,48 Jumlah 3777,27 3481,11 3320,91 3809,95 Rata-rata 944,32 870,00 830,23 952,48

Keterangan : A = kontrol, B = pakan dasar 85%+sorgum 15%, C = pakan dasar 70%+sorgum 30%, D = pakan dasar 55%+sorgum 45%.

Konsumsi merupakan faktor esensial bagi satwa untuk menentukan pertumbuhan dan produktivitasnya. Tabel 6 menunjukkan bahwa konsumsi bahan kering tertinggi dicapai oleh rusa 3 (jantan) diikuti oleh rusa 4 (jantan) selanjutnya rusa 2 (betina) serta yang terendah yaitu rusa 1 (betina). Untuk jantan, konsumsi pakan rusa 3 lebih tinggi dibandingkan dengan rusa 4 yang disebabkan oleh letak kandang rusa 4 lebih dekat dengan kandang rusa lain yang tidak mendapat perlakuan. Adanya jenis pakan yang biasanya diberikan terhadap rusa yang tidak mendapat perlakuan menarik perhatian rusa 4 akan jenis pakan tersebut sehingga mengurangi konsumsi terhadap jenis pakan perlakuan. Hal yang sama juga terdapat pada rusa 2 (betina) yang mengkonsumsi pakan lebih tinggi dibandingkan dengan rusa 1 (betina). Bobot badan rusa 2 sebesar 26,91 kg lebih tinggi dibandingkan dengan rusa 1 sebesar 21,58 kg yang mempengaruhi jumlah pakan rusa. Semakin besar bobot badan akan semakin banyak pula jumlah pakan yang diberikan, sesuai dengan metode penelitian.

Konsumsi pakan dipengaruhi pula oleh umur fisiologis rusa. Rusa jantan lebih mengarah pada perkembangan badan dan rusa betina ke arah perkembangan reproduksi. Rusa yang digunakan berumur 12-16 bulan, telah memasuki masa reproduksi. Rusa jantan telah memasuki masa pertumbuhan ranggah, yang berarti akan segera melakukan perkawinan karena terdapat korelasi antara ranggah keras dengan perkawinan. Ranggah akan tumbuh pertama kalinya pada umur 8 bulan sedangkan betina telah memasuki masa bereproduksi, yakni pada umur 15-18 bulan (Takandjandji 1998). Oleh karena itu, penurunan konsumsi pada rusa betina salah satunya disebabkan oleh umur rusa yang telah memasuki masa reproduksi.

Setio et al. (2009) melaporkan bahwa rusa di penangkaran dengan umur 12-24 tahun mampu menghasilkan konsumsi harian bahan kering rusa jantan rata- rata 1454,47 gram sedangkan konsumsi harian bahan kering rusa betina rata-rata 1960,71 gram dengan pemberian jenis pakan rumput lapang, ubi dan singkong. Perbedaan konsumsi bahan kering pada penelitian ini disebabkan oleh jenis pakan yang diberikan kepada rusa berbeda. Singkong dan ubi diketahui mengandung bahan ekstrak tanpa nitrogen yang baik dan disukai oleh rusa. Berbeda pula dengan konsumsi bahan kering rusa di Penangkaran rusa timor, Desa Sumber Ringin, Kabupaten Blitar yang diteliti oleh Nugraha (2009) bahwa konsumsi

pakan rusa jantan sebesar 1038 gram/individu/hari dan rusa betina 1006 gram/individu/hari.

Bobot badan awal rusa sebelum mendapatkan perlakuan pakan yaitu berkisar antara 21-35 kg dengan rataan 28,94 kg. Bobot badan akhir rusa setelah mendapatkan perlakuan sorgum untuk pertumbuhannya selama 64 hari menjadi 23-40 kg dengan rataan 33,09 kg.

Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh bahwa tingkat konsumsi rusa timor di penangkaran berkisar 5-7,2 % dari bobot badan awal sehingga kebutuhan pakan rata-rata berat basah berkisar 2,2-4,9 kg. Hasil ini sesuai dengan penelitian Garsetiasih (2007) bahwa pakan rata-rata berat basah untuk rusa timor di penangkaran Kupang dan Bogor adalah 5 kg/individu/hari dan di penangkaran Sumbawa sebesar 4,42 kg/individu/hari. Takandjandji (1988) melaporkan bahwa konsumsi bahan kering rusa timor dengan pemberian daun beringin (Ficus benyamina), kabesak (Acacia leucophloea), turi (Sesbania grandiflora) dicampur dengan rumput lapang (Paspalum dilatatum) adalah sebesar 3,37 % dari bobot badan. Semiadi dan Nugraha (2004) melaporkan bahwa rusa sambar burumur > 2 tahun mengkonsumsi pakan sebesar 2,2 kg bahan kering atau mendekati 4,3 kg hijauan segar. Rata-rata konsumsi bahan kering berdasarkan perlakuannya disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7 Rata-rata konsumsi bahan kering berdasarkan perlakuan (gram/individu/hari)

Periode Perlakuan (gram/individu/hari)

A B C D 1 711,28 622,27 1432,01 1011,71 2 572,56 642,00 963,25 1303,40 3 872,90 1002,50 751,34 694,17 4 836,45 1370,80 910,98 691,72 Jumlah 2993,19 3637,57 4057,58 3701,00 Rata-rata 748,30 909,40 1014,40 925,25

Keterangan : A = kontrol, B = pakan dasar 85 %+sorgum 15 %, C = pakan dasar 70 %+sorgum 30%, D = pakan dasar 55 %+sorgum 45 %.

Tabel 7 menunjukkan bahwa terjadi peningkatan konsumsi bahan kering dari perlakuan A hingga perlakuan C namun terjadi penurunan pada perlakuan D. Perlakuan D menurun diduga karena kandungan lemak yang terdapat lebih banyak dari perlakuan lainnya yang mempengaruhi rusa mengkonsumsi lebih sedikit

pakan dan sesuai dengan kebutuhan konsumsinya. Perlakuan D dengan pemberian pakan dasar 55 % dan sorgum 45 % mempengaruhi banyaknya kandungan lemak dalam pakan.

Sorgum memiliki kandungan lemak yang lebih tinggi dibandingkan pakan lainnya sehingga mempengaruhi tingkat konsumsi rusa. Kebutuhan konsumsi yang sudah terpenuhi akan menghentikan rusa mengkonsumsi pakan dan biasanya rusa akan istirahat (memamah biak). Selain itu, pemberian sorgum yang mengandung lemak yang tinggi dan banyak akan meningkatkan konsentrasi energi pakan. Hasil ini sesuai dengan pernyataan Parakkasi (1995) bahwa, pemberian pakan yang terlampau banyak akan meningkatkan konsentrasi energi dan dapat menurunkan konsumsi sehingga tingkat konsumsi berkurang. Selain itu, kandungan serat kasar yang tinggi (10,05 %) menjadikan rusa cepat kenyang dan berhenti mengunyah. Mc Donald et al. (1988) dalam Mulyaningsih (2006) menyatakan bahwa rumput gajah segar dengan kandungan air dan serat kasar yang tinggi (81,50 % dan 33,10 %) menjadikan kapasitas rumen terbatas sehingga menyebabkan konsumsi bahan kering menurun. Semakin tinggi serat kasar dalam pakan maka semakin rendah kecernaan pakan tersebut sehingga menurunkan konsumsi bahan kering.

Hasil analisis sidik ragam konsumsi bahan kering dengan selang kepercayaan 95% menunjukkan bahwa terdapat pengaruh nyata (P<0.05) antara perlakuan dan konsumsi bahan kering dengan T hitung sebesar 16,82 dan T tabel sebesar 3,18 (Lampiran 1). Pengaruh nyata tersebut terlihat pada rusa jantan mengkonsumsi bahan kering lebih banyak dibandingkan dengan rusa betina yang disebabkan rusa jantan memiliki sifat yang lebih agresif dan aktif dalam mengkonsumsi pakan (Tabel 6). Umumnya sifat rusa timor di habitat alami menunjukkan bahwa rusa jantan lebih aktif mendominasi pola makan dalam mengkonsumsi hijauan sedangkan rusa betina biasanya menunggu rusa jantan selesai mengkonsumsi dan mencari hijauan. Rusa betina lebih banyak menghabiskan waktu untuk istirahat dan memamah biak (Manshur 2011).

5.2.2 Pertambahan bobot badan rusa

Rataan pertambahan bobot badan rusa timor di penangkaran dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8 Pertambahan bobot badan rusa (gram/individu/hari)

Rusa Jenis Kelamin Periode Jumlah Rata-rata I II III IV 1 Betina A B C D 218,34 54,59 11,67 78,33 59,17 69,17 2 Betina B A D C 210,00 52,50 -86,67 156,67 105,00 35,00 3 Jantan C D A B 503,34 125,84 120,00 165,00 191,67 26,67 4 Jantan D C B A 468,33 117,08 190,83 138,33 157,50 -18,33 Jumlah 235,83 538,33 513,34 112,51 Rata-rata 58,96 134,58 128,34 28,13

Keterangan : A = kontrol, B = pakan dasar 85 %+sorgum 15 %, C = pakan dasar 70 %+sorgum 30%, D = pakan dasar 55 %+sorgum 45 %.

Pertambahan bobot badan dapat digunakan sebagai kriteria untuk mengukur pertumbuhan serta dapat digunakan sebagai peubah untuk menilai kualitas bahan pakan satwa. Kandungan zat makanan yang terdapat dalam pakan akan mempengaruhi jumlah pakan yang dikonsumsi.

Pertumbuhan umumnya dinyatakan dengan pengukuran kenaikan bobot tubuh yang dilakukan dengan cara penimbangan berulang-ulang (Tillman et al. 1984). Pertambahan bobot badan rusa di penangkaran per hari berbeda-beda. Pertambahan bobot badan tertinggi dicapai oleh rusa 3 (jantan) selanjutnya rusa 4 (jantan) diikuti oleh rusa 1 (betina) dan terendah rusa 2 (betina). Setio et al. (2009) mengemukakan bahwa rata-rata pertambahan bobot badan rusa di penangkaran dengan kisaran umur 12-24 bulan sebesar 74,02 gram/individu/hari untuk rusa betina dan 145,45 gram/individu/hari untuk rusa jantan. Rusa timor liar di papua mempunyai gambaran pertambahan bobot badan antara 61,20-67,78 gram/individu/hari sedangkan di penangkaran rusa timor di Desa Sumber Ringin, Kabupaten Blitar diketahui rata-rata pertambahan bobot badan harian rusa timor jantan sebesar 137,70 gram/individu/hari dan pertambahan bobot badan rusa timor betina sebesar 110 gram/individu/hari (Nugraha 2009).

Pertambahan bobot badan pada rusa 3 (jantan) lebih tinggi dibandingkan dengan rusa 4 (jantan) yang disebabkan oleh adanya korelasi yang nyata antara konsumsi pakan dengan pertambahan bobot badan, rusa jantan yang mengkonsumsi pakan yang tinggi menghasilkan pertambahan bobot badan yang tinggi pula, terlihat pada rusa 3 yang menghasilkan konsumsi bahan kering sebesar 1244,77 gram/hari mengalami pertambahan bobot badan sebesar 125,84 gram/hari dan rusa 4 dengan konsumsi bahan kering sebesar 953,48 gram/hari mengalami pertambahan bobot badan sebesar 117,08 gram/hari. Berbeda dengan rusa betina, berdasarkan hasil penelitian terdapat perbedaan fluktuasi atau ketidakterkaitan antara konsumsi bahan kering dengan pertambahan bobot badan rusa betina. Rusa betina yang menghasilkan konsumsi bahan kering yang tinggi tidak menjamin pertambahan bobot badan yang tinggi pula, terlihat pada rusa 1 yang menghasilkan konsumsi bahan kering sebesar 699,08 gram/hari dan mengalami pertambahan bobot badan sebesar 54,59 gram/hari sementara rusa 2 yang menghasilkan konsumsi bahan kering lebih besar yaitu 699,99 gram/hari mengalami pertambahan bobot badan sebesar 52,20 gram/hari. Perbedaan ini disebabkan oleh faktor internal seperti daya cerna rusa yang kurang memanfaatkan nutrisi pakan menjadi bobot badan maupun faktor eksternal seperti gangguan lingkungan yang dapat mengalihkan perhatian rusa selama mengkonsumsi pakan.

Penelitian ini menunjukkan bahwa bobot badan rusa jantan cenderung lebih besar dibandingkan betina dan semakin bertambah umur rusa jantan juga akan menampakkan perkembangan fisiologis seperti ranggah yang semakin besar dan nyata. Rusa jantan lebih agresif dan lebih aktif dalam mengkonsumsi pakan karena pertumbuhan rusa jantan lebih mengarah ke pertambahan bobot badan maupun ukuran morfometriknya sedangkan pertumbuhan pada rusa betina lebih mengarah ke perkembangan organ-organ reproduksi sehingga bobot badan dan ukuran morfometrik lebih rendah dibandingkan dengan rusa jantan (Takandjandji 1988).

Tabel 8 menunjukkan pertambahan bobot badan yang berbeda-beda berdasarkan periode. Penurunan bobot badan pada periode I dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan respon rusa terhadap pakan yang diberi. Pada periode IV

lokasi penelitian sering dikunjungi oleh masyarakat baik dari dalam maupun luar daerah Bogor dengan berbagai tujuan seperti rekreasi, pendidikan dan kerjasama instansi yang dapat mempengaruhi tingkat konsumsi rusa menurun sehingga nutrisi pakan tidak seluruhnya dicerna dan diubah menjadi bobot badan. Bobot badan yang menurun dapat disebabkan juga oleh kurangnya adaptasi terhadap pakan baru sehingga mengakibatkan sedikitnya zat-zat nutrisi yang diserap oleh rusa. Rusa memiliki sifat yang peka dan sensitif terhadap gangguan lingkungan khususnya suara atau kebisingan yang dapat mengganggu tingkat konsumsi. Faktor lingkungan ini mengalihkan perhatian rusa dan biasanya akan menghentikan aktivitas mengkonsumsi.

Rata-rata pertambahan bobot badan rusa timor di penangkaran berdasarkan perlakuannya disajikan pada Tabel 9.

Tabel 9 Pertambahan bobot badan rusa berdasarkan perlakuan (gram/individu/hari) Periode Perlakuan A B C D 1 11,67 -86,67 120,00 190,83 2 156,67 78,33 138,33 165,00 3 191,67 157,50 59,17 105,00 4 -18,33 26,67 35,00 69,17 Jumlah 341,68 175,83 352,50 530,00 Rata-rata 85,42 43,96 88,13 132,50

Keterangan : A = kontrol, B = pakan dasar 85 %+sorgum 15 %, C = pakan dasar 70 %+sorgum 30%, D = pakan dasar 55 %+sorgum 45 %.

Berdasarkan hasil perlakuan terjadi pertambahan bobot badan yang relatif tidak stabil, ditunjukkan pada perlakuan B menghasilkan pertambahan bobot badan yang rendah dibanding dengan perlakuan lainnya. Penurunan bobot badan terdapat pada perlakuan B yang terjadi terhadap rusa 2 pada periode 1 yaitu sebesar 1,04 kg. Penurunan bobot badan ini disebabkan oleh tingkat adaptasi yang kurang dalam mengkonsumsi pakan baru sehingga menyebabkan daya cerna yang kurang maksimal.

Pakan yang cukup kandungan protein dan strukturnya lebih halus akan lebih cepat dicerna oleh mikroba rumen, sehingga laju pencernaan makanan di dalam rumen akan lebih cepat dan dapat meningkatkan jumlah konsumsi pakan dan mempunyai efek positif terhadap pertumbuhan, hal yang sama juga akan di alami

oleh satwa atau ternak ruminansia lainnya dengan pemberian perlakuan yang sama. Analisis sorgum ternyata memiliki kandungan protein yang rendah (1,99 %) dibanding protein dalam rumput gajah sebesar 2,98 % dan kaliandra sebesar 3,42 %.

Penurunan bobot badan terjadi pula pada perlakuan A sebesar 0,22 kg terhadap rusa 4 pada periode IV. Penurunan bobot badan ini disebabkan oleh daya cerna yang kurang maksimal. Sorgum memiliki persentase lemak kasar yang lebih tinggi (0,54 %) dari rumput gajah (0,13 %) dan kaliandra (0,11 %). Lemak yang berfungsi sebagai energi kedua setelah karbohidrat tidak banyak diperoleh dari perlakuan A dengan pemberian rumput gajah dan kaliandra saja. Kandungan lemak yang tinggi akan memacu pertambahan bobot badan dan menghasilkan energi yang tinggi. Selain itu, tingkat adaptasi kurang lama yang terdapat pada rusa 4 disebabkan pada periode I rusa ini mendapat perlakuan pakan dasar 55 % dan sorgum 45 % dan sampai periode III rusa ini tetap mendapat perlakuan sorgum sehingga rusa sudah beradaptasi dengan pakan sorgum namun, pada periode terakhir mendapat perlakuan tanpa pakan sorgum akan menyebabkan perbedaan tingkat adaptasi konsumsi pakan sehingga mengakibatkan penurunan bobot badan.

Hasil analisis sidik ragam terhadap pertambahan bobot badan menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang nyata (P>0,05) dengan T hitung sebesar 0,28 dan T tabel sebesar 3,18 (Lampiran 2). Pengukuran bobot badan dapat dilihat pada Gambar 9.

(a) (b)

(c) (d)

(e) (f)

Gambar 9 Pengukuran bobot badan rusa. (a) Tampak samping kiri; (b) tampak depan; (c) tampak belakang; (d) tampak samping kanan; (e,f) timbangan digital untuk pengukuran berat badan rusa.

5.2.3 Konversi pakan

Konversi pakan dipengaruhi oleh jumlah pakan yang dikonsumsi, bobot tubuh, aktifitas, musim dan temperatur kandang. Rata-rata konversi pakan disajikan pada Tabel 10.

Tabel 10 Rata-rata konversi pakan rusa timor per hari Rusa Jenis Kelamin Periode Jumlah Rata-rata I II III IV 1 Betina A B C D 91,83 22,96 60,95 8,20 12,70 10.00 2 Betina B A D C 29,11 7,28 -7,18 3,65 6,61 26,03 3 Jantan C D A B 75,76 18,94 11,93 7,90 4,55 51,40 4 Jantan D C B A -27,01 -6,75 5,30 6,96 6,37 -45,63 Jumlah 71,00 26,69 30,21 41,79 Rata-rata 17,75 6,67 7,55 10,45

Keterangan : A = kontrol, B = pakan dasar 85 %+sorgum 15 %, C = pakan dasar 70 %+sorgum 30%, D = pakan dasar 55 %+sorgum 45 %.

Konversi pakan adalah perbandingan antara rata-rata konsumsi bahan kering dan rata-rata pertambahan bobot badan per satuan waktu. Konversi pakan yang rendah berarti penggunaan pakannya semakin tinggi dan efisien atau semakin sedikit pakan yang dibutuhkan untuk menaikkan bobot tubuh sebesar satu satuan (Hardianto 2006).

Tabel 10 menunjukkan konversi pakan tertinggi dicapai oleh rusa 1 betina dan konversi pakan terendah dicapai oleh rusa 4 jantan. Mulyaningsih (2006) menyatakan bahwa konversi pakan merupakan kebalikan dari efisiensi pakan. Nilai konversi pakan yang semakin rendah menunjukkan bahwa pakan tersebut semakin baik. Hasil ini menyatakan bahwa konversi pakan yang dicapai oleh rusa 4 jantan menunjukkan pakan yang dikonsumsinya memiliki kualitas baik, namun terjadi penurunan laju konversi yang disebabkan oleh faktor eksternal seperti gangguan lingkungan yang mengakibatkan terjadinya penurunan laju pertambahan bobot badan

Pakan yang digunakan oleh rusa 4 jantan menunjukkan daya cerna yang tinggi dan efisien tanpa harus membutuhkan pakan yang banyak untuk menaikkan bobot badannya. Selain itu, rusa tersebut mencerna kandungan nutrisi pakan secara baik dapat dilihat dari pertambahan bobot badan sebesar 117,08 gram/hari. Hal yang berbeda yang terlihat pada rusa 1 betina yang memiliki nilai konversi pakan yang tinggi. Nilai konversi yang tinggi ini menunjukkan bahwa kualitas

pakan yang dikonsumsi oleh rusa 1 tergolong rendah sehingga membutuhkan tambahan pakan yang banyak untuk menaikkan bobot badannya.

Konversi pakan ruminansia dipengaruhi oleh kualitas pakan, nilai kecernaan dan efisiensi pemanfaatan zat gizi dalam proses metabolisme di dalam jaringan tubuh satwa. Makin baik kualitas pakan yang dikonsumsi satwa, akan diikuti dengan pertambahan bobot tubuh yang lebih tinggi maka makin efisien penggunaan pakannya (Pond et al. 1995 dalam Hardianto 2006). Rata-rata konversi pakan rusa timor di penangkaran berdasarkan perlakuan ditunjukkan pada Tabel 11.

Tabel 11 Rata-rata konversi pakan berdasarkan perlakuan

Periode Perlakuan A B C D 1 60,95 -7,18 11,93 5,30 2 3,65 8,19 6,96 7,89 3 4,55 6,36 12,69 6,61 4 -45,63 51,39 26,03 9,71 Jumlah 23,52 58,76 57,61 29,51 Rata-rata 5,88 14,69 14,40 7,38

Keterangan : A = kontrol, B = pakan dasar 85 %+sorgum 15 %, C = pakan dasar 70 %+sorgum 30%, D = pakan dasar 55 %+sorgum 45 %.

Hasil sidik ragam yang telah diuji secara statistik menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh nyata (P>0,05) antara perlakuan dengan konversi pakan untuk pertumbuhan rusa timor dengan T hitung sebesar 1,21 dan T tabel sebesar 3,18 (Lampiran 3).

5.3 Ukuran Morfometrik Rusa Timor

Panjang badan merupakan salah satu indikator pertumbuhan rusa timor akibat pemberian perlakuan. Rata-rata pertambahan panjang badan dapat dilihat

Dokumen terkait