• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PENUTUP

B. Saran

a. Tempat Pelelangan Ikan (TPA) b. Lapangan Penjemuran

c. Pabrik Es

d. Gudang pengelolaan e. Pembibitan

c. Prasarana Penunjang a. Jaringan Jalan b. Jaringan air bersih c. Jaringan telkomunikasi d. Jaringan listrik

e. Dermaga

52 d. Kelembagaan

Lembaga merupakan wadah untuk mengemban tugas dan fungsi pemerintah Desa Lowu- lowu, tujuan penyelenggaraan pemerintah desa adalah untuk meningkatkan kesejahteran masyarakat, sehingga pemerintah desa memberikan pelayanan dan pemberdayaan serta pembangunan yang seluruhnya di tujukkan bagi kepentingan masyarakat.jenis kelembagaan Desa antara lain :

a. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat b. BUMDes

53 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Kecamatan Gu

1. Aspek Fisik dasar

Kecamatan Gu adalah salah satu dari 6 kecamatan yang berada di Kabupaten Buton Tengah. Luas wilayah Kecamatan GU adalah 204 km2 atau 1,02persen dari luas Kabupaten Buton Tengah.Letak Geografis kecamatan Gu adalah 5,21’LS dan 5°23’,LS Dan membentang barat ketimur 122°35’BT hingga 122°39 BT. Dengan jumlah penduduk sebesar 21.792 jiwa pada tahun 2017.

Kecamatan Gu terbagi menjadi 12 desa/kelurahan antara lain:

desa wadiabero, desa kolowa, desa rahia, desa Wakea - kea, desa waliko, Kelurahan Bombonawulu, desa walando, Kelurahan watulea, desa lakapera, desa bantea, desa kamama mekar, desa Lowu – Lowu. Kecamatan Gu Memiliki batas – batas wilayah antara lain:

1. Sebelah Utara Berbatasan Dengan Kabupaten Muna;

2. Sebelah selatan berbatasan dengan selat buton;

3. Sebelah timur berbatasan dengan selat buton

4. Sebelah barat berbatasan dengan kecamatan lakudo

54 Tabel.4. 1

Luas Wilayah dirinci per Desa/KelurahanKec. Gu Kabupaten Buton Tengah Tahun 2017

No Desa/Kelurahan Luas wilayah (Km)

(1) (2) (3)

1 Wadiabero 9,40

2 Kolowa 8,60

3 Rahia 4,1

4 Wakea kea 8,30

5 Waliko 8,5

6 Bombonawulu 7,50

7 Walando 7,50

8 Watulea 32,00

9 Lakapera 6,04

10 Bantea 3,96

11 Kamama mekar 4,1

12 Lowu – lowu 4

Jumlah 104.00

Sumber data Statistik Kecmatan Gu Tahun 2017

Dari data table diatas dapat dilihat bahwa di Kecamatan Gu adalah desa/kelurahan paling luas ialah kelurahan watulea 32,00 Km2 atau dari luas total wilayah kecamatan Gu. Sedangkan wilayah yang paling kecil ialah desa lowu – lowu dengan luas wilayah 4,00 Km2 atau sekitar dari total wilayah kecamatan Gu

55 2. Topografi

Topografi merupakan ilmu yang mempelajari permukaan suatu benda.

Biasanya topografi digunakan untuk menjelaskan kondisi permukaan bumi ataupun planet lainnya. Topografi tak hanya menyebabkan permukaan bentuk yang berikatan dengan permukaan tanah, namun lebih luas juga tutupan lahan (land cover) seperti vegetasi, badan air dan lain-lain yang juga dipengaruhi oleh faktor sosial budaya.

Kondisi topografi Kecamatan Gu di wilayah secara umum mengekpresikan kondisi permukaan bumi Kecamatan Gu. Kecamatan Gu pada daratan Pulau Muna berada pada ketinggian 0 - <1000 m dpl dengan kelas kelerengan yang variatif. Mengingat bahwa sebagian besar dataran Pulau Muna dan Pulau Buton disusun oleh endapan batu gamping, maka tampak bersebaran topografi Karst (stalaktit - stalakmit, uvala, dan dolina) berupa perbukitan serta sungai-sungai bawah tanah (Goa).

3. Klimatologi

Keadaan iklim di Kabupaten Buton Tengah terutama kecamatan Gu hampir sama dengan wilayah Indonesia pada umumnya, di manaterjadi musim kemarau dan musim penghujan. Musim hujan terjadi antara bulan November sampai Maret karena pada bulan 29 tersebut angin Barat yang bertiup dari benua Asiadan Samudera Pasifik yang membawa kandungan uap air.

56 Sedangkan musim kemarau terjadi antara bulan Mei dan Oktober karenaantara bulan tersebut angin Timur yang bertiup dari daratan Australia membawa kandungan uap air yang sifatnya kering. Pada bulan April arah angin tidak menentu, demikian pula dengan curah hujan sehingga pada bulan ini dikenal sebagai musim pancaroba. Curah hujan di wilayah ini umumnya tidak merata dan menyebabkan adanya wilayah basah dan wilayah kering.

Rata-rata curah hujan dari data dan hasil pengamatan periode 1996-2005 yang diperoleh dari kabupaten induk (Kabupaten Buton),dari tipe iklim menurut parameter Schmidt dan Ferguson (1951) menunjukkan bahwa setiap kecamatan di Kabupaten Buton Tengah memiliki intensitas rata-rata curah hujan tahunan seperti berikut: curah hujan tertinggi sebesar 2.644 mm dan terendah sebesar 437 mm. Sehingga keseluruhan rata-rata curah hujan di Kabupaten Buton Tengah berkisar antara 437,00 - 2.644,00 mm/tahun, dengan hari hujan berkisar antara 58 - 405 hari/bulan.Kabupaten Buton Tengah beriklim tropis basah pada umumnya mempunyai musim yang hampir sama dengan daerah lainnya di seluruh Sulawesi, yaitu adanya musim kemarau dan musim penghujan.Berdasarkan catatan Stasiun Klimatologi Kelas III Betoambari, temperatur udara rata-rata maksimum di Kabupaten Buton Tengah sepanjang Tahun 2013 berkisar antara 32,0°Celcius dan suhu udara rata-rata minimum 23,0° Celcius. Variasi temperatur antara musim hujan

57 dan musim kemarau relatif kecil. Namun terkait dengan pemanasan global dan beberapa fenomena alam terkini, kondisi klimatologi Kecamatan Gu dan sekitarnya cenderung fluktuatif, yang kemudian berimbas pada beberapa sektor ekonomi, utamanya perikanan, pertanian dan transportasi.

4. Demografi Penduduk

Penduduk Kecamatan Gu 2017 tercatat sebanyak 21.792 jiwa yang terdiri dari 10.985 laki-laki dan 10.807 perempuan. Sementara itu jumlah per KK tercatat sebanyak 5.907 jiwa. Untuk Lebih Jelasnya dapat di lihat pada tabel berikut :

Tabel.4. 2 Jumlah Penduduk Kecamatan Gu Tahun 2017

Kecamatan Laki-laki Perempuan Jumlah KK

Watulea 3,630 3.876 2.112

Bombonawulu 2,131 1.942 1.183

Walando 802 861 403

Waliko 543 538 286

Wakea kea 394 366 205

Rahia 527 490 285

Kamama mekar 298 259 138

Kolowa 468 497 289

Wadiabero 659 661 321

Lakapera 652 621 329

Bantea 327 312 163

Lowu – lowu 554 414 213

Jumlah 10.985 10.807 5.907

Sumber Data BPS Kecamatan Gu

Dilihat dari jumlah penduduknya, kecamatan Gu memiliki jumlah penduduk yang tidak terlalu padat, dengan kepadatan penduduk sekitar 206,5 jiwa/km². Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada tabel dan grafik berikut

Tabel.4. 3

Jumlah Penduduk menurut kepadatan Kecamatan Gu Tahun 2017

Kelurahan Kepadatan Penduduk Km2

Watulea 235

Bombonawulu 543

Walando 218

Waliko 127

Wakea kea 92

Rahia 248

Kamama mekar 136

Kolowa 112

Wadiabero 140

lakapera 211

Bantea 161

Lowu - lowu 242

Jumlah 2.465

Sumber Data BPS Kecamatan Gu Tahun 2017

59

Grafik

Jumlah Penduduk menurut kepadatan Kecamatan Gu Tahun 2017

Sumber : Kec. Gu dalam angka Tahun 2017

1) Pengolahan sektor Pertanian dan Perkebunan

Di sektor Pertanian Kecamatan Gu, salah satu komoditi sektor pertanian unggulan adalah Jambu Mete yang merupakan penyumbang terbesar di Kabupaten Buton Tengah dengan jumlah produksi mencapai 132378 ton.

Selain sebagai penghasil jambu Mete, kecamatan Gu menghasil berbagai komoditi pertanian seperti kelapa dalam, kelapa hyibrida, kakao, kopi, panili, enau, kemiri, asam jawa, kapuk, jaruk pagar. Kegiatan pertanian merupakan kegiatan yang di lakukan oleh masyarakat di seluruh seluruh Desa Yang ada di Kecamatan Gu, Kegiatan pertanian sudah terorganisir sesai perutukkan dan pengelolaanya Untuk lebih Jelasnya Dapat di lihat Pada Sajian table berikut.

-1 Watul ea

Bomb onaw ulu

Wala ndo

Walik o

Wake a kea Rahia

Kama ma meka

r Kolo

wa Wadi abero

lakap era

Bante a

Lowu -lowu

Jumla h Series1 -5 235 543 218 127 92 248 136 112 140 211 161 242 2.465

-5 235

543

218

127 92 248

136 112 140

211 161 242

2.465 -100

0 100 200 300 400 500

600

Kepadatan Penduduk

60 Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang saat ini masih menjadi andalan Kabupaten Buton Tengah dalam upayanya meningkatkan perekonomian daerahnya. Pertanian terbagi atas pertanian tanaman pangan dan tanaman perkebunan. Jenis pertanian tanaman pangan terdiri atas jagung, kadelai, ubi-ubian, kacang-kacangan, buah-buahan, dan sayur-sayuran.

Sedangkan tanaman perkebunan keras terdiri atas kelapa, jambu mete, kopi, lada, kapuk, aren, dan kakao. Khususnya komoditi jambu mete, di wilayah ini merupakankomoditas andalan yang sangat terkenal hingga ke mancanegara.

Wilayah Kabupaten Buton Tengah telah lama dikenal sebagai penghasil jambu mete dengan kualitas nomor satu dan telah mendapat sertifikat fairtrade dari Fairtrade Labelling Organization (FLO) yang berkantor pusat di Bonn, Jerman.

Hal ini tidak lepas dari jenis tanah yang ada di wilayah Kabupaten Buton Tengah di mana sebagian besar jenis tanah yang ada di wilayah ini adalah Entisols yang berasal dari bahan induk batu gamping koral (coral limestones) dan didukung oleh curah hujan yang rendah. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada tabel berikut:

61 Tabel.4. 4

Pertanian dan Perkebunan Dirinci Per Desa/Kelurahan Dikecamatan Gu Kabupaten Buton TengahTahun 2017

Sumber Data angka Kecamatan Gu 2) Sektor Perternakan

Meskipun masih dilakukan dalam skala terbatas dan menggunakan teknologi sederhana, usaha peternakan baik ternak besar, ternak kecil maupun unggas di Kecamatan Gu telah banyak diusahakan oleh petani. Jenis ternak besar dan kecil yang umum dipelihara adalah sapi dan kambing. Jumlahnya

NO. JENIS KOMODITI

LUAS AREAL/AREA (Ha) PRODUKSI ( Ton )

PRODUKTIVITAS (Kg/Ha)

JUMLAH PETANI

TBM/immature TM/

Mature

TTR/

Damaged

JUMLAH Total

( KK )

1 KAKAO 5 31 13 49 95 30645 91

2 JAMBU

METE 2410 89078 132378 - - 5103

1920

3 KELAPA

DALAM 115 1044 54 1213 6958 66648 4178

4 KELAPA

HYBRIDA 1 18 - 19 76 42222 1205

6 LADA - 35 13 89.65 1 28571 22

7 KOPI 4 3 - 7 14 46667 29

8 PANILI 1 - - 1 - - 5

10 KEMIRI 29 54 2 85 3035 56204 84

11 ENAU 8 28 6 42 415 14821 82

12 ASAM

JAWA 225 4975 3 75.25 33 66332 740

14 KAPUK 3 52 9 64 2102 40423 603

17 JARUK

PAGAR 59 520 29 608 5385 10356 551

Jumlah 2860 95838 2049 15490.7 18114 402889 12693

62 pada tahun 2016 masing-masing 4.076 dan 5.640 ekor.Jenis ternak lain yang banyak dipelihara masyarakat adalah ayam buras (ayam kampung) yakni sebanyak 1476 ekor dan itik/bebek sebanyak 4187 ekor. Pengembangan kegiatan peternakan ini memiliki prospek yang besar khususnya komoditi ternak sapi dan kambing karena didukung oleh ketersediaan lahan potensial untuk kegiatan penggembalaan yakni 4.355 ha untuk kelas 2 dan 61.560 ha untuk kelas 3 (Kecamatan Gu Kabupaten Buton, 2017). Peternakan unggas ayam dan itik/bebek juga berpotensi untuk dikembangkan di mana saja di wilayah Kabupaten Buton Tengah karena pakannya yang mudah didapat seperti jagung dan sampah ikan yang merupakan komoditi yang banyak terdapat di sepanjang pesisir wilayah Kabupaten Buton Tengah.

3) Sektor Perikanan Dan Budidaya

Potensi kegiatan ekonomi di sektor perikanan baik perikanan tangkap ikan maupun perikanan budidaya di kecamatan Gu cukup besar. Ini terlihat dari sumbangan terhadap jumlah produksi perikanan Kecamatan Gu. Jumlah terbesar produksi usaha tangkap ikan wilayah kecamatan Gu kabupaten buton tengah dengan jumlah 1.878 adalah kelurahan bombonawulu dari total keseluruhan berjumlah 8.622 kg, kemedian budidaya teripang ini terlihat dari sumbangan terhadap produksi budidaya teripang jumlah terbesar adalah Desa lowu – lowu dengan Jumlah 3.690 kg dari total keseluruhan berjumlah 5.850

63 kg, kemudian jumlah produksi budidaya rumput laut sumbangan terbesar adalah desa rahia dengan jumlah 5.560 kg, dari total keseluruhan berjumlah 11.518 kg. Dari jumlah sector perikanan dapat di lihat bahwa desa lowu – lowu memiliki potensi usaha perikanan dalam sector budidayah teripang yang dapat di kelola dengan jumlah yang lebih besar, sehingga dapat di jadikan sebagai usaha mikro masyarakat dalam mengembangkan wilayah pesisir melalui pemberdayaan, olehnya itu perlu adanya kerjasama dari pihak pemerintah desa dan masyarakat dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat dalam bentuk kelompok usaha mikro, sehingga bisa mengurangi tingkat pengguran.Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada tabel berikut :

Tabel.4. 5

Produksi Perikanan Laut dan Darat PerTon Tiap Kecamatan GU di Kabupaten Buton Tengah Tahun 2017

No Desa / Kelurahan

Produksi ikan

Budidaya Teripang

Rumput Laut

Jumlah total produksi

1 lowu - lowu 1235 3690 5560 10485

2 waliko 0 0 0

3 rahia 2409 0 4457 6866

4 wakea - kea 1760 2160 3782 7702

5 bantea 0 0 0 0

6 lakapera 0 0 0 0

7 wadiabero 0 0 0 0

8 kolowa 0 0 0 0

9 walando 0 0 0

10 kamama mekar 0 0 3279 0

11 watulea 1340 0 0

12 lombe 1878 0 0 1340

Jumlah 8622 5850 11518 26393

Sumber Data Kecamatan Gu Tahun 2017

64

65 peraturan perundangan yang ruang lingkupnya untuk nasional. Diperlukan aturan untuk daerah yang secara spesifik mengatur pemberdayaan UMKM.

Terlebih jika berbicara tentang peran pemerintah daerah, yang harus dikuatkan dengan regulasi khusus di daerah terkait dengan pemberdayaan UMKM.

Selain aturan pendelegasian wewenang tersebut, Pemerintah Daerah yakni Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan menjalankan tugas sesuai Undang Undang Nomor 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah yang dijabarkan melalui tugas fungsi berdasarkan Peraturan Bupati Buton tengah Nomor 40 Tahun 2008 tentang Tugas, Fungsi, Rincian Tugas dan Tata Kerja Jabatan Struktural pada Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Buton Tengah.Dengan adanya Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan kabupaten Buton Tengah, maka peranan pemerintah daerah dalam mendukung pengembangan UMKM semakin nyata dan terlihat. Peranan Pemerintah Daerah tidak hanya dalam bentuk fisik, tetapi peranan Pemerintah Daerah memberikan motivasi kepada pelaku UMKM yang menyebabkan semakin giat mengembangkan usahanya

Desa Lowu – lowu merupakan salah satu desa dalam wilayah pemerintahan Kecamatan Gu Kabupaten Buton Tengah. Desa ini adalah desa hasil pemekaran dari Desa waliko pada tahun 2011 yang ditetapkan sebagai

No Sektor

Ekonomi

Skala

Usaha Jumlah

Mikro Kecil Menengah Besar

1 Pertanian, 267 62 12 - 341

Peternakan,

Kehutanan

dan

Perikanan

2

Pertambangan dan Penggalian

0 0 0 0 0

3 Industri 7 1 3 - 11

Pengolahan

4 Listrik, Gas

dan Air Bersih 1 2 1 - 122

5 Bangunan 23 9 3 - 35

6 Perdagangan, 1 47 21 - 69

Hotel dan

Restoran

7

Pengangkutan dan Komunikasi

2 13 4 - 19

8 Keuangan, 18 23 2 - 43

Persewahan

dan

Jasa

Perusahaan

Jumlah 319 157 46 - 640

67 desa definitif dengan Surat Keputusan Bupati Buton Nomor 35 Tahun 2011.

Dengan luas wilayah keseluruhan 4,00 Ha dihuni oleh 970 penduduk yang terdiri dari 446 jiwa laki – laki dan 414 perempuan dengan 321 kepala keluarga (230 kepala keluarga tergolong keluarga prasejahtra). Desa Lowu Memiliki (4) Dusun yang meliputi Dusun Labutolo , Dusun Langkule, dan Dusun Lowu – Lowu, Dusun La oda, yang merupakan lokasi kawasan Penelitian. Desa Lowu - Lowu Kecamatan Gu mempunyai batas-batas sebagai berikut:

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Teluk Lombe;

2. Sebelah Timur berbatasan dengan Selat Buton;

3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Waliko;

4. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Waliko.

Tabel.4. 7

Luas Dusun di Desa Lowu - LowuTahun 2017

No Dusun Luas (Km2) Persentase (%)

1 Dusun Labutolo 0,1 0,001%

2 DusunLangkule 0,1 0,001%

3 Dusun Lowu –Lowu 0,1 0,001%

4 Dusun La oda 0,1 0,001%

- Jumlah - 4,00 4,00

Sumber data Pemerintah Desa Lowu-lowu Tahun 2017

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar petah dibawah ini

68 Gambar.4. 1 Peta Administrasi Desa Lowu-Lowu Kecamatan Gu

69 2. Topografi

Keadaan topografi Pada Desa Lowu - Lowu terletak pada elevasi 4 - 140 meter di atas permukaan laut. Dilihat dari tingkat kemiringan lereng kawasan Desa Lowu – lowu memiliki kemiringan 0-12% dengan kategori lahan datar hingga landai. Sedangkan kemiringan 4-8% berada pada permukiman penduduk Desa Lowu – Lowu

70 Pola penggunaan lahan di Desa Lowu – Lowu bervariasi dimana Penggunaan lahannya mengalami perubahan setiap tahun, hal ini dipengaruhi oleh kegiatan dan pertumbuhan penduduk yang mendiami wilayah tersebut. Jenis pemanfaatanya antara lain permukiman atau pekarangan, perkebunan, tegalan, hutan dan sarana Pendidikan Dan Perkantoran dan lain-lain. Untuk perkebunan dan hutan mendominasi penggunaan lahan dimana mayoritas masyarakat pada Desa Lowu - Lowu ini bekerja pada sektor pertanian/

perkebunan.Untuk lebih jelasnya dapat dilihat peta penggunaan lahan pada gambar sebagai berikut:

71 Gambar.4. 2 Peta Penggunaan Lahan di Desa Lowu-lowu

72

73 jenis pekerjaan yang ada di desa Lowu - Lowu baik yang Mikro, Kecil maupun Menengah mampu mencapai peningkatan dalam segi usaha maupun kehidupan setelah menjalankan usaha ini. Hal ini dilakukan dengan cara mengelola potensi yang dapat meningkatkan perekonomian masyarakat. untuk dapat mengelola suatu perlu ada namanya pemberdayaan usaha mikro sehingga potensi yang di kelola dapat di jadiakan sebagai pendapatan masyarakat desa lowu – lowu.

Disamping itu mereka juga menerapkan target bahwa hasil yang seharusnya diperoleh setiap harinya dan harus ada peningkatan dibandingkan hari kemarin. Untuk dapat mewujudkan semua itu mereka perlu kerjasama antara pihak pemerintah Desa dengan masyarakat Dalam mengelola potensi dalam bentuk usaha mikro.potensi yang dapat di kelola oleh masyarakat desa lowu lowu ada beberapa antara :

1. pengelolaan usaha tangkap ikan 2. pengelolaan usaha teripang

seperti pada gambar di bawah ini yang dapat di kelola oleh masyarakat Desa lowu – lowu itu sendiri.

74 Gambar.4. 3 Lokasi pelelangan Ikan

Pemberdayaan usaha mikro masyarakat desa lowu lowu dalam bentuk pengelolaan usaha tangkap ikan,kemudian pengelolaan usaha teripang juga diarahkan untuk mendukung penciptaan kesempatan kerja dan peningkatan ekspor, antara lain melalui peningkatan kepastian berusaha dan kepastian hukum, pengembangan sistem insentif untuk menumbuhkan usaha baru berbasis teknologi dan/atau berorientasi ekspor, serta peningkatan akses dan perluasan pasar ekspor bagi produk-produk usaha mikro dalam bentuk pengelolaan usaha tangkap ikan,kemudian pengelolaan usaha teripang .Dalam rangka itu, Usaha mikro perlu diberi kemudahan dalam formalisasi dan perijinan usaha, antara lain dengan mengembangkan pola pelayanan serta pemebrdayaan dalam satu atap untuk memperlancar proses dan meningkatkan sektor ekonomi masyarakat. Di samping itu perlu dikembangkan budidaya usaha dan pemberdayaan masyarakat , terutama di kalangan

75 angkatan kerja muda, melalui pelatihan, bimbingan konsultasi dan penyuluhan, serta kemitraan usaha.

Usaha Mikro yang merupakan pelaku ekonomi mayoritas di sektor perikanan dan perdesaan adalah salah satu komponen dalam sistem pembangunan perikanan dan perdesaan. Oleh karena itu, kebijakan pemberdayaan Usaha mikro mmasyarakat, di sektor perikanan dan perdesaan harus sejalan dengan dan mendukung kebijakan pembangunan perikanan dan perdesaan. Untuk itu, UMK di perdesaan diberikan kesempatan berusaha yang seluas-luasnya dan dijamin kepastian usahanya dengan memperhatikan kaidah efisiensi ekonomi, serta diperluas aksesnya kepada sumberdaya produktif agar mampu memanfaatkan kesempatan usaha dan potensi sumberdaya lokal yang tersedia untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi usaha agribisnis serta mengembangkan ragam produk unggulannya. Upaya ini didukung dengan peningkatan kapasitas kelembagaan dan kualitas layanan lembaga keuangan lokal menjadi alternatif sumber pembiayaan bagi sektor perikanan dan perdesaan. Di samping itu, agar lembaga pembiayaan untuk sektor perikanan dan perdesaan menjadi lebih kuat dan tangguh, jaringan antar LKM dan antara LKM dan Bank juga perlu dikembangkan. Contoh Usaha Kecil Menengah yang ada di desa lowu – lowu,Usaha teripang salah satu dari beberapa potensi yang ada, dapat di kelola sebagai hingga lebih dari dua bulan. Peluang inilah yang

76 dimanfaatkan masyarakat desa lowu – lowu. seperti pada gambar di bawah ini yang dapat di kelola oleh masyarakat desa lowu – lowu itu sendiri.

Tabel.4. 10

Jumlah Potensi Desa Lowu – Lowu Sektor Perikanan Tahun 2017

No Dusun Produksi ikan

Budidaya Teripang

Rumput Laut

Jumlah total

produksi (Kilogram) %

1 Labutolo 457 245 246 948 34.09

2 Langkule 256 0 328 584 21.00

3 lowu –

lowu 256 0 328 584 21.00

la oda 213 452 0 665 23.91

4 1182 697 902 2781 100.00

Sumber Data Pemerintah desa lowu – Lowu 2017

77 sekitar wilayah pesisir. Penduduk berdasarkan data pemerintah desa lowu – lowu tahun 2017 tercatat berjumah Kepalah keluarga (KK) sebayak 214 sedangkan total penduduk kesuluruhan adalah sebayak 970 jiwa, yang terdiri dari perempuan 414 jiwa dan untuk laki-laki sebayak 556 jiwa Mata pencaharian. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel jenis usaha dan mata pencaharian masyarakat desa lowu - lowu di bawah ini :

Tabel.4. 11

Jumlah Penduduk sesui jenis pekerjaan tahun 2017

No Jenis usaha/pekerjaan Frekuensi

orang (Responden) %

petani rumput laut 14 28,57%

Petani budidaya teripang 6 12,24%

usaha tangkap ikan 19 38,78%

Usaha lainya 8 16,33%

JUMLAH 49 100

Sumber Data Pemerintah Desa Lowu – Lowu tahun 2017

Dari tabel atas dapat di klasifikasikan jenis pekerjaan dan usaha yang ada di desa lowu – lowu Kompesisi distribusi menurut jenis pekerjaan pada tahun 2018, masyarakat Desa Lowu – lowu sebagian besa masyarakat bermata pencaharian sebagai Petani remput laut 14 presentase 28,57%, pencaharian petani budidaya teripang 6 presentase 12,24%, usah tangkap ikan 19 presentase 38,78% , Usaha Lainya 8 presentase 16,33%

sebagai nelayan (28), dari jenis pekerjaan dapat di klasifikasikan bahwa jenis pekerjaan yang tertinggi adalah petani dengan jumlah (213). sedangkan yang

78 jenis pekerjaan yang paling rendah adalah PNS dengan nilai (2).

Kependudukan sangat berpengaruh dalam pembangunan kerena penduduk sebagai pelaku usaha sekaligus sasaran dari pemberdayaan yang dilaksanakan penduduk merupakan jumlah orang yang bertempat tinggal di suatu wilayah tertentu dan merupakan proses demografi yaitu fertilitas,mortalitas dan migrasi intergrasi antara ketiga komponen demografi tersebut dapat mempengarui keadan biologi, ekonomi dan sosial masyarakat tersebut.

Penduduk desa lowu – lowu berdasarkan data pemerintah desa lowu lowu tahun 2017 tercatat berjumah Kepalah keluarga (KK) sebayak 204 sedangkan total penduduk kesuluruhan adalah sebayak 970 jiwa, yang terdiri dari perempuan 414 jiwa dan untuk laki-laki sebayak 556 jiwa.

b. pengetahuan Usaha Mikro Komoditi local Masyarakat

dalam mengelola usaha mikro komoditi local desa lowu –lowu salah satu hal yang perlu diperhatikan adalah penjadikan masyarakat Desa lowu-lowu sebagai komponen utama dalam pengelolaan usaha mikro komoditi local,oleh karena itu sudut pandang masyarakat desa lowu-lowu mengenai usaha mikro komoditi local perlu di arahkan kepada cara pandang pentingnya pengelolaan usaha mikro dalam sector komoditi local.

79 c. Sosialisasi/penyuluhan

Dalam program pemberdayaan Masyarakat Desa lowu-lowu melalui sosialisasi/penyuluhan belum terlaksana secara maksimal,hal ini menjadi salah factor belum berkembangnya usaha mikro masyarakat dalam mengelola Usaha komoditi lokal, dari hasil lokasi penelitian program yang di lakukan oleh pemerintah Desa lowu-lowu masih memberikan pelatihan pembuatan roti, belum adanya kejelasan program mengenai pengelolaan usaha mikro komoditi local, sehingga pengetahuan masyarakat masih minim dalam mengelola usaha terutama budidaya rumput laut,budidaya teripang dan usaha tangkap ikan yang sampai saat ini hanya bermodalkan pengelaman tanpa melalaui sosialisasi/penyuluhan, hal ini akan mengakibatkan nilai produksi yang rendah dalam mengelola usaha mikro komoditi local.

F. Masyarakat De Aspek Ekonomi Masyarakat Desa Lowu- lowu

80 keluarga baik kebutuhan dasar, kebutuhan sosial maupun kebutuhan lainnya yang terlihat dari peningkatan penghasilan keluarga, pengeluaran keluarga (kemampuan daya beli) dan perkembangan tabungan keluarga. Tingkat Pendapatan Masyarakat Desa lowu - lowu yang berada di kawasan pesisir bisa diartikan sebagai penerimaan yang berupa penghasilan yang diterima oleh keluarga setiap bulan. Berikut klasifikasinya pada tabel.

Tabel.4. 12

Pendapatan Keluarga Desa Lowu Lowu perbulan

No. Pendapatan Total Keluarga per Bulan (Rp)

Jumlah Responden

(KK)

% Total

1 < 600.000 15 30,61%

2 600.000 – 1.000.000 12 24,49%

3 1.000.000 – 1.5000.000 9 18,37%

4 1.500.000-2.000.000 8 16,33%

5 2.000.000 – 3.000.000 > 5 10,20%

Total 49 20,00%

Data Lapangan (Qonsioner), diolah agustus 2018

Berdasarkan tabel diketahui bahwa dari 49 responden terdapat 15 KK atau 30,61 % yang pendapatan kurang dari Rp.1.000.000, 12 KK atau 24,49 % memiliki pendapatan antara Rp.1.000.000 – Rp.2.000.000, 9 KK atau 18,37%

memiliki pendapatan antara Rp.2.000.001 – Rp.3.000.000, dan 8 KK atau 16,33 % berpendapatan antara Rp. 3.000.001 – Rp. 4.000.000. Kemudian

sisanya yaitu 5 orang atau 10,20% memiliki pendapatan antara Rp.4.000.001 – Rp.5.000.000 lebih Berdasarkan data tersebut menunjukkan

81 bahwa mayoritas 49 responden dari keseluruhan masyarakat Desa Lowu lowu adalah memiliki pendapatan rata-rata 20,0-24,49 antara Rp.2.000.001-Rp.3.000.000 per bulan , sedangkan minoritas atau yang berpendapatan terkecil adalah kurang dari Rp 1.000.000 per bulan.

2. Bantuan Modal

Bantuan Modal untuk masyarakat untuk membiayai program dan kegiatan bidang pemberdayaan masyarakat Desa Sumber-sumber modal untuk pengembangan usaha di daerah penelitian sangat terbatas. Hal ini disebabkan terbatasnya Modal dari pemiliki usaha Komoditi Lokal budidaya rumput laut,budidaya teripang dan usaha tangkap ikan, antara pemilik usaha dengan pemerintah Desa masih kurang. Modal usaha adalah dalam arti uang/dana yang dimiliki oleh responden di daerah penelitian dapat dilihat pada table berikut.

Tabel.4. 13

Modal usaha responden lokasi penelitian

No Interval Modal (Rp) Frekuensi

Per orang (Respnden) %

1 5.000.000-10.000.000 22 44,90%

2 11.000.000-20.000.000 17 34,69%

3 >21.000.000 10 20,41%

Jumlah 49 100

Sunber data lapangan hasil Kuinsoner diolah agustus 2018

Dokumen terkait