• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO MASYARAKAT DALAM MENGEMBANGKAN WILAYAH PESISIR DESA LOWU – LOWU KECAMATAN GU KABUPATEN BUTON TENGAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO MASYARAKAT DALAM MENGEMBANGKAN WILAYAH PESISIR DESA LOWU – LOWU KECAMATAN GU KABUPATEN BUTON TENGAH"

Copied!
134
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO MASYARAKAT DALAM MENGEMBANGKAN WILAYAH PESISIR

DESA LOWU – LOWU KECAMATAN GU KABUPATEN BUTON TENGAH

OLEH HASRAFIL.R 45 13 042 010

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS BOSOWA MAKASSAR

2019

(2)

II

Pemberdayaan Usaha Mikro Masyarakat Dalam Mengembangkan Wilayah Pesisir Desa Lowu – Lowu

Kecamatan Gu Kabupaten Buton Tengah

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Serjana Teknik (S.T)

OLEH Hasrafil.R 4513042010

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS BOSOWA MAKASSAR

2019

(3)

iv

(4)

v

(5)

vi PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Mahasiswa : HASRAFIL.R Stambuk : 45 13 042 010

Program Studi : Perencanaan Wilayah dan Kota

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis/ajukan ini adalah benar - benar hasil karya saya sendiri, dengan arahan komisi pembimbing dan bukan merupakan pengambilan tulisan atau pemikiran orang lain. Apabila di kemudian hari terjadi atau ditemukan bahwa sebagian atau keseluruhan skripsi ini merupakan hasil karya orang lain, saya bersediah menerima segala koneksuensi/sanksi atas perbuatan tersebut.

Makassar, Maret 2019 Penulis

HASRAFIL

(6)

vii ABSTRAK

Hasrafil.R, 2019.“ Pemberdayaan Usaha Mikro masyarakat dalam Mengembangkan Wilayah Pesisir di Desa Lowu – lowu Kecamatan Gu Kabupaten Buton Tengah”.dibimbing oleh Rahmawati Rahman dan Jufriadi.

Penelitian ini untuk mengetahui tingkat pemberdayaan masyarakat yang ada diDesa Lowu-lowu hal ini yag dimana masyarakat yang tinggal dikawasan pesisir belu sepenuhnya diperdayakan sehingga tingkat nilai produksi masih di bawah rata-rata.

Jenis penelitian ini Diskriktif Kuantitatif dengan Metode pengumpulan data menggunakan metode observasi, survey instansi, wawancara, angket/Koesioner dan dokumentasi kemudian diproses menggunakan metode analisis Deskriptif Kualitatif Skala Likert,analisis skorsing analisis analisis Skala Likert ini di gunakan untuk mengetahui jawaban responden tentang Pengelolaan Usaha masyarakat dari segi social dan kondisi kondisi ekonomis, Kondisi sarana prasarana penunjang sarana sosial. Kelembagaan.

Dari 5 variabel proses diperoleh 4 faktor yang menyebabkan terjadinya Usaha Mikro Belum berkembang Di sebabkan kondisi sosialnya yang belum diperdayakan,nilai ekonomis masyarakat masih dibawah rata-rata,sarana prasarana pendukung belum masksimal sepenuhnya,dan dari segi kelembagaan belum ada kerja sama dalam segi pengelompokkan masyarakat yang diberdayakan serta pendanaan dari lembaga Bumdes masih terfokus pada Pembangunan fisik tetapi dari segi masyarakat belum ada program tentang ukuran anggaran dalam memebrikan modal..

Kata kunci: Pemberdayaan,Usaha Mikro Masyarakat, Pengembangan Wilayah Pesisir

(7)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat Rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyusun Skripsi ini dengan Judul“ Pemberdayaan Usaha Mikro Masyarakat Dalam mengembangkan Wilayah Pesisir”. Tugas akhir ini merupakan salah satu syarat yang wajib dipenuhi untuk memperoleh gelar Sarjana STRATA SATU (S1)pada Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Universitas Bosowa Makassar dan merupakan salah satu proses akhir dari kegiatan pembelajaran diUniversitas pada umumnya dan jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota pada khususnya.

Penulis menyadari telah mengerahkan segala kemampuan dan usaha, namun sebagai manusia biasa yang takluput dari salah dan lupa serta keterbatasan pengetahuan yang penulis miliki, masih banyak terdapat kekurangan-kekurangan dari tugas akhir ini.

Oleh karenanya, dengan rasa tulus dan ikhlas, selayaknyalah penulis menghaturkan ucapan terimakasih yang sebesar - besarnya kepada :

1. Bapak Dr.Ridwan ST.M,Si selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Bosowa Makassar.

2. Bapak Jufriadi,ST.M,SP selaku Ketua Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota pada Fakultas Teknik Unversitas Bosowa Makassar.

(8)

ix 3. Ibu Ir.Hj. Rahmawati Rahman.M,si selaku Pembimbing I, dan Bapak Jufriadi,ST.M,SP selaku pembimbing II,Yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran serta kesabaran dalam memberikan bimbingan kepada penulis sejak awal penulisan Skripsi ini hingga selesai.

4. Bapak dan Ibu Staf pengajar serta karyawan (i) Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Bosowa Makassar, terima kasih atas segala bimbingan, didikan dan bantuan selama penulis menuntut ilmu di bangku perkuliahan sejak awal hingga selesai.

5. Pihak instansi pemerintah Buton Tengah telah memberikan bantuan selama proses penyusunan Skripsi ini.

6. Terkhusus penulis menghanturkan terima kasih yang setulus dan sedalam - dalamnya kepada Ayahanda La Hasini, Ibunda Sarfia, adik adikku Hasriani dan Hasrifita,Hasriadin,Syifa yang begitu besar memberikan cinta dan kasih sayangnya, memberikan kepercayaan, motivasi, nasihat dan doa yang tiada henti-hentinya.

(9)

x 7. Terima kasih sedalam - dalamnya untuk Kamakesa dari awal hingga akhir studi ini, yang sudah memberikan didikan dalam berproses untuk mengenal dunia organisasi.

8. Saudara - saudara seperjuanganku GPS 013, Koordinat Timur (ahcmad,vian,aster,alun,ajun,mardan,ebeng,fais,akbar,mega,tira, asatri,danar,komar) yang begitu banyak memberikan dorongan, semangat dan masukan sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir ini.

9. Terima kasih banyak kepada keluarga besar Pampang Bersatu (Pambers) yang salalu memberikan dorongan Serta Motivasi.

10. Saudara Saudara Saya Angkatan 013 Alumni SMAN Gu, Yang masih memberikan nasihat dan dukungan kepada penulis agar bisa menyelesaikan Tugas Akhir.

11. Teruntuk semua orang yang sering bertanya kapan wisuda’’

Pertanyaan yang menjengkelkan namun memotivasi.

Akhir kata, semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan segala kebaikan semua pihak yang telah membantu.

Semoga skripsi ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu.

Amien.

Makassar, Maret 2019

Hasrafil.R

(10)

vii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……….. i

HALAMAN PENGESAHAN……… ii

ABSTRAK……… v

KATA PENGANTAR……….. vi

DAFTAR ISI………. vii

DAFTAR TABEL………..xi

DAFTAR GAMBAR………xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Manfaat Penelitian ... 9

E. Ruang Lingkup Pembahasan ... 10

F. Sistematika Penulisan ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 13

A. Pemberdayaan Masyarakat ... 13

1. Pemberdayaan Sebagai Proses Perubahan ... 15

2. Pemberdayaan Sebagai Proses Pembelajaran ... 16

3. Pemberdayaan Sebagai Proses Perubahan Sosial ... 16

4. Pemberdayaan Sebagai Proses Pembangunan Masyarakat ... 17

B. Tujuan Pemberdayaan Masyarakat ... 18

C. Lingkup Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat ... 19

1. Pengembangan Kapasitas Manusia ... 20

2. Pengembangan Kapasitas Usaha ... 20

(11)

viii

D. Penerima Manfaat ... 21

E. Masyarakat Pesisir ... 23

F. Tujuan Pemberdayaan Masyarakat Pesisir ... 23

G. Pengertian Usaha Mikro ... 24

H. Ciri – Ciri Usaha Mikro (UMK) ... 25

I. Peran penting Usaha Mikro, kecil Dan menengah (UMKM) ... 26

J. Kebijakan Pemerintah Di Bidang Usaha Mikro ... 27

K. Konsep pemberdayaan Usaha Mikro menurut Zubaedi ... 30

L. Kerangka Pikir ... 32

BAB III METODE PENELITIAN ... 34

A. Jenis Penelitian ... 34

B. Lokasi Penelitian ... 36

C. Waktu Penelitian ... 36

D. Populasi dan Sampel Penelitian ... 37

E. Jenis Dan Sumber Data ... 39

F. Teknik Pengumpulan Data ... 41

G. Teknik Analisis data ... 42

H. Variabel Penelitian ... 49

I. Definisi Operasional ... 50

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 53

A. Gambaran Umum Kecamatan Gu ... 53

1. Aspek Fisik dasar ... 53

2. Topografi ... 55

(12)

ix

3. Klimatologi ... 55

4. Demografi Penduduk ... 57

5. Klasifikasi Kepadatan Penduduk ... 58

B. Upaya Pemerintah dalam Pemberdayaan Usaha Mikro di Kecamatan Gu. .. 64

C. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 66

1. Tinjauan Khusus Lokasi Studi ... 66

2. Topografi ... 69

3. Penggunaan Lahan ... 69

4. Demografi pendudk desa lowu-lowu ... 72

D. Tinjaun Khusus Potensi Desa Lowu – Lowu. ... 72

1.Identifikasi Produksi usaha yang dikelola. ... 72

E. Kondisi Sosial Masyarakat Desa Lowu-lowu ... 76

F. Masyarakat De Aspek Ekonomi Masyarakat Desa Lowu- lowu ... 79

G. Sarana Penunjang Usaha mikro Komoditi Lokal Kawasan Pesisir Desa Lowu- Lowu ... 83

H. Sarana Sosial ... 86

I. Prasarana Penunjang ... 87

J. Analisis Dan Pembahasan ... 92

1. Sosial ... 92

2. Aspek Ekonomi Masyarakat Desa Lowu- lowu ... 97

3. Sarana Penunjang Usaha Komodoti Lokal. ... 100

4. Sarana Sosial ... 102

5. Lembaga ... 102

(13)

x

6. Analisis Ketersediaan Prasarana ... 105

1. Pengembangan kelompok usaha ... 108

2. Pengembangan secara Eksternal dengan adanya bantuan dari Dinas Koperasi dan UKM Buton Tengah ... 108

3. Pemberian Akses Usaha Mikro Terhadap sumber-sumber permodalan109 4. Pengadaan Pembinaan dan pelatihan ... 109

5. Peningkatan Promosi Produk ... 110

6. Penyediaan sarana dan prasarana ... 110

BAB V PENUTUP ... 112

A. Kesimpulan ... 112

B. Saran ... 113 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(14)

xi DAFTAR TABEL

Tabel.4. 1 Luas Wilayah dirinci per Desa/KelurahanKec. Gu Kabupaten Buton Tengah

Tahun 2017 ... 54

Tabel.4. 2 Jumlah Penduduk Kecamatan Gu Tahun 2017 ... 57

Tabel.4.3 Jumlah Penduduk menurut kepadatan Kecamatan Gu Tahun 2017 ... 58

Tabel.4.4 Pertanian dan Perkebunan Dirinci Per Desa/Kelurahan Dikecamatan Gu Kabupaten Buton TengahTahun 2017 ... 61

Tabel.4.5 Produksi Perikanan Laut dan Darat PerTon Tiap Kecamatan GU di Kabupaten Buton Tengah Tahun 2017 ... 63

Tabel.4.6 Jumlah UMKM Kecamatan Gu Menurut Sektor Ekonomi pada Tahun 2017 ... 66

Tabel.4.7 Luas Dusun di Desa Lowu - LowuTahun 2017 ... 67

Tabel.4.8 Penggunaan Lahan Desa Lowu – lowu tahun 2017 ... 69

Tabel.4.9 Jumlah Penduduk Desa Lowu-lowu ... 72

Tabel.4.10 Jumlah Potensi Desa Lowu – Lowu Sektor Perikanan Tahun 2017 ... 76

Tabel.4. 11 Jumlah Penduduk sesui jenis pekerjaan tahun 2017 ... 77

Tabel.4. 12 Pendapatan Keluarga Desa Lowu Lowu perbulan ... 80

Tabel.4. 13 Modal usaha responden lokasi penelitian ... 81

Tabel.4. 14 pengeluaran respnden masyarakat desa lowu-lowu ... 83

Tabel.4.15 Klasifikasi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan dan Jumlah Pendidikan Tahun 2017 ... 86

Tabel.4.16 Klasifikasi Jalan desa Lowu – lowu Tahun 2017 ... 88

Tabel.4.17 Sarana dan Prasarana Air Bersih Desa Lowu - Lowu Tahun 2017 ... 91

Tabel.4. 18 Responden terkait Jenis Usaha/pekerjaan ... 93

Tabel.4. 19 Skorsing reponden ... 94

Tabel.4. 20 Responden terkait pengetahuan ... 95

Tabel.4. 21 Responden terkait sosialisasi/Penyuluhan ... 96

Tabel.4. 22 Pembobotan terkait pengetahuan sosilisasi ... 97

(15)

xii

Tabel.4. 23 Terkait Pendapatan Responden ... 98

Tabel.4. 24 Terkait responden bantuan modal ... 99

Tabel.4. 25 indikator fasilitas pendidikan ... 104

Tabel.4. 26 Indikator Kesehatan ... 105

Tabel.4. 27 Pembobotan Jalan ... 105

Tabel.4. 28 Kriteria Dermaga Desa lowu-lowu ... 107

(16)

xiii DAFTAR GAMBAR

Gambar.4. 1 Peta Administrasi Desa Lowu-Lowu Kecamatan Gu ... 68

Gambar.4. 2 Peta Penggunaan Lahan di Desa Lowu-lowu ... 71

Gambar.4. 3 Lokasi pelelangan Ikan... 74

Gambar.4. 4 Lokasi Tempat Pelalangan Ikan di kelurahan bombonawulu ... 84

Gambar.4. 5 Kondisi Penjemuran, pemanenan rumput laut dan teripang ... 85

Gambar.4. 6 kondisi fasilitas kesehatan di desa lowu - lowu ... 87

Gambar.4. 7 Kondisi Fasiliatas jaringan jalan Desa Lowu Lowu ... 89

Gambar.4. 8 Peta Jaringa Jalan Des Lowu-lowu ... 90

Gambar.4. 9 kondisi fasilitas Jaringan listrik di Desa Lowu – lowu ... 92

Gambar.4. 10 Lokasi Dermaga diDesa Lowu-lowu ... 107

(17)

1 BAB I

PENDAHULUAN A. Latar belakang

Sesuai dengan implementasi dari Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa telah mengatur bahwa pembangunan dan Pemberdayaan masyarakat Desa ditempuh melaui upaya pendampingan. Pendampingan merupakan salah satu langkah penting yang perlu dilakukan untuk percepatan pencapaian kemandirian dan kesejahteraan masyarakat. Kemandirian dan kesejahteraan masyarakat dapat dicapai diantaranya melalui peningkatan pengetahuan, sikap, keterampilan, perilaku, kemampuan, kesadaran serta memanfaatkan sumber daya sesuai dengan esensi masalah dan prioritas kebutuhan masyarakat desa. Pendampingan masyarakat desa merupakan bagian utama dari proses pengembangan kapasitas masyarakat Desa.Core business pemberdayaan masyarakat Desa adalah penguatan rakyat sebagai proses belajar sosial yaitu learning by capacity dan learning by doing yang menyatu dalam seluruh praktek pembangunan di tingkatan komunitas.

Pemberdayaan masyarakat merupakan varian dari proses reformasi tatanan ekonomi-politik melalui sebuah proses transformasi sosial. Untuk Ruang lingkup pendampingan Desa meliputi: 1). Pendampingan masyarakat Desa dilaksanakan secara berjenjang untuk memberdayakan dan memperkuat Desa; 2). Pendampingan masyarakat Desa sesuai dengan kebutuhan yang

(18)

2 didasarkan pada kondisi geografis wilayah, nilai APBDes, dan cakupan kegiatan yang didampingi; dan 3). Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, pemerintah daerah kabupaten/kota, dan Pemerintah Desa melakukan upaya pemberdayaan masyarakat Desa melalui pendampingan masyarakat Desa yang berkelanjutan, termasuk dalam hal penyediaan sumber daya manusia dan manajemen. Salah satu cara untuk mengembangkan meningkatkan kesejahteraan masyarakat perlu di lakukan Pemberdayaan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) mempunyai peran yang strategis dalam pembangunan ekonomi, oleh karena selain berperan dalam pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja juga berperan dalam pendistribusian hasil-hasil pembangunan. Dalam krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia sejak beberapa waktu yang lalu, dimana banyak usaha berskala besar yang mengalami stagnasi bahkan berhenti aktifitasnya, sektor Usaha Kecil dan Menengah (UKM) terbukti lebih tangguh dalam menghadapi krisis tersebut

Wilayah pesisir merupakan sebuah kawasan dinamis yang sangat strategis untuk mengembangkan berbagai sektor usaha.Tetapi sayangnya program pemberdayaan masyarakat di wilayah pesisir belumlah tergarap secara proposional.Pemanfaatan sumber daya kelautan belum di’managed

”secara tepat guna Yang semakin di perparah timbulnya konflik - konflik kepentingan Masyarakat pesisir adalah sekumpulan manusia yang hidup

(19)

3

bersama - sama mendiami wilayah pesisir membentuk dan memiliki

kebudayaan yang khas yang terkait dengan ketergantungan pada pemanfaatan sumberdaya dan lingkungan pesisir. Jika ditinjau dari konteks

pengembangan masyarakat (community development), masyarakat pesisir merupakan kelompok masyarakat yang berdomisili di wilayah pesisir yang hidupnya masih tertinggal. Pada kenyataannya pemberdayaan dalam sektor kelautan dan perikanan selalu diposisikan sebagai sektor yang dipinggirkan (peripheralsector) dalam pembangunan ekonomi nasional.

Tujuan utama pemberdayaan usaha mikro masyarakat dalam pengelolaan potensi yang ada di wilayah pesisir sebagai sumber pendapatan masyarakat dan kesejahteraan, Begitu besarnya potensi kelautan yang dimiliki, tapi tingkat sosial ekonomi yang rendah merupakan pandangan yang sangat biasa dilingkungan kehidupan masyarakat pesisir, bahkan jika dibandingkan dengan sektor lainnya, pertanian misalnya, usaha kecil dan usaha menengah nonpemerintah atau lebih dikenal dengan usaha mikro masyarakat dapat digolongkan masyarakat sosial yang miskin. Menurut Clark (1996) menyatakan bahwa pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu meru- pakan suatu kegiatan perencanaan untuk mengelola sumberdaya pesisir melalui partisipasi atau keterlibatan oleh sector - sektor ekonomi, lembaga

(20)

4 pemerintah, dan lembaga - lembaga nonpemerintah yang memiliki keterkaitan dengan pengelolaan wilayah pesisir tersebut.

Kabupaten Buton Tengah memiliki wilayah daratan seluas ±958,31 km²,Kabupaten Buton Tengah terdiri dari 7 kecamatan, yaitu: Kecamatan Lakudo,Kecamatan Mawasangka Timur, Kecamatan Mawasangka Tengah,Kecamatan Mawasangka, Kecamatan Talaga Raya, Kecamatan Gu, Kecamatan Sangia Wambulu. berpenduduk 91.099 jiwa Tahun 2017, dan Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Buton Tengah berdasarkan harga konstan tahun 2011 yaitu tahun 2016 sebesar 6,15 persen meningkat menajadi 6,87 persen pada 2018. Sementara pertumbuhan PDRB per kapita Kabupaten Buton Tengah mengalami peningkatan yaitu tahun 20018 PDRB per kapita sebesar Rp 4.816,299,47 menjadi Rp 6.827.572,29 atau meningkat 16,69 persen pada 2012. Jumlah penduduk miskin di Kabupaten Buton Tengah sebanyak 67,900 jiwa atau 22,98 persen lebih tinggi jika dibandingkan dengan Sulawesi Tenggara 19,58 persen. Sementara keluarga atau jumlah rumah tangga yang tergolong miskin berjumlah 41.197 rumah tangga (BPS,Tahun 2017).

Secara umum keluarga miskin Kabupaten Buton Tengah adalah mereka tidak mempunyai faktor produksi seperti tanah, modal, ataupun keterampilan, sehingga kemampuan untuk memperoleh pendapatan menjadi terbatas. Oleh

(21)

5 karena itu sangat potensial menjadi kantong-kantong pemukiman penduduk miskin. Kemiskinan di wilayah pesisir Kecamatan Gu, Kecamatan Sangia Wambulu, Kecamatan Lakudo dan Kecamatan Mawasangka termasuk wilayah yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian nelayan tradisional dan petani ladang berpindah- pindah. Pada gilirannya kehidupan ekonomi dan sosial rendah. Hal ini dapat menjadi lahan subur bagi timbulnya kerawanan-kerawanan di bidang kehidupan yang lain.

Tercatat ada lebih dari 208 unit usaha Mikro Kecil dan Menengah yang ada dikecamatan Gu Kabupaten Buton tengah ( Sumber Data statistic 2017). Dan tentu saja usaha - usaha tersebut belum maksimal dari segi tenaga kerja baik diwilayah Desa lowu – lowu sendiri maupun Desa-desa lain disekitarnya.

Keadaan ini tentu saja berdampak pada terjadinya Kurangnya peningkatan pendapatan masyarakat hingga akhirnya perlu memperbaiki tingkat kesejahteraan hidup mereka. Selain itu manfaat lain yang dapat dirasakan adalah tersedianya berbagai macam barang dan jasa kebutuhan hidup sehari- hari. Dan dengan begitu masyarakat akan lebih mudah untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka tanpa harus membeli di tempat yang jauh serta dengan harga yang lebih terjangkau.

(22)

6 Desa Lowu - Lowu merupakan salah satu Desa yang terletak diKecamatan Gu Kabupaten Buton Tengah dimana dapat dijumpai keberadaan berbagai Potensi dalam sector komoditi Lokal Seperti Usaha Tangkap Ikan,Usaha Budidaya Rumput Laut dan Usaha Budidaya Teripang, Yang dapat dikelola dalam bentuk pemberdayaan usaha mikro masyarakat pesisir, Dengan adanya usaha Mikro masyarakat pesisir dapat Meningkatkan nilai ekonomi masyarakat yang: dapat menciptakan peluang usaha yang luas dengan pembiayaan yang relatif murah, mampu membuka banyak lapangan pekerjaan baru sehingga masyarakat sekitar (usia produktif yang tidak bekerja) bisa memperoleh kesempatan untuk bekerja dengan cukup mudah, selain itu Pemberdayaan Usaha Mikro Masyarakat memiliki kedudukan yang komplementer terhadap usaha besar karena usaha ini menghasilkan produk yang relatif lebih murah dan sederhana, yang biasanya akan menjadikan usaha skala besar.

Mengingat jumlah penduduk Desa Lowu-lowu terus bertambah setiap tahunnya dan pasti berdampak pula meningkatnya kebutuhan masyarakat seharusnya fenomena sosial ini mampu mendorong Pemberdayaan Usaha Mikro Masyarakat setiap di Desa ini, untuk berkembang dengan baik.

Alasan lain adalah Desa Lowu – lowu merupakan wiliyah pesisir di Kecamatan Gu sehingga wilayah ini sering di kunjungi oleh maskayarakat di

(23)

7 luar dari Desa Lowu - lowu. Sebab memiliki Potensi sector Komodit pembudidayaan Usaha Tangkap, Usaha Bididaya Rumput Laut dan Usaha budidayah teripang, Namun fakta dilapangan menunjukkan hal yang berbeda.

pemberdayaan usaha mikro masyarakat yang ada di Desa Lowu - lowu belum bias berkembang Secara Maksimal, Dari Tahun ke tahun usahanya tidak mengalami Kenaikan secara signifikan. Kegiatan usaha yang di jalankan cenderung sama setiap harinya. hampir tidak ada perluasan cakupan usaha maupun keinginan menambah Tingkat Pendapatan masyarakat dan pengelolaan potensi sumber daya alamnya belum maksimal dikelola oleh masyarakat yang dihasilkan. Padahal bila dipikir, keuntungan yang mereka peroleh setiap harinya selama puluhan tahun beroperasi cemderung stabil dan tidak mengalami peningkatan ditambah Kurangnya konsumen dan distributor yang Jarang dikunjungi dari Desa setempat bahkan Desa-desa Wilayah Pesisir lainya di Kecamatan GU,padahal bilih dipikir bahwa Desa Lowu Lowu Memiliki Potensi Dari sector Komoditi Perikanan yang dapat di kelola dalam bentuk Usaha mikro, Mungkin saja keadaan ini terjadi karena rendahnya tingkat pendidikan dan pengetahuan berwirausaha yang dimiliki para pemilik usaha ini, sehingga mereka tidak tahu bagaimana cara mengembangkan usahanya, maklum saja diantara mereka hanya sekitar 5% yang mengenyam pendidikan setara S1 selain itu hanya setingkat SMP dan SMU saja. Namun tidak menutup

(24)

8 kemungkinan ada penyebab lain yang melatar belakangi buruknya kelangsungan hidup dan masa depan Pemberdayaan usaha mikro masyarakat (UMK) diDesa Lowu lowu Kecamatan Gu, Kabupaten Buton Tengah ini. Yaitu kurangnya keaktifan pemerintah Desa dalam memberikan permodalan serta fasilitas penunjang dalam mendukung Pemberdyaan dan perekonomian masyarakat.

Berdasarkan uraian diatas maka saya ingin menulis skripsi sebagai kelengkapan syarat kelulusan pendidikan S1 di Universitas Bosowa Makassar Dengan Judul “PEMBERDYAAN USAHA MIKRO MASYARAKAT DALAM MENGEMBANGKAN WILAYAH PESISIR DI DESA LOWU – LOWU KECAMATAN GU KABUPATEN BUTON TENGAH.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang dan peninjauan awal terhadap kondisi eksisting pada lokasi penelitian, peneliti merumuskan masalah sebagai berikut;

1. Faktor apa yang menyebabkan Tingkat Pemberdayaan Masyarakat belum Maksimal dalam mengelola Usaha Mikro Komditi Lokal di Desa Lowu-lowu Kecamatan Gu?

2. Bagaimana Arahan pengembangan Usaha Mikro Sektor Komoditi Lokal Dalam Mendukung Wilayah Pesisir Desa Lowu-lowu Kecamatan Gu?

(25)

9 C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

Adapun tujuan dan manfaat dari penelitian ini adalah, Tujuan :

1. Untuk mengetahui yang menyebabkan Tingkat Pemberdayaan Masyarakat belum Maksimal dalam mengelola Usaha Mikro Komditi Lokal di Desa Lowu-lowu Kecamatan Gu

2. Untuk mengetahui arahan pengembangan Usaha Mikro Sektor Komoditi Lokal Dalam Mendukung Wilayah Pesisir Desa Lowu-lowu Kecamatan Gu

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah:

1. Sebagai bahan referensi bagi penelitian selanjutnya untuk mengkaji hal- hal yang tentunya berkaitan dengan Pemberdayaan Usaha mikro masyarakat dalam mengembangkan wliayah pesisir khususnya yang terdapat di Desa Lowu – lowu kecamatan Gu.

2. sebagai bahan pertimbangan dan masukan bagi pemerintah desa Lowu - lowu kecamatan Gu dalam menentukan kebijakan pengembangan serta pemberdayaan usaha mikro masyarakat dalam mengembangkan wilayah pesisir yang ada di desa lowu – lowu kecamatan Gu

(26)

10 E. Ruang Lingkup Pembahasan

Ruang lingkup penelitian yang akan dibahas dalam penelitian ini, terbagi dalam dua bagian yakni diantaranya ruang lingkup materi dan ruang lingkup wilayah.

1. Ruang Lingkup Materi

Adapun ruang lingkup materi yang akan dibahas dalam penelitian ini yaitu dibatasi pada cakupan pembahasan yang menyangkut bagaimana upaya untuk mengetahui faktor penyebab Tingkat Pemberdayaan Masyarakat belum Maksimal dalam mengelola Usaha Mikro Komditi Lokal di Desa Lowu lowu Kecamatan Gu serta untuk mengetahui arahan Pengembangan Usaha Mikro Komoditi Lokal dalam Mendukung Wilayah Pesisir Desa Lowu – lowu

2. Ruang Lingkup Wilayah

Ruang lingkup wilayah merupakan ruang batasan kegiatan penelitian yang ditinjau dari aspek administrasi. Adapun ruang lingkup wilayah pada penelitian ini yaitu berlokasi di wilayah pesisir Desa Lowu-lowu Kecamatan Gu

F. Sistematika Penulisan

Sistematika dalam penulisan ini merupakan urutan–urutan dalam rangkaiaan penyusunan penulisan dengan tujuan agar pembaca lebih mudah mengenal dan mengetahui bagian–bagian penu lisan.

(27)

11 Adapun sistimatika penulisannya adalah sebagai berikut:

Bab I : Pendahuluan

Menguraikan tentang Latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, batasan masalah, sistematika pembahasan.

Bab II : Tinjauan Pustaka

Kajian yang di lakukan terhadap literature yang berkaitan dengan tujuan dan sasaran penulisan sebagai bentuk konsep - konsep teoritis yang di gunakan sebagai kerangka dan landasan yang selanjutnya di gunakan dalam melakukan analisa – analisa dan pembahasan dalam menjawab rumusan masalah serta mencapai tujuan dan sasaran tersebut.

Bab III : Metedologi Penelitian

Bab ini menyajikan tentang Lokasi Penelitian, Jenis dan Sumber Data, Populasi dan Sampel Penelitian, Variabel Penelitian, Pendekatan Analisis, Definisi Operasional.

Bab IV : Analisis dan Pembahasan

Bab IV merupakan bab yang membahas tentang gambaran umum Kecamatan Gu, tinjauan Lokasi Penelitian Desa Lowu - lowu, analisis faktor penyebab Tingkat Pemberdayaan Masyarakat

(28)

12 belum Maksimal dalam mengelola Usaha Mikro Komditi Lokal di Desa Lowu-lowu Kecamatan Gu, arahan Pengembangan Usaha Mikro Sektor komoditi lokal dalam mendukung Wilayah Pesisir Desa Lowu-lowu.

Bab V : Kesimpulan dan saran

Bab ini berisi kesimpulan dan hasil pembahasan serta saran mengenai hasil penelitian

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(29)

13 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan pustaka merupakan uraian tentang teori-teori dan konsep yang dipergunakan dalam penelitian untuk menjelaskan masalah penelitian lebih dalam, sehingga mengarah pada kedalaman pengkajian penelitian. Hal ini juga sekaligus sebagai pendukung dalam rangka menjelaskan atau memahami makna dibalik realitas yang ada.

A. Pemberdayaan Masyarakat 1. Menurut defenisinya,

pemberdayaan diartikan sebagai upaya untuk memberikan daya (empowerment) atau penguatan (strengthening) kepada masyarakat (Mas’oed, 1990 dalam Theresia et. al, 2015). Pemberdayaan (empowerment) merupakan konsep yang berkaitan dengan kekuasaan (power). Istilah kekuasaan seringkali identik dengan kemampuan individu untuk membuat dirinya atau pihak lain melakukan apa yang dinginkannya. Kemampuan tersebut baik untuk mengatur dirinya, mengatur orang lain sebagai individu atau kelompok/organisasi, terlepas dari kebutuhan, potensi, atau keinginan orang lain (Anwas, 2014).

(30)

14 2. Menurut Theresia et. al, (2015)

pemberdayaan menunjuk pada kemampuan orang, khususnya kelompok rentan dan lemah, untuk Memiliki akses terhadap sumber-sumber produktif yang memungkinkan mereka dapat meningkatkan pendapatannya dan memperoleh barangbarang dan jasa-jasa yang mereka perlukan; dan Berpartisipasi dalam proses pembangunan dan keputusan-keputusan yang mempengaruhi mereka. Pemberdayaan menunjuk pada usaha pengalokasian kembali kekuasaan melalui pengubahan struktur sosial.

Pemberdayaan adalah bagian dari paradigma pembangunan yang memfokuskan perhatiannya kepada semua aspek yang prinsipil dari manusia dilingkungannya yang mulai dari aspek intelektual (sumber daya manusia), aspek material dan fisik sampai kepada aspek manajerial. Aspek-aspek tersebut bias dikembangkan menjadi aspek sosial-budaya, ekonomi, politik dan lingkungan (Handayani, 2014).

Pemberdayaan adalah suatu cara agar rakyat, komunitas, dan organisasi diarahkan agar mampu menguasai atau berkuasa atas kehidupannya (Rappaport, 1984 dalam Theresia et. al, 2015). Pemberdayaan adalah sebuah proses agar setiap orang menjadi cukup kuat untuk berpartisipasi dalam,

(31)

15 berbagi pengontrolan atas, dan mempengaruhi kejadian - kejadian serta lembaga - lembaga yang mempengaruhi kehidupannya.

1. Pemberdayaan Sebagai Proses Perubahan

Selaras dengan perkembangan peradaban manusia, telah terjadi perubahanperubahan didalam kehidupan manusia, baik yang bersifat alami atau disebabkan oleh perubahan - perubahan yang terjadi sebagai akibat ulah atau prilaku manusia di dalam kehidupannya sehari-hari. Menghadapi keadaan dunia dan perubahan jaman seperti itu, setiap individu dan masyarakat sebenarnya dapat memilih; yaitu menunggu terjadinya perubahan yang bersifat alami yang berupa gerakan-gerakan alami menuju kepada keseimbangan dan keselarasan “baru”, ataukah secara aktif (melalui upayanya sendiri atau bersama-sama lingkungan sosialnya) melakukan upayaupaya khusus untuk mengantisipasi terjadinya perubahan-perubahan yang terjadi disekitarnya.

Pemberdayaan sebagai proses perubahan, memerlukan inovasi yang berupa:

ide-ide, produk, gagasan, metode, peralatan atau teknologi. Dalam praktik, inovasi tersebut seringkali harus berasal atau didatangkan dari luar. Tetapi, inovasi juga dapat dikembangkan melalui kajian, pengakuan atau pengembangan terhadap kebiasaan, nilai-nilai tradisi, kearifan lokal atau kearifan tradisional.

(32)

16 2. Pemberdayaan Sebagai Proses Pembelajaran

Peran yang dimainkan oleh pemberdayaan pada hakikatnya adalah untuk memperkuat daya agar masyarakat semakin mandiri. Karena itu, pemberdayaan dapat diartikan sebagai proses penguatan kapasitas.

Penguatan kapasitas di sini, adalah penguatan kemampuan yang dimiliki oleh setiap individu (dalam masyarakat), kelembagaan, maupun sistem atau jejaring antar individu dan kelompok/organisasi sosial, serta pihak lain yang di luar sistem masyarakat. Penguatan kapasitas untuk menumbuhkan partisipasi masyarakat tersebut, mencakup penguatan kapasitas setiap individu (warga masyarakat), kapasitas kelembagaan (organisasi dan nilai -nilai perilaku), dan kapasitas jejaring (networking) dengan lembaga lain dan interaksi dengan sistem yang lebih luas.

3. Pemberdayaan Sebagai Proses Perubahan Sosial

Pemberdayaan tidak sekedar merupakan proses perubahan perilaku pada diri seseorang, tetapi merupakan proses perubahan sosial, yang mencakup banyak aspek, termasuk politik dan ekonomi yang dalam jangka panjang secara bertahap mampu diandalkan menciptakan pilihan-pilihan baru untuk memperbaiki kehidupan masyarakatnya. Yang dimaksud dengan perubahan sosial di sini adalah, tidak saja perubahan (perilaku) yang berlangsung pada

(33)

17 diri seseorang, tetapi juga perubahan-perubahan hubungan antar individu dalam masyarakat, termasuk struktur, nilai-nilai, dan pranata sosialnya, seperti: demokratisasi, transparansi, supremasi hukum, dan lain-lain. Sejalan dengan pemahaman tentang pemberdayaan sebagai proses perubahan sosial yang dikemukanan diatas, pemberdayaan juga sering disebut sebagai proses rekayasa sosial atau segala upaya yang dilakukan untuk menyiapkan sumberdaya manusia agar mereka tahu, mau dan mampu melaksanakan peran sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya dalam system sosialnya masing-masing.

4. Pemberdayaan Sebagai Proses Pembangunan Masyarakat

Cook (Subejo dan Supriyanto, 1995 dalam Theresia et.al,2015) menggarisbawahi bahwa pembangunan atau secara spesifik pembangunan masyarakat adalah merupakan konsep yang berkaitan dengan upaya peningkatan atau pengembangan. Ini merupakan tipe tertentu tentang perubahan menuju kearah yang positif. Singkatnya community development merupakan suatu tipe tertentu sebagai upaya yang disengaja untuk memacu peningkatan atau pengembangan masyarakat. Sedangkan Giarci (Tehresia et.al,2015) memandang community development sebagai suatu hal yang memiliki pusat perhatian dalam membantu masyarakat pada berbagai

(34)

18 tingkatan umur untuk tumbuh dan berkembang melalui berbagai fasilitas dan pendukung agar mereka mampu memutuskan, merencanakan dan mengambil tindakan untuk mengelola dan mengembangkan lingkungan fisiknya serta kesejahteraan sosialnya.

Aspek penting dalam suatu program pembangunan masyarakat adalah program yang disusun sendiri oleh masyarakat, mampu menjawab kebutuhan dasar masyarakat, mendukung keterlibatan kaum miskin dan kelompok yang terpinggir lainnya, dibangun dari sumberdaya lokal, memperhatikan dampak lingkungan, tidak menciptakan ketergantungan, berbagai pihak terkait terlibat, serta berkelanjutan. Proses pemberdayaan masyarakat yang efesien akan meningkatkan kesesuaian program pembangunan dengan kenyataan setempat dan memperkuat keberlanjutan program karena masyarakat mempunyai rasa memiliki dan tanggung jawab.

B. Tujuan Pemberdayaan Masyarakat

Menurut Mardikanto dan Soebantito, (2013) tujuan pemberdayaan meliputiN beragam upaya perbaikan sebagai berikut:

1. Perbaikan kelembagaan (better institution), dengan perbaikan kegiatan/tindakan yang dilakukan, diharapkan akan memperbaiki kelembagaan, termasuk pengembangan jejaring kemitraan-usaha.

(35)

19 2. Perbaikan usaha (better business), perbaikan pendidikan (semangat belajar), perbaikan aksesibilitas, kegiatan, dan perbaikan kelembagaan, diharapkan akan memperbaiki bisnis yang dilakukan.

3. Perbaikan pendapatan (better income), dengan terjadinya perbaikan bisnis yang dilakukan, diharapkan akan dapat memperbaiki pendapatan yang diperolehnya, termasuk pendapatan keluarga dan masyarakatnya.

Perbaikan lingkungan (better environment), perbaikan pendapatan diharapkan dapat memperbaiki lingkungan (fisik dan sosial), karena kerusakan lingkungan seringkali disebabkan oleh kemiskinan atau pendapatan yang terbatas.

4. Perbaikan kehidupan (better living), tingkat pendapatan dan keadaan lingkungan yang membaik, diharapkan dapat memperbaiki keadaan kehidupan setiap keluarga dan masyarakat.

5. Perbaikan masyarakat (better community), keadaan kehidupan yang lebih baik, yang didukung oleh lingkungan (fisik dan sosial) yang lebih baik, diharapkan akan terwujud kehidupan masyarakat yang lebih baik pula.

C. Lingkup Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan adalah proses pemberian dan atau optimasi daya (yang dimiliki atau dapat dimanfaatkan oleh masyarakat), baik daya dalam pengertian

(36)

20

“kemampuan dan keberanian” maupun daya dalam arti “kekuasaan atau posisitawar”.Mardikanto (2003), proses pemberdayaan masyarakat pada hakikatnya merupakan proses pengembangan kapasitas, yaitu pembangunan kapasitas manusia, kapasitas usaha, kapasitas lingkungan dan kapasitas kelembagaan.

1. Pengembangan Kapasitas Manusia

Pengambangan kapasitas manusia, merupakan upaya yang pertama dan utama yang harus diperhatikan dalam setiap upaya pemberdayaan masyarakat. hal ini, dilandasi oleh pemahaman bahwa tujuan pembangunan adalah untuk perbaikan mutu hidup atau kesejahteraan manusia. Termasuk dalam upaya pengembangan kapasitas manusia, adalah semua kegiatan yang termasuk dalam upaya penguatan atau pengembangan kapasitas, yaitu:

pengembangan kapasitas individu, pengembangan kapasitas kelembagaan, dan pengembangan kapasitas sistem (jejaring).

2. Pengembangan Kapasitas Usaha

Pengembangan kapasitas usaha menjadi suatu upaya penting dalam setiap pemberdayaan, sebab pengembangan kapasitas manusia yang tanpa memberikan dampak atau manfaat bagi perbaikan kesejahteraan (ekonomi) tidak akan laku, dan bahkan menambah kekecewaan.

(37)

21 Pengembangan kapasitas usaha mencakup: pemilihan komoditas dan jenis usaha, studi kelayakan dan perencanaan bisnis, pembentukan bahan usaha, perencanaan investasi dan penetapan sumber-sumber pembiayaan, pengelolaan SDM dan pengembangan karir, manajemen produksi dan operasi, manajemen logistik dan finansial, penelitian dan pengembangan, pengembangan dan pengelolaan sistem informasi bisnis, pengembangan jejaring dan kemitraan serta pengembangan sarana dan prasarana pendukung.

D. Penerima Manfaat

Penerima manfaat kegiatan pemberdayaan masyarakat bukan hanya melibatkan masyarakat saja, tetapi juga melibakan banyak pemangku kepentingan. Di samping itu, keberhasilan pemberdayaan masyarakat tidak hanya tergantung pada efektivitas komunikasi antara fasilitator dan masyarakatnya, tetapi sering lebih ditentukan oleh perilaku/kegiatan pemangku kepentingan yang lain, seperti: produsen sarana produksi, penyalur kredit, peneliti, akademisi, aktivis LSM, dll. yang selain sebagai agent of development sekaligus juga turut menikmati manfaat kegiatan pemberdayaan masyarakat (Mardikanto dan Soebiato, 2013).

Di pihak lain, banyak pengalaman menunjukkan bahwa kelambanan Pemberdayaan Masyarakat seringkali tidak disebabkan oleh perilaku

(38)

22 kelompok, tetapi justru lebih banyak ditentukan oleh perilaku, kebijakan dan komitmen untuk benar-benar membantu/melayani masyarakat, agar mereka lebih sejahtera. Bertolak dari kenyataan-kenyataan tersebut,

menurut Mardikanto dan Soebiato (2013) penerima manfaat pemberdayaan masyarakat dapat dibedakan dalam:

1. Pelaku utama, yang terdiri dari warga masyarakat dan keluarganya.

Dikatakan demikian, Karena pelaku utama pembangunan adalah masyarakat dan keluarganya, yang selain sebagai penerima manfaat juga pengelola kegiatan yang berperan dalam mobilisasi dan memanfaatkan sumberdaya demi tercapainya peningkatan dan perbaikan mutu produksi, efisiensi usaha tani serta perlindungan dan pelestarian sumberdaya-alam berikut lingkungan hidup yang lain.

2. Penentu kebijakan, yang terdiri dari aparat birokrasi pemerintah sebagai perencana, pelaksana dan pengendali kebijakan pembangunan.

3. Pemangku kepentingan yang lain, yang mendukung/memperlancar kegiatan pembangunan pertanian, termasuk dalam kelompok ini adalah;(a) peneliti dan atau akademisi; (b) produsen sarana produksi;

(c) pelaku bisnis; (d) pers; (e) aktivis LSM; dan (f) budayawan. Selain keragamannya karakteristik masing-masing kelompok penerima

(39)

23 manfaat juga perlu mendapatkan perhatian dalam pemberdayaan masyarakat.

E. Masyarakat Pesisir

Masyarakat pesisir adalah sekelompok warga yang tinggal di wilayah pesisir yang hidup bersama dan memenuhi kebutuhan hidupnya dari sumber daya di wilayah pesisir. Demikian pula jenis mata pencaharian yang memanfaatkan sumber daya alam atau jasa-jasa lingkungan yang ada di wilayah pesisir seperti nelayan, petani ikan,petani rumput laut dan budidaya teripang. Masyarakat pesisir yang di dominasi oleh usaha perikanan pada umumnya masih berada pada garis kemiskinan, mereka tidak mempunyai pilihan mata pencaharian, memiliki tingkat pendidikan yang rendah, tidak mengetahui dan menyadari kelestarian sumber daya alam dan lingkungan (Lewaherilla, 2002).

F. Tujuan Pemberdayaan Masyarakat Pesisir

Berdasarkan konsep pembanguanan masyarakat yang menekankan pada pemberdayaan maka diformulasikan sasaran pemberdayaan masyarakat pesisir, khususnya nelayan dan petani ikan yang tinggal di kawasan pesisir pulau kecil dan besar, yang adalah sebagai berikut: Tersedianya dan terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yang terdiri dari sandang, pangan, papan, kesehatan, dan pendidikan. Tersedianya prasarana dan sarana

(40)

24 produksi secara lokal yang memungkinkan masyarakat dapat memperolehnya dengan harga murah dan kualitas yang baik. Meningkatnya peran kelembagaan masyarakat sebagai wadah aksi kolektif (collective action) untuk mencapai tujuan-tujuan individu. Terciptanya kegiatan-kegiatan ekonomi produktif di daerah yang memiliki ciri-ciri berbasis sumberdaya lokal (resource based), memiliki pasar yang jelas (market-based), dilakukan secara berkelanjutan dengan memperhatikan kapasitas sumberdaya (environmental- based), dimiliki dan dilaksanakan serta berdampak bagi masyarakat local (local society-based), dan dengan menggunakan teknologi maju tepat guna yang berasal dari proses pengkajian dan penelitian (scientific-based). Terciptanya hubungan transportasi dan komunikasi sebagai basis atau dasar hubungan ekonomi antar kawasan pesisir serta antara pesisir dan pedalaman.

Terwujudnya struktur ekonomi Indonesia yang berbasis pada kegiatan ekonomi di wilayah pesisir dan laut

G. Pengertian Usaha Mikro

Berdasarkan Undang Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang UMKM (Usaha Menengah Kecil dan Mikro) dibedakan pengertian antara Usaha Mikro, Kecil dan Menengah.

(41)

25 1. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.

2. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.

3. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi ba-gian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang- Undang ini.

H. Ciri – Ciri Usaha Mikro (UMK)

Menurut Keputusan Menteri Keuangan No.40/ KMK.06/2003 tanggal 29 Januari 2003, ciri-ciri usaha mikro:

(42)

26 1. Jenis barang / komoditi usahanya tidak selalu tetap, sewaktu-waktu

dapat berganti.

2. Tempat usahanya tidak selalu menetap, sewaktu-waktu dapat pindah tempat.

3. Belum melakukan manajemen / catatan keuangan yang sederhana sekalipun, belum atau masih sangat sedikit yang dapat membuat neraca usahanya.

4. Sumber daya manusianya (pengusahanya) berpendidikan rata-rata sangat rendah, umumnya sampai tingkat SD dan belum memiliki jiwa wirausaha atau tengkulak.

I. Peran penting Usaha Mikro, kecil Dan menengah (UMKM)

Secara umum usaha mikro, kecil dan menengah (UMM) Dalam perekonomian nasional memiliki peran :

1. Sebagai pemeran utama dalam kegiatan ekonomi 2. Penyediaan lapangan kerja yang besar

3. Pemain penting dalam pembangunan perekonomian lokal dan pemberdayaan masyarakat.

4. Pencipta pasar baru dan sumber Inovasi, serta 5. Kontribusinya terhadap neraca pembayaran

(43)

27 J. Kebijakan Pemerintah Di Bidang Usaha Mikro

Pemberdayaan UMKM merupakan salah satu strategi pemerintah untuk mensejahterakan masyarakat. Kebijakan demikian dengan jelas diatur dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah. Sebagai konsekuensi diundangkannya peraturan ini, pemerintah harus terus berupaya untuk mengembangkan UMKM dengan memberikan bantuan baik berupa permodalan, pemasaran, pelatihan dan pendidikan. Hal ini tidak terlepas dengan campur tangan Pemerintah Daerah yang lebih mengetahui kondisi di daerah. Pemberdayaan UMKM disetiap daerah khususnya di Kecamatan Gu juga berpedoman pada Undang Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang UMKM. Salah satu kebijakan yang telah diatur Pemerintah Daerah Kecamatan Gu untuk mendukung hal tersebut adalah mengatur perizinan membuka usaha dengan mengeluarkan Peraturan tentang Pendelegasian Kewenangan Pelaksanaan Izin Usaha Mikro dan Kecil dari Kepada Camat. Dalam peraturan ini, diatur pendelegasian wewenang Bupati yang dikerjakan oleh Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan kepada Camat. hal ini dimaksudkan untuk mempermudah pelayanan bagi usaha Mikro dan Kecil dalam memperoleh perizinan usaha. Namun, dalam hal mendukung pemberdayaan UMKM yang sifatnya potensial tidak cukup hanya dengan berpedoman pada peraturan perundangan yang ruang lingkupnya untuk

(44)

28 nasional. Diperlukan aturan untuk daerah yang secara spesifik mengatur pemberdayaan UMKM. Terlebih jika berbicara tentang peran pemerintah daerah, yang harus dikuatkan dengan regulasi khusus di daerah terkait dengan pemberdayaan UMKM.Selain aturan pendelegasian wewenang tersebut, Pemerintah Daerah yakni Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan menjalankan tugas sesuai Undang Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro.

Suatu wilayah dapat dikembangkan menjadi suatu usaha mikro komoditi lokal dengan persyaratan sebagai berikut;

1. Memiliki sumberdaya lahan/perairan yang sesuai untuk pengembangan komoditas perikanan yang dapat dipasarkan atau telah mempunyai pasar (komuditas unggulan), serta berpotensi atau telah berkembang diversifikasi usaha dari komoditas unggulannya. Pengembangan kawasan tersebut tidak saja menyangkut kegiatan budidaya rumput laut,budidaya teripang dan usaha tangkap ikan (on farm) tetapi juga kegiatan off farmnya; yaitu mulai pengadaan sarana dan prasarana perikanan (benih, pakan, obat-obatan dsb) kegiatan pengelolahan hasil perikanan sampai dengan pemasaran hasil perikanan serta kegiatan penunjang (pasar hasil, industri pengelolahan, minawisata dsb);

(45)

29 2. Memiliki berbagai sarana dan prasarana minabisnis yang memadai untuk mendukung pengembangan sistem dan usaha minabisnis yaitu:

3. Pasar, baik pasar untuk hasil-hasil perikanan, pasar sarana perikanan (pakan, obat-obatan dsb), maupun pasar jasa pelayanan termasuk pasar lelang, cold storage dan prosessing hasil perikanan sebelum dipasarkan;

4. Lembaga keuangan (perbankan dan non perbankan) sebagai sumber modal untuk kegiatan minabisnis.

5. Memiliki kelembagaan pembudidaya ikan (kelompok, UPP) yang dinamis dan terbuka pada inovasi baru, yang diharapkan dapat berfungsi sebagai Sentra Pembelajaran Dan Pengembangan Minabisnis (SPPM). Kelembagaan pembudidaya disamping sebagai pusat pembelajaran (pelatihan), juga diharapkan kelembagaan pembudidaya ikan dengan pembudidaya ikan disekitarnya merupakan inti-plasma dalam usaha bisnis;

6. Balai Benih Ikan (BBI), Unit Perbenihan Rakyat (UPR), dsb yang berfungsi sebagai penyuplai induk dan penyedia benih untuk kelangsungan kegiatan budidaya ikan;

(46)

30 7. Penyuluhan dan bimbingan teknologi minabisnis, untuk mengembangkan teknologi tepat guna yang cocok untuk daerah kawasan minapolitan;

8. Jaringan yang memadai dan aksesbilitas dengan daerah lainnya serta sarana irigasi, yang kesemuanya untuk mendukung usaha perikanan yang effisien.

9. Memiliki saran dan prasarana umum yang memadai seperti transportasi, jaringan listrik, telekomunikasi, air bersih,dll;

10. Memiliki sarana dan prasarana kesejahteraan sosial/masyarakat yang memadai seperti kesehatan, pendidikan, kesenian, rekreasi, perpustakaan, swalayan dll;

11. Kelestarian lingkungan hidup baik kelestarian sumberdaya alam, kelestarian sosial budaya maupun keharmonisan hubungan kota dan desa terjamin.

K. Konsep pemberdayaan Usaha Mikro menurut Zubaedi

bahwa terdapat beberapa hal yang perlu dilakukan. Pertama, menciptakan suasana iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang. Kedua, memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat. Ketiga, melindungi masyarakat. Pada ketiga langkah yang diutarakan Zubaedi di atas,sejalan dengan langkah-langkah pemberdayaan UMKM yang ada di dalam Undang-

(47)

31 Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang UMKM bahwa pemberdayaan adalah upaya yang dilakukan Pemerintah, Pemerintah Daerah, Dunia Usaha dan masyarakat secara sinergis dalam bentuk penumbuhan iklim dan pengembangan usaha terhadap UMKM sehingga mampu tumbuh dan berkembang menjadi usaha yang tangguh dan mandiri.

Langkah pemberdayaan yang pertama menurut Zubaedi ditegaskan dalam Undang Undang Nomor 20 tahun 2008 tentang UMKM bahwa penumbuhan iklim usaha meliputi aspek:

1. Pendanaan

2. Sarana dan prasarana;

3. Informasi usaha;

4. Kemitraan;

5. Perizinan usaha;

6. Kesempatan berusaha;

7. Promosi dagang;

8. Dukungan kelembagaan.

Langkah kedua yakni memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat senada dengan peran Pemerintah dan Pemerintah Daerah memfasilitasi pengembangan usaha dalam bidang

(48)

32 1. Produksi dan pengolahan;

2. Pemasaran;

3. Sumber daya manusia;

4. Desain dan teknologi.

L. Kerangka Pikir

Dalam mencapai hasil penelitian yang sesuai dengan tujuan awal, diperlukan langkah-langkah yang terstruktur dan sistematis dalam pengumpulan data, pengolahan dan analisa serta menentukan hasil keluaran akhir. Oleh karena itu untuk memudahkan penelitian yang akan dilakukan maka diperlukan suatu kerangka pikir sebagai landasan dalam menentukan arah penelitian yang akan dilakukan, hal ini untuk menghindari terjadinya perluasaan pengertian yang akan mengakibatkan penelitian menjadi tidak terfokus. Dengan demikian untuk lebih jelasnya sebagaimana pada gambar berikut.

(49)

33 A. Kerangka Pikir

z

RUMUSAN MASALAH

1. Faktor apa yang menyebabkan Tingkat Pemberdayaan Masyarakat belum Maksimal dalam mengelola Usaha Mikro Komditi Lokal di Desa Lowu-lowu Kecamatan Gu?

2. bagaimana Arahan pengembangan Usaha Mikro Sektor Komoditi Lokal Dalam Mendukung Wilayah Pesisir Desa Lowu-lowu Kecamatan Gu?

Variabel Penelitian :

1. Ekonomii 2. Sosial

3. Sarana Penunjang Usaha mikro Komoditi Lokal

4. Sarana Sosial

5. Prasarana Penunjang

6. Kelembagaan

Metode anilisis Kualitiatif (Skala Likert)

1. Faktor apa yang menyebabkan Tingkat Pemberdayaan Masyarakat belum Maksimal dalam mengelola Usaha Mikro Komditi Lokal di Desa Lowu-lowu Kecamatan Gu?

2. bagaimana Arahan pengembangan Usaha Mikro Sektor Komoditi Lokal Dalam Mendukung Wilayah Pesisir Desa Lowu-lowu Kecamatan Gu?

Belum Pemberdayaan masyarakat dalam bentuk Usaha Mikro.

Kurangnya keaktifan Pemerintah dalam memberikan modal Usaha serta fasilitas penunjang yang dapat mendukung Usaha Mikro Masyarakat.

ISU-ISU PERMASALAHAN

PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO MASYARAKAT

DALAM MENGEMBANGKAN WILAYAH PESISIR DESA LOWU-LOWU KECAMATAN GU

Indikator 1. Ekonomi

• Pendapatan

• Bantuan dana

• Manfaat pembedayan 2. Sosial

•Pengetahuan

•Penyuluhan/Sosialisasi 3. Sarana penunjang usaha mikro

komoditi local

•Tempat pelelangan ikan (TPA)

•Pabrik es

•Lapangan penjemuran rumput laut dan teripang

•Gudang pengolahan

•Pembibitan

4. Sarana social

• Pendidikan

• kesehatan 5. Prasarana Penunjang

• Jaringan jalan

• Jaringan telkomunikasi

• Jaringan Air bersih

• Dermaga 6. Kelembagaan

• Lembaga Pemberdyaan masyarakat

• BUMDes

(50)

34 BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Metode penelitian merupakan suatu sistem untuk memecahkan suatu persoalan yang terdapat di dalam suatu kegiatan penelitian. Secara lebih terinci menurut Nazir (1988 : 51), metode penelitian merupakan suatu kesatuan sistem dalam penelitian yang terdiri dari prosedur dan teknik yang perlu dilakukan dalam suatu penelitian. Prosedur memberikan kepada peneliti urutan-urutan pekerjaan yang harus dilakukan dalam suatu penelitian, sedangkan teknik penelitian memberikan alat-alat ukur apa yang diperlukan dalam melakukan suatu penelitian.

Bertolak dari permasalahan dan tujuan maka metode penelitian yang digunakan adalah metode Pendekatan deskriptif kualitatif. Menurut Whetney (1960) dalam Nazir (1988 : 63), metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan interprestasi yang tepat. Penelitian diskriptif mempelajari masalah- masalah dalam masyarakat, tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap- sikap, pandangan-pandangan, serta proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena. Dalam metode diskriptif peneliti bisa saja membandingkan fenomena - fenomena tertentu sehingga merupakan

(51)

35 studi komparatif. Dalam pelaksanaan studi ini dilakukan dengan metode pendekatan komparasi yang bertujuan untuk menggambarkan keadaan atau fenomena tentang potensi dan permasalahan diDesa Lowu – Lowu Kecamatan Gu Kabupaten Buton Tengah. Dengan pendekatan ini akan diuraikan secara jelas fenomena yang ditemukan di lapangan melalui penggunaan teknik-teknik analisis terapan yang sesuai dengan ketersediaan data, lingkungan, dan fokus penelitian, yang akan digunakan sebagai dasar penelitian untuk menganalisis Pemberdayaan Usaha mikro masyarakat dalam mengembangkan Wilayah Pesisir Desa Lowu lowu.

Langkah-langkah pendekatan yang digunakan dapat di uraikan sebagai berikut :

1. Identifikasi Usaha Yang di kelola Masyarakat Desa Lowu-lowu 2. Kondisi sosial masyarakat Desa Lowu-lowu

3. Aspek Ekonomi Masyarakat Desa Lowu-lowu

4. Sarana Penunjang Usaha mikro Komoditi Lokal Kawasan Pesisir Desa Lowu-Lowu

5. Sarana Sosial Desa Lowu-lowu 6. kelembagaan

(52)

36 B. Lokasi Penelitian

Penentuan lokasi dan penjabaran lokasi secara detil sangatlah menunjang keakuratan dari pada hasil penelitian. Penelitian ini dilakukan di Desa Lowu –Lowu kecamatan Gu Kabupaten Buton tengah Provinsi Sulawesi tenggara, yang di fokuskan pada Pemberdayaan usaha mikro masyarakat dalam mengembangkan kawasan wliayah pesisir, demi mencapai kesejahteraan masyarakat.

C. Waktu Penelitian

Penelitian ini mulai dilakukan pada bulan 5 agustus 2018 sampai dengan 25 agustus 2018.

Tabel.3. 1 Schedule Pelaksanaan Penelitian/Skripsi

No. Agenda

Waktu

Juli Agustus September Oktober

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1. Persiapan Sinopsis

2. Persiapan Berkas (SK) Penelitian

3. Penyusunan Bab I, II, dan III

4. Survey Pengambilan Data

5. Penyusunan Bab V dan V

6. Seminar Hasil

7. Seminar Tutup

(53)

37 D. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi adalah kumpulan dari semua kemungkinan orang-orang, benda- benda, dan ukuran lain yang menjadi objek perhatian atau kumpulan seluruh objek yang menjadi perhatian. pernyataan tersebut bahwa yang menjadi populasi itu seluruh data yang menjadi perhatian peneliti dan tidak hanya orang atau manusia,akan tetapi benda atau objek lainnya bisa menjadi populasi asalkan mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti dalam ruang lingkup dan waktu yang ditentukan. Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat/penduduk pesisir Desa Lowu, dengan jumlah populasi 970 orang (Penarikan sampel dilakukan secara proposional sampling.

Masing-masing diambil secara acak sederhana karena kondisi masing-masing sampel relatif sama.

2. Sampel Penelitian

Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 49 orang Selanjutnya jumlah sampel didistribusikan kesemua lokasi secara proposional, sehingga diperoleh distribusi sampel sebagaimana pada Tabel.

dalam penelitian ini adalah purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Pada penelitian ini pertimbangan yang dimaksud dalam purposive sampling adalah persebaran jumlah

(54)

38 Usaha Mikro di diDesa Lowu-lowu, dengan demikian hanya beberapa dari sejumlah para pelaku usaha mikro saja yang dijadikan sampel. (Arikunto : 2006)

Tabel.3. 2 Distribusi Unit Sampel pada Lokasi Penelitian

Desa Lowu – Lowu

Nama Dusun Jumlah

Populasi

Jumlah Sampel

Labutolo 213 13

La ngkule 214 11

Lowu-lowu 318 12

La oda 270 13

Jumlah 970 49

Sumber Data Responden

Arikunto (2010, hlm. 174) bahwa sampel adalah “sebagian atau wakil populasi yang diteliti.” Jadi berdasarkan pengertian tersebut bahwa sampel diambil dari sebagian populasi saja tidak mengambil keseluruhan untuk diteliti.

a. Menentukan Jumlah Sampel n

Sampel adalah kumpulan sebagian dari objek yang akan diteliti atau dapat mewakili populasi. Cara pengambilan sampel dilakukan secara simple random sampling. Berdasarkan perhutungan dengan batas kesalahan untuk penelitian sebesar 10%, besarnya sampel ditentukan dengan rumus (Slovin, 1990 dalam Riduwan,2005):

(55)

39 Keterangan :

𝑛 = 𝑁 1 + 𝑁 𝑑2 n = ukuran sampel N = ukuran populasi

d = persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan (10%) 𝑛 = 970

1 + 970 × 0,12 𝑛 = 970 1 + 194 𝑛 = 49

𝑛 = 49 responden

Berdasarkan rumus tersebut dapat dihitung sampel dari populasi jumlah penduduk 970 orang dengan tarif kesalahan 10%, maka sampel 49 responden.

Jumlah sampel yang akan dijadikan penelitian akan dibagi 4 dusun dengan mempertimbangkan jumlah penduduk, yaitu Dusun Labutolo Manyampa sebanyak 13 orang, Dusun Langkule sebanyak 11 orang, Dusun Lowu – lowu sebanyak 12 orang dan Dusun La oda Sebanyak 13 orang.

E. Jenis Dan Sumber Data

Jenis dan sumber data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder, yaitu:

(56)

40 1. Data Primer

Data primer diperoleh dari survey lapangan menyangkut obyek yang akan diteliti dan disesuaikan dengan kebutuhan, dengan melakukan pengamatan langsung di lapangan mengenai kondisi kawasan Desa Lowu – Lowu Kecamatan Gu, Data juga diperoleh dari wawancara terhadap responden berupa masyarakat lokal pada lokasi penelitian.

Data primer yang dibutuhkan berupa :

a. Aktifita Kegiatan Usaha Produksi Komoditi Lokal b. Kondisi geografis wilayah penelitian

c. Kondisi eksisting sarana dan prasarana

d. Data mengenai kondisi masyarakat pesisir lokasi penelitian.

. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui instansi terkait yang berhubungan dengan penelitian ini, seperti kantor Desa. kantor statistik dan lain-lain.

Adapun data yang dimaksud adalah :

a) Data kondisi geografis lokasi penelitian b) Data demografi penduduk di lokasi penelitian, c) Data Jumlah Usaha Komoditi Lokal

d) Data Jenis Pekerjaan masyarakat Desa e) Jumlah Pendapatan Masyarakat (KK)

(57)

41 F. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan 4 (empat) cara yaitu:

1. Observasi lapangan

Yaitu teknik pengumpulan data melalui pengamatan langsung pada daerah penelitian dalam rangka memperoleh data dan informasi mengenai Tingkat Pemberdayaan Masyarakat dalam mengelola Usaha Komoditi Lokal.

2. wawancara

Yaitu teknik pengumpulan data dan informasi melalui wawancara langsung dalam mengetahui persepsi atau pandangan masyarakat serta Instansi terkait Terhadap Tingkat pemberdayaan usaha mikro masyarakat dalam mengembangkan wilayah pesisir.serta pendapatan masyarakat pesisir dalam mengelola usaha mikro.

3. Telaah Pustaka

Yaitu salah satu teknik pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh data atau gambar berupa peta-peta yang terkait dengan penelitian berupa peta kondisi fisik wilayah (Peta Administrasi, topografi,Tata Guna Lahan,Peta Jaringan Jalan),peta penyebaran Potensi serta data-data pendukung lainnya yang bersumber dari buku-buku atau literatur yang terkait dengan penelitian dan laporan, jurnal, dan bahan seminar hasil penelitian sebelumnya.

(58)

42 4. Angket (kuisioner)

Angket (kuisioner) merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau petanyaan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2010). Apabila terdapat kesulitan dalam memahami kuisioner, responden bisa langsung bertanya kepada peneliti

G. Teknik Analisis data

Teknik analisis yang digunakan dalam penulisan ini adalah sebagai berikut :

1. Analisis Deskriptif Kualitatif

Analisis deksriptif berupa identifikasi dan intrepetasi terhadap factor pemberdayaan masyarakat dalam mengelola Usaha Mikro Komoditi Lokal, yang dipadukan dengan kajian pustaka. Merupakan suatu tehnik yang menggambarkan dan menginterpretasikan arti data-data yang telah terkumpul dengan memberikan perhatian dan merekam sebanyak mungkin aspek situasi yang diteliti pada saat itu, sehingga memperoleh gambaran umum dan menyeluruh tentang keadaan sebenarnya.

(59)

43 2. Analisis Pembobotan

a. Metode Skala Likert

Nama skala ini diambil dari nama Rensis Likert, yang menerbitkan suatu laporan yang menjelaskan penggunaannya. Sewaktu menanggapi pertanyaan dalam skala Likert, responden menentukan tingkat persetujuan mereka terhadap suatu pernyataan dengan memilih salah satu dari pilihan yang tersedia. Biasanya disediakan lima pilihan skala dengan format seperti; Skala likert adalah metode yang digunakan untuk mengukur persepsi, sikap atau pendapat seseorang atau kelompok mengenai sebuah persitiwa atau fenomena sosial, berdasarkan defenisi operasional yang telah ditetapkan oleh peneliti (Likert, 1932 dalam Sugiyono, 2010). Dalam penelitian ini skala likert digunakan untuk mengukur pemberdayaan masyarakat pesisir dalam mengelola Usaha mikro komodit Lokal yang telah ditetapkan sebelumnya yang mengacu pada teori dan pedoman yang ada. Kelas atau kriterianya adalah: Baik, Sedang, dan Buruk. Adapun rumus yang digunakan dalam menentukan interval adalah sebagai berikut:

𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 − 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑒𝑛𝑑𝑎ℎ = 𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑣𝑎𝑙 𝑘𝑒𝑙𝑎𝑠 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑖𝑛𝑔𝑖𝑛𝑘𝑎𝑛

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Penelitian yang dilakukan oleh Nawir Radjaming alumni Program Pascasarjana UIN Makassar tahun 2004, dengan judul “Konsep Pendidikan Islam tentang Pembinaan dan Kedisiplinan anak

Perencanaan yang disusun oleh mahasiswa tipe Artisan sudah dapat dipakai sebagai pedoman untuk menyelesaikan soal, sehingga mahasiswa tipe Artisan dapat

[r]

3.2 Menentukan urutan benda-benda ruang yang sejenis menurut besarnya..

Salah satu cara pengendalian yang berpeluang untuk dikembangkan adalah pengendalian hayati dengan menggunakan parasitoid Cotesia flavipes (Hymenoptera: Braconidae) yang merupakan

belajar di sekolah dan menuntun mereka untuk menghindari sekolah.Bila bullying berlanjut dalam jangka waktu yang lama, dapat mempengaruhi self-esteem siswa,

Dalam menjawap dalil-dalil kedua pihak, mejelis hakim mengatakan: me- lihat dari bukti-bukti yang dibawa oleh tergugat, jelas bahawa truk yang menjadi sengketa adalah dibeli

Meskipun sistem kesehatan di Inggris kini lebih dikenal dengan istilah National Health Service (NHS) suatu sistem kesehatan yang didanai dan dikelola oleh pemerintah secara