BAB VI TEMUAN DATA DAN INTERPRETASI DATA PENELITIAN
4.1.6 Sarana dan Prasarana
4.1.6.7 Sarana Umum Lainnya
Sarana umum lainnya yang terdapat di desa Negeri Gugung ini adalah sarana kamar mandi umum dan balai desa yang berfungsi juga sebagai jambur.Terdapat dua lokasi kamar mandi umum yang mana pada satu lokasinya terdiri dari kamar mandi untuk laki-laki dan untuk perempuan yang berada bersebelahan.Kamar mandi ini tidak digunakan hanya untuk mandi saja, melainkan untuk mencuci pakaian, mencuci piring serta buang hajat.Masyarakat desa Negeri Gugung sangat bergantung pada kamar mandi umum ini, dikarenakan kebanyakan rumah mereka tidak memiliki kamar mandi. Sumber air yang terdapat di kamar mandi ini berasal dari sungai yang dikeluarkan melalui lima pancuran. Dua pancuran untuk kamar mandi laki-laki, dua pancuran lagi untuk kamar mandi perempuan dan satu pancuran lagi berada diluar kamar mandi yang biasa digunakan untuk mencuci piring. Di waktu pagi hari dan menjelang malam adalah waktu dimana masyarakat desa Negeri Gugung banyak yang menggunakan kamar mandi umum tersebut. Meskipun harus mengantri mereka tidak mengeluh, karena di waktu seperti itu mereka dapat saling bertukar cerita, saling bercengkrama sehingga interaksi yang terjadi dapat lebih dekat.
Setelah kamar mandi, sarana umum lainnya yang terdapat di desa Negeri Gugung adalah balai desa.Balai desa merupakan sebuah tempat yang sangat berfungsi dan bermanfaat bagi masyarakat desa Negeri Gugung.Selain digunakan untuk keperluan kegiatan program-program yang dibuat oleh pemerintahan desa, balai desa ini juga dapat digunakan sebagai jambur, Yang berfungsi untuk acara-acara adat seperti pernikahan, kematian, pesta tahunan dan lainnya.Balai desa ini juga
merupakan tempat pedagang berjualan pada saat hari pekan dan tempat para pendaki bermalam pada saat melakukan pendakian menuju gunung takur-takur.
4.1.7 Latar Belakang Sosial Budaya 4.1.7.1 Bahasa
Bahasa yang digunakan oleh mayarakat desa ini dalam kehidupan sehari-hari adalah bahasa Karo.Bahasa Karo digunakan masyarakat desa Negeri Gugung dalam pergaulan sehari-hari untuk berkomunikasi, baik itu orang tua, dewasa dan anak-anak.mereka juga dapat menggunakan bahasa Indonesia jika ada orang pendatang yang tidak mengerti bahasa Karo. Namun ada juga sebagian warga yang hanya bisa berkomunikasi menggunakan bahasa Karo saja, biasanya warga tersebut adalah warga yang telah berusia lanjut.
4.1.7.2 Adat Istiadat
Masyarakat Negeri Gugung mempunyai adat istiadat yang sampai saat ini terpelihara dengan baik. Adat istiadat yang digunakan di desa ini sama seperti adat istiadat yang terdapat pada etnis Karo pada umumnya seperti pada saat acara pernikahan, kematian, pesta tahunan dan lain sebagainya. Adat istiadat yang terdapat di desa ini dapat menjadikan hubungan yang terjadi pada setiap anggota masyarakat terjalin dengan baik seperti solidaritas yang semakin erat dan lain sebagainya. Dengan kata lain, adat istiadat yang terdapat di desa negeri Gugung, dapat berfungsi sebagai pemersatu masyarakat.
4.1.7.3 Religi
Walaupun di desa Negeri Gugung sudah menganut agama modern seperti agama Katolik, namun masyarakat desa masih mempunyai keyakinan terhadap kekuatan ghaib seperti kepercayaan terhadap roh-roh nenek moyang. Di desa Negeri Gugung terdapat sebuah kuburan. Diakui masyarakat setempat bahwa kuburan tersebut didirikan untuk menghormati orang yang pertama kali mendirikan desa tersebut yaitu bermarga Barus. Sebenarnya di dalam kuburan tersebut bukanlah jasad marga Barus yang merupakan pendiri desa Negeri Gugung melainkan seekor anjing merah.Jasad pendiri desa sampai sekarang belum diketahui, maka ada sekelompok dari etnis Pak-pak yang dinamakan si pitu erdalan yang diakui dukun besar melakukan upacara tersebut guna menghormati arwah nenek moyang.Sampai sekarang masyarakat setempat sangat menghormati keburan tersebut dan mengakui semenjak ada kuburan tersebut desa selalu aman. Setiap ada orang berniat jahat tibanya di kampung tersebut akan berubah pikiran. Masyarakat menyebutnya penjaga kuta atau penjaga kampung.
Selain mengakui arwah nenek moyang, masyarakat setempat juga mengakui kekuatan gaib pada suatu tempat.Misalkan saja, jika kita ingin ketempat tersebut harus bersikap sopan dan tidak boleh berbicara sembarangan. Apabila kita melanggar ketentuan tersebut diyakini akan mendapat musibah. Masyarakat juga percaya akan kekuatan supranatural atau gaib yang dapat menyebuhkan dan melindungi dari hal-hal yang membahayakan jiwa. Masyarakat desa Negeri Gugung masih sangat
meyakini seorang dukun.Bahkan masyarakat setempat mengakui dukun yang ada di desa tersebut diakui kehebatannya sampai keluar daerah.
Gambar 8.Kuburan penjaga kampung.
4.1.7.4 Seni
Karena desa Negeri Gugung berada di tanah Karo dan mayoritas masyarakatnya berasal dari etnis karo, kesenian yang terdapat di desa ini adalah kesenian dari etnis karo, hal ini dapat dilihat pada saat pelaksanaan pesta adat istiadat Karo seperti pernikahan, kematian, pesta tahunan dan guro-guro aron.Dalam setiap pesta adat terdapat unsur musik, tarian, lagu, dan pakaian adat Karo.
4.1.7.5 Sistem Kekerabatan
Sistem kekerabatan pada masyarakat desa Negeri Gugung adalah sistem kekerabatan yang terdapat pada etnis karo pada umumnya.Seperti yang diidentifikasikan melalui merga, bebere, binuang, soler, kampah dan kempu
(Klen).Alur utamanya adalah patrilinear. Marga adalah garis keturunan dari ayah,
bebere warisan garis dari leluhur ibu, binuang adalah warisan garis keturunan dari nenek (Ibu kandung Bapak) soler adalah warisan garis keturunan dari nenek (ibu
kandung ibu), kampah adalah warisan garis keturunan dari ibu kandung dari kakek (Bapak Kandung), kempu adalah warisan garis keturunan dari nenek (orang tua ibu kandung).
Dengan demikian masyarakat desa negeri gugung mempunyai merga, bebere, binuang, soler, kampah dan kempu, melalui perkawinan yang membentuk jalinan kekeluargaan.Hak dan kewajiban dalam jaringan kekerabatan ini merupakan suatu ikatan yang kokoh, dan merupakan suatu kekuatan kegotong-royongan, yang disertai dengan rasa solidaritas atau kebersamaan yang tinggi dalam kaitannya dengan social budaya.