• Tidak ada hasil yang ditemukan

Orientasi Domisili Masyarakat Di Desa Terpencil(Studi Deskriptif di Desa Negeri Gugung Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli serdang)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Orientasi Domisili Masyarakat Di Desa Terpencil(Studi Deskriptif di Desa Negeri Gugung Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli serdang)"

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)

ORIENTASI DOMISILI MASYARAKAT DI DESA TERPENCIL

(Studi Deskriptif di Desa Negeri Gugung Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli serdang)

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sosial

Dalam Bidang Sosiologi

OLEH DESTI ARIANI

070901006

DEPARTEMEN SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)
(3)

ABSTRAK

Penulisan skripsi yang berjudul “Orientasi Domisili Masyarakat di Desa Terpencil” studi deskriptif di desa Negeri Gugung kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang, dilatar belakangi dari masih banyak kelompok masyarkat yang masih bertahan untuk tinggal di desa terpencil dengan keadaan sarana dan prasarana yang masih sangat terbatas dan akses untuk keluar masuk ke Desa tersebut masih sangat sulit sehingga kehidupan masyarakat di desa terpencil tersebut dapat di katakan tidak layak.

Metode yang digunakan dalam penelitiaan ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan studi deskriptif. Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan metode observasi, menganalisis data, dan dari hasil wawancara yang dilakukan terhadap informan yang terdiri dari informan kunci dan informan biasa serta studi kepustakaan. Adapun yang menjadi unit analisis adalah masyarakat desa Negeri Gugung.dan yang menjadi informan adalah masyarakat yang berdomisili di desa Negeri Gugung, baik pendatang maupun masyarakat asli desa tersebut. Interpretasi dilakukan dengan menggunakan catatan dari setiap kali turun kelapangan. Penelitian ini mengacu pada teori pilihan rasional yang menjelaskan bahwa tindakan perseorangan terhadap suatu tujuan dan tujuan itu ditentukan oleh nilai atau pilihan.

(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat, rahmat

dan serta karunianya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Orientasi

Domisili Masyarakat di Desa Terpencil”di desa Negeri Gugung, kecamatan

Sibolangit, Kabupaten deli Serdang. Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat guna

memperoleh gelar sarjana dari Departemen Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik, Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa tanpa dukungan dari semua pihak, maka skripsi ini

tidak dapat terselesaikan dengan baik. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis ingin

mengucapkan terima kasih yang sebesar- besarnya kepada semua pihak yang telah

membantu, baik dari penulisan proposal saat penelitian dan sampai selesainya skripsi

ini oleh sebab itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Kedua orang tua tercinta yang telah merawat, mendidik, dan membesarkan

ananda dengan segenap cinta dan doa serta kasih sayang yang teramat besar

dan tulus, beserta dukungan semangat dan motifasinya yang tiada bosannya

diberikan dalam menyelesaikan skripsi ini. Demikian juga buat kakak dan

adik-adik yang juga selalu memberikan semangat serta dukungan.

2. Bapak Prof. DR. Badaruddin M.SI, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan

(5)

3. Ibu Dra. Lina Sudarwati, M.si selaku Ketua Departemen Sosiologi. Beliau

yang telah memberikan pengajaran yang sangat berarti selama saya menjadi

mahasiswa.

4. Bapak Drs. Sismudjito, M.si sebagai dosen Pembimbing penulis, yang telah

membimbing penulis semenjak awal pembuatan skripsi sampai pada

penyelesaian skripsi ini. Dengan begitu banyaknya kesibukan, beliau masih

bersedia meluangkan waktu kepada penulis untuk memberikan masukan

berupa nasehat serta materi yang sangat berguna bagi penulisan skripsi ini.

5. Bapak Drs. T. Ilham Saladin, M.sp selaku Seketaris Departemen Sosiologi,

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

6. Seluruh dosen pengajar Departemen Sosiologi yang telah membimbing saya

selama menjadi mahasiswa.

7. Seluruh pegawai departemen dan pendidikan yang telah membantu dan

mendukung proses penyelesaian studi dalam urusan administrasi baik di

departemen maupun di pendidikan.

8. Kepala Desa dan seluruh masyarakat desa Negeri Gugung yang telah bersedia

memberikan informasi dan menyediakan tempat tinggal selama penulis berada

di dasa.

9. Seluruh teman-teman mahasiswa departemen Sosiologi khususnya stambuk

2007 yang namanya tidak bisa di sebut satu persatu.

(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... iv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 4

1.4.1 Manfaat Teoritis ... 5

1.4.2 Manfaat Praktis ... 5

1.5 Definisi Konsep ... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Orientasi ... 8

2.1.1 Tindakan Sosial dan Orientasi Subjektif ... 8

2.2 PengertianDomisili ... 9

2.2.1Jenis-jenis Domisili ... 10

2. 3Pengertian Desa ... 11

2.3.1 Unsur Desa ... 12

(7)

2.4 Desa di Indonesia ... 15

2.5 Masyarakat Pedesaan ... 16

2.5.1 Tipologi Masyarakat Pedesaan ... 16

2.5.2 Ciri-ciri Masyarakat Pedesaan ... 20

2.6 Desa Terpencil ... 23

2.6.1 Kategori Desa Terpencil ... 23

2.7 Teori Pilihan Rasional ... 24

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 27

3.2 Lokasi Penelitian ... 28

3.3 Unit Analisis dan Informan ... 28

3.3.1 Unit Analisis ... 28

3.3.2 Informan ... 28

3.4. Teknik Pengumpulan Data ... 28

3.4.1 Data Primer ... 29

3.4.2 Data Skunder ... 30

3.5 Interpretasi Data ... 30

BAB VI TEMUAN DATA DAN INTERPRETASI DATA PENELITIAN 4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 32

4.1.1 SejarahDesa Negeri Gugung ... 32

4.1.2 Lokasi Penelitian dan Keadaan Alam ... 33

(8)

4.1.4 Mata Pencaharian Penduduk ... 35

4.1.5Pola Pemukiman ... 37

4.1.6 Sarana dan Prasarana ... 38

4.1.6.1 Sarana Pendidikan ... 38

4.1.6.2 Sarana Kesehatan ... 39

4.1.6.3 Sarana Ibadah ... 40

4.1.6.4 Sarana Transportasi dan Komunikasi... 41

4.1.6.5 Sarana Rekreasi dan Hiburan ... 43

4.1.6.6 Sarana Olahraga ... 44

4.1.6.7 Sarana Umum Lainnya ... 45

4.1.7 Latar Belakang Sosial Budaya ... 46

4.1.7.1 Bahasa ... 46

4.1.7.2 Adat Istiadat ... 46

4.1.7.3 Religi ... 47

4.1.7.4 Sistem kekerabatan... 48

4.1.8 Bidang Pemerintahan ... 49

4.2 Profil Informan ... 51

4.2.1 Bulang Barus ... 51

4.2.2 Kusmas Bangun ... 52

4.2.3 Husni Tarigan ... 52

4.2.4 Dewi Sembiring ... 53

4.2.5 B. Barus ... 54

(9)

4.2.7 Jhonson Ginting ... 56

4.2.8 Erni Barus ... 57

4.2.9 B. Surbakti ... 57

4.2.10 G. Barus ... 59

4.3Orientasi Terhadap Nilai Sosial Masyarakat ... 60

4.4 Orientasi Ekonomi ... 63

4.5 Faktor Sumberdaya Alam ... 65

4.6 Faktor Sumber Daya Manusia ... 67

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 70

5.2. Saran ... 71

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Jumlah penduduk berdasarkan Jenis kelamin ... 34

Tabel 2 Jumlah penduduk berdasarkan usia ... 35

DAFTAR BAGAN

(11)

ABSTRAK

Penulisan skripsi yang berjudul “Orientasi Domisili Masyarakat di Desa Terpencil” studi deskriptif di desa Negeri Gugung kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang, dilatar belakangi dari masih banyak kelompok masyarkat yang masih bertahan untuk tinggal di desa terpencil dengan keadaan sarana dan prasarana yang masih sangat terbatas dan akses untuk keluar masuk ke Desa tersebut masih sangat sulit sehingga kehidupan masyarakat di desa terpencil tersebut dapat di katakan tidak layak.

Metode yang digunakan dalam penelitiaan ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan studi deskriptif. Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan metode observasi, menganalisis data, dan dari hasil wawancara yang dilakukan terhadap informan yang terdiri dari informan kunci dan informan biasa serta studi kepustakaan. Adapun yang menjadi unit analisis adalah masyarakat desa Negeri Gugung.dan yang menjadi informan adalah masyarakat yang berdomisili di desa Negeri Gugung, baik pendatang maupun masyarakat asli desa tersebut. Interpretasi dilakukan dengan menggunakan catatan dari setiap kali turun kelapangan. Penelitian ini mengacu pada teori pilihan rasional yang menjelaskan bahwa tindakan perseorangan terhadap suatu tujuan dan tujuan itu ditentukan oleh nilai atau pilihan.

(12)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Desa dalam pengertian secara umum adalah sebagai suatu gejala yang bersifat

universal, terdapat dimanapun didunia ini. Sebagai suatu komunitas kecil, yang

terikat pada lokalitas tertentu baik sebagai tempat tinggal (secara menetap) maupun

bagi pemenuhan kebutuhannya, dan terutama yang tergantung kepada pertanian,

desa-desa dimanapun cenderung memiliki karakteristik-karakteristik tertentu yang

sama. (Rahadjo, 1999:28).

Desa, dalam definisi lainnya, adalah suatu tempat atau daerah di mana

penduduk berkumpul dan hidup bersama, menggunakan lingkungan setempat, untuk

mempertahankan, melangsungkan dan mengembangkan kehidupan mereka.Desa

adalah pola permukiman yang bersifat dinamis, di mana para penghuninya senantiasa

melakukan adaptasi spasial dan ekologis sederap kegiatannya bersifat

agraris.

WIB).

Isilah desa semula hanya dikenal di Jawa, Madura dan Bali.desa dan dusun

berasal dari bahasa Sanskrit yang berarti tanah air, tanah asal, atau tanah kelahiran.

Dusun dipakai di daerah Sumatera Selatan dan juga Batak.Ciri utama yang terlekat

pada desa adalah fungsinya sebagai tempat tinggal (menetap) dari suatu kelompok

(13)

warganya terhadap suatu wilayah tertentu. Keterikatan terhadap wilayah ini di

samping terutama untuk tempat tinggal, juga untuk menyangga kehidupan mereka.

(Rahadjo, 1999:40,48 ).

Desa memiliki seting geografis dan sumber daya manusia yang

berbeda-beda.Ada desa yang dikarunia alam yang kaya, namun semangat membangun,

ketrampilan dan pengetahuan masyarakatnya serba kurang, sehingga tidak maju.Ada

pula desa yang sumber daya alamnya terbatas, tetapi ekonominya maju, berkat

kemampuan penduduknya mengatasi berbagai hambatan alam.

Dari letak alaminya desa-desa di Indonesia secara garis besar dapat

dikategorikan sebagai desa pantai, desa dataran rendah, desa pegunungan dan desa

pedalaman atau terpencil. Desa pedalaman atau terpencil merupakan salah satu

kategori desa yang masih banyak terdapat di Indonesia .Dikatakan desa terpencil

karena secara geografis letaknya jauh di pedalaman yang reratif sangat sulit di

jangkau oleh jaringan komunikasi maupun transportasi, memiliki sumber daya

manusia yang pada umumnya mempunyai tingkat pendidikan rendah dan mempunyai

keahlian dan keterampilan yang terbatas. Seperti di Sumatera Utara, sekitar 57% atau

sebanyak 2.938 desa dari total 5.123 desa di Sumatera Utara masuk alam kategori

desa tertinggal. Dari jumlah tersebut 261 diantaranya berada di daerah-daerah

terpencil.(http://www.antarasumut.com, diakses 23 September 2011, pukul 16:00

WIB).

Desa Negeri Gugung adalah salah satu desa yang terdapat di provinsi

Sumatera Utara, berada di Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang. Desa

(14)

dilihat dari letak Georafis desa yang terletak di dataran tinggi di wilayah pegunungan.

Masyarakat desa ini mayoritas bermata pencaharian sebagai petani Karet (Hevea

braziliensis ) Kakao (Theobroma cacao) Jahe (Zingiber officinale) dan Kopi

(Coffea)yang ditanam di areal perbukitan dan di kaki gunung. Masyarakat desa

Negeri Gugung mayoritas didomisili oleh masyarakat Etnis Karo.Desa Negeri

Gugung masih tergolong dalam tingkatan desa swadaya (terbelakang) yaitu desa yang

belum mampu berdiri dalam penyelenggaraan urusan rumah tangganya sendiri, dan

urusan administrasi belum terselenggara dengan baik.

Sarana dan prasarana yang ada pada desa ini masih sangat minim, dibuktikan

dengan tidak adanya sarana pendidikan, seperti sekolah, baik pada tingkat dasar,

menengah maupun tingkat atas. Masyarakat yang tinggal di desa ini yang ingin

menempuh dunia pendidikan terpaksa harus pindah untuk sementara waktu tinggal

bersama saudaranya yang berada diluar daerah atau diluar desa Negeri Gugung.

Sarana kesehatan juga sangat terbatas, ditandai dengan adanya sebuah balai

kesehatan yang sangat jarang difungsikan.Begitu juga dengan sarana transportasi.

Kondisi jalan yang sebagian besar belum beraspal dan menanjak menyebabkan akses

untuk masuk dan keluar dari desa tersebut sangat sulit, sehingga angkutan umum

yang tersedia hanya ada satu kali dalam seminggu. Dari keterbatasan sarana dan

prasarana tersebut masyarakat desa ini masih sangat tertinggal dari kemajuan

teknologi, informasi dan komunikasi.Dari gambaran diatas jelas terlihat bahwa

masyarakat yang berdomisili di desa terpencil masih jauh dari kehidupan layak

(15)

dipaparkan diatas, maka peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian lebih

lanjut lagi mengenai faktor-faktor yang mendorong masyarakat untuk tinggal di desa

terpencil. Karena sebagaimana yang kita ketahui, masyarakat pada umumnya

berbondong-bondong untuk bermigrasi ke kota karena kehidupan disana lebih

menjajikan seperti mendapat pekerjaan yang lebih baik, memperoleh pendidikan yang

lebih baik dan memperoleh fasilitas kemasyarakatan lainnya yang lebih baik.

Makadari itu penulis mengangkat judul orientasi domisili masyarakat di desa

terpencil untuk melihat faktor-faktor yang membuat masyarakat berdomisili di desa

Negeri Gugung Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang yang merupakan

salah satu desa terpencil di Sumatera Utara.

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka yang menjadi pokok

permasalahan dalam penelitian ini adalah “Apakah faktor-faktor pendorong orientasi masyarakat berdomisili di desa Negeri Gugung”.

1.3. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan pokok permasalahan yang telah dirumukan diatas, maka yang

menjadi tujuan penelitian ini adalah ”untuk mengetahui faktor-faktor orientasi

domisili masyrakat di desa terpencil Negeri Gugung”

1.4. Manfaat penelitian

(16)

1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada

peneliti dan juga kepada pembaca mengenai masyarakat di desa terpencil, sehingga

dapat memberikan sumbangan bagi pengembangan teori ilmu sosial khususnya di

bidang sosiologi pedesaan.

1.4.2 Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan membantu memberikan masukan, data dan

informasi yang berguna bagi semua kalangan terutama mereka yang secara serius

mengamati masyarakat di desa terpencil serta memberikan masukan bagi masyarakat

desa khususnya di tempat penelitian ini dilakukan.

1.5 Definisi Konsep

Dalam sebuah penelitian, definisi konsep sangat diperlukan untuk

memfokuskan penelitian sehingga memudahkan penelitian. Konsep adalah definisi

abstraksi mengenai gejala suatu realita ataupun suatu pengertian yang nantinya akan

menjelaskan suatu gejala (Maleong, 1997:67). Adapun konsep yang digunakan sesuai

dengan konteks penelitian ini adalah:

1. Orientasi adalah peninjauan untuk menentukan sikap, arah, tempat dan sebagainya yang tepat dan benar atau pandangan yang

(17)

2. Domisili adalah tempat bermukimnya suatu masyarakat dalam jangka waktu yang lama dan bersifat menetap.

3. Masyarakat adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi tertutup (atau semi terbuka), dimana sebagian besar

interaksi adalah antara individu-individu yang berada dalam

kelompok tersebut. Kata “masyarakat” sendiri berakar dari kata

dalam bahasa arab, musyarak. Lebih abstraknya, sebuah masyarakat

adalah suatu jaringan hubungan-hubungan antar entitas-entitas.

Masyarakat adalah sebuah komunitas yang interdependen (saling

tergantung satu sama lain). Umumnya istilah masyarakat digunakan

untuk mengacu sekelompok orang yang hidup bersama dalam suatu

komunitas yang teratur.

4. Masyarakat desa adalah perkumpulan hidup permanen pada suatu tempat, kampung dengan sifat yang khas yaitu; kekeluargaan,

adanya kolektivitas dalam pembagian tanah dalam pengerjaanya

serta ada kesatuan ekonomis yang memenuhi kebutuhan sendiri.

5. Desa terpencil adalah kawasan pedesaan yang terisolasi dari pusat pertumbuhan daerah atau lainnya akibat tidak memiliki atau

kekurangan sarana (infrastruktur) perhubungan, sehingga

menghambat pertumbuhan kawasan.

6. Gemeinschaftyaitu teori yang menjelaskan tentang bentuk kehidupan bersama dalam suatu wilayah tertentu, dimana

(18)

yang kekal, dan banyak dijumpai pada kehidupan bersama dalam

keluarga, kelompok kekerabatan dan masyarakat yang hidup

(19)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA 2.1Pengertian Orientasi

Orientasi adalah peninjauan untuk menentukan sikap, arah, tempat dan

sebagainya yang tepat dan benar atau pandangan yang mendasari pikiran, perhatian

atau kecenderungan.

2.1.1 Tindakan Sosial dan Orientasi Subjektif

Teori Fungsionalisme Struktural yang dibangun Talcott Parsons dan

dipengaruhi oleh para Sosiolog Eropa menyebabkan teorinya itu bersifat empiris,

positivistis dan ideal. Pandangannya tentang tindakan manusia itu bersifat

voluntaristik, artinya karena tindakan itu didasarkan pada dorongan kemauan, dengan

mengindahkan nilai, ide dan norma yang disepakati. Tindakan individu manusia

memiliki kebebasan untuk memilih sarana (alat) dan tujuan yang akan dicapai itu

dipengaruhi oleh lingkungan atau kondisi-kondisi, dan apa yang dipilih tersebut

dikendalikan oleh nilai dan norma.

Prinsip-prinsip

manusia itu diarahkan pada tujuan.Di samping itu, tindakan itu terjadi pada suatu

kondisi yang unsurnya sudah pasti, sedang unsur-unsur lainnya digunakan sebagai

alat untuk mencapai tujuan.Selain itu, secara normatif tindakan tersebut diatur

(20)

bahwa tindakan itu dipandang sebagai kenyataan sosial yang terkecil dan mendasar,

yang unsur-unsurnya berupa alat, tujuan, situasi, dan norma.

Dengan demikian, dalam tindakan tersebut dapat digambarkan yaitu individu

sebagai pelaku dengan alat yang ada akan mencapai tujuan dengan berbagai macam

cara, yang juga individu itu dipengaruhi oleh kondisi yang dapat membantu dalam

memilih tujuan yang akan dicapai, dengan bimbingan nilai dan ide serta norma. Perlu

diketahui bahwa selain hal-hal tersebut di atas, tindakan individu manusia itu juga

ditentukan oleh orientasi subjektifnya, yaitu berupa orientasi motivasional dan

orientasi nilai.Perlu diketahui pula bahwa tindakan individu tersebut dalam

realisasinya dapat berbagai macam karena adanya unsur-unsur sebagaimana

dikemukakan di atas.

2012)

2.2Pengertian Domisili

Domisili adalah terjemahan dari domicile atau woonplaats yang artinya

tempat tinggal. Menurut Sri Soedewi Masjchoen Sofwan domisili atau tempat

kediaman itu adalah tempat di mana seseorang dianggap hadir mengenai hal

melakukan hak-haknya dan memenuhi kewajibannya juga meskipun kenyataannya

dia tidak di situ. Menurut kitab Undang-Undang Hukum Perdata tempat kediaman itu

seringkali ialah rumahnya, kadang-kadang kotanya. Oleh karena itu dapat

disimpulkan bahwa setiap orang dianggap selalu mempunyai tempat tinggal di mana

(21)

Kadang-kadang menetapkan tempat kediaman seseorang itu sulit, karena selalu

berpindah-pindah (banyak rumahnya).

Menurut Pasal 77, Pasal 1393; 2 KUHPerdata tempat tinggal itu adalah

tempat tinggal dimana sesuatu perbuatan hukum harus dilakukan. Bagi orang yang

tidak mempunyai tempat kediaman tertentu, maka tempat tinggal dianggap di mana ia

sungguh-sungguh berada.

2.2.1 Jenis-Jenis Domisili

a. Tempat tinggal sesungguhnya yaitu tenpat yang berhubungan dengan hak-hak

melakukan wewenang seumumnya. Tempat tinggal sesungguhnya dibedakan

antara:Tempat tinggal sukarela/bebas yang tidak terikat/tergantung

hubungannya dengan orang lain.Tempat tinggal yang wajib/tidak bebas yaitu

yang ditentukan oleh hubungan yang ada antaraseseorang dengan orang lain.

Misalnya: tempat tinggal suami istri, tempat tinggal anak yang belum dewasa

di rumah orang tuanya, orang di bawah pengampuan di tempat curatornya.

b. Tempat tinggal yang dipilih, yaitu tempat tinggal yang berhubungan dengan

hal-hal melakukan perbuatan hokum tertentu saja. Tempat tinggal yang dipilih

ini untuk memudahkan pihak lain atau untuk kepentingan pihak yang memilih

tempat tinggal tersebut.

(22)

2.3 Pengertian Desa

Desa atau udik, menurut definisi universaladalah sebuah pemusatan

permukiman di area perdesaan (rural). Di Indonesia, istilah desa adalah pembagian

wilayah administratif di Indonesia di bawah kecamatan, yang dipimpin oleh Kepala

Desa.

Pengertian desa menurut para ahli:

a. R.Bintarto (1977). Desa adalah merupakan perwujudan geografis yang

ditimbulkan oleh unsur-unsur fisiografis, sosial, ekonomis politik, kultural

setempat dalam hubungan dan pengaruh timbal balik dengan daerah lain.

b. Sutarjo Kartohadikusumo (1965). Desa merupakan kesatuan hukum

tempat tinggal suatu masyarakat yang berhak menyelenggarakan

rumahtangganya sendiri merupakan pemerintahan terendah di bawah

camat.

c. William Ogburn dan MF Nimkoff. Desa adalah kesatuan organisasi

kehidupan sosial di dalam daerah terbatas.

d. S.D. Misra. Desa adalah suatu kumpulan tempat tinggal dan kumpulan

daerah pertanian dengan batas-batas tertentu yang luasnya antara 50 –

(23)

e. Paul H Landis. Desa adalah suatu wilayah yang jumlah penduduknya

kurang dari 2.500 jiwa dengan cirri-ciri sebagai berikut : Mempunyai

pergaulan hidup yang saling kenal mengenal antra ribuan jiwa Ada

pertalian perasaan yang sama tentang kesukuaan terhadap kebiasaan Cara

berusaha (ekonomi) adalah agraris yang paling umum yang sangat

dipengaruhi alam sekitar seperti iklim, keadaan alam, kekayaan alam,

sedangkan pekerjaan yang bukan agraris adalah bersifat sambilan.

Pengertian desa dalam penelitian ini adalah, sebuah wilayah yang di tempati

oleh sejumlah masyarakat dan dijadikan sebagai tempat tinggal yang di dalamnya

terdapat pemerintahan desa serta bentuk kehidupan sosialnya yang khas dan mata

pecahariannya yang masih bergantung pada alam sekitar tempat tinggal mereka.

2.3.2 Unsur Desa

1. Daerah atau wilayah.

Daerah meliputi lokasi, luas, batas-batas wilayah, keadaan tanah, dan pola

penggunaannya.Setiap desa memiliki potensi, berupa sumber daya alam dan

sumber daya manusia. Sumber daya manusia harus mampu mengolah dan

memanfaatkan sumber daya alam yang terdapat di desa sehingga desa tersebut

akan berkembang lebih pesat. Demikian pula dengan letak atau lokasi desa,

faktor tersebut mempunyai pengaruh yang besar terhadap perkembangan desa.

(24)

tersebut akan mengalami perkembangan yang lebih pesat dibandingkan

dengan desa yang letaknya terpencil dan keadaan topografinya kurang baik.

2. Penduduk

Pembahasan permasalahan penduduk meliputi kuantitas dan kualitas

penduduk desa.Kuantitas penduduk meliputi jumlah, pertumbuhan, kepadatan,

penyebaran, dan mobilitas.Kualitas penduduk meliputi tingkat pendidikan,

kesehatan, mata pencaharian, dan tingkat kesejahteraan atau kemakmuran

penduduk. Jika suatu desa memiliki kualitas penduduk atau sumber daya

manusia yang tinggi, desa tersebut akan berkembang lebih pesat dari desa

lainnya.

3. Tata Kelakuan.

Tata kelakuan meliputi pola tata pergaulan dan ikatan pergaulan

masyarakat desa atau seluk-beluk mengenai masyarakat desa (rural society).

Pola kehidupan masyarakat desa yang guyub dan homogen serta memiliki

ikatan tradisi dan gotong royong yang kuat merupakan potensi bagi

kelangsungan dan pembangunan kehidupan desa..

Ketiga unsur desa tersebut merupakan kesatuan yang tidak dapat

dipisahkan.Unsur daerah, penduduk, dan tata kehidupan merupakan suatu kesatuan

hidup atau disebut living unit.Daerah menyediakan sumber daya alam (potensi fisik)

(25)

untuk mempertahankan kehidupan.Tata kehidupan memberikan jaminan

ketenteraman dan keserasian hidup bersama di desa.

31juni 2012)

2.3.3 Potensi desa

a. Potensi Fisik

1. Manusia ,Manusia sebagai potensi sumber tenaga kerja di desa.

Manusia memiliki kemampuan untuk mengolah apa yang tersedia di

alam untuk memenuhi kebutuhan hidup.

2. Air. Di pedesaan, air yang tersedia di alam digunakan untuk

memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dan dimanfaatkan untik irigasi

lahan pertanian dan perikanan.

3. Iklim dan Angin. Iklim dan angin mempunyai peranan penting bagi

desa agraris, karena dapat dimanfaatkan sebagai penggerak kincir

angin untuk pengairan. Iklim berpengaruh terhadap pola bercocok

tanam untuk penyediaan bahan pangan.

4. Tanah. Tanah berfungsi sebagai sumber potensi yang sangat penting di

pedesaan karena digunakan sebagai media tumbuhnya tanaman

pertanian. Selain itu di dalam tanah juga tersimpan sumber mineral

(26)

b. Potensi Non fisik

1. Aparatur Desa, sebagai sumber kelancaran jalannya pemerintahan

2. Lembaga sosial serta lembaga pendidikan sebagai potensi positif bagi

pembangunan desa

3. Masyarakat desa yang hidup berdasarkan gotong royong sebagai

kekuatan untuk berproduksi dan pelaksanaan pembangunan,

2.1.4 Desa di Indonesia

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa, disebut

bahwa Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah

yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat,

berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam

sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Desa bukanlah bawahan kecamatan, karena kecamatan merupakan bagian dari

perangkat daerah kabupaten/kota, dan desa bukan merupakan bagian dari perangkat

daerah. Berbeda dengan Kelurahan, Desa memiliki hak mengatur wilayahnya lebih

luas. Namun dalam perkembangannya, sebuah desa dapat diubah statusnya menjadi

kelurahan.

Kewenangan desa adalah:

1. Menyelenggarakan urusan pemerintahan yang sudah ada berdasarkan hak asal

(27)

2. Menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan

kabupaten/kota yang diserahkan pengaturannya kepada desa, yakni urusan

pemerintahan yang secara langsung dapat meningkatkan pelayanan

masyarakat.

3. Tugas pembantuan dari Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah

Kabupaten/Kota

4. Urusan pemerintahan lainnya yang diserahkan kepada desa

2.4 Masyarakat Pedesaan

Ada beberapa pendapat mengenai pengertian masyarakat pedesaan, antara lain

ada yang berpendapat bahwa masyarakat pedesaan adalah suatu masyarakat yang

bersifat homogen, tertib dan tentram dalam kehidupan sosialnya, menerima keadaan

hidup tanpa ada perselisihan serta menolak segala bentuk pembaharuan, meskipun

dalam kenyataannya anggapan-anggapan tersebut tidak selalu benar. Ada pula yang

menyatakan bahwa masyarakat pedesaan yang beragam tersebut bermula tumbuh

sebagai kelompok-kelompok sosial yang hidup dari perburuan dan pengumpulan

makanan. Mereka berburu binatang liar serta mengumpulkan biji-bijian, akar-akaran

maupun buah-buahan yang dapat diperoleh disekitarnya dengan hanya menggunakan

peralatan dan teknologi yang sederhana dengan pembagian kerja yang bertumpu pada

jenis kelamin, dimana pada umumnya laki-laki yang berburu binatang karena

dianggap lebih cekatan dan perempuan bekerja mengumpulkan biji-bijian dan

makanan dari tanaman liar disekitar tempat tinggal ( Darsono, 2005 : 41, 42)

(28)

Tipologi masyarakat pedesaan dapat diketahui dengan memperhatikan ciri-ciri

dari aktivitas yang dijalankan masyarakat sehari-hari, terutama aktivitas ekonomi

sebagai upaya untuk pemenuhan hidup rumah tangga mereka. Berdasakan ciri-ciri

dari aktivitas kehidupan ekonomi, maka masyarakat desa dibagi menjadi beberapa

tipe masyarakat

(Darsono, 2005 :44)

1. Tipologi masyarakat desa berdasarkan aktivitas dalam pencaharian kebutuhan

pokok adalah sebagai berikut :

a. Tipe masyarakat desa pertanian, tipe ini dicirikan pada sebagian besar

masyarakat yang tinggal di desa memiliki sumber mata pencaharian pokok

di bidang pertanian, baik sebagai petani, penggarap maupun buruh tani.

b. Tipe masyarakat desa nelayan atau desa pantai, tipe masyarakat ini ditandai

dengan sebagian besar masyarakat memiliki mata pencaharian hidup

sebagai penangkap ikan di laut dan budidaya ikan atau tambak.

c. Tipe masyarakat desa industri, tipe masyarakat ini ditandai dengan sebagian

besar masyarakatnya mempunyai mata pencaharian hidup di bidang

industri.

1. Tipelogi masyarakat berdasarkan pada pola pemukiman adalah sebagai berikut :

a. Tipe masyarakat desa dengan pola pemukiman tersebar, tipe masyarakat

desa ini mencirikan adanya rumah bangunan tempat tinggal yang tersebar

secara berjauhan satu sama lain. Biasanya rumah tersebut dibangun di atas

(29)

dapat melakukan kegiatan usaha tani dan usaha ternaknya yang berdekatan

dengan rumah tempat tinggal

b. Tipe masyarakat desa dengan tempat pemukiman yang terkumpul, tipe

pemukiman dicirikan dengan adanya bangunan-bangunan rumah tinggal

yang berkumpul dan berjajar disepanjang jalan desa, baik berupa jalan

sungai maupun jalan darat. Pada tipe masyarakat desa seperti ini, rumah

tempat tinggal dibangun atas tanah yang luas, di belakang bangunan rumah

tinggal terdapat sebidang tanah yang diusahakan sebagai sumber mata

pencaharian.

c. Tipe masyarakat desa dengan pemukiman melingkar, tipe masyarakat ini

dicirikan dengan rumah tinggal penduduk berada di tepi jalan yang

melingkar, sehingga desa ini terlihat seperti sebuah lingkaran pemukiman.

Pada tipe ini bangunan rumah terletak di depan, sedangkan tanah

pertaniannya berada dibelakang rumah tempat tinggal.

2. Tipologi Desa menurut perkembangan masyarakat adalah sebagai berikut:

a. tipe masyarakat tradisional atau Pra Desa: tipe desa semacam ini banyak

dijumpai pada masyarakat terasing dengan pola kehidupan tradisional

sederhana. Dalam memenuhi kebutuhan hidup, masyarakat ini masih

sangat tergantung dari pemberian alam sekitarnya, masi terdapat juga

pembagian kerja antar mereka yang berdasarkan pada jenis kelamin, yaitu

ada jenis pekerjaan yang diperuntukkan bagi wanita dan ada jenis

(30)

b. Tipe desa swadaya, desa semacam ini memiliki kondisi yang relativ statis

dan bersifat tradisional. Masyarakat sudah menggantungkan pada tingkat

keterampilan dan kemampuan dari seorang pemimpin. Kehidupan

masyarakat masih tergantung pada alam yang belum diolah atau

dimanfaatkan dengan baik, sehingga dalam pengelolaan bergantung pada

keterampilan berteknologi. Struktur masyarakat bersifat vertikal statis

serta kedudukan seseorang dinilai dari keturunan dari luasnya kepemilikan

lahan.

c. Tipe desa swakarya (desa peralihan), tipe desa ini tampak sudah mulai ada

sentuhan-sentuhan oleh agen pembaharu dari luar desa, sudah mulai ada

pembaharuan. Kehidupan masyarakat sudah tidak tergantung pada alam

tetapi mulai menggali sumber kehidupan yang lain, seperti berdagang,

memanfaatkan keterampilan dan lainnya. Struktur pada masyarakat

bersifat vertikal dinamis. Status dan kedudukan sosial sesorang dalam

masyarakat tidak lagi diukur berdasarkan keturunan dan luasnya

kepemilikan lahan, namun berdaarkan keterampilan dan keahlian yang

dimiliki.

d. Desa swasembada, tipe desa ini ditandai dengan kehidupan masyarakatnya

yang sudah dinamis, maju, mengenal mekanisasi pertanian dan

menggunakan teknologi ilmiah dalam mengelola lahan usahanya. Struktur

sosial vertikal dan dinamis, status dan kedudukan individu dinilai dari

(31)

e. Desa Pancasila, desa ini merupakan desa tipe ideal yang diidamkan

masyarakat, yaitu terwujudnya masyarakat yang adil dan makmur.

2.4.2 Ciri-ciri dan Karakteristik Masyarakat Pedesaan.

1. Letaknya relatif jauh dari kota dan bersifat rural

2. Lingkungan alam masih besar peranan dan pengaruhnya terhadap kehidupan

masyarakat pedesaan

3. Mata pencaharian bercorak agraris dan relatif homogen (bertani, beternak,

nelayan, dll)

4. Corak kehidupan sosialnya bersifat gemain schaft (paguyuban dan memiliki community sentiment yang kuat)

5. Keadaan penduduk (asal-usul), tingkat ekonomi, pendidikan dan

kebudayaannya relatif homogen.

6. Interaksi sosial antar warga desa lebih intim dan langgeng serta bersifat

familistik

7. Memiliki keterikatan yang kuat terhadap tanah kelahirannya dan tradisi-tradisi

(32)

8. Masyarakat desa sangat menjunjung tinggi prinsip-prinsip kebersamaan /

gotong royong kekeluargaan, solidaritas, musyawarah, kerukunan dan

kterlibatan social.

9. Jumlah warganya relatif kecil dengan penguasaan IPTEK relatif rendah,

sehingga produksi barang dan jasa relatif juga rendah

10.Pembagian kerja dan spesialisasi belum banyak dikenal, sehingga deferensiasi

sosial masih sedikit

11.Kehidupan sosial budayanya bersifat statis, dan monoton dengan tingkat

perkembangan yang lamban.

12.Masyarakatnya kurang terbuka, kurang kritis, pasrah terhadap nasib, dan sulit

menerima unsur-unsur baru

13.Memiliki sistem nilai budaya (aturan moral) yang mengikat dan dipedomi

warganya dalam melakukan interaksi sosial. Aturan itu umumnya tidak

tertulis

14.Penduduk desa bersifat konservatif, tetapi sangat loyal kepada pemimpinnya

dan menjunjung tinggi tata nilai dan norma-norma ang berlaku.

Menurut Roucek dan Warrren (Rahadjo, 1999:40 ). masyarakat desa memiliki

karakteristik berikut ini:

1. Besarnya peranan kelompok primer

2. Faktor geografik yang menentukan sebagai dasar pembentukan

kelompok/asosiasi

(33)

4. Homogen

5. Mobilitas sosial rendah

6. Keluarga lebih ditekankan fungsinya sebagai unit ekonomi

7. Populasi anak dalam proporsi yang lebih besar

Kekhususan ciri-ciri desa di indonesia tidak hanya telihat dalam perbandingan

antara desa-desa di indonesia sendiri. Dengan kata lain , desa-desa yang ada di

indonesia sangatlah beragam, seiring dengan kebhinekaan Indonesia, sehingga sangat

sulit untuk membuat suatu generalisasi karakteristik desa di Indonesia yang khas dan

membedakannya dengan desa-desa dari negara lain.

Seorang ahli sosiologi Ferdinand Tonnies telah memperkenalkan Teori

Gemeinschaft dan teori Gesellchaft. Teori Gemeinschaft yaitu teori yang menjelaskan

tentang bentuk kehidupan bersama dalam suatu wilayah tertentu, dimana

anggota-anggotanya diikat oleh hubungan batin yang murni bersifat alamiah yang kekal, dan

banyak dijumpai pada kehidupan bersama dalam keluarga, kelompok kekerabatan

dan masyarakat yang hidup dipedesaan. Sedangkan teori Gesellschaft adalah teori

yang menjelaskan tentang kehidupan bersama yang ditandai dengan adanya ikatan

lahir yang bersifat pokok dan biasanya mempunyai jangka waktu yang pendek,

bersifat sebagai suatu bentuk dalam fikiran dan strukturnya bersifat mekanis,

contohnya dalam organisasi pedagang, organisasi suatu pabrik industri dan

merupakan kelompok masyarakat yang tinggal diperkotaan. (Darsono, 2005:49).

Tonnies menggunakan istilah Gemeinschaf atau “komunitas intim” untuk

menggabarkan kehidupan di pedesaan. Tipa masyarakat dimana tiap anggota

(34)

Gemeinschaft. Jenis pertama yaitu Gemeinshcaft by blood, mengacu pada

ikatan-ikatan kekerabatan . Gemeinschaft of place pada dasarnya merupakan ikatan yang

berlandaskan kedekatan letak tempat tinggal serta tempat bekerja yang mendorong

orang untuk berhubungan secara intim satu dengan yang lain, dan mengacu pada

kehidupan bersama di daerah pedesaan. Jenis ketiga, Gemeinschaft of mind, mengacu

pada hubungan persahabatan, yang disebabkan karena persamaan keahlian atau

pekerjaan serta pandangan yang mendorong orang untuk saling berhubungan secara

teratur( Kamanto, 1993: 91).

2.5 Desa terpencil

Desa terpencil adalah persekutuan hidup permanen pada suatu tempat,

kampung dengan sifat yang khas yaitu; kekeluargaan, adanya kolektivitas dalam

pembagian tanah dan pengerjaannya serta ada kesatuan ekonomis yang memenuhi

kebutuhan sendiri.

2.5.1 Kategoti daerah terpencil

Faktor Penyebab Suatu daerah dikategorikan sebagai daerah terpencil dan

tertinggal antara lain :

Geografis.Umumnya secara geografis daerah terpencil relatif sulit dijangkau karena

letaknya yang jauh di pedalaman, perbukitan/pegunungan, kepulauan, pesisir, dan

pulau-pulau terpencil atau karena faktor geomorfologis lainnya sehingga sulit

dijangkau oleh jaringan baik transportasi maupun media komunikasi.

Sumberdaya Alam.Beberapa daerah terpencil tidak memiliki potensi sumberdaya

(35)

sekitarnya merupakan daerah yang dilindungi atau tidak dapat dieksploitasi, dan

daerah tertinggal akibat pemanfaatan sumberdaya alam yang berlebihan.

Sumberdaya Manusia. Pada umumnya masyarakat di daerah terpencil mempunyai

tingkat pendidikan, pengetahuan, dan keterampilan yang relatif rendah serta

kelembagaan adat yang belum berkembang.

Prasarana dan Sarana.Keterbatasan prasarana dan sarana komunikasi, transportasi,

air bersih, irigasi, kesehatan, pendidikan, dan pelayanan lainnya yang menyebabkan

masyarakat di daerah terpencil tersebut mengalami kesulitan untuk melakukan

aktivitas ekonomi dan sosial.

2.6 Teori Pilihan Rasional

Teori pilihan rasional umumnya berada dipinggiran aliran utama sosiologi

tahun 1989 dengan tokoh yang cukup berpengaruh adalah Coleman.Teori pilihan

rasional oleh James S. Coleman adalah tindakan perseorangan kepada sesuatu tujuan

dan tujuan itu (juga tindakan) ditentukan oleh nilai atau pilihan.Teori pilihan rasional

memusatkan perhatian pada aktor dimana aktor dipandang sebagai manusia yang

mempunyai tujuan atau mempunyai maksud artinya aktor mempunyai tujuan dan

tindakan tertuju pada upaya untuk mencapai tujuan tersebut, actorpun dipandang

mempunyai pilihan atau nilai serta keperluan. Teori pilihan rasional tidak

menghiraukan apa yang menjadi pilihan atau apa yang menjadi sumber pilihan aktor,

yang penting adalah pernyataan bahwa tindakan dilakukan untuk mencapai tindakan

yang sesuai dengan pilihan aktor.

Teori pilihan rasional Coleman tampak jelas dalam gagasan dasarnya bahwa

(36)

nilai atau pilihan, tetapi selain Coleman menyatakan bahwa untuk maksud yang

sangat teoritis, ia memerlukan konsep yang lebih tepat mengenai aktor rasional yang

berasal dari ilmu ekonomi dimana memilih tindakan yang dapat dimaksimalkan

kegunaan atau yang dapat memuaskan keinginan dan kebutuhan mereka (Ritzer,

2004:394).

Ada dua unsur utama dari teori Coleman, yakni aktor dan sumber daya adalah

sesuatu yang menarik perhatian dan yang dapat dikontrol oleh aktor. Coleman

mengakui bahwa dalam kehidupan nyata orang tak selalu berprilaku rasional, namun

ia merasa bahwa hal ini hampir tak berpengaruh pada teorinya. Pemusatan perhatian

pada tindakan rasioanal inndividu dilanjutkan dengan memusatkan perhatian pada

masalah hubungan mikro-makro atau bagaimana cara gabungan tindakan individu

menimbulkan perilaku sistem sosial.

Inti dari penjelasan teori pilihan rasional adalah bahwa pilihan. Keyakinan,

dan tindakan memiliki hubungan satu sama lain. Sebuah tindakan akan dikatakan

rasional bila tindakan tersebut dapat dibuktikan sebagai tindakan yang paling dapat

memuaskan pilihan sipelaku sesuai dengan keyakinan yang ia miliki dan dibuktikan

secara ex post ( yaitu ketika dibandingkan dengan hasil nyatanya) biarpun secara ex

ente ( sebelum dampaknya diketahui, keputusannya sudah rasional). Keyakinan akan

dikatakan bila sesuai dengan bukti-bukti yang ada. Untuk membuktikan bahwa

sebuah tindakan adalah rasional, kita harus menunjukkan sebuah deret dimana

tindakan tersebut dipandang sebagai terberi (given) tapi segala sesuatu yang harus

(37)

tindakan tertentu)

2011, 20:11 WIB)

Dalam membuat pilihan, individu diawali dengan adanya keinginan terhadap

sesuatu dan keyakinan terhadap tujuan-tujuan tertentu yang disusun dalam suatu

keyakinan. Keyakinan-keyakinan inilah yang pada akhirnya akan menciptakan

pilihan rasional para individu.Keyakinan masyarakat untuk berdomisili di desa

terpencil merupakan pilihan dari setiap individu pada masyarakat. Seperti pada

masyarakat desa Negeri Gugung, mereka mempunyai orientasi masing-masing yang

menjadi alasan untuk berdomisili di desa tersebut seperti menggarap lahan yang

kosong, memanfaatkan hasil sumber daya alam yang terdapat disekitar tempat tingal

dan alasan lainnya seperti mempertahankan hubungan kekerabatan maupun

(38)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian

yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala

yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan.

Didalam penelitian deskriptif tidak diperlukan administratif dan pengontrolan

terhadap perlakuan. Penelitian deskriptif tidak dimaksudkan untuk pengujian

hipotesis tertentu, tetapi hanya menggambarkan apa adanya tentang suatu gejala atau

keadaan (Arikunto, 2009:234).

Pendekatan kualitatif diartikan sebagai pendekatan yang dapat menghasilkan

data kualitatif yang diungkapkan dalam bentuk kalimat dan uraian-uraian, bahkan

dapat berupa cerita pendek.Substansi dari data kualitatif adalah makna dari setiap

data yang dapat diungkapkan.Makna dalam setiap data tersebar mulai dari yang

konkrit sampai dengan yang abstrak.Makna yang konkrit berkaitan dengan sikap dan

perilaku serta tindakan individu dan kelompok. Sedangkan makna yang abstrak

berkaitan dengan nilai kelompok masyarakat maupun nilai sistem dunia (Bungin,

2008:103). Dalam penelitian ini, pendekatan kualitatif dimaksudkan untuk

mendeskripsikan atau menggambarkan tentang orietasi domisili masyarakat pada

desa terpencil.

(39)

Penelitian dilakukan di Desa Negeri Gugung Kecamatan Sibolangit

Kabupaten Deli Serdang, Sumatra Utara.

3.3 Unit Analisis dan Informan 3.3.1 Unit Analisis

Unit analisis yang dimaksudkan dalam suatu penelitian adalah satuan tertentu

yang diperhitungkan sebagai subjek penelitian ini adalah Masyarakat Desa Negeri

Gugung.

3.3.2 Informan

Informan adalah orang-orang yang masuk dalam karakteristik unit analisis dan

dipilih menjadi sumber data yang dapat memberikan informasi yang dibutuhkan oleh

peneliti (Arikunto, 2006:145)

Berdasarkan penjelasan diatas maka yang menjadi informan kunci dalam

penelitan ini adalah : masyarakat Desa Negeri Gugung yang dianggap mengetahui

dan paham akan permasalahan. Selain itu, untuk memperkaya data yang akan diolah,

maka peneliti juga mengambil informan biasa atau partisipan yaitu Kepala Desa

Negeri Gugung, ketua Badan Perwakilan Desa (BPD), dan Tokoh-tokoh Masyarakat.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan atau

mengumpulkan informasi yang dapat menjelaskan dan menjawab permasalahan

penelitian yang bersangkutan secara objektif. Dalam hal ini, teknik pengumpulan

(40)

3.4.1. Data Primer

Data primer adalah data yang diambil dari sumber data atau sumber pertama

dilapangan. Untuk mendapatkan data primer dalam penelitian ini dilakukan dengan

mengadakan studi lapangan yaitu:

a. Metode observasi, observasi atau pengamatan adalah metode pengumpulan

data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian. Data penelitian

tersebut dapat dapat diamati oleh peneliti. Observasi adalah kemampuan

seseorang untuk menggunakan pengamatannya melalui hasil karja panca indra

mata serta dibantu dengan panca indra yang lainnya (Bungin, 2007: 115).

b. Metode wawancara, metode wawancara biasa disebut juga metode interview.

Salah satu metode wawancara yang dipakai dalam penelitian ini adalah

wawancara mendalam. Wawancara mendalam merupakan suatu cara

mengumpulkan data atau informasi dangan cara langsung bertatap muka

dengan informan, dengan maksud mendapatkan gambaran lengkap dengan

topik yang diteliti. Wawancara dilakukan dengan cara berulang-ulang untuk

mendapatkan informasi yang akurat dengan menggunakan bantuan alat

perekam dan pedoman wawancara.

c. Wawancara mendalam (deept interview), proses percakapan dengan maksud

untuk mengkonsrtuksikan mengenai orang, kejadian, kegiatan, organisasi,

motivasi, perasaan dan sebagainya yang di lakukan oleh dua pihak yaitu

pewawancara dan yang diwawancarai. Sedangkan wawancara

mendalammerupakan suatu cara mengumpulkan data atau informasi dengan

(41)

gambaran lengkap tentang topik yang diteliti (Bungin,2001:110). Disini

peneliti akanberusaha untuk menggali informasi yang sebanyak-banyaknya

dari informan dengan menggunakan pedoman wawancara (interview guide)

dan dalam proses wawancara tersebut peneliti akan menggunakan catatan

lapangan untuk mencatat data-data yang nantinya diperoleh.

3.4.2 Data Sekunder

Data skunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua atau sumber

skunder yaitu dengan mengumpulkan data dan mengambil informasi dari beberapa

literature diantaranya adalah buku-buku referensi, dokumen, majalah, jurnal ataupun

internet yang dianggap relevan dengan masalah yang diteliti.Oleh karena itu, sumber

data skunder diharapkan dapat berperan membantu, mengungkapkan data yang

diharapkan, membantu memberi keterangan sebagai pelengkap dan bahan

pembanding (Bungin, 2001:129).

3.5 Interpretasi Data

Analisa data adalah mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola

kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dianalisis

selanjutnya (Maleong, 2006:103).Analisa data ditandai dengan pengolahan dan

penafsiran data yang diperoleh dari setiap informasi baik secara pengamatan,

wawancara ataupaun catatan-catatan lapangan, dipelajari dan ditelaah.Kemudian

tahap selanjutnya adalah mereduksi data melalui pembuatan abstraksi yang

merupakan usaha membuat rangkuman inti.Langkah selanjutnya adalah menyusun

data-data dalam satuan-satuan.Satuan-satuan ini kemudian dikategorikan. Berbagai

(42)

secara kualitatif, yaitu proses pengolahan data dimulai dari tahap mengedit data

sesuai dengan pokok permasalahan yang diteliti kemudian diolah secara deskriptif

(43)

BAB IV

HASIL DAN INTERPRETASI DATA

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

4.1.1 Sejarah Desa Negeri Gugung

Desa Negeri Gugung berdiri sekitar tahun 1922. Negeri Gugung sendiri

mempunyai arti yaitu “ atas”. Asal mula nama desa Negeri Gugung adalah berawal

dari adanya desa Negeri Suah yang artinya “bawah” dan letak desa Negeri Gugung

berada di atas desa Negeri Suah. Negeri Gugung merupakan desa yang letaknya

paling ujung dan mendekati kaki gunung “Takur-takur”.Penduduk awal di desa

Negeri Gugung adalah marga Barus.Itu sebabnya masyarakat Negeri Gugung

dominan bermarga Barus.Dulu desa ini adalah tempat persembunyian gerombolan

(perampok).Pada tahun 1957 para gerombolan banyak yang di tangkap oleh Letnan

Jamin Ginting dan mengakibatkan efek jera bagi para gerombolan sehingga mereka

memutuskan untuk bertani dan menggarap sawah untuk kebutuhan sehari-hari

mereka.Seiring berjalannya waktu banyak masyarakat datang tetapi masih dari etnis

Karo.Mereka pindah karena lahan subur dan masih banyak tersedia.Sehingga sampai

sekarang sudah ada 76 kk yang tinggal di desa Negeri Gugung.bukti dari penduduk

awal marga barus adalah dengan terdapatnya sebuah kuburan sebagai simbolik

(44)

4.1.2 Lokasi dan Keadaan Alam

Desa Negeri Gugung terletak di Kecamatan Sibolangit kabupaten Deli

Serdang dengan luas wilayah 350 Ha.Tipe wilayah di desa Negeri Gugung adalah

dataran tinggi dimana desa Negeri Gugung beriklim tropis.

Adapun batas-batas wilayah desa Negeri Gugung adalah sebagai berikut:

Sebelah Utara berbatasan dengan : Desa Cinta Rakyat

Sebelah Selatan berbatasan dengan : Desa Tanjung Barus ( Kab. Karo)

Sebelah Barat berbatasan dengan : Desa Bukum

Sebelah Timur berbatasan dengan : STM Hulu

Jarak desa ini dengan kantor kecamatan adalah 19 Km yang dapat di tempuh

menggunakan sepeda motor dan kendaraan roda empat. Dari Medan menuju desa ini,

sarana transportasi umum yang digunakan adalah bus-bus yang menuju tanah Karo

seperti Borneo, Sumatera Transport, Murni dan Sinabung Jaya yang dikenakan

ongkos Rp. 8.000 sampai di Bandar Baru tepatnya di simpang Bukum. Dari simpang

Bukum menuju desa Negeri Gugung jarak tempuhnya adalah 18 Km setelah melewati

desa Bandar baru, Sekeben, Martelu, Tangkuhan, Suka maju dan Cinta rakyat atau

Basukum. Untuk menuju desa tersebut tidak ada angkutan umum beroda empat,

angkutan umum beroda empat hanya sampai di desa Cinta Rakyat atau Basukum saja.

Selain angkutan umum beroda empat, terdapat juga ojek sepeda motor yang

(45)

4.1.3 Keadaan Penduduk

Penduduk yang menempati desa Negeri Gugung berdasarkan data pada bulan

Februari tahun 2012 yang diperoleh dari Kepala Desa berjumlah 305 jiwa yang

terdiri atas 148 orang laki-laki dan 157 orang perempuan, dengan jumlah kepala

keluarga sebanyak 72 kepala keluarga. Jumlah penduduk perempuan lebih banyak

dari pada jumlah penduduk laki-laki. Untuk lebih jelas, komposisi penduduk

berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 1. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

NO JENIS KELAMIN JUMLAH

1. Laki-laki 148 jiwa

2. Perempuan 157 jiwa

Jumlah 305 Jiwa

Sumber: Laporan Kependudukan Desa Negeri Gugung, 2012

Dari 305 jiwa jumlah penduduk, yang terdiri dari 148 jiwa laki-laki dan 157

jiwa perempuan, yang termasuk dalam kategori balita adalah berjumlah 11 jiwa,

anak-anak 57 jiwa, remaja 35 jiwa, dewasa 173 jiwa dan manula berjumlah 29 jiwa.

Untuk lebih jelas melihat komposisi penduduk berdasarkan kategori usia, dapat

(46)

Tabel 2.Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia

NO KATEGORI USIA JUMLAH 1. Balita (3-5tahun) 11 Jiwa

2. Anak-anak (6-12 tahun) 57 Jiwa

3. Remaja (13-16 tahun) 35 Jiwa

4. Dewasa (12-21 tahun) 173 Jiwa

5. Manula ( 60- 90 tahun) 29 Jiwa

Jumlah 305 Jiwa

Sumber: Laporan Kependudukan Desa Negeri Gugung, 2012

Berdasarkan etnis, mayoritas masyarakat Desa Negeri Gugung ini berasal dari

etnis Karo, selebihnya adalah etnis jawa dan batak toba. Dari segi agama, hampir

seluruhnya masyarakat desa ini memeluk agama Kristen Katolik hanya satu orang

saja yang memeluk agama Kristen Protestan. Namun demikian, tidak terjadi

diskriminasi pada yang memeluk agama minoritas seperti Kristen

Protestan.Hubungan yang terjadi antar umat beragama terjalin dengan baik.

4.1.4 Mata Pencaharian Penduduk Desa Negeri Gugung

Masyarakat desa Negeri Gugung, mayoritas bermata pencaharian sebagai

petani.Warga desa ini pada umumnya mempunyai lahan sendiri dan selebihnya ada

juga yang hanya mengelola lahan milik sanak saudaranya.Hasil pertanian merupakan

sumber penghidupan pokok bagi masyarakat desa Negeri Gugung.Hampir seluruh

(47)

berladang, berkebun dan menggarap sawah. Hasil pertanian dominan dari penduduk

desa Negeri Gugung terdiri dari tanaman keras dan tanaman muda seperti Karet

(Hevea braziliensis ) Kakao (Theobroma cacao) dan Jahe (Zingiber officinale), selain

itu juga terdapat tanaman Kecombrang (Etlingera elatior) Langsat

(L.domesticum var. domesticum), Manggis (Garcinia mangostana), Jengkol

(48)

Gambar 1. Tanaman dominan desa Negeri Gugung.

Hasil pertanian masyarakat desa Negeri Gugung biasanya dijual kepada

agen-agen yang datang ke desa tersebut.Sangat jarang sekali mereka sendiri yang

menjualnya ke pasar. Hal ini dikarenakan sarana transportasi yang tidak memadai dan

harus menempuh jalan dengan medan yang sulit sehingga menimbulkan resiko yang

tinggi.

Masyarakat desa Negeri Gugung melakukan aktifitasnya di ladang pada pagi

hari sekitar pukul 07.00 WIB hingga sore hari sekitar pukul 18.00 WIB, Namun

demikian ada juga yang memilih untuk menginap di ladang jika mereka merasa

sangat lelah dan harus menyelesaikan pekerjaan sampai pada malam hari. Mereka

mempunyai pondok pada masing-masing ladangnya yang biasa mereka sebut sebagai

gubuk.Gubuk yang terdapat pada ladang mereka difungsikan sebagai tempat untuk

beristirahat dan memasak.Untuk kebutuhan makan sehari-hari yang berupa sayuran,

cabai, tomat dan bumbu lainnya mereka menanamnya sendiri diladang.Untuk makan

pada siang hari mereka tidak membawa bekal dari rumah melainkan langsung

memasak diladang.

4.1.5 Pola Pemukiman

Pola pemukiman di desa Negeri Gugung adalah pola pemukiman dengan tipe

melingkar. Rumah-rumah penduduk di desa ini berada di tepi jalan yang melingkar,

sehingga desa ini terlihat seperti sebuah lingkaran pemukiman. Selain itu,

(49)

yang berada di atas bukit dan ada juga yang berada dibawah. Pemukiman penduduk

di desa ini sama seperti pola pemukiman penduduk pada daerah dataran tinggi dan

terpencil pada umumnya, dimana Permukiman penduduk memusat dan mendekati

sumber-sumber penghidupan mereka, seperti mengitari pegunungan dan mendekati

sumber air. Dengan pola pemukiman dengan tipe melingkar ini, membantu

masyarakat desa Negeri Gugung untuk saling berkomunikasi dan berinteraksi dengan

mudah.

Gambar 2. Pemukiman di desa Negeri Gugung

4.1.6 Sarana dan Prasarana

4.1.6.1 Sarana Pendidikan

Sarana pendidikan merupakan sarana yang sangat penting dalam setiap

lapisan masyarakat agar dapat memperoleh sumber daya manusia yang dapat

diandalkan. Pada masyarakat desa Negeri Gugung tidak terdapat satupun sarana

(50)

maupun informal.Dengan tidak terdapatnya sarana pendidikan di desa Negeri Gugung

ini, bukan berarti masyarakat di desa ini tidak mengenal dunia pendidikan. Anak-anak

yang ingin menempuh pendidikan pada tingkat SD, terpaksa bersekolah di desa

sebelah tepatnya di desa Cinta Rakyat atau yang sering mereka sebut desa Basukum.

Setiap hari mereka harus menempuh perjalanan dengan jarak 3 KM yang di tempuh

dengan berjalan kaki, tidak ada angkutan khusus yang bisa mengantar dan menjemput

mereka.Namun jika beruntung pada saat pulang sekolah terkadang ada angkutan yang

mau menumpangi mereka sampai ke Negeri Gugung. Sedangkan untuk tingkat

sekolah SMP dan SMA bukan terletak di desa Cinta Rakyat, melainkan berada di

Bandar Baru. Mereka yang ingin melanjutkan sekolah di tingkat SMP dan SMA tidak

lagi tinggal di desa Negeri Gugung dikarenakan jarak yang sangat jauh ditambah lagi

dengan kondisi jalan yang rusak.Mereka yang melanjutkan sekolah memilih untuk

tinggal bersama sanak saudara mereka yang berada di desa Bandar Baru dan ada juga

yang memilih untuk Kost.

4.1.6.2 Sarana Kesehatan

Sarana kesehatan yang ada di desa Negeri Gugung hanya berupa Puskesmas

pembantu.Namun bangunan tersebut sangat tidak terurus dan jarang difungsikan

karena tidak terdapat ahli kesehatan di desa ini.Ahli kesehatan berupa Bidan desa

datang kedesa ini hanya satu kali dalam seminggu.Bidan desa tersebut berasal dari

desa Bandar Baru.Jika Bidan tersebut datang, dia biasanya mengunjungi

rumah-rumah warga untuk mengobati jika ada yang sakit dan mengadakan Posyandu bagi

(51)

ahli kesehatan, jika ada warga yang menderita sakit, mereka menggunakan

obat-obatan atau ramuan alami yang biasanya berasal dari tumbuh-tumbuhan. Pengetahuan

mereka tentang pengobatan secara alamai terjadi secara turun temurun dan sudah

sejak lama.

Gambar 3. Puskesmas Pembantu Desa Negeri Gugung

4.1.6.3 Sarana Ibadah

Di desa Negeri Gugung, hanya terdapat satu buah sarana ibadah untuk warga

desa yang memeluk agama Kristen Katolik, yaitu sebuah gereja Katolik yang

bernama Shanto Josep. Gereja ini terletak di atas bukit yang tidak terlalu tinggi tepat

di depan Puskesmas pembantu. Bangunan gereja Shanto Josep merupakan bangunan

yang paling besar yang terdapat di desa Negeri Gugung. Gereja ini mempunyai

seorang Pastor yang bernama Marcel Damanik. Pastor Marcel Damanik ini bukan

warga desa Negeri Gugung melainkan warga desa Bandar Baru yang datang ke desa

Negeri Gugung hanya satu bulan sekali yaitu pada minggu keempat untuk memimpin

kebaktian yang dilakukan pada hari minggu. Selama Pastor tidak ada, pada setiap

(52)

Darius Sembiring yang merupakan warga desa Negeri Gugung. Tidak terdapat

Musholla, Mesjid, maupun Gereja Kristen Protestan karena di desa ini, mayoritas

masyarakatnya adalah beragama Kristen Katolik.

Gambar 5. Gereja Santho Josep Desa Negeri Gugung.

4.1.6.4 Sarana Transportasi dan Komunikasi

Untuk menuju ke dasa ini tersedia angkutan umum berupa ojek sepeda motor

dan mobil angkutan. Akan tetapi, mobil angkutan yang ada hanya satu kali dalam

seminggu, yaitu pada hari senin saja. Sedangkan pada hari lain mobil angkutan hanya

sampai pada desa Cinta Rakyat atau Basukum. Untuk menaiki mobil angkutan ini

masyarakat dikenakan ongkos sebesar Rp. 12.000. Jika angkutan umum yang berupa

mobil angkutan hanya ada satu kali dalam seminggu, angkutan umum yang berupa

ojek sepeda motor tidak demikian, masyarakat bisa menumpangi ojek sepeda motor

setiap hari dengan ongkos yang cukup mahal yaitu Rp. 25.000. angkutan umum yang

berupa ojek sepeda motor dan mobil angkutan ini berpangkal di desa Bandar Baru,

(53)

Negeri Gugung juga memiliki kendaraan pribadi yang berupa sepeda motor dan

mobil pickup.Jarak antara simpang Bukum menuju desa Negeri Gugung adalah 18

Km dengan melewati jalan dengan kondisi yang rusak dan belum seluruhnya

beraspal. Jalan yang dilewati juga menanjak dan banyak tikungan berbahaya, akan

tetapi dengan kondisi yang demikian, tidak terdapat rambu-rambu serta pengaman

seperti pembatas pada pada tepi jalan yang disebelahnya terdapat jurang yang cukup

curam, sehingga resiko terjadinya kecelakaan sangat tinggi.

Sarana komunikasi yang ada di desa ini terdiri dari telepon genggam, radio,

televisi dan surat kabar. Di sebagian rumah warga yang mempunyai televisi, mereka

biasanya menonton pada malam hari saja di waktu istirahat sepulang mereka dari

ladang.karena listrik yang tersedia hanya mulai menyala pada pukul 17.00 WIB

sampai pada pukul 08.00 WIB. Untuk berkomunikasi menggunakan telepon genggam

masih sangat sulit dikarenakan oleh keterbatasan jaringan.Di desa ini jaringan untuk

telepon genggam hanya ada pada beberapa titik tertentu dan hanya beberapa provider

tertentu saja yang menyediakan jaringan seperti provider INDOSAT dan XL.Namun

untuk sarana komunikasi seperti radio tidak begitu sulit, banyak warga yang

menggunakan aplikasi telepon genggam mereka sebagai alat untuk mendengarkan

radio. Sedangkan untuk memperoleh surat kabar, biasanya warga menitip pada warga

lain yang lain yang ingin pergi atau membelinya sendiri di desa terdekat yang

(54)

4.1.6.5 Sarana Rekreasi dan Hiburan

Di Desa Negeri Gugung terdapat sungai yang dikenal dengan nama sungai

dua rasa. Sungai ini memiliki mata air panas dan dingin. Sungai ini merupakan

tempat wisata alam yang tidak begitu dikenal masyarakat luar, masyarakat luar yang

datang berkunjung ketempat ini tidak dikenakan biaya apapun oleh masyarakat desa

Negeri Gugung.

Gambar 6.Mata air panas dan aliran sungai dua rasa desa Negeri Gugung.

Selain air terjun dua rasa, terdapat juga Deleng (Gunung) Takur-takur yang

menjadi daya tarik masyarakat luar khususnya para kelompok pecinta alam baik dari

kalangan mahasiswa maupun dari kalangan umum, untuk mencapai pilar yang

terdapat di puncak gunung tersebut. Untuk warga desa Negeri Gugung ini sendiri,

mereka sangat jarang mendaki gunung atau deleng Takur-takur tersebut dengan

(55)

tempat pemandian alam seperti air terjun dua rasa dijadikan mereka sebagai tempat

untuk merelaksasikan tubuh atau melepas penat setelah letih bekerja.

Gambar 7.Perjalanan menuju puncak takur-takur.

4.1.6.6 Sarana Olahraga

Sarana olahraga merupakan salah satu sarana yang dibutuhkan oleh setiap

masyarakat agar dapat mengembangkan potensi jasmani dan rohani yang

dimiliki.Selain untuk mengembangkan potensi jasmani dan rohani yang dimiliki,

olahraga juga mampu mempengaruhi kemampuan sosial seseorang dalam berinteraksi

dengan masyarakat disekitar tempat tinggal mereka.Di Negeri Gugung ini tidak

terdapat sarana olahraga apapun seperti lapangan voli, lapangan sepak bola dan lain

sebagainya.Masyarakat yang ingin berolah raga seperti bermain bola voli, bermain

bola kaki, dan lain sebagainya, mereka biasanya menggunakan halaman gereja

(56)

4.1.6.7 Sarana umum lainnya

Sarana umum lainnya yang terdapat di desa Negeri Gugung ini adalah sarana

kamar mandi umum dan balai desa yang berfungsi juga sebagai jambur.Terdapat dua

lokasi kamar mandi umum yang mana pada satu lokasinya terdiri dari kamar mandi

untuk laki-laki dan untuk perempuan yang berada bersebelahan.Kamar mandi ini

tidak digunakan hanya untuk mandi saja, melainkan untuk mencuci pakaian, mencuci

piring serta buang hajat.Masyarakat desa Negeri Gugung sangat bergantung pada

kamar mandi umum ini, dikarenakan kebanyakan rumah mereka tidak memiliki

kamar mandi. Sumber air yang terdapat di kamar mandi ini berasal dari sungai yang

dikeluarkan melalui lima pancuran. Dua pancuran untuk kamar mandi laki-laki, dua

pancuran lagi untuk kamar mandi perempuan dan satu pancuran lagi berada diluar

kamar mandi yang biasa digunakan untuk mencuci piring. Di waktu pagi hari dan

menjelang malam adalah waktu dimana masyarakat desa Negeri Gugung banyak

yang menggunakan kamar mandi umum tersebut. Meskipun harus mengantri mereka

tidak mengeluh, karena di waktu seperti itu mereka dapat saling bertukar cerita,

saling bercengkrama sehingga interaksi yang terjadi dapat lebih dekat.

Setelah kamar mandi, sarana umum lainnya yang terdapat di desa Negeri

Gugung adalah balai desa.Balai desa merupakan sebuah tempat yang sangat berfungsi

dan bermanfaat bagi masyarakat desa Negeri Gugung.Selain digunakan untuk

keperluan kegiatan program-program yang dibuat oleh pemerintahan desa, balai desa

ini juga dapat digunakan sebagai jambur, Yang berfungsi untuk acara-acara adat

(57)

merupakan tempat pedagang berjualan pada saat hari pekan dan tempat para pendaki

bermalam pada saat melakukan pendakian menuju gunung takur-takur.

4.1.7 Latar Belakang Sosial Budaya

4.1.7.1 Bahasa

Bahasa yang digunakan oleh mayarakat desa ini dalam kehidupan sehari-hari

adalah bahasa Karo.Bahasa Karo digunakan masyarakat desa Negeri Gugung dalam

pergaulan sehari-hari untuk berkomunikasi, baik itu orang tua, dewasa dan

anak-anak.mereka juga dapat menggunakan bahasa Indonesia jika ada orang pendatang

yang tidak mengerti bahasa Karo. Namun ada juga sebagian warga yang hanya bisa

berkomunikasi menggunakan bahasa Karo saja, biasanya warga tersebut adalah

warga yang telah berusia lanjut.

4.1.7.2 Adat Istiadat

Masyarakat Negeri Gugung mempunyai adat istiadat yang sampai saat ini

terpelihara dengan baik. Adat istiadat yang digunakan di desa ini sama seperti adat

istiadat yang terdapat pada etnis Karo pada umumnya seperti pada saat acara

pernikahan, kematian, pesta tahunan dan lain sebagainya. Adat istiadat yang terdapat

di desa ini dapat menjadikan hubungan yang terjadi pada setiap anggota masyarakat

terjalin dengan baik seperti solidaritas yang semakin erat dan lain sebagainya.

Dengan kata lain, adat istiadat yang terdapat di desa negeri Gugung, dapat berfungsi

(58)

4.1.7.3 Religi

Walaupun di desa Negeri Gugung sudah menganut agama modern seperti

agama Katolik, namun masyarakat desa masih mempunyai keyakinan terhadap

kekuatan ghaib seperti kepercayaan terhadap roh-roh nenek moyang. Di desa Negeri

Gugung terdapat sebuah kuburan. Diakui masyarakat setempat bahwa kuburan

tersebut didirikan untuk menghormati orang yang pertama kali mendirikan desa

tersebut yaitu bermarga Barus. Sebenarnya di dalam kuburan tersebut bukanlah jasad

marga Barus yang merupakan pendiri desa Negeri Gugung melainkan seekor anjing

merah.Jasad pendiri desa sampai sekarang belum diketahui, maka ada sekelompok

dari etnis Pak-pak yang dinamakan si pitu erdalan yang diakui dukun besar

melakukan upacara tersebut guna menghormati arwah nenek moyang.Sampai

sekarang masyarakat setempat sangat menghormati keburan tersebut dan mengakui

semenjak ada kuburan tersebut desa selalu aman. Setiap ada orang berniat jahat

tibanya di kampung tersebut akan berubah pikiran. Masyarakat menyebutnya penjaga

kuta atau penjaga kampung.

Selain mengakui arwah nenek moyang, masyarakat setempat juga mengakui

kekuatan gaib pada suatu tempat.Misalkan saja, jika kita ingin ketempat tersebut

harus bersikap sopan dan tidak boleh berbicara sembarangan. Apabila kita melanggar

ketentuan tersebut diyakini akan mendapat musibah. Masyarakat juga percaya akan

kekuatan supranatural atau gaib yang dapat menyebuhkan dan melindungi dari

(59)

meyakini seorang dukun.Bahkan masyarakat setempat mengakui dukun yang ada di

desa tersebut diakui kehebatannya sampai keluar daerah.

Gambar 8.Kuburan penjaga kampung.

4.1.7.4 Seni

Karena desa Negeri Gugung berada di tanah Karo dan mayoritas

masyarakatnya berasal dari etnis karo, kesenian yang terdapat di desa ini adalah

kesenian dari etnis karo, hal ini dapat dilihat pada saat pelaksanaan pesta adat istiadat

Karo seperti pernikahan, kematian, pesta tahunan dan guro-guro aron.Dalam setiap

pesta adat terdapat unsur musik, tarian, lagu, dan pakaian adat Karo.

4.1.7.5 Sistem Kekerabatan

Sistem kekerabatan pada masyarakat desa Negeri Gugung adalah sistem

kekerabatan yang terdapat pada etnis karo pada umumnya.Seperti yang

diidentifikasikan melalui merga, bebere, binuang, soler, kampah dan kempu

(Klen).Alur utamanya adalah patrilinear. Marga adalah garis keturunan dari ayah,

bebere warisan garis dari leluhur ibu, binuang adalah warisan garis keturunan dari

Gambar

Tabel 1. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 2.Jumlah  Penduduk Berdasarkan Usia
Gambar  2. Pemukiman di desa Negeri Gugung
Gambar 3. Puskesmas Pembantu Desa Negeri Gugung
+5

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mengetahui seberapa besar manfaat yang dirasakan nelayan terhadap peningkatan pendapatan mereka setelah program PEMP berjalan untuk itu perlu dilakukan penelitian bagi

Faktor penyebab stress yang dialami oleh ibu dalam menghadapi stress persalinan adalah takut bayi yang dilahirkan cacat, takut salah satu diantara mereka (ibu dan bayi) meninggal,

Dengan diberinya plank nama di hutan desa mereka maka usaha masyarakat di dalam mengembangkan kawasan hutan mangrove mereka tidak akan sia-sia sebab kawasan mereka telah

Mereka yang menikah dini merasa menyesal menikah di usia tersebut karena di usia mereka yang muda, mereka masih ingin menikmati masa muda sehingga 81,25% yang menikah dini

Mereka yang menikah dini merasa menyesal menikah di usia tersebut karena di usia mereka yang muda, mereka masih ingin menikmati masa muda sehingga 81,25% yang menikah dini

Mereka yang menikah dini merasa menyesal menikah di usia tersebut karena di usia mereka yang muda, mereka masih ingin menikmati masa muda sehingga 81,25% yang menikah dini

Tekanan dalam analisa Parson adalah orientasi pada orang lain dengan siapa. terlibat dalam interaksi (Jhonson,

Remaja yang berasal dari keluarga dengan kondisi sosial ekonomi rendah, masalah inti yang mereka hadapi adalah karena ketidakmampuan orang tua untuk memenuhi kebutuhan keluarga