• Tidak ada hasil yang ditemukan

HARMONI INTERAKSI MASYARAKAT MULTIKULTURAL. (Studi Deskriptif di Desa Ujung Serdang Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang) SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "HARMONI INTERAKSI MASYARAKAT MULTIKULTURAL. (Studi Deskriptif di Desa Ujung Serdang Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang) SKRIPSI"

Copied!
124
0
0

Teks penuh

(1)

HARMONI INTERAKSI MASYARAKAT MULTIKULTURAL (Studi Deskriptif di Desa Ujung Serdang Kecamatan Tanjung Morawa

Kabupaten Deli Serdang)

SKRIPSI

Diajukan oleh:

HILDA YANI NIM: 130901040

GUNA MEMENUHI SALAH SATU SYARAT UNTUK MEMPEROLEH GELAR SARJANA PADA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

DEPARTEMEN SOSIOLOGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas penyertaan, hikmat serta kasihNya. Tuhanlah yang membimbing dan membantu disetiap apa yang menjadi kendala dan kesusahan saya. Dia datang disaat yang tepat dalam mencerahkan setiap langkahku dan pemikiranku bahkan Tuhanlah yang mengakatku ketika aku tidak berdaya, member semangat ketika aku malas dan tidak punya semangat, sehingga skripsi yang berjudul “HARMONI INTERAKSI MASYARAKAT MULTIKULTURAL DI DESA UJUNG SERDANG KECAMATAN TANJUNG MORAWA” dapat terselesaikan guna memenuhi syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana dari Departemen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara. Jadi layaknya segala pujian, hormat dan ucapan syukur bagi Tuhan Allah kita.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa dukungan dari berbagai pihak skripsi ini tidak akan terselesaikan. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang telah membantu sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Dalam hal ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini yaitu kepada :

1. Bapak Husni Thamrin,S.Sos,MSP selaku Wakil Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dr. Harmona Daulay,MA selaku ketua departemen sosiologi dan selaku dosen selama masa perkuliahan saya yang terus memberikan masukan dan pengarahan dan selalu siap membantu.

(3)

3. Rasa Hormat dan Terima Kasih sebesar-besarnya kepada bapak Drs.Muba Simanihuruk, M.Si selaku dosen penasehat Akademik sekaligus dosen pembimbing saya yang selalu meluangkan waktunya ditengah-tengah kesibukan beliau serta sabar dalam membimbing penulis hingga penulisan skripsi ini selesai. Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas semua kebaikan yang beliau berikan kepada penulis serta diberikan kesehatan dan umur yang panjang.

4. Seluruh dosen di Departemen Sosiologi yang telah memberikan ilmu, bimbingan, maupun arahan selama di dalam maupun di luar perkuliahan.

5. Teristimewa untuk kedua orang tua saya, dengan rasa hormat dan kagum Skripsi ini khusus penulis persembahkan kepada kedua orang tua tercinta dan tersayang yakni, bapak S. Tarigan dan mamak M. Sembiring, atas semua doa, dukungan, pengorbanan dan kasih sayangnya yang telah diberikannya kepada penulis sampai saat ini. Dorongan motivasi dan juga pengertian yang diberikan oleh orang tua penulis semakin menambah semangat penulis dalam pengerjaan skripsi ini.

6. Kepada masyarakat Desa Ujung Serdang dan terkhusus kepada informan penulis atas keramahannya dan kesediannya untuk menjadi informan penulis dan meluangkan waktunya untuk di wawancarai untuk penyelesaian skripsi ini.

7. Kepada seluruh badan pengurus harian muda-mudi gereja katolik st.paulus ujung serdang yang selalu memberikan semangat untuk saya selama penulisan skripsi ini.

(4)

8. Kepada teman-teman akrab saya yang ada di kampus rasa trima kasih sebesar-besarnya atas bantuan, dorongan, motivasi yang diberikan kepada saya selama penulisan skripsi ini.

9. Kepada teman saya Hot Gres Damanik saya ucapkan banyak terima kasih atas perhatian, dorongan, motivasi yang diberikan kepada saya agar saya semangat dalam penyelesaian skripsi ini.

10. Kepada seluruh saudara seperjuangan Sosiologi stambuk 2013 atas kebersamaan dan rasa persaudaraan yang telah terbangun selama ini.

Semoga ini menjadi fondasi awal bagi kita dalam meraih kesuksesan dimasa depan.

11. Kepada abng saya Njuahi Ardianto atas dukungan dan bantuan berupa uang yang selalu ia berikan kepada saya selama saya menulis skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi terdapat bebagai kekurangan dan keterbatasan, untuk itu penulis mengharapkan kritik, dan saran yang sifatnya membangun. Demikianlah yang dapat saya sampaikan, semoga tulisan ini bisa bermanfaat bagi para pembaca, dan akhir kata penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada semua pihak yang telah membantu penulisan skripsi ini.

Medan, Juli 2017

Penulis,

Hilda Yani

(5)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Keberagaman merupakan salah satu realitas utama yang dialami masyarakat di masa lalu, masa kini, dan masa mendatang. Keberagaman secara sederhana dapat dipahami sebagai pengakuan bahwa sebuah masyarakat adalah beragam dan majemuk. Keberagaman bisa mendatangkan manfaat yang besar, namun bisa menjadi pemicu konflik yang dapat merugikan masyarakat yang bersangkutan jika tidak dikelola dengan baik. Untuk tetap menjaga keharmonisan hubungan dalam masyarakat yang beragam tersebut diperlukan upaya penanaman kesadaran sikap toleransi, prinsip kesetaraan, dan memandang perbedaan sebagai anugrah Tuhan. Kesadaran berkebudayaan dengan segala keragaman dan potensi konflik dalam masyarakat yang mengarah pada perpecahan (dalam beritasore, 2009)

Keberagaman adalah suatu kondisi dalam masyarakat di mana terdapat perbedaan-perbedaan dalam berbagai bidang, terutama suku bangsa, ras, agama, ideologim dan budaya. Keberagaman dalam masyarakat adalah sebuah keadaan yang menunjukkan perbedaan yang cukup banyak macam atau jenisnya dalam masyarakat.

Furnival (dalam Bambang, 2015:34 ) berpendapat bahwa masyarakat beragam adalah suatu masyarakat yang terdiri atas dua atau lebih komunitas atau kelompok-kelompok yang secara kultural dan ekonomi terpisah-pisah serta memiliki struktur kelembagaan yang berbeda-beda satu sama lain. Menurut Bambang, 2015:35 menjelaskan bahwa beberapa faktor yang mendorong

(6)

keberagaman masyarakat Indonesia adalah: 1). Keadaan geografis Indonesia yang terpisah-pisah oleh lautan mengakibatkan penduduk yang tersebar di pulau-pulau di Indonesia tumbuh menjadi kesatuan-kesatuan suku bangsa yang terisolasi dengan yang lain. Mereka kemudian mengembangkan pola perilaku, bahasa, dan ikatan-ikatan kebudayaan lainnya yang berbeda satu sama lain. 2). Indonesia yang terletak pada posisi silang antara dua samudera dan dua benua merupakan daya tarik tersendiri bagi bangsa-bangsa asing untuk datang, singgah, dan menetap di Indonesia, ada yang datang untuk berdagang, menyebarkan agama, dan sebagainya. Banyak bangsa asing yang berinteraksi dengan penduduk lokal. Dari interaksi ini terjadi amalgamasi dan asimilasi kebudayaan. Akibatnya terbentuklah ras, subras, agama, dan kepercayaan yang berbeda-beda di Indonesia. 3). Iklim yang berbeda antara daerah yang satu dengan daerah yang lain di kawasan Indonesia menimbulkan kondisi alam yang berbeda. Kondisi ini akhirnya membentuk pola-pola perilaku dan sistem mata pencaharian yang berbeda-beda.

Akibatnya terjadi keberagaman regional antara daerah-daerah di Indonesia. 4).

Pembangunan di berbagai sektor menyebabkan keragaman masyarakat Indonesia, khususnya secara vertikal. Kemajuan dan industrilisasi yang terjadi menghasilkan kelas-kelas sosial yang didasarkan pada aspek ekonomi. Di dalam potensi keberagaman budaya tersebut sebenarnya terkandung potensi disintegrasi, konflik, dan separatism sebagai dampak dari Negara kesatuan yang bersifat multietnik dan struktur masyarakat Indonesia yang mejemuk dan plural.

Karena struktur sosial budayanya yang sangat kompleks, Indonesia selalu berpotensi menghadapi permasalahan konflik antaretnik, kesenjangan sosial, dan sulitnya terjadi integrasi nasional secara permanen. Hal tersebut

(7)

disebabkan adanya perbedaan budaya yang mengakibatkan perbedaan dalam cara pandang terhadap kehidupan politik, sosial, dan ekonomi masyarakat. Pola kemajemukan masyarakat Indonesia dapat dibedakan menjadi dua. Pertama, diferensiasi yang disebabkan oleh perbedaan adat istiadat (custom differentiation) perbedaan etnik, budaya, agama, dan bahasa. Kedua, diferensiasi yang disebabkan oleh perbedaan struktural(structural differentiation) yang disebabkan oleh adanya perbedaan kemampuan untuk mengakses potensi ekonomi dan politik antaretnik yang menyebabkan kesenjangan sosial antaretnik. Sebagai masyarakat majemuk, Indonesia memiliki dua kecenderungan atau dampak akibat keberagaman budaya tersebut, antara lain sebagai berikut: 1). Berkembangnya perilaku konflik di antara bebagai kelompok etnik. 2). Pemaksaan oleh kelompok kuat sebagai kekuatan utama yang mengintegrasikan masyarakat.

Namun, kemajemukan masyarakat tidak selalu menunjukkan sisi negatif saja. Pada satu sisi kemajemukan budaya masyarakat menyimpan kekayaan budaya dan khzanah tentang kehidupan bersama yang harmonis apabila integrasi masyarakat berjalan dengan baik. Seperti hal nya yang terjadi di Desa Ujung Serdang terlihat pada sifat dan kebiasaan masyarakatnya yang mampu membina dan menjaga sikap toleransi dan prinsip kesetaraan dan memandang perbedaan itu adalah anugrah dari Tuhan agar tidak terjadi konflik antaretnik yang dapat memicu terjadinya benturan atau konflik antaretnik. Sikap masyarakat yang saling menghargai satu sama lain, perbedaan yang ada pada masyarakat Desa Ujung Serdang tidak menjadikan pemicu atau penghalang bagi masyarakat untuk menciptakan kondisi atau keadaan masyarakat yang harmoni.

(8)

Kesetaraan dan harmoni sosial sering tidak terjadi dalam masyarakat sekarang ini. Banyak orang dari ras dan suku tertentu tidak senang dengan budaya yang lain dan akhirnya melupakan pentingnya kebersamaan sebagai masyarakat multikultural untuk kesatuan Negara Indonesia yang memiliki banyak suku ras dan agama. Namun yang terjadi pada masyarakat Desa Ujung Serdang tidak seperti pernyataan tersebut, karena masyarakat yang ada di Desa Ujung Serdang saling menghargai dan memberikan toleransi atau respon yang tinggi terhadap etnik lain yang ada di Desa Ujung Serdang, dan masing-masing etnik saling mengemban prinsip kesetaraan dan memandang perbedaan itu adalah anugrah dari Tuhan yang tidak harus dipermasalahkan dan membuat perselisihan atau konflik antar etnik. Masyarakat yang tinggal di Desa Ujung Serdang hidup saling menghargai dan menghormati perbedaan-perbedaan yang ada pada masing- masing etnik atau suku, perbedaan yang ada tidak menjadi penghalang bagi mereka untuk saling bekerjasama dan saling memberikan toleransi yang tinggi terhadap sesama mereka yang sama-sama tinggal di Desa Ujung Serdang .

Untuk menjaga kondisi masyarakat yang tetap kondusif, dimana masing-masing kelompok dapat mengekspresikan keyakinan kebudayaan atau sukunya dalam kehidupan bermasyarakat sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu hak kelompok lainnya yang berbeda suku atau etnis, Negara memiliki kebijakan yang di tetapkan dalam UUD Nomor 40 tahun 2008 tentang Penghapusan Diskriminasi Ras dan Etnis.

Adanya kebijakan tersebut, memberikan kebebasan kepada setiap warga Negara untuk menganut suku atau etnis tanpa ada paksaan dan perlakuan yang tidak adil dari pihak manapun. Sehingga masing-masing kelompok masyarakat

(9)

saling menghormati dan hidup rukun. Sikap tersebut merupakan perwujudan dari sifat harmoni. Salah satu daerah di Indonesia yang memiliki sifat harmoni masyarakat multikultural adalah Desa Ujung Serdang Kecamatan Tanjung Morawa kabupaten Deli Serdang.

Masyarakat Desa Ujung Serdang dikategorikan sebagai masyarakat yang multikultural karena masyarakat yang tinggal di desa ini adalah mereka yang mempunyai latar belakang yang berbeda-beda terutama di bidang suku, ras, agama, dan budaya, dan masyarakat yang tinggal di Desa Ujung Serdang ini dapat pula dikatakan masyarakat multikultural yang harmoni karena jika ditinjau dari kehidupan bertetangga yang saling menghormati/ saling menghargai walaupun mereka memiliki latar belakang yang berbeda-beda, walaupun menganut agama yang berbeda-beda namun hal tersebut tidak menjadi alasan untuk mereka tidak saling menghargai dan tidak saling membantu satu sama lain, mereka hidup bertetangga saling menghargai dan mereka saling memberikan toleransi atau respon yang baik kepada sesama mereka yang tinggal berdekatan atau bertetangga. Masayarakat Desa Ujung Serdang ini juga dapat dikategorikan sebagai masyarakat yang harmoni jika ditinjau atau dilihat dari kemajuan desa ini. Menurut hasil praobservasi desa ini mengalami kemajuan yang sangat pesat, bukti yang paling nyata adalah berdirinya rumah-rumah ibadah yang sudah termasuk lengkap, mulai dari rumah ibadah muslim ( mesjid/ mushola) dan rumah ibadah non muslim ( gereja ), selain itu bukti nyata yang mendukung bahwa kemajuan desa ini sangatlah pesat terlihat dari jumlah penduduknya yang semakin lama semakin bertambah.

(10)

Berdasarkan dari data Badan Pusat Statistik Kabupaten Deli Serdang ( dalam Kecamatan Tanjung Morawa Dalam Angka 2016 ) masyarakat yang tinggal di Kota Tanjung Morawa menganut beberapa Suku Bangsa yakni, Jawa, Melayu, Toba, Karo, Simalungun. Kondisi ini menunjukkan bahwa masyarakat di Kota Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang khususnya di Desa Ujung Serdang memiliki kondisi masyarakat yang multikultural.

Table 1.1 Jumlah Banyaknya Penduduk Masyarakat Kota Tanjung Morawa Menurut Suku Bangsa di Kecamatan Tanjung Morawa tahun

2015

No Desa/Kelurahan Jawa Melayu Toba Karo Simalungun 1 Medan Sinembah 5937 398 410 950 156 2 Bandar Labuhan 3171 2399 27 149 39

3 Bangun Rejo 11173 3163 18 1236 221

4 Aek Pancur 308 24 75 10 6

5 Naga Timbul 1339 542 2 504 282

6 Lengau Seprang 3436 338 46 491 337

7 Sei Merah 1098 82 103 32 15

8 Dagang Kerawan 4334 277 322 692 124

9 Tanjung Morawa Pkn

1345 706 470 441 195

10 Tanjung Morawa A

8226 1029 905 2160 797

11 Limau Manis 18450 318 584 515 523

12 Ujung Serdang 839 168 1342 1712 24

13 Bangun Sari 13856 289 459 607 751

14 Bangun Sari Baru 9415 131 598 445 389 15 Buntu Bedimbar 5883 9111 89 190 250

16 Telaga Sari 6454 88 23 97 61

17 Dagang Kelambir 1289 585 702 23 9

18 Tanjung Morawa B

5222 7136 577 586 337

19 Tanjung Baru 8611 108 35 82 422

20 Punden Rejo 2087 52 98 70 32

21 Tanjung Mulia 475 58 963 126 28

22 Perdamean 1030 47 2864 292 223

23 Wonosari 11014 132 2 245 163

24 Dalu Sepuluh A 3746 3955 2 36 10

(11)

26 Penara Kebun 290 37 2 6 8 Jumlah 13597

0

31283 10774 11699 5403 Sumber : Data Sensus Penduduk 2015- Badan Pusat Statistik Kabupaten Deli

Serdang Kecamatan Tanjung morawa

Dari data Badan Pusat Statistik ( BPS ) tersebut, suku yang memiliki jumlah penganut terbanyak adalah suku Jawa dengan jumlah 135970 jiwa, selanjutnya disusul oleh suku melayu dengan jumlah 31283 jiwa, dan suku karo dengan jumlah 11699 jiwa. Selain itu, masyarakat yang suku Toba dengan jumlah 10774 dan suku Simalungun 5403 jiwa.

Jumlah masyarakat Kota Tanjung Morawa berdasarkan suku bangsa terbesar di beberapa desa yang termasuk dalam wilayah Kota Tanjung Morawa, yakni desa Ujung Serdang. Desa Ujung Serdang merupakan salah satu desa yang ada di kecamatan Tanjung Morawa, kabupaten Deli Serdang, provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Secara geografis Desa Ujung Serdang terletak di sebelah selatan Ibu Kota Kecamatn Tanjung Morawa merupakan bagian integral dari wilayah Kabupaten Deli Serdang dengan jarak dari Ibu Kota Kecamatan 6 km dan dari Ibu Kota Kabupaten 17 km, sedangkan Ibu Kota Propinsi sekitar 11 km, dengan batas- batas wilayah Utara adalah Desa Bangun Sari, Timur adalah Desa Bangun Sari dan Desa Limau Manis, Selatan adalah Desa Medan Sinembah dan Barat adalah Kota Medan dan Kecamatan Patumbak.

Berdasarkan Data Administrasi Pemerintahan Desa, jumlah penduduk Desa Ujung Serdang 3.960 jiwa, dengan rincian penduduk berjenis kelamin laki- laki berjumlah 2.021 jiwa, sedangkan berjenis kelamin perempuan berjumlah 1.939 jiwa. Berkaitan jumlah penduduk dapat dilihat pada table berikut ini:

(12)

Tabel 1.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Desa Ujung Serdang 2015

No Jenis Kelamin Jumlah 1 Laki –laki 2.021 2 Perempuan 1.939

Jumlah 3.960

Sumber : Buku / Makalah memori Sertijab Kepala Desa Ujung Serdang

Dari segi suku bangsa yang dianut, kondisi Desa Ujung Serdang menganut suku Karo. Secara kultural, suku yang dianut merupakan warisan dari orang tua terdahulu yang diwariskan turun-temurun. Sedangkan sebagian kecil masyarakat Desa Ujung Serdang menganut suku bangsa lain di luar suku karo.

Berikut table penduduk Desa Ujung Serdang yang menganut suku bangsa.

Tabel 1.3 Menurut Badan Pusat Statistik ( BPS ) Kabupaten Deli Serdang Jumlah Penduduk Desa Ujung Serdang Berdasarkan Suku Bangsa

No Suku /Etnis Jumlah

1 Jawa 839

2 Melayu 168

3 Toba 1342

4 Karo 1712

5 Simalungun 24

Sumber : BPS Kecamatan Dalam Angka 2016

Dari tabel 1.3 di atas, suku atau etnis yang mayoritas atau jumlah terbesar di Desa Ujung Serdang adalah suku karo yang berjumlah 1712 jiwa, dan disusul oleh suku toba yang berjumlah 1342, dan etnis Jawa yang berjumlah 839, Melayu berjumlah 168 jiwa dan simalungun berjumlah 24 jiwa.

(13)

Tabel 1.4 Menurut Badan Pusat Statistik ( BPS) Kabupaten Deli Serdang jumlah penduduk Desa Ujung Serdang berdasarkan agama pada tahun 2015.

No. Agama Jumlah

1 Islam 1918

2 Protestan 1630

3 Katolik 143

4 Budha 28

5 Hindu 27

Sumber : BPS tahun 2015.

Dari tabel 1.4 di atas, agama yang mayoritas atau jumlah terbesar yang dianut oleh warga Desa Ujung Serdang adalah agama Islam yang berjumlah 1918 Jiwa, Protestan 1630 jiwa, Katolik 143, Budha 28 jiwa dan Hindu 27 jiwa. Hasil dari tabel diatas merupakan hasil menurut Badan Pusat Statistik ( BPS ) pada tahun 2015 dan menurut hasil praobservasi bahwa peningkatan jumlah penduduk yang sudah menganut agama sesuai denan kepercayaan dan keyakinan masing- masing warga sangat berkembang pesat.

Dari hasil praobservasi jika dilihat dari sejarahnya, Desa Ujung Serdang merupakan salah satu desa yang ada di kecamatan Tanjung Morawa, kabupaten Deli Serdang, provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Secara geografis Desa Ujung Serdang terletak di sebelah selatan Ibu Kota Kecamatn Tanjung Morawa merupakan bagian integral dari wilayah Kabupaten Deli Serdang dengan jarak dari Ibu Kota Kecamatan 6 km dan dari Ibu Kota Kabupaten 17 km, sedangkan Ibu Kota Propinsi sekitar 11 km, dengan batas- batas wilayah Utara adalah Desa Bangun Sari, Timur adalah Desa Bangun Sari dan Desa Limau Manis, Selatan adalah Desa Medan Sinembah dan Barat adalah Kota Medan dan Kecamatan Patumbak. Desa ini terkenal dengan sebuatan kampong karo, dikarenakan desa ini lebih awal di di huni dan dipimpin oleh seorang pemimpin yang menganut suku

(14)

karo, seiring berkembangnya jaman dan riwayat migrasi atau perpindahan penduduk maka masyarakat atau penduduk Desa Ujung Serdang semakin bertambah, tidak dari segi julmah penduduknya saja yang bertambah tetapi jumlah suku dan agama yang mendiami Desa Ujung Serdang ini pun semakin bertambah hingga saat ini Desa ini dapat dikatakan Desa yang memiliki masyarakat yang Multikultural.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Arfy, 2015 yang berjudul Harmonisasi Interaksi Antar Etnis di Desa Baru kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang mengatakan bahwa harmonisasi interaksi antar etnis yang terjadi di Desa Baru disebabkan karena faktor ekonomi dan faktor sistem sosial kekerabatan pada masing-masing etnis yang terdapat di Desa Baru. Hal ini dapat dilihat kebanyakan kedatangan warga pendatang yang datang ke Desa Baru dengan tujuan mendapatkan kehidupan yang lebih baik dari sebelumnya dan meningkatkan pandapatan dan perekonomian keluarga. Karena ekonomi merupakan faktor penting untuk kebutuhan manusia dalam proses kehidupan sosial.

Dari pemikiran dan penjelasan di atas, maka peneliti tertarik untuk mengetahui Apa yang menjadi faktor pendukung terjadinya Harmoni Masyarakat Multikultural di Desa Ujung Serdang, kecamatan Tanjung Morawa kabupaten Deli Serdang.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan pada suatu realita manusia akan membutuhkan interaksi dengan manusia lainnya dan beradaptasi untuk mencapai tujuan hidupnya dalam kehidupan bermasyarakat. Pertemuan antar etnis dalam kegiatan sehari-hari tidak

(15)

dapat dihindarkan lagi. Setiap etnis memiliki karakter yang berbeda-beda secara kultural, namun sebagai kesatuan masayarakat mereka harus saling melakukan hubungan timbal balik sebagai proses interaksi dan proses adaptasi sebagai penyesuaian dalam lingkungan sosial. Dengan adanya perbedaan berdasarkan suku bangsa ini, merupakan hal yang di anggap menarik untuk dilakukannya penelitian. Melalui penelitian ini, penulis mencoba untuk menelaah Bagaimana harmoni interaksi masyarakat multikultural dan apa penyebab dari harmoni interaksi masyarakat multikultural di Desa Ujung Serdang Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang dan penelitian ini dilakukan melalui pendekatan teori sosiologi. Berdasarkan pembahasan latar belakang masalah yang telah di jelaskan di atas, maka penulis merumuskan masalah dalam penelitian ini adalah : Apa yang menjadi faktor pendukung terjadinya Harmoni Interaksi Masyarakat Multikultural di Desa Ujung Serdang, kecamatan Tanjung Morawa kabupaten Deli Serdang.

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian merupakan bagian pokok ilmu pengetahuan yang bertujuan untuk lebih mandalami segala aspek kehidupan, disamping itu juga merupakan sarana untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, baik segi teoritis maupun praktis. Adapaun tujuan dari penelitian ini adalah : Untuk mengetahui, menganalisis, dan menginterpretasikan Apa yang menjadi faktor pendukung terjadinya Harmoni Interaksi pada Masyarakat Multikultural di Desa Ujung Serdang, kecamatan Tanjung Morawa kabupaten Deli Serdang.

1.4 Manfaat Penelitian

(16)

Setiap penelitian diharapkan mampu memberikan manfaat baik untuk diri sendiri ataupun orang lain, terlebih lagi untuk perkembangan ilmu pengetahuan.

Adapun manfaat yang di harapkan dan dapat di peroleh dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.4.1 Manfaat Teoritis

Diharapkan penelitian ini dapat memberikan konstribusi baik secara langsung ataupun tidak langsung bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan kepustakaan Departemen Sosiologi khususnya untuk menambah kajian tentang hubungan antar kelompok dan interaksi sosial. Selain itu memberikan kontribusi kepada pihak-pihak yang membutuhkan untuk dijadikan sebagai perbandingan penelitian selanjutnya.

1.4.2 Manfaat Praktis

Diharapkan penelitian ini dapat meningkatkan kemampuan penulis dalam membuat suatu karya ilmiah dan dapat menjadi bahan rujukan bagi penelitian selanjutnya, agar diharapkan dapat memberikan sumbangan kepada masyarakat tetang pe ntingnya harmoni sosial dalam kehidupan sosial.

1.5. Defenisi Konsep 1. Interaksi Sosial

Interaksi sosial merupakan suatu kegiatan yang di lakukan oleh individu dengan individu, individu dengan kelompok serta kelompok dengan yang terdapat hubungan timbal balik antara dua orang atau lebih yang berperan saling mempengaruhi antara individu dan individu, antara individu dan kelompok, dan antara kelompok dengan kelompok. Interaksi sosial merupakan proses setiap

(17)

orang menjalin kontak dan berkomunikasi dan saling mempengaruhi dalam pikiran maupun tindakan.

2. Harmoni

Suatu sesuai dengan keinginan masyarakat umum, seperti keadaan tertib, teratur, aman dan nyaman dapat disebut sebagai suatu kehidupan yang penuh harmoni. Harmoni sosial adalah kondisi dimana individu hidup sejalan dan serasi dengan tujuan masyarakatnya. Harmoni sosial juga terjadi dalam masyarakat ditandai dengan solidaritas.

3. Masyarakat Harmoni

Masyarakat harmonis adalah masyarakat yang tatanan hidupnya sejalan atau searah dengan aturan yang dibuat oleh masyarakat itu sendiri. Harmonis mengandung artian kehidupan yang aman dan sejahtera.

4. Masyarakat Multikultural

Suatu masyarakat yang terdiri dari berbagai elemen, baik itu suku, ras, agama, pendidikan, ekonomi, politik, bahasa dan lain-lain yang hidup dalam suatu kelompok masyarakat yang memiliki satu pemerintahan tetaoi dalam masyarakat itu masing-masing terdapat segmen-segmen yang tidak bisa di satukan.

5. Keberagaman

Suatu kondisi dalam masyarakat dimana terdapat perbedaan-perbedaan dalam berbagai bidang, terutama suku bangsa, ras, agama, adat istiadat dan situasi ekonomi.

6. Etnis

(18)

Etnis adalah suatu golongan manusia yang angota-anggotanya mengidentifikasikan dirinya sesamanya, biasanya berdasarkan garis keturunan yang dianggap sama.

7. Nilai dan Norma Sosial

Nilai dan norma memiliki hubungan yang saling terkait, kendati keduanya memiliki perbedaan. Jika nilai merupakan sesuatu yang dianggap sebagai hal yang baik, patut, layak, benar, maka norma merupakan perwujudan dari nilai yang di dalamnya terdapat kaidah, aturan, patokan, atau kaidah pada suatu tindaka ( aksi ).

(19)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA 2.1. Interaksi Sosial

Manusia sebagai makhluk sosial akan selalu berinteraksi dengan sesamanya karena untuk mencapai kebutuhan-kebutuhannya yang dikehendaki bergantung bantuan dari orang lain. Inilah dasar dan alasan antara individu yang satu dan yang lain melakukan interaksi sosial. Di lingkungan individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat tidak lepas adanya hubungan sosial ini.

Bentuk umum proses sosial adalah interaksi sosial ( yang juga dapat dinamakan proses sosial) karena interaksi sosial merupakan syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas sosial. Bentuk lain proses sosial hanya merupakan bentuk-bentuk khusus dari interaksi sosial. Interaksi sosial merupakan hubungan- hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang-orang- perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang peroranggan dengan kelompok manusia. Apabila dua orang bertemu, interaksi sosial dimulai pada saat itu. Mereka saling menegur, berjabat tangan, saling berbicara atau bahkan mungkin berkelahi. Aktivitas-aktivitas semacam itu merupakan bentuk-bentuk interaksi sosial yang terjadi, karena masing-masing sadar akan adanya pihak lain yang menyebabkan perubahan-perubahan dalam perasaan maupun syaraf orang-orang yang bersangkutan, yang disebabkan oleh misalnya bau keringat, minyak wangi, suara berjalan, dan sebagainya. ( dalam Soerjono Soekanto, 2012:55).

(20)

A. Bentuk-Bentuk Interaksi

Dalam Soerjono Soekanto, 2012:65-97 Interaksi sosial mempunyai dua bentuk, yakni interaksi sosial yang mengarah pada bentuk penyatuan (proses asosiatif) dan mengarah pada bentuk pemisahan (proses disosiatif).

1. Proses asosiatif

Interaksi sosial asosiatif adalah bentuk interaksi sosial yang menghasilkan kerja sama. Ada beberapa bentuk interaksi sosial asosiatif, anatara lain sebagai berikut:

a. Kerja sama (corporation), dapat diartikan sebagai terpusatnya berbagai usaha secara langsung untuk tujuan terpisah. Hal ini merupakan kesesuaian dengan situasi tujuan akhir tidak dapat dicapai dengan usaha khusus individu. Ada pula menunjukkan bahwa kerja sama adalah suatu bentuk interaksi sosial dimana, tujuan anggota kelompok yang satu berkaitan erat dengan tujuan anggota yang lain, atau tujuan kelompok secara keseluruhan sehingga seseorang individu hanya dapat mencapai tujuan bila individu lain juga mencapai tujuan.

b. Akomodasi merupakan bentuk interaksi sosial berupa penyesuaian diri guna menjaga persatuan dan menghindari atau meredakan pertentanan.

Akomodasi mengacu pada kesenjangan social. Akomodasi bertujuan untuk mengurangi perbedaan pandangan, menghindari pertentangan politik atau permusuhan antar golongan, menciptakan keseimbangan antar masyarakat yang dipisahkan oleh system kelas, dan mengupayakan proses pembauran di antara kelompok.

(21)

c. Asimilasi merupakan bentuk interaksi asosiatif berupa upaya-upaya untuk mengurangi perbedaan individu dan kelompok untuk mencapai kesepakatan bersama. Jadi, interaksi yang terjadi pada akhirnya fokus pada tujuan dan kepentingan bersama.

d. Akulturasi merupakan bentuk interaksi sosial asosiatif yang ditandai dengan berpadunya dua kebudayaan yang berbeda sehingga terbentuk suatu kebudayaan baru yang masih mengandung unsur-unsur asal dari masing-masing kebudayaan.

2. Proses Disosiatif,

proses disosiatif sering disebut sebagai oppositional processes, persis halnya dengan kerja sama, dapat ditemukan pada setiap masyarakat, walaupun bentuk dan arahnya ditentukan oleh kebudayaan dan sistem sosial masyarakat bersangkutan. Apakah suatu masyarakat lebih menekankan pada salah satu bentuk oposisi, atau lebih menghargai kerja sama, hal itu tergantung pada unsur- unsur kebudayaan terutama yang menyangkut sistem nilai, struktur masyarakat dan sistem sosialnya. Untuk kepentingan analisis ilmu pengetahuan,

a. Persaingan (competition)

Persaingan atau kopetition dapat diartikan sebagai suatu proses social, di mana individu atau kelompok-kelompok manusia yang bersaing mencari keuntungan melalui bidang-bidang kehidupan yang pada suatu masa tertentu menjadi pusat perhatian umum ( baik perseorangan maupun kelompok manusia) dengan cara menarik perhatian publik atau dengan mempertajam prasangka yang telah ada tanpa mempergunakan ancaman atau kekerasan. Persaingan mempunyai dua tipe umum yakni bersifat pribadi dan tidak pribadi. Persaingan yang bersifat

(22)

pribadi, orang-perorangan, atau individu secara langsung bersaing untuk, misalnya memperoleh kedudukan tertentu di dalam suatu organisasi. Di dalam persaingan yang tidak bersifat pribadi, yang langsung bersaing adalah kelompok. Persaingan misalnya dapat terjadi antara dua perusahaan besar yang bersaing untuk mendapatkan monopoli di suatu wilayah tertentu.

b. Kontravensi ( contravention)

Kontavensi pada hakikatnya merupakan suatu bentuk proses sosial yang berada antara persaingan dan pertentangan atau pertikaian. Kontravensi terutama ditandai oleh gejala-gejala adanya ketidakpastian mengenai diri seseorang atau suatu rencana dan perasaan tidak suka yang disembunyikan, kebecian, atau keraguan-keraguan terhadap kepribadian sesorang. Atau, perasaan tersebut dapat pula berkembang terhadap kemungkinan, keguanaan, keharusan atau penilaian terhadap suatu usul, buah pikiran, kepercayaan, doktrin, atau rencana yang dikemukakan orang-perorangan atau kelompok manusia lain.

B. Syarat Terjadinya Interaksi

Agar interaksi sosial dapat terjadi, dibutuhkan beberapa syarat. Seperti syarat terjadinya interaksi sosial adalah sebagai berikut:

1. Kontak Sosial : hubungan antara satu pihak dengan pihak yang lain yang merupakan awal terjadinya interaksi sosial dan masing-masing pihak saling bereaksi meski tidak harus bersentuhan secara fisik. Kontak sosial dapat berlangsung dalam tiga bentuk, yaitu kontak antar individu, kontak antar individu dengan kelompok, dan kontak antara kelompok.

2. Komunikasi : pada kontak sosial pengertiannya lebih ditekankan kepada orang atau kelompok yang berinteraksi, sedangkan komunikasi lebih

(23)

ditekankan kepada bagaimana pesannya itu diproses. Komunikasi muncul setelak kontak berlangsung ( ada kontak belum tentu terjadi komunikasi ).

Komunikasi memiliki maksud yang luas dibandingkan dengan kontak, karena komunikasi dapat dimiliki maksud yang luas dibandingkan beberapa penafsiran yang berbeda-beda, seperti tersenyum dapat ditafsirkan sebagai penghormatan atau ejekan terhadap seseorang.

2.2. Multikultural

Secara etimologis, multikultural, berasal dari kata multi, yang artinya banyak/beragam dan kultural, yang artinya budaya. Keragaman budaya itulah arti dari multikultural. Keragaman budaya mengidintifikasikan bahwa terdapat berbagai macam budaya yang memiliki cirri khas tersendiri, yang saling berbeda dan dapat dibedakan satu sama lain. Paham atau ideology mengenai mulitikultural disebut dengan multikulturalisme. “multikulturalisme” pada dasarnya adalah pandanan dunia yang kemudian dapat diterjemahkan dalam berbagai kebijakan kebudayaan yang menekankan penerimaan terhadap realitas keagamaan, pluralitas, dan multikultural yang terdapat dalam kehidupan masyarakat ( dalam Bambang, 2015:39)

Masyarakat multikultural adalah suatu masyarakat terdiri dari berbagai elemen, baik itu suku, ras, agama, pendidikan, ekonomi, politik, bahasa dan lain- lain yang hidup dalam suatu kelompok masyarakat yag memiliki satu pemerintahan tetapi dalam masyarakat itu masing-masing terdapat segmen- segmen yang tidak bisa disatukan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa masyarakat

(24)

multikultural adalah suatu masyarakat yang terdiri atas banyak struktur kebudayaan. Hal tersebut disebakan karena banyaknya suku bangsa yang memiliki struktur budaya sendiri yang berbeda dengan suku bangsa yang lainnya.

Sehingga masyarakat multikultural dapat diartikan sebagai sekelompok manusia yang tinggal dan hidup menetap di suatu tempat yang memiliki kebudayaan dan ciri khas tersendiri yang mampu membedakan antara satu masyarakat yang lain.

Setiap masyarakat akan menghasilkan kebudayaannya masing-masing yang akan menjadi ciri khas bagi masyarakat tersebut. Sikap multikultural merupakan sikap yang terbuka pada perbedaan, mereka yang memiliki sikap multikultural berkeyakinan: perbedaan bila tidak dikelola dengan baik memang bisa menimbulkan konflik, namun bila kita mampu mengelolahnya dengan baik maka perbedaan justru memperkaya dan bisa sangat produktif ( dalam Aini, 2016: 18- 19).

a. Keberadaan Masyarakat Multikultural

Tidak dapat dipisahkan dari berkembangnya konsep multikulturalisme yang mencakup sedikitnya tiga unsur yaitu:

1. Terkait dengan kebudayaan

2. Merujuk kepada pluralitas ( keragaman) kebudayaan , dan, 3. Cara tertentu untuk menanggapi pluralitas tersebut.

b. Karakteristik Masyarakat Multikultural

Pada masyarakat multikultural, individu maupun kelompok dari berbagai budaya dan suku bangsa dalam kesatuan sosial tanpa kehilangan jati diri budaya dan suku bangsanya meskipun tetap ada jarak. Masyarakat multikultural merupakan masyarakat yang kelompok suku bangsa dan budayanya berada dalam

(25)

kesetaraan derajat dan toleransi sejati. Terdapat lima jenis multikulturalisme yang disampaikan oleh Azra, 2007 menutip dari argumen parekh ( dalam Bambang, 2015 : 42).

1. Dalam masyarakat multikultural, tiap-tiap budaya bersifat otonom,

2. Masyarakat multikultural dalam perkembangannya akan bersinggungan dengan konsep bersama untuk mencari kehidupan bersama,

3. Adanya semangat untuk hidup berdampingan secara damai dalam perbedaan kultur yang ada, baik secara individual maupun secara kelompok dan masyarakat,

4. Dikembangkannya toleransi, saling memahami, dan menghargai perbedaan yang ada,

5. Terkait dengan upaya pencapaian civility (keadapan), yang amat esensial bagi terwujudnya demokrasi yang berkeadaban dan keadaban yang demokratis.

2.3 Harmoni Sosial

Harmoni sosial adalah kondisi dimana individu hidup sejalan dan serasi dengan tujuan masyarakatnya dan masing-masing anggota masyarakatnya dapat menjalani hidup secara baik sesuai kodrat dan posisi sosialnya. Cara mewujudkan harmoni sosial dalam masyarakat multikultural yaitu dengan cara membudidayakan sikap toleransi, saling memahami, dan menghargai perbedaan yang ada antar kelompok masyarakat. Dalam masyarakat Indonesia, sikap toleransi merupakan sikap yang sulit diterapakn dalam kelompok masyarakat.

Kelompok masyarakat tersebut tentu ingin menunjukkan kekeuasaan dan

(26)

kemampuan mereka dalam bentuk konflik. Mereka enggan untuk menyelesaikan permasalahan dengan musyawarah atau demokrasi, buktinya masih banyak konflik antar suku diberbagai wilayah pedalaman Indonesia seperti di Papua. Cara menumbuhkan sikap toleransi yaitu dengan menyadari bahwa kita adalah satu kesatuan, menyadari bahwa perbedaan tidak menjadi masalah untuk bersatu dan bekerjas ama, dan menyadari bahwa kita berpedoman pada pancasila.

Menghilangkan perilaku promordialisme, yaitu paham yang memegang teguh hal-hal yang dibawa sejak lahir, baik mengenai tradisi, kepercayaan, maupun segala sesuatu yang ada didalam lingkungan pertamanya. Prilaku primodialisme yang tumbuh di kelompok masyarakat akan menghalangi proses integrasi.

Menghilangkan sikap etnosentrisme, yaitu sikap atau pandangan yang berpangkal pada masyarakat dan kebudayaan sendiri, biasanya disertai dengan sikap dan pandangan yang meremehkan masyarakat dan kebudayaan lain. Dengan sikap etnosentrisme akan menyebabkan dampak buruk, yaitu terjadinya konflik antar kelompok masyarakat yang disebabkan oleh kebudayaa.

Menghilangkan pandangan politik aliran atau sekterian, yaitu keadaan dimana sebuah kelompok atau organisasi tertentu dikelilingi oleh sejumlah organisasi massa(ormas), baik formal maupun tidak formal. Politik alran dapat menyebabkan konsilidasi, yang berdampak anggota masyarakat hanya solid dengan kelompok masyarakatnya. Hal ini sangat menghambat proses integrasi.

Menghilangkan sikap fanatic dan ekstrem. Fanatic adalah sikap berlebihan yang ditunjukkan individu atau kelompok terhadap apa yang mereka idolakan.

Ekstrem merupakan kelanjutan dari fanatic. Seorang ektrem akan berpandangan

(27)

bahwa hanya pendapatnya atau kelompoknya sendirilah yang benar dan menolak pendapat dari kelompok lain.

Dengan adanya sikap toleransi, memahami, dan menghargai perbedaan yang ada tidak aka nada konflik di masyarakat. Antar kelompok masyarakat yang saling berdampingan akan hidup dengan serasi, makmur, damai, dan sejahtera.

Cara selanjutnya untuk mewujudkan harmoni sosial dalam masyarakat multikultural yaitu mmenyadari bahwa antar kelompok masyarakat saling membutuhkan dalam memenuhi kebutuhan. Kesadaran bahwa setiap anggota kelompok masyarakat mempunyai hak asasi manusia juga diperlukan untuk mewujudkan harmoni sosial dalam masyarakat multikultural. Dengan adanya kesadaran tersebut kelompok yang masyarakat akan menghargai setiap anggota kelompok yang lain dan tidak akan memaksakan kehendak yang ia inginkan.

Kelompok masyarakat juga harus mengetahui perbedaan apa saja yang ada. Tanpa mengetahui perbedaan yang ada, mereka tidak dapat mengontrol tindakan yang mungkin akan menimbulkan konflik dengan kelompok masyarakat lainnya. Kelompok masyarakat sebaiknya mengemukakan perbedaan, agar kelompok yang lain tahu dan saling memahami. Mengotrol emosi di diri anggota kelompok masyarakat juga penting, karena emosi yang tidak terkontrol akan menimbulkan perbuatan yang tidak rasional. Perbuatan yang rasional dapat memicu reaksi yang tidak menyenangkan dari kelompok masyarakat yang lain.

2.4. Nilai dan Norma Sosial

Satu bagian penting dari kebudayaan atau suatu masyarakat adalah nilai sosial. Suatu tindakan dianggap sah, dalam arti secara moral diterima, kalau tindakan tersebut harmonis dengan nilai-nilai yang disepakati dan dijunjung tinggi

(28)

oleh masyarakat di mana tindakan tersebut dilakukan. Dalam sebuah masyarakat yang menjunjung tinggi kesalehan beribadah maka apabila ada orang yang malas beribadah tentu akan menjadi bahan pergunjingan atau makian. Sebaliknya kepada orang-orang yang rajin beribadah akan dinilai sebagai orang yang pantas dan harus dihormati dan diteladani. Nilai yang dianut oleh seorang individu dan berbeda dengan nilai yang dianut oleh sebagian besar anggota masyarakat dapat disebut sebagai nilai individual. Sedangkan nilai-nilai yang dianut oleh sebagian besar anggota masyarakat disebut nilai social. Suatu kelompok masyarakat yang hidup bersama tidak cukup hanya dipandang dari satu kesatuan wilayah geografis saja, akan tetapi bentuk kesatuan kelompok masyarakat tersebut selalu ada sistem kebudayaan yang menjadi alat untuk menyatukan kelompok tersebut. Beberapa faktor pemersatu diantaranya adalah kekuasaan, identitas bersama, solidaritas bersama dan yang lebih penting lagi adalah adanya sistem nilai didalam kesatuan kelompok tersebut. Nilai inilah yang dijadikan sebagai dasar untuk menyatukan kelompok tersebut. Secara makro, bangsa Indonesia, misalnya memiliki nilai-nilai nasional yang digunakan untuk mempersatukan bangsa yang majemuk ini. Nilai tersebut diantaranya pancasila dan semboyan Bhineka Tunggal Ika. Dalam konsep mikro, nilai dapat dijabarkan dalam bentuk kehidupan yang bahagia, ketentraman, damai, sejahtera, makmur, dan sebagainya. Didalam konsep yang lebih makro, nilai dapat dijabarkan dalam konsep “keadilan, kebebasan, demokrasi, pemerataan, kemanusiaan”, sebagaiamana dalam penjabaran nilai-nilai bangsa Indonesia, yaitu menuju masyarakat yang adil,makmur, sejahtera, aman, dan damai dalam naungan pancasila dan UUD 1945. (Elly M. Setiadi.Kolip Usman.2011).

(29)

a. Nilai Sosial(social value)

Konsep-konsep umum tentang sesuatu yang dianggap baik, patut, layak, pantas yang keberadaannya dicita-citakan, diinginkan, dihayati, dan dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari dan menjadi tujuan kehidupan bersama di dalam masyarakat, mulai dari unit keastuan sosial terkecil hingga suku, bangsa, dan masyarakat internasional. Penjabaran nilai dalam konsep mikro adalah bentuk kehidupan yang bahagia, tentram, damai, sejahtera, makmur dan sebagainya. Penjabaran Nilasi dalam konsep makro berupa konsep “keadilan, kebebasan, demokrasi, pemerataan, kemanusiaan”, masyarakat yang adil, makmur, sejahtera, aman, dan damai dan sebagainya.

b. Norma Sosial (Social Norms)

Perwujudan dari nilai yang di dalamnya terdapat kaidah, aturan, patokan, atau kaidah pada suatu tindakan (aksi) yang dilengkapi dengan sanksi bagi pelanggarnya, misalnya digosipkan, ditegor, dimarahi, diancam hingga hukuman yang diberikan oleh negara melalui aparat hukum. (norma adalah alat untuk mempertahankan nilai). Norma adalah penjabaran nilai-nilai secara rinci terperinci ke dalam bentuk tata aturan atau tata kelakuan yang secara makro adalah konstitusi, Undang-undang, Peraturan Pemerintah, konvensi dan aturan tidakk tertulis lainnya. Contoh; nilai-nilai keluarga dalam Islam adalah keluarga yang harmonis, bahagia, tentram baik di dunia maupun di akhirat. Qur’an dan Hadits (norma) adalah pedoman untuk mencapai nilai- nilai tersebut. Macam-macam norma yang berlaku di masyarakat

(30)

1. Norma agama =ketentuan-ketentuan yang bersumber dari ajaran-ajaran agama yang dianggap sebagai wahyu dari Tuhan yang keberadaannya tidak boleh ditawar-tawar lagi.

2. Norma kesopanan=ketentuan-ketentuan hidup yang sumbernya adalah pola-pola perikelakuan sebagai hasil interaksi sosial di dalam kehidupan kelompok.

3. Norma kesusilaan ketentuan-ketentuan kehidupan yang berasal dari hati nurani, yang produk dari norma susila ini adalah moral.

4. Norma hukum=ketentuan-ketentuan hidup yang berlaku dalam kehidupan sosial yang sumbernya adalah Undang-undang yang dibuat oleh lembaga formal kenegaraan.

Untuk membedakan kekuatan mengikat norma-norma, secara sosiologis dikenal empat pengertian, yaitu:

1. Cara (usage)

Lebih menonjol di dalam hubungan antar individu dalam masyarakat.

Suatu penyimpangan terhadapnya tidak akan mengakibatkan hukuman yang berat, akan tetapi hanya sekedar celaan dari individu yang dihubunginya.

2. Kebiasaan (folkways)

Mempunyai kekuatan mengikat yang lebih besar daripada cara. Kebiasaan yang diartikan sebagai perbuatan yang diulang-ulang dalam bentuk yang sama merupakan bukti bahwa orang banyak menyukai perbuatan tersebut.

Dan bahwa apabila kebiasaan tersebut tidak semata-mata dianggap sebagai

(31)

cara perilaku saja. Akan tetapi diterima sebagai norma-norma, pengatur maka kebiasaan tadi disebutkan sebagai mores atau tata kelakuan.

3. Tata Kelakuan ( Mores)

Tata kelakuan mencerminkan sifat-sifat yang hidup dari kelompok manusia yang dilaksanakan sebagai alat pengawas, secara sadar maupun tidak sadar oleh masyarakat terhadap anggota-angotanya. Tata kelakuan di satu pihak memaksakan suatu perbuatan dan pihak melarangnya sehingga secaralangsung merupakan alat agar anggota masyarakat menyesuaikan perbuatan-perbuatannya dengan tata kelakuan tersebut.

4. Adat Istiadat ( custom )

Tata kelakuan yang kekal serta kuat integrasinya dengan pola-pola perilaku masyarakat dapat meningkatkan kekuatan mengikatnya menjadi custom atau adat istiadat. Anggota masyarakat yang melanggar adat istiadat akan menderita sanksi yang keras yang kadang-kadang secara tidak langsung diperlakukan. Menurut Soerjono Soekanto ( dalam Arfy, 2015 ) Biasanya individu yang melakukan pelanggaran tersebut dikeluarkan dari masyarakat. Juga keturunannya sampai dia dapat mengembalikan keadaan yang semula.

1.5. Interaksionis Simbolis

Interaksionis simbolik adalah suatu hubungan yang terjadi secara alami antara manusia dalam masyarakat dan hubungan masyarakat dengan individu.

Interaksi yang terjadi antar individu berkembang melalui simbol-simbol yang mereka ciptakan.realitas sosial merupakan rangkaian peristiwa yang terjadi pada beberapa individu dalam masyarakat. Interaksi yang dilakukan antar individu itu

(32)

berlangsung secara sadar. Interaksi simbolik juga berkaitan dengan gerak tubuh, antara lain suara atau vocal, gerakan fisik, ekspresi tubuh, yang semuanya itu mempunyai maksud yang disebut dengan simbol. Menurut Mead orang tidak hanya menyadari orang lain tetapi juga mampu menyadari dirinya sendiri. Dengan demikian orang tidak hanya berinteraksi dengan orang lain, tetapi secara simbolis dia juga berinteraksi dengan dirinya sendiri.

Menurut Blumer ( dalam Afry,2015:34) interaksi simbolis bertumpu pada tiga premis yaiyu;

1. Manusia bertindak terhadap sesuatu berdasarkan makna-makna yang ada pada sesuatu itu bagi mereka.

2. Makna tersebut berasal dan interaksi sosial seseorang dengan orang lain.

3. Makna-makna tersebut disempurnakan di saat proses interaksi sosial berlangsung.

Tidak ada yang inheren dalam suatu obyek sehingga ia menyediakan makna bagi manusia. Demikian juga dengan semua obyek lain yang kita temukan tidak secara langsung, tetapi dengan makna-makna yang terkait dengannya.

Makna-makna tersebut berasal dari interaksi dengan orang lain, terutama dengan orang yang dianggap cukup berarti. Sebagai mana dinyatakan Blumer (dalam Afry,2015:35) bagi seorang makna dari sesuatu berasal dari cara-cara orang lain bertindak terhadapnya dalam kegiatannya dengan sesuatu itu. Tindakan-tindakan yang mereka lakukan akan melahirkan batasan sesuatu bagi orang lain.

Aktor memilih, memeriksa, berfikir, mengelompokkan, dan menstransformir makna dalam hubungannya dengan situasi dimana dia ditempatkan dan arah tindakannya. Sebenarnya, interpretasinya seharusnya tidak

(33)

dianggap hanya sebagai penerapan makna-makna yang telah ditetapkan, tetapi sebagai suatu proses pembentukan dimana makna yang dipakai dan disempurnakan sebagai instrument bagi pengarahan dan pembentukan tindakan.

Menyanggah individu bukan dikelilingi oleh lingkungan objek-objek potensial yang mempermainkannya dan membentuk prilakunya. Gambaran yang benar ialah dia membentuk objek-objek itu misalnya, berpakaian atau mempersiapkan diri untuk karir professional-individu sebenarnya sedang merancang objek-objek yang berada, memberikannya arti, menilai kesesuaiannya dengan tindakan, dan mengambil keputusan berdasarkan penilaian tersebut. Inilah yang dimaksud dengan penafsiran atau bertindak berdasarkan simbol-simbol.

Blumer( dalam Afry,2015:26)

Dengan demikian manusia merupakan aktor yang sadar dan refleksif, yang menyatukan objek-objek yang diketahuinya melalui apa yang disebut Blumer (dalam Afry,2015:36) sebagai proses self-indication. Self-indication adalah proses komunikasi yang sedang berjalan dimana individu mengetahui sesuatu, menilainya, memberikan makna, dan memutuskan untuk bertindak berdasarkan makna itu. Proses self-indication ini terjadi dalam konteks social dimana individu mencoba mengantisipasi tindakan-tindakan orang lain dan menyesuaikan tindakannya sebagaimana dia menafsirkan tindakan itu. Pertimbangan yang diberikan wanita muda terhadap undangan dari teman sekerja itu dihubungkan dengan konteks dimana hal itu disampaikan dan pengalaman-pengalaman sebelumnya, yang membuat dia bisa menilai masalah dan memberinya makna, kemudianmemberi tanggapan berdasarkan makna itu.

(34)

Tindakan manusia penuh dengan penafsiran dan pengertian. Tindakan- tindakan mana saling diselaraskan dan menjadi apa yang disebut kaum fungsionalis sebagai struktur-sosial. Blumer lebih senang menyebutkan fenimena ini sebagai tindakan bersama, atau pengorganisasian secara social tindakan- tindakan yang berbeda dari partisipan yang berbeda pula. Setiap tindakan berjalan dalam bentuk prosesual, dan masing-masing saling berkaitan dengan tindakan- tindakan prosesual dari orang lain.

(35)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif diartikan sebagai pendekatan yang menghasilkan data, tulisan dan tingkah laku yang diperoleh dari apa yang diamati. Artinya data yang dikumpulkan bukan berupa angka-angka melainkan data tersebut berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, dokumentasi pribadi, catatan memo dan dokumen resmi lainnya.

Sehingga yang menjadi tujuan dalam penelitian kualitatif ini adalah ingin menggambarkan realita empirik dibalik fenomena secara mendalam, rinci dan tuntas. Peneliti dalam penelitian kualitatif mencoba mengerti makna suatu kejadian atau peristiwa dengan mencoba berinteraksi dengan orang-orang dalam situasi/fenomena tersebut.

Menurut Moleong ( dalam Aini, 2016:29), metode penelitian kualitatif merupakan prosedur penelitian yang merupakan data deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang dan prilaku yang diamati. Dengan metode studi kasus yang dilakukan dengan pendekatan kualitatif ini diharapkan dapat memberikan gambaran yang jelas tentang, “Harmoni Interaksi Masyarakat Multikultural)”. Sehingga diupayakan dapat menjelaskan pokok-pokok permasalahan yang akan diteliti didalam penelitian ini berdasarkan data dan informasi yang diperoleh selama melakukan penelitian.

(36)

3.2. Lokasi Penelitian

Adapun yang menjadi lokasi penelitian yaitu di Desa Ujung Serdang Kecamatan Tanjung Morawa kabupaten Deli Serdang. Alasan peneliti memilih lokasi ini adalah pertama, lokasi merupakan ciri dari Masyarakat Multikultural di Kota Tanjung Morawa. Kedua, peneliti ingin melihat dan mengetahui faktor apa yang menyebabkan terjadinya harmoni interaksi masyarakat multikultural yang ada di Desa Ujung Serdang.

3.3. Unit Analisis dan Informan 3.3.1. Unit Analisis

Unit analisis adalah hal-hal tertentu yang diperhitungkan sebagai subjek penelitian. Adapun yang menjadi unit analisis dan objek dalam penelitian ini adalah masyarakat yang tinggal di Desa Ujung Serdang.

3.3.2. Informan

Informan adalah orang yang diwawancarai dan dapat memberikan informasi bagi peneliti. Informan merupakan orang yang diperkirakan menguasai dan memahami data informasi ataupun fakta dari suatu objek penelitian ( Bungin, 2008:108). Berdasarkan dengan tujuan penelitian kualitatif, maka pemilihan informan penelitian menggunakan teknik purposive sampling untuk menentukan subjek penelitian. Dalam prosedur sampling yang terpenting adalah bagaimana menentukan informan kunci ( key informan) atau situasi sosial tertentu yang syarat informasi sesuai dengan fokus penelitian. Dalam purposive sampling jumlah sampel atau informan bisa sedikit, dan bisa juga banyak terutama tergantung dari tepat atau tidaknya pemilihan informan dan kompleksitas dan keragaman yang

(37)

diteliti ( Bungin, 2007:53) . Adapun yang menjadi informan sebagai sumber informasi bagi peneliti adalah sebagai berikut:

1. informan yang sudah tinggal di Desa Ujung Serdang lebih dari 4 tahun.

2. Informan yang sudah mencapai umur 17 tahun ke atas

3. Dapat memahami maksud dan tujuan dari pertayaan-pertayaan yang di diberikan peneliti terhadap informan

4. Informan yang dapat memeberikan jawaban secara lisan saat diwawancarai

5. Bersedia untuk di wawancarai 3.4. Teknik Pengumpulan Data

Dalam proses pengumpulan data, peneliti menggunakan beberapa penelitian sebagai cara untuk mendapatkan dan memperoleh informasi yang diperlukan. Peneliti akan menggunakan teknik observasi, wawancara mendalam, serta melalui dokumen-dokumen yang mendukung proses penelitian. Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut:

3.4.1 Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan secara langsung dari objek penelitian melalui observasi dan wawancara. Oleh karena itu untuk mendapatkan data primer dalam penelitian ini akan dilakukan dengan cara penelitian lapangan. Pengumpulan data primer dapat dilakukan dengan cara:

1. Observasi

Observasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan penginderaan ( bungin 2010). Metode observasi atau pengamatan adalah metode

(38)

pengumpulan data yang menggunakan pengamtan terhadap objek penelitian secara langsung. Peneliti akan melihat langkah-langkah yang lebih mendalam tentang harmoni masyarakat multikultural di Desa Ujung Serdang.

2. Wawancara mendalam

Metode wawancara mendalam adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara Tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (quid) wawancara dan pertayaan-pertayaan yang diajukan dapat berkembang sesuai dengan jawaban dan menjawab rumusan masalah penelitian. Pada penelitian kali ini, peneliti akan melakukan wawancara mendalam kepada informan mengenai harmoni masyarakat multikultural di Desa Ujung Serdang.

3.4.2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dari objek penelitian. Data ini diambil dari sumber lain atau instansi lain yang berkaitan dengan penelitian. Pengumpulan data sekunder dalam penelitian ini dilakukan dengan studi kepustakaan atau pencatatan dokumen, yaitu pengumpulan data yang berasal dari buku-buku yang sesuai dengan objek kajian penelitian serta materi- materi yang berkaitan dengan permasalahan penelitian.

Dalam melaksanakan studi pustaka, peneliti melakukan penelusuran sumber-sumber tulisan dari buku, majalah, dokumentasi, jurnal, peraturan- peraturan, sumber elektronik, sumber online, dan sebagainya. Metode ini peneliti

(39)

gunakan untuk memperoleh dan mengenai teori-teori dan kajian yang berkaitan dengan permasalahan penelitian.

3.5. Interpretasi Data

Interpretasi data merupakan suatu tahap pengolahan data, baik itu data primer dan data sekunder yang telah didapatkan dari catatan lapangan. Interpretasi data tentang harmoni masyarakat multikultural di Desa Ujung Serdang yang dilakukan secara terus menerus sejak awal dan proses penelitian berlangsung hingga akhir penelitian. Adapun hal-hal yang dilakukan dalam interpretasi data ini yakni :

1. Pemrosesan Satuan

Peneliti menyusun satuan informasi dan data dengan membaca hasil analisis kerja lapangan dan menafsirkan data tersebut dengan rinci, teleti, dan memaknai data yang diperoleh agar dapat menggambarkan proses dan fakta yang sebenarnya tentang harmoni interaksi masyarakat multikultural Desa Ujung Serdang.

2. Kategorisasi

Dalam hal ini, peneliti meyusun kategori yang disusun atas dasar pikiran, instuisi, pendapat atau kriteria tertentu tentang harmoni interaksi masyarakat multikultural Desa Ujung Serdang.

3. Penafsiran Data

Dalam penafsiran data, peneliti melakukannya berdasarkan kenyataan di lapangan dan menyusunnya dalam hasil penelitian yang mengacu pada konsep dan teori yang relevan tentang harmoni interaksi masyarakat multikultural di Desa Ujung Serdang.

(40)

3.6. Alat Bantu Penelitian

Alat bantu yang digunakan penelitian ini adalah:

3.6.1. Alat perekam suara

Alat perekam suara digunakan agar diperoleh data yang utuh, meminimalkan bias yang terjadi karena keterbatasan subjektif peneliti dan lemahnya ingatan peneliti. Alat perekam suara ini digunakan setelah mendapatkan izin dari informan penelitian.

3.6.2. Catatan lapangan dan alat tulis

Catatan lapangan adalah catatan tertulis mengenai apa yang didengar, dilihat, dialami dan dipikirkan dalam rangka pengumpulan data dan refleksi terhadap data dalam penelitian kualitatif. Catatan lapangan dibuat peneliti dalam bentuk kata-kata kunci sewaktu mengadakan observasi dan wawancara. Alat tulis seperti bolpen dan pensil digunakan untuk menulis pada lembar catatan lapangan.

3.7. Keterbatasan Penelitian

Melihat banyaknya masalah yang muncul, agar masalah tersebut terarah maka perlu diadakan pembatasan masalah. Pembatasan masalah dilakukan dengan mempertimbangkan keterbatasan dalam penelitian ini adalah uraian tentang keterbatasan dan hambatan yang ditemui dalam penelitian sendiri. Keterbatasan ini disebabkan oleh kemampuan dan pengalaman yang dimiliki oleh peneliti untuk melalukan kegiatan penelitian ilmiah. Walaupun terdapat berbagai keterbatsan penelitian, peneliti tetap berusaha semaksimal mungkin dalam mengumpulkan informasi dari informan, melalui bimbingan skripsi sehingga data yang diterima bisa seobjektif mungkin.

(41)

BAB IV

DESKRIPSI DAN INTERPRETASI DATA PENELITIAN 4.1. Deskripsi Wilayah Penelitian

4.1.1 Deskripsi Sejarah Desa Ujung Serdang

Menurut legenda sebagaimana yang diceritakan dari para leluhur dan sesepuh desa terdahulu bahwa Desa Ujung Serdang adalah satu daerah yang sangat terpinggirkan dan kurang mendapat perhatian yang serius dan daerah ini adalah masuk dalam Kesultanan Serdang yang pada saat ini pusat pemerintahannya di perbaungan. Secara kebetulan menurut cerita bahwa daerah ini adalah batas antara kesultanan serdang dan daerah ini yang paling ujung wilayah kekuasaan dari sultan serdang. Dan kesultanan deli yang pusat pemerintahannya berada di delitua, daerah ini lama kelamaannya sesuai dengan ahli riset para ahli ketika itu ( penduduk Belanda) mempunyai lahan yang sangat bagus sebagai tempat pertanian. Sehingga daerah ini mulai diminati oleh beberapa pendatang untuk mencoba bercocok tanam dan ternyata hasil pertanian tersebut sangat bagus dan menjanjikan. Disisi lain pihak Belanda berusaha menguasai areal daratan untuk dikembangkan sebagai tanaman tembakau yang dikenal dengan tembakai deli yang konon tembakau ini sangat terkenal mutunya di Eropa.

Sehingga pada saat Indonesia merdeka areal ini kembali dikembangkan dan dikuasai oleh pemerintah/Negara yang dikenal dengan PNP.IX/PTP.IX dan kembali digabung/merger menjadi PTP.II Tanjong Morawa dan dilanjutkan pada tanaman tersebut sehingga terakhir saat tahun 1978 areal ini diganti tanaman menjadi perkebunan kelapa sawit.

(42)

Kemudian disisi lain Desa Ujung Serdang asal mulanya adalah kampong kecil yang hampir hilang dari peta wilayah kabupaten Deli Serdang, namun dengan adanya situasi perkembangan dan kemajuan zaman wilayah ini dikembangkan dan menjadi kampung yang konon nama desa ini belum ditemukan lambat laun kampong ini diberi nama menjadi Desa Ujung Serdang hingga sampai saat ini desa ini tetap menjadi desa definitive yang terus mengejar cita-cita memperbaiki dan mengubah seluruh pembangunan dari seluruh aspek dan sektor dan terus menggali potensi dan dengan melibatkan sumber daya manusianya menjadi desa yang mandiri.

4.1.2 Geografi

Desa Ujung Serdang merupakan salah satu desa yang ada di kecamatan Tanjung Morawa, kabupaten Deli Serdang, provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Secara geografis Desa Ujung Serdang terletak di sebelah selatan Ibu Kota Kecamatn Tanjung Morawa merupakan bagian integral dari wilayah Kabupaten Deli Serdang dengan jarak dari Ibu Kota Kecamatan 6 km dan dari Ibu Kota Kabupaten 17 km, sedangkan Ibu Kota Propinsi sekitar 11 km, dengan batas- batas wilayah Utara adalah Desa Bangun Sari, Timur adalah Desa Bangun Sari dan Desa Limau Manis, Selatan adalah Desa Medan Sinembah dan Barat adalah Kota Medan dan Kecamatan Patumbak.

Berdasarkan data monografi, luas keseluruhan Desa Ujung Serdang adalah seluas 301 Ha, yang terdiri dari :

(43)

Tabel 1: Luas dan aspek penggunaan lahan yang terdiri dari

No Uraian Luas (Ha)

1 Luas pemukiman/Ladang 171,8

2 Luas persawahan 127

3 Luas perkebunan -

4 Luas kuburan 1,1

5 Luas perkantoran 0,1

6 Luas prasarana umum lainnya 0,5

Total Luas 301

(sumber : Desa Ujung Serdang, Mei 2016) 4.1.3 Demografi

a. Penduduk

Penduduk Desa Ujung Serdang terdiri dari penduduk yang heterogen.

Selain dihuni oelh masyarakat asli atau tuan rumah yakni etnis karo. Juga terdapat migran yang berasal dari berbagai daerah di pulau Jawa dan Sumatera. Penduduk atau masyarakat pendatang dari pulau Jawa, Nias, dan yang paling banyak datang dari daerah Batak Toba.

Berdasarkan data monografi Desa Ujung Serdang pada tahun 2016, jumlah penduduk di Desa Ujung Serdang sebanyak 3.960 jiwa dengan penduduk berjenis kelamin laki-laki 2.021 jiwa dan penduduk berjenis kelamin perempuan sebanyak 1.939 jiwa.

Berdasarkan data monografi Desa Ujung Serdang jumlah penduduk yang berusia 18 s/d 56 tahun sebanyak 557, penduduk yang bekerja sebanyak 304 dan penduduk yang tidak bekerja sebanyak 53 orang. Banyaknya tenaga kerja yang bekerja menurut lapangan pekerjaan di Desa Ujung Serdang sebagai berikut:

Tabel 2 : Tenaga Kerja Berdasarkan Lapangan Pekerjaan

No Jenis Pekerjaan Jumlah

1 Petani pemilik 288

2 Petani penggarap 165

(44)

4 Karyawan perusahaan swasta 189

5 Pedagang 74

6 Jasa pengobatan alternative 3

7 Peternak itik/ perikanan 24

8 Pembantu rumah tangga 21

9 Buruh bangunan 260

10 Tukang kayu/tukang batu bangunan 24 11 Penjahit/kerajinan border/merajut 6

12 Pegawai negri sipil (PNS) 26

13 Tni/polri 2

14 Bidan/perawat 6

15 Buruh migran/tki 0

16 Dukun terlatih 0

17 Perangkat desa 11

18 Montir 3

Jumlah 1.486

(sumber : Desa Ujung Serdang, Mei 2016) b. Pendidikan

Kesadaran akan pentingnya peran pendidikan di Desa Ujung Serdang dapat dilihat pada komposisi jumlah penduduk yang berpartisipasi dalam dunia pendidikan berdasarkan tingkat pendidikannya yaitu sebagai berikut:

Tabel 3 : Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenjang Pendidikan No Jenjang Pendidikan Jumlah

1 Taman kanak-kanak 224

2 Sekolah dasar 510

3 SMP 542

4 SMA/ SMU 331

5 Akademi /D1-D3 19

6 Sarjana 32

(45)

8 Lulusan pendidikan khusus -

9 Pondok pesantren -

10 Pendidikan keagamaan 3

11 Sekolah luar biasa -

12 Kursus keterampilan -

13 Tidak lulus/tidak/belum sekolah - Jumlah 1.661 (sumber : Desa Ujung Serdang, Mei 2016)

c. Mata Pencaharian

Berdasarkan data monografi Desa Ujung Serdang, maka komposisi penduduk menurut mata pencaharian adalah sebagai berikut:

Tabel 4: Komposisi Penduduk Berdasarkan Matapencaharian No Mata pencaharian Jumlah

1 Petani 837

2 Karyawan perusahaan swasta 189

3 Pedagang 74

4 Buruh bangunan 260

5 Pegawai negri sipil (PNS) 26

6 Bidan/perawat 6

7 Lainnya 92

(sumber : Desa Ujung Serdang, Mei 2016)

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa penduduk Desa Ujung Serdang memiliki mata pencaharian yang bermacam-macam dan lebih didominasi oleh matapencaharian sebagai petani. Setiap lapangan pekerjaan atau mata pencaharain yang dilakukan masyarakat Desa Ujung Serdang terdapat perbedaan- perbedaan baik agam, suku, ras, atau perbedaan yang lainnya namun perbedaan tersebut tidak menjadikan masyarakat tidak menciptakan keadaan atau kondisi yang kondusif atau harmoni, mereka saling menghargai satu sama lain mereka sangat saling memeberikan toleransi atau respon yang sangat baik kepada sesama, walaupun masyarakat Desa Ujung Serdang memiliki pekerjaan yang berbeda-

(46)

beda dan memiliki kepentingan pribadi yang sangat berbeda mereka memandang perbedaan itu adalah anugrah dari Tuhan yang tidak perlu untuk di permasalahkan.

d. Pemeluk Agama

Dilihat dari segi agama penduduk Desa Ujung Serdang terdiri dari pemeluk agama sebagai berikut:

Tabel 5: Komposisi penduduk berdasarkan agama No. Agama Jumlah

1 Islam 1918

2 Protestan 1630

3 Katolik 143

4 Budha 28

5 Hindu 27

Sumber : BPS tahun 2015.

Dari tabel 1.5 di atas, agama yang mayoritas atau jumlah terbesar yang dianut oleh warga Desa Ujung Serdang adalah agama Islam yang berjumlah 1918 Jiwa, Protestan 1630 jiwa, Katolik 143, Budha 28 jiwa dan Hindu 27 jiwa. Hasil dari tabel diatas merupakan hasil menurut Badan Pusat Statistik ( BPS ) pada tahun 2015 dan menurut hasil praobservasi bahwa peningkatan jumlah penduduk yang sudah menganut agama sesuai denan kepercayaan dan keyakinan masing- masing warga sangat berkembang pesat.

Dilihat dari tabel diatas dapat dikatakan bahwa penduduk Desa Ujung Serdang dari segi agama cenderung heterogen dengan mayoritas penduduk memeluk agama islam kemudian diikuti oleh agama protestan, katolik, budha dan

(47)

hindu. Sarana peribadatan yang terdapat di Desa Ujung Serdang yaitu sebagai berikut.

Tabel 6: Sarana Peribadatan

No Sarana peribadatan Jumlah 1 Masjid 1 2 Musholla 2 3 Gereja protestan 6 4 Gereja katolik 1 (sumber :Desa Ujung Serdang, Mei 2016) e. Pemeluk Etnis/ Suku

Tabel 7: Komposisi Penduduk Berdasarkan Etnis No Suku /Etnis Jumlah

1 Jawa 839

2 Melayu 168

3 Toba 1342

4 Karo 1712

5 Simalungun 24

Sumber : BPS Kecamatan Dalam Angka 2016

Dari tabel 1.7 di atas, suku atau etnis yang mayoritas atau jumlah terbesar di Desa Ujung Serdang adalah suku karo yang berjumlah 1712 jiwa, dan disusul oleh suku toba yang berjumlah 1342, dan etnis Jawa yang berjumlah 839, Melayu berjumlah 168 jiwa dan simalungun berjumlah 24 jiwa.

4.1.4 Sarana dan Prasarana Desa Ujung Serdang

Secara umum sarana dan prasarana adalah alat untuk mendukung keberhasilan suatu proses yang dilakukan dalam pelayanana publik dan proses perkembangannya suatu daerah karena apabila sarana dan prasarana tidak

(48)

dipenuhi akan menghambat laju perkembangan suatu daerah baik secara umum maupun secara khusus. Untuk mendukung aktivitas masyarakat di Desa Ujung Serdang terdapat beberapa sarana dan prasarana yang mendukung beberapa kegiatan kehidupan masyarakat. Dengan adanya sarana dan prasarana tersebut kehidupan masyarakat di Desa Ujung Serdang akan terbantu dan berjalan dengan baik. Adapun sarana penunjang kegiatan pemerintahan di Desa Ujung Serdang adalah:

a. Sarana Kegiatan Pemerintahan

Sarana kegiatan dalam menunjang pemerintahan di Desa Ujung Serdang dapat dikatakan sudah memadai dan sudah layak. Hal ini terlihat jelas dengan adanya fasilitas yang lengkap yang terdapat di Desa Ujung Serdang, yaitu Kantor kepala Desa Ujung Serdang yang sebagai tempat untuk melayani masyarakat misalnya untuk mengurus keperluan yang dibutuhkan masyarakat setempat dan mengenai data-data kependudukan. Kantor Kepala Desa ini juga dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang dapat mendukung kegiatan para pemerintahan Desa Ujung Serdang, seperti mesin ketik, komputer, printer, proyektor, Ac, meja dan kursi yang layak pakai, dan sarana yang lainnya.

b. Sarana Pendidikan

Sarana pendidikan di Desa Ujung Serdang dapat dikatakan sudah cukup bagus, karena sarana pendidikan sudah dapat dinikmati oleh semua masyarakat desa ini. Desa Ujung Serdang terdapat sarana pendidikan PAUD/TK terdapat 4 unit, Sekolah Dasar (SD) terdapat 1 unit. Tetapi untuk melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas masyarakat harus keluar dari desa ini dikarenakan di desa ini belum ada sarana dan prasarana

(49)

pendidikan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas. Dan untuk Perguruan Tinggi, akademi lainnya umumnya masyarakat Desa Ujung Serdang harus ke kota Medan agar bisa menjadi sarjana. Dengan demikian sarana pendidikan sngatlah penting bagi masyarakat Desa Ujung Serdang untuk kualitas kehidupan mereka selanjutnya dan menjadi generasi penerus bangsa ini, baik itu Etnis Jawa, Etnis Karo, Etnis Batak dan Etnis lainnya karena setiap mereka sebagai orang tua terlebih orangtua yang ada di Desa Ujung Serdang ingin anaknya lebih baik dibandingkan dengan dirinya agar nantinya bisa lebih berhasil dari orangtuanya. Maka dari itu setiap orang tua yang ada di Desa Ujung Serdang ini sangatlah bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

c. Prasarana kesehatan

Sarana kesehatan merupakan sarana terpenting dalam melanjutkan maupun bertahan hidup. Di Desa Ujung Serdang terdapat aktivitas yang menunjang untuk kesehatan masyarakat setempat dan tenaga medis. Setiap 1 bulan sekali pemerintah setempat mengadakan posyandu terhadap anak-anak, untuk sarana kesehatan ini pemerintah setempat menyediakan posyandu atau polindes sebanyak 5 unit dan disertai dengan kader posyandu sebanyak 25 orang, dan terdapat juga puskesdes yang ditetapkan pemerintah dan 1 bidan desa ( tenaga medis).

d. Sarana Ibadah

Kerukunan umat beragama di Desa Ujung Serdang sangat terlihat dijunjung tinggi. Dengan banyaknya perbedaan agama di Desa Ujung Serdang ini akan tetapi keadaan Desa Ujung Serdang ini sangat baik dan harmoni, walaupun terdapat banyak perbedaan-perbedaan yang ada pada masyarakat di desa ini

Gambar

Table 1.1 Jumlah Banyaknya Penduduk Masyarakat Kota Tanjung  Morawa Menurut Suku Bangsa di Kecamatan Tanjung Morawa tahun
Tabel 1.3  Menurut Badan Pusat Statistik ( BPS ) Kabupaten Deli Serdang  Jumlah Penduduk Desa Ujung Serdang Berdasarkan Suku Bangsa
Tabel  1.4  Menurut Badan Pusat  Statistik  ( BPS) Kabupaten Deli Serdang  jumlah penduduk Desa Ujung Serdang berdasarkan agama pada tahun 2015
Tabel 1: Luas dan aspek penggunaan lahan yang terdiri dari
+5

Referensi

Dokumen terkait

TIPOLOGI SOSIAL MASYARAKAT DESA KECAMATAN BERINGIN KABUPATEN DELI

Tingkat ketimpangan pendapatan masyarakat desa pesisir di kabupaten Deli Serdang dan Serdang Bedagai termasuk dalam kategori tinggi, pola konsumsi masyarakat desa pesisir

Persepsi masyarakat yang mengalami kehilangan gigi terhadap pemakaian gigitiruan berdasarkan kelompok usia di Desa Ujung Rambung Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang

Kehidupan masyarakat Batak Toba di Desa Serdang, Kecamatan Beringin Kabupaten Deli serdang merupakan judul skripsi yang dapat diselesaikan dengan berbagai tahapan dalam

Kehidupan masyarakat Batak Toba di Desa Serdang, Kecamatan Beringin Kabupaten Deli serdang merupakan judul skripsi yang dapat diselesaikan dengan berbagai tahapan dalam

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan diatas menjelaskan bahwa masyarakat Desa Dalu X A sebagian sudah ikut serta dalam pengelolaan BUMDes, mereka yang berprofesi

menyusun sebuah skripsi dengan judul “Strategi Sosial Ekonomi Masyarakat Petani di Desa Wonosari, Kecamatan Tg Morawa, Kabupaten Deli Serdang. Bab I menjelaskan ketertarikan

INTERAKSI DESA KOTA TERHADAP TINGKAT INTERAKSI DESA KOTA TERHADAP TINGKAT KESEJAHTERAAN KESEJAHTERAAN MASYARAK MASYARAKAT DI AT DI KABUPATEN DELI SERDANG STUDI KASUS DI KABUPATEN