• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA MELALUI BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDES) DI DESA DALU SEPULUH A KECAMATAN TANJUNG MORAWA KABUPATEN DELI SERDANG SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA MELALUI BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDES) DI DESA DALU SEPULUH A KECAMATAN TANJUNG MORAWA KABUPATEN DELI SERDANG SKRIPSI"

Copied!
111
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA MELALUI BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDES) DI DESA DALU SEPULUH A

KECAMATAN TANJUNG MORAWA KABUPATEN DELI SERDANG

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana (S1) Ilmu Administrasi Publik Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Sumatera Utara

OLEH : SYAFRIDA

140903051

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2018

(2)

ABSTRAK

Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) merupakan salah satu upaya program pemerintah untuk mensejahterakan masyarakat Desa serta membangun dan mengembangkan potensi Desa yang ada. Oleh sebab itu pemerintah Desa membuat kegiatan usaha dan kegiatan tersebut berasal dari pendapatan asli Desa dan bermanfaat bagi masyarakat Desa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pemberdayaan masyarakat Desa di Desa Dalu X A. penelitian ini menggunakan teori pemberdayaan masyarakat yang terdiri dari tiga pendekatan utama tujuan upaya itu harus terarah, dilaksanakan oleh masyarakat yang menjadi sasaran, dan melalui pendekatan kelompok.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif untuk menggambarkan fenomena sebenarnya dari kejadian dilapangan. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi, dan dokumentasi yang terkait dengan penelitian. Teknik analisis data dalam penelitian ini dilakukan secara kualitatif.

Adapun hasil dari penelitian ini dapat diperoleh kesimpulan bahwa pemberdayaan masyarakat Desa melalui BUMDes sudah berjalan secara efektif dilihat dari penjualan beras yang di kelola oleh masyarakat Desa, dan mempermudah masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dengan adanya sistem menyicil dan harga relatif lebih murah dari harga di toko lain.

Kata kunci: Pemberdayaan, Pemberdayaan Masyarakat, Badan Usaha Milik Desa (BUMDES)

(3)

ABSTRACT

Village-Owned Enterprises (BUMDES) is one of the government's program efforts to prosper the village community and build and develop existing village potential. Therefore the village government makes these business activities and activities come from the village's original income and is beneficial for the village community. This study aims to find out how the empowerment of rural communities in the village of Dalu X A. this study uses the theory of community empowerment which consists of three main approaches the purpose of the effort must be directed, carried out by the target community, and through a group approach.

The research method used in this study is a descriptive qualitative method to describe the actual phenomenon of the field events. Data collection techniques using interviews, observation, and documentation related to research. Data analysis techniques in this study were conducted qualitatively.

The results of this study can be concluded that the empowerment of rural communities through BUMDes has been effectively run from the sale of rice managed by the villagers, and make it easier for people to meet their daily needs in the presence of installments and relatively cheaper prices than another store.

Keywords: Empowerment, Community Empowerment, Village-Owned Enterprises (BUMDES)

(4)

KATA PENGANTAR

Puji daan Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penulisan skripsi ini dilakukan untuk memenuhi salah satu syarakt dalam memperoleh gelar sarjana Administrasi Publik pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Penulis menyadari tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak mulai dari masa perkuliahan sampai dengan penyusunan skripsi ini sangatlah sulit dalam melewati dan menyelesaikannya. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini yaitu kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H, M.Hum selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Muryanto Amin, S.Sos, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Dr. Tunggul Sihombing, MA selaku Ketua Departemen Ilmu Administrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Dra. Elita Dewi, M.SP selaku Dosen Pembimbing yang telah menyediakan waktu untuk membimbing dan mengarahkan peneliti dalam pengerjaan skripsi ini.

5. Seluruh Jajaran Dosen atau Staf Pengajar Departemen Ilmu Administrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

(5)

6. Staff Tata Usaha Program Studi Ilmu Administrasi Publik yang telah banyak membantu penulis selama mengikuti perkuliahan sampai akhir penulisan skripsi ini (terkhusus untuk Kak Dian dan Bang Hendri).

7. Seluruh pengurus serta pengelola program Badan Usaha Milih Desa (BUMDES) di Desa Dalu Sepuluh A yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di BUMDes Dalu Sehati Kecamatan Tanjung Morawa. Serta staff pegawai kantor Kepala Desa Bapak Akhirudin Syahputra yang telah membantu penulis dalam memperoleh data yang diperlukan.

8. Kedua orang tua penulis, Alm. Bapak Sudirman yang sampai semester empat awal masih menemani masa-masa perkuliahan ini dan Mamak Nurhasnah yang telah berjuang sendiri untuk membiayai perkuliahan sampai saat ini serta saudara penulis yaitu bg Datuk, bg Faisal, Zahra, kak Nina yang baik hati, dan keponakan yang cilik Dhiarana. Penulis mengucapkan terima kasih untuk kesabaran dan pengorbanan sehingga penulis mampu berada pada tahap ini. Kata-kata tidak akan dapat melukiskan kasih sayang penulis kepada kalian, pengorbanan dan jasa kalian yang tak terhingga kepada penulis.

Semoga skripsi ini menjadi langkah awal kesuksesan penulis agar dapat membahagiakan dan membanggakan kalian.

9. Sahabat penulis dari masa putih abu-abu sama saat ini Anggina, Nova, Jania, dan Humairoh yang telah memberikan semangat dan setia mendengarkan keluh kesah penulis. Sahabat penulis saat masa perkuliahan Lisdiani, Nora, Lailan, Alma, Nindy, Rika, Srik, dan Nia, penulis mengucapkan terima kasih untuk waktu dan kenangan yang tidak akan penulis lupakan, dan tak lupa

(6)

juga ucapan terima kasih penulis untuk Ananda Tri Septian yang telah banyak membantu serta memotivasi penulis agar tetap semangat dalam menjalankan dan mengerjakan skripsi ini.

10. Para sahabat dan rekan-rekan mahasiswa Administrasi Publik Fisip USU yang telah bersama-sama saling mendukung dan menyertai penulis menyelesaikan studi ini.

11. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna baik dari materi maupun penyajiannya. Untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan dalam penyempurnaan skripsi ini. Peneliti berharap, skripsi ini dapat memberikan hal yang bermanfaat dan menambah wawasan bagi kita bersama.

Medan, Agustus 2018 Peneliti,

Syafrida NIM:140903051

(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ...ii

KATA PENGANTAR ...iii

DAFTAR ISI ...vi

DAFTAR TABEL...vii

DAFTAR BAGAN ...ix

DAFTAR GAMBAR ...x

BAB 1 PENDAHULUAN ...1

1.1 Latar Belakang ...1

1.2 Rumusan Masalah ...6

1.3 Tujuan Penelitian ...6

1.4 Manfaat Penelitian ...7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...8

2.1 Kerangka Teori...8

2.1.1 Pemberdayaan ...8

2.1.2 Pemberdayaan Masyarakat ...9

2.1.3 Desa ...14

2.1.4 Badan Usaha Milik Desa (BUMDES)...18

2.1.4.1 Tujuan dan Fungsi BUMDES ...19

2.1.4.2 Landasan Hukum BUMDES ...21

2.1.4.3 Prinsip Pengelolaan BUMDES ...23

2.2 Definisi Konsep ...24

2.3 Hipotesis Kerja ...24

BAB III METODE PENELITIAN ...25

3.1 Bentuk Penelitian ...26

3.2 Lokasi Penelitian ...28

3.3 Informan Penelitian ...28

(8)

3.4 Teknik Pengumpulan Data ...30

3.5 Teknik Analisis Data ... 33

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...35

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian... 35

4.1.1 Gambaran Umum Desa Dalu Sepuluh A ... 35

4.2 Profil BUMDES Dalu Sehati ... 40

4.2.1 Visi dan Misi BUMDES... 42

4.2.2 Struktur Organisasi BUMDES ... 43

4.2.3 Tugas Pokok dan Fungsi ... 45

4.2.4 Kewajiban dan Hak Pengurus BUMDES ... 47

4.2.5 Kewajiban dan Hak Pengawas BUMDES ... 49

4.3 Deskripsi Data Penelitian ... 55

4.4 Pemberdayaan Masyarakat Desa Melalui Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) ... 56

4.4.1 Upaya Itu Harus Terarah ... 56

4.4.2 Dilaksanakan Oleh Masyarakat Yang Menjadi Sasaran ... 68

4.4.3 Melalui Pendekatan Kelompok ... 75

4.5 Pembahasan ... 77

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 80

5.1 Kesimpulan ... 80

5.2 Saran ... 81

DAFTAR PUSTAKA ... 83

LAMPIRAN ... 86

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Matriks Informan ... 29

Tabel 2. Jumlah Dusun dan Jumlah Penduduk di Desa Dalu Sepuluh A ... 37

Tabel 3. Komposisi Penduduk Desa Menurut Usia ... 38

Tabel 4. Sumber Penghasilan Utama Penduduk ... 39

(10)

DAFTAR BAGAN

Bagan 1. Struktur Organisasi BUMDES Dalu Sehati ...44

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Musyawarah BUMDES dan Masyarakat ...66 Gambar 4.2 Musyawarah BUMDES dan Masyarakat ... 66 Gambar 4.3 Beras BUMDES Dalu Sehati ... 74

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada hakekatnya tujuan pembangunan suatu Negara adalah untuk mensejahterakan rakyat, demikian halnya dengan Negara Indonesia. Dalam merealisasikan tujuan pembangunan, maka segenap potensi alam harus digali, dikembangkan, dan dimanfaatkan sebaik-baiknya. Begitu pula dengan potensi manusia berupa penduduk yang banyak jumlahnya harus ditingkatkan pengetahuan dan keterampilannya sehingga mampu menggali, mengembangkan dan memanfaatkan potensi alam secara maksimal. Peningkatan kesejahteraan dapat dilihat dari semakin banyaknya kebutuhan yang dapat dipenuhi. Berkaitan dengan upaya pemenuhan kebutuhan tersebut, dalam setiap masyarakat tersedia sumber dan potensi yang dapat dimanfaatkan. Oleh sebab itu, pembangunan masyarakat menciptakan hubungan yang serasi antara sumber-sumber yang tersedia dengan kebutuhan masyarakat. Dengan demikian, pelaksanaan pembangunan dapat meningkatkan peran aktif masyarakat.

Sebagai proses di dalam pembangunan, pemberdayaan merujuk pada kemampuan untuk memperkuat atau mengoptimalkan keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk individu-individu yang mengalami masalah kemiskinan. Pembangunan dan pemberdayaan masyarakat adalah hal yang sangat lumrah dibicarakan untuk kemajuan dan perubahan bangsa saat ini kedepan, apalagi jika dilihat dari skill masyarakat Indonesia belum cukup baik sehingga menghambat pertumbuhan ekonomi itu sendiri. Memberdayakan masyarakat

(13)

berupaya untuk meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat yang dalam kondisi sekarang ini belum mampu untuk melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan dengan kata lain pemberdayaan masyarakat memampukan dan memandirikan masyarakat, hingga muncul perubahan yang lebih efektif dan efesien. Keterbelakangan sosial terjadi pada masyarakat desa dikarenakan sulitnya masyarakat desa menerima budaya modernisasi, sulit menerima teknologi baru, tidak mempunyai motivasi yang kuat, dan merasa cukup puas dengan pemenuhan kebutuhan pokok yang paling dasar.

Letak pedesaan jauh dari keramaian kota, yang dihuni oleh sekelompok masyarakat dimana sebagian besar mata pencahariannya sebagai petani.

Kehidupan masyarakat desa sangat ketergantungan pada alamnya serta struktur perekonomian penduduk bersifat agraris. Salah satu misi pemerintah dalam membangun daerah pedesaan yang dapat dicapai melalui pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan produktivitas dan keanekaragaman usaha pedesaan, membangun dan memperkuat institusi yang mendukung rantai produksi dan pemasaran, serta mengoptimalkan sumber daya dasar pertumbuhan ekonomi pedesaan. Dimasa kini, lembaga ekonomi pedesaan yang merupakan salah satu strategi pemberdayaan masyarakat masih menjadi bagian yang penting dalam masyarakat desa tetapi pengaruhmya bagi masyarakat masih kurang.

Pengembangan berbasis ekonomi di pedesaan sudah sejak lama di jalankan pemerintah melalui berbagai cara dan program agar tercapainya tujuan, namun upaya tersebut belum juga membuahkan hasil yang sesuai perkiraan. Banyak faktor yang menghambat proses program tersebut antara lain salah satunya intervensi pemerintah terlalu besar akibatnya dapat menghambat kreativitas dan

(14)

inovasi masyarakat desa dalam mengelola dan menjalankan mesin ekonomi pedesaan.

Kemakmuran suatu desa harus di dorong dengan adanya peningkatan perekonomian desa, melalui berbagai kegiatan usaha ekonomi pedesaan. Salah satunya didirikan badan usaha milik desa yang di atur dalam Undang-Undang nomor 6 tahun 2014 pasal 87 yang menjelaskan bahwa Desa dapat mendirikan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes). Menurut peraturan desa Dalu Sepuluh A Nomor: 03 Tahun 2017 BUMDes adalah lembaga/ badan perekonomian desa yang dibentuk dan dimiliki oleh pemerintah desa, yang dikelola oleh masyarakat desa secara produktif dan profesional dalam rangka pemberdayaan perekonomian dengan modal seluruhnya atau sebagian besar merupakan kekayaan desa yang dipisahkan dan dibangun atas inisiatif masyarakat serta menganut asas mandiri.

Strategi dalam memudahkan desa untuk mendapatkan sumber pendapatan desa adalah pemerintah membuat kebijakan yang mengatur hal tersebut. Salah satunya adalah undang-undang no. 32 tahun 2004 tentang pemerintah daerah yang menyebutkan bahwa pemerintah desa juga dianjurkan untuk memiliki BUMDes yang berguna untuk mengatur perekonomian desa dan memenuhi kebutuhan serta menggali potensi desa, dan undang-undang ini merupakan suatu upaya dari pemerintah pusat dalam meningkatkan peran desa untuk ikut berkecimpung dan turun tangan langsung dalam meningkatkan perekonomian desa. Agar perekonomian di desa tersebut bisa meningkat, maka BUMDes membuat kegiatan usaha dan kegiatan tersebut berasal dari pendapat asli desa.

Di Indonesia terdapat kurang lebih 74.000 desa, saat ini sudah ada sekitar 22.000 BUMDes yang telah terbentuk, 6000 diantaranya dinilai telah siap menjadi

(15)

penyalur Bantuan Pangan Non Tunai. Hal ini disampaikan Menteri Desa Eko Putro Sandjojo bahwa “BUMDes akan menjadi Penyalur Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) berupa beras dan telur. Kedepan subsidi-subsidi pemerintah juga akan disalurkan lewat BUMDes. Sehingga secara tidak langsung setiap BUMDes nanti akan secara otomatis memiliki unit usaha pokok BUMDes yang sistemnya sama di seluruh Indonesia.” Selain menjadi penyalur, dirinya juga berharap BUMDes bisa berperan ganda menjadi supplier atau pemasuk barang (Pedekik.com, https://www.pedekik.com/ini-unit-usaha-pokok-bumdes-seluruh- indonesia-tahun-2018, di akses pada 19 April 2018).

Di Sumatera Utara terdapat 173 BUMDes salah satunya di kecamatan Tanjung Morawa Desa Dalu X A sudah mendirikan BUMDes sejak 06 maret 2017 dengan unit usaha yang meliputi usaha penjualan bahan dasar sembako seperti beras, gula, minyak goreng, telur, dan kebutuhan sehari-hari. Pemerintah desa Dalu X A mendirikan BUMDes berdasarkan hasil musyawarah desa yang diberi nama BUMDes Dalu Sehati sebagai upaya pendayagunaan potensi sumber daya manusia, ekonomi, pasar, sosial, budaya dan alam mampu dikelola sebesar- besarnya oleh desa khusus meningkatkan Pendapatan Asli Desa (PADes). Desa Dalu X A merupakan desa yang berada di sudut perkampungan yang jauh dari perkotaan dan pusat perbelanjaan maka dari itu pemerintah berinisiatif untuk mendirikan atau membangun BUMDes di desa tersebut untuk meningkatkan perekonomian dan kemajuan desa terdebut.

Untuk meningkatkan perekonomian di desa Dalu X A maka BUMDes memberdayaakan masyarakat dengan cara menjual beras yang di hasilkan oleh masyarakat dan memasarkan beras tersebut dengan harga lebih murah dari harga

(16)

pasar dan pembayarannya bisa dilakukan secara bertahap sesuai dengan kemampuan masyarakat Desa Dalu X A agar tidak memberatkan masyarakat itu sendiri. Namun pada kenyataannya kondisi pengelolaan BUMDes di Desa Dalu X A masih kurang efektif, dikarenakan kurangnya sosialisai yang dilakukan pengelola dan pemerintah desa kepada masyarakat sehingga sebagian masyarakat tidak mengetahui apa keuntungan berbelanja di BUMDes, hal tersebut dapat mempengaruhi minat beli masyarakat pada penjualan kebutuhan sehari-hari yang dikelola BUMDes.

BUMDes Dalu Sehati sangat membantu dalam peningkatan pendapat masyarakat dengan melihat kondisi pasar, di yakini dengan pengelolaan BUMDes ini masyarakat desa khususnya bisa bertahan dari pasar bebas yang telah dimasuki saat ini dan dengan pengelolaan yang baik dipandang bisa berkembang lebih baik.

Akan tetapi dalam pelaksanaan BUMDes belum bisa dikatakan sempurna dan masih sering terjadi ketimpangan antar BUMDes, seperti belum terjadi hubungan antara pemerintah dan masyarakat serta dengan adanya sistem pembayaran secara bertahap masyarakat masih banyak berhutang atau pembayarannya tidak tepat waktu sehingga perputaran modal di BUMDes menjadi terhambat. Masih banyak program BUMDes yang masih mengacu sentralisasi, bukan otonomi desa seperti yang seharusnya. Dalam BUMDes juga masih kurangnya program kegiatan pemberdayaan masyarakat dan tingkat ekonomi masyarakat desa Dalu X A yang masih rendah dikarenakan masyarakat desa Dalu X A rata-rata bekerja sebagai petani dan pedagang. diharapkan keberadaan BUMDes mampu mendorong roda kehidupan ekonomi serta sebagai penggerak perekonomian masyarakat desa.

(17)

Oleh karena itu penulis merasa tertarik untuk meneliti peran BUMDes di dalam pemberdayaan masyarakat desa dengan judul ” Pemberdayaan Masyarakat Desa Melalui Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) di Desa Dalu X A Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang”

1.2 Rumusan Masalah

Perumusan masalah dalam suatu penelitian merupakan suatu hal yang penting karena diperlukan untuk memberi kemudahan bagi penulis dalam membatasi permasalahan yang ditelitinya, sehingga dapat mencapai tujuan dan sasaran yang jelas serta memperoleh jawaban sesuai dengan yang diharapkan. Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Pemberdayaan Masyarakat Desa Dalam Meningkatkan Perekonomian Melalui Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) di Desa Dalu X A Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang?”

1.3 Tujuan penelitian

Setiap penelitian yang diajukan mempunyai tujuan yang hendak dicapai oleh peneliti. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah “Untuk mengetahui bagaimana pemberdayaan masyarakat desa dalam meningkatkan perekonomian melalui Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) di Desa Dalu X A Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang”.

(18)

1.4 Manfaat penelitian

Berdasarkan tujuan diatas maka manfaat berdasarkan dari hasil penelitian.

Dalam hal ini manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Secara Subyektif, bermanfaat bagi peneliti dalam mengembangkan dan melatih kemampuan berpikir ilmiah dan sistematis dalam mengembangkan kemampuan menulis karya ilmiah.

2. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan mampu membantu instansi terkait dalam memberikan masukan yang berguna dan diharapkan mampu menjadi penyelesaian masalah yang ada bagi instansi terkait.

3. Secara akademis, penelitian diharapkan dapat memberikan kontribusi dan sebagai bahan perbandingan bagi mahasiswa yang ingin melakukan penelitian dibidang yang sama.

(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pemberdayaan

Menurut Prijono dan Pranarka (1996:77) pemberdayaan mengandung dua arti. Yang pertama adalah to give power or authority, pengertian kedua to give ability to or anable. Pemaknaan pengertian pertama meliputi memberikan kekuasaan, dan mengalihkan kekuatan kepada pihak yang kurang / belum berdaya. Di sisi lain pemaknaan pengertian kedua adalah memberikan kemampuan atau keberdayaan serta memberikan peluang kepada pihak lain untuk melakukan sesuatu.

Berbeda dengan pendapat Ambar Teguh (2004: 78-79) menyampaikan bahwa pemberdayaan sebenarnya merupakan istilah yang khas Indonesia daripada Barat. Di barat istilah tersebut diterjemahkan sebagai empowerment, dan istilah itu benar tapi tidak tepat. Pemberdayaan yang dimaksud adalah memberi “daya”

bukan “kekuasaan” daripada “pemberdayaan” itu sendiri. Barang kali istilah yang tepat adalah “energize” atau katakan memberi “energi” pemberdayaan adalah pemberian energi agar yang bersangkutan mampu untuk bergerak secara mandiri.

Menurut Edi Suharto (2005:57).Secara konseptual, pemberdayaan atau pemerkuasaan (empowerment) berasal dari kata power (kekuasaan atau keberdayaan). Karena ide utama pemberdayaan bersentuhan dengan kemampuan untuk membuat orang lain melakukan apa yang kita inginkan, terlepas dari keinginan dan minat mereka Pemberdayaan menurut Suhendra (2006:74-75) adalah suatu keinginan yang berkesinambungan dinamis secara sinergis

(20)

mendorong semua keterlibatan semua potensi yang ada secara evolutif dengan keterlibatan semua potensi.

Konteks pemberdayaan sebenarnya terkandung unsur partisipasi yaitu bagaimana masyarakat dilibatkan dalam pembangunan, dan hak untuk menikmati hasil pembangunan. Pemberdayaan mementingkan adanya pengakuan subjek akan kemampuan atau daya (power) yang dimiliki objek. Secara garis besar, proses ini melihat pentingnya mengalih fungsikan individu yang tadinya objek menjadi subjek (Suparjan, 2003:44). Selanjutnya menurut Suparjan (2003:43) pemberdayaan memiliki makna membangkitkan sumber daya, kesempatan, pengetahuan dan keterampilan masyarakat untuk meningkatkan kapasitas dan menentukan masa depan mereka.

Dari beberapa definisi pemberdayaan diatas dapat disimpulkan bahwa pemberdayaan merupakan suatu usaha atau upaya yang dilakukan dalam rangka mengembangkan kemampuan dan kemandirian individu atau masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya. Konsep utama yang terkandung dalam pemberdayaan adalah bagaimana memberikan kesempatan yang luas bagi masyarakan untuk menentukan sendiri arah kehidupan dalam kemunitasnya.

2.2 Pemberdayaan Masyarakat

Dalam konsep pemberdayaan masyarakat banyak pakar yang membahas hal ini, salah satunya adalah Isbandi Rukminto (2008:77) mengemukakan bahwa pemberdayaan pada intinya membantu masyarakat memperoleh daya untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan yang akan ia lakukan yang terkait dengan diri mereka, termasuk mengurangi efek hambatan pribadi dan sosial dalam melakukan tindakan. Hal ini dilakukan melalui peningkatan kemampuan dan rasa

(21)

percaya diri untuk menggunakan daya yang ia miliki, antara lain melalui transfer daya dari lingkungan.

Menurut Eddy Ch. Papilaya (2001:1) Pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat golongan masyarakat yang sedang dalam kondisi miskin, sehingga mereka dapat melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan serta upaya untuk membangun kemampuan masyarakat, dengan mendorong, memotivasi, membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimiliki dan berupaya untuk mengembangkan potensi itu menjadi tindakan nyata.

Subejo (2013:59) mengartikan proses pemberdayaan masyarakat merupakan upaya yang disengaja untuk memfasilitasi masyarakat lokal dalam merencanakan, memutuskan dan mengelola sumberdaya lokal yang dimiliki melalui collective action dan networking sehingga pada akhirnya mereka memiliki kemampuan dan kemandirian secara ekonomi, ekologi, dan sosial.

Menurut Kartasasmita (1996:156-160) perberdayaan masyarakat harus dilakukan melalui beberapa kegiatan, yaitu:

1. Menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang (enabling).

2. Memperkuat potensi atau daya yang dimiliki oleh masyarakat (empowering).

Disinilah letak titik tolaknya yaitu bahwa pengenalan setiap manusia, setiap anggota masyarakat, memiliki suatu potensi yang selalu dapat terus berkembang. Artinya, tidak ada masyarakat yang sama sekali tidak berdaya, karna kalau demikian akan mudah punah.

(22)

Menurut Chambers (1994:22) pemberdayaan masyarakat adalah sebuah konsep pembangunan ekonomi yang merangkum nilai-nilai sosial. Konsep ini mencerminkan paradigma baru pembangunan yang bersifat “people-centered”, participatory, empowering, and sustainable. Konsep pemberdayaan lebih luas dari sekedar upaya untuk memenuhi kebutuhan dasar atau sekedar mekanisme untuk mencegah proses pemiskinan lebih lanjut (safety net).

Menurut Sumodiningrat (1999:32) bahwa pemberdayaan masyarakat merupakan upaya untuk memandirikan masyarakat lewat perwujudan potensi kemampuan yang mereka miliki. Adapun pemberdayaan masyarakat senantiasa menyangkut dua kelompok yang saling terkait, yaitu masyarakat sebagai pihak yang diberdayakan dan pihak yang menaruh kepedulian sebagai pihak yang memberdayakan. Pendekatan utama dalam konsep pemberdayaan ini adalah bahwa masyarakat tidak dijadikan objek dari berbagai proyek pembangunan, tetapi merupakan subjek dari upaya pembangunannya sendiri. Berdasarkan konsep demikian, maka upaya memberdayakan masyarakat dapat dilihat dari tiga sisi, yaitu :

1. Menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang (enabling). Disini titik tolaknya adalah pengenalan bahwa setiap manusia, setiap masyarakat, memiliki potensi yang dapat dikembangkan.

Artinya, tidak ada masyarakat yang sama sekali tanpa daya, karena jika demikian akan sudah punah. Pemberdayaan adalah upaya untuk membangun daya itu, dengan mendorong, memotivasikan, dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimilikinya serta berupaya untuk mengembangkannya.

2. Memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat (empowering).

Dalam rangka ini diperlukan langkah-langkah lebih positif, selain dari hanya menciptakan iklim dan suasana. Perkuatan ini meliputi langkah-langkah nyata, dan menyangkut penyediaan berbagai masukan (input), serta pembukaan akses ke dalam berbagai peluang (opportunities) yang akan membuat masyarakat menjadi berdaya. Pemberdayaan bukan hanya meliputi penguatan individu anggota masyarakat, tetapi juga pranata-pranatanya. Menanamkan nilai-nilai budaya modern, seperti kerja keras, hemat, keterbukaan, dan

(23)

kebertanggungjawaban adalah bagian pokok dari upaya pemberdayaan ini.

Demikian pula pembaharuan institusi-institusi sosial dan pengintegrasiannya ke dalam kegiatan pembangunan serta peranan masyarakat di dalamnya.

3. Memberdayakan mengandung pula arti melindungi. Dalam proses pemberdayaan, harus dicegah yang lemah menjadi bertambah lemah, oleh karena kekurang berdayaan dalam menghadapi yang kuat. Oleh karena itu, perlindungan dan pemihakan kepada yang lemah amat mendasar sifatnya dalam konsep pemberdayaan masyarakat. Melindungi tidak berarti mengisolasi atau menutupi dari interaksi, karena hal itu justru akan mengerdilkan yang kecil dan melunglaikan yang lemah. Melindungi harus dilihat sebagai upaya untuk mencegah terjadinya persaingan yang tidak seimbang, serta eksploitasi yang kuat atas yang lemah. Pemberdayaan masyarakat bukan membuat masyarakat menjadi makin tergantung pada berbagai program pemberian. Karena, pada dasarnya setiap apa yang dinikmati harus dihasilkan atas usaha sendiri (yang hasilnya dapat dipertikarkan dengan pihak lain). Dengan demikian tujuan akhirnya adalah memandirikan masyarakat, memampukan, dan membangun kemampuan untuk memajukan diri ke arah kehidupan yang lebih baik secara berkesinambungan.

Untuk memberdayakan masyarakat diperlukan pendekatan utama.

Sumodiningrat mengatakan pemberdayaan harus mengikuti pendekatan- pendekatan sebagai berikut:

a. Upaya itu harus terarah. Upaya ini ditujukan langsung kepada yang memerlukan dengan program yang dirancang untuk mengatasi masalahnya dan sesuai kebutuhannya.

b. Program ini harus langsung mengikutsertakan atau bahkan dilaksanakan oleh masyarakat yang menjadi sasaran. Mengikutsertakan masyarakat yang akan dibantu mempunyai beberapa tujuan, yakni agar bantuan tersebut efektif karena sesuai dengan kehendak dan mengenali kemampuan serta kebutuhan mereka. Selain itu, sekaligus meningkatkan kemampuan masyarakat dengan pengalaman dalam merancang, melaksanakan, mengelola, dan mempertanggung jawabkan upaya peningkatan diri dari ekonominya.

c. Menggunakan pendekatan kelompok, karena secara sendiri-sendiri masyarakat miskin sulit dapat memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya. Lingkup bantuan menjadi terlalu luas jika penanganannya dilakukan secara individu. Pendekatan kelompok ini paling efektif dan dilihat dari penggunaan sumber daya juga lebih efesien

Menurut Jim Ife (2008:83) pemberdayaan masyarakat diartikan memberikan sumberdaya, kesempatan, pengetahuan dan keterampilan (distribution nof resources) kepada warga untuk meningkatkan kemampuan

(24)

mereka dalam menentukan masa depannya sendiri dan berpartisipasi dalam memenuhi kehidupan komunitasnya. Upaya pemberdayaan masyarakat perlu didasari pemahaman bahwa munculnya ketidakberdayaan masyarakat akibat masyarakat tidak memiliki kekuatan (powerless). Jim Ife mengidentifikasi beberapa jenis kekuatan yang dimiliki masyarakat dan dapat digunakan untuk memberdayakan masyarakat:

a. Kekuatan atas pilihan pribadi. Upaya pemberdayaan dilakukan dengan memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk menentukan pilihan pribadi atau kesempatan hidup untuk lebih baik.

b. Kekuatan dalam menentukan kebutuhannya sendiri. Pemberdayaan dilakukan dengan mendampingi mereka untuk merumuskan kebutuhannya sendiri.

c. Kekuatan dalam kebebasan berekspresi. Pemberdayaan masyarakat dilakukan dengan mengembangkan kapasitas mereka untuk bebas berekpresi dalam bentuk budaya publik.

d. Kekuatan kelembangaan. Pemberdayaan dilakukan dengan meningkatkan aksesibilitas masyarakat terhadap kelembagaan pendidikan, kesehatan, keluarga, keagamaan, sistem kesejaheraan sosial, struktur pemerintahan, media dan sebagainya.

e. Kekuatan sumber daya ekonomi. Pemberdayaan dilakukan dengan meningkatkan aksesibilitas dan kontrol terhadap aktivitas ekonomi.

f. Kekuatan dalam kebebasan reproduksi. Pemberdayaan dilakukan dengan memberikan kebebasan kepada masyarakat dalam menentukan proses reproduksi.

Selanjutnya menurut Jim Ife (1995:63) ada tiga strategi yang diterapkan untuk pemberdayaan masyarakat, yaitu:

1. Perencanaan dan kebijakan (policy and planning)

Untuk mengembangkan perubahan strukturdan institusi sehingga memungkinkan masyarakat untuk mengakses berbagai sumber kehidupan untuk meningkatkan taraf kehidupannya. Perencanaan dan policy yang berpihak dapat dirancang untuk menyediakan sumber kehidupan yang cukup bagi masyarakat untuk mencapai keberdayaan.

2. Aksi sosial dan politik (social and political action)

Diartikan agar sistem politik yang tertutup diubah sehingga memungkinkan masyarakat untuk berpartisipasi dalam sistem politik. Adanya keterlibatan masyarakat secara politik membuka peluang dalam memperoleh kondisi keberdayaan.

3. Peningkatan kesadaran dan pendidikan masyarakat/ kelompok masyarakat tertentu seringkali tidak menyadari penindasan yang terjadi pada dirinya.

(25)

Kondisi ketertindasan diperparah dengan tidak adanya skill untuk bertahan hidup secara ekonomi dan sosial.

Menurut Sumaryadi (2005:11) pemberdayaan masyarakat adalah upaya mempersiapkan masyarakat seiring dengan langkah memperkuat kelembagaan masyarakat agar mereka mampu mewujudkan kemajuan, kemandirian, dan kesejahteraan dalam susasana keadilan sosial yang berkelanjutan. Selain itu pemberdayaan masyarakat menurut Sumaryadi sebagai berikut:

a. Membantu pengembangan manusiawi yang autentik dan integral dari masyarakat lemah, rentan, miskin perkantoran, masyarkat adat yang terbelakang, kaum muda pencari kerja, kaum cacat dan kelompok wanita yang di diskriminasikan/ dikesampingkan.

b. Memberdayakan kelompok-kelompok masyarakat tersebut secara sosial ekonomis sehingga mereka dapat lebih mandiri dan dapat memenuhi kebutuhan dasar hidup mereka, namun sanggup berperan serta dalam pengembangan masyarakat. Dari pendapat tersebut maka pemberdyaan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat yang dalam kondisi sekarang ini tidak mampu melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan.

Dari beberapa definis diatas dapat disimpulkan bahwa pemberdayaan masyarakat adalah menciptakan pembangunan desa yang mengutamakan, mengedepankan bahkan melindungi otonomi masyarakat dalam pengambilan keputusan terhadap aset-aset pembangunan serta memberikan jaminan masyarakat desa mampu mengelola secara mandiri , perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi kegiatan pembangunan desa serta pendayagunaan hasil-hasil pembangunan desa yang semuanya itu dilakukan secara mandiri.

2.3 Desa

Dalam susunan suatu Negara Desa mendapat kedududukan struktur pemerintahan paling bawah yang di huni sekelompok masyarakat yang masih memegang teguh adat istiadat dari leluhurnya dan sebagai pusat budaya yang

(26)

menjadi identitas dan ciri khas sebuah Negara, melalui adat istiadat Desa tersebutlah Negara bisa dikenal dengan mengekpresikan kemampuan dalam kepentingan bersama melalui komunitasnya dan dikelola dengan baik.

Menurut Sadu Wasistiono (2006: 9) berpendapat bahwa Desa adalah suatu kesatuan masyarakat hukum berdasarkan adat dan hukum adat yang menetap dalam suatu wilayah tertentu batas-batasnya, memiliki ikatan lahir batin yang sangat kuat, baik karena keturunan maupun kesamaan kepentingan politik, ekonomi, sosial, dan keamanan. Desa memiliki susunan pengurus yang dipilih bersama memiliki kekayaan dalam jumlah tertentu dan berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri.

Undang-Undang dasar tahun 1945 Pasal 18 menyatakan “pembagian daerah Indonesia atas Daerah besar dan kecil dengan bentuk susunan pemerintahannya ditetapkan dengan undang-undangdengan memandang dan mengingat dasar permusyawaratan dalam sistem pemerintahan Negara dan hak-hak asal-usul yang bersifat istimewa”.

Desa mempunyai lembaga musyawarah untuk menyelesaikan masalah dalam mengambil keputusan. Menurut Widjaja (2004: 24) Lembaga musyawarah Desa merupakan wadah permusyawaratan atau pemufakatan dari pemuka-pemuka masyarakat yang ada di Desa dan di dalam mengambil keputusannya ditetapkan berdasarkan musyawarah dan mufakata dengan memperhatikan sungguh-sungguh kenyataan hidup dan berkembang dalam masyarakat yang bersangkutan.

Dengan adanya Undang-Undang tentang Desa telah memberikan pengaruh besar kepada Desa dalam menumbuhkan, memperkuat dan mengembangkan

(27)

budaya lokal, semangat otonomi dan kemandiriannya. Undang- Undang no 6 tahun 2014 tentang Desa, menyatakan bahwa Desa adalah Desa adat atau dengan nama lain, Desa merupakan kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah untuk mengatur pemerintahan. Undang-undang tersebut juga memberikan kekuasaan yang besar kepada Desa untuk melaksanakan pembangunan dan menyelenggarakan pemerintahan. Kepentingan masyarakat setempat berdasarkan Potensi Desa, hak asal-usul, dan hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara. Kemakmuran suatu Desa dari sisi ekonomi menjelaskan bahwa kemampuan Desa dalam menjaga, mengelola hingga mengoptimalkan fungsi ekonomi. Desa menjadi elemen yang paling utama, juga paling prioritas dalam skema kesejahteraan masyarakat.

Asal Mula Terbentuknya Desa, mulanya dihuni orang seketurunan, Mereka memiliki nenek moyang sama, yaitu para cikal bakal pendiri permukiman tersebut. Jika Desa sudah penuh, masalah-masalah ekonomi bermunculan.

Beberapa keluarga keluarga keluar, mendirikan permukiman baru dengan cara membuka hutan. Tindakan ini disebut tetruka, Di Tapanuli pembukaan Desa baru menurut Marbun sebagian karena kelompok baru ingin mencapai hak dan kewajiban sebagai raja adat atau tanah Desa tak memadai lagi untuk menghidupi penghuninya. Desa sebagai kesatuan masyarakat memiliki 3 hal ;

a. Daerah/ rangkah/ wilayah, yaitu tanah-tanah pekarangan dan pertanian beserta penggunaannya, termasuk aspek lokasi, luas, batas, yang merupakan lingkungan geografis setempat.

b. Penduduk/ darah/ keturunan, meliputi jumlah, pertambahan, kepadatan, penyebaran dan matapencaharian.

(28)

c. Adat/ warah/ ajaran, yaitu ajaran tentang tata hidup, tata pergaulan, dan ikatan- ikatan sebagai warga Desa. Tata kehidupan ini terkait usaha pendududk terkait mempertahankan dan meningkatkan kesejahteraannya.

Desa memiliki seting geografis dan sumber daya manusia yang berbeda- beda. Ada Desa yang dikarunia alam yang kaya, namun semangat membangun, keterampilan dan pengetahuan masyarakat serba kurang, sehingga tidak maju.

Ada pula Desa yang sumber alamnya terbatas, Tetapi ekonominya maju, berkat kemampuan penduduknya mengatasi berbagai hambatan alam. Sehubungan dengan ini, ada 4 unsur geografis yang turut menentukan persebaran Desa, yaitu :

a. Lokasi, menyangkut letak fisiografis, misalnya ; jauh dekatnya dengan jalan raya, sungai, rawa, pegunungan, pantai, kota, dan sebagainya. Yang mempengaruhi ekonomi Desa, kemajuan budaya, pendidikan. Contohnya, persebaran Desa-desa di wilayah kecamatan Batu, Malang. Desa-desa ini menempati wilayah vulkanis yang tersebar di sekitar puncak-puncak gunung.

Batas alam hampir berhimpit dengan batas administrasi. Kondisi fisiografis ( topografi, iklim, vegetasi ) cocok untuk agrowisata. Sungai Brantas di hulu memiliki banyak cabang sehingga baik untuk pertanian sayur, bunga dan budi daya pekarangan.

b. Iklim Desa ( tipe iklim ), tergantung letak topografi Desa dari atas permukaan air laut. Kaliurang dan Kopeng menjadi kota peristirahatan, lengkap dengan fasilitas rekreasi, perhotelan, perwarungan, perdagangan sayur dan bunga- bungaan. Di ketinggian tersebut, tak ada sawah atau pun pohon kelapa yang tumbuh.

(29)

c. Tanah, misalnya tanah berkapur, berpasir, berlempung, bertanah liat, dsb, mempengaruhi keberhasilan pertanian. Tebu, tembakau, karet, coklat, teh, kopi, dan sebagainya , dibudidayakan menjadi perkebunan dengan modal teknologi dan perencanaan yang tepat.

(30)

2.4 Badan Usaha Milik Desa(BUMDes)

Menurut peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 6 Tahun 2014 tentang Badan Usaha Milik Desa yang dibentuk didirikan oleh pemerintah desa yang kepemilikan modal dan pengelolaannya dilakukan oleh pemerintah desa dan masyarakat. Dalam buku panduan BUMDes (dalam penelitian Singgih 2015: 31) Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) adalah lembaga usaha milik desa yang dikelola oleh masyarakat dan pemerintah desa dalam upaya memperkuat perekonomian desa dan dibentuk berdasarkan kebutuhan dan potensi desa. Secara umum BUMDes dimaksudkan untuk meningkatkan kemandirian desa serta penguatan perekonomian desa dan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Pengelolaan BUMDes berdasarkan pada prinsip koorparatif, partisipatif, emansipasif, transparansi, akuntble, dan sustainable buku panduan BUMDes (dalam penelitian Singgih 2015: 31). BUMDes didirikan berdasarkan perundang- undangan, BUMDes merupakan program pemerintah yang berbasis ekonomi, tujuan tersebut membantu desa meningkatkan pendapatan asli desa dan memberikan layanan kepada masyarakat berupa barang dan jasa. Modal usaha BUMDes berasal dari desa dan masyarakat, bantuan dana dari pemerintah bersumber pada alokasi dana desa yang dianggarkan dalam APBDes sebagai sumber pendapatan desa.

Maka dapat disimpulkan bahwa BUMDes adalah sebuah badan usaha yang dikelola oleh sekelompok orang yang ditunjuk dan dipercayai oleh pemerintah desa untuk menggali potensi desa dan memajukan perekonomian desa dengan terstruktur dan termanajemen.

(31)

2.4.1 Tujuan dan Fungsi Pendirian Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)

BUMDes pada dasarnya merupakan bentuk konsolidasi atau penguatan terhadap lembaga-lembaga ekonomi desa. Dalam buku panduan BUMDes (2007:5), ada empat tujuan utama pendirian BUMDes yaitu:

1. Meningkatkan perekonomian asli desa 2. Meningkatkan pedapatan asli desa

3. Meningkatkan pengolahan potensi desa sesuai dengan kebutuhan masyarakat 4. Menjadikan tulan punggung pertumbuhan dan pemerataan ekonomi pedesaan.

Fungsi dari BUMDes itu sendiri adalah:

1. Pembentukan usaha baru yang berakar dari sumberdaya yang ada serta optimalisasi kegiatan-kegiatan ekonomi masyarakat desa yang telah ada 2. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa

3. Peningkatan kesempatan berusaha dalam rangka memperkuat otonomi desa dan mengurangi pengangguran

4. Membantu pemerintah desa dalam mengurangi dan meningkatkan kesejahteraan warga utama masyarakat miskin di desanya

5. Memberikan pelayanan sosial kepada masyarakat desa.

Pengelolaan dan pendirian BUMDes merupakan salah satu upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat yang wujudnya sebagai lembaga ekonomi yang produktif sehingga pengelolaan badan usahanya berjalan secara efektif, efisien, profesional, dan mandiri. Pendirian BUMDes sebagai salah satu sumber pendapatan asli desa dan membawa manfaat tersendiri bagi desa yang mendirikannya. Selain untuk

(32)

peningkatan pendapatan asli desa, BUMDes juga bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

2.4.2 Landasan Hukum Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)

Pendirian BUMDes dilandasi oleh Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Desa dan Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa. Secara rinci tentang kedua landasan bahwa BUMDes adalah:

A. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Desa Pasal 213 - Desa dapat mendirikan badan usaha milik desa sesuai dengan kebutuhan dan

potensi desa.

- Badan usaha milik desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berpedoman pada peraturan perundang-undangan.

- Badan usaha milik desa sebagaimana pada ayat (1) dapat dilakukan pinjaman sesuai peraturan perundang-undangan.

B. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa Pasal 78

- Dalam meningkatkan pendapatan masyarakat dan desa, pemerintah desa dapat mendirikan Badan Usaha Milik Desa sesuai dengan kebutuhan dan potensi desa.

- Pembentukan Badan Usaha Milik Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan peraturan desa berpedoman pada peraturan perundang- undangan.

- Bentuk Badan Usaha Milik Desa sebgaimana dimaksud pada ayat (1) harus berbadan hukum.

C. Peraturan pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa pasal 79

(33)

- Badan Usaha Milik Desa sebagaimana dimaksud dalam pasal 78 ayat (1) adalah usaha desa yang dikelola oleh pemerintah desa

- Permodalan Bahan Usaha Milik Desa dapat berasal dari:

a. Pemerintah desa b. Tabungan masyarakat

c. Bantuan pemerintah, pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota d. Penyertaan modal pihak lain atau kerja sama bagi hasil atas dasar saling

menguntungkan, dan e. Pinjaman.

D. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa Pasal 80

- Badan Usaha Milik Desa dapat melakukan pinjaman sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

- Pinjaman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan setelah mendapat persetujuan Badan Permusyawaratan Desa (BPD).

E. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa Pasal 81

- Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembentukan dan pengelolaan Badan Usaha Milik Desa diatur dengan peraturan daerah Kabupaten/ Kota.

- Peraturan Daerah Kabupaten/ Kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1)sekurang-kurangnya memuat:

a. Bentuk badan hukum b. Kepengurusan c. Hak dan kewajiban d. Pemodalan

e. Bagi hasil usaha atau keuntungan

(34)

f. Kerjasama dengan pihak ketiga

g. Mekanisme pengelolaan dan pertanggung jawaban.

BUMDes juga berlandaskan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2010 yang didalam peraturan tersebut dicantumkan ketentuan umum, pembentukan BUMDes, pengelolaan BUMDes, tugas dan kewenangan, jenis usaha dan pemodalan, bagi hasil dan rugi, kerjasama, pembinaan dan pengawasan.

2.4.3 Prinsip Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)

Prinsip-prinsip pengelolaan BUMDes penting untuk dielaborasi atau diuraikan agar dipahami dan dipersepsikan dengan cara yang sama oleh pemerintah desa, anggota (penyerta modal), BPD, Pemkab, dan masyarakat. Terdapat 6 (enam) prinsip dalam mengelola BUMDes yaitu:

a. Kooperatif, semua komponen yang terlibat didalam BUMDes harus mampu melakukan kejasama yang baik demi pengembangan dan kelangsungan hidup usahanya.

b. Partisipatif, semua komponen yang terlibat di dalam BUMDes harus bersedia secara sukarela atau diminta memberikan dukungan dan kontribusi yang dapat mendorong kemajuan usaha BUMDes.

c. Emansipasif, semua komponen yang terlibat di dalam BUMDes harus diperlakukan sama tanpa memandang golongan, suku dan agama.

d. Transparan, aktivitas yang berpengaruh terhadap kepentingan masyarakat umum harus dapat diketahui oleh segenap lapisan masyarakat dengan mudan dan terbuka.

(35)

e. Akuntable, seluruh kegiatan usaha harus dapat dipertanggung jawabkan secara teknis maupun administratif.

f. Sustainable, kegiatan usaha harus dapat dikembangkan dan dilestarikan oleh masyarakat dalam wadah BUMDes.

Terkait dengan pelaksanaan Alokasi Dana Desa (ADD), maka proses penguatan ekonomi desa melalui BUMDes diharapkan akan lebih berdaya. Hal ini disebabkan adanya penopang yakni dana anggaran desa yang semakin besar.

Sehingga memungkinkan ketersediaan permodalan yang cukup untuk pendirian BUMDes. Jika ini berlaku sejalan, maka akan terjadi peningkatan PADes yang selanjutnya dapat digunakan untuk kegiatan pembangunan desa. Hal utama dalam upaya penguatan ekonomi desa adalah memperkuat kerjasama (kooperatif), membangun kebersamaan/ menjalin kerekatan disemua lapisan masyarakat desa.

Sehingga itu menjadi daya dorong (steam engine) dalam upaya pengentasan kemiskinan, pengangguran, dan membuka akses pasar.

2.5 Definisi Konsep

Menurut Sofian Effendi & Tukiran (2012: 56) Konsep dapat diartikan penggambaran secara abstrak suatu keadaan, individu atau kelompok yang menjadi objek kajian ilmu sosial. Untuk mempermudah pemahaman di dalam meneliti objek tersebut, perlu dilakukan pendefinisian konsep. Adapun definisi konsep dari penelitian ini adalah:

1. Pemberdayaan masyarakat merupakan suatu upaya untuk meningkatkan kemampuan kelompok masyarakat (miskin) dengan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimiliki dan berupaya untuk mengembangkan

(36)

potensi itu menjadi tindakan nyata, memberikan kesempatan agar berani bersuara atau menyuarakan pendapat, ide, atau gagasan-gagasannya untuk memilih sesuatu konsep, metoda, produk maupun tindakan yang dapat memenuhi kebutuhannya serta menjadikan masyarakat lebih mandiri lewat kemampuan yang mereka miliki.

2. Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) merupakan suatu program pemerintah yang dikelola oleh masyarakat dan pemerintah desa dalam upaya memperkuat perekonomian desa dan dibentuk berdasarkan kebutuhan dan potensi desa.

Pendirian BUMDes sebagai salah satu sumber pendapatan asli desa dan membawa manfaat tersendiri bagi desa yang mendirikannya.

3. Pemberdayaan Masyarakat Desa Melalui Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) merupakan suatu program pemerintah untuk meningkatkan perekonomian masyarakat dengan cara meringankan beban masyarakat dan memasarkan hasil pendapatan asli desa dengan harga lebih murah.

2.6 Hipotesis Kerja

Hipotesis merupakan jawaban sementara peneliti terhadap penelitian yang akan dilakukan. Dalam penelitian kualitatif, hipotesis tidak diuji, tetapi diusulkan sebagai satu paduan dalam proses analisis data. Menurut Hanifah (2015) hipotesis kerja adalah hipotesis yang bersumber dari kesimpulan teoritik, sebagai pedoman untuk melakukan penelitian. Adapun penulis merumuskan hipotesis kerja dalam penelitian ini, yaitu “Pemberdayaan Masyarakat Desa Melalui Badan Usaha Milik Desa sss(BUMDes) di Desa Dalu X A Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang meliputi usaha yang dilakukan harus terarah, program ini harus

(37)

dilaksanakan oleh masyarakat yang menjadi sasaran, dan menggunakan pendekatan kelompok”.

(38)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Bentuk Penelitian

Bentuk yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Hal ini untuk memusatkan perhatian pada masalah-masalah atau fenomena yang ada serta mampu menggambarkan secara baik mengenai fakta dilapangan yang ada sehingga peneliti memberikan informasi apa adanya.

Menurut Zuriah (2006:47) penelitian dengan menggunakan metode deskriptif adalah penelitian yang diarahkan untuk memberikan gejala, fakta-fakta, atau kejadian-kejadian secara sistematis dan akurat mengenai sifat-sifat populasi atau daerah tertentu. Menurut Nazir (1988:63) metode deskriptif merupakan suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.

Penelitian deskriptif ini meliputi :

1. Penelitian yang menggambarkan karakteristik suatu masyarakat atau suatu kelompok orang tertentu.

2. Penelitian yang menggambarkan penggunaan fasilitas masyarakat.

(39)

3. Penelitian yang memperkirakan proporsisi orang mempunyai pendapat, sikap, atau bertingkah laku tertentu.

4. Penelitian yang berusaha untuk melakukan bermacam ramalan. Apabila sebelum melaksanakan program kita ingin mengetahui berapa persen atau berapa orang yang mendukung dan yang menentang dalam suatu lingkungan masyarakat tertentu dalam melakukan suatu penelitian atas sampel yang diambil dari masyarakat tersebut.

Sedangkan menurut Moleong (2007:6) penelitian kualitatif dimaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah. Sedangkan menurut Krik Miller (1986: 90) pada mulanya bersumber pada pengamatan kualitatif yang dipertentangkan dengan pengamatan kuantitatif.

Pengamatan kualitatif melibatkan pengukuran tingkatan ciri tertentu. Untuk menemukan sesuatu dalam pengamatan, pengamatan harus mengetahui apa yang menjadi ciri sesuatu itu. Dipihak lain penelitian kualitas menunjuk segi alamiah yang dipertentangkan dengan kuantum atau jumlah tersebut. Atas dasar pertimbangan itulah maka kemudian penelitian kualitatif tampaknya diartikan sebagai penelitian yang tidak mengadakan perhitungan.

Peneliti memilih penelitian kualitatif karena penelitian ini bersifat menyeluruh dan dinamis, dan dilakukan dengan cara wawancara secara mendalam. Sedangkan dalam metode deskriptif, peneliti tidak hanya terfokus dalam pengumpulan data saja tetapi juga melakukan analisa dan terinterpretasi dari data itu sendiri, dan juga cenderung tidak perlu mencari atau menerangkan

(40)

keterkaitan. Oleh karena itu, hal ini sejalan dengan tujuan penelitian, dimana peneliti ingin mengetahui pemberdayaan masayarakat desa melalui badan usaha milik desa di Desa Dalu X A Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara. Hal ini merupakan sebuah fenomena sosial yang memerlukan informasi yang akurat tentang pemberdayaan masyarakat desa berdasarkan teori pemberdayaan dari Sumodiningrat.

3.2 Lokasi Penelitian

Untuk memperoleh data sebagai bahan untuk menjawab permasalahan yang telah di kemukakan, maka penelitian ini akan dilakukan ditempat yang sesuai dengan judul penelitian ini yaitu pada Badan Usaha Milik Desa Dalu Sehati Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang, karena desa ini memiliki sebuah Badan Usaha Milik Desa yang telah berdiri, dalam penelitian kali ini peneliti melakukan kegiatan penelitian serta pengamatan bagaimana pemberdayaan masyarakar desa melalui Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) agar peneliti bisa mendapatkan informasi yang dibutuhkan dalam pemecahan rumusan masalah dengan menggunakan teori yang sudah ditentukan oleh peneliti.

3.3 Informan Penelitian

Untuk mendapatkan data-data dan informasi yang dibutuhkan dalam suatu penelitian, maka dibutuhkan informan penelitian. Informan penelitian adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar belakang penelitian (Moleong, 2000:97). Subjek penelitian menjadi informan yang akan memberikan hasil informasi yang di perlukan. Adapun informan dalam penelitian ini adalah:

(41)

1. Informan kunci, yaitu mereka yang mengetahui dan memiliki informasi pokok serta memahami masalah yang diperlukan dalam penelitian ini. Terdiri dari satu orang Kepala Desa, dan tiga orang pengelola BUMDes Dalu Sehati yang terdiri dari ketua, Sekretaris dan Bendahara.

2. Informan tambahan, yaitu mereka yang dapat memberikan informasi walaupun tidak langsung dalam interaksi sosial yang akan di teliti. Terdiri dari 11 masyarakat setempat di Desa Dalu X A Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara.

TABEL 1

Matriks Informan

No. Informan Jenis Informan yang

dibutuhkan

Teknik Pengumpulan

Data 1 Kepala Desa Dalu X

A Kecamatan

Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang

- Upaya yang dilakukan dalam memperkenalkan

BUMDes kepada

masyarakat agar dapat dilaksanakan secara terarah dan sesuai dengan tujuan yang akan dicapai.

- Hal-hal yang diperhatikan agar BUMDes dapat berkembang dan bisa berjalan dengan baik.

Wawancara

2. Pengelola BUMDes Desa Dalu X A Kecamatan Tanjung

- Upaya yang dilakukan dalam memperkenalkan

BUMDes kepada

Wawancara

(42)

Morawa Kabupaten Deli Serdang

masyarakat agar dapat dilaksanakan secara terarah dan sesuai dengan tujuan yang akan dicapai.

- Masyarakat yang ikut serta dalam pelaksanaan BUMDes serta kegiatan pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan oleh masyarakat yang menjadi sasaran.

- Kelompok petani yang telah ikut serta dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat.

3. Masyarakat Desa

Dalu X A

Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang

- Pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan oleh masyarakat Desa untuk meningkatkan

perekonomian masyarakat.

- Kelompok petani yang telah ikut serta dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat.

Wawancara

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian karena bertujuan untuk mendapatkan data, keterangan dan informasi sumber data yang diperoleh. Dalam hal ini yang digunakan adalah observasi, partisipatif, wawancara, dan dokumentasi untuk sumber data yang sama

(43)

(Sugiyono, 2012:83). Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Teknik Pengumpulan Data Primer

Teknik pengumpulan data primer adalah teknik pengumpulan data dengan mengambil data secara langsung pada lokasi penelitian. Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data primer dilakukan melalui:

a) Wawancara

Wawancara merupakan alat pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya. Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian kualitatif adalah wawancara mendalam. Wawancara mendalam (in- depth interview) adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai (Sutopo 2006:72).

b) Observasi

Teknik observasi yaitu metode pengumpulan data dengan cara mengamati secara langsung terhadap terhadap fenomena-fenomena yang menjadi objek penelitian dan mencatat segala gejala-gejala yang ditemukan dilapangan untuk mempelajari data-data yang diperlukan sebagai acuan yang berkenaan dengan topik penelitian. Alasan peneliti melakukan observasi adalah untuk menyajikan gambaran realistik perilaku atau kejadian, untuk menjawab pertanyaan, dan untuk membantu mengerti perilaku masyarakat.

2. Teknik Pengumpulan Data Sekunder

Teknik pengumpulan data sekunder yaitu data yang diperoleh dari catatan tertulis maupun dokumen-dokumen yang ada dilokasi penelitian sebagai

(44)

sumber kedua atau sumber sekunder untuk mendukung data primer. Adapun teknik pengumpulan data sekunder antara lain:

a) Dokumentasi

Teknik ini diperoleh menggunakan catatan-catatan atau dokumen yang ada dalam lokasi penelitian serta sumber-sumber lain yang relevan dengan masalah penelitian.

b) Studi Kepustakaan

Teknik ini mengumpulkan data melalui buku-buku, karya ilmiah, jurnal, peraturan-peraturan dan lain sebagainya yang berkaitan dengan tema penelitian.

(45)

3.5 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah analisis data kualitatif, teknik ini menyajikan data yang dimulai dengan menelaah seluruh data yang terkumpul, dan menguraikan serta menginterpretasikan data yang diperoleh dilapangan dari informan. Teknik analisis data dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus hingga tuntas dan peneliti mendapatkan titik jenuh atas jawaban dari informan penelitian (Sugiyono, 2007:243). Adapun langkah-langkah dalam melakukan analisis data yaitu sebagai berikut:

1. Reduksi Data

Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasikan data dengan cara sedemikian rupa hingga kesimpulan- kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi dan dilakukan dengan merangkum dan memfokuskan hal-hal yang penting tentang penelitian dengan mencari tema dan pola hingga memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya bila diperlukan.

2. Penyajian Data

Penyajian data adalah salah satu kegiatan dalam pembuatan laporan hasil penelitian yang telah dilakukan sesuai dengan tujuan yang diinginkan dan sebagai sekumpulan informasi tersusun yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan penarikan tindakan. Penyajian data ini dilakukan dalam bentuk uraian atau teks yang bersifat naratif, bagan, dan bentuk tabel.

(46)

3. Penarikan Kesimpulan

Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat pada tahap pengumpulan data berikutnya. Namun, apabila kesimpulan pada tahap awal di dukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali kelapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.

(47)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Desa Dalu Sepuluh A

Desa Dalu Sepuluh A tempat lewatnya lintasan dari sungai Rantau Panjang sampai ke Bandar Labuhan. Zaman dahulu kala, Bandar Labuhan adalah tempat pelabuhan atau tempat jual beli para pedagang. Selanjutnya pedagang- pedagang tersebut masuk melalui sungai yang disebut Sei Blumai atau laut Rantau Panjang menuju Bandar Labuhan. Dan menurut sejarah Desa Dalu Sepuluh A juga dahulunya disebut sungai ular, karena sungainya yang berliku-liku.

Dipinggiran sungai tersebut berdiri 10 pohon Dalu-dalu, 5 pohon disisi kanan sungai dan 5 pohon disisi kiri sungai. Dan di situlah tempat penambatan atau persinggahan perahu para pedagang yang menuju ke Bandar Labuhan. Maka disebutlah menjadi Desa Dalu Sepuluh A.

Desa Dalu Sepuluh A adalah salah satu Desa yang terletak di wilayah Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara, terdiri dari 7 (Tujuh) wilayah dusun dengan jumlah penduduk yang dapat dikatakan cukup padat. Luas wilayah Desa Dalu Sepuluh A adalah 530 Ha dimana 100% berupa daratan yang bertopografi datar, dan 90% daratan dimanfaatkan sebagai lahan pertanian oleh masyarakat, dan 10 % di peruntukkan sebagai pemukiman penduduk.

(48)

Ilkim Desa Tropis, sebagaimana desa-desa lain diwilayah Indonesia mempunyai iklim kemarau dang penghujan, hal tersebut mempunyai pengaruh langsung terhadap pola tanaman pada lahan pertanian yang ada di Desa Dalu Sepuluh A. Batas-batas administratif pemerintah Desa Dalu Sepuluh A sebagai berikut:

1. Sebelah Utara : Desa Dalu Sepuluh B Kecamatan Tanjung Morawa 2. Sebelah selatan : Desa Dagang Kelambir Kecamatan Tanjung Morawa 3. Sebelah Timur : Desa Wonosari Kecamatan Tanjung Morawa

4. Sebelah Barat : PTP-N II

Dilihat dari topografi dan kontur tanah, Desa Dalu Sepuluh A secara umum berupa rawa dan dataran rendah yang berada pada ketinggian 30 M diatas permukaan laut dengan suhu rata-rata berkisar antara 230 - 330 C. Orbitas dan waktu tempuh dari pusat pemerintah kecamatan 5 Km, jarak dari Ibukota Kabupaten 10 Km dan jarak dari Ibukota Provinsi 23 Km.

Desa Dalu Sepuluh A memiliki 7 Dusun atau lorong, dilihat dari tabel berikut:

(49)

TABEL II

Jumlah Dusun dan Jumlah Penduduk di Desa Dalu Sepuluh A

No Nama Dusun Jumlah Laki-laki

Jumlah Perempuan

Jumlah Penduduk

Jumlah KK

1 Dusun I 714 657 1.371 352

2 Dusun II 597 585 1.182 306

3 Dusun III 572 553 1.125 318

4 Dusun IV 489 509 998 263

5 Dusun V 612 561 1.173 290

6 Dusun VI 660 646 1.306 346

7 Dusun VII 427 390 817 215

JUMLAH 4.071 3.901 7.972 2.090

Sumber: Dari Kantor Kepala Desa Dalu Sepuluh A 2018

Informasi tentang jumlah penduduk di suatu wilayah salah satunya wilayah Desa Dalu Sepuluh A tentu sangat di perlukan untuk merancang pembangunan, bertambahnya penduduk berakibat semakin sempitnya kesempatan memperoleh pekerjaan, keadaan tersebut dapat memicu tingkat kemiskinan masyarakat Desa Dalu Sepuluh A Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang.

Di tinjau dari aspek kependudukan, Desa Dalu Sepuluh A yang merupakan lokasi penelitian terletak di Kecamatan Tanjung Morawa, berdasarkan proyeksi penduduk Desa Dalu Sepuluh A Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang tahun 2018, jumlah penduduk Desa Dalu Sepuluh A sebanyak 7.315 jiwa

(50)

yang terdiri dari 1.794 rumah tangga, jumlah penduduk laki-laki 3.567 dan jumlah penduduk perempuan 3.748 jiwa.

TABEL III

Komposisi Penduduk Menurut Usia

No Kelompok Umur Laki-laki Perempuan Jumlah

1 0-11 Bulan 31 26 57

2 12 Bulan – 4 Tahun 158 176 334

3 5 Tahun– 9 Tahun 310 317 627

4 10 Tahun – 14 Tahun 469 492 961

5 15 Tahun – 19 Tahun 444 454 898

6 20 Tahun – 24 Tahun 314 350 664

7 25 Tahun- 29 Tahun 329 354 683

8 30 Tahun – 34 Tahun 363 394 757

9 35 Tahun – 39 Tahun 281 275 556

10 40 Tahun – 44 Tahun 153 161 314

11 45 Tahun – 49 Tahun 195 196 391

12 50 Tahun – 54 Tahun 168 178 346

13 55 Tahun – 59 Tahun 119 131 250

14 60 Tahun – 64 Tahun 90 103 193

15 65 Tahun – 69 Tahun 94 94 188

16 70 Tahun – 74 Tahun 43 40 83

17 75 Tahun Keatas 6 7 13

Jumlah 3.567 3.748 7.315

Sumber: Kantor Kepala Desa Dalu Sepuluh A 2018

(51)

Jumlah penduduk menurut usia di Desa Dalu Sepuluh A Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang pada tahun 2018 berdasarkan jenis kelamin kaum perempuan berjumlah 3.748 dan kaum laki-laki berjumlah 3.567.

Sementara itu, jumlah penduduk menurut usia di Desa Dalu Sepuluh A menyatakan kaum perempuan lebih banyak dari kaum laki-laki.

Di lihat dari mata pencaharian Desa Dalu Sepuluh A, yang mana mata pencaharian merupakan aktivitas manusia untuk memperoleh taraf hidup yang layak dimana antara desa yang satu dengan desa yang lainnya berbeda sesuai dengan taraf kemampuan penduduk dan keadaan demografinya. Begitu juga dengan keadaan desa bangai sesuai dengan mata pencahariannya sebagai berikut:

TABEL IV

Sumber Penghasilan Utama Penduduk

No Mata Pencaharian Jumlah

1 Petani 416 Jiwa

2 Pedagang 512 Jiwa

3 Buruh 1.089 Jiwa

4 PNS/TNI/POLRI 54 Jiwa

5 Lain-lain 5.858 Jiwa

Sumber: dari Kantor Kepala Desa Dalu Sepuluh A 2018

Mata pencaharian masyarakat Desa Dalu Sepuluh A berbeda-beda akan tetapi, masyarakat Desa Dalu Sepuluh A lebih banyak yang menjadi buruh yang

(52)

berjumlah 1.089 orang, pedagang berjumlah 512 orang, petani berjumlah 416 orang, banyak juga yang bekerja sebagai PNS, TNI, dan POLRI.

4.2. Profil Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) Dalu Sehati

Berdirinya Badan Usaha Milik Desa dilandasi oleh Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-undang Nomor 6 tentang Desa juga disinggung Badan Usaha Milik Desa, yang selanjutnya disebut BUMDes, adalah badan usaha yang seluruhnya atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh Desa melalui penyertaan secara lansgung yang berasal dari kekayaan Desa yang di pisahkan guna mengelola aset, jasa pelayanan dan usaha lainnya untuk sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat desa. Di dalam UU Nomoer 6 Tahub 2014 ini terdapat pasal yang menjelaskan mengenai BUMDes, yang mana masing-masing pasal terdiri atas:

1. Pasal 87 mengenai semangat yang melandasi pendirian dan pengelolaan BUMDes

2. Pasal 88 mengenai pendirian BUMDes

3. Pasal 89 mengenai manfaat berdirinya BUMDes

4. Pasal 90 mengenai arah pengembangan bisnis BUMDes yang bermanfaat bagi desa.

Dari Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014, dapat disimpulkan bahwa BUMDes saat ini diharapkan memegang peranan penting dalam pengembangan potensi desa khususnya dalam mengelola keuangan desa yang ada di wilayahnya.

Gambar

TABEL II
TABEL III
TABEL IV

Referensi

Dokumen terkait

Pendanaan Desa dengan BUMDes itu terpisah, sehingga dalam pengelolaan BUMDes berdiri sendiri, namun masih dalam naungan pemerintah Desa. Terbentuknya BUMDes diharapkan

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa menjelaskan bahwa Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian modalnya dimiliki

Sehingga, penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi yang berjudul “PERAN BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDES) DALAM PEMBERDAYAAN DAN PENINGKATAN EKONOMI MASYARAKAT

Untuk mengetahui responsibilitas dalam pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Wirakarya di Desa Trimodadi Kecamatan Abung Selatan Kabupaten Lampung Utara.. Untuk

Pendekatan kualitatif pada penelitian ini akan memaparkan tahap-tahap pendirian BUMDes, strategi dalam pengelolaan BUMDes, dan manfaat BUMDes terhadap kesejahteraan

Sampel penelitian mengunakan purposive sampling dengan informan yaitu Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintah Desa (DPMPD), Pengurus BUMDes Sempu Mandiri, BUMDes

Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat dalam Pemberdayaan Masyarakat Desa melalui Badan Usaha Milik Desa BUMDes Sejahtera Mulya Potensi alam yang ada di Desa Sido Mulyo berupa

Dalam mencapai tujuan tanpa kemiskinan dalam SDGs Desa, BUMDes memiliki peran penting sebagai berikut: 1 BUMDes berperan dalam peningkatan pendapatan masyarakat desa melalui berbagai