• Tidak ada hasil yang ditemukan

Harmoni Interaksi Masyarakat Multikultural Chapter III V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Harmoni Interaksi Masyarakat Multikultural Chapter III V"

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif diartikan sebagai pendekatan yang menghasilkan data, tulisan dan tingkah laku yang diperoleh dari apa yang diamati. Artinya data yang dikumpulkan bukan berupa angka-angka melainkan data tersebut berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, dokumentasi pribadi, catatan memo dan dokumen resmi lainnya. Sehingga yang menjadi tujuan dalam penelitian kualitatif ini adalah ingin menggambarkan realita empirik dibalik fenomena secara mendalam, rinci dan tuntas. Peneliti dalam penelitian kualitatif mencoba mengerti makna suatu kejadian atau peristiwa dengan mencoba berinteraksi dengan orang-orang dalam situasi/fenomena tersebut.

(2)

3.2. Lokasi Penelitian

Adapun yang menjadi lokasi penelitian yaitu di Desa Ujung Serdang Kecamatan Tanjung Morawa kabupaten Deli Serdang. Alasan peneliti memilih lokasi ini adalah pertama, lokasi merupakan ciri dari Masyarakat Multikultural di Kota Tanjung Morawa. Kedua, peneliti ingin melihat dan mengetahui faktor apa yang menyebabkan terjadinya harmoni interaksi masyarakat multikultural yang ada di Desa Ujung Serdang.

3.3. Unit Analisis dan Informan 3.3.1. Unit Analisis

Unit analisis adalah hal-hal tertentu yang diperhitungkan sebagai subjek penelitian. Adapun yang menjadi unit analisis dan objek dalam penelitian ini adalah masyarakat yang tinggal di Desa Ujung Serdang.

3.3.2. Informan

(3)

diteliti ( Bungin, 2007:53) . Adapun yang menjadi informan sebagai sumber informasi bagi peneliti adalah sebagai berikut:

1. informan yang sudah tinggal di Desa Ujung Serdang lebih dari 4 tahun. 2. Informan yang sudah mencapai umur 17 tahun ke atas

3. Dapat memahami maksud dan tujuan dari pertayaan-pertayaan yang di diberikan peneliti terhadap informan

4. Informan yang dapat memeberikan jawaban secara lisan saat diwawancarai

5. Bersedia untuk di wawancarai 3.4. Teknik Pengumpulan Data

Dalam proses pengumpulan data, peneliti menggunakan beberapa penelitian sebagai cara untuk mendapatkan dan memperoleh informasi yang diperlukan. Peneliti akan menggunakan teknik observasi, wawancara mendalam, serta melalui dokumen-dokumen yang mendukung proses penelitian. Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut: 3.4.1 Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan secara langsung dari objek penelitian melalui observasi dan wawancara. Oleh karena itu untuk mendapatkan data primer dalam penelitian ini akan dilakukan dengan cara penelitian lapangan. Pengumpulan data primer dapat dilakukan dengan cara:

1. Observasi

(4)

pengumpulan data yang menggunakan pengamtan terhadap objek penelitian secara langsung. Peneliti akan melihat langkah-langkah yang lebih mendalam tentang harmoni masyarakat multikultural di Desa Ujung Serdang.

2. Wawancara mendalam

Metode wawancara mendalam adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara Tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (quid) wawancara dan pertayaan-pertayaan yang diajukan dapat berkembang sesuai dengan jawaban dan menjawab rumusan masalah penelitian. Pada penelitian kali ini, peneliti akan melakukan wawancara mendalam kepada informan mengenai harmoni masyarakat multikultural di Desa Ujung Serdang. 3.4.2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dari objek penelitian. Data ini diambil dari sumber lain atau instansi lain yang berkaitan dengan penelitian. Pengumpulan data sekunder dalam penelitian ini dilakukan dengan studi kepustakaan atau pencatatan dokumen, yaitu pengumpulan data yang berasal dari buku-buku yang sesuai dengan objek kajian penelitian serta materi-materi yang berkaitan dengan permasalahan penelitian.

(5)

gunakan untuk memperoleh dan mengenai teori-teori dan kajian yang berkaitan dengan permasalahan penelitian.

3.5. Interpretasi Data

Interpretasi data merupakan suatu tahap pengolahan data, baik itu data primer dan data sekunder yang telah didapatkan dari catatan lapangan. Interpretasi data tentang harmoni masyarakat multikultural di Desa Ujung Serdang yang dilakukan secara terus menerus sejak awal dan proses penelitian berlangsung hingga akhir penelitian. Adapun hal-hal yang dilakukan dalam interpretasi data ini yakni :

1. Pemrosesan Satuan

Peneliti menyusun satuan informasi dan data dengan membaca hasil analisis kerja lapangan dan menafsirkan data tersebut dengan rinci, teleti, dan memaknai data yang diperoleh agar dapat menggambarkan proses dan fakta yang sebenarnya tentang harmoni interaksi masyarakat multikultural Desa Ujung Serdang.

2. Kategorisasi

Dalam hal ini, peneliti meyusun kategori yang disusun atas dasar pikiran, instuisi, pendapat atau kriteria tertentu tentang harmoni interaksi masyarakat multikultural Desa Ujung Serdang.

3. Penafsiran Data

(6)

3.6. Alat Bantu Penelitian

Alat bantu yang digunakan penelitian ini adalah: 3.6.1. Alat perekam suara

Alat perekam suara digunakan agar diperoleh data yang utuh, meminimalkan bias yang terjadi karena keterbatasan subjektif peneliti dan lemahnya ingatan peneliti. Alat perekam suara ini digunakan setelah mendapatkan izin dari informan penelitian.

3.6.2. Catatan lapangan dan alat tulis

Catatan lapangan adalah catatan tertulis mengenai apa yang didengar, dilihat, dialami dan dipikirkan dalam rangka pengumpulan data dan refleksi terhadap data dalam penelitian kualitatif. Catatan lapangan dibuat peneliti dalam bentuk kata-kata kunci sewaktu mengadakan observasi dan wawancara. Alat tulis seperti bolpen dan pensil digunakan untuk menulis pada lembar catatan lapangan. 3.7. Keterbatasan Penelitian

(7)

BAB IV

DESKRIPSI DAN INTERPRETASI DATA PENELITIAN 4.1. Deskripsi Wilayah Penelitian

4.1.1 Deskripsi Sejarah Desa Ujung Serdang

(8)

Kemudian disisi lain Desa Ujung Serdang asal mulanya adalah kampong kecil yang hampir hilang dari peta wilayah kabupaten Deli Serdang, namun dengan adanya situasi perkembangan dan kemajuan zaman wilayah ini dikembangkan dan menjadi kampung yang konon nama desa ini belum ditemukan lambat laun kampong ini diberi nama menjadi Desa Ujung Serdang hingga sampai saat ini desa ini tetap menjadi desa definitive yang terus mengejar cita-cita memperbaiki dan mengubah seluruh pembangunan dari seluruh aspek dan sektor dan terus menggali potensi dan dengan melibatkan sumber daya manusianya menjadi desa yang mandiri.

4.1.2 Geografi

Desa Ujung Serdang merupakan salah satu desa yang ada di kecamatan Tanjung Morawa, kabupaten Deli Serdang, provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Secara geografis Desa Ujung Serdang terletak di sebelah selatan Ibu Kota Kecamatn Tanjung Morawa merupakan bagian integral dari wilayah Kabupaten Deli Serdang dengan jarak dari Ibu Kota Kecamatan 6 km dan dari Ibu Kota Kabupaten 17 km, sedangkan Ibu Kota Propinsi sekitar 11 km, dengan batas- batas wilayah Utara adalah Desa Bangun Sari, Timur adalah Desa Bangun Sari dan Desa Limau Manis, Selatan adalah Desa Medan Sinembah dan Barat adalah Kota Medan dan Kecamatan Patumbak.

(9)

Tabel 1: Luas dan aspek penggunaan lahan yang terdiri dari

No Uraian Luas (Ha)

1 Luas pemukiman/Ladang 171,8

2 Luas persawahan 127

3 Luas perkebunan -

4 Luas kuburan 1,1

5 Luas perkantoran 0,1

6 Luas prasarana umum lainnya 0,5

Total Luas 301

(sumber : Desa Ujung Serdang, Mei 2016) 4.1.3 Demografi

a. Penduduk

Penduduk Desa Ujung Serdang terdiri dari penduduk yang heterogen. Selain dihuni oelh masyarakat asli atau tuan rumah yakni etnis karo. Juga terdapat migran yang berasal dari berbagai daerah di pulau Jawa dan Sumatera. Penduduk atau masyarakat pendatang dari pulau Jawa, Nias, dan yang paling banyak datang dari daerah Batak Toba.

Berdasarkan data monografi Desa Ujung Serdang pada tahun 2016, jumlah penduduk di Desa Ujung Serdang sebanyak 3.960 jiwa dengan penduduk berjenis kelamin laki-laki 2.021 jiwa dan penduduk berjenis kelamin perempuan sebanyak 1.939 jiwa.

Berdasarkan data monografi Desa Ujung Serdang jumlah penduduk yang berusia 18 s/d 56 tahun sebanyak 557, penduduk yang bekerja sebanyak 304 dan penduduk yang tidak bekerja sebanyak 53 orang. Banyaknya tenaga kerja yang bekerja menurut lapangan pekerjaan di Desa Ujung Serdang sebagai berikut: Tabel 2 : Tenaga Kerja Berdasarkan Lapangan Pekerjaan

No Jenis Pekerjaan Jumlah

1 Petani pemilik 288

2 Petani penggarap 165

(10)

4 Karyawan perusahaan swasta 189

5 Pedagang 74

6 Jasa pengobatan alternative 3

7 Peternak itik/ perikanan 24

8 Pembantu rumah tangga 21

9 Buruh bangunan 260

10 Tukang kayu/tukang batu bangunan 24 11 Penjahit/kerajinan border/merajut 6

12 Pegawai negri sipil (PNS) 26

13 Tni/polri 2

14 Bidan/perawat 6

15 Buruh migran/tki 0

16 Dukun terlatih 0

17 Perangkat desa 11

18 Montir 3

Jumlah 1.486

(sumber : Desa Ujung Serdang, Mei 2016) b. Pendidikan

Kesadaran akan pentingnya peran pendidikan di Desa Ujung Serdang dapat dilihat pada komposisi jumlah penduduk yang berpartisipasi dalam dunia pendidikan berdasarkan tingkat pendidikannya yaitu sebagai berikut:

Tabel 3 : Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenjang Pendidikan

No Jenjang Pendidikan Jumlah

1 Taman kanak-kanak 224

2 Sekolah dasar 510

3 SMP 542

4 SMA/ SMU 331

5 Akademi /D1-D3 19

6 Sarjana 32

(11)

8 Lulusan pendidikan khusus -

9 Pondok pesantren -

10 Pendidikan keagamaan 3

11 Sekolah luar biasa -

12 Kursus keterampilan -

13 Tidak lulus/tidak/belum sekolah - Jumlah 1.661 (sumber : Desa Ujung Serdang, Mei 2016)

c. Mata Pencaharian

Berdasarkan data monografi Desa Ujung Serdang, maka komposisi penduduk menurut mata pencaharian adalah sebagai berikut:

Tabel 4: Komposisi Penduduk Berdasarkan Matapencaharian

No Mata pencaharian Jumlah

1 Petani 837

2 Karyawan perusahaan swasta 189

3 Pedagang 74

4 Buruh bangunan 260

5 Pegawai negri sipil (PNS) 26

6 Bidan/perawat 6

7 Lainnya 92

(sumber : Desa Ujung Serdang, Mei 2016)

(12)

berbeda-beda dan memiliki kepentingan pribadi yang sangat berberbeda-beda mereka memandang perbedaan itu adalah anugrah dari Tuhan yang tidak perlu untuk di permasalahkan.

d. Pemeluk Agama

Dilihat dari segi agama penduduk Desa Ujung Serdang terdiri dari pemeluk agama sebagai berikut:

Tabel 5: Komposisi penduduk berdasarkan agama No. Agama Jumlah

1 Islam 1918

2 Protestan 1630

3 Katolik 143

4 Budha 28

5 Hindu 27

Sumber : BPS tahun 2015.

Dari tabel 1.5 di atas, agama yang mayoritas atau jumlah terbesar yang dianut oleh warga Desa Ujung Serdang adalah agama Islam yang berjumlah 1918 Jiwa, Protestan 1630 jiwa, Katolik 143, Budha 28 jiwa dan Hindu 27 jiwa. Hasil dari tabel diatas merupakan hasil menurut Badan Pusat Statistik ( BPS ) pada tahun 2015 dan menurut hasil praobservasi bahwa peningkatan jumlah penduduk yang sudah menganut agama sesuai denan kepercayaan dan keyakinan masing-masing warga sangat berkembang pesat.

(13)

hindu. Sarana peribadatan yang terdapat di Desa Ujung Serdang yaitu sebagai berikut.

Tabel 6: Sarana Peribadatan

No Sarana peribadatan Jumlah 1 Masjid 1 2 Musholla 2 3 Gereja protestan 6 4 Gereja katolik 1 (sumber :Desa Ujung Serdang, Mei 2016) e. Pemeluk Etnis/ Suku

Tabel 7: Komposisi Penduduk Berdasarkan Etnis

No Suku /Etnis Jumlah

1 Jawa 839

2 Melayu 168

3 Toba 1342

4 Karo 1712

5 Simalungun 24

Sumber : BPS Kecamatan Dalam Angka 2016

Dari tabel 1.7 di atas, suku atau etnis yang mayoritas atau jumlah terbesar di Desa Ujung Serdang adalah suku karo yang berjumlah 1712 jiwa, dan disusul oleh suku toba yang berjumlah 1342, dan etnis Jawa yang berjumlah 839, Melayu berjumlah 168 jiwa dan simalungun berjumlah 24 jiwa.

4.1.4 Sarana dan Prasarana Desa Ujung Serdang

(14)

dipenuhi akan menghambat laju perkembangan suatu daerah baik secara umum maupun secara khusus. Untuk mendukung aktivitas masyarakat di Desa Ujung Serdang terdapat beberapa sarana dan prasarana yang mendukung beberapa kegiatan kehidupan masyarakat. Dengan adanya sarana dan prasarana tersebut kehidupan masyarakat di Desa Ujung Serdang akan terbantu dan berjalan dengan baik. Adapun sarana penunjang kegiatan pemerintahan di Desa Ujung Serdang adalah:

a. Sarana Kegiatan Pemerintahan

Sarana kegiatan dalam menunjang pemerintahan di Desa Ujung Serdang dapat dikatakan sudah memadai dan sudah layak. Hal ini terlihat jelas dengan adanya fasilitas yang lengkap yang terdapat di Desa Ujung Serdang, yaitu Kantor kepala Desa Ujung Serdang yang sebagai tempat untuk melayani masyarakat misalnya untuk mengurus keperluan yang dibutuhkan masyarakat setempat dan mengenai data-data kependudukan. Kantor Kepala Desa ini juga dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang dapat mendukung kegiatan para pemerintahan Desa Ujung Serdang, seperti mesin ketik, komputer, printer, proyektor, Ac, meja dan kursi yang layak pakai, dan sarana yang lainnya.

b. Sarana Pendidikan

(15)

pendidikan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas. Dan untuk Perguruan Tinggi, akademi lainnya umumnya masyarakat Desa Ujung Serdang harus ke kota Medan agar bisa menjadi sarjana. Dengan demikian sarana pendidikan sngatlah penting bagi masyarakat Desa Ujung Serdang untuk kualitas kehidupan mereka selanjutnya dan menjadi generasi penerus bangsa ini, baik itu Etnis Jawa, Etnis Karo, Etnis Batak dan Etnis lainnya karena setiap mereka sebagai orang tua terlebih orangtua yang ada di Desa Ujung Serdang ingin anaknya lebih baik dibandingkan dengan dirinya agar nantinya bisa lebih berhasil dari orangtuanya. Maka dari itu setiap orang tua yang ada di Desa Ujung Serdang ini sangatlah bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. c. Prasarana kesehatan

Sarana kesehatan merupakan sarana terpenting dalam melanjutkan maupun bertahan hidup. Di Desa Ujung Serdang terdapat aktivitas yang menunjang untuk kesehatan masyarakat setempat dan tenaga medis. Setiap 1 bulan sekali pemerintah setempat mengadakan posyandu terhadap anak-anak, untuk sarana kesehatan ini pemerintah setempat menyediakan posyandu atau polindes sebanyak 5 unit dan disertai dengan kader posyandu sebanyak 25 orang, dan terdapat juga puskesdes yang ditetapkan pemerintah dan 1 bidan desa ( tenaga medis).

d. Sarana Ibadah

(16)

namun perbedaan itu tidak menjadikan masyarakat tersebut menjadi pribadi yang sombong dan tidak menghargai, masyarakat yang ada di desa ini sadar bahwa perbedaan yang ada pada mereka adalah sebuah anugrah pemberian Tuhan kepada mereka. Untuk meningkatkan keimanan masyarakat di Desa Ujung Serdang terdapat berbagai sarana kepribadahan yang sesuai dengan berbagai kenyakinan yang dianut oleh masyarakat. Dimana terdapat 6 Gereja Protestan dan 1 Gereja Katolik, 1 unit mesjid dan 2 unit mushola.

e. Sarana Umum

Sarana umum merupakan sarana yang dapat dipergunakan oleh seluruh masyarakat yang tinggal di Desa Ujung Serdang, baik Suku Karo, Suku Batak dan Suku Jawa, Agama Islam ataupun Agama Kristen. Salah satu sarana umum yang ada di Desa Ujung Serdang adalah Balai Pertemuan (Balai Desa) dimana balai desa ini merupakan tempat pertemuan masyarakat desa ini baik dalam acara suka dan duka. Balai pertemuan ini diberi nama dalam bahasa karo “Jambur Ta Ras” yang artinya “Milik Bersama”.

f. Sarana Sosial Kemasyarakatan

(17)

berdasrakan kesepakatan bersama ( umum). Dan ada juga organisasi keagamaan seperti perwiritan untuk bapak-bapak dan ibu-ibu, terdapat juga remaja Mesjid dan remaja Gereja, Pertemuan untuk kaum bapak-bapak dan kaum ibu-ibu untuk Kristen.

4.2 Karakteristik Informan

Informan, baik itu informan kunci ataupun informan biasa dinilai sangat penting dalam sebuah penelitian terutama penelitian kualitatif. Hal ini dikarenakan informan merupakan salah satu kunci bagi peneliti untuk memperoleh informasi-informasi yang diperlukan dalam penelitian. Dalam hal ini, peneliti membagi informan berdasarkan lima karakteristik yaitu berdasarkan Etnis, lama tinggal, umur, dan agama di Desa Ujung Serdang. Kategori klasifikasi etnis informan dibagi menjadi empat yakni etnis Jawa, etnis Batak Toba, etnis Batak Simalungun dan etnis Karo. Informan tersebut sangat dibutuhkan untuk mendeskripsikan apa yang menjadi faktor pendukung terjadinya harmoni masyarakat multikultural di Desa Ujung Serdang, Kecamatan Tanjung Morawa kabupaten Deli Serdang. Untuk lebih lengkapnya, Peneliti akan mendeskripsikan karakteristik informan sebagai berikut:

4.2.1 Karakteristik Informan Berdasarkan Umur Tabel 4.1

Karakteristik Informan Berdasarkan Umur No Kategori Umur Jumlah (n)

1 22-40 tahun 5 2  40 tahun 6 Total 11

(18)

Berdasarkan Tabel 4.1 memperlihatkan bahwa dari informan penelitian berdasarkan umur terdapat 5 orang adalah informan yang berumur 22-40 tahun dan 6 orang adalah informan yang berumur diatas 40 tahun.

4.2.2. Karakteristik Informan Berdasarkan Agama Tabel 4.2

Karakteristik Informan Berdasarkan Agama No Kategori Agama Jumlah (n)

1 Islam 1 2 Kristen 7 3 Katolik 3 Total 11

Sumber : Hasil Penelitian 2017 ( data diolah )

Berdasarkan tabel 4.2 memperlihatkan bahwa informan penelitian berdasarkan agama islam terdapat 1 orang, Kristen terdapat 7 orang, dan katolik sebanyak 3 orang.

4.2.3. Karakteristik Informan Berdasarkan Lama Tinggal Di Desa Ujung Serdang

Tabel 4.3

Karakteristik Informan Berdasarkan Lama Tinggal Di Desa Ujung Serdang No Lama Tinggal Jumlah (n)

1 5-10 tahun 2 2  10 tahun 9

Total 11

Sumber : Hasil penelitian 2017 ( data diolah )

(19)

Desa Ujung Serdang selama 5 sampai 10 tahun, dan 9 orang yang tinggal selama 10 tahun lewat.

4.2.4. Karakteristik Informan Berdasarkan Suku Tabel 4.4

Karakteristik Informan Berdasarkan Etnis No Kategori Etnis Jumlah (n)

1 Batak simalungun 4

2 Batak toba 1

3 Karo 3

4 Nias 2

5 Jawa 1

Total 11

Sumber : Hasil penelitian 2017 ( data diolah ) Berdasarkan tabel 4.4 memperlihatkan bahwa informan penelitian berdasarkan etnis terdapat 4 orang etnis Batak Simalungun, 1 orang Batak Toba, Karo 3 orang, 2 orang etnis Nias dan 1 orang etnis Jawa. 4.3. Profil Informan Masyarakat Desa Ujung Serdang 1. Nama : Sumiati Umi Lindawati S.Sos Jenis kelamin :Perempuan Usia :39 tahun Suku :Jawa Agama :Islam Lama tinggal di desa UJ.Serdang:17 tahun Jumlah saudara beda agama :0

(20)

Menurut ibu Sumiati terjadinya perkawinan campuran tersebut tidak menjadi masalah dalam keluarga besar ibu Sumiati, perbedaan yang ada tidak menjadi alasan untuk mereka saling membenci melainkan saling menghargai dan saling melengkapi kekurangan yang ada. Ibu Sumiati tidak hanya memiliki keluarga yang berbeda agama dengannya melainkan ibu Sumiati juga memiliki saudara atau keluarga yang berbeda suku dengannya yakni suku karo dan suku batak simalungun. Menurut ibu Sumiati walaupun hidup dalam perbedaan yang sangat banyak namun hal tersebut tidak mengharuskan untuk tidak saling menghargai namun saling menghargai dan saling tolong menolong. Untuk membantu kebenaran pendapat ibu Sumiati terlihat dari hubungan ibu sumiati dengan warga yang tinggal di sekitar rumah ibu Sumiati ( tetangga )yang hidup saling menghargai, tidak pernah terjadi konflik dikarenakan perbedaan yang ada, ibu Sumiati memiliki tetangga sebelah kanan rumah yang menganut suku jawa dan menganut agama islam dan sebelah kiri adalah warga yang menganut suku batak toba dan menganut agama Kristen protestan dan warga yang tinggal di depan rumah ibu Sumiati ialah warga yang menganut suku menggali dan menganut agama kriten namun perbedaan yang sangat terlihat tidak menjadikan ibu Sumiati dan warga atau tetangga menjadi tidak harmoni. Hal tersebut bisa tercipta dikarenakan adanya sikap dan kesadaran diri bahwa perbedaan itu adalah pemberian Tuhan, anugrah yang diberikan Tuhan untuk manusia, dan manusia dituntut untuk menciptakan keadaan atau situasi yang lebih harmoni, baik itu bersama keluarga, tetangga dan masyarakat luas.

(21)

warga desa ini tidak semua murni berasal dari dalam hati atau dalam diri sendiri melainkan hanya bersandiwara atau dramaturgi, sama halnya dengan apa yang dilakukan oleh pemilik rumah ibu Sumiati, demi untuk memperoleh sesuatu hal yang menguntungkan yakni agar ibu Sumiati tetap mau menempati atau mengontrak rumahnya maka si pemilik rumah bersikap ramah dan memberikan perhatian atau memebrikan bantuan yang kepada ibu Sumiati dengan begitu sipemilik rumah mendapat keuntungan yakni uang dari hasil kontrak rumah yang ditempatti oleh ibu Sumiati. Menurut ibu Sumiati hal seperti ini memang saling memperoleh keuntungan baik untuk pemilik rumah dan untuk ibu Sumiati, keuntungan yang diperoleh pemilik rumah yakni menapat penghasilan atau uang dari ibu Sumiati sebagai imbalan atau uang sewa rumah yang ditempati oleh ibu Sumiati, dan keuntungan yang diperoleh ibu Sumiati beserta keluarga yakni ibu Sumiati bisa menempati rumah tersebut, membuka usaha milik sendiri yakni Foto Copy dan bisa saling bersosialisasi dengan warga yang memiliki perbedaan dengannya, perbedaan agama, suku, ras dan perbedaan yang lainnya dengan adanya sosialisai tersebut ibu Sumiati menjadi lebih mengetahui tentang sedikit atau banyaknya tentang warga yang berbeda suku dan agama dengannya, bisa lebih menambah pengetahuan ibu Sumiati tentang agama lain dan juga tentang suku yang lain dengan ibu Sumiati, selain bersosialisasi ibu Sumiati dan warga sekitar rumah juga bisa saling memberikan toleransi.

(22)

Menurut ibu Sumiati Desa Ujung Serdang sudah termasuk desa yang terbaik, karena Desa Ujung Serdang adalah desa yang keadaan masyarakatnya tertib, aman dan nyaman, kondisi masyarakat yang mampu menciptakan keadaan aman, kehidupan yang penuh harmoni. Individu mampu hidup sejalan dan serasi dengan tujuan masyarakatnya yang terpenuhi, tujuan yang baik. Masyarakat yang memiliki solidaritas atau kekompakan/ kesetiakawanan yang tinggi. Menurut ibu Sumiati hal tersebut dapat tercipta dikarenakan masyarakat yang tinggal di Desa Ujung Serdang sama-sama memiliki tujuan yang sama untuk tinggal di desa ini yakni ingin meningkatkan atau ingin memperoleh pekerjaan untuk menghasilkan uang yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, maka setiap warga berlomba-lomba untuk bekerja.

2. Nama : Emanuel Laoili Jenis kelamin :laki-laki

Usia :41 tahun

Suku :Nias

Agama :Kristen Protestan Lama tinggal di Desa UJ.Serdang:22 tahun

Jumlah saudara beda agama :6 orang

Jumlah saudara beda suku :7 kepala keluarga ( 25 orang )

(23)

memiliki warga yang bersifat baik, terbuka dan ramah desa ini juga termasuk desa yang selalu mengalami perkembangan yang sangat cepat, perkembangan melalui perubahan sikap yang menjunjung tinggi solidaritas dan gotong royong yang tinggi sehingga desa ini terus menglami kemajuan terhadap perubahan yang lebih baik dan maju, pola pikir warga yang tidak mau ketinggalan mode atau zaman. Walaupun memiliki agama, suku, ras, kepentingan yang berbeda-beda namun warga yang tinggal di desa ini saling menghargai dan saling tolong menolong terlebih warga yang tinggal di sekitar rumah bapak ( tetangga) Emanuel ini, ia berpendapat bahwa tetangganya sangatlah baik, ramah, dan paling penting bagi bapak ini yakni sifat partisipasi yang tinggi yang dimiliki tetangganya, walaupun tetangganya juga berbeda suku dan agama dengan bapak ini, ada yang suku karo dan suku batak bahkan di sebelah kanan rumah bapak ini adalah warga yang suku jawa yang menganut agama islam, namun tetangganya ini tidak sombong bahkan sangat baik dan suka membantu bapak ini. Menurut bapak ini kehidupan bertetangga bapak ini sangat harmoni, sudah 23 tahun bapak ini tinggal di sekitar warga yang multikultural belum pernah terjadi konflik atau keributan sekecil apa pun itu. Baik tetangganya yang etnis karo, batak dan jawa bisa saling menghargai dan saling tolong menolong.

(24)

dan kesetiakawanan yang dimiliki oleh setiap warga desa ini sangat baik. Menurutnya hal tersebut bisa tercapai dikarenakan masyarakatnya memang sama-sama memiliki keinginan yang sama-sama yakni ingin menciptakan keadaan atu kondisi yang aman dan tertib agar warga yang tinggal di desa ini tidak terhalang atau terganggu untuk bekerja.

3. Nama : Yustini Dao

Jenis kelamin :Perempuan

Usia :44 Tahun

Suku :Nias

Agama :Kristen Protestan Lama tinggal di desa UJ.Serdang: 22 Tahun

Jumlah saudara beda agama :0 Jumlah saudara beda suku :6 orang

(25)

yang berinteraksi secara langsung yang sangat patur untuk dicontoh, , tegur sapa, terlebih para perempuan ( ibu2 ) yang ada di desa ini.

Ibu Yustini berpendapat bahwa keadaan masyarakat di Desa Ujung Serdang yang aman dan nyaman dan keadaan yang tertib bisa diterapkan oleh masyarakat desa ini karena dukungan dan motivasi dari pihak pemerintahan desa ini terutama dukungan dan motivasi dari Kepala Desa yang ada di Desa Ujung Serdang, melalui kegiatan gotong royong seluruh masyarakat yang dianjurkan oleh Kepala Desa yang mempertemukan warga, bertemu dan berinteraksi dalam melakukan sustu pekerjaan yakni gotong royong, untuk memeproleh tujuan yang sempurna atau untuk memperoleh hasil kerja gotong royong yang baik maka setiap warga harus bekerja sama untuk mencapai tujuan tersebut, dengan bekerja sama tanpa memilih –milih teman maka warga sudah melakukan interaksi yang baik dan secara tidak sadar mereka sudah menunjukan bahwa tidak ada masalah yang timbul dari kebersamaan yang memiliki perbedaan-perbedaan yang terlihat pada masyarakat.

Ibu Yustini juga berpendapat bahwa keadaan yang tertib, aman dan nyaman, teratur bisa tercapai tidak terlepas dari factor ekonomi masyarakat yang memiliki tujuan dan maksud yang sama yakni ingin meningkatkan perekonomian dengan bekerja di Desa Ujung Serdang, baik bekerja sebagai petani buruh, petani pemilik modal, bekerja sebagai wiraswasta dan membuka usaha sendiri. Menurutnya jika keadaan tidak harmoni tidak akan bisa mendapat pekerjaan sekalipun itu pekerjaan sebagi asisten rumah tangga.

(26)

Usia : 43 Tahun

Suku : Batak Simalungun Agama : Kristen protestan Lama tinggal di Desa UJ.Serdang: 24 Tahun

Jumlah saudara beda agama : 0

Jumlah saudara beda suku : 4 kepala keluarga ( 20 orang ) Menurut bapak Marlinson tinggal di Desa Ujung Serdang merupakan suatu kebanggaan baginya karena selama tinggal di desa ini ia merasakan perubahan yang sangat besar perubahan yang lebih baik daripada sebelumnya terutama perubahan perekonomian keluarganya, pada saat pertama tinggal di desa ini bapak ini sangat susah bahkan biaya untuk makan saja sangat susah dan rumah yang bapak tempati pada saat itu sangatlah tidak layak untuk dihuni tetapi bapak Marlinson dan istrinya tetap bertahan tinggal di rumah itu walaupun sangat memprihatinkan karena hanya rumah itu lah yang bisa ditempati secara geratis tanpa membayar uang sewa, dan pemilik rumah tersebut adalah warga Desa Ujung Serdang yang menganut suku karo dan menganut agama Katolik.

(27)

menciptakan keadaan tertib dan aman nyaman dalam masyarakat multikultural itu yakni memiliki sifat yang tidak egois, memiliki kesadaran bahwa perbedaan yang ada adalah pemberian Tuhan dan perbedaan itu adalah sederajat tidak ada yang lebih tinggi statusnya dan tidak ada yang lebih rendah dimata Tuhan semua manusia itu sama.

Tidak memiliki sifat yang tidak egois adalah ciri utama yang dimiliki oleh masyarakat Desa Ujung Serdang, dan ia juga mengatakan bahwa kondisi yang tertib, tidak pernah terjadi konflik antar warga meskipun masyarakat yang tinggal di desa ini memiliki sifat multikultural. Menurut bapak Marlinson ini kondisi masyarakat yang hidup harmoni di desa ini juga tidak terlepas dari faktor ekonomi, dimana setiap warga yang tinggal di desa ini pasti memiliki keinginan yang sama yakni ingin bekerja dan mendapatkan uang dengan tinggal di desa ini bisa bekerja dan menghasilkan uang dan dengan keadaan yang harmoni bisa lebih mudah untuk bekerja dan mendapat penghasilan yang lebih.

5. Nama : Hermian Simarmata Jenis kelamin : Pr

Usia :30 Tahun

Suku : Batak Simalungun Agama : Kristen Protestan Lama tinggal di Desa UJ.Serdang: 7 Tahun

Jumlah saudara beda agama : 3 orang

(28)

meskipun warga yang tinggal di desa ini masyarakat yang multikultural, masyarakat yang memiliki perbedaan yang sangat banyak, namun perbedaan yang ada tidak menjadikan warga untuk bersifat sombong melainkan warga yang tinggal di desa ini saling ,menghargai dan saling tolong menolong. Menurut ibu ini tingga di desa ini sangat enak, banyak organisasi kecil ada di bentuk oleh masyarakat di desa ini, arisan kecil yang dibentuk berdasarkan lokasi tempat tinggal, arisan yang dibentuk berdasarkan marga yang disandang, arisan umum yang dibentuk berdasarkan kesepakatan bersama yang anggotanya adalahmasyarakat yang multikultural, banyak oraganisasi dan pertemuan yang bisa mempertemukan warga agar bisa saling berinteraksi lebih dekat, bekerja sama dengan baik.

Menurut ibu Hermian keaadaan yang tertib, aman dan nyaman damai dan mampu mencapai tujuan desa ini yakni untuk memajukan desa tahap demi tahap mampu tercapai, hal tersebut dapat terjadi karena kekompakan warga yang tinggal di desa ini, kemauan yang sama untuk memajukan desa ini menjadi lebih baik lagi. Hal tersebut bisa tercapai karena dukungan dan motivasi oleh Kepala Desa dan pemerintahan desa yang lainnya dan juga faktor lingkungan desa ini yang sangat membantu perekonomian warga. Tinggal di desa ini sangat menguntungkan bagi ibu Hermian dikarenakan bisa bekerja di salah satu perusahaan swasta yang ada di Desa Ujung Serdang.

(29)

sejalan dan aman jika hanya seorang invidu saja yang bersifat baik melainkan kerja sama antar semua warrga yang ada di Desa Ujung serdang sehingga terlihat dalam kondisi atau keadaan yang harmoni.

6. Nama : Herlina Sipayung Jenis kelamin : Pr

Usia : 31 Tahun

Suku : Batak Simalungun Agama : Kristen protestan Lama tinggal di Desa UJ.Serdang : 5 Tahun

Jumlah saudara beda agama : 1 orang

(30)

agar tidak ada perpecahan antar manusia yang diakibatkan oleh perbedaan itu sendiri, jadi kunci utamanya untuk menciptakan keadaan yang tertib, aman dan nyaman ( harmoni ) adalah sikap saling menghargai dan tolong menolong.

Selain berpendapat bahwa keadaan masyarakat yang tertib, aman dan nyaman dapat tercapai karena kesadaran masyarakat sendiri ada juga faktor pendorong terciptanya harmoni dalam masyarakat yang multikultural di Desa Ujung Serdang dikarenakan oleh dukungan dan motivasi dari Kepala Desa yang selalu menekankan bahwa perbedaan yang ada dalam masyarakat desa ini adalah suatu anugrah dari Tuhan agar setiap warga yang ada di desa ini bisa saling menghargai terlebih bagi warga pendatang ke desa ini, Kepala Desa yang selalu memberikan arahan dan dorongan agar warganya selalu menjaga solidaritas atau kesetiakawanan dan kekompakan yang sudah tertanam sejak dari zaman dulu agar tetap dipertahankan walaupun dalam masyarakat yang multikultural.

Ibu Herlina juga mengatakan bahwa masyarakat yang ada di Desa Ujung Serdang mampu hidup sejalan dan mampu menciptakan keadaan yang tertib tanpa ada konflik diantara warga yang bersifat multikultural dipengaruhi oleh faktor ekonomi, dimana warga yang tinggal di Desa Ujung Serdang terutama warga pendatang memiliki tujuan dan maksud yang sama yaitu sama-sama ingin meningkatkan perekonomian keluarga, kemampuan dan adanya kesadaran atau keinginan untuk menciptakan keadaan yang tertib dan aman akan mempermudah kita untuk melangkah kedepan untuk mencari pekerjaan.

(31)

Usia : 37 Tahun Suku : Batak Toba Agama : Kristen protestan Lama tinggal di Desa UJ.Serdang : 15 Tahun

Jumlah saudara beda agama : 0 Jumlah saudara beda suku :0

Menurut ibu Epidona sejak ia tinggal di Desa ujung serdang belum pernah terjadi konflik atau pertentangan antar warga walaupun warga yang tinggal di desa ini adalah masyarakat yang multikultural, warga yang memiliki sifat dan kepentingan yang berbeda-beda. Ibu ini berpendapat bahwa masrakat yang tinggal di desa ini terlebih warga asli desa ini sangatlah terbuka dan memiliki sifat yang baik, ramah, dan memiliki solidaritas atau kekompakan dan kesetiakawanan yang sangat tinggi, dengan adaya sifat-sifat tersebut warga yang tinggal di desa ini mampu manciptakan keadaan atau kondisi masayarakat yang harmoni, keadaan yang tertib, aman, dan nyaman. Menurutnya hal tersebut dapat tercapai dikarenakan adanya kesadaran warga bahwa hidup dalam perbedaan itu adalah anugrah dari Tuhan yang tidak perlu untuk di jadikan permasalah yang nantinya akan mengakibatkan perpecahan antar warga dan keadaan yang harmoni tersebut bisa tercipta karena warga yang tinggal di desa ini hampir 100% memiliki keinginan untuk menambah penghasilan selain dari gaji pokok yang ia terima dari tempat bekerjanya seperti di pabrik, dengan tinggal di desa ini warga bisa bertani dan bekerja sebagai buruh tani sepulang ia bekerja dari perusahaan tempat warga bekerja.

(32)

Jenis kelamin : Pr

Usia : 48 Tahun

Suku : Karo

Agama : Katolik

Lama tinggal di Desa UJ.Serdang : 48 Tahun

Jumlah saudara beda agama : 4 kepala keluarga ( 20 orang) Jumlah saudara beda suku : 5 orang

Menurut ibu Maghdalena selama ia tinggal di Desa Ujung Serdang belum pernah terjadi konflik atau pertentangan antar warga meskipun warga yang tinggal di desa ini adalah masyarakat yang multikultural. Ibu ini berpendapat bahwa perbedaan yang ada pada warga desa ini tidak menjadikannya tidak bersosialisasi dan berinteraksi dengan warga yang memiliki perbedaan dengannya melainkan ia selalu berinteraksi dan bersosialisasi dengan warga yang berbeda kenyakinan dan berbeda suku dengannya, hal tersebut dapat terjadi dikarenakan ibu ini memiliki tetangga rumah yang berbeda keyakinan dan berbeda suku dengannya yakni di sebelah kanan rumahnya adalah warga yang menganut suku batak toba dan di sebelah kiri rumahnya adalah warga yang menganut suku batak toba.

(33)

di perusahaan swasta yang ada di Desa Ujung Serdang hal tersebut dilakukan untuk menambah penghasilan keluarga, terlebih warga yang bermigrasi ke desa ini mereka juga pasti memiliki keinginan yang sama dengan ibu Maghdalena ini yakni ingin bekerja dan mendapat pengasilan. Ibu ini berpendapat bahwa kondisi masyarakat yang harmoni juga bisa tercipta dikarena desa ini merupakan desa yang dapat memberikan kehidupan yang layak dikarenakan tanah yang subur yang cocok untuk bercocok tanam dan juga lapangan pekerjaan yang cukup membantu perekonomian keluarga.

Ibu Maghdalena juga berpendapat bahwa terciptanya harmoni masyarakat yang bersifat multikultural karena dipengaruhi oleh faktor lingkungan, dimana lingkungan yang dimaksud disini yaitu lingkungan sosial yang baik atau susasana yang baik dimana masyarakatnya yang hidup dan berinteraksi sehingga dapat berkembang.

9. Nama : Anna br Sinaga Jenis kelamin : Pr

Usia : 39 Tahun

Suku : Batak Simalungun Agama : Kristen protestan Lama tinggal di Desa UJ.Serdang : 17 Tahun

Jumlah saudara beda agama : 2 orang

(34)

Serdang merupakan suatu hal yang patut dibanggakan karena bisa hidup dan berinteraksi dengan orang-orang yang mampu menerapkan prinsip bahwa hidup tidak bisa sendiri, buktinya di Desa Ujung Serdang warganya hidup dengan aman, tentram, dan saling menghargai satu sama lain meskipun warga yang tinggal di Desa Ujung Serdang adalah masyarakat yang bersifat multikultural, dengan melihat kondisi warganya yang memiliki perbedaan yang sangat terlihat tetapi warga tidak mempermasalahkan hal tersebut dikarenakan warga yang tinggal di Desa Ujung Serdang menyadari bahwa perbedaan yang ada adalah suatu hal anugrah dari Tuhan dan segala yang di anugrahkan oleh Tuhan untuk setiap manusia tidak perlu untuk di permasalhkan tetapi untuk menciptakan keadaan yang tertib dan sejalan sehingga mampu menciptakan dan menghasilkan suatu hal yang baik.

(35)

mempengaruhi keberhasilan dalam menciptakan keadaan masyarakat yang harmoni walaupun dalam masyarakat yang bersifat multikultural.

10. Nama : S. Tarigan Jenis kelamin : Lk

Usia : 50 Tahun

Suku : Karo

Agama : Katolik Lama tinggal di Desa UJ. Serdang : 50 Tahun

(36)

dengan kondisi dan keadaan yang harmoni warga mampu bekerja dan mampu meningkatkan perekonomian keluarga.

Bapak ini juga berpendapat bahwa warga yang merantau ke desa ini juga wajib mampu mempertahankan keadaan masyarakat yang aman, karena kalau warga yang merantau ke desa ini tidak mampu berinteraksi dan bersosialisasi dengan baik dan menciptakan keaadaan yang tertib maka warga yang merantau akan mengalami kesulitan untuk bekerja. Bapak ini mengatakan bahwa hidup harus saling melengkapi, segala kekurangan dan kelebihan dan segala perbedaan yang ada pada diri warga bukannlah hal yang menjadikan setiap warga untuk tidak saling berinteraksi dan bersosialisasi melainkan mampu menciptakan hubungan yang baik.

Bapak S. Tarigan berpendapat bahwa kehidupan yang dijalani tidak bisa berjalan dengan mudah tanpa adanya interaksi dengan orang-orang yang ada disekitar lingkungan tempat tinggal, saling menghormati dan saling memahami satu sama lain menjadikan individu mampu untuk berinteraksi dan bersosialisasi dengan orang lain sekalipun dengan orang yang berbeda suku dan agama.

11. Nama : Jadi Kristian Ginting Jenis kelamin : Lk

Usia : 77 Tahun

Suku : Karo

Agama : Kristen protestan Lama tinggal di Desa UJ.Serdang : 77 Tahun

(37)
(38)

melainkan semua yang ia perjuangkan memiliki surat dan sertifikat yang sah dan sah dipergunakan untuk kebutuhan umum. Bapak ini tidak hanya pernah menjabat sebagai Kepala Desa melainkan bapak ini juga merupakan tokoh adat di Desa Ujung Serdang hingga saat ini juga.

Bapak Jadi ini berpendapat bahwa selama ia tinggal di Desa Ujung Serdang ia belum pernah terjadi konflik terutama konflik antar suku dan agama. Ia berpendapat bahwa masyarakat yang tinggal di desa ini walaupun memiliki sifat multikultural tetapi masyarakatnya mampu menciptakan kondisi dan situasi yang tertib, saling memahami, saling menghormati dan saling menghormati merupakan kunci untama untuk menciptakan masyarakat yang harmoni di tengah-tengah masyarakat yang multikultural. Menurut bapak ini hal tersebut bisa tercapai karena masrakatnya yang benar-benar memiliki sifat dan tujuan untuk menciptakan kedamaian. Pekerjaan juga mempengaruhi terciptanya kondisi masyarakat yang harmoni.

4.4. Gambaran Harmoni Interaksi Masyarakat Multikultural Di Desa Ujung Serdang

4.4.1. Gambaran Perubahan dan Perkembangan Desa Ujung Serdang di Mata Masyarakat

(39)

jumlah penduduk, dan penduduk asli yang pertama menghuni kampung ini adalah penduduk yang menganut etnis karo. Hal ini terungkap melalui wawancara dengan Bapak Suranta Tarigan yaitu:

“Sejak awal saya tinggal di Desa Ujung Serdang ini saya melihatnya banyak perkembangan dan kemajuan yang terjadi di desa ini, terutama perkembangan dari jumlah penduduk nya, kalau dulu jumlah penduduknya bisa dihitung dalam waktu cepat karena sangkit sedikitnya penduduk yang tinggal di desa ini dan penduduk pertama yang menghuni desa ini adalah kami yang menganut etnis karo. Perkembangan demi perkembangan maka jumlah penduduk pun semakin bertambah dan tidak hanya penduduk yang etnis Karo saja yang menghuni desa ini melainkan sudah banyak, sudah termasuk desa yang dihuni oleh banyak penduduk yang menganut berbagai suku dan budaya, terlebih saat ini dapat adek lihat sendiri sudah tidak terhitung lagi dalam waktu yang cepat, ada yang suku Karo, suku Batak Toba, suku Batak Simalungun, suku Jawa dan bahkan sekarang sudah mulai banyak pulak orang Nias yang datang ke desa kami ini”

Berdasarkan wawancara tersebut, diketahui bahwa Desa Ujung Serdang ini memang mengalami perkembangan dan pertambahan penduduk yang tidak hanya etnis karo saja melainkan sudah dihuni oleh masyarakat yang multikultural, terlebih pada saat ini Desa Ujung Serdang ini selalu mengalami perkembangan yang sangat pesat mulai dari struktur pembangunan desa bahkan fasilitas yang dilengkapi oleh desa untuk dipakai oleh masyarakat yang tinggal di desa ini. Hal ini terungkap melalui wawancara dengan Ibu Maghdalena Sembiring yaitu:

(40)

Pada saat ini Desa Ujung Serdang sudah banyak mengalami perubahan dimata masyarakat terlebih dimata masyarakat yang bukan penduduk asli desa ini atau perantau, dari segi kependudukan dan wilayahnya secara geografis. Awal kedatangan mereka pada kurun waktu 1995 sampai 2000 jika dibandingkan dengan apa yang terlihat pada saat ini menunjukkan perubahan yang signifikan. Selama beberapa decade terakhir pembangunan baik dari segi bangunan fisik maupun segi perkembangan ekonomi, tampak berkembang pesat. Penduduk yang dahulu didominasi oleh masyarakat asli etnis Karo yang kebanyakan bekerja sebagai petani dan sebagaian lainnya sebagai pegawai di perusahaan swasta, kini cenderung lebih beragam seiring semakin banyaknya pendatang dari berbagai daerah dengan matapencaharian yang beragam pula. Hal ini terungkap dari wawancara dengan Ibu Yustini Dao ( etnis Nias) yaitu:

“Waktu kaka ( sebutan kakak dalam bahasa nias) pindah ke sini tahun 1995an, waktu baru menikah dengan abangmu ini, kondisi Desa Ujung Serdang ini masih belum seperti saat ini, kalau sekarang kan sudah enak de sudah ada angkutan umum jadi tidak cape lagi berjalan kaki, kalau dulu untuk bisa sampai rumah harus berjalan kaki dari simpang ke sini, udah jalannya jelek, kalau hujan sudah lah berbecek-becek lah kita dipenuhi lumpur lah kaki kita, terus perekonomian penduduk di desa ini juga masih relatif rendah terlihat pada saat kaka ke sini masih jarang sekali yang memiliki alat komunikasi seperti hand phone jadi kalau ada perlu sama orang kita harus mendatanginya meskipun itu jauh, kalau sekarang sudah hampir semua memiliki alat komunikasi terutama hand phone bukan hanya hand phone tapi alat elektronik yang lainnya juga sudah lengkap seperti televisi bahkan ade tau gak kalau kalau di Desa Ujung Serdang ini juga sudah hampir memiliki mobil minimal satu dalam setiap kepala rumah tangga, kan dilihat dari barang-barang yang dimiliki penduduk di desa saat ini sudah bisa kita simpulkan bahwa ada kemajuan dari segi perekonomian dan segi bangunan fisik.”

(41)

merupakan sosok pejuang di Desa Ujung Serdang karena sudah banyak yang berhasil ia perjuangkan dan ia berikan kepada Desa Ujung Serdang dan untuk dinikmati oleh masyarakat, yang mengatakan :

(42)

mendaptkannya, kalau untuk keperluan umum saya sangat semangat untuk memperjuangkannya, dan tanah puskesmas desa ini itu juga saya yang berhasil mendapatkannya dari PTP dan juga tanah atau lahan yang baru-baru ini peletakan batu pertama untuk dibangun kantor kepala desa yng baru itu juga saya yang memperjuangkannya dan satu lagi tanah beserta kantor kepala desa yang sekarang ini juga hasil perjuangan saya, selama saya menjabat sebagai Kepala Desa di Desa Ujung Serdang ini 20 ( dua puluh ) tahun lamanya kurang lebih itu lah yang saya perjuangkan dan dengan perkembangan zaman sudah banyak yang bertambah di desa ini. Perkembangan terus terjadi, bentuk bangunan rumah-rumah yang sudah bagus-bagus, lingkungan yang semakin bersih, jumlah penduduk yang terus menambah dan tidak hanya orang karo lagi yang ada di desa ini melainkan sudah banyak etnis yang datang dari berbagai daerah…”

Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpilkan bahwa Desa Ujung Serdang dari tahap tahun ke tahun selalu mengalami perkembangan dan mengarah kea rah yang lebih maju dan lebih baik, baik dari segi fisik dan segi jumlah penduduk yang selalu mengalami perkembangan yang maju.

4.4.2. Gambaran Dunia Usaha Masyarakat Multikultural di Desa Ujung Serdang

Dunia usaha dapat diartikan sebagai suatu lingkup yang di dalamnya terdapat kegiatan produksi, distribusi dan upaya-upaya lain yang diarahkan pada pemuasan maksimal keinginan dan kebutuhan manusia. Hal ini menunjukkan bahwa dalam lingkup dunia usaha yang majemuk serta saling berinteraksi misalnya usaha pertanian, logam mulia, transportasi dan sebagainya.

Usaha dalam bidang pertanian ini merupakan jenis usaha yang cocok untuk Desa Ujung Serdang karena Desa Ujung Serdang merupakan daerah dengan tanah yang sangat subur, sangat cocok untuk bercocok tanam. Hal ini terungkap dalam wawancara dengan Bapak S. Tarigan yang mengatakan:

(43)

yang subur sehingga hasil dari apa yang saya tanam menghasilkan buah yang bagus sehingga bisa membantu perekonomian saya, dengan begitu saya berhasil bangkit dari kesusahan saya yang saya rasakan pada jaman dulu, tanaman yang sangat cocok untuk ditanam di sini itu adalah ubi kayu atau singkong, sangat cocok untuk suhu udara yang tidak terlalu panas dan tidak terlalu dingin, selain ubi kayu yang cocok ditanam di daerah desa ini yaitu jagung, jagung juga sangat cocok ditanam disini dan sampai sekarang banyak warga yang pekerjaanya sebagai seorang petani menanam ubi atau jagung…”

Hal yang sama juga diungkapkan oleh salah satu informan penelitian ini yaitu Bapak Marlinson purba yang mengatakan :

“…di desa ini banyak masyarakat yang bekerja sebagai petani terutama warga yang etnis karo, mereka selain bekerja sebagai pegawai atau tenaga kerja di sebuah perusahaan diluar dari desa ini masyarakat juga bekerja sebagai petani, petani pemilik modal dan pemilik tanah,kalau nanti mereka tidak sempat menyelesaikan pekerjaan diladang mak mereka mencari warga yang sedang tidak bekerja dengan bayaran perhari atau bisa juga perminggu, makanya etnis pendatang di desa ini pun sudah banyak juga yang pandai bertani meskipun dulunya dia sama sekali tidak pernah bertani tetapi dengan tinggal di sini maka mereka sudah mengetahui sedikit banyaknya tentang cara bertani, contohnya saya sendiri, saya meskipun sudah bekerja di salah satu perusahaan atau pabrik tapi saya masih menerima tawaran kerja dari warga yang sedang membutuhkan tenaga untuk menyelesaikan pekerjaannya di ladang atau sawahnya tetapi tidak setiap hari saya bisa menerima pekerjaan itu melainkan pada saat saya sedang tidak masuk kerja, tanah disini masih subur masih bisa menghasilkan tanaman yang cantik…kalau di desa ini banyak sekali lah warga yang bekerja sebagai petani apalagi yang etnis karo

(44)

“…ada juga warga yang senang menanam remah-rempah yang menurut merek tidak banyak menguras tenanga seperti menanam kencur, kunyit, jahe karena tidak harus di pompa, dibersihkan secara rutin dan tidak harus berat untuk mengangkat hasil penennya nanti rempah yang paling banyak di tanam warga disini itu adalah lengkuas dengan sere..”

Selain bekerja di bidang pertanian, masyarakat Desa Ujung Serdang juga bekerja sebagai tukang jahit pakaian. Jasa jahit ini tidak akan sepi pengunjungnya sebab bukan hanya untuk membuat atau menjahit pakaian jadi tapi untuk perbaikan baju robek juga bisa dilakukan. Jasa jahit pakaian masih ramai bahkan bukan hanya ibu rumah tangga tapi banyak juga penjahit yang berasal dari kalangan pria. Hal ini terungkap dari hasil wawancara dengan informan yaitu Bapak Emanuel Laoli yang mengatakan :

“…selain saya bekerja di perusahaan swasta yang ada di depan itu, saya juga bekerja sebagai tukang jahit ( Edu Taylor) sebenarnya pekerjaan saya dulu adalah tukang jahit di Nias Cuma karena tidak laku dan tidak banyak yang menjahit maka saya sering tidak bekerja dan tidak dapat uang jadi saya dulu merantau ke Medan lalu ada kawan saya mengajak saya untuk tinggal di desa ini katanya ada lowongan kerja di pabrik dan saya mencobanya Puji Tuhan saya di terima dan saya mulai menjahit lagi sampai saat ini pakaian yang harus saya jahit sudah sangat banyak..”

(45)

Hal ini terungkap dalam wawancara dengan salah satu informan yaitu Ibu Anna br Sinaga yang mengatakan :

“… kalau disini banyak kerjaan yang bisa dikerjakan asalkan kita mau dan tidak malu, seperti tukang jualan warung-warung kecil atau pun warung besar biasa disebut disini kedai grosir dan banyak juga pemilik grosir yang memperkerjakan anak-anak muda untuk mengangkat barang-barang pesanan dari warung-warung kecil untuk diantar, terus bisa juga kerja di Depot Air sebagai tukang antar air, bisa juga kerja di bengkel, makanya saya bilang kalau tinggal di desa ini tidak akan bisa kelaparan karena tidak ada nasi untuk dimakan aslakan mau dan tidak malu untuk bekerja yakinlah pasti bisa membantu perekonomian keluarga..”

Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulakan bahwa masyarakat Desa Ujung Serdang tidak hanya bekerja di bidang pertanian saja melainkan banyak pekerjaan atau usaha yang dilakukan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Misalnya membuka usaha seperti Depot Air, membuka usaha pencuci kreta ( dorsemer), usaha foto copy, dan lain sebagainya. Kegiatan sehari-hari masyarakat Desa Ujung Serdang adalah kegiatan yang menghasilkan uang atau menghasilkan interaksi antar masyarakat baik antar etnis pendatang ataupun sesama warga setempat.

4.4.3. Gambaran Interaksi Sosial Secara Langsung Pada Masyarakat Desa Ujung Serdang

(46)

hubungan antara orang perorangan antara kelompok-kelompok manusia maupun antara orang perorangan dengan kelompok manusia”. Komunikasi verbal dengan nonverbal adalah sarana yang digunakan dalam berinteraksi tersebut, dengan memelihara dan mengembangkan komunikasi yang baik akan mempererat hubungan antar individu maupun kelompok.

(47)

“ Tinggal di Desa Ujung Serdang ini enak sekali dek, udah penduduknya ramah-ramah, sopan, yang paling utama itu mereka tidak membeda-bedakan, tidak ada yang lebih mengutamakan yang sama agama, atau yang sama suku tapi mereka bersikap netral, seperti yang mereka perlakukan kepada saya meskipun saya berbeda suku dan etnis dengannya tapi tetap saja mereka bersikap sama dengan yang sama suku atau agama dengannya, hal itu saya rasakan terutama dari tetangga rumah saya, meskipun ada yang suku Batak Toba, Batak Simalungun, Karo bahkan ada tetangga baru saya dia orang Nias tapi dia tidak sombong malahan dia baik sama saya, yaa meskipun ada yang bersikap baik hanya untuk memperoleh keuntungan baginya itu saya tidak tahu lah ya dek, seperti pemilik rumah saya ini dia sangat baik sama saya, peduli sama keluarga saya, kami tidak pernah berantam tapi kan dek menurut saya dia itu bersikap baik sama saya biar saya tetap mau menempati rumahnya ini, dan memang sih sama-sama menguntungkan sih, dia dapat uang saya dapat rumah tapi itu lah dek tinggal di Desa Ujung Serdang ini sangat enak, tidak pernah terjadi konflik antar warga meskipun masyarakatnya bersifat multikultural, banyak perbedaan dan kepentingan yang berbeda tapi tidak menjadi penghalang untuk memberikan toleransi yang tingggi dan tetap ada kekompaan terutama untuk mencapai dan memperoleh sesuatu pasti semuanya bekerja sama demi kebaikan”

Hal ini diperkuat oleh penjelasan salah satu informan oleh E. Ginting yang merupakan salah satu warga Desa Ujung Serdang tetapi tidak termasuk informan dalam penelitian ini tapi E. Ginting ini ada pada saat penulis melakukan wawancara mendalam terhadap informan penelitian, yakni :

(48)

ini ntah ke rumah saudaranya yang ada di desa ini jadi kita gak malu malahan dia pasti bangga, dengan keberagaman yang dimiliki oleh penduduk tapi mampu menciptakan kondisi dan keadaan yang tertib, aman dan nyaman itu semua buah atau hasil dari sifat yang dimiliki oleh warga desa ini dek”.

Dalam penelitian ini, interaksi sosial secara langsung ditandai dengan adanya kontak langsung antar individu maupun kelompok yang melakukan percakapan antara dua orang atau lebih secara tatap muka tanpa adanya perantara seperti halnya untuk bertegur sapa dengan tetangganya. Seperti yang dilakuakan oleh Ibu Anna br Sinaga yaitu:

“sering kali lah saya berkomunikasi dengan tetangga saya apalagi cerita-cerita udah panjang lebar nanti ntah sampai mana saja cerita ini, dari a sampai ke z nanti bisa diceritakan udah sama seperti menggosip, namanya juga ibu-ibu yang sukaknya cerita-cerita saja apalagi kalau ada waktu kosong langsunglah nyarik teman untuk cerita, apalagi kalau udah jumpa di warung pada saat belanja pastilah saya sapa dulu tetangga saya terus kami cerita-cerita apa saja…”

(49)

kenyamanan di antara mereka dan adanya kesan baik yang ditimbulkan saat pertama kali melakukan interaksi.

4.4.4. Gambaran Interaksi Secara Tidak Langsung Pada Masyarakat Desa Ujung Serdang

Interaksi sosial secara tidak langsung adalah dengan adanya penggunaan alat bantu sebagai perantara Dallam berinteraksi seperti halnya melalui telepon, surat ataupun alat bantu lainnya. Interaksi sosial secara tidak langsung ini juga terdapat kontak ataupun komunikasi sebagai syarat terjadinya interaksi hanya saja dilakukan dengan penggunaan sarana bantuan berkomunikasi. Seperti halnya akan diadakana kegiatan perwiritan atau pertemuan ibu –ibu arisan maka pengurus yang bersangkutan dalam kegiatan tersebut akan memberitahkan kepada setiap anggota atau peserta untuk mengadakan kegiatan tersebut, biasanya informasi yang diberikan berupa ajakan ataupun jadwal kegiatan akan dilaksanakan yang dapat membantu masyarakat dalam berinteraksi. Seperti yang dikatakan oleh Ibu Sumiati:

“…kalo untuk ngasih tau satu-persatu secara langsung tentang jadwal wirit susah juga karna bisa jadi pada saat pengurus mendatangi rumahnya dia tidak ada kan capek dijalan dan buang-buang waktu saja lebih bagus lagi memberitahukannya lewat telepon atau xmx saja lebih cepat dan lebih simple, seperti saya juga sering di telfon oleh pengurus harian kegiatan wirit kami kalau ada kegiatan wirit, terus pada saat kegiatan wirit sudah mau selesai diumumkan untuk tempat atau lokasi wirit selanjutnya jadi bisa mendengar semua dan untuk mengingatkan lagi baru pakai telepon…”

(50)

imunisasi terhadap anak-anak balita, maka pihak puskesdes akan menelfon kader-kader di setiap dusun mengenai jadwal atau persiapan yang diperlukan pada saat posyandu berlangsung, seperti yang diungkapkan oleh salah satu informan yaitu Ibu Maghdalena br sembiring yang mengatakan:

“…saya kan kader posyandu di dusun empat di desa ini, kami biasanya posyandu setiap tanggal 16 setiap bulannya kalau ada perubahan atau sesuatu hal yang diperlukan maka ibu bidan kami akan menelfon saya atau teman saya satu lagi, tidak perlu mendatangi rumah karna bisa jadi nanti tidak ktemu kalau hand phone kan pasti selalu dibawak karena bentuk atau fisiknya yang kecil dan mudah dibawak-bawak kemana-mana jadi informasi dapat diketahui lebih cepat daripada menunggu didatangi oleh ibuk bdan…”

Dari hasil wawancara di atas menunjukkan bahwa dengan adanya alat bantu berkomunikasi maka warga tidak harus saling bertatap muka untuk berinteraksi. Dengan demikian onformasi-informasi penting dapat sampai ke masyarakat Desa Ujung Serdang dengan cepat. Interaksi sosial secara tidak langsung ini membukt ikan bahwa berinteraksi tidak harus bersentuhan secara fisik ataupun badaniah melainkan ada cara-cara lain yang dapat membantu terjadinya interaksi sosial dalam masyarakat namun tetap mengarah kepada syarat terjadinya interaksi.

(51)

Kerja sama yang dimaksud sebagai suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok manusia untuk mencapai satu atau beberapa tujuan bersama.

Kerja sama timbul apabila orang menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan-kepentingan yang sama dan pada saat yang bersamaan mempunyai cukup pengetahuan dan pengendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi kepentingan tersebut. Kesadaran akan adanya kepentingan-kepentingan yang sama dan adanya organisasi merupakan fakta-fakta yang penting dalam kerja sama yang berguna.

(52)

halnya juga dengan membeli lahan atau rumah si penjual mendapat uang dan sipembeli mendapatkan rumah atau lahan dan tentunya kerjasa sama ini tidak menutup kemungkinan terjadi antara warga yang berbeda etnis karena pemilik lahan atau rumah yang mayoritas di Desa Ujung Serdang adalah warga yang menganut etnis Karo dan pendatang pasti ada yang menganut etnis Batak Toba, Nias, Jawa, Batak Simalungun dal yang lainnya. Dengan begitu pendatang dapat tempat tinggal dan membuka usaha untuk keberlangsungan hidup mereka dan harapan untuk mendapatkan perekonomian yang lebih baik dari tempat mereka sebelumnya. Dengan demikian kedatangan masyarakat pendatang ke Desa Ujung Serdang warga yang sudah lebih dulu tinggal di Desa Ujung Serdang tidak melihat sisi negatifnya melainkan mereka melihat adanya kesempatan untuk mendapatkan keuntungan dari masyarakat pendatang dan sebaliknya masyarakat pendatang juga mendapatkan keuntungan yaitu dapat mencari perekonomian yang lebih baik dari sebelumnya. Sehingga interaksi antar masyarakat multikultural yang dilakukan oleh warga Desa Ujung Serdang interaksi proses asosiatif yaitu, kerja sama. Penjelasan di atas sesuai dengan apa yang disampaikan oleh salah satu informan Ibu Sumiati (Jawa/Islam) yang mengatakan:

(53)

dirumah tersebut saya bertaya dengan orang apa saya nantinya saya berinteraksi dan bersosialisasi sehari-harinya lalu ibu itu berkata kalau saya akan berinteraksi dan bersosialisasi dengan orang Batak Toba, Karo, dan orang mandailing karena orang yang tinggal disekitar rumah tersebut adalah Etnis Batak, Karo dan Mandailing, lalu saya terdiam sejenak dan berfikir bagaimana bisa saya bisa menyesuaikan diri dengan orang-orang yang berbeda dengan saya, itu lah yang saya pikirkan namun prinsip saya kalau saya pasti bisa dan saya juga sudah terlajur suka dengan rumah yang ia tawarkan kepada saya karena letaknya yang pas di pinggir jalan dengan begitu saya bisa membuka usaha dan Alhamdulillah saya bisa membuka usaha foto copy ini hingga saat ini saya masih menyewa rumah ini karena ibu tersebut tidak mau menjual rumah ini hanya untuk di sewakan saja dan akhirnya saya berfikir untuk membeli rumah untuk jaga-jaga manatau suatu saat saya tidak mampu lagi membayar uang sewa rumah ini jadi saya bisa pindah ke rumah yang sudah saya beli, dan rumah yang sudah saya beli tidak jauh dari rumah ini kq, saya membelinya dari orang Karo sama dengan pemeilik rumah ini orang Karo juga karna memang rata-rata pemilik rumah kosong dan lahan yang ksosng di desa ini mereka orang-orang karo”.

Hal tersebut sama juga seperti yang dikatakan oleh salah satu informan yaitu Bapak Emanuel Laoli yang mengatakan:

“…pertama saya tinggal di desa ini saya belum memiliki rumah, masih numpang di rumah teman setelah dua hari saya numpang saya mendengar kalau ada warga disini yang mau jula tanahnya tanpa mikir panjang lagi saya langsung mendatangi warga tersebut dengan hasil kerja sama dalam penentuan harga tanah itu akhirnya saya sah membeli tanahnya dan saya membangun rumah pada saat itu masih sangat kecil tidak seperti saat ini hal ini bisa terjadi karena adanya kerja sama antara saya dan pemilik tanah ini karena adanya komunikasi yang baik sehingga kegiatan tawar menawar dalam penentuan harga tanah ini sehingga kami berdua mendapat keuntungan yakni dia dapat uang dan saya dapat rumah, dengan begitu saya jadi lebih akrab lagi dengan pemilik tanah ini bahkan sampai saat ini…”

(54)
(55)

warga yang tinggal di desa ini, dengan adanya persatuan ini warga secara tidak sadar dituntut untuk mampu berinteraksi dan bersosialisasi dengan masyarakat yang bersifat multikultural. Masyarakat sangat senang dengan adanya persatuan desa ini (psp) karena menurutnya sangat membantu ketika terkena musibah atau mengadakan pesta suka ataupun duka karena persatuan ini merupakan persatuan yang bergerak dibidang sosial. Hal tersebut seperti yang diungkapkan oleh salah satu informan yaitu Ibu Herlina Sipayung yang mengatakan:

“…disini ada persatuan desa yang gunanya itu untuk membantu atau meringankan biaya untuk kita berpesta atau pada saat kita kemalangan, karna semua anggota persatuan itu nanti akan membayar uang teken les untuk yang pesta teken les ini sudah wajib dibayar oleh anggota persatuan sejumlah 30 ribu per kepala keluarga ditambah lagi nanti sumbangan sukarela kita untuk yang pesta jadi yang mengadakan pesta pun gak berat kali mengeluarkan biaya bahkan bisa-bisa nanti mendapatkan untung bisa mencapai delapan juta, pokoknya enak lah kalau masuk persatuan desa ini udah anggotanya gk hanya orang karo saja tapi memang pengursnya lebih banyak orang karo tapi anggotanya tidak semua orang karo bercampur lah semua, ada Etnis Jawa, Etnis Batak Toba atau Simalngun, Etnis Nias jadi dengan adanya persatuan ini jadi ada kesempatan kami untuk berkumpul dan berinteraksi dengan warga Desa Ujung Serdang kalau kerumah masing-masing ya gak mungkinlah palingan Cuma dengan tetangga rumah saja yang sering berbaur, berinteraksi dan bersosialisasi, persatuan ini sudah termasuk lama dan semakin lama semakin banyak anggota masyarakat yang mendaftar menjadi anggota tetap, bertahannya persatuan ini karena semua anggota yang ikut serta didalam bekerja sama untuk mempertahankan persatuan ini agar tidak terjadi konflik terutama konflik antar anggota persatuan ini karna kalau udh ada konflik sedikit saja pasti bakalan tidak semangat lagi untuk ikut dalam persatuan ini, adanya persatuan ini secara tidak sengaja dan tidak sadar kita diwajibkan untuk saling menghargai dan saling menghormati di tengah-tengah perbedaan yang ada, memiliki rasa toleransi yang tinggi, awalnya tadi kita tidak saling kenal tapi dengan bertemunya di persatuan ini jadi saling berkenalan jadi kalau nanti kapan-kapan lagi bertemu sudah tidak malu untuk menyapanya…”

(56)

Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulakn bahwa bentuk kerja sama antar warga yang ada di Desa Ujung Serdang dapat terlihat dalam sebuah organisasi atau persatuan, tidak hanya kedua persatuan tersebut yang ada di Desa Ujung Serdang melainkan banyak lagi organisasi atau persatuan-persatuan kecil yang ada di Desa Ujung Serdang misalnya seperti Arisan keluarga, arisan menurut marga dan lain sebagainya.

Kegiatan lainnya yang menjadi wadah untuk masyarakat Desa Ujung Serdang bekerja sama adalah pada saat dilaksanakan kegiatan rutin gotong royong hal ini dianggap sangat efektif dalam menyatukan kerja sama antar masyarakat Desa Ujung Serdang. dalam hal ini terdapat unsure-unsur kerukunan antar etnis di Desa Ujung Serdang. kerukunan tersebut terwujud dari kerjasama yang dibangun oleh masyarakat Desa Ujung Serdangdengan tidak memandang etnisdan kerjasama ini tetap dipertahankan guna untuk mempererat solidaritas antar etnis di Desa Ujung Serdang. kerjasama ini diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari masyarakt Desa Ujung Serdang, sebagai bentuk strategi pola hidup bersama untuk meringankan beban masing-masing kerjaan. Adanya kerjasama semacam ini merupakan sustu bukti adanya keselarasan hidup antar sesama, terutama yang masih menghormati dan menjalankan nilai-nilai kehidupan.

(57)

Etnis Karo. Perbedaan tersebut menimbulkan oerbedaan budaya (perbedaan bahasa, kebiasaan, atau adat istiadat) diantara keduanya. Namun dengan berjalannya waktu Ibu Anna dan suaminya dapat menyesuaikan diri dan saling bertoleransi sehingga tidak menimbulkan konflik atau permusuhan.

Kemudian akulturasi yang tampak segi kebudayaan yang dianut namun terjadi pencampuran dengan budaya lain dan tidak meninggalkan kebudayaan aslinya. Selain asimilasi dan akulturasi terdapat pula amalgamasi yang dihasilkan dari proses interaksi. Terlihat dari hasil penelitian yang telah dilakukan beberapa informan menyebutkan bahwasannya dikeluarga mereka adanya perkawinan campuran (amalgamasi), seperti perkawinan campuran Etnis Jawa dengan Etnis Karo, Etnis Batak dengan Etnis Nias dan masih banyak lagi. Masyarakat Desa Ujung Serdang tidak memungkiri adanya perkawinan campuran di keluarga mereka dengan membuka diri dan bisa menerima etnis lain yang dapat mengurangi pandangan-pandangan buruk terhadap etnis lainnya sehingga tidak ada lagi perpecahan yang sering ditimbulkan akibat perbedaan etnis.

4.5. Masyarakat Multikultural

Masyarakat multikultural merupakan suatu masyarakat yang terdiri dari berbagai elemen, baik itu suku, ras, agama, pendidikan, ekonomi, politik, bahasa dan lain-lain yang hidup dalam suatu kelompok masyarakat yang mememiliki satu pemerintahan tetapi dalam masyarakat itu masing-masing terdapat segemn-segmen yang tidak dapat disatukan.

(58)

dalam pelaksanaannya masih terdapat berbagai hambatan yang menghalangi terbentuknya multikulturalisme di masyarakat.

Masyarakat multikultural yang terdapat Desa Ujung Serdang terdapat beberapa golongan etnis didalamnya seperti Etnis Nias sebagai etnis minoritas di Desa Ujung Serdang, Etnis Jawa yang terdapat di pinggiran jalan Desa Ujung Serdang yang mebuka usaha rumah makan yang populasinya hanya beberapa saja, Etnis batak yang juga memiliki harta berupa tanah dan Etnis Karo yang mendominasi terhadap harta berupa tanah, rumah kontrakan dan ruko. Tetapi semua etnis yang terdapat di sini sudah membawur dalam satu lingkungan antara etnis, agama, ras, pendidikan, ekonomi, bahasa dan lain-lain.

Penjelasan di atas sesuai dengan yang diuraikan oleh Bapak Jadi Kristian Ginting yang mengatakan:

“…di desa Ujung Serdang ini yang dulunya hanya ada etnis karo saja tetapi sekarang sudah tidak lagi, melainkan banyak etnis yang tinggal di desa ini, kayak etnis Nias, Etnis Jawa, Etnis Batak Simalungun, Batak Toba. Karo bahkan ada juga Batak pakpak dan orang menggali ( india) namun orang india dan orang pakpak ini tidak banyak palingan ada 3 atau 4 orang lah, walaupun banyak etnis, banyak agama, banyak pendidikan yang berbeda-beda di desa ini sudah saling bercampur dan saling berbaur dan saling menghormati dan saling menghargai sehingga belum pernah lah terjadi konflik antar warga gara-gara beda suku dan agama sampai saat ini masih aman-aman saja kok, buktinya meskipun yang mendominasi di desa ini adalah orang karo dan termasuk juga orang batak tidak mempersoalkan atau mempermasalahkan etnis pendatang untuk membuka usaha atau mendominasi untuk membuka usaha milik sendiri seperti membuka warung atau toko-toko kecil…”

Hal ini diperkuat oleh penjelasan salah satu informan yaitu Ibu Hermian Simarmata yang mengatakan:

Gambar

Tabel 3 : Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenjang Pendidikan
Tabel 4: Komposisi Penduduk Berdasarkan Matapencaharian
Tabel 5: Komposisi penduduk berdasarkan agama
Tabel 7: Komposisi Penduduk Berdasarkan Etnis
+4

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Telah dilakukan penelitian non-eksperimental yang bersifat deskriptif-retrospektif mengenai pola penggunaan obat hipoglikemik oral (OHO), insulin dan obat antihipertensi

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini yaitu: 1) Untuk meneliti apakah asimetri informasi, ukuran perusahaan dan Leverage secara

jantung pada dinding dada.Batas bawahnya adalah garis yang menghubungkan sendi kostosternalis ke-6 dengan apeks jantung... FISIK DIAGNOSTIK JANTUNG DAN

Adapaun tujuan dari penelitian serta pembuatan robot berkaki tersebut adalah untuk memenuhi Tugas Akhir di Universitas Pembangunan Nasional yang dimana robot tersebut bisa

Akankah esok kembali ,aku masih kau beri kehidupan yang berarti?. Wahai dunia dan

Saat ini kerap terjadi pelanggaran privasi di media sosial berbasis ojek online, timbulnya pelanggaran privasi pada ojek online ini karena aplikasi

Sucofindo (Persero) Surabaya harus mengikuti perkembangan teknologi, sehingga diperlukan kemampuan para manajer yang semakin tinggi untuk memprediksi lingkungan disekitar