• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Interaksi Sosial Secara Langsung Pada Masyarakat Desa Ujung Serdang

4.4. Gambaran Harmoni Interaksi Masyarakat Multikultural Di Desa Ujung Serdang

4.4.3. Gambaran Interaksi Sosial Secara Langsung Pada Masyarakat Desa Ujung Serdang

Manusia sebagai makhluk sosial akan selalu berinteraksi dengan sesamanya karena untuk mencapai kebutuhan-kebutuhannya yang dikehendaki bergantung bantuan dari orang lain. Inilah dasar dan alasan antara individu yang satu dan yang lain melakukan interaksi sosial. Dilingkungan individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat tidak lepas adanya hubungan sosial ini. Interaksi sosial seperti ini, seperti yang diungkapkan oleh Soerjono Soekanto (dalam Bambang, 2015), yaitu “hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut

hubungan antara orang perorangan antara kelompok-kelompok manusia maupun antara orang perorangan dengan kelompok manusia”. Komunikasi verbal dengan nonverbal adalah sarana yang digunakan dalam berinteraksi tersebut, dengan memelihara dan mengembangkan komunikasi yang baik akan mempererat hubungan antar individu maupun kelompok.

Menurut Soerjono Soekanto (dalam Afry,2015:75) interaksi terjadi dengan adanya dua jenis syarat yang harus dilaksanakan, yakni kontak sosial dan komunikasi. Kontak sosial dapat dipahami bahwa tidak selalu terjadi melalui interaksi atau hubungan fisik, sebab orang melakukan kontak sosial dengan pihak lain tanpa menyentuhnya. Kontak sosial memiliki beberapa sifat, yakni kontak sosial positif dan negatif. Interaksi yang dilakukan melalui kontak sosial yang terjadi di Desa Ujung Serdang merupakan interaksi melalui kontak sosial yang positif, dimana dapat dilihat ada beberapa etnis yang tinggal di Desa Ujung Serdang yang tidak memepermasalahkan latar belakang antar satu Etnis dengan Etnis lainnya sehingga terjalin suatu keadaan atau kondisi yang harmoni dimana keadaan masyarakat yang aman dan nyaman, tertib, memiliki solidaritas dan kekompaan yang tinggi diantara masyarakat yang tinggal di Desa Ujung Serdang. Hidup saling menghargai dan memberikan toleransi terhadap sesama warga yang tinggal di Desa Ujung Serdang yang mempererat hubungan yang baik, memelihara rasa kepedulian terhadap sesama warga yang tinggal di Desa Ujung Serdang terlebih sesame tetangga rumah walaupun memiliki latar belakang yang berbeda namun hal itu tidak menjadikan warga untuk tidak saling menghargai dan kebiasaan warga tersebut menghasilakan kondisi masyarakat yang multikultural menjadi harmoni. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Ibu Sumiati yaitu :

“ Tinggal di Desa Ujung Serdang ini enak sekali dek, udah penduduknya ramah-ramah, sopan, yang paling utama itu mereka tidak membeda-bedakan, tidak ada yang lebih mengutamakan yang sama agama, atau yang sama suku tapi mereka bersikap netral, seperti yang mereka perlakukan kepada saya meskipun saya berbeda suku dan etnis dengannya tapi tetap saja mereka bersikap sama dengan yang sama suku atau agama dengannya, hal itu saya rasakan terutama dari tetangga rumah saya, meskipun ada yang suku Batak Toba, Batak Simalungun, Karo bahkan ada tetangga baru saya dia orang Nias tapi dia tidak sombong malahan dia baik sama saya, yaa meskipun ada yang bersikap baik hanya untuk memperoleh keuntungan baginya itu saya tidak tahu lah ya dek, seperti pemilik rumah saya ini dia sangat baik sama saya, peduli sama keluarga saya, kami tidak pernah berantam tapi kan dek menurut saya dia itu bersikap baik sama saya biar saya tetap mau menempati rumahnya ini, dan memang sih sama-sama menguntungkan sih, dia dapat uang saya dapat rumah tapi itu lah dek tinggal di Desa Ujung Serdang ini sangat enak, tidak pernah terjadi konflik antar warga meskipun masyarakatnya bersifat multikultural, banyak perbedaan dan kepentingan yang berbeda tapi tidak menjadi penghalang untuk memberikan toleransi yang tingggi dan tetap ada kekompaan terutama untuk mencapai dan memperoleh sesuatu pasti semuanya bekerja sama demi kebaikan”

Hal ini diperkuat oleh penjelasan salah satu informan oleh E. Ginting yang merupakan salah satu warga Desa Ujung Serdang tetapi tidak termasuk informan dalam penelitian ini tapi E. Ginting ini ada pada saat penulis melakukan wawancara mendalam terhadap informan penelitian, yakni :

“Memang benar apa yang dikatakan ibu sumiati ini dek, kalau tidak ada sifat saling menghargai dan ingin menang sendiri pasti udah pernah bahkan sering sekali terjadi konflik di desa ini, semua pengen menang sendiri dan pengen diagungkan itu pasti gak bisa, tapi disini tidak seperti itu dek, kalau saya lihat warganya semua saling menghargai walaupun memiliki latar belakang yang berbeda-beda, kayak aku lah dek…tetanggaku yang disebelah kiri itu orang batak Toba banyak yang bilang kalau batak toba itu orangnya keras, pengen menang sendiri tapi sampe saat ini udah hampir sepuluh tahun kami bertetangga belum pernah kami berantam apalagi berantam hanya untuk mempermasalahkan hal- hal yang gak penting itu belum pernah terjadilah dan mudah- mudahan jangan terjadilah untuk kedepannya, biar bisa aman- aman tinggal di desa kayak Desa Ujung Serdang ini kuncinya Cuma satu dek yakni saling menghargai dan saling memberikan toleransi ke sesama, jadi orang yang tadinya berkunjung ke desa

ini ntah ke rumah saudaranya yang ada di desa ini jadi kita gak malu malahan dia pasti bangga, dengan keberagaman yang dimiliki oleh penduduk tapi mampu menciptakan kondisi dan keadaan yang tertib, aman dan nyaman itu semua buah atau hasil dari sifat yang dimiliki oleh warga desa ini dek”.

Dalam penelitian ini, interaksi sosial secara langsung ditandai dengan adanya kontak langsung antar individu maupun kelompok yang melakukan percakapan antara dua orang atau lebih secara tatap muka tanpa adanya perantara seperti halnya untuk bertegur sapa dengan tetangganya. Seperti yang dilakuakan oleh Ibu Anna br Sinaga yaitu:

“sering kali lah saya berkomunikasi dengan tetangga saya apalagi cerita-cerita udah panjang lebar nanti ntah sampai mana saja cerita ini, dari a sampai ke z nanti bisa diceritakan udah sama seperti menggosip, namanya juga ibu-ibu yang sukaknya cerita- cerita saja apalagi kalau ada waktu kosong langsunglah nyarik teman untuk cerita, apalagi kalau udah jumpa di warung pada saat belanja pastilah saya sapa dulu tetangga saya terus kami cerita- cerita apa saja…”

Berdasarkan dari hasil wawancara di atas dapat dilihat bahwa, tanpa disadari oleh masyarakat Desa Ujung Serdang melakukann proses interaksi sosial berupa kontak dan komunikasi dengan tetangganya. Kontak sosial yang terjadi tidak harus bersentuhan secara fisik, malalui percakapan yang diawali dengan bertegur sapa dan kemudian menayakan kabar serta sesuatu hal terkait keadaanyang ada di tempat tinggal mereka ataupun berbicara dengan ,enggunakan bahasa isyarat. Setelah adanya kontal sosial dalam masyarakat tentunya akan muncul komunikasi yang lebih menekankan pada bagaimana pesan itu akan diproses yang ditandai dengan adanya penafsiran seperti tersenyum yang ditafsirkan sebagai bentuk penghormatan atau ejekan. Dalam keseharian berinteraksi sama sekali tidak memilih-milih dengan siapa mereka akan berkomunikasi walaupun dengan etnis yang berbeda asalakan adanya rasa

kenyamanan di antara mereka dan adanya kesan baik yang ditimbulkan saat pertama kali melakukan interaksi.

4.4.4. Gambaran Interaksi Secara Tidak Langsung Pada Masyarakat