• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Perubahan dan Perkembangan Desa Ujung Serdang di Mata Masyarakat

4.4. Gambaran Harmoni Interaksi Masyarakat Multikultural Di Desa Ujung Serdang

4.4.1. Gambaran Perubahan dan Perkembangan Desa Ujung Serdang di Mata Masyarakat

Desa Ujung Serdang merupakan desa yang mengalami perkembangan dari tahun ke tahun. Desa ini adalah desa yang termasuk dalam Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang. Asal mulanya desa ini merupakan kampung kecil yang hampir hilang dari peta wilayah kabupaten Deli Serdang Namun dengan adanya situasi perkembangan dan kemajuan zaman desa ini mengalami perubahan yang mengarah kemajuan terutama dari aspek pertambahan

jumlah penduduk, dan penduduk asli yang pertama menghuni kampung ini adalah penduduk yang menganut etnis karo. Hal ini terungkap melalui wawancara dengan Bapak Suranta Tarigan yaitu:

“Sejak awal saya tinggal di Desa Ujung Serdang ini saya melihatnya banyak perkembangan dan kemajuan yang terjadi di desa ini, terutama perkembangan dari jumlah penduduk nya, kalau dulu jumlah penduduknya bisa dihitung dalam waktu cepat karena sangkit sedikitnya penduduk yang tinggal di desa ini dan penduduk pertama yang menghuni desa ini adalah kami yang menganut etnis karo. Perkembangan demi perkembangan maka jumlah penduduk pun semakin bertambah dan tidak hanya penduduk yang etnis Karo saja yang menghuni desa ini melainkan sudah banyak, sudah termasuk desa yang dihuni oleh banyak penduduk yang menganut berbagai suku dan budaya, terlebih saat ini dapat adek lihat sendiri sudah tidak terhitung lagi dalam waktu yang cepat, ada yang suku Karo, suku Batak Toba, suku Batak Simalungun, suku Jawa dan bahkan sekarang sudah mulai banyak pulak orang Nias yang datang ke desa kami ini”

Berdasarkan wawancara tersebut, diketahui bahwa Desa Ujung Serdang ini memang mengalami perkembangan dan pertambahan penduduk yang tidak hanya etnis karo saja melainkan sudah dihuni oleh masyarakat yang multikultural, terlebih pada saat ini Desa Ujung Serdang ini selalu mengalami perkembangan yang sangat pesat mulai dari struktur pembangunan desa bahkan fasilitas yang dilengkapi oleh desa untuk dipakai oleh masyarakat yang tinggal di desa ini. Hal ini terungkap melalui wawancara dengan Ibu Maghdalena Sembiring yaitu:

“Kalau dulu desa ini terlihat sangat jelek karena susunan dan bentuk bangunan yang ada di sini masih jelek-jelek sekali, ada yang masih pakai dinding tepas ( sebutan untuk anyaman dari bambu dalam bahasa karo) ada juga yang dari papan, dan jarak antara satu rumah dengan rumah yang lain sangat jauh lebih banyak lahan kosong daripada rumah yang sudah dihuni jadi kalau kita keluar dimalam hari bisa ketakutan karena gelap sekali, tapi sekarang ini adek lihat lah betapa banyaknya rumah dan betapa cantik-cantiknya rumah yang ada di desa ini”

Pada saat ini Desa Ujung Serdang sudah banyak mengalami perubahan dimata masyarakat terlebih dimata masyarakat yang bukan penduduk asli desa ini atau perantau, dari segi kependudukan dan wilayahnya secara geografis. Awal kedatangan mereka pada kurun waktu 1995 sampai 2000 jika dibandingkan dengan apa yang terlihat pada saat ini menunjukkan perubahan yang signifikan. Selama beberapa decade terakhir pembangunan baik dari segi bangunan fisik maupun segi perkembangan ekonomi, tampak berkembang pesat. Penduduk yang dahulu didominasi oleh masyarakat asli etnis Karo yang kebanyakan bekerja sebagai petani dan sebagaian lainnya sebagai pegawai di perusahaan swasta, kini cenderung lebih beragam seiring semakin banyaknya pendatang dari berbagai daerah dengan matapencaharian yang beragam pula. Hal ini terungkap dari wawancara dengan Ibu Yustini Dao ( etnis Nias) yaitu:

“Waktu kaka ( sebutan kakak dalam bahasa nias) pindah ke sini tahun 1995an, waktu baru menikah dengan abangmu ini, kondisi Desa Ujung Serdang ini masih belum seperti saat ini, kalau sekarang kan sudah enak de sudah ada angkutan umum jadi tidak cape lagi berjalan kaki, kalau dulu untuk bisa sampai rumah harus berjalan kaki dari simpang ke sini, udah jalannya jelek, kalau hujan sudah lah berbecek-becek lah kita dipenuhi lumpur lah kaki kita, terus perekonomian penduduk di desa ini juga masih relatif rendah terlihat pada saat kaka ke sini masih jarang sekali yang memiliki alat komunikasi seperti hand phone jadi kalau ada perlu sama orang kita harus mendatanginya meskipun itu jauh, kalau sekarang sudah hampir semua memiliki alat komunikasi terutama hand phone bukan hanya hand phone tapi alat elektronik yang lainnya juga sudah lengkap seperti televisi bahkan ade tau gak kalau kalau di Desa Ujung Serdang ini juga sudah hampir memiliki mobil minimal satu dalam setiap kepala rumah tangga, kan dilihat dari barang-barang yang dimiliki penduduk di desa saat ini sudah bisa kita simpulkan bahwa ada kemajuan dari segi perekonomian dan segi bangunan fisik.”

Hal tersebut sama juga dengan yang diungkapkan oleh salah satu informan yaitu Bapak Jadi Kristian Ginting dimana bapak ini merupakan tokoh adat dan

merupakan sosok pejuang di Desa Ujung Serdang karena sudah banyak yang berhasil ia perjuangkan dan ia berikan kepada Desa Ujung Serdang dan untuk dinikmati oleh masyarakat, yang mengatakan :

“…kalau masalah perkembangan dan kemajuan desa ini sangatlah panjang ceritanya tapi intinya memang desa ini terus mengalami perkembangan yang mengarah kemajuan yang baik, baik dari segi fisiknya, segi jumlah penduduknya, pengetahuan masyarakatnya, dan kebersihan lingkungan desa ini juga sudah semakin baik sudah banyak warga yang mengerti bahwa membuang sampah yang sembarangan tidak baik yang bisa mengakibatkan fatal untuk kesehatan tubuh…kalau dulu desa ini sangatlah terpencil dan hampir punah, udah penduduknya yang masih sedikit dan hanya orang karo saja yang ada di desa ini, dulu belum ada apa-apanya desa ini, sekolah, balai pertemuan, gereja, sekolah bahkan kalau ada orang ninggal itu harus dikubur di ladangnya masing- masing belum ada lokasi atau wakap tempat penguburan, saya melihatnya sangat sedih terlebih pada saat dulu setiap ada pesta harus rela kenak hujan dan panas karena belum ada lokasi atau balai pertemuan hanya bermodalkan tikar yang dibentangkan di halaman rumah yang berpesta atau orang yang kemalangan…melihat itu saya langsung berniat untuk membangun balai pertemuan untuk semua masyarakat dan posisinya itu pas di ujung desa ini di perbatasan antara Desa Ujung Serdang ini dengan Desa Medan Sinembah, kenapa saya lebih memilih untuk memperjuangkan lahan itu untuk dibangun balai pertemuan karena lahan itu dulu milik PTP maksud saya makanya saya bangun disitu supaya kelak mudah untuk memberikan petunjuk bahwa batas Desa Ujung Serdang ini adalah pas sampai balai pertemuan itu sekarang balai pertemuan itu dikelola oleh organisasi PSP masyarakat dan diberi nama Balai Ta Ras ( dalam bahasa karo yang artinya balai kita bersama), setelah itu orang meninggal dan kebetulan yang ninggal ini adalah termasuk orang yang susah tidak memiliki ladang untuk tempat dia dikuburkan lalu saya berfikir lagi dan melihat desa ini lahan yang mana lagi yang perlu saya perjuangkan untuk tempat penguburan dan singkat cerita saya juga berhasil mendapatkan surat sertifikat tanah PTP untuk dipergunakan masyarakat umum untuk tempat penguburan, tidak lama saya merasa masih banyak yang perlu dibutuhkan dan perlu diperjuangkan untuk desa ini lalu saya dengan keinginan saya untuk memajukan desa ini akhirnya saya mencalon sebagai kepala desa dan puji Tuhan saya menang, awal saya menjabat sebagai kepala desa saya langsung memperjuangkan surat sertifikat tanah Sekolah Dasar (SD) impress yang dulunya tidak memiliki sertifikat hanya ada bangunan saja ketika itu pemilik lahan itu ada tiga orang dan mereka mengijinkan untuk dibangun sekolah tapi saya berfikir untuk kedepannya pasti aka nada keributan nantinya sehingga saya berinisiatif untuk mengurus surat sertifikatnya. Tidak hanya itu saja yang saya perjuangkan untuk desa ini ada kayak surat tanah Gereja Batak Karo Protestan(GBKP) dan Gereja HKBP itu saya juga yang berhasil

mendaptkannya, kalau untuk keperluan umum saya sangat semangat untuk memperjuangkannya, dan tanah puskesmas desa ini itu juga saya yang berhasil mendapatkannya dari PTP dan juga tanah atau lahan yang baru- baru ini peletakan batu pertama untuk dibangun kantor kepala desa yng baru itu juga saya yang memperjuangkannya dan satu lagi tanah beserta kantor kepala desa yang sekarang ini juga hasil perjuangan saya, selama saya menjabat sebagai Kepala Desa di Desa Ujung Serdang ini 20 ( dua puluh ) tahun lamanya kurang lebih itu lah yang saya perjuangkan dan dengan perkembangan zaman sudah banyak yang bertambah di desa ini. Perkembangan terus terjadi, bentuk bangunan rumah-rumah yang sudah bagus-bagus, lingkungan yang semakin bersih, jumlah penduduk yang terus menambah dan tidak hanya orang karo lagi yang ada di desa ini melainkan sudah banyak etnis yang datang dari berbagai daerah…”

Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpilkan bahwa Desa Ujung