BAB III GAMBARAN UMUM PROGRAM K2I DAN KOTA DUMAI
4. Sasaran
Sasaran program K2I ini ditujukan kepada masyarakat Riau yang tergolong dalam kriteria masyarakat Miskin. Sebagaimana yang telah disepakati oleh BPS, kriteria masyarakat miskin adalah sebagai berikut:
1) Rumah luas lantai = min 8 m2/ jiwa 2) Jenis dinding = kayu kualitas rendah 3) Jenis lantai = tanah, kayu
4) Jenis penerangan = tidak ada listrik / genset
5) Jenis sumber air minum = tidak ada ( hujan, sumur tidak terlindung, terbuka )
6) Jenis bahan bakar masak = kayu api, sekam 7) Makan berapa kali sehari = satu kali sehari 8) Berobat / anak / keluarga sakit = obat tradisional
9) Kalau lebaran beli pakaian baru atau tidak = tidak hanya sebagian dari ART
lxii
10) Pendidikan = santunan s/d SD, SMP
11) Harta kekayaan yang dimiliki = diuangkan secara cepat maksimal Rp 600.000,- (emas, Honda, tape, TV, HP ) second tidak kena 12) Ada wanita 10 – 49 tahun atau yang berstatus belum kawin ikut KB
= kalau ia tidak apa-apa, kalau tidak kategori miskin
13) Pekerjaan = pengangguran, pekerjaan tidak tetap kalau penghasilan Rp. 600.000,- / bulan
14) Pendidikan ( 7 – 18 tahun ) = sekolah / tidak sekolah
Jika masyarakat memiliki 9 atau lebih dari kriteria yang disebutkan diatas maka ia termasuk kategori keluarga miskin, dan jika hanya memiliki 8 kriteria saja, maka ia akan pertimbangan ( analisa ).32
B. Kota Dumai
1. Keadaan Geografis dan Demografis
Kota Dumai yang mempunyai luas wilayah 1.727,385 Km2 secara
geografis terletak pada Posisi antara 1"23' – 1'24'23 Bujur Timur dan
101"23'27 – 101"28'13' Lintang Utara dengan batas-batas sebagai berikut:
Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Rupat Sebelah Timur berbatasan
dengan Kecamatan Bukit Batu Kabupaten Bengkalis. Sebelah Selatan
berbatas dengan Kecamatan Mandau Kabupaten Bengkalis. Sebelah Barat
berbatasan dengan Kecamatan Bangko Kabupaten Rokan Hilir.
33
32
Badan Pusat Statistik (BPS), Kategori Keluarga Miskin Kota Dumai 2007 (Dumai: BPS, 2007).
33
lxiii
Dumai terdiri dari dataran rendah dan dataran tinggi, dan memiliki
pantai yang berhubungan langsung dengan Pantai Rupat dan mempunyai
kondisi topografi datar. Setiap tahun, Dumai mengalami beberapa
perubahan iklim yang sangat dipengaruhi oleh iklim laut dengan rata-rata
curah hujan 200 – 300 m3, dan memiliki dua musim yaitu musim
kering/kemarau dari bulan Maret – Agustus, dan musim hujan dari
September – Februari dengan rata-rata temperatur 240 – 330 C. Dumai
dengan populasi 162.449 jiwa merupakan salah satu kota penting dan kota
pelabuhan strategis di Riau.
342. Struktur Ekonomi
Pelabuhan di Dumai telah dibangun sebagai pelabuhan penghubung
untuk kegiatan ekspor impor, begitu juga para penumpang yang ingin
menuju ke Malaka – Malaysia. Pelabuhan Dumai terdiri dari 9 unit, 4 unit
dimilki Caltex, dan 5 unit milik pemerintah. Sepanjang daerah pantai
Dumai terdapat beberapa pabrik minyak dan pengolahan minyak dengan
kapasitas 170.000 barrel per hari dan dapat menampung 850.000 barrel
minyak per hari. Dumai juga disebut sebagai gerbang ekspor minyak
Indonesia. Pada saat ini aktivitas ekspor gas sejumlah USD 426.123 juta
per tahun.
35 34 http://search.yahoo.com/search;_ylt=A0geu8lygzFI4iYAkNtXNyoA?p=geografis+dum ai&fr=ieas&ei=UTF-8 35lxiv
3. Kondisi Sosial Budaya
Dumai adalah kotamadya baru yang mempunyai hak otonomi yang
dulunya merupakan bagian dari Kabupaten Bengkalis. Hingga 2 dekade,
Dumai adalah kota nelayan yang sepi dan kemudian berubah menjadi kota
yang ramai yang ditumbuhi berbagai kegiatan industri dengan
pertumbuhan yang cepat.
Kondisi sosial Budaya Dumai sama saja dengan kondisi sosial Riau
karena Dumai merupakan sub Provinsi Riau. Dumai adalah wilayah
dengan penduduk yang hampir seluruhnya beragama Islam. Kesamaan
agama ini merupakan faktor pengikat utama masyarakat secara sosial
budaya.
4. Tingkat Pendidikan
Melalui data yang diperoleh dari Riau Dalam Angka “In Figures”
2007 keterangan bahwa tingkat pendidikan masyarakat di Dumai pada
umumnya penduduk berumur 7 – 24 tahun keatas yang masih sekolah
berjumlah 55.652 orang. Tingkat pendidikan masyarakat yang sangat
minim menyebabkan mereka selalu kalah bersaing memenuhi lapangan
pekerjaan dengan masyarakat lain.
5. Tingkat Pendapatan
Berdasarkan hasil penelitian bahwa tingkat pendapatan masyarakat
pada umumnya berkisar antara Rp. 201.000,- s/d Rp. 300.000,- berjumlah
39.36 persen. Dengan pendapatan dalam jumlah tersebut dan tanggungan 3
lxv
orang, dan rumah masih menyewa untuk hidup Kota Dumai sangatlah
prihatin. Bahkan hasil pengolahan data menunjukkan berjumlah 9.57
persen masyarakat mempunyai pendapatan kurang dari Rp. 200.000,- dan
hanya berjumlah 1,07 persen masyarakat yang mempunyai penghasilan
sebulan rata-rata Rp. 500.000,- ke atas. Karena pendapatan masyarakat
sangat kurang dari cukup setiap bulan, maka sebagian dari masyarakat
mengakui masih menerima bantuan beras miskin dan mendapat bantuan
langsung tunai dari pemerintah.
366. Jenis Pekerjaan
Masyarakat pada umumnya bekerja sebagai buruh di pelabuhan
Dumai. Keluarnya peraturan pemerintah yang memperketat terhadap
barang-barang impor yang masuk, maka berdampak pada pendapatan
masyarakat.
Diperoleh keterangan bahwa masyarakat dominan bekerja sebagai
buruh berjumlah 27.66 persen, di samping sebagian besar lagi yaitu 22.34
persen bekerja sebagai wiraswasta/home industri kecil-kecilan. Tingginya
kelompok lain-lain berjumlah 30 orang atau 31.91 persen, umumnya saat
dilakukan penelitian masyarakat sedang menganggur. Selebihnya,
masing-masing 5.32 persen bekerja sebagai nelayan, menarik becak dan dagang
kecil-kecilan di samping rumah.
36
Tim Peneliti, Badan Penelitian Kebangsaan (Balitbang) Propinsi Riau http://balitbang.riau.go.id/index.php?litbang=isi_artikel&id_artikel=4
lxvi
BAB IV
UPAYA PENANGGULANGAN KEMISKINAN DIKOTA DUMAI
A. Kebijakan Pemerintah Daerah Riau, khususnya Pemerintah Kota
Dumai untuk mengatasi Kemiskinan Melalui Program K2I
Kota Dumai pada akhir tahun 2006 tercatat keluaraga miskin sejumlah 9.877 Kepala Keluarga (KK). Pada periode yang sama ditahun 2007 tercatat keluarga miskin sejumlah 10.620 KK. Keadaan ini mempelihatkan terjadi peningkatan jumlah keluarga miskin dari berbagai komposisi mata pencaharian sebesar 6,99 persen.37
Berdasarkan data tersebut dan seiring dengan salah satu program utama pembangunan kota Dumai yang difokuskan pada upaya pengentasan kemiskinan maka tindakan identifikasi jenis mata pencaharian keluarga miskin merupakan upaya awal guna merumuskan tindakan pengentasan melalui pola usaha bersama atau “corporate holding” dengan prinsip mensinergikan segmen pendanaan, sarana produksi, pembudidayaan, pengolahan hasil dan pemasaran, dalam suatu sistem pengelolahan.
Usaha bersama dengan prinsip sinergitas untuk pengentasan keluarga miskin didasari atas kondisi bahwa orang miskin merupakan komunitas rentan (vournable community) dan umumnya orang miskin hanya memiliki aset tenaga dan waktu. Keterbatasan dalam kepemilikan aset memerlukan upaya pemberdayaan dengan terlebih dahulu melakukan penguatan terhadap kelembagaan.
37
Peraturan Walikota Dumai Nomor 21 Tahun 2007 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Pengembangan Ternak Untuk Masyarakat Miskin Kota Dumai Tahun Anggaran 2007.
lxvii
Langkah tersebut didasari oleh kondisi bahwa pemberdayaan adalah kolektifitas inisiatif internal dalam melihat, menilai posisi sebuah komunitas guna selanjutnya menetapkan alternatif keputusan mewujudkan kondisi lebih baik. Makna dasar sebuah pemberdayaan merupakan upaya memobilitas potensi internal kedalam wilayah keputusan kolektif.
Guna mewadahi dan memobilisasi potensi internal kedalam wilayah keputusan kolektif diperlukan subuah kelembagaan berbentuk kelompok usaha hasil inisiatif komunitas keluarga miskin. Kelembagaan tersebut secara normatif terdiri dari penanggung jawabnya masing-masing.
Disini Wali Kota Dumai membuat kebijakan dalam pengentasan kemiskinan dengan berbagai strategi utama yang dilakukan untuk mendukung terlaksananya kebijakan pokok daerah tersebut, meliputi:
a) Menggunakan pendekatan manajemen krisis dan keteladanan pemimpin dengan kearifannya, serta menjunjung tinggi supermasi hukum, nilai-nilai agama, moral dan akhlak serta nilai budaya dan adat istiadat setempat dalam mengatasi berbagai macam permasalahan dan issue strategis daerah yang semakin dinamis dan kompleks serta perlu penanganan segera.
b) Menggunakan prinsip-prinsip transparasi, akuntabel, demokratis, efesiensi, efektifitas dan proporsional serta berkeadilan dalam melaksanakan berbagai aktifitas pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan.
c) Menghindari terjadinya ketergantungan kepada sekelompok masyarakat tertentu, mencegah timbulnya pertentangan antar kelompok, dan berbagai aktifitas yang dapat menyebabkan timbulnya kerusakan dan gangguan
lxviii
lingkungan yang semakin luas serta menyebabkan timbulnya gangguan terhadap stabilitas kehidupan masyarakat.
d) Menggunakan pendekatan profesionalisme, moralitas, nilai-nilai keagamaan dan kultural serta dengan keteladanan aparat aparatur pemerintah daerah dan anggota legislatif dalam menjalankan roda pemerintahan dan pembangunan sehingga upaya untuk mewujudkan good governance, clean and stronggovernment dapat dilaksanakan.
e) Pemberdayaan masyarakat secara optimal melalui peningkatan peran serta dengan perubahan kearah pemegang posisi tawar (bargaining position) serta dengan mitra agribisnis sebagai subjek pembangunan, terutama dalam uapaya mengentaskan kemiskinan dan menanggulangi rendahnya mutu sumberdaya manusia. Angka kemiskinan secara kuantitatif relatif besar dan secara kualitatif bersifat struktural yang tidak mudah untuk diatasi, sehingga hal tersebut memerlukan adanya goodwill pemerintah, komitmen, kesungguhan kerjasama kemitraan yang sinergis dengan konsep implementasi yang jelas dan tegas antara pemerintah, dunia usaha dan dengan dukungan masyarakat.
f) Mengedepankan uapaya-upaya yang bersifat inovatif, kreatif, dinamis dan proaktif dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan tekhnologi serta memiliki kedalaman keimanan dan ketakwaan yang dapat diandalkan dalam memanfaatkan peluang dan menghadapi tantangan masa depan yang semakin besar dan berubah dengan cepat.
g) Mengembangkan, mengintensifkan, dan meningkatkan kerjasama yang sinergis dengan pemerintah Kabupaten/Kota dalam mengatasi kemiskinan, mengejar ketertinggalan sumberdaya manusia (kebodohan), dan
lxix
keterbelakangan infrastruktur, terutama dalam hal pembiyayaan pembangunan dan kegiatan-kegiatan bersama.
h) Mengutamakan pembangunan yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan (sustainable development) sehingga dampak negatif pembangunan dapat diminimalisir, serta adanya jaminan terhadap lingkungan kondusif untuk pembangunan yang berkelanjutan.
i) Mempertahankan jati diri bangsa dan budaya Melayu khususnya budaya lokal yang telah berakar dalam masyarakat agar tidak larut dan hanyut oleh kekuatan arus budaya eksternal yang cukup kuat dan bergerak cepat sejalan dengan kemajuan tekhnologi dibidang komunikasi dan informasi yang sering kali bersinggungan dengan nilai-nilai budaya setempat.
B. Pengaplikasian Kebijakan Pemerintah Kota Dumai di Lapangan
Walikota Dumai menangani hal ini karena adanya bantuan serta dukungan dari pemerintah daerah yang bertujuan untuk kemajuan Riau itu sendiri. Dengan itu campur tangan dari pihak kabupaten sangat urgen dalam keikut sertaan menjalankan serta menciptakan suatu kerja yang maksimal hasilnya.Menurut Walikota Dumai, ia hanya penyambung lidah dari Gubernur yang menetapkan kebijakan K2I ini dan dalam pelaksanaannya dilapangan ada sistem dimana Pemerintah Daerah dan Pemerintah Kota ini menjadikan hal ini sebagai dari sebagian visi/misi mereka kedepan dan menjadi andalan program kerja yang diciptakan para pejabat daerah dan kota ini.
Pengaplikasian program kerja Pemerintah Kota ini didukung juga oleh instansi yang terkait didalamnya seperti Dinans Tenaga Kerja dan Kesejahteraan Sosial, Dinas Peternakan Perikanan dan Kelautan, Dinas Perkebunan Pertanian dan Kehutanan, Dinas
lxx
Perindustrian Perdagangan Koperasi dan Investasi, dan Dinas Pendidikan. Dengan adanya dinas-dinas tersebut menjadikan sebagai dukungan yang turut serta mengambil peran dalam pengentasan kemiskinan yang ada di Dumai. Program tersebut berjalan mulai dari tahun 2006 dan sampai sekarang tingkat kemiskinan yang ada di Dumai mulai berkurang meski ada salah satu Dinas yang terkait tidak dapat menjalankan program ini dengan baik dan berhasil, meski demikian pada tahun berikutnya mereka akan lebih mendalami dengan apa yang akan mereka kerjakan dalam pencapaian keberhasilan yang telah dirumuskan.
Didalam menjalankan program ini terdapat issue yang mengatakan “Ada
Yang Ingin Gagalkan K2I”. Prof Dr Sufian Hamim
38menilai saat ini ada
pihak-pihak yang ingin menggagalkan program pengentasan kemiskinan, kebodohan dan
Infrastruktur (K2I) yang dicanangkan Gubernur Riau HM Rusli Zainal. "Saya
menilai ada pihak-pihak yang ingin menggagalkan K2I, tujuannya sangat politis
yakni agar Gubernur dinilai gagal oleh masyarakat,
39"
Indikasi dari adanya upaya menggagalkan K2I itu menurut Sufian dapat
dilihat dari keinginan beberapa orang yang meminta agar program kebun K2I
dibatalkan. Hal itu sangat disayangkan mengingat program kebun K2I sangat
ditunggu masyarakat. Gubernur Riau HM Rusli Zainal sendiri sudah berkali-kali
menegaskan agar dinas perkebunan menyelesaikan semua urusan administrasi
terkait program kebun untuk rakyat miskin tersebut. Terakhir dalam Raker dengan
kepala desa se Riau beberapa waktu lalu, Gubri memberi batas waktu
38
Direktur Program Pasca Sarjana UIR.
39
Kata Sufian di Patra Hotel, dari dialog K2I yang diadakan di Kota Dumai, Senin (27/11).
lxxi
penyelesaian administrasi kebun K2I kepada dinas perkebunan hingga akhir
Desember tahun ini.
Lebih jauh soal kebun K2I, Sufian memberi catatan khusus agar dinas
perkebunan Riau mampu memenuhi deadline yang ditetapkan Gubernur. Sebab,
menurut Sufian, keberhasilan program K2I tidak bergantung pada Gubernur
semata melainkan memerlukan komitmen dan dukungan seluruh stakeholder yang
lain termasuk dinas dan badan. "Terkadang dinas-dinas kita ini yang lambat, kalau
begitu apa Gubernur harus mengganti kepala dinas setiap bulannya? Kan tak
mungkin! Tapi bagaimanapun ini membutuhkan kerjasama semua pihak," tegas
Sufian.
Ia juga mengatakan, program K2I yang dicanangkan Rusli Zainal sudah
tepat sebab berorientasi pada pemerataan pertumbuhan di seluruh Kabupaten/Kota
se-Riau. Hal itu kata dia berbeda dengan kebijakan lima pilar pembangunan oleh
Gubernur Riau sebelumnya, Saleh Djasit yang cenderung menggunakan sebagian
energi untuk membangun simbol-simbol fisik di ibukota provinsi.
"Program K2I itu sudah tepat sebab gagasannya memeratakan
pertumbuhan, bukan terpusat di satu tempat,' ujar Sufian. Sementara itu, Prof Dr
Alaidin Koto menilai program K2I Gubernur Riau sudah sesuai dengan kondisi
masyarakat Riau saat ini. "Program K2I ini sudah sesuai dengan kondisi
masyarakat kita, sebab masalah kemiskinan, kebodohan dan minimnya
infrastruktur, memang menjadi persoalan yang dihadapi masyarakat," ujarnya saat
menjadi pembicara pada dialog K2I di Patra Hotel Dumai.
lxxii
C. Strategi Pemerintah Kota Dumai dalam Pengentasan Kemiskinan
dengan Menggunakan Program K2I
Keseluruhan uraian di atas hanya memperhatikan kondisi pengentasan kemiskinan dalam arti kuratif, artinya tidak mempersoalkan penyebab kemiskinan terjadi. Dalam kaitan ini masih sulit diharapkan menjadi acuan dan memberikan kontribusi dalam pencegahan terjadinya kemiskinan. Sebaliknya, pemerintah memiliki peran yang sangat besar. Banyak kebijakan pemerintah yang secara nyata mengurangi jumlah orang miskin, tetapi tidak sedikit kebijaksanaan pemerintah juga yang justru mengakibatkan terjadinya proses kemiskinan. Kebijakan seperti ini perlu dikaji secara kritis agar upaya pengentasan kemiskinan dapat maksimal.
Program yang dilakukan oleh Pemerintah Koat Dumai masih belum berjalan menurut jalur yang direncanakan dan masih banyak program yang bergantungan tanpa ada pengaplikasian dari kebijakan yang ditetapkan.
Pemerintah Daerah Riau membuat program bantuan Desa/Kecamatan per-Kabupaten/Kota yang memakan biaya sebesar Rp. 500.000.000.-/Desa/Kecamatan belum berjalan sepenuhnya. Hasil dari penelitian yang dilakukan di Desa/Kecamatan yang ada di Kota Dumai, mayoritas mereka tidak ada yang mengatakan bahwa mereka mendapat bantuan tersebut. Bahkan masyarakat itu sendiri sama sekali tidak mengerti apa itu K2I.
Belum lagi program Pertanian dan Perkebunan, dan Peternakan yang memberikan bantuan Sawit K2I dan Sapi K2I. Mayoritas masyarakat miskin yang berada di Dumai hampir tidak pernah mendengar program tersebut, hanya segelintir kecil orang saja yang tahu akan program K2I. ini menyatakan bahwa Pemerintah Daerah kurang memberikan informasi kepada masyarakat terhadap program yang dijalaninya.
lxxiii
Sedangkan program yang dijalankan Walikota Dumai sedikit maju dibandingkan dengan Program Gubernur Riau sebab program penanggulangan kemiskinan yang dijalankan Pemerintah Kota bukan sepenuhnya dari Pemerintah Provinsi. Disini Pemkot Dumai memberikan kepercayaan kepada Dinas-dinas yang menangani kemiskinan.
Dibawah ini dapat dilihat secara ringkas, gambaran pemberdayaan di Kota Dumai adalah sebagai berikut:
Tabel 12
PROGRAM K2I PEMERINTAH DAERAH RIAU DI KOTA DUMAI
Program Yang Ditawarkan Keterangan
Dana bantuan Rp. 500.000.000/desa yang sudah ditetapkan.
Masyarakat tidak pernah mendapat dana tersebut, yang didapat adalah bantuan dari Pemerintah Kota Dumai yang bukan termasuk dana K2I dan dana tersebut tidak sampai Rp. 500.000.000,-
Bantuan Ternak Sapi K2I Ternak Sapi K2I yang direncanakan Pemerintah Daerah Riau tidak terserap oleh masyarakat Dumai
Bantuan Perkebunan Sawit K2I Sawit K2I juga tidak ada
Sumber: dari hasil wawancara kepada masyarakat desa yang mendapat bantuan program K2I Provinsi Riau kepada setiap desa per Kabupaten/Kota yang sudah di tentukan.
lxxiv
Seperti tabel yang diatas, masyarakat tidak merasakan bantuan yang telah direncanakan oleh pemerintah pusat dalam pengentasan kemiskinan, misalnya dana bantuan langsung tunai Rp. 500.000.000,- /desa yang sudah ditetapkan, ternyata masyarakat tidak mendapat secara langsung, akan tetapi yang didapat masyarakat adalah dana bantuan yang diberikan pemerintah Kota dumai yang jumlahnya tidak seimbang dengan yang direncanakan. Kemudian bantuan ternak sapi dan perkebunan sawit K2I yang sama sekali tidak ada tanda-tanda perkebunan dan peternakan itu berjalan.
Tabel 13
PROGRAM K2I PEMERINTAH KOTA DUMAI
Program Yang Ditawarkan Keterangan Ternak Sapi perkelompok 3 ekor yang ditawarkan
oleh Dinas Tenaga Kerja dan Kesejahteraan Sosial
Program ini hanya planning kedepan tanpa ada aplikasinya kemasyarakat
DISNAKERKESOS memberikan bantuan
Pengadaan Bahan Rumah Tidak Layak Huni Kota Dumai yang diberikan kepada masyarakat miskin sebanyak 70 KK dan masing-masingnya mendapat Rp. 10.000.000,-
Bantuan ini juga belum ada yang berjalan
Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan memberikan bantuan berupa ternak sapi, kambing dan ayam buras
Hanya sebagian kecil yang mendapat bantuan tersebut dan kurang memadai
Dinas Pertanian, Perkebunan dan kehutanan menawarkan bantuan berbagai bibit bagi petani
Program dari Dinas ini tidak ada yang berjalan. Ketika
wawancara dilakukan Walikota mengatakan dinas ini gagal
lxxv
melakukan program-programnya
Dinas Pendidikan memberikan bantuan dalam bentuk bea siswa transisi yang diberikan kepada siswa-siswi yang tergolong masyarakat miskin tingkat SD / MI, SMP / MTs
Program ini tidak berjalan sepenuhnya, masih banyak bea siswa yang belum tersalurkan dan masih ditahan oleh Ka. Bag. Keuangan Kota Dumai
Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi Dan Investasi Kota Dumai memberikan bantuan peminjaman modal dana usaha sebesar Rp. 2.500.000.- yang nantinya akan dicicil Rp. 100.000.- selama 25 bulan.
Program yang direncanakan tidak sepenuhnya berjalan disebabkan kendala dana yang terlalu besar dan kurang terkontrol dilapangan
Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi Dan Investasi ini juga memberikan bantuan kepada masyarakat miskin Rp. 100.000.-/bulan
Dana yang dibutuhkan kurang maksimal sehingga sulit untuk berjalan disebabkan banyaknya masyarakat miskin di Kota Dumai
Sumber: dari hasil wawancara kepada masyarakat desa yang mendapat bantuan program K2I Kota Dumai yang sudah di tetapkan.
Dari Dinas Tenaga Kerja dan Kesejahteraan Sosial, Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan, Dinas Pendidikan, dan Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan Investasi ternyata belum begitu membuahkan hasil yang maksimal untuk menjadi pembelajaran selanjutnya, akan tetapi usaha untuk mengurangi angka kemiskinan selalu ada.
lxxvi
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Kebijakan yang ditempuh Pemerintah Provinsi Riau dalam pengentasan kemiskinan berupa Dana Bantuan Langsung Tunai sebesar Rp. 500.000.000,-/Desa Kecamatan/Kota yang ada di Provinsi Riau serta bantuan lahan serta bibit Sawit K2I dan juga Peternakan Sapi K2I sekiranya akan memperkecil angka kemiskinan yang ada di Riau, sedangkan Pemerintah Kota Dumai membuat kebijakan dalam pengentasan kemiskinan melalui campur tangan dari beberapa Dinas, yaitu: Dinas Tenaga Kerja dan Kesejahteraan Sosial, Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan, Dinas Pendidikan, dan Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan Investasi berupa bantuan secara langsung dan tidak langsung.
2. Pengaplikasian dana dari Pemerintah Kota Dumai untuk mensejahterakan masyarakat Dumai melalui program K2I masih dianggap belum berjalan dengan sepenuhnya sebab masih banyak kendala yang masih perlu diperbaiki. Program yang selam ini direncanakan oleh Pemerintah Kota Dumai akan terus berjalan seiring kepengurusan Walikota yang sekarang hingga akhir jabatan yang nantinya akan tergantikan.
3. Strategi Pemerintah Kota Dumai dalam pengentasan Kemiskinan dengan menggunakan program K2I ini masih dalam angan yang ingin diraih meski belum tercapai dengan target yang direncanakan dengan tujuan
lxxvii
memperkecil angka kemiskinan di Kota Dumai melalui program yang masih berjalan sampai sekarang ini.
B. Saran
1. Kebijakan Pemerintah Daerah Riau, khususnya Kota Dumai untuk mengatasi masalah kemiskinan melalui program K2I harus lebih dipersiapkan untuk kedepannya, meskipun dengan adanya pergantian Gubernur baru yang akan dipilih oleh masyarakat untuk tahun 2009 kedepan.
2. Pengaplikasian program Pemerintah Kabupaten/Kota harus dibantu para peneliti (tidak hanya dibatasi pada disiplin ilmu ekonomi, tetapi juga disiplin ilmu sosisologi, ilmu antropologi dan lainnya) untuk mengembangkan masyarakat, dengan sistem pemantauan kemiskinan di daerah.
3. Strategi untuk mengatasi krisis kemiskinan tidak dapat lagi dilihat dari satu dimensi pendekatan ekonomi saja, tetapi memerlukan diagnosa yang lengkap dan menyeluruh (sistemik) terhadap semua aspek yang menyebabkan kemiskinan secara lokal.
lxxviii
DAFTAR PUSTAKA
Kutipan dari Buku