• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sasaran Program (SP) 1 : Terwujudnya Pemanfaatan

Dalam dokumen LAKIP TPSA BPPT 2015 LAKIP TPSA 2015 (Halaman 33-116)

BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA

3.1. Capaian Kinerja Organisasi

3.1.1. Sasaran Strategis 1 : Meningkatnya daya saing Industri melalui

3.1.1.1. Sasaran Program (SP) 1 : Terwujudnya Pemanfaatan

LAKIP 2015 TPSA BPPT 23

Tabel 3.1 Capaian Kinerja Program Kedeputian TPSA Tahun 2015

No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Capaian %

1 Terwujudnya

pemanfaatan teknologi survey dan observasi sumberdaya maritim

Jumlah pemanfaatan teknologi maritim untuk eksplorasi cekungan migas tambahan di perairan Indonesia 1 1 100 Jumlah pemanfaatan ocean observation

platform (bouy tsunami)

1 1 100

2 Terbangunnya teknologi SAR polarimetri untuk eksplorasi sumberdaya alam

Jumlah aplikasi teknologi SAR polarimetri remote

sensing untuk

pemantauan dan prediksi produksi tanaman padi

1 1 100

3 Meningkatnya kemandirian bangsa melalui inovasi dan layanan teknologi

Jumlah propinsi yang menurun tingkat resiko

bencana 1 1 100

Hasil analisis lengkap pada setiap indikator kinerja di masing-masing sasaran strategis tersebut berdasarkan criteria analisis seperti tersebut di atas, seperti diuraikan di bawah ini.

3.1.1. Sasaran Strategis 1 : Meningkatnya daya saing Industri melalui inovasi dan layanan teknologi.

3.1.1.1. Sasaran Program (SP) 1 : Terwujudnya Pemanfaatan Teknologi Survei dan Observasi Sumberdaya Maritim

A. Indikator Kinerja : Jumlah Pemanfaatan Teknologi Maritim untuk Eksplorasi

Cekungan Migas Tambahan di Perairan Indonesia a. Uraian Kegiatan

Sejalan dengan Rencana Strategis dan Road Map TPSA tahun 2015-2019, Program Pengkajian dan Penerapan Teknologi Survei Kelautan tahun 2015 adalah difokuskan pada kegiatan-kegiatan peningkatan kemampuan teknologi survei dan

   

LAKIP 2015 TPSA BPPT 24

observasi laut termasuk dalam rangka mendukung kegiatan eksplorasi hidrokarbon laut. Salah satu indikator sasaran program Terwujudnya Pemanfaatan Teknologi Survei dan Observasi Sumberdaya Maritim adalah satu (1) pemanfaatan teknologi maritim untuk eksplorasi cekungan migas tambahan di perairan Indonesia. Dalam pencapaian sasaran program, kegiatan ini dibagi atas dua komponen utama, yaitu: (1) Rekayasa Teknologi Survei dan Observasi Kelautan di Indonesia untuk mendukung industri kelautan; (2) Operasional survei laut dalam rangka eksplorasi hidrokarbon di perairan Indonesia Timur dan daerah frontier. Pada tahun 2015, telah dilaksanakan satu (1) survei di Perairan Selatan Selat Makassar dalam rangka kegiatan eksplorasi cekungan migas. Pada pelaksanaan survei tersebut, selain melibatkan personil BPPT juga mengundang personil survei dari luar BPPT sebagai peninjau dan mitra kerjasama, yaitu personil survei dari PT. PADI dan PT. Sucofindo. Penjelasan indikator kinerja diperlihatkan pada tabel di bawah ini.

Tabel 3.2. Penetapan Kinerja Indikator Sasaran Program 1 Indikator Kinerja 1

Sasaran Program Indikator Kinerja Target Penjelasan

Terwujudnya

pemanfaatan teknologi survei dan observasi sumberdaya maritim

Jumlah Pemanfaatan Teknologi Maritim untuk Eksplorasi Cekungan Migas Tambahan di Perairan Indonesia

1 Satu (1) survei

eksplorasi hidrokarbon di perairan Indonesia Timur dan Daerah Frontier

Tahun 2006-2007, BPPT telah mengadakan peralatan seismik laut yaitu sistim navigasi seismik laut, sistim recording seismik 2D dengan panjang kabel streamer- 240 kanal (20 unit ALS, 1 unit ALS memiliki kanal) sepanjang 3000 meter, dan sebagian sistim

source seismik laut yaitu G-Gun beserta perlengkapannya . Peralatan-peralatan tersebut telah di pasang di K/R Baruna Jaya II. Namun demikian sistem seismik di K.R. baruna Jaya II belum sepenuhnya bisa untuk melaksanakan survey seismik laut karena belum dilengkapi dengan kompresor seismik sebagai mesin untuk meniupkan udara tekanan tinggi (minimum 2000 psi) pada s G-GUN sebagai sumber ledakan pada survey seismik laut. Pada tahun 2007, BPPT bekerja sama dengan PT. Elnusa Geoscience yang memiliki kompresor dengan kapasitas 275 SCFM untuk melaksanakan sea trial survey seismik laut di perairan barat Bengkulu bersama sama dengan institusi lain seperti P3GL – ESDM dan LEMIGAS -. Dalam kegiatan tersebut telah diuji-coba seluruh komponen peralatan dengan menggunakan kabel streamer 48 channel ( 500 meter). Tahun 2013, BPPT membeli 2 (dua)

   

LAKIP 2015 TPSA BPPT 25

kompressor seismik dengan kapasitas masing-masing 800 SCFM untuk melengkapi peralatan survey seismik laut di K.R. Baruna Jaya II. Dengan demikian BPPT telah memiliki peralatan survey seismik laut yang bisa dianggap komplit untuk melaksanakan suatu survey seismik laut. Meskipun demikian dikarenakan keterbatasan dana, uji coba survey seismik laut baru bisa dilaksanakan pada kegiatan kajian ekplorasi cekungan potensi minyak dan gas tahun 2015. Pada kegiatan ini dilakukan juga uji coba kemampuan dan kapasitas kompresor.

Selain spesifikasi teknis dan kemampuan teknologi eksplorasi migas laut yang handal, kegiatan eksplorasi migas perlu melakukan kajian untuk penentuan lokasi survey yang disesuaikan dengan spesifikasi alat dan kapal. Pada awal kegiatan, telah direncanakan setidaknya 5 cekungan sedimen untuk pelaksanaan survey. Cekungan – cekungan tersebut antara lain Ujung Kulon, Makassar Selatan, Billiton, Savu, dan Spormonde. Pada tahun 2015, kegiatan ini juga melaksanakan focus group discussion (FGD) untuk membahas secara komprehensif dan menentukan cekungan yang akan dikaji. Hasil FGD tersebut merekomendasikan bahwa Cekungan Makassar Selatan mempunyai potensi hidrokarbon yang besar pada lapisan yang berumur Jura. Hasil tersebut menjadi acuan dalam pelaksanaan survey eksplorasi hidrokarbon menggunakan KR. Baruna Jaya II yang dilengkapi dengan peralatan survey seismic multichannel 2D. Pengembangan teknologi eksplorasi hidrokarbon seismic 2D KR. Baruna Jaya II diperlukan secara nasional dalam rangka mendukung program eksplorasi migas lepas pantai khususnya di Indonesia yang saat ini menjadi tugas Kementerian Energi, Sumberdaya Daya Mineral. Teknologi ini merupakan satu-satunya teknologi eksplorasi migas laut lepas dengan peralatan seismic 2D di Indonesia. Adapun status tingkat kesiapan teknologi (TKT) survey eksplorasi hydrocarbon di laut (KR. Baruna Jaya II dengan teknologi seismic 2D) saat ini telah mencapai 7. Teknologi ini telah diaplikasikan sebelumnya melalui layanan teknologi, namun masih perlu penyempurnaan sistim untuk mencapai nilai optimal dalam keberhasilan pengoperasian (TKT = 9).

Outcome program pada akhir kegiatan adalah terwujudnya rekomendasi teknologi survey eksplorasi migas laut 2D dalam rangka mendukung eksplorasi hidrokarbon di perairan Indonesia Timur dan daerah cekungan-cekungan sedimen (daerah frontier). Adapun target akhir program di tahun 2015 adalah terlaksananya satu (1) survey eksplorasi hidrokarbon laut pada satu (1) cekungan di perairan Indonesia.

   

LAKIP 2015 TPSA BPPT 26

Tabel 3.3 Kriteria SMART IKU

Kriteria Penjelasan

Specific Eksplorasi Hidrokarbon di Perairan Indonesia Timur dan Daerah Frontier Teknologi

Measureable Beroperasinya sistem eksplorasi seismic laut dan terlaksananya sejumlah survey seismic laut

Achieveable Teknologi eksplorasi hydrokarbon di laut dapat dimanfaatkan kementerian ESDM untuk membantu pemetaan potensi MIGAS laut di Indonesia Timur dan daerah frontier dalam rangka pembuatan peta migas. Selain itu, teknologi sesimik 2D KR. Baruna Jaya ini dibutuhkan BIG dalam menambah wilayah dan penyelesaian batas wilayah territorial maupun untuk penambahan wilayah yurisdkisi nasional maksimum 150 mil laut di luar ZEE (extended continental self)

Relevant Teknologi Eksplorasi Migas memiliki relevansi dengan RPJMN III tahun 2015-2019.

Time Bound Pengembangan Teknologi Eksplorasi Migas 2D diharapkan dapat mencapai nilai TKT 9 pada tahun 2017

Pelaksanaan survei eksplorasi migas di perairan Indonesia Timur (Selatan Makassar) menggunakan KR. Baruna Jaya II dapat dilihat pada Gambar 3.1.

   

LAKIP 2015 TPSA BPPT 27

Gambar 3.1. Foto-foto pelaksanaan survei eksplorasi hidrokarbon di perairan Indonesia Timur (Selatan Makassar) dan daerah forntier

menggunakan KR. Baruna Jaya II

b. Tabel Ringkasan

Ringkasan uraian kegiatan dari sasaran program 2 terdiri dari sasaran strategis, indikator kinerja utama (IKU), target, program/kegiatan, capaian kinerja output, dan bukti pendukung dirinci pada Tabel berikut:

Tabel 3.4. Ringkasan Uraian Kegiatan Sasaran Strategis 1, Sasaran Program 1 Indikator Kinerja 1

Sasaran Program 1:

Tewujudnya pemanfaatan teknologi survei dan observasi sumberdaya maritime oleh mitra

Indikator Kinerja Utama (IKU):

Jumlah pemanfaatan teknologi maritime untuk eksplorasi cekungan migas tambahan di perairan Indonesia

Penjelasan IKU:

1 survei eksplorasi migas di cekungan perairan Indonesia

Program/Kegiatan Capaian Kinerja Output Bukti Pendukung

PPT/PPT Survei Kelautan 1 Survei Eksplorasi Migas pada Cekungan di Perairan Indonesia

1 Dokumen Hasil Survei dan Data Hasil Survei di

Cekungan Makassar Selatan

c. Perbandingan antara Target dan Realisasi Kinerja Tahun 2015

Pengukuran tingkat capaian kinerja indikator sasaran program 2 tahun 2015 dilakukan dengan cara membandingkan antara target indikator sasaran program yang telah ditetapkan dengan realisasinya. Hasil pengukuran kinerja indikator sasaran program tersebut diuraikan sebagai berikut:

   

LAKIP 2015 TPSA BPPT 28

Tabel 3.5. Hasil Pengukuran Kinerja Indikator Sasaran Program

Indikator Kinerja Target Realisasi % Program /

Kegiatan Mitra Jumlah pemanfaatan teknologi maritime untuk eksplorasi cekungan migas tambahan di Perairan Indonesia 1 1 100 Pengkajian dan Penerapan Teknologi Survei Kelautan Kementerian Kemen. ESDM (P3GL, LEMIGAS), PT. PADI, PT. Sucofindo, PT. Elnusa

d. Perbandingan Realisasi Kinerja Tahun 2015 dengan Tahun Lalu dan Beberapa Tahun Sebelumnya

Kegiatan Survei Eksplorasi Hidrokarbon merupakan kegiatan baru yang dimulai pada tahun 2015, sehingga belum ada pembanding untuk realisasi kinerja tahun sebelumnya.

e. Perbandingan Realisasi Kinerja Tahun 2015 dengan Target Jangka Menengah Dalam jangka menengah 2015-2019, telah disusun target jangka menengah kegiatan Eksplorasi Hidrokarbon di Perairan Indonesia Timur dan Daerah Frontier. Dalam 5 tahun direncanakan 6 survei dan 2 rekomendasi. Jika dibandingkan antara realisasi kinerja tahun 2015 dan target jangka menengah, dapat diasumsikan bahwa capaian tahun 2015 terhadap target jangka menengah baru tercapai sekitar 17% capaian untuk target survei.

f. Perbandingan Realisasi Kinerja Tahun 2015 dengan Standard Nasional

Tidak ada

g. Analisis Penyebab Keberhasilan/Kegagalan

Keberhasilan dalam pencapaian target berupa satu survey eksplorasi hidrokarbon di cekungan Selatan Makassar ini tidak terlepas dari kerja keras secara bersama-sama seluruh sumber daya manusia dan dukungan mitra-mitra, baik industry maupun K/L terkait, baik dalam persiapan kapal, peralatan maupun SDM. Selain itu, koordinasi yang baik antar

   

LAKIP 2015 TPSA BPPT 29

instansi dan lembaga sangat berperan dalam kesuksesan ini terutama dalam pelaksanaan FGD untuk penentuan lokasi. Tidak terjadinya pemotongan anggaran juga menjadi alasan yang menyebabkan tidak terjadinya perubahan dari rencana awal pelaksanaan kegiatan. Adapun kendala yang sangat berpengaruh terhadap outcome nantinya adalah ketidaktersediaan streamer yang lebih panjang untuk menambah penetrasi seismic yang awalnya direncanakan meminjam dari P3GL Bandung.

h. Analisis atas efisiensi penggunaan sumber daya

Efisiensi Penggunaan SDM: Penggunaan SDM yang relative efisien dan cenderung masih kurang untuk tenaga ahli yang kompeten dalam bidang seismic seperti perlunya QC dan HSE .

Efisiensi Penggunaan Keuangan: Penggunaan anggaran yang sangat efisien karena prioritas pada perbaikan peralatan survey dan persiapan pelaksanaan survey. Perjalanan dinas yang sangat dibatasi penggunaanya merupakan langkah untuk efisiensi anggaran.

Efisiensi Penggunaan Mesin dan Peralatan : Penggunaan Wahana KR. Baruna Jaya II dan peralatan survei seismic 2D yang ada. Meskipun rencana peminjaman peralatan survey tambahan dari P3GL Bandung tidak dapat terealisasi karena alat tersebut sedang mengalami perbaikan.

Kegiatan pemanfaatan teknologi maritime untuk eksplorasi cekungan migas laut di perairan Indonesia dalam jangka menengah tahun 2015 – 2019 diperlihatkan pada Gambar berikut:

   

LAKIP 2015 TPSA BPPT 30

Gambar 3.2. Rencana Capaian Tahun 2015-2019

i. Analisis program/kegiatan yang menunjang keberhasilan ataupun kegagalan pencapaian pernyataan kinerja

Beberapa analisis kegiatan yang menunjang keberhasilan dan kegagalan pencapaian kinerja sasaran program dijelaskan dalam diagram berikut:

   

LAKIP 2015 TPSA BPPT 31

Gambar 3.3. Analisis Kegiatan yang menunjang keberhasilan ataupun kegagalan pencapaian pernyataan kinerja indikator kinerja 1 pada Sasaran Program 2.

B. Indikator Kinerja : Jumlah pemanfaatan ocean observation platform (bouy

tsunami)

a. Uraian Kegiatan

Kegiatan teknologi unggulan benua maritim pada tahun 2015 bertujuan untuk membangun teknologi sistem observasi kelautan berbasis buoy atau kabel bawah laut. Selain untuk pemantauan tsunami, teknologi observasi laut ini dimaksudkan juga untuk pemanfaatan observasi iklim maritim di perairan Indonesia.

Adapun sasaran yang ingin dicapai dalam kegiatan ini adalah:

1. Beroperasinya sistem deteksi dini tsunami baik yang berupa buoy maupun cable base

yang ada di wilayah Indonesia,.

2. Sistem koneksi data buoy yang kontinyu dari RDS-BPPT (IDBC) ke BMKG (nasional) serta ocean-climate buoy diharapkan dapat beroperasi dengan baik untuk melengkapi sistem observasi kelautan Indonesia di Samudra Hindia Selatan Jawa.

   

LAKIP 2015 TPSA BPPT 32

Sistem Cable Based Tsunameter (CBT) Tsunami Buoy merupakan salah satu sistem peringatan dini gelombang tsunami yang bekerja berdasarkan adanya gelombang tsunami atau anomali elevasi muka air laut yang lewat diatas sensor yang ditempatkan di dasar laut. Alat ini ditempatkan di laut lepas, jauh dari pantai. Sistem tsunami buoy terdiri atas 1 unit dasar laut / Ocean Bottom Unit (OBU), dan satu unit Tsunami/GPS Buoy dipermukaan laut atau shore based station untuk system CBT. OBU secara aktif dan kontinyu berkomunikasi dengan Tsunami Buoy di permukaan melalui underwater acoustic modem. Sementara system CBT berkomunikasi dengan shore base station menggunakan kabel serat optic didasar laut. Tsunami buoy atau shore based station berperan sebagai penerima data dari OBU dan mentransmisikan data tersebut via satelit ke pusat pemantau tsunami (ground station). Sistem telemetri diperlukan untuk pengiriman sinyal tsunami ke pusat pengolah data di ground station secara real-time/near real-time.

Tabel 3.6. Penetapan Kinerja Indikator Sasaran Program 1 Indikator Kinerja 2

Sasaran Program Indikator Kinerja Target Penjelasan

Terwujudnya

pemanfaatan teknologi survei dan observasi sumberdaya maritim

Jumlah Pemanfaatan Ocean Observation Platform (Buoy Tsunami)

1 Satu (1) sistem CBT

Termanfaatkan dalam Pemantauan

Program sistem peringatan dini tsunami di Indonesia (National Tsunami Early Warning System) dikepalai oleh BMKG. Jika ada potensi tsunami yang biasanya berasal dari gempa maka BMKG akan mengumkan di media masa tentang potensi tsunami tersebut. BPPT diberi tugas untuk membantu BMKG memberikan data konfirmasi apakah tsunami sudah terjadi atau tidak. BPPT sendiri tidak mempunyai kewenangan mengumumkan adanya tsunami kepada masyarakat. BMKG mengumumkan potensi tsunami berdasarkan gempa yang terukur oleh seismograf yang dimilikinya. Tidak setiap gempa berpotensi tsunami, ada kriteria tertentu dari gempa yang berpotensi tsunami. Tetapi tsunami juga tidak selalu terjadi akibat gempa bumi. Tabel 3.7 di bawah memperlihatkan beberapa sumber tsunami dan persentase dari seluruh tsunami yang diakibatkan oleh sumber tersebut.

Tabel 3.7. Sumber-sumber Tsunami

Sources %

Earthquake 72

   

LAKIP 2015 TPSA BPPT 33

Landslide 10

Tsunami-like weather system, meteorological

2

Meteorite impacts & others unknown 11

Berdasarkan tabel maka di atas maka kita harus mempunyai pendeteksi tsunami yang tidak bergantung pada seismograph. Selain itu keberadaan tsunami harus diinformasikan sedini mungkin sebelum tsunami tersebut sampai di pantai. Untuk itu hanya teknologi buoy / CBT yang bisa menjawab semua tantangan di atas.

Teknologi platform, sistem akuisisi data real time dan sistem tambat di laut lepas berkembang sangat cepat, baik untuk industri migas lepas pantai (laut dalam) maupun untuk observasi laut dan meteorologi. Negara maju sudah mengembangkan platform untuk multisensor dengan ukuran platform radius kecil hingga ukuran sedang 20m-an.

Di Indonesia sendiri, penguasaan teknologi ini masih sedikit sekali, sehingga hampir seluruh operasi dan pemasangan platform di laut dalam dikuasai para tenaga ahli dari asing. Para perekayasa dan peneliti Indonesia sejak tahun 2006 telah mulai melakukan penguasaan teknologi platform laut dalam hingga pengiriman data secara real time via satelit. Dengan mengerahkan kemampuan SDM dalam negeri, penguasaan para tenaga ahli Indonesia begitu cepat. Sejak tahun 2007, para perekayasa BPPT telah mulai berhasil melakukan pemasangan tsunami buoy generasi ke-1 pada kedalaman laut 2050m, hingga perkembangan terakhir manufaktur, pemasangan dan operasi buoy tsunami generasi ke-2 pada kedalaman 5030 m di Laut Banda.

Pengembangan selanjutnya adalah upaya penggunaan fiber optic sebagai media pengiriman data dari Bottom Pressure Recorder (BPR) ke relay station yang dalam hal ini berfungsi sebagai bouy permukaan yang dipasang pada pulau terluar yang secara periodik akan mengirimkan data via satelit ke stasiun penerima di darat. Setelah pengembangan prototype Cable-based Tsunameter (CBT) ini berhasil, BPPT juga akan mencoba pengembangan radar pantai yang bekerja pada gelombang HF untuk deteksi tsunami dan cuaca ekstrim.

b. Tabel Ringkasan

Ringkasan uraian kegiatan dari sasaran program 2 terdiri dari sasaran strategis, indikator kinerja utama (IKU), target, program/kegiatan, capaian kinerja output, dan bukti pendukung dirinci pada Tabel berikut:

Tabel 3.8. Ringkasan Uraian Kegiatan Sasaran Strategis 1, Sasaran Program 1 Indikator Kinerja 2

   

LAKIP 2015 TPSA BPPT 34

Sasaran Program 1:

Tewujudnya pemanfaatan teknologi survei dan observasi sumberdaya maritime oleh mitra

Indikator Kinerja Utama (IKU):

Jumlah pemanfaatan Ocean Observation Platform Penjelasan IKU:

1 Ocean Observation Platform Terpasang dan Berfungsi Mengukur dan Mengirim Data ke IDBC untuk selanjutnya dimanfaatkan BMKG

Program/Kegiatan Capaian Kinerja Output Bukti Pendukung

PPT/PPT Survei Kelautan 1 Ocean Observation Platform (Cable Based Tsunameter) Terpasang dan Termanfaatkan

1 CBT di Pantai Baron Terpasang dan Mengirim Data ke RDS IDBC di BPPT

Gambar 3.4. Desain konsep CBT, Peta Bathimetri Pantai Baron Kab. Gunung Kidul dan Bottom Unit System CBT dalam kegiatan Teknologi Unggulan Benua Maritim Indonesia

 

Tabel 3.9. Kriteria SMART IKU

Kriteria Penjelasan

Specific Teknologi ini hanya digunakan untuk observasi iklim maritime dan pemantauan tsunami secara realtime dan periode waktu yang lama (1 tahun).

   

LAKIP 2015 TPSA BPPT 35

Measureable Teknologi ini dapat diukur berdasarkan jumlah prototype buoy dan jumlah buoy yang operasional

Achieveable Teknologi ini sangat berguna untuk mengobservasi dinamika lingkungan laut dan atmosfir yang dibutuhka dalam perkiraan cuaca dan untuk mendeteksi tsunami. Data-data hasil observasi selanjutnya dimanfaatkan BMKG

Relevant Pengembangan teknologi Unggulan Benua Maritim merupakan kegiatan yang mendukung teknologi observasi laut nasional

Time Bound Teknologi Unggulan Benua Maritim untuk OFS membutuhkan waktu 3 tahun, sedang Pendetekaasi Gempa dan Tsunami berbasis kabel membutuhkan waktu 5 tahun.

j. Perbandingan antara Target dan Realisasi Kinerja Tahun 2015

Pengukuran tingkat capaian kinerja indikator sasaran program 2 Tahun 2015 dilakukan dengan cara membandingkan antara target indikator sasaran program yang telah ditetapkan dengan realisasinya. Hasil pengukuran kinerja indikator sasaran program tersebut diuraikan sebagai berikut:

Tabel 3.10. Hasil Pengukuran Kinerja Indikator Sasaran Program 1 Indikator Kinerja 2

Indikator Kinerja Target Realisasi % Program /

Kegiatan Mitra Jumlah pemanfaatan Ocean Observation Platform (CBT ) 1 1 100 Pengkajian dan Penerapan Teknologi Survei Kelautan BMKG

c. Perbandingan Realisasi Kinerja Tahun 2015 dengan Tahun Lalu dan Beberapa Tahun Sebelumnya

Teknologi unggulan benua maritime merupakan kegiatan lanjutan dari kegiatan tahun-tahun sebelumnya yaitu pengembangan Prototype System Deteksi Tsunami Kabel Bawah Laut (CBT-Kabel) dan Operasional serta Pemeliharaan Ocean Climate Buoy dan Tsunami Buoy.

   

LAKIP 2015 TPSA BPPT 36

Pada tahun 2013, realisasi kinerja terdiri atas 1 Prototype CBT di Padang; 1 survei Bathymetri dan Oseanografi lokasi buoy. Pada tahun 2014; 1 Buoy Ocean Climate terpelihara dan beroperasi. Adapun tahun 2015, dihasilkan 1 prototype CBT beroperasi di pantai Barong, Yogyakarta.

d. Perbandingan Realisasi Kinerja Tahun 2015 dengan Target Jangka Menengah Kegiatan Teknologi Unggulan Benua Maritim Indonesia dalam jangka menengah (2015-2019) telah menargetkan 4 prototype (2015-2017), 1 operasi survey (2015), 1 pilot project (2018) dan 1 rekomendasi (2019). Jika dibandingkan antara realisasi kinerja tahun 2015 dengan target jangka menengah, maka telah tercapai sekitar 25% untuk prototype platform observasi laut.

e. Perbandingan Realisasi Kinerja Tahun 2015 dengan Standard Nasional

Tidak ada

f. Analisis Penyebab Keberhasilan/Kegagalan

Keberhasilan pencapaian kinerja tahun 2015 didukung oleh ketersediaan sumberdaya manusia yang memiliki kemampuan dan pengalaman dalam pengembangan platform observasi laut. SDM yang ada memiliki pengalaman dalam pengembangan buoy-buoy pada tahun-tahun sebelumnya. Kerjasama dan networking yang telah dibangun baik di dalam maupun di luar negeri juga menjadi salah satu penyebab keberhasilan pencapaian kinerja. Selain SDM, keberadaan sumberdaya lain berupa peralatan survey dalam menyiapkan lokasi sangat menentukan dalam instalasi platform di lapangan. Keberadaan IDBC dan tim pengelola di BPPT sebagai bagian dari system observasi berbasis platform juga menentukan keberhasilan. Ketersediaan anggaran yang cukup tentunya menjadi faktor keberhasilan dari pencapaian kinerja. Kerjasama lintas unit dan system matriks yang diterapkan BPPT dalam system kerekayasaan sangat mempengaruhi keberhasilan. Kerjasama dengan pemerintah daerah Kabupaten Gunung Kidul Propinsi Jogyakarta dalam menyiapkan lokasi pemasangan CBT di pantai Baron juga menjadi penyebab keberhasilan. Lokasi awal yang direncanakan untuk pemasangan CBT yaitu di Pelabuhan Genteng, Pelabuhan Ratu dikarenakan tidak tersedianya lokasi untuk fasilitas darat dapat menjadi penyebab kegagalan pencapaian kinerja.

g. Analisis atas efisiensi penggunaan sumber daya

Efisiensi Penggunaan SDM: Penggunaan SDM yang relative efisien tentunya menjadi prioritas dalam pelaksanaan kegiatan ini. Hal ini disebabkan banyaknya kegiatan lain yang juga membutuhkan SDM. Dengan demikian kebutuhan akan tenaga ahli yang

   

LAKIP 2015 TPSA BPPT 37

sesuai sangat penting untuk efisiensi penggunaan SDM. Sistem matrix SDM merupakan solusi untuk efisiensi SDM ini.

Efisiensi Penggunaan Keuangan: Penggunaan anggaran yang sangat efisien melalui prioritasi penggunaan anggaran. Prioritas anggaran diarahkan untuk biaya pelaksanaan survey awal lokasi dan instalasi CBT. Selain itu, prioritas anggaran untuk pengadaan bahan-bahan dan material untuk membangun sistim CBT. Hal ini merupakan strategi untuk melakukan efisiensi penggunaan anggara. Perjalanan dinas harus dioptimalkan dalam rangka pelaksanaan survey dan instalasi CBT di lapangan.

Efisiensi Penggunaan Mesin dan Peralatan : Peralatan survei yang digunakan menggunakan peralatan BPPT sendiri termasuk transportasi Jakarta ke lokasi.

Gambar 3.5. Rencana Capaian Tahun 2015-2019

h. Analisis program/kegiatan yang menunjang keberhasilan ataupun kegagalan pencapaian pernyataan kinerja

Beberapa analisis kegiatan yang menunjang keberhasilan dan kegagalan pencapaian kinerja sasaran program dijelaskan sebagai berikut:

   

LAKIP 2015 TPSA BPPT 38

a) SDM yang memiliki pengalaman dalam bidang survey dan observasi laut dan dukungan peralatan yang ada sangat menunjang keberhasilan pencapaian pernyataan kinerja

b) Jaringan kerjasama dan networking baik dengan pihak dalam negeri maupun luar negeri juga menjadi penunjang keberhasilan pencapaian kinerja

c) Sistem kerja yang diterapkan BPPT yaitu matrix SDM dalam satu program/kegiatan sangat membantu dalam pencarian SDM yang sesuai dengan kebutuhan pekerjaan

Dalam dokumen LAKIP TPSA BPPT 2015 LAKIP TPSA 2015 (Halaman 33-116)

Dokumen terkait