• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAKIP TPSA BPPT 2015 LAKIP TPSA 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "LAKIP TPSA BPPT 2015 LAKIP TPSA 2015"

Copied!
116
0
0

Teks penuh

(1)

!

 

LAPORAN

 

AKUNTABILITAS

 

KINERJA

 

INSTANSI

 

PEMERINTAH

 

(LAKIP)

 

TAHUN

 

ANGGARAN

 

2015

 

DEPUTI BIDANG TEKNOLOGI

PENGEMBANGAN SUMBER DAYA ALAM

(2)

!

LAPORAN

AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI

PEMERINTAH (LAKIP)

TAHUN ANGGARAN 2015

DEPUTI BIDANG TEKNOLOGI PENGEMBANGAN

SUMBERDAYA ALAM

BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI

(3)

LAKIP 2015 TPSA BPPT i

KATA PENGANTAR

!

 

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Alloh SWT, yang atas rahmat dan karunia Nya Kedeputian TPSA dapat menyelesaikan seluruh program dalam pengkajian dan penerapan teknologi di bidang pengembangan sumberdaya alam Tahun Anggaran 2015, yang dirangkum dalam laporan akuntabilitas kinerja. Laporan Akuntabilitas Kinerja ini merupakan salah satu dari lima komponen dalam Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (Sistem AKIP) yang berlaku dan diwajibkan kepada seluruh instansi pemerintah secara nasional.

Kewajiban menyusun laporan akuntabilitas kinerja ini merupakan amanat pemerintah melalui Instruksi Presiden No. 7 Tahun 1999 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, dan untuk menyusunnya didasarkan pada peraturan menteri PAN & RB No. 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja Dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah.

Oleh karena itu Kedeputian TPSA menyusun Laporan Akuntabilitas Kinerja tahun 2015 ini sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban Kedeputian TPSA atas pelaksanaan tugas pokok dan fungsi melalui program dan kegiatan yang ditetapkan dalam dokumen Penetapan Kinerja Tahun 2015. Laporan Kinerja Tahun 2015 ini merupakan laporan kinerja TPSA yang pertama atau tahun awal dalam periode 2015-2019, berisi mengenai pencapaian sasaran strategis kinerja yang berupa output di tingkat unit kerja yang merupakan outcome dari Kedeputian TPSA.

Kami ucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung penyelesaian laporan ini. Untuk penyempurnaan penulisan LAKIP di masa datang, koreksi dan masukan sangat kami harapkan.

Jakarta, Januari 2015

DEPUTI BIDANG TEKNOLOGI PENGEMBANGAN SUMBERDAYA ALAM

(4)

LAKIP 2015 TPSA BPPT ii

IKHTISAR EKSEKUTIF

!

 

Dalam pelaksanaan Sistem AKIP, Kedeputian Teknologi Pengembangan Sumber Daya Alam (TPSA) memperhatikan dan mengikuti peraturan terkait sistem perencanaan pembangunan nasional (SPPN) dan sejumlah ketentuan/pedoman terkait Sistem AKIP khususnya ketentuan/ pedoman yang diatur oleh Kementerian PAN dan RB.

Secara keseluruhan capaian kinerja Kedeputian TPSA tahun 2015 dapat tercapai/ terpenuhi dengan baik. Sasaran yang terdapat dalam penetapan kinerja menunjukkan hasil yang baik dengan tercapainya target sasaran sesuai yang ditetapkan sebelumnya.

Gambaran capaian kinerja masing-masing sasaran dapat diketahui sebagai berikut :

Sasaran Strategis 1 : Meningkatnya daya saing industri melalui inovasi dan layanan

teknologi., terdiri dari dua sasaran program yaitu :

1. Terwujudnya pemanfaatan teknologi survey dan observasi sumberdaya maritime yang terdiri dari dua indikator kinerja yaitu :

x Indikator kinerja 1 berupa 1 pemanfaatan teknologi maritim untuk eksplorasi migas

tambahan di perairan indonesia, dengan capaian kinerja 100%.

x Indikator kinerja 2 berupa 1 pemanfaatan ocean observation platform (bouy

tsunami), dengan capaian kinerja 100%

2. Terbangunnya teknologi SAR Polarimetri untuk Eksplorasi Sumberdaya Alam dengan indikator kinerja 1 aplikasi teknologi sarpolrimetri remote sensing untuk pemantauan dan prediksi tanaman padi, dengan capaian kinerja 100%

Sasaran Strategis 2 : Meningkatnya kemandirian bangsa melalui inovasi dan layanan

teknologi dengan sasaran program terwujudnya penurunan tingkat risiko bencana, dengan indikator kinerja berupa 1 provinsi (Provinsi Riau) yang menurun tingkat risiko bencananya, dengan capaian kinerja 100%

Pada tahun anggaran 2015 total anggaran yang dikelola oleh Kedeputian Teknologi Pengembangan Sumberdaya Alam pagu awalnya adalah sebesar Rp. 117,628,541,000,-. Dengan adanya kebijakan pemerintah untuk optimasi penggunaan anggaran secara nasional, terjadi pengurangan anggaran sebesar Rp. 2,919,923,000. Dengan demikian maka pagu akhir anggaran yang dikelola adalah sebesar Rp. 114,708,618,000. Dari rekapitulasi realisasi anggaran yang dilaksanakan oleh setiap unit kerja eselon II dan Satuan Kerja Balai, total realisasi anggaran mencapai Rp. 69,337,181,250 (85.01%).

(5)

LAKIP 2015 TPSA BPPT iii Rp. 16,050,599,051,- atau mencapai 99,34%. Sedangkan realisasi anggaran pada tingkat satuan kerja UPT dan Balai, tingkat capaiannya tidak terlalu tinggi jauh di bawah tingkat capaian unit kerja eselon II yaitu dari pagu akhir yang dapat digunakan sebedar Rp. 98,551,672,000,- dapat direalisasikan sebesar Rp. 77,453,861,522,- atau mencapai 81,51%.

Berdasarkan hasil tersebut maka beberapa hal tindak lanjut yang harus dilakukan untuk pelaksanaan akuntabilita kinerja selanjutnya antara lain:

1) Mempertahankan capaian kinerja yang sudah baik dan memperbaiki capaiaan kinerja yang belum sempurna, yaitu dengan mendorong outcome secara terus menerus di gunakan oleh mitra pengguna.

2) Untuk meningkatkan capaian kinerja anggaran perlu lebih ketat lagi terhadap ketepatan waktu pencairan aggaran sesuai dengan rencana kegiatan yang telah ditetapkan.  

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

(6)

LAKIP 2015 TPSA BPPT iv

DAFTAR ISI

!

 

KATA PENGANTAR ... i

IKHTISAR EKSEKUTIF ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Kedudukan, Tugas, Fungsi dan Kewenangan... 2

1.3. Organisasi ... 3

1.4. Sumber Daya Manusia ... 5

1.5. Sistematika Penyajian ... 6

BAB I. PERENCANAAN KINERJA ... 8

2.1. Keterkaitan RPJMN, Renstra dan Perencanaan Kinerja ... 8

2.2. Renstra TPSA Tahun 2015-2019 ... 11

2.2.1. Visi dan Misi ... 11

2.2.2. Tujuan ... 12

2.2.3. Sasaran Strategis ... 12

2.3. Keterkaitan Program TPSA dengan RPJMN 2015-2019 dan Proses Bisnis TPSA ... 13

2.3.1. Keterkaitan Program TPSA dengan RPJMN 2015-2019 ... 13

2.3.2. Proses Bisnis Utama TPSA ... 13

2.4. Rencana Kinerja Tahunan (

RKT

) TPSA Tahun 2015

... 18

2.5. Penetapan Kinerja (PK)

TPSA

Tahun 2015

... 20

BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA ... 22

3.1. Capaian Kinerja Organisasi ... 22

3.1.1. Sasaran Strategis 1 : Meningkatnya daya saing Industri melalui inovasi dan layanan teknologi. ... 23

(7)

LAKIP 2015 TPSA BPPT v 3.1.1.2. Sasaran Program (SP) 2 : Terbangunnya teknologi

SAR Polarimetri untuk Eksplorasi Sumberdaya Alam ... 52 3.1.2. Sasaran Strategis 2 : Meningkatnya kemandirian bangsa melalui inovasi dan layanan teknologi. ... 46 3.2. Realisasi Anggaran ... 58  

LAMPIRAN...61

   

 

 

 

 

 

 

 

(8)

LAKIP 2015 TPSA BPPT vi

DAFTAR GAMBAR

!

 

Gambar 1.1. KedeputianTPSA dalam Struktur Organisasi BPPT ... 4 

Gambar 1.2. Komposisi SDM TPSA berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 5 

Gambar 1.3. Distribusi SDM TPSA berdasarkan Jenis Jabatan Fungsional ... 6 

Gambar 2.1. Posisi Pengembangan Sumber Daya Alam dalam Pentahapan Pembangunan Dalam RPJPN 2005-2025 ... 10 

Gambar 2.2. Alur Pikir Perencanaan Kinerja TPSA ... 11 

Gambar 2.3. Tata Laksana Utama (Proses Bisnis Utama) di Kedeputian Teknologi Pengembangan Sumber Daya Alam (L1) ... 14 

Gambar 3.1. Foto-foto pelaksanaan survei eksplorasi hidrokarbon di perairan Indonesia Timur (Selatan Makassar) dan daerah forntier menggunakan KR. Baruna Jaya II ... 27 

Gambar 3.2. Rencana Capaian Tahun 2015-2019 ... 30 

Gambar 3.3. Analisis Kegiatan yang menunjang keberhasilan ataupun kegagalan pencapaian pernyataan kinerja indikator kinerja 1 pada Sasaran Program 2. ... 31 

Gambar 3.4. Desain konsep CBT, Peta Bathimetri Pantai Baron Kab. Gunung Kidul dan Bottom Unit System CBT dalam kegiatan Teknologi Unggulan Benua Maritim Indonesia ... 34 

Gambar 3.5. Rencana Capaian Tahun 2015-2019 ... 37 

Gambar 3.6. IlustrasiLokasi Validasi yang dibatasi oleh batas Administrasi ... 39 

Gambar 3.7. Pembuatan ROI wilayah sawah dan non-sawah ... 40 

Gambar 3.8. Klasifikasi sawah menjadi 5 Kelas ... 40 

Gambar 3.9. Ilustrasi Klasifikasi citra polarimetrik dekomposisi dengan metode SAM ... 41 

Gambar 3.10. Ilustrasi dekomposisi Freeman-Durden berdasarkan analisis polarimetrik SAR ALOS-2 diperoleh pada bulan April 2015 ... 42 

Gambar 3.11. Tahapan Pengembangan Sistem Prediksi Padi dengan Teknologi SAR Polarimetri ... 42 

Gambar 3.12. Peningkatan Capaian Kinerja Outcome Menuju Target Akhir Sesuai Dokumen Renstra ... 44 

(9)

LAKIP 2015 TPSA BPPT vii Gambar 3.14. Kegiatan Pelayanan Jasa TMC di DAS PLTA Ir. PM Noor, Kalimantan

(10)

LAKIP 2015 TPSA BPPT viii

DAFTAR TABEL

!

 

Tabel 1.1. Komposisi SDM TPSA berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 5 

Tabel 1.2. Distribusi SDM TPSA berdasarkan Jenis Jabatan Fungsional ... 5 

Tabel 2.1. Rencana Kerja Tahunan Tingkat Eselon 1 ... 19 

Tabel 2.2. Penetapan Kinerja Kinerja Tingkat Eselon 1 ... 21 

Tabel 3.1 Capaian Kinerja Program Kedeputian TPSA Tahun 2015 ... 23 

Tabel 3.2. Penetapan Kinerja Indikator Sasaran Program 1 Indikator Kinerja 1 ... 24 

Tabel 3.3 Kriteria SMART IKU ... 26 

Tabel 3.4. Ringkasan Uraian Kegiatan Sasaran Strategis 1, Sasaran Program 1 Indikator Kinerja 1 ... 27 

Tabel 3.5. Hasil Pengukuran Kinerja Indikator Sasaran Program ... 28 

Tabel 3.6. Penetapan Kinerja Indikator Sasaran Program 1 Indikator Kinerja 2 ... 32 

Tabel 3.7. Sumber-sumber Tsunami ... 32 

Tabel 3.8. Ringkasan Uraian Kegiatan Sasaran Strategis 1, Sasaran Program 1 Indikator Kinerja 2 ... 33 

Tabel 3.9. Kriteria SMART IKU ... 34 

Tabel 3.10. Hasil Pengukuran Kinerja Indikator Sasaran Program 1 Indikator Kinerja 2 ... 35 

Tabel 3.11 Ringkasan Uraian Kegiatan Sasaran Strategis 1 Sasaran Program 2 ... 43 

Tabel 3.12 Perbandingan Antara Target dengan Realisasi Kinerja Tahun Ini .. 43 

Tabel 3.13. Daftar kegiatan layanan jasa TMC Tahun 2015 ... 49 

Tabel 3.14. Ringkasan Capaian Kinerja Program Layanan Jasa Teknologi Modifikasi Cuaca ... 53 

Tabel 3.15. Penilaian Capaian Kinerja Program Layanan Jasa Teknologi Modifikasi Cuaca Tahun 2015 ... 56 

Tabel 3.16. Realisasi Anggaran Program/Kegiatan Tahun 2015 di Kedeputian TPSA ... 59   

 

(11)

LAKIP 2015 TPSA BPPT 1

BAB I.

PENDAHULUAN

 

 

1.1. Latar Belakang

Teknologi merupakan faktor yang memberikan kontribusi yang penting dalam peningkatan kualitas hidup suatu bangsa. Fenomena ini tercermin pada terjadinya proses transisi perekonomian dunia yang semula berbasiskan pada sumber daya

(Resource-Based Economy) menjadi perekonomian yang berbasiskan pengetahuan

(Knowledge-Based Economy - KBE). Pada KBE, kekuatan bangsa diukur dari

kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) sebagai faktor primer ekonomi menggantikan modal lahan sumberdaya alam dan energi dalam pembangunan nasional. Dalam RPJPN 2005–2025 disebutkan bahwa persaingan yang makin tinggi pada masa yang akan datang menuntut peningkatan penguasaan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) dalam rangka menghadapi perkembangan global menuju ekonomi berbasis pengetahuan.

Kedeputian Teknologi Pengembangan Sumber Daya Alam merupakan bagian dari institusi Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) yang memiliki tugas pokok melaksanakan pengkajian dan penerapan teknologi yang menghasilkan Inovasi dan Layanan Teknologi dibidang Sumber Daya Alam dan Kelautan, Lingkungan,dan Kebencanaan. Untuk menghadapi permasalahan pembangunan dan pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya, sesuai dengan RENSTRA yang telah ditetapkan pada Tahun 2015 berupaya memberikan kontribusi melalui berbagai kegiatan inovasi dam layanan teknologi melalui Program Pengkajian dan Penerapan Teknologi di bidang Sumberdaya Alam dan Kelautan, Lingkungan, dan Kebencanaan.

(12)

LAKIP 2015 TPSA BPPT 2 Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.

LAKIP merupakan salah satu dokumen pelaporan sebagai bagian dari pertanggungjawaban instansi pemerintah dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya. LAKIP Kedeputian TPSA menggambarkan tingkat pencapaian sasaran dan tujuan strategis sebagai penjabaran dari visi, misi yang telah ditetapkan didalam RENSTRA TPSA Tahun 2015-2019 melalui pelaksanaan program dan kegiatan pada tahun 2015.

1.2. Kedudukan, Tugas, Fungsi dan Kewenangan

Berdasarkan SK Kepala BPPT Nomor 170/Kp/KA/BPPT/IV/2006, Tentang

Organisasi dan Tata Kerja BPPT, tanggal 21 April 2006, pada Bab VI, pasal 110 sd 112 :

a. Kedudukan TPSA

1) Deputi Bidang Teknologi Pengembangan Sumberdaya Alam adalah unsur pelaksana yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala.

2) Deputi Bidang Teknologi Pengembangan Sumberdaya Alam dipimpin oleh Deputi .

b. Tugas TPSA

Deputi Bidang Teknologi Pengembangan Sumberdaya Alam mempunyai tugas pelaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang teknologi pengembangan sumberdaya alam.

c. Fungsi TPSA

Dalam melaksanakan tugas Deputi Bidang Teknologi Pengembangan Sumberdaya Alam menyelenggarakan fungsi:

1) perumusan kebijakan teknis pelaksanaan, pemberian bimbingan dan pembinaan di bidang pengkajian dan penerapan teknologiPengembangan Sumberdaya Alam; 2) pengendalian terhadap kebijakan teknis di bidang pengkajian dan penerapan teknologi

Pengembangan Sumberdaya Alam;

3) pelaksanaan tugas sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Kepala.

d. Wewenang TPSA

Dalam menyelenggarakan fungsinya, Kedeputian TPSA mempunyai kewenangan :

1) Penyusunan rencana nasional secara makro di bidang teknologi pengembembangan sumber daya alam

(13)

LAKIP 2015 TPSA BPPT 3 mendukung pembangunan secara makro;

3) Penetapan sistem informasi di bidang teknologi pengembembangan sumber daya alam; 4) Kewenangan lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

1.3. Organisasi

Berdasarkan SK Kepala BPPT Nomor 170/Kp/KA/BPPT/IV/2006, Tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, Tanggal 21 April 2006, pada Bab VI, Bagian kedua, maka Kedeputian TPSA mempunyai struktur organisasi yang terdiri dari (seperti tergambar pada Gambar dibawah ini):

a. Empat Pusat setingkat eselon 2 yaitu :

1) Pusat Teknologi Inventarisasi Sumber Daya Alam 2) Pusat Teknologi Sumber Daya Mineral

3) Pusat Teknologi Sumber Daya Lahan, Wilayah Dan Mitigasi Bencana 4) Pusat Teknologi Lingkungan

b. TPSA juga memiliki 3 unit organisasi non organik yang merupakan unit pelayanan teknis yang berfungsi untuk memberikan pelayanan teknologi tertentu kepada masyarakat. Unit organisasi non organik yang ada di lingkungan TPSA adalah sebagai berikut:

1) Unit Pelayanan Teknis Hujan Buatan (UPT-HB) 2) Balai Teknologi Survei Kelautan (BTSK)

(14)

LAKIP 2015 TPSA BPPT 4

Gambar 1.1. KedeputianTPSA dalam Struktur Organisasi BPPT

(15)

LAKIP 2015 TPSA BPPT 5

1.4. Sumber Daya Manusia

Kedeputian TPSA mempunyai aparatur / sumber daya manusia (SDM) per Desember 2015 secara keseluruhan berjumlah 445 atau 15,7% dari keseluruhan BPPT sebesar 2.833 orang yang disajikan dalam tabel 1.1 sebagai berikut :

Tabel 1.1. Komposisi SDM TPSA berdasarkan Tingkat Pendidikan

No Pendidikan Jumlah %

Gambar 1.2. Komposisi SDM TPSA berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tabel 1.2. Distribusi SDM TPSA berdasarkan Jenis Jabatan Fungsional

(16)

LAKIP 2015 TPSA BPPT 6  

Gambar 1.3. Distribusi SDM TPSA berdasarkan Jenis Jabatan Fungsional

1.5. Sistematika Penyajian

Sistematika laporan LAKIP 2015 Kedeputian TPSA disusun berdasarkan Keputusan Menteri PANRB Nomor 52 Tahun 2014, sebagai berikut:

BAB I. PENDAHULUAN

Pada bab ini disajikan penjelasan umum organisasi, dengan penekanan kepada aspek strategis organisasi (kedudukan tugas, fungsi, dan kewenangan, struktur organisasi dan Sumberdaya Manusia) serta permasalahan utama (strategic issued) yang sedang dihadapi organisasi.

BAB II. PERENCANAAN KINERJA

Pada bab ini diuraikan tentang keterkaitan RPJMN, Renstra TPSA 2015-2019 dengan perjanjian kinerja tahun ini, Keterkaitan Program dengan RPJMN 2015-2019; Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Tahun 2015, dan Penetapan Kinerja (PK) Tahun 2015.

BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA

(17)

LAKIP 2015 TPSA BPPT 7 kinerja organisasi untuk setiap pernyataan kinerja sasaran strategis orgnisasi sesuai dengan hasil pengukuran kinerja organisasi. Untuk setiap pernyataan kinerja sasaran strategis tersebut dilakukan analisis capaian kinerja. Pada subbab realisasi anggaran diuraikan realisasi anggaran yang digunakan dan yang telah digunakan untuk mewujudkan kinerja organisasi sesuai dengan dokmen Perjanjian Kinerja.

BAB IV. PENUTUP

Pada bab ini diuraikan simpulan umum atas capaian kinerja organisasi serta langkah di masa mendatang yang akan dilakukan organisasi TPSA untuk meningkatkan kinerjanya.

(18)

LAKIP 2015 TPSA BPPT 8

BAB II.

PERENCANAAN KINERJA

 

2.1. Keterkaitan RPJMN, Renstra dan Perencanaan Kinerja

Dalam RPJMN 2015-2019 kebijakan nasional yang terkait dengan tugas pokok dan fungsi kedeputian TPSA antara lain : 1). Meningkatkan Pengelolaan dan Nilai Tambah Sumber Daya Alam (SDA) Yang Berkelanjutan. Arah kebijakan peningkatan pengelolaan dan nilai tambah SDA adalah dengan meningkatkan kapasitas produksi melalui peningkatan produktivitas dan perluasan areal pertanian, meningkatkan daya saing dan nilai tambah komoditi pertanian dan perikanan, mengoptimalkan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya mineral dan tambang lainnya, meningkatkan produksi dan ragam bauran sumber daya energi, meningkatkan efisiensi dan pemerataan dalam pemanfaatan energi, mengembangkan ekonomi kelautan yang terintegrasi antar-sektor dan antar-wilayah, dan meningkatnya efektivitas pengelolaan dan pemanfaatan keragaman hayati Indonesia yang sangat kaya. 2). Peningkatan kualitas lingkungan hidup, Mitigasi bencana alam dan perubahan iklim. Arah kebijakan peningkatan kualitas lingkungan hidup, mitigasi bencana dan perubahan iklim adalah melalui peningkatan pemantauan kualitas lingkungan dan penegakan hukum pencemaran lingkungan hidup; mengurangi risiko bencana, meningkatkan ketangguhan pemerintah dan masyarakat terhadap bencana, dan memperkuat kapasitas mitigasi dan adaptasi perubahan iklim.

Dalam mewujudkan visi dan misi pembangunan agenda pembangunan nasional 2015-2019 ditetapkan 9 (sembilan) agenda nasional, dimana salah satunya adalah Meningkatkan Produktivitas Rakyat dan Daya Saing Di Pasar Internasional melalui Peningkatan Kapasitas Inovasi dan Teknologi dengan sasaran pembangunan IPTEK sebagai berikut:

1) Meningkatnya hasil penyelenggaraan penelitian, pengem-bangan dan penerapan iptek yang mendukung:

a. daya saing sektor produksi barang dan jasa;

b. keberlanjutan dan pemanfaatan sumber daya alam; serta

c. penyiapan masyarakat Indonesia menyongsong kehidupan global.

(19)

LAKIP 2015 TPSA BPPT 9 Arah kebijakan strategi nasional yang terkait dengan agenda nasional tersebut antara lain:

1) Dalam rangka peningkatan dukungan iptek bagi daya saing sektor produksi, maka pembangunan diarahkan pada layanan Perekayasaan dan Teknologi melalui peningkatan kapasitas layanan dan revitalisasi peralatan laboratorium serta peningkatan kualitas dan jumlah SDM yang akan dibiayai dari dana pemerintah. 2) Dalam rangka peningkatan dukungan iptek bagi keberlanjutan dan pemanfaatan

sumber daya alam maka pembangunan diarahkan untuk meningkatkan disseminasi produk sumberdaya hayati ke masyarakat melalui kebun percobaan, perbanyakan bibit, pembinaan masyarakat sendiri. Untuk mendukung strategi ini salah satunya adalah revitalisasi dan pengadaan baru kapal riset. Selain itu juga diarahkan untuk pengembangan sumberdaya nirhayati dengan arah kebijakan P3-Iptek untuk sumberdaya nir-hayati adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan informasi tentang sumberdaya kelautan, limnologi, dan kebencanaan. Strategi utama yang akan dilaksanakan adalah pembangunan pusat penelitian kelautan di Pantai Penajam – Kalimantan Selatan; pengembangan dan ujicoba model pengelolaan danau dan situ; serta pengembangan teknologi mitigasi bencana.

3) Dalam rangka peningkatan dukungan bagi riset dan pengembangan dasar pembangunan iptek diarahkan untuk: (1) peningkatan kualitas dan kuantitas SDM Iptek; (2) pembangunan sarana dan prasarana iptek antara lain revitalisasi Puspiptek; (3) pembangunan repositori dan disseminasi informasi iptek; serta (4) peningkatan jaringan iptek melalui konsorsium riset.

4) Dalam rangka peningkatan layanan teknologi kepada masyarakat pedesaan, masyarakat pesisir, dan usaha kecil dan menengah akan dibangun Techno Park dan

Science Centre.

(20)

LAKIP 2015 TPSA BPPT 10  

Gambar 2.1. Posisi Pengembangan Sumber Daya Alam dalam Pentahapan Pembangunan Dalam RPJPN 2005-2025

Sebagai tindak lanjut dari amanat RPJPN dan RPJMN tersebut, maka Kedeputian TPSA telah membuat perencanaan strategis sesuai dengan tugas pokok dan fungsi serta kewenangan kedeputian TPSA tahun 2015-2019

Terkait dengan perencanaan kinerja untuk memenuhi Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, BPPT menggunakan Renstra sebagai acuan dalam membuat Rencana Kinerja Tahunan (RKT) seperti yang tercantum dalam lampiran. Alur pikir keterkaitan RPJMN, Renstra, Rencana Kerja (Renja), RKT dan Penetapan Kinerja (PK) dapat dilihat dari gambar berikut ini :

BADANPENGKAJIANDANPENERAPANTEKNOLOGI

P

EN TA H A PA N

P

EM B A N GU N A N

D

A L A M

tersedia,SDM yang berkualitas, serta kemampuan dan damai, yang adil dan demokratis,

PENGUATANSISTEMINOVASIDALAMRANGKAMENDORONGPEREKONOMIANYANGBERBASIS PENGETAHUAN

(21)

LAKIP 2015 TPSA BPPT 11  

Gambar 2.2. Alur Pikir Perencanaan Kinerja TPSA

 

2.2. Renstra TPSA Tahun 2015-2019

2.2.1. Visi dan Misi

Visi dan Misi TPSA mengacu kepada Visi dan Misi BPPT yang di landasi dari semangat RPJMN dan Tugas pokok yang telah diamanatkan. Visi dan misi BPPT diharapkan akan menjadi solusi dalam rangka pemecahan permasalahan bangsa melalui ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang Teknologi Pengembangan Sumber Daya Alam

a. Visi 

Dalam rangka pencapaian Pembangunan Jangka Menengah khususnya untuk periode 2015-2019 maka Kedeputian Bidang TPSA mendukung visi lembaga BPPT yaitu :

“Pusat Unggulan Teknologi yang Mengutamakan Inovasi Dan Layanan Teknologi untuk Mewujudkan Daya Saing Industri dan Kemandirian Bangsa”.

b. Misi 

Upaya - upaya yang dilaksanakan untuk mewujudkan visi BPPT tersebut dilaksanakan melalui enam misi. Kedeputian TPSA bertanggung jawab untuk melaksanakan misi nomor 4 di bawah ini :

(22)

LAKIP 2015 TPSA BPPT 12

1. Melaksanakan pengkajian dan penerapan teknologi yang menghasilkan Inovasi dan

Layanan Teknologi dibidang Energi,Informasi dan Material.

2. Melaksanakan pengkajian dan penerapan teknologi yang menghasilkan Inovasi dan

Layanan Teknologi dibidang Transportasi, Maritim, Hankam, Permesinan, Industri Kimia.

3. Melaksanakan pengkajian dan penerapan teknologi yang menghasilkan Inovasi dan

Layanan Teknologi dibidang Pangan dan Pertanian, Obat dan Kesehatan.

4. Melaksanakan pengkajian dan penerapan teknologi yang menghasilkan Inovasi

dan Layanan Teknologi dibidang Sumber Daya Alam dan Kelautan, Lingkungan, dan Kebencanaan.

5. Melaksanakan pengkajian dan penerapan teknologi yang menghasilkan Inovasi dan

Layanan Teknologi dibidang Sistim Inovasi untuk Pembangunan Taman Sainsdan Tekno,dan Inkubasi Teknologi.

6. Melaksanakan tatakelola pemerintahan yang baik melalui reformasi birokrasi dalam

rangka mewujudkan inovasi dan layanan teknologi.

2.2.2. Tujuan

Dalam rangka mewujudkan visi dan melaksanakan misi BPPT ke dalam program-program yang mendukung pembangunan nasional dan pembangunan bidang yang akan dilaksanakan, maka tujuan BPPT tahun 2015-2019 adalah sebagai berikut :

1. Meningkatnya daya saing industri melalui inovasi dan layanan teknologi 2. Meningkatnya kemandirian bangsa melalui inovasi dan layanan teknologi

3. Meningkatnya tata kelola pemerintahan yang baik untuk mendukung inovasi dan layanan teknologi.

Berdasarkan TUPOKSI yang di emban oleh kedeputian TPSA maka program dan kegiatan yang akan dilaksanakan dikontribusikan unuk mendukung 2 (dua) tujuan lembaga dia atas yaitu nomor (1) dan (2).

2.2.3. Sasaran Strategis

Mengacu kepada Sasaran Strategis BPPT Tahun 2015-2019 yang merupakan penjabaran lebih detail dari Tujuan BPPT dengan indikator dan target yang terukur. Maka Sasaran Strategis yang menjadi tugas TPSA 2015-2019 yang akan dicapai adalah :

Sasaran Strategis 1:

Meningkatnya daya saing industri melalui inovasi dan layanan teknologi.

(23)

LAKIP 2015 TPSA BPPT 13

Terbangun dan termanfaatkannya Kawasan Inovasi Teknologi Maritim

Nasional di Kab. PPU Kaltim, dengan target 1 kawasan Inovasi Teknologi.

Sasaran Strategis 2:

Meningkatnya kemandirian bangsa melalui inovasi dan layanan teknologi

Indikator dan Target dari Sasaran Srategis 2 adalah sebagai berikut :

Menurunnya indeks risiko bencana di tingkat propinsi, dengan target 10

propinsi.

 

2.3. Keterkaitan Program TPSA dengan RPJMN 2015-2019 dan Proses

Bisnis TPSA

2.3.1. Keterkaitan Program TPSA dengan RPJMN 2015-2019

Dalam melaksanakan amanat yang terkandung dalam RPJPN dan RPJMN 2015-2019 dan semangat dari tugas pokok yang diemban, TPSA menjalankan program yang terdiri dari program Program Pengkajian dan Penerapan Teknologi (PPT) dengan indikator kinerja utama yang mempunyai keterkaitan erat dengan program yang diprioritaskan dalam RPJMN. Program TPSA tercakup pada bidang teknologi :

1. Bidang Teknologi Sumberdaya Alam dan Kelautan 2. Bidang Teknologi Kebencanaan

3. Bidang Teknologi Lingkungan

2.3.2. Proses Bisnis Utama TPSA

Sesuai dengan Peraturan Menteri PAN dan RB Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Proses Bisnis (Tata Laksana), BPPT sudah membuat Tata Laksana Utama (Proses Bisnis Utama) yang terdiri atas L0 (tingkat lembaga), L1 (unit organisasi), dan L2 (unit kerja) sebagaimana dapat dilihat pada gambar 2.3 dibawah ini.

(24)

LAKIP 2015 TPSA BPPT 14  

Gambar 2.3. Tata Laksana Utama (Proses Bisnis Utama) di Kedeputian Teknologi Pengembangan Sumber Daya Alam (L1)

Layanan Teknologi Kedeputian TPSA secar umum dapat dirinci sebagai berikut :

1. Rekomendasi

Rekomendasi adalah suatu tindakan untuk merekomendasikan atau sesuatu yang perlu direkomendasikan dalam bentuk nasihat atau saran dalam hal ini berbentuk tertulis, dengan kriteria: ada permasalahan yang perlu dipecahkan; ada tindakan tindakan yang perlu dilakukan; ada alternatif alternatif yang harus dipilih; ada sumber sumber daya yang harus dimanfaatkan; ada data dan informasi yang harus diolah untuk dimanfaatkan; dan memberikan dampak yang lebih baik (efektif dan efisien).

2. Advokasi

(25)

LAKIP 2015 TPSA BPPT 15 3. Alih Teknologi

Alih teknologi adalah pengalihan kemampuan memanfaatkan dan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi antar lembaga, badan, atau orang, baik yang berada di lingkungan dalam negeri maupun yang berasal dari luar negeri ke dalam negeri dan sebaliknya.

4. Konsultansi (perumusan)

Konsultansi adalah memberikan suatu petunjuk, pertimbangan, pendapat atau nasihat dalam penerapan, pemilihan, penggunaan suatu teknologi atau metodologi yang didapatkan melalui pertukaran pikiran untuk mendapatkan suatu kesimpulan yang sebaik-baiknya.

5. Pengujian (pelaksanaan)

Pengujian adalah melakukan pengujian berdasarkan permintaan dalam rangka sertifikasi dan standardisasi yang dilakukan dengan Kontrak atau Kerjasama atau swakelola yang mengandung nilai tambah dalam bentuk dana, sharing budget, kerjasama kegiatan (inkind/incash) pada unit kerja yang melaksanakan dan dilaksanakan sesuai dengan perundang-undangan dan peraturan yang berlaku.

6. Jasa Operasional (pelaksanaan)

Jasa operasional adalah melakukan jasa operasional berdasarkan permintaan dalam rangka sertifikasi dan standardisasi yang dilakukan dengan kontrak atau kerjasama atau swakelola yang mengandung nilai tambah dalam bentuk dana, sharing budget, kerjasama kegiatan (inkind/incash) pada unit kerja yang bersangkutan.

7. Pilot Project

Pilot project adalah pelaksanaan kegiatan proyek percontohan yang dirancang sebagai pengujian atau percobaan (trial) dalam rangka untuk menunjukkan keefektifan suatu pelaksanaan program, mengetahui dampak pelaksanaan program dan keekonomisannya.

8. Pilot Plant

Pilot plant adalah pabrik dalam skala kecil dengan kapasitas 10% dari pabrik pada skala normal dan merupakan implementasi dari desain yang dibuat terdahulu. Pilot plant tidak cukup untuk skala ekonomi namun hanya digunakan untuk beberapa tahun untuk mendapatkan data kinerja dan operasionalnya.

(26)

LAKIP 2015 TPSA BPPT 16 dilakukan test terhadap pabrik tersebut berupa penggunaan bahan bakar yang berbeda, dan juga untuk mendemonstrasikan beberapa mode operasinya.

9. Prototype

Prototipe adalah bentuk fisik pertama dari satu objek yang direncanakan dibuat dalam satu proses produksi, mewakili bentuk dan dimensi dari objek yang diwakilinya dan digunakan untuk objek penelitian dan pengembangan lebih lanjut. Kriteria dari prototipe: bentuk awal dari objek yang akan diproduksi dalam jumlah banyak; prototipe dibuat berdasarkan pesanan untuk tujuan komersialisasi; belum pernah dibuat sebelumnya; merupakan hasil penelitian dan pengembangan dari objek atau sistem yang direncanakan akan dibuat; serta mudah dipahami dan dianalisis untuk pengembangan lebih lanjut.

Model Fisik, bentuk model yang mewakili bentuk asli (geometris) dari satu objek atau sistem yang dibuat dalam skala kecil (miniatur) atau dalam skala besar (skala diperbesar) atau merupakan duplikat dari satu objek atau sistem.

10. Survey (pelaksanaan)

Survei adalah pengamatan langsung di lapangan atau observasi atau inspeksi berdasarkan permintaan dalam rangka pembuktian fakta, mendapatkan data kinerja dan operasional, dan pengujian suatu pernyataan.

11. Referensi Teknis (perumusan)

Referensi Teknis adalah ketentuan terdokumentasi yang legal, dimana referensi teknis dapat berupa dokumen standar, norma, spesifikasi, pedoman, panduan, SOP, dan sebagainya. Referensi teknis merupakan suatu hasil studi multidimensi yang sistematis tentang suatu bidang tertentu yang menjadi acuan/referensi secara umum atau khusus.

12. Audit Teknologi (perumusan)

Audit Teknologi adalah dokumen hasil pelaksanaan peran dalam hal audit teknologi. Audit teknologi merupakan verifikasi dan klarifikasi terhadap suatu teknologi yang sudah digunakan oleh industri/instansi/ masyarakat terhadap suatu standar yang telah ditetapkan.

13. PPBT (Perusahaan Pemula Berbasis Teknologi)

Teknoprener adalah perusahaan pemula berbasis teknologi yang

(27)

LAKIP 2015 TPSA BPPT 17 Peran TPSA

1. Pengkajian Teknologi

Melakukan studi multidimensi yang sistematis tentang suatu teknologi untuk menghasilkan pemahaman tentang tingkat kesiapan/kematangan suatu teknologi ( TRL-technology readiness level), perkiraan nilai (value) dari suatu teknologi sebagai suatu asset intelektual (knowledge/intellectual asset) beserta peluang dan tantangan/risikonya, perkiraan dampak teknologi yang telah diterapkan/jika (yang akan) diterapkan, dan/atau implikasi strategi/kebijakan atau advis/rekomendasi kebijakan pada tataran organisasional ataupun public.

2. Audit Teknologi

Melakukan suatu studi yang sistematis dengan prosedur legal terstandar untuk mengevaluasi, membandingkan dan/atau memeriksa suatu teknologi atau suatu penerapan teknologi terhadap (berdasarkan) standar atau ketentuan persyaratan/kriteria tertentu.

3. Technology Clearning House

Melakukan “clearance test” bagi teknologi sebagai otoritas atau pendukung dalam menyatakan bahwa suatu teknologi “laik” atau tidak untuk diterapkan di Indonesia atau untuk konteks tertentu di Indonesia (misalnya berdasarkan tujuan perlindungan kepentingan masyarakat dan lingkungan hidup dari segi keselamatan, kesehatan, keamanan bagi manusia/masyarakat dan/atau kelestarian lingkungan hidup).

4. Solusi Teknologi

Memberikan advis teknologi; memfasilitasi atau mengimplementasikan penerapan teknologi; memberikan pelayanan teknis di bidang teknologi; melaksanakan pembinaan teknologi.

5. Intermediasi Teknologi.

(28)

LAKIP 2015 TPSA BPPT 18

Struktur Outcome Kedeputian TPSA

Kinerja tingkat kedeputian adalah hasil (outcome) dan atau keluaran (output) yang setingkat lebih tinggi dari keluaran (output) unit kerja di bawahnya.

Outcome TPSA berasal dari output unit kerja dan satker yang berada dibawah TPSA yang dibentuk dari kontribusi beberapa output dan atau output yang berkinerja outcome. Untuk mengukur output atau outcome digunakan TRL (Technology Readiness Level) atau Tingkat Kesiapan Teknologi (TKT) (berdasarkan Kepka BPPT No. 58 Tahun 2012 Tentang Hasil Raker BPPT Tahun 2012).

Manfaat Evaluasi dengan menggunakan TKT (TRL) adalah memberikan suatu kerangka perencanaan dan koordinasi program dan prioritas pengembangan kapasitas, kapabilitas dan kesiapan (readiness) teknologi dalam pemanfaatan hasil litbang, sehingga efisien dalam penggunaan sumber daya untuk investasi litbang (seleksi program, alokasi anggaran).

Kegiatan dengan nilai TRL 1-6 masih berupa Keluaran/ output, sedangkan nilai TRL 7, 8 dan 9 merupakan siap menjadi hasil/ outcome.

2.4. Rencana Kinerja Tahunan (RKT) TPSA Tahun 2015

(29)

LAKIP 2015 TPSA BPPT 19 Tabel 2.1. Rencana Kerja Tahunan Tingkat Eselon 1

 

Unit Organisasi/Eselon I : Kedeputian Bidang Teknologi Pengembangan Sumberdaya Alam

Tahun Anggaran : 2015

No Sasaran Strategis Sasaran Program Indikator Kineja Target Anggaran

(Rp. x 1.000) 1 Meningkatnya daya saing industri

melalui inovasi dan layanan teknologi.

Terwujudnya

pemanfaatan teknologi survey dan observasi sumberdaya maritim

1. Jumlah pemanfaatan teknologi maritime untuk eksplorasi migas tambahan di perairan indonesia

1 40.264.853

2. Jumlah pemanfaatan ocean observation platform (bouy

3. Jumlah aplikasi teknologi

sarpolrimetri remote sensing untuk pemantauan dan prediksi tanaman padi

1 2.954.050

4 Meningkatnya kemandirian bangsa melalui inovasi dan layanan teknologi

Terwujudnya penurunan tingkat risiko bencana

4. Jumlah provinsi yang menurun tingkat risiko bencananya

(30)

LAKIP 2014 TPSA BPPT 20

2.5. Penetapan Kinerja (PK) TPSA Tahun 2015

Dokumen Penetapan Kinerja (PK) merupakan suatu dokumen pernyataan kinerja/kesepakatan kinerja atau perjanjian kinerja antara atasan dan bawahan untuk mewujudkan target kinerja tertentu berdasarkan pada sumberdaya yang dimiliki oleh instansi. Adapun fungsi dokumen Penetapan Kinerja selain digunakan sebagai alat komunikasi antara atasan dan bawahan yang bersifat top-down juga dijadikan sebagai alat untuk menggabungkan pengukuran kinerja dengan strategi organisasi, KemenPAN dan RB mensyaratkan penambahan dua kolom yaitu: (1) Program dan (2) Anggaran, semula hanya tiga kolom yaitu: (1) Sasaran Strategis, (2) Indikator Kinerja dan (3) Target.

 

     

(31)

LAKIP 2015 TPSA BPPT 21 Tabel 2.2. Penetapan Kinerja Kinerja Tingkat Eselon 1

Unit Organisasi/Eselon I : Deputi Bidang Teknologi Pengembangan Sumberdaya Alam

Tahun Anggaran : 2015

No Sasaran Strategis Sasaran Program Indikator Kineja Target

Program Pagu Anggaran

Akhir (Rp.)

1 Meningkatnya daya saing Industri

1. Jumlah pemanfaatan teknologi maritim untuk

2. Jumlah pemanfaatan ocean observation platform (bouy tsunami)

3. Jumlah aplikasi teknologi sarpolrimetri remote

sensing untuk pemantauan dan prediksi tanaman padi

1 PPT / PPT

4. Jumlah provinsi yang menurun tingkat risiko bencananya

1 PPT Reduksi Risiko Bencana

51.711.311,000,-

(32)

   

LAKIP 2015 TPSA BPPT 22

BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA

 

3.1. Capaian Kinerja Organisasi

Capaian Kinerja organisasi KedeputianTeknologi Pengembangan Sumberdaya Alam (TPSA) Tahun 2015 merupakan pernyataan kinerja sasaran strategis organisasi sesuai dengan hasil pengukuran kinerja organisasi. Pengukuran kinerja merupakan hasil dari suatu penilaian yang sistematik dan didasarkan pada kelompok indikator kinerja kegiatan yang telah ditetapkan. Setiap pernyataan kinerja sasaran strategis tersebut dilakukan dengan menggunakan analisis capaian kinerja sebagai berikut:

1. Membandingkan antara target dan realisasi kinerja tahun ini

2. Membandingkan antara realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun ini dengan tahun lalu dan beberapa tahun terakhir

3. Membandingkan realisasi kinerja sampai dengan tahun ini dengan target jangka menengah yang terdapat dalam dokumen perencanaan strategis TPSA Tahun 2015-2019.

4. Membandingkan realisasi kinerja tahun ini dengan standar nasional jika memang sudah ada.

5. Menganalisis penyebab keberhasilan/kegagalan atau peningkatan/penurunan kinerja serta alternative solusi yang telah dilakukan.

6. Menganalisis efisiensi penggunaan sumberdaya (SDM, Anggaran, Peralatan Mesin, dll) 7. Menganalisis program/kegiatan yang menunjang keberhasilan atapun kegagalan

pencapaian pernyataan kinerja.

(33)

   

LAKIP 2015 TPSA BPPT 23

Tabel 3.1 Capaian Kinerja Program Kedeputian TPSA Tahun 2015

No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Capaian %

1 Terwujudnya

2 Terbangunnya teknologi SAR polarimetri untuk eksplorasi sumberdaya alam

Jumlah aplikasi teknologi SAR polarimetri remote

sensing untuk

Hasil analisis lengkap pada setiap indikator kinerja di masing-masing sasaran strategis tersebut berdasarkan criteria analisis seperti tersebut di atas, seperti diuraikan di bawah ini.

3.1.1. Sasaran Strategis 1 : Meningkatnya daya saing Industri melalui inovasi dan layanan teknologi.

3.1.1.1. Sasaran Program (SP) 1 : Terwujudnya Pemanfaatan Teknologi Survei dan Observasi Sumberdaya Maritim

A. Indikator Kinerja : Jumlah Pemanfaatan Teknologi Maritim untuk Eksplorasi

Cekungan Migas Tambahan di Perairan Indonesia a. Uraian Kegiatan

(34)

   

LAKIP 2015 TPSA BPPT 24

observasi laut termasuk dalam rangka mendukung kegiatan eksplorasi hidrokarbon laut. Salah satu indikator sasaran program Terwujudnya Pemanfaatan Teknologi Survei dan Observasi Sumberdaya Maritim adalah satu (1) pemanfaatan teknologi maritim untuk eksplorasi cekungan migas tambahan di perairan Indonesia. Dalam pencapaian sasaran program, kegiatan ini dibagi atas dua komponen utama, yaitu: (1) Rekayasa Teknologi Survei dan Observasi Kelautan di Indonesia untuk mendukung industri kelautan; (2) Operasional survei laut dalam rangka eksplorasi hidrokarbon di perairan Indonesia Timur dan daerah frontier. Pada tahun 2015, telah dilaksanakan satu (1) survei di Perairan Selatan Selat Makassar dalam rangka kegiatan eksplorasi cekungan migas. Pada pelaksanaan survei tersebut, selain melibatkan personil BPPT juga mengundang personil survei dari luar BPPT sebagai peninjau dan mitra kerjasama, yaitu personil survei dari PT. PADI dan PT. Sucofindo. Penjelasan indikator kinerja diperlihatkan pada tabel di bawah ini.

Tabel 3.2. Penetapan Kinerja Indikator Sasaran Program 1 Indikator Kinerja 1

Sasaran Program Indikator Kinerja Target Penjelasan

Terwujudnya kanal (20 unit ALS, 1 unit ALS memiliki kanal) sepanjang 3000 meter, dan sebagian sistim

(35)

   

LAKIP 2015 TPSA BPPT 25

kompressor seismik dengan kapasitas masing-masing 800 SCFM untuk melengkapi peralatan survey seismik laut di K.R. Baruna Jaya II. Dengan demikian BPPT telah memiliki peralatan survey seismik laut yang bisa dianggap komplit untuk melaksanakan suatu survey seismik laut. Meskipun demikian dikarenakan keterbatasan dana, uji coba survey seismik laut baru bisa dilaksanakan pada kegiatan kajian ekplorasi cekungan potensi minyak dan gas tahun 2015. Pada kegiatan ini dilakukan juga uji coba kemampuan dan kapasitas kompresor.

Selain spesifikasi teknis dan kemampuan teknologi eksplorasi migas laut yang handal, kegiatan eksplorasi migas perlu melakukan kajian untuk penentuan lokasi survey yang disesuaikan dengan spesifikasi alat dan kapal. Pada awal kegiatan, telah direncanakan setidaknya 5 cekungan sedimen untuk pelaksanaan survey. Cekungan – cekungan tersebut antara lain Ujung Kulon, Makassar Selatan, Billiton, Savu, dan Spormonde. Pada tahun 2015, kegiatan ini juga melaksanakan focus group discussion (FGD) untuk membahas secara komprehensif dan menentukan cekungan yang akan dikaji. Hasil FGD tersebut merekomendasikan bahwa Cekungan Makassar Selatan mempunyai potensi hidrokarbon yang besar pada lapisan yang berumur Jura. Hasil tersebut menjadi acuan dalam pelaksanaan survey eksplorasi hidrokarbon menggunakan KR. Baruna Jaya II yang dilengkapi dengan peralatan survey seismic multichannel 2D. Pengembangan teknologi eksplorasi hidrokarbon seismic 2D KR. Baruna Jaya II diperlukan secara nasional dalam rangka mendukung program eksplorasi migas lepas pantai khususnya di Indonesia yang saat ini menjadi tugas Kementerian Energi, Sumberdaya Daya Mineral. Teknologi ini merupakan satu-satunya teknologi eksplorasi migas laut lepas dengan peralatan seismic 2D di Indonesia. Adapun status tingkat kesiapan teknologi (TKT) survey eksplorasi hydrocarbon di laut (KR. Baruna Jaya II dengan teknologi seismic 2D) saat ini telah mencapai 7. Teknologi ini telah diaplikasikan sebelumnya melalui layanan teknologi, namun masih perlu penyempurnaan sistim untuk mencapai nilai optimal dalam keberhasilan pengoperasian (TKT = 9).

(36)

   

LAKIP 2015 TPSA BPPT 26

Tabel 3.3 Kriteria SMART IKU

Kriteria Penjelasan

Specific Eksplorasi Hidrokarbon di Perairan Indonesia Timur dan Daerah Frontier Teknologi

Measureable Beroperasinya sistem eksplorasi seismic laut dan terlaksananya sejumlah survey seismic laut

Achieveable Teknologi eksplorasi hydrokarbon di laut dapat dimanfaatkan kementerian ESDM untuk membantu pemetaan potensi MIGAS laut di Indonesia Timur dan daerah frontier dalam rangka pembuatan peta migas. Selain itu, teknologi sesimik 2D KR. Baruna Jaya ini dibutuhkan BIG dalam menambah wilayah dan penyelesaian batas wilayah territorial maupun untuk penambahan wilayah yurisdkisi nasional maksimum 150 mil laut di luar ZEE (extended continental self)

Relevant Teknologi Eksplorasi Migas memiliki relevansi dengan RPJMN III tahun 2015-2019.

Time Bound Pengembangan Teknologi Eksplorasi Migas 2D diharapkan dapat mencapai nilai TKT 9 pada tahun 2017

(37)

   

LAKIP 2015 TPSA BPPT 27

Gambar 3.1. Foto-foto pelaksanaan survei eksplorasi hidrokarbon di perairan Indonesia Timur (Selatan Makassar) dan daerah forntier

menggunakan KR. Baruna Jaya II

b. Tabel Ringkasan

Ringkasan uraian kegiatan dari sasaran program 2 terdiri dari sasaran strategis, indikator kinerja utama (IKU), target, program/kegiatan, capaian kinerja output, dan bukti pendukung dirinci pada Tabel berikut:

Tabel 3.4. Ringkasan Uraian Kegiatan Sasaran Strategis 1, Sasaran Program 1 Indikator Kinerja 1

Sasaran Program 1:

Tewujudnya pemanfaatan teknologi survei dan observasi sumberdaya maritime oleh mitra

Indikator Kinerja Utama (IKU):

Jumlah pemanfaatan teknologi maritime untuk eksplorasi cekungan migas tambahan di perairan Indonesia

Penjelasan IKU:

1 survei eksplorasi migas di cekungan perairan Indonesia

Program/Kegiatan Capaian Kinerja Output Bukti Pendukung

PPT/PPT Survei Kelautan 1 Survei Eksplorasi Migas pada Cekungan di Perairan Indonesia

1 Dokumen Hasil Survei dan Data Hasil Survei di

Cekungan Makassar Selatan

c. Perbandingan antara Target dan Realisasi Kinerja Tahun 2015

(38)

   

LAKIP 2015 TPSA BPPT 28

Tabel 3.5. Hasil Pengukuran Kinerja Indikator Sasaran Program

Indikator Kinerja Target Realisasi % Program /

Kegiatan

Kegiatan Survei Eksplorasi Hidrokarbon merupakan kegiatan baru yang dimulai pada tahun 2015, sehingga belum ada pembanding untuk realisasi kinerja tahun sebelumnya.

e. Perbandingan Realisasi Kinerja Tahun 2015 dengan Target Jangka Menengah

Dalam jangka menengah 2015-2019, telah disusun target jangka menengah kegiatan Eksplorasi Hidrokarbon di Perairan Indonesia Timur dan Daerah Frontier. Dalam 5 tahun direncanakan 6 survei dan 2 rekomendasi. Jika dibandingkan antara realisasi kinerja tahun 2015 dan target jangka menengah, dapat diasumsikan bahwa capaian tahun 2015 terhadap target jangka menengah baru tercapai sekitar 17% capaian untuk target survei.

f. Perbandingan Realisasi Kinerja Tahun 2015 dengan Standard Nasional

Tidak ada

g. Analisis Penyebab Keberhasilan/Kegagalan

(39)

   

LAKIP 2015 TPSA BPPT 29

instansi dan lembaga sangat berperan dalam kesuksesan ini terutama dalam pelaksanaan FGD untuk penentuan lokasi. Tidak terjadinya pemotongan anggaran juga menjadi alasan yang menyebabkan tidak terjadinya perubahan dari rencana awal pelaksanaan kegiatan. Adapun kendala yang sangat berpengaruh terhadap outcome nantinya adalah ketidaktersediaan streamer yang lebih panjang untuk menambah penetrasi seismic yang awalnya direncanakan meminjam dari P3GL Bandung.

h. Analisis atas efisiensi penggunaan sumber daya

Efisiensi Penggunaan SDM: Penggunaan SDM yang relative efisien dan cenderung masih kurang untuk tenaga ahli yang kompeten dalam bidang seismic seperti perlunya QC dan HSE .

Efisiensi Penggunaan Keuangan: Penggunaan anggaran yang sangat efisien karena prioritas pada perbaikan peralatan survey dan persiapan pelaksanaan survey. Perjalanan dinas yang sangat dibatasi penggunaanya merupakan langkah untuk efisiensi anggaran.

Efisiensi Penggunaan Mesin dan Peralatan : Penggunaan Wahana KR. Baruna Jaya II dan peralatan survei seismic 2D yang ada. Meskipun rencana peminjaman peralatan survey tambahan dari P3GL Bandung tidak dapat terealisasi karena alat tersebut sedang mengalami perbaikan.

(40)

   

LAKIP 2015 TPSA BPPT 30

Gambar 3.2. Rencana Capaian Tahun 2015-2019

i. Analisis program/kegiatan yang menunjang keberhasilan ataupun kegagalan pencapaian pernyataan kinerja

(41)

   

LAKIP 2015 TPSA BPPT 31

Gambar 3.3. Analisis Kegiatan yang menunjang keberhasilan ataupun kegagalan pencapaian pernyataan kinerja indikator kinerja 1 pada Sasaran Program 2.

B. Indikator Kinerja : Jumlah pemanfaatan ocean observation platform (bouy

tsunami)

a. Uraian Kegiatan

Kegiatan teknologi unggulan benua maritim pada tahun 2015 bertujuan untuk membangun teknologi sistem observasi kelautan berbasis buoy atau kabel bawah laut. Selain untuk pemantauan tsunami, teknologi observasi laut ini dimaksudkan juga untuk pemanfaatan observasi iklim maritim di perairan Indonesia.

Adapun sasaran yang ingin dicapai dalam kegiatan ini adalah:

1. Beroperasinya sistem deteksi dini tsunami baik yang berupa buoy maupun cable base

yang ada di wilayah Indonesia,.

(42)

   

LAKIP 2015 TPSA BPPT 32

Sistem Cable Based Tsunameter (CBT) Tsunami Buoy merupakan salah satu sistem peringatan dini gelombang tsunami yang bekerja berdasarkan adanya gelombang tsunami atau anomali elevasi muka air laut yang lewat diatas sensor yang ditempatkan di dasar laut. Alat ini ditempatkan di laut lepas, jauh dari pantai. Sistem tsunami buoy terdiri atas 1 unit dasar laut / Ocean Bottom Unit (OBU), dan satu unit Tsunami/GPS Buoy dipermukaan laut atau shore based station untuk system CBT. OBU secara aktif dan kontinyu berkomunikasi dengan Tsunami Buoy di permukaan melalui underwater acoustic modem. Sementara system CBT berkomunikasi dengan shore base station menggunakan kabel serat optic didasar laut. Tsunami buoy atau shore based station berperan sebagai penerima data dari OBU dan mentransmisikan data tersebut via satelit ke pusat pemantau tsunami (ground station). Sistem telemetri diperlukan untuk pengiriman sinyal tsunami ke pusat pengolah data di ground station secara real-time/near real-time.

Tabel 3.6. Penetapan Kinerja Indikator Sasaran Program 1 Indikator Kinerja 2

Sasaran Program Indikator Kinerja Target Penjelasan

Terwujudnya

Program sistem peringatan dini tsunami di Indonesia (National Tsunami Early Warning System) dikepalai oleh BMKG. Jika ada potensi tsunami yang biasanya berasal dari gempa maka BMKG akan mengumkan di media masa tentang potensi tsunami tersebut. BPPT diberi tugas untuk membantu BMKG memberikan data konfirmasi apakah tsunami sudah terjadi atau tidak. BPPT sendiri tidak mempunyai kewenangan mengumumkan adanya tsunami kepada masyarakat. BMKG mengumumkan potensi tsunami berdasarkan gempa yang terukur oleh seismograf yang dimilikinya. Tidak setiap gempa berpotensi tsunami, ada kriteria tertentu dari gempa yang berpotensi tsunami. Tetapi tsunami juga tidak selalu terjadi akibat gempa bumi. Tabel 3.7 di bawah memperlihatkan beberapa sumber tsunami dan persentase dari seluruh tsunami yang diakibatkan oleh sumber tersebut.

Tabel 3.7. Sumber-sumber Tsunami

Sources %

Earthquake 72

(43)

   

Meteorite impacts & others unknown 11

Berdasarkan tabel maka di atas maka kita harus mempunyai pendeteksi tsunami yang tidak bergantung pada seismograph. Selain itu keberadaan tsunami harus diinformasikan sedini mungkin sebelum tsunami tersebut sampai di pantai. Untuk itu hanya teknologi buoy / CBT yang bisa menjawab semua tantangan di atas.

Teknologi platform, sistem akuisisi data real time dan sistem tambat di laut lepas berkembang sangat cepat, baik untuk industri migas lepas pantai (laut dalam) maupun untuk observasi laut dan meteorologi. Negara maju sudah mengembangkan platform untuk multisensor dengan ukuran platform radius kecil hingga ukuran sedang 20m-an.

Di Indonesia sendiri, penguasaan teknologi ini masih sedikit sekali, sehingga hampir seluruh operasi dan pemasangan platform di laut dalam dikuasai para tenaga ahli dari asing. Para perekayasa dan peneliti Indonesia sejak tahun 2006 telah mulai melakukan penguasaan teknologi platform laut dalam hingga pengiriman data secara real time via satelit. Dengan mengerahkan kemampuan SDM dalam negeri, penguasaan para tenaga ahli Indonesia begitu cepat. Sejak tahun 2007, para perekayasa BPPT telah mulai berhasil melakukan pemasangan tsunami buoy generasi ke-1 pada kedalaman laut 2050m, hingga perkembangan terakhir manufaktur, pemasangan dan operasi buoy tsunami generasi ke-2 pada kedalaman 5030 m di Laut Banda.

Pengembangan selanjutnya adalah upaya penggunaan fiber optic sebagai media pengiriman data dari Bottom Pressure Recorder (BPR) ke relay station yang dalam hal ini berfungsi sebagai bouy permukaan yang dipasang pada pulau terluar yang secara periodik akan mengirimkan data via satelit ke stasiun penerima di darat. Setelah pengembangan prototype Cable-based Tsunameter (CBT) ini berhasil, BPPT juga akan mencoba pengembangan radar pantai yang bekerja pada gelombang HF untuk deteksi tsunami dan cuaca ekstrim.

b. Tabel Ringkasan

Ringkasan uraian kegiatan dari sasaran program 2 terdiri dari sasaran strategis, indikator kinerja utama (IKU), target, program/kegiatan, capaian kinerja output, dan bukti pendukung dirinci pada Tabel berikut:

(44)

   

LAKIP 2015 TPSA BPPT 34

Sasaran Program 1:

Tewujudnya pemanfaatan teknologi survei dan observasi sumberdaya maritime oleh mitra

Indikator Kinerja Utama (IKU):

Jumlah pemanfaatan Ocean Observation Platform Penjelasan IKU:

1 Ocean Observation Platform Terpasang dan Berfungsi Mengukur dan Mengirim Data ke IDBC untuk selanjutnya dimanfaatkan BMKG

Program/Kegiatan Capaian Kinerja Output Bukti Pendukung

PPT/PPT Survei Kelautan 1 Ocean Observation Platform (Cable Based Tsunameter) Terpasang dan Termanfaatkan

1 CBT di Pantai Baron Terpasang dan Mengirim Data ke RDS IDBC di BPPT

Gambar 3.4. Desain konsep CBT, Peta Bathimetri Pantai Baron Kab. Gunung Kidul dan Bottom Unit System CBT dalam kegiatan Teknologi Unggulan Benua Maritim Indonesia

 

Tabel 3.9. Kriteria SMART IKU

Kriteria Penjelasan

(45)

   

LAKIP 2015 TPSA BPPT 35

Measureable Teknologi ini dapat diukur berdasarkan jumlah prototype buoy dan jumlah buoy yang operasional

Achieveable Teknologi ini sangat berguna untuk mengobservasi dinamika lingkungan laut dan atmosfir yang dibutuhka dalam perkiraan cuaca dan untuk mendeteksi tsunami. Data-data hasil observasi selanjutnya dimanfaatkan BMKG

Relevant Pengembangan teknologi Unggulan Benua Maritim merupakan kegiatan yang mendukung teknologi observasi laut nasional

Time Bound Teknologi Unggulan Benua Maritim untuk OFS membutuhkan waktu 3 tahun, sedang Pendetekaasi Gempa dan Tsunami berbasis kabel membutuhkan waktu 5 tahun.

j. Perbandingan antara Target dan Realisasi Kinerja Tahun 2015

Pengukuran tingkat capaian kinerja indikator sasaran program 2 Tahun 2015 dilakukan dengan cara membandingkan antara target indikator sasaran program yang telah ditetapkan dengan realisasinya. Hasil pengukuran kinerja indikator sasaran program tersebut diuraikan sebagai berikut:

Tabel 3.10. Hasil Pengukuran Kinerja Indikator Sasaran Program 1 Indikator Kinerja 2

Indikator Kinerja Target Realisasi % Program /

Kegiatan

c. Perbandingan Realisasi Kinerja Tahun 2015 dengan Tahun Lalu dan Beberapa Tahun Sebelumnya

(46)

   

LAKIP 2015 TPSA BPPT 36

Pada tahun 2013, realisasi kinerja terdiri atas 1 Prototype CBT di Padang; 1 survei Bathymetri dan Oseanografi lokasi buoy. Pada tahun 2014; 1 Buoy Ocean Climate terpelihara dan beroperasi. Adapun tahun 2015, dihasilkan 1 prototype CBT beroperasi di pantai Barong, Yogyakarta.

d. Perbandingan Realisasi Kinerja Tahun 2015 dengan Target Jangka Menengah

Kegiatan Teknologi Unggulan Benua Maritim Indonesia dalam jangka menengah (2015-2019) telah menargetkan 4 prototype (2015-2017), 1 operasi survey (2015), 1 pilot project (2018) dan 1 rekomendasi (2019). Jika dibandingkan antara realisasi kinerja tahun 2015 dengan target jangka menengah, maka telah tercapai sekitar 25% untuk prototype platform observasi laut.

e. Perbandingan Realisasi Kinerja Tahun 2015 dengan Standard Nasional

Tidak ada

f. Analisis Penyebab Keberhasilan/Kegagalan

Keberhasilan pencapaian kinerja tahun 2015 didukung oleh ketersediaan sumberdaya manusia yang memiliki kemampuan dan pengalaman dalam pengembangan platform observasi laut. SDM yang ada memiliki pengalaman dalam pengembangan buoy-buoy pada tahun-tahun sebelumnya. Kerjasama dan networking yang telah dibangun baik di dalam maupun di luar negeri juga menjadi salah satu penyebab keberhasilan pencapaian kinerja. Selain SDM, keberadaan sumberdaya lain berupa peralatan survey dalam menyiapkan lokasi sangat menentukan dalam instalasi platform di lapangan. Keberadaan IDBC dan tim pengelola di BPPT sebagai bagian dari system observasi berbasis platform juga menentukan keberhasilan. Ketersediaan anggaran yang cukup tentunya menjadi faktor keberhasilan dari pencapaian kinerja. Kerjasama lintas unit dan system matriks yang diterapkan BPPT dalam system kerekayasaan sangat mempengaruhi keberhasilan. Kerjasama dengan pemerintah daerah Kabupaten Gunung Kidul Propinsi Jogyakarta dalam menyiapkan lokasi pemasangan CBT di pantai Baron juga menjadi penyebab keberhasilan. Lokasi awal yang direncanakan untuk pemasangan CBT yaitu di Pelabuhan Genteng, Pelabuhan Ratu dikarenakan tidak tersedianya lokasi untuk fasilitas darat dapat menjadi penyebab kegagalan pencapaian kinerja.

g. Analisis atas efisiensi penggunaan sumber daya

(47)

   

LAKIP 2015 TPSA BPPT 37

sesuai sangat penting untuk efisiensi penggunaan SDM. Sistem matrix SDM merupakan solusi untuk efisiensi SDM ini.

Efisiensi Penggunaan Keuangan: Penggunaan anggaran yang sangat efisien melalui prioritasi penggunaan anggaran. Prioritas anggaran diarahkan untuk biaya pelaksanaan survey awal lokasi dan instalasi CBT. Selain itu, prioritas anggaran untuk pengadaan bahan-bahan dan material untuk membangun sistim CBT. Hal ini merupakan strategi untuk melakukan efisiensi penggunaan anggara. Perjalanan dinas harus dioptimalkan dalam rangka pelaksanaan survey dan instalasi CBT di lapangan.

Efisiensi Penggunaan Mesin dan Peralatan : Peralatan survei yang digunakan menggunakan peralatan BPPT sendiri termasuk transportasi Jakarta ke lokasi.

Gambar 3.5. Rencana Capaian Tahun 2015-2019

h. Analisis program/kegiatan yang menunjang keberhasilan ataupun kegagalan pencapaian pernyataan kinerja

(48)

   

LAKIP 2015 TPSA BPPT 38

a) SDM yang memiliki pengalaman dalam bidang survey dan observasi laut dan dukungan peralatan yang ada sangat menunjang keberhasilan pencapaian pernyataan kinerja

b) Jaringan kerjasama dan networking baik dengan pihak dalam negeri maupun luar negeri juga menjadi penunjang keberhasilan pencapaian kinerja

c) Sistem kerja yang diterapkan BPPT yaitu matrix SDM dalam satu program/kegiatan sangat membantu dalam pencarian SDM yang sesuai dengan kebutuhan pekerjaan d) Keberadaan tim IDBC BPPT yang sangat membantu dalam system penerimaan data

dari buoy ataupun CBT ke IDBC maupun ke mitra pengguna (BMKG)

e) Anggaran yang tersedia dan tidak mengalami pemotongan menyebabkan pelaksanaan sesuai dengan perencanaan awal kegiatan

f) Sistem kerekayasaan BPPT dimana dalam satu tim kerekayasaan terdiri atas gabungan peneliti, perekayasa maupun teknisi yang saling mendukung baik dalam pembangunan buoy, IT, elektronik dan elektrik system, survey penentuan lokasi, data base maupun dalam survey penempatan CBT.

 

3.1.1.2. Sasaran Program (SP) 2 : Terbangunnya teknologi SAR Polarimetri untuk Eksplorasi Sumberdaya Alam

Indikator Kinerja : Jumlah aplikasi teknologi SAR polarimetri remote sensing untuk pemantauan dan prediksi produksi tanaman padi

a. Uraian Kegiatan

Pada tahun 2015, Pusat Teknologi Inventarisasi Sumberdaya Alam (PTISDA) – Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) melalui Program Teknologi Eksplorasi Sumberdaya Alam menginisiasi kegiatan teknologi SAR Polarimetri. Pelaksanaan kegiatan dimulai dari koordinasi internal dan eksternal untuk menjamin kelancaran pelaksanaan kegiatan, paralel dengan melakukan kajian literature atau studi pustaka terkait dengan teknologi penginderaan jauh radar berbasis satelit, khususnya satelit ALOS-2, serta teknik analisis berdasarkan polarisasi radar.Untuk data satelit ALOS-2, dilakukan pemesanan menggunakan fasilitas kerja sama penelitian dengan JAXA terkait identifikasi lahan sawah.

(49)

   

LAKIP 2015 TPSA BPPT 39

Pemilihan area sampel dari data lapangan dalam kegiatan Kerangka Sampel Area (KSA) dilakukan dengan menggunakan non-probability yang artinya setiap anggota populasi tidak memiliki kesempatan atau peluang yang sama sebagai sampel dengan teknik purposive sampling yang berarti sampel yang diambil sesuai dengan tujuan penelitian yang dilakukan. Tujuan pengambilan sampel ini untuk mengambil kelas atau fase tanaman padi yang didapat dari hasil kegiatan KSA. Adapun kelas yang diambil dibedakan menjadi beberapa kelas antara lain:

C1 Æ kelas 1Æ fase pengolahan dan bera

C2 Æ kelas 2 Æ fase vegetatif

C3 Æ kelas 3 Æ fase gereratif

C4 Ækelas 4 Æ fase ripening

C5 Æ kelas 5 Æ non sawah

Gambar 3.6. IlustrasiLokasi Validasi yang dibatasi oleh batas Admministrasi

Untuk wilayah kajian pada bulan Mei tidak ditemukan fase padi pada kondisi pengolahan dan bera, sehingga kelas yang ada hanya 4 kelas yaitu C2, C3, C4, dan C5. Jumlah klas yang diambil dari masing–masing sampel berbeda-beda.Area Sampling yang digunakan didapatkan berdasakan hasil pengamatan KSA pada bulan april 2015.

(50)

   

LAKIP 2015 TPSA BPPT 40

a. Membuat ROI wilayah sawah dan non-sawah

Gambar 3.7. Pembuatan ROI wilayah sawah dan non-sawah

b. Membuat Klasifikasi sawah menjadi 5 kelas

Pengklasifikasian sawah di daerah penelitian ini dibagi menjadi 5 kelas yaitu:

(1). Vegetatif;

(2). Generatif;

(3). Ripening;

(4). Pengolahan Sawah dan Bera;

(5). Non Sawah

Data diatas merupakan ROI yang akan digunakan sebagai area sampling dalam pengklasifikasan supervised.

Gambar 3.8. Klasifikasi sawah menjadi 5 Kelas

Berikut ini adalah hasil klasifikasi citra polarimetrik dekomposisi dengan metode

(51)

   

LAKIP 2015 TPSA BPPT 41

Yamaguchi Vanzyl Touzi

Pauli Freeman Durden H - Alpha

Cloude Pottier

No Keterangan Simbol

1. Pengolahan Lahan + Bera

Tidak ditemukan adanya fase PL dan bera

2. Vegetatif Merah

3. Generatif Hijau

4. Ripening Biru

5. Non Sawah Kuning

Gambar 3.9. Ilustrasi Klasifikasi citra polarimetrik dekomposisi dengan metode SAM

(52)

   

LAKIP 2015 TPSA BPPT 42

pangan nasional. Dengan mengetahui luas siap panen pada saat ini dan estimasi beberapa bulan ke depan, kebijakan dalam pengadaan cadangan beras dapat lebih komprehensif dan tepat.

Gambar 3.10. Ilustrasi dekomposisi Freeman-Durden berdasarkan analisis polarimetrik SAR ALOS-2 diperoleh pada bulan April 2015

Gambar 3.11. Tahapan Pengembangan Sistem Prediksi Padi dengan Teknologi SAR Polarimetri

(53)

   

LAKIP 2015 TPSA BPPT 43

Ringkasan uraian kegiatan dari sasaran strategis 1 terdiri dari Sasaran Strategis, Indikator Kinerja Utama (IKU), Target, Program/Kegiatan, Capaian Kinerja Output, dan Bukti Pendukung dirinci pada table berikut:

Tabel 3.11 Ringkasan Uraian Kegiatan Sasaran Strategis 1 Sasaran Program 2

Sasaran Program:

Terbangunnya teknologi SAR polarimetri untuk eksplorasi sumberdaya alam

Indikator Kinerja Utama (IKU):

Jumlah aplikasi teknologi SAR polarimetri remote sensing untuk pemantauan dan prediksi produksi tanaman padi

Penjelasan IKU :

Pemanfaatan teknologi SAR polarimetri ini, diharapkan dapat menjawab permasalahan yang harus diselesaikan, yaitu “kapan dan dimana”, serta “berapa ton dan berapa luas” panen padi akan terjadi di masa mendatang.

Program/Kegiatan Capaian Kinerja Output Bukti Pendukung

PPT / PPT Inventarisasi Sumberdaya Alam

• Prototype Teknologi SAR Polarimetri 1 Prototype Teknologi SAR Polarimetri

c. Perbandingan antara target dengan realisasi kinerja tahun ini

Tabel 3.12 Perbandingan Antara Target dengan Realisasi Kinerja Tahun Ini

Indikator Kinerja Target Realisasi % Program/

(54)

   

LAKIP 2015 TPSA BPPT 44

d. Perbandingan Realisasi Kinerja Tahun 2014 dengan Tahun Lalu dan Beberapa

Tahun Sebelumnya

Tidak ada, karena kegiatan baru dimulai 2015.

e. Perbandingan Realisasi Kinerja Tahun 2014 dengan Target Jangka Menengah

Realisasi kinerja tahun 2015 berupa Prototipe Teknologi SAR Polarimetri untuk Pemetaan Sentra Produksi Pertanian dan bila dibandingkan dengan target jangka menengah RPJM 2015-2019 yaitu berupa jumlah prototipe telah tercapai 100%. Tahun 2015 merupakan program tahun pertama dari rangkaian pembangunan Prototype Teknologi Hyprspectral untuk Pemetaan Sentra Produksi Pertanian, saat ini pengembangan prototype telah bekerjasama dengan Kementrian Pertanian.

f. Rencana Tindak Lanjut Kegiatan Di Masa Yang Akan Datang

Rencana tindak lanjut kegiatan di masa yang akan datang (RPJM 2015-2019) adalah terus melakukan komunikasi dan koordinasi secara intensif dengan pengguna utama yaitu Kementrian Pertanian yang berkenaan dengan teknis operasional dan pengembangan pengembangan lebih lanjut.

(55)

   

LAKIP 2015 TPSA BPPT 45

g. Analisis Penyebab Keberhasilan/Kegagalan

Keberhasilan dalam pencapaian target berupa satu Prototype Teknologi SAR Polarimetri untuk Pemetaan Sentra Produksi Pertanian ini tidak terlepas dari kerja keras secara bersama-sama seluruh sumber daya manusia yang terkait dalam kegiatan ini.Selain itu, koordinasi yang baik antar instansi dan lembaga sangat berperan dalam kesuksesan ini.

h. Analisis Atas Efisiensi Penggunaan Sumberdaya

Efisiensi Penggunaan Keuangan: Penggunaan anggaran yang sangat efisien karena adanya efisiensi anggaran yang cukup besar, bahkan cenderung kurang untuk memenuhi target yang diinginkan.

Efisiensi Penggunaan Mesin dan Peralatan: Penggunaan peralatan yang efisien dari peralatan yang ada dengan menggunakan citra satelit yang didapatkan dari penyedia data secara cuma-cuma.

i. Analisis Program/Kegiatan yang Menunjang Keberhasilan ataupun Kegagalan Pencapaian Pernyataan Kinerja

Beberapa analisis program/kegiatan yang menunjang keberhasilan dan kegagalan pencapaian kinerja sasaran strategis 4 dijelaskan dalam diagram berikut

Gambar

Tabel 2.2.  Penetapan Kinerja Kinerja Tingkat Eselon 1
Tabel 3.1  Capaian Kinerja Program Kedeputian TPSA Tahun 2015
Tabel 3.3  Kriteria SMART IKU
Tabel 3.5.  Hasil Pengukuran Kinerja Indikator Sasaran Program
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan latar belakang yang telah peneliti paparkan di atas maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini adalah adakah hubungan durasi hemodialisa dengan

Penyerapan Nitrogen dan Fosfor Rumput Laut di Teluk Gerupuk Berdasarkan laju penyerapan nutrien (N dan P), biomassa panen, dan luasan area bu- didaya, maka dapat dilakukan estimasi

Berdasarkan gambar 3, parameter Aroma menunjukkan bahwa tingkat penerimaan panelis terhadap parameter aroma pada infused water jeruk lemon-jahe merah

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut maka dapat disimpulkan bahwa pelayanan kesejahteraan karyawan adalah sejumlah imbalan balas jasa pelengkap ataupun

Puncak populasi Daphnia yang dibudi- daya dengan memakai media kotoran ayam ter- jadi pada hari ke tujuh, dengan jumlah individu yang hanya mencapai antara 20.8 – 30.7% dari

Marilah kita membalas kebaikankebaikan Tuhan dengan berkomitmen bahwa di tahun 2014 kita akan lebih mengasihi dan takut Tuhan, tekun melayani, terdidik, tahan uji dan menjadi

DRAM (Dynamic Random Access Memory) adalah jenis RAM yang menyimpan setiap bit data yang terpisah dalam kapasitor dalam satu sirkuit terpadu.. Data yang terkandung di

Rancangan aplikasi marketing berbasis web yang berfokus pada strategi pemasaran untuk memberikan informasi yang dibutuhkan terhadap produk / jasa layanan yang ditawarkan