• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sasaran Strategis Meningkatnya Akuntabilitas Kinerja dan Keuangan 15

Dalam dokumen PEMERINTAH KOTA BEKASI INSPEKTORAT DAERAH (Halaman 21-51)

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

3.2 Analisis dan Evaluasi Capaian Kinerja

3.2.1. Sasaran Strategis Meningkatnya Akuntabilitas Kinerja dan Keuangan 15

Sasaran strategis Meningkatnya Akuntabilitas Kinerja dan Keuangan, dicapai melalui 5 (lima) indikator sebagaimana dapat diuraikan di bawah ini :

A. Persentase Perangkat Daerah dengan Hasil Penilaian Evaluasi Akuntabilitas Kinerjanya Baik (Kategori “B” Ke atas)

Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah adalah perwujudan kewajiban suatu instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan melalui sistem pertanggungjawaban secara periodik.

Untuk mencapai target, indikator ini didukung oleh 1 Program dan 2 Kegiatan yaitu Program Peningkatan Sistem Pengawasan Internal dan Pengendalian Pelaksanaan Kebijakan KDH dengan Kegiatan (1) Reviu Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKIP) Tingkat Kota Bekasi, dan (2) Evaluasi SAKIP.

Indikator ini mendukung keberhasilan dalam pencapaian Nilai Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) Kota Bekasi Tahun 2019 yang merupakan termasuk dalam Visi Kesatu Kota Bekasi yaitu “Meningkatkan Kapasitas Tata Kelola Pemerintahan yang baik” sejalan dengan Tujuan Kota Bekasi “Mewujudkan Tata Kelola Pemerintahan yang Profesional dan Akuntabel”.

Penguatan akuntabilitas kinerja merupakan salah satu program yang dilaksanakan dalam rangka reformasi birokrasi untuk mewujudkan pemerintahan yang bersih dan bebas dari KKN, meningkatnya kualitas pelayanan publik kepada masyarakat, dan meningkatnya kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi. Penguatan akuntabilitas ini dilaksanakan dengan penerapan SAKIP sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang SAKIP. Sebagai pelaksanaan dari Perpres tersebut, Pemerintah Kota Bekasi telah mengeluarkan Peraturan Wali Kota Bekasi Nomor 82 Tahun 2019 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah di Lingkungan Pemerintah Kota Bekasi.

INSPEKTORAT DAERAH KOTA BEKASI | LKIP TAHUN 2019 16

Bekasi telah mengimplementasikan sistem akuntabilitas kinerja secara baik, maka perlu dilakukan reviu atas laporan kinerja dan evaluasi atas implementasi SAKIP. Reviu atas laporan kinerja untuk memberikan keyakinan terbatas mengenai akurasi, keandalan, dan keabsahan data/informasi kinerja sehingga dapat menghasilkan Laporan Kinerja yang berkualitas. Evaluasi atas implementasi SAKIP merupakan penilaian terhadap fakta objektif pada setiap unit organisasi di lingkungan Pemerintah Kota Bekasi dalam mengimplementasikan sistem akuntabilitas kinerja.

Evaluasi atas implementasi akuntabilitas kinerja pada Organisasi Perangkat Daerah dilaksanakan oleh Inspektorat Daerah Kota Bekasi melalui Tim yang telah dibentuk oleh Inspektur Daerah Kota Bekasi.

Formulasi untuk menghitung capaian realisasi ini adalah Jumlah Perangkat Daerah yang Akuntabilitas Kinerjanya Baik (Kategori B ke Atas) dibagi Jumlah Seluruh Perangkat Daerah Kota Bekasi (47 Perangkat Daerah) dikali 100%.

Tabel 3.3

Capaian Kinerja Persentase Perangkat Daerah dengan Hasil Penilaian Evaluasi Akuntabilitas Kinerjanya Baik (Kategori “B” Ke atas)

Sasaran Strategis Indikator Sasaran Kinerja Program / Kegiatan Pendukung Keuangan

Target Realisasi % Pagu Realisasi %

Meningkatnya Akuntabilitas Kinerja dan Keuangan Persentase Perangkat Daerah dengan Hasil Penilaian Evaluasi Akuntabilitas Kinerjanya Baik (Kategori “B” Ke atas) 74% 100% 135 Program Peningkatan Sistem Pengawasan Internal dan Pengendalian Pelaksana Kebijakan KDH Reviu Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKIP) Tingkat Kota Bekasi 14.100.000 14.100.000 100 Evaluasi SAKIP 43.500.000 0 0

Dari tabel diatas dapat dideskripsikan bahwa Target dari Indikator Persentase Perangkat Daerah dengan Hasil Penilaian Evaluasi Akuntabilitas Kinerjanya Baik (Kategori “B” Ke atas) Tahun 2019 dapat tercapai dengan sangat baik didukung dengan 1 Program yaitu Program Peningkatan Sistem Pengawasan Internal dan Pengendalian Pelaksana Kebijakan KDH dan 2 Kegiatan antara lain (1) Kegiatan Reviu Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKIP) Tingkat Kota Bekasi dengan Pagu Anggaran sebesar Rp. 14.100.000 serta Realisasi Anggaran sebesar Rp. 14.100.000 dan (2) Kegiatan Evaluasi SAKIP dengan Pagu Anggaran sebesar Rp. 43.500.000 serta Realisasi Anggaran sebesar Rp. 0 karena adanya penyesuaian kebijakan anggaran.

Adapun faktor-faktor penghambat dalam mencapai Indikator Persentase Perangkat Daerah dengan Hasil Penilaian Evaluasi Akuntabilitas Kinerjanya Baik (Kategori “B” Ke atas) Tahun 2019 antara Lain :

INSPEKTORAT DAERAH KOTA BEKASI | LKIP TAHUN 2019 17

1. Belum Optimalnya Koordinasi antar Perangkat Daerah di Lingkungan Pemerintah Kota Bekasi;

2. Belum tertatanya penetapan Peta Proses Bisnis pada Perangkat Daerah di Lingkungan Pemerintah Kota Bekasi;

3. Masih kurangnya pemahaman Perangkat Daerah terhadap pelaksanaan Akuntabilitas Kinerja Instansi Daerah;

4. Sistem Informasi Akuntabilitas Kinerja belum terintegrasi secara optimal.

Sedangkan faktor-faktor pendukung dalam mencapai Indikator Persentase Perangkat Daerah dengan Hasil Penilaian Evaluasi Akuntabilitas Kinerjanya Baik (Kategori “B” Ke atas) Tahun 2019 antara Lain :

1. Komitmen Pimpinan untuk mencapai peningkatan Akuntabilitas Kinerja Yang Baik dengan melaksanakan Evaluasi dan pengawasan secara berjenjang;

2. Telah tersusunnya Pedoman SAKIP sebagai acuan bagi Pemerintah Daerah dalam melaksanakan akuntabilitas dan peningkatan kinerja yaitu Peraturan Wali Kota Bekasi Nomor 82 Tahun 2019 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah di Lingkungan Pemerintah Kota Bekasi;

3. Telah terbangunnya sistem perencanaan dan penganggaran yang terintegrasi dengan aplikasi Siencang (Sistem Perencanaan Pembangunan dan Penganggaran).

Melihat capaian Indikator Persentase Perangkat Daerah dengan Hasil Penilaian Evaluasi Akuntabilitas Kinerjanya Baik (Kategori “B” Ke atas) dan mempertimbangkan faktor pendorong dan faktor penghambat dalam pencapaiannya, maka direkomendasikan hal-hal sebagai berikut :

1. Meningkatkan Koordinasi antar Perangkat Daerah di Lingkungan Pemerintah Kota Bekasi;

2. Meningkatkan Pemahaman dan Pengembangan Kompetensi Pengelola Akuntabilitas Kinerja Perangkat Daerah dengan cara melaksanakan bimbingan baik secara informal maupun formal;

3. Mengembangkan Sistem Informasi Pengelolaan Perencanaan, Penganggaran dan Pelaporan yang terintegrasi.

B. Persentase Tindak Lanjut Temuan Eksternal

Salah satu indikator yang dapat digunakan untuk mengetahui akuntabilitas suatu pemerintah daerah adalah dengan melihat seberapa aktif pemerintah daerah menindaklanjuti rekomendasi hasil pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Hal ini merupakan tugas Inspektorat Daerah selaku APIP dalam mendorong Perangkat Daerah di lingkungan Pemerintah Kota Bekasi untuk selalu menindaklanjuti rekomendasi hasil pemeriksaan BPK. Rekomendasi BPK adalah saran dari pemeriksa berdasarkan hasil

INSPEKTORAT DAERAH KOTA BEKASI | LKIP TAHUN 2019 18

pemeriksaannya kepada entitas untuk melakukan perbaikan.

Untuk mencapai target, indikator ini didukung oleh 1 Program dan 3 Kegiatan yaitu Program Peningkatan Sistem Pengawasan Internal dan Pengendalian Pelaksanaan Kebijakan KDH dengan Kegiatan (1) Tindak Lanjut Temuan Pengawasan, (2) Reviu Perencanaan dan Penganggaran Daerah dan (3) Penguatan Pengawasan Pembangunan pada Pemerintah Kota Bekasi (Banprov Luncuran).

Tindak lanjut atas rekomendasi diperlukan untuk memperbaiki Sistem Pengendalian Internal (SPI) dan Kepatuhan Terhadap Peraturan Perundang-Undangan dalam pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan negara. Pasal 20 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara mewajibkan auditee untuk menindaklanjuti rekomendasi dalam hasil pemeriksaan.

Formulasi untuk menghitung capaian realisasi ini adalah Jumlah tindaklanjut rekomendasi temuan BPK-RI tahun sebelumnya dan tahun-tahun sebelumnya dibagi Jumlah rekomendasi temuan BPK-RI tahun sebelumnya dan tahun-tahun sebelumnya dikali 100%.

Tabel 3.4

Capaian Persentase Tindak Lanjut Temuan Eksternal

Sasaran Strategis Indikator Sasaran Kinerja Program / Kegiatan Pendukung Keuangan

Target Realisasi % Pagu Realisasi %

Meningkatnya Akuntabilitas Kinerja dan Keuangan Persentase Tindak Lanjut Temuan Eksternal 85% 94,54% 111,22 Program Peningkatan Sistem Pengawasan Internal dan Pengendalian Pelaksana Kebijakan KDH Tindak Lanjut Temuan Pengawasan 111.350.000 22.545.000 20,25 Reviu Perencanaan dan Penganggaran Daerah 235.250.000 115.300.000 49,01 Penguatan Pengawasan Pembangunan pada Pemerintah Kota Bekasi (Banprov Luncuran) 120.563.200 92.235.489 76,50

Dari tabel diatas dapat dideskripsikan bahwa target dari Indikator Persentase Tindak Lanjut Temuan Eksternal Tahun 2019 dapat tercapai dengan sangat baik didukung dengan 1 Program yaitu Program Peningkatan Sistem Pengawasan Internal dan Pengendalian Pelaksana Kebijakan KDH dan 3 Kegiatan antara lain (1) Kegiatan Tindak Lanjut Temuan Pengawasan dengan Pagu Anggaran sebesar Rp. 111.350.000 serta Realisasi Anggaran sebesar Rp. 22.545.000, (2) Reviu Perencanaan dan Penganggaran Daerah dengan Pagu Anggaran sebesar Rp. 235.250.000 serta Realisasi Anggaran sebesar Rp. 115.300.000 dan (3) Penguatan Pengawasan Pembangunan pada

INSPEKTORAT DAERAH KOTA BEKASI | LKIP TAHUN 2019 19

Pemerintah Kota Bekasi (Banprov Luncuran) dengan Pagu Anggaran sebesar Rp. 120.563.200 serta Realisasi Anggaran sebesar Rp. 92.235.489.

Tabel 3.5

Laporan Hasil Pemeriksaan BPK Semester II Tahun 2019 Periode

Pemeriksaan Temuan Rekom Sesuai

Blm Sesuai Blm di TL Tdk dpt di TL dg alasan sah 2005-2018 396 928 840 (90,52%) 76 (8,19%) 2 (0,22%) 10 (1,08%) Sumber : Sub Bagian Evaluasi dan Pelaporan

INSPEKTORAT DAERAH KOTA BEKASI | LKIP TAHUN 2019 20 Tabel 3.6

REKAPITULASI HASIL PEMANTAUAN TINDAK LANJUT HASIL PEMERIKSAAN BPK SEMESTER II TAHUN 2019

Tahun Jml LHP

Temuan Rekomendasi

Perkembangan Status Pemantauan Tindak Lanjut

Nilai Penyerahan aset atau penyetoran uang

ke kas negara/daerah/perus

ahaan Sesuai dengan

Rekomendasi

Belum Sesuai dan Dalam

Proses Tindak Lanjut Belum Ditindaklanjuti

Tidak Dapat Ditindaklanjuti dengan

alasan yang sah

Jml Nilai Jml Nilai Jml Nilai Jml Nilai Jml Nilai Jml Nilai

2019 1 18 7.438.187.864,25 60 7.438.187.864,25 53 6.517.619.629,25 7 920.568.235,00 - - - - 6.517.619.630,53 2018 2 24 17.523.099.025,76 78 15.367.762.671,16 72 11.180.029.554,29 6 4.187.733.117,04 - - - - 13.062.057.242,97 2017 2 25 3.071.535.969,29 88 3.003.724.569,29 75 1.460.922.906,29 13 1.542.801.663,00 - - - - 2.134.109.303,00 2016 2 28 5.716.395.226,25 93 2.795.646.463,45 87 2.218.593.416,45 6 577.053.047,00 - - - - 5.101.700.535,55 2015 2 30 21.746.892.566,47 82 21.745.540.831,47 79 21.142.352.147,47 3 603.188.684,00 - - - - 21.143.903.920,75 2014 3 39 10.544.313.229,00 115 9.639.866.442,00 98 6.659.155.666,36 17 2.595.148.926,64 - - - 385.561.849,00 7.225.514.364,15 2013 1 18 1.212.925.433,94 39 1.212.952.433,94 38 1.212.952.433,94 1 - - - - - 1.212.952.433,94 2012 1 24 2.096.378.683,93 64 565.585.832,93 61 465.040.332,93 3 100.545.500,00 - - - - 502.337.183,93 2011 2 32 3.901.615.112,34 71 3.291.915.923,84 60 2.388.343.843,34 5 903.572.080,50 - - 6 - 648.443.843,34 2010 1 20 6.844.044.737,00 34 6.317.544.737,00 29 5.307.385.729,00 1 194.457.000,00 1 815.702.008,00 3 - 5.307.385.729,00 2009 3 46 356.018.570,92 70 356.018.570,93 70 356.018.570,93 - - - - - - 285.940.715,48 2008 2 23 29.057.447.889,98 42 1.491.490.758,35 38 1.314.067.780,55 3 154.784.705,80 - - 1 22.638.272,00 1.783.608.693,96 2007 3 25 9.955.608.750,02 40 8.644.107.575,38 39 8.644.107.575,38 1 - - - - - 8.669.679.224,02 2006 2 14 14.836.586.965,26 19 14.836.586.965,26 16 3.333.148.123,57 3 11.503.438.841,69 - - - - 3.333.148.123,57 2005 2 30 9.031.938.545,53 33 7.668.682.472,53 25 4.489.273.629,53 7 3.165.008.843,00 1 14.400.000,00 - - 4.306.507.814,98 Total 29 396 143.332.988.569,94 928 104.375.614.111,78 840 76.689.011.339,28 76 26.448.300.643,67 2 830.102.008,00 10 408.200.121,00 81.234.908.759,17 Sumber : Sub Bagian Evaluasi dan Pelaporan

INSPEKTORAT DAERAH KOTA BEKASI | LKIP TAHUN 2019 21

Adapun faktor-faktor penghambat dalam mencapai Indikator Persentase Tindak Lanjut Temuan Eksternal Tahun 2019 antara Lain :

1. Pejabat/ASN terkait temuan belum sepenuhnya berkomitmen terhadap penyelesaian tindak lanjut hasil pemeriksaan BPK, sehingga penyelesaiannya menjadi berlarut-larut karena tidak segera dilaksanakan pada saat hasil pemeriksaan diketahui;

2. Lemahnya pengendalian internal Perangkat Daerah;

3. Pihak terkait temuan sudah mutasi/pensiun/meninggal dunia dan yang terkait dengan pihak ketiga yaitu perusahaan telah non aktif serta alamat tidak diketahui lagi;

4. Pengembalian kerugian Negara/Daerah belum dilaksanakan secara maksimal oleh Perangkat Daerah;

5. Rotasi pegawai berdampak pada kelambanan penanganan tindak lanjut hasil pemeriksaan BPK;

6. Adanya ketidaksepakatan atas hasil pemeriksaan yang berdampak pada berlarut-larutnya temuan yang tidak dapat ditindaklanjuti karena penghapusan temuan oleh BPK harus melalui proses yang cukup lama.

Sedangkan faktor-faktor pendukung dalam mencapai Indikator Persentase Tindak Lanjut Temuan Eksternal Tahun 2019 antara Lain :

1. Komitmen Pimpinan untuk penyelesaian tindak lanjut rekomendasi temuan BPK;

2. Adanya Aplikasi Sistem Informasi Pemantauan Tindak Lanjut (SIPTL), dengan aplikasi tersebut data tindak lanjut hasil pemeriksaan BPK yang selama ini secara manual disampaikan ke BPK akan digantikan dengan data elektronis;

3. Telah meningkatnya kesadaran Perangkat Daerah dalam menindaklanjuti rekomendasi temuan BPK;

4. APIP Inspektorat Daerah aktif melakukan monitoring tindaklanjut rekomendasi temuan BPK.

Melihat capaian Indikator Persentase Tindak Lanjut Temuan Eksternal dan mempertimbangkan faktor pendorong dan faktor penghambat dalam pencapaiannya, maka direkomendasikan hal-hal sebagai berikut :

1. Pemerintah Kota Bekasi perlu mendorong terwujudnya tata kelola keuangan yang transparan dan akuntabel melalui percepatan penyelesaian tindak lanjut hasil pemeriksaan BPK;

2. Pemerintah Kota Bekasi perlu meningkatkan komitmen dalam bentuk pemberian sangsi yang lebih tegas sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku bagi pejabat yang lambat dalam melaksanakan penyelesaian tindak lanjut hasil pemeriksaan BPK;

3. Perangkat Daerah Pemerintah Kota Bekasi perlu menetapkan prosedur formal dalam bentuk SOP sebagai pedoman melaksanakan tugas dan tanggung jawab serta

INSPEKTORAT DAERAH KOTA BEKASI | LKIP TAHUN 2019 22

melaksanakan dengan sebaik-baiknya sesuai pedoman yang telah ditetapkan;

4. Pimpinan Perangkat Daerah selaku Pengguna Anggaran harus lebih meningkatkan pengawasan terhadap pelaksanaan pekerjaan fisik di lapangan agar temuan tidak semakin menumpuk;

5. Pemerintah Kota Bekasi perlu membuat SK Pencatatan untuk pegawai bukan bendahara dan pejabat lain yang telah pensiun/meninggal/dan atau tidak diketahui lagi alamatnya untuk dimasukkan ke dalam kategori temuan yang tidak dapat ditindaklanjuti;

6. Melakukan penatausahaan administrasi terkait penyelesaian tindak lanjut hasil pemeriksaan secara tertib dan lengkap agar memudahkan Perangkat Daerah dalam menangani penyelesaian tindak lanjut walaupun terjadi rotasi pegawai;

7. Meningkatkan koordinasi antara auditan dengan auditor sekaligus menyamakan pemahaman terhadap hasil pemeriksaan, sehingga solusi terhadap temuan-temuan yang sulit ditindaklanjuti dapat segera dicapai;

8. Membentuk tim satgas percepatan penyelesaian tindak lanjut pada masing-masing Perangkat Daerah agar setiap hasil pemeriksaan dapat ditangani dengan baik hingga tuntas sesuai dengan jangka waktu penyelesaian yang ditentukan;

9. Melakukan pemantauan oleh satgas pada tiap Perangkat Daerah secara berkala dan pembahasan tindak lanjut rekomendasi bersama BPK minimal setiap 3 bulan;

10. Penguatan peran APIP bukan hanya didasarkan atas banyaknya temuan yang diperoleh auditor atau besarnya pengembalian ke kas Negara/Daerah, namun harus dapat memerankan perannya sebagai “early warning system” atau bisa mengurangi tingkat penyimpangan dengan memberikan peringatan lebih dini.

C. Persentase Tindak Lanjut Temuan Internal

Audit internal telah menjadi kebutuhan bagi pimpinan untuk membantu mengendalikan jalannya kegiatan operasional suatu organisasi. Audit internal perlu dilakukan secara teratur agar dapat mencegah terjadinya masalah dan pimpinan akan dapat segera mengetahui dan mengatasi masalah sebelum permasalahan tersebut berkembang lebih luas. Selain itu audit internal juga dapat mengindentifikasi penyebab timbulnya serta mengetahui langkah-langkah efektif untuk mengatasinya. Audit internal dilakukan oleh orang profesional yang memiliki pemahaman mendalam mengenai sistem dan kegiatan operasi suatu organisasi. Aktivitas audit internal memberikan jaminan bahwa pengendalian internal yang dijalankan suatu organisasi telah cukup memadai untuk memperkecil terjadinya risiko, menjamin kegiatan operasi organisasi telah berjalan secara efektif dan efisien serta memastikan bahwa sasaran dan tujuan organisasi telah tercapai.

INSPEKTORAT DAERAH KOTA BEKASI | LKIP TAHUN 2019 23

Untuk mencapai target, indikator ini didukung oleh 1 Program dan 4 Kegiatan yaitu Program Peningkatan Sistem Pengawasan Internal dan Pengendalian Pelaksanaan Kebijakan KDH dengan Kegiatan (1) Pelaksanaan Pengawasan Internal Secara Berkala, (2) Pelaksanaan Pengawasan Pembangunan dan Pelayanan Publik, (3) Gelar Pengawasan, dan (4) Pemeriksaan dengan Tujuan Tertentu.

Keberhasilan dari peran dan tugas yang diemban oleh auditor internal adalah salah satunya ditunjukan dengan adanya kecenderungan berkurangnya jumlah temuan audit. Hal ini menunjukkan bahwa auditor dapat berperan sebagai konsultan yang berarti dalam melakukan audit, auditor juga ikut berperan dalam menyampaikan permasalahan yang terkait dalam organisasi. Banyaknya temuan yang diperoleh pada saat dilakukan audit, tidak otomatis menunjukkan bahwa auditor tersebut telah bekerja dengan baik. Hal ini terkait dengan penyelesaian tindak lanjut temuan hasil audit yang masih perlu diselesaikan oleh auditee dan organisasi. Banyaknya temuan audit yang belum ditindaklanjuti merupakan tanggung jawab bagi auditee untuk penyelesaiannya dengan tetap dimonitor oleh auditor internal.

Formulasi untuk menghitung capaian realisasi ini adalah Jumlah tindak lanjut rekomendasi temuan pengawas internal tahun sebelumnya dan tahun-tahun sebelumnya dibagi jumlah rekomendasi temuan pengawas internal tahun sebelumnya dan tahun-tahun sebelumnya dikali 100%.

Tabel 3.7

Capaian Persentase Tindak Lanjut Temuan Internal

Sasaran Strategis Indikator Sasaran Kinerja Program / Kegiatan Pendukung Keuangan

Target Realisasi % Pagu Realisasi %

Meningkatnya Akuntabilitas Kinerja dan Keuangan Persentase Tindak Lanjut Temuan Internal 71% 80,28% 101 Program Peningkatan Sistem Pengawasan Internal dan Pengendalian Pelaksana Kebijakan KDH Pelaksanaan Pengawasan Internal Secara Berkala 100.000.000 47.200.000 47,20 Pelaksanaan Pengawasan Pembangunan dan Pelayanan Publik 200.000.000 0 0 Gelar Pengawasan 0 0 0 Pemeriksaan dengan Tujuan Tertentu 196.050.000 14.000.000 7,14

Dari tabel diatas dapat dideskripsikan bahwa target dari Indikator Persentase Tindak Lanjut Temuan Internal Tahun 2019 dapat tercapai dengan baik didukung dengan 1 Program yaitu Program Peningkatan Sistem Pengawasan Internal dan Pengendalian Pelaksana Kebijakan KDH dan 4 Kegiatan antara lain (1) Pelaksanaan Pengawasan

INSPEKTORAT DAERAH KOTA BEKASI | LKIP TAHUN 2019 24

Internal Secara Berkala dengan Pagu Anggaran sebesar Rp. 100.000.000 serta Realisasi Anggaran sebesar Rp. 47.200.000, (2) Pelaksanaan Pengawasan Pembangunan dan Pelayanan Publik dengan Pagu Anggaran sebesar Rp. 200.000.000 serta Realisasi Anggaran sebesar Rp. 0, (3) Gelar Pengawasan dengan Pagu Anggaran sebesar Rp. 0 serta Realisasi Anggaran sebesar Rp. 0 dan (4) Pemeriksaan dengan Tujuan Tertentu dengan Pagu Anggaran sebesar Rp. 196.050.000 serta Realisasi Anggaran sebesar Rp. 14.000.000.

Adapun faktor-faktor penghambat dalam mencapai Indikator Persentase Tindak Lanjut Temuan Internal Tahun 2019 antara Lain :

1. Kurangnya komunikasi yang baik pada tingkatan Manajemen Perangkat Daerah di Lingkungan Pemerintah Kota Bekasi;

2. Lemahnya kesadaran Perangkat Daerah dalam melakukan TLHP (Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan) Internal;

3. Belum maksimalnya prosedur dan mekanisme pengawasan Inspektorat Daerah Kota Bekasi dalam penanganan TLHP Internal.

Sedangkan faktor-faktor pendukung dalam mencapai Indikator Persentase Tindak Lanjut Temuan Internal Tahun 2019 antara Lain :

1. APIP Inspektorat Daerah aktif melakukan monitoring tindaklanjut rekomendasi temuan APIP Inspektorat Daerah Kota Bekasi;

2. Komitmen dari pemangku jabatan Perangkat Daerah di Lingkungan Pemerintah Kota Bekasi untuk melakukan penyelesaian tindak lanjut rekomendasi APIP Inspektorat Daerah Kota Bekasi.

Melihat capaian Indikator Persentase Tindak Lanjut Temuan Internal dan mempertimbangkan faktor pendorong dan faktor penghambat dalam pencapaiannya, maka direkomendasikan hal-hal sebagai berikut :

1. Para pemangku jabatan Perangkat Daerah di Lingkungan Pemerintah Kota Bekasi memiliki komitmen dalam upaya penyelesaian dapat mengkomunikasikan lebih baik; 2. Perangkat Daerah harus melibatkan semua komponen dalam organisasi dengan

membentuk pola hubungan tugas dalam rangka penyelesaian TLHP;

3. Mengoptimalkan SDM dengan jalan meningkatkan kemampuannya dengan diklat-diklat, bimtek, pembinaan, PPM, sosialisasi formal maupun non formal.

D. Nilai Maturitas Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) Level 3

Maturitas SPIP merupakan Tingkat kematangan/kesempurnaan penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah dalam mencapai tujuan pengendalian intern sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah.

INSPEKTORAT DAERAH KOTA BEKASI | LKIP TAHUN 2019 25

Untuk mencapai target, indikator ini didukung oleh 1 Program dan 1 Kegiatan yaitu Program Penataan dan Penyempurnaan Kebijakan Sistem dan Prosedur Pengawasan dengan Kegiatan (1) Implementasi Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) di Lingkungan Pemerintah Kota Bekasi.

Pengertian Sistem Pengendalian Intern menurut PP Nomor 60 Tahun 2008 tentang SPIP adalah proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.

Sesuai dengan PP Nomor 60 Tahun 2008, SPIP terdiri dari lima unsur, yaitu (1)

Lingkungan pengendalian, (2) Penilaian risiko, (3) Kegiatan pengendalian, (4) Informasi dan komunikasi, (5) Pemantauan pengendalian intern. Proses pengendalian menyatu pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai. Oleh karena itu, yang menjadi fondasi dari pengendalian adalah orang-orang (SDM) di dalam organisasi yang membentuk lingkungan pengendalian yang baik dalam mencapai sasaran dan tujuan yang ingin dicapai instansi pemerintah.

Penyelenggaraan unsur lingkungan pengendalian (delapan sub unsur) yang baik akan meningkatkan suasana lingkungan yang nyaman yang akan menimbulkan kepedulian dan keikutsertaan seluruh pegawai. Untuk mewujudkan lingkungan pengendalian yang demikian diperlukan komitmen bersama dalam melaksanakannya. Komitmen ini juga merupakan hal yang amat penting bagi terselenggaranya unsur-unsur SPIP lainnya.

SPIP adalah suatu proses yang terintegrasi dan melibatkan semua tahapan manajemen dalam suatu organisasi. Dengan SPIP diharapkan memberikan keyakinan yang memadai (reasonable assurance) atas tercapainya tujuan organisasi. Memiliki Hard Control (kebijakan dan prosedur, struktur organisasi, birokrasi) dan Soft Control (kompetensi, komitmen trust, nilai-nilai luhur dan kepemimpinan).

Tingkatan/Level SPIP, antara lain :

1. Belum Ada (Level 0) : Tidak ada kebijakan & prosedur pengendalian intern

2. Rintisan (Level 1) : Pendekatan Risiko dan Pengendalian bersifat Ad-hoc, tidak terorganisir dengan baik

3. Berkembang (Level 2) : Praktik Pengendalian Intern belum terorganisir dgn baik, Efektivitas pengendalian belum dievaluasi sehingga banyak terjadi kelemahan yang belum ditangani secara memadai.

4. Terdefinisi (Level 3) : Praktik Pengendalian telah dilakukan, evaluasi belum terdokumentasi dengan baik.

INSPEKTORAT DAERAH KOTA BEKASI | LKIP TAHUN 2019 26

5. Terkelola dan Terukur (Level 4) : Praktik Pengendalian telah dilakukan, evaluasi terdokumentasi.

6. Optimum (Level 5) : Praktik Pengendalian Intern kontinu, integrasi berbasis teknologi informasi.

Formulasi untuk menghitung capaian realisasi ini adalah hasil dari skor/nilai Maturitas SPIP oleh BPKP.

Tabel 3.8

Capaian Nilai Maturitas Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) Level 3

Sasaran Strategis Indikator Sasaran Kinerja Program / Kegiatan Pendukung Keuangan

Target Realisasi % Pagu Realisasi %

Meningkatnya Akuntabilitas Kinerja dan Keuangan Nilai Maturitas Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) Level 3 3,15 3,06 97,14 Program Penataan dan Penyempurnaan Kebijakan Sistem dan Prosedur Pengawasan Implementasi Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) di Lingkungan Pemerintah Kota Bekasi 400.000.000 268.764.076 67,19

Dari tabel diatas dapat dideskripsikan bahwa target dari Indikator Nilai Maturitas Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) Level 3 Tahun 2019 kurang sepenuhnya tercapai dari target yang terealisasi 97,14%. Dalam mencapai indikator ini didukung dengan 1 Program yaitu Program Penataan dan Penyempurnaan Kebijakan Sistem dan Prosedur Pengawasan dan 1 Kegiatan yaitu Kegiatan Implementasi Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) di Lingkungan Pemerintah Kota Bekasi dengan Pagu Anggaran sebesar Rp. 400.000.000 serta Realisasi Anggaran sebesar Rp. 268.764.076 atau terealisasi 67,19%.

Adapun faktor-faktor penghambat dalam mencapai Indikator Nilai Maturitas Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) Level 3 Tahun 2019 antara Lain :

1. Kualitas SDM yang belum mampu baik dalam tingkat pemahaman akan SPIP maupun dalam hal penempatan sesuai kebutuhan, serta pelatihan, diklat, bintek untuk pengembangan kapasitas yang masih kurang, sehingga mengakibatkan minimnya pengetahuan mengenai SPIP;

2. Pergantian pimpinan yang kemudian menyebabkan SPIP luput dari perhatian;

3. Inspektorat telah melakukan penilaian risiko maupun pemetaan risiko namun belum optimal, keterbatasan waktu juga menyebabkan hal ini tidak dilakukan dengan maksimal;

4. Persepsi pimpinan Instansi Pemerintah dan auditor atau evaluator terhadap pelaksanaan Sistem Pengendalian Intern tidak mendukung terciptanya lingkungan

INSPEKTORAT DAERAH KOTA BEKASI | LKIP TAHUN 2019 27

pengendalian yang memadai.

Sedangkan faktor-faktor pendukung dalam mencapai Indikator Nilai Maturitas Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) Level 3 Tahun 2019 antara Lain :

1. Terdapat kesadaran dan kepedulian di seluruh tingkatan jajaran manajemen dan pelaksana;

2. Terdapat kesamaan persepsi atas tanggungjawab efektivitas SPIP; 3. Terdapat SPIP yang sesuai dengan kebutuhan organisasi;

4. Pengembangan secara berkesinambungan.

Melihat capaian Indikator Nilai Maturitas Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) Level 3 dan mempertimbangkan faktor pendorong dan faktor penghambat dalam pencapaiannya, maka direkomendasikan hal-hal sebagai berikut :

1. Upaya dalam pengembangan kualitas SDM diantaranya melalui jenjang pendidikan, diklat-diklat, bintek ataupun pelatihan kantor sendiri, pembinaan, melakukan koordinasi meningkatkan pendidikan dengan lembaga-lembaga seperti BPKP;

2. Komitmen bersama dalam memaksimalkan pelaksanaan SPIP;

3. Melalui Manajemen Risiko Perangkat Daerah harus melakukan pengendalian sejak awal melalui penilaian risiko dengan cara mengidentifikasi risiko, menganalisis risiko, melakukan kegiatan pemetaan risiko sehingga untuk setiap program/kegiatan sudah

Dalam dokumen PEMERINTAH KOTA BEKASI INSPEKTORAT DAERAH (Halaman 21-51)

Dokumen terkait