• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sasaran Strategis 9: Peningkatan Pelaksanaan Tugas Lainnya (SJ.9)

Dalam dokumen PENGANTAR LAKIP SETJEN TAHUN 2012 (Halaman 42-48)

EVALUASI DAN ANALISIS KINERJA

WAKTU RATA-RATA PENYELESAIAN KONSEP JAWABAN PERKARA PERDATA DI PENGADILAN TINGKAT PERTAMA SELAMA KURUN WAKTU TIGA TAHUN

9. Sasaran Strategis 9: Peningkatan Pelaksanaan Tugas Lainnya (SJ.9)

Dalam pencapaian Sasaran Strategis ini, Sekretariat Jenderal mengidentifikasikan 6 (enam) IKU, yaitu:

a. Waktu rata-rata administrasi proses persidangan (SJ-9.1). Target IKU dimaksud adalah 9

bulan dan terealisasi 4,16 bulan, sehingga diperoleh nilai capaian 120%.

Penyelesaian putusan banding dan gugatan di Pengadilan Pajak merupakan wewenang Majelis Hakim, sedangkan tugas dan fungsi Sekretariat Pengadilan Pajak memberikan layanan dan dukungan dalam pengadministrasian penyelesaian putusan tersebut. Indikator atas sasaran strategis ini adalah waktu rata-rata administrasi proses persidangan. Indikator kinerja kegiatan pelayanan administrasi persidangan dihitung sejak sengketa pajak ditetapkan oleh Ketua Pengadilan Pajak untuk disidangkan sampai dengan sengketa pajak dinyatakan cukup oleh Majelis Hakim.

IKU ini mengukur total waktu proses persidangan yaitu jumlah waktu pemrosesan sengketa yang diterima sampai dengan sidang dinyatakan cukup oleh Majelis Hakim dan diukur dengan menghitung total waktu proses persidangan dibagi dengan jumlah sengketa yang cukup. Sengketa yang cukup adalah sengketa yang sidang pemeriksaannya telah dinyatakan cukup oleh Majelis Hakim. Sedangkan jumlah sengketa yang cukup adalah banyaknya sengketa yang cukup pada periode tahun berjalan.

Jumlah sengketa yang diucapkan oleh Majelis Hakim pada tahun 2012 adalah:

1) kuartal 1 (Q1) sebanyak 2.070 sengketa dengan total waktu persidangan selama 7.560,89 bulan;

2) kuartal 2 (Q2) sebanyak 1.677 sengketa dengan total waktu persidangan selama 6.469,59 bulan;

3) kuartal 3 (Q3) sebanyak 1.729 sengketa dengan total waktu persidangan selama 7.468,84 bulan; dan

4) kuartal 4 (Q4) sebanyak 1.888 sengketa dengan total waktu persidangan selama 9.115,14 bulan.

Pada tahun 2012, layanan administrasi proses persidangan dapat diselesaikan dalam jangka waktu 4,16 bulan dengan jumlah sengketa sebanyak 7.364 berkas yang dinyatakan cukup selama tahun 2012. Jangka waktu capaian kinerja ini adalah 4,84 bulan lebih cepat dari capaian kinerja yang ditargetkan yaitu 9 bulan. Realisasi capaian kinerja tersebut jauh lebih cepat dari capaian kinerja yang ditargetkan karena banyaknya berkas Acara Cepat yang dapat diselesaikan lebih cepat daripada target capaian kinerja.

b. Persentase bahan masukan yang digunakan oleh Komite Pengawas Perpajakan (SJ-9.2).

Target IKU dimaksud adalah 90% dan terealisasi 100%, sehingga diperoleh nilai capaian 111,11%.

IKU ini mengukur persentase konsep yang diserahkan oleh Sekretariat Jenderal c.q. Sekretariat Komite Pengawas Perpajakan kepada Komite Pengawas Perpajakan dalam rangka pemberian rekomendasi/saran/masukan kepada Menteri Keuangan dengan tujuan untuk meningkatkan kinerja Instansi Perpajakan.

Dalam pelaksanaan IKU tersebut, Sekretariat Jenderal mampu melebihi target yang diberikan dengan realisasi sebesar 100% dari target sebesar 90%, dengan indeks capaian yang dihasilkan sebesar 111,11%.

Proses kegiatan yang dilaksanakan terkait dengan IKU tersebut meliputi pelaksanaan tugas penghimpunan data pada bidang perpajakan sesuai dengan tugas dan fungsi yang meliputi pengumpulan keterangan, informasi, pengamatan, dan kajian di bidang perpajakan serta fasilitasi penanganan pengaduan. Pencapaian IKU yang melebihi target ini dilatarbelakangi dengan direkomendasikannya semua bahan masukan yang disampaikan kepada komite menjadi bahan rekomendasi yang disampaikan kepada Menteri Keuangan. Pencapaian tersebut selain didukung oleh peraturan dan kebijakan bidang perpajakan yang dinamis. juga dikarenakan permasalahan yang menyangkut bidang perpajakan pada tahun 2012 sangat beragam, sehingga diperlukan beberapa masukan kepada Menteri Keuangan sebagai bahan pertimbangan pengambilan kebijakan di bidang perpajakan.

Di sisi lain, realisasi kegiatan tersebut tak lepas dari dukungan Sumber Daya Manusia (SDM) yang mempunyai kapasitas di bidang perpajakan. Namun dalam pelaksanaannya, kegiatan fasilitasi pengawasan menemui beberapa kendala baik internal maupun eksternal, yaitu:

1) keterbatasan akses data ke Instansi Perpajakan.

Dalam pelaksanaan tugas dan wewenang, data dan/atau informasi yang diperlukan dalam rangka pengumpulan data/informasi untuk menindaklanjuti pengaduan maupun sebagai bahan dalam proses menghasikan rekomendasi/masukan kepada Menteri Keuangan seringkali terkendala terkait dengan ketentuan Pasal 34 UU Ketentuan Umum dan Tatacara Perpajakan (KUP) tentang rahasia jabatan. Adanya ketentuan pasal ini juga membatasi ruang gerak dalam melaksanakan tugas fasilitasi pengawasannya.

2) resistensi berbagai pihak terhadap pengawasan Komite Pengawas Perpajakan.

Adanya beberapa pihak eksternal yang mempermasalahkan pengawasan yang dilakukan oleh Komite Pengawas Perpajakan terhadap instansi perpajakan terutama pengawasan terhadap tugas dan fungsi Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. Hal ini berimbas kepada pelaksanaan kegiatan fasilitasi pengawasan yang dilakukan oleh Sekretariat Jenderal c.q. Sekretariat Komite Pengawas Perpajakan.

Dari keterbatasan yang ada, diperlukan suatu strategi dan sikap yang tepat agar tugas dan fungsi Komite serta Sekretariat Komite dapat berjalan dengan efektif dan efisien baik dalam menindaklanjuti pengaduan masyarakat, rekomendasi/masukan yang diberikan, dan dalam hal memperoleh data/informasi dari instansi perpajakan dengan mempertimbangkan Pasal 34 UU KUP.

c. Persentase Akuntan Publik dan Penilai Publik yang patuh terhadap standar profesi, kode etik, dan peraturan perundang-undangan (SJ-9.3). Target IKU dimaksud adalah 95% dan

terealisasi 99,34%, sehingga diperoleh nilai capaian 104,57%.

Akuntan Publik dan Penilai Publik yang patuh terhadap standar profesi, kode etik, dan peraturan perundang-undangan adalah Akuntan Publik dan Penilai Publik yang tidak dikenakan sanksi pembekuan izin dan/atau sanksi pencabutan izin selama tahun 2012.

Pada tahun 2012, target capaian persentase Akuntan Publik dan Penilai Publik yang patuh terhadap standar profesi, kode etik, dan peraturan perundang-undangan sebesar 95%. Jumlah akuntan publik dan penilai publik sampai dengan bulan Desember 2012 sebanyak 1.360 orang. Selama tahun 2012, terdapat 2 (dua) Penilai Publik yang dikenakan sanksi pembekuan izin, serta 6 (enam) Akuntan Publik dan 1 (satu) Penilai Publik yang dikenakan sanksi pencabutan izin, sehingga pencabutan izin berjumlah 9 (sembilan) orang.

Persentase Akuntan Publik dan Penilai Publik yang patuh terhadap standard profesi, kode etik dan peraturan perundang-undangan pada tahun 2012 adalah:

((1.360 – 9)/1.360) X 100% = 99,34%

Keberhasilan pencapaian target tersebut, merupakan hasil dari upaya-upaya yang telah dilakukan, antara lain:

1) diselenggarakannya sosialisasi atas standar profesi, kode etik, dan peraturan perundang-undangan kepada Akuntan Publik dan Penilai Publik. Selama tahun 2012 telah diselenggarakan sosialisasi di beberapa kota besar di Indonesia sebanyak 24 kegiatan;

2) adanya kegiatan dalam rangka meningkatkan kompetensi Akuntan Publik dan Penilai Publik melalui kegiatan Pendidikan Profesional Berkelanjutan (PPL). Pada tahun 2012 telah diselenggarakan PPL Akuntan Publik sebanyak 14 kegiatan dan PPL Penilai Publik sebanyak 11 kegiatan;

3) dilaksanakannya law enforcement peraturan perundang-undangan yang berlaku atas pelanggaran yang dilakukan oleh Akuntan Publik dan Penilai Publik, Kantor Akuntan Publik dan Kantor Jasa Penilai Publik;

4) optimalisasi kegiatan pemeriksaan Akuntan Publik dan Penilai Publik. Selama tahun 2012 telah dilakukan pemeriksaan terhadap 98 Kantor Akuntan Publik dan 75 Kantor Jasa Penilai Publik;

5) dilaksanakannya kegiatan monitoring tindak lanjut atas rekomendasi hasil pemeriksaan.

d. Jumlah penyaluran investasi reguler (SJ-9.4). Target IKU dimaksud adalah Rp5 Trilyun dan

terealisasi Rp3,260 Trilyun sehingga diperoleh nilai capaian 65,20%.

IKU ini merupakan jumlah dana investasi di luar penugasan dari pemerintah yang besarnya dihitung dari nominal dana investasi yang diperjanjikan untuk diinvestasikan pada tahun berkenaan (accrual basis).

Realisasi IKU “Tingkat penyaluran investasi pemerintah” sebesar Rp3,260 Trilyun atau 64,94% dari target yang ditetapkan sebesar Rp5,02 Trilyun meliputi:

1) penyaluran kepada PT.PLN sejumlah Rp 3 Trilyun; 2) penyaluran kepada PT.INKA sejumlah Rp 118,5 Miliar;

3) penyaluran Kepada Pemkot Surakarta sejumlah Rp 30,75 Miliar; 4) penyaluran kepada Pemkab Karangasem (Pasar) sejumlah Rp 23,41; 5) penyaluran kepada Pemkab Karangasem (RSUD) sejumlah Rp 6,65 M; dan 6) penyaluran kepada Pemkab Muko-Muko sejumlah Rp 16,72 Miliar; 7) penyaluran kepada Pemprov Bandar Lampung sejumlah Rp 39,77 Miliar; 8) penyaluran kepada Pemprov Sulawesi Tenggara sejumlah Rp 19,20 Miliar; serta 9) penyaluran kepada Pemkab Lombok Timur sejumlah Rp 4,93 Miliar.

Target penyaluran investasi pemerintah tidak dapat tercapai pada tahun 2012 disebabkan oleh: 1) banyak proposal pinjaman yang masuk tidak memenuhi syarat administratif dan Pemda

masih memerlukan waktu untuk memenuhi syarat efektif penyaluran berdasarkan komitmen yang telah disepakati perjanjian pinjaman;

2) pembelian saham divestasi PT. NNT belum dapat direalisasikan pembayarannya, disebabkan karena adanya perdebatan legal tentang status instrumen penyertaan modal, dimana terdapat pendapat mengenai keharusan meminta ijin kepada DPR untuk melakukan penyertaan modal terkait dengan putusan Mahkamah Konstitusi pada sengketa kewenangan antar lembaga negara atas pembelian saham divestasi PT Newmont Nusa Tenggara.

Dalam rangka meningkatkan penyaluran investasi pemerintah pada tahun-tahun mendatang, beberapa strategi telah dirumuskan, yaitu:

a. mengembangkan portofolio investasi pinjaman, yang semula untuk pemerintah daerah ditambah lagi untuk peningkatan pinjaman ke Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dengan cara melaksanakan sosialisasi khususnya untuk modal kerja; dan

b. pengembangan portofolio investasi surat berharga dengan cara menyiapkan saran dan prasarana internal (regulasi) dan lain-lain serta melakukan komunikasi secara instensif dengan stakeholders dan Dewan Perwakilan Rakyat.

e. Persentase pengembangan dan implementasi manajemen vendor (SJ-9.5). Target IKU

dimaksud adalah 100% dan terealisasi 100% sehingga diperoleh nilai capaian 100%.

IKU ini merupakan salah satu Kontrak Kinerja Sekretaris Jenderal Kementerian Keuangan dengan Menteri Keuangan (Kontrak Kinerja Kemenkeu-One). Pada indikator kinerja ini yang diukur adalah persentase dari pengembangan sistem vendor manajemen. Target yang telah ditetapkan pada tahun ini adalah 100%, dengan hasil pencapaian indikator kinerja sebesar 100%.

Dalam pencapaian IKU dimaksud, langkah-langkah strategis yang telah dilakukan oleh Sekretariat Jenderal, antara lain:

1) Penyusunan konsep dan desain.

Sekretariat Jenderal c.q. Pusat LPSE menyusun konsep dan arsitektur vendor management yang disusun juga dalam bentuk TOR, pada Minggu III Januari s.d Februari.

2) Study Visit

Study Visit untuk menyusun benchmarking knowledge dilakukan di tiga tempat yaitu: a. PT. Bank Mandiri untuk Procurement and Fixed Asset Group pada tanggal 28 Februari

2012;

b. PT. Pertamina pada tanggal 6 Februari 2012; dan c. PT. Telkom pada tanggal 27 April 2012.

3) Digitalisasi dokumen penyedia barang/jasa.

Dilakukan dengan melakukan digitalisasi dokumen penyedia sebanyak 400 penyedia untuk penyediaan database vendor management.

4) Penyusunan proses bisnis.

Proses bisnis disusun dan ditetapkan dengan Keputusan Kepala Pusat LPSE sebagai Pedoman Pelaksanaan vendor management.

5) Penyusunan legal basic

Dilakukan dengan penyusunan payung hukum kebijakan vendor management yang selanjutnya ditetapkan sebagai Peraturan Menteri Keuangan Nomor 139/PMK.01/2012 tentang Mekanisme Registrasi, Verifikasi dan Penilaian Kinerja Penyedia Barang/Jasa pada Pusat LPSE Kementerian Keuangan.

6) Penyusunan User Requirement.

Dilakukan spesifikasi teknis vendor management yang menghasilkan User Requirement pada 29 Juni 2012.

7) Pengembangan aplikasi.

Pusat LPSE Kementerian Keuangan sebagai pengguna telah menyusun Software Requirement Specification/SRS, dan menyampaikan kepada Pusintek sebagai pengembang Aplikasi yang kemudian dibangun pada bulan Oktober 2012.

8) User Acceptance Test (UAT).

Pusintek melaksanakan UAT kepada Pusat LPSE selaku user pada bulan November dalam rangka menguji performa dan fitur-fitur aplikasi yang ada untuk memastikan aplikasi telah sesuai yang diharapkan.

9) Piloting.

Pada bulan November sudah dilaksanakan piloting untuk 25 (dua puluh lima) vendor yang merupakan tahap terakhir dari seluruh pengembangan sesuai formula pada Manual IKU.

Dalam pelaksanaan pengembangan dan implementasi manajemen vendor seringkali ditemui kendala, antara lain:

1) keterbatasan referensi sebagai acuan dalam menyusun konsep dan desain.

2) belum ada landasan hukum tentang vendor management dalam Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 dan Peraturan LKPP.

3) tim pengembang aplikasi juga sedang mengembangkan aplikasi yang lain, sehingga penyelesaian membutuhkan waktu yang lebih lama.

4) tidak semua PPK berpartisipasi dalam penilaian kinerja penyedia barang dan jasa. 5) sebagian besar data penyedia barang dan jasa masih dalam bentuk hard copy.

Dalam rangka mengatasi kendala tersebut di atas, Sekretariat Jenderal c.q. Pusat LPSE telah menempuh upaya-upaya, yaitu:

1) mencari literatur yang relevan buku, jurnal dan artikel online dan melaksanakan pelatihan terkait vendor management dan supply chain management.

2) melakukan study visit ke BUMN yang merupakan holding company dan atau memiliki banyak kantor cabang yang tersebar diseluruh wilayah Indonesia.

3) menyusun PMK sebagai payung hukum implementasi vendor management system.

4) mempersiapkan data yang diperlukan untuk piloting sebelum sistem dibangun, sehingga pada saat sistem selesai dibangun data bisa langsung di input.

5) melakukan digitalisasi data.

f. Indeks ketepatan waktu penyelesaian tindak lanjut Instruksi Presiden (SJ-9.6). Target

IKU dimaksud adalah 80 (tepat waktu) dan terealisasi 81,67, sehingga diperoleh nilai capaian 102,09%.

Instruksi Presiden yang perlu ditindaklanjuti adalah seluruh aksi dan keluaran dalam Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 17 Tahun 2011 tentang Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Tahun 2012 dan Inpres lain yang harus dilaksanakan atau dihasilkan pada periode tahun berjalan dan menjadi tanggung jawab Kementerian Keuangan. Pelaksanaan aksi serta monitoring dan evaluasi keluaran Inpres dilaksanakan oleh unit eselon I yang memiliki tugas, fungsi, dan kewenangan terkait atau unit yang ditunjuk langsung oleh Menteri Keuangan.

Batas waktu penyelesaian adalah target waktu penyelesaian sebagaimana disebutkan dalam Inpres terkait. Batas waktu penyelesaian tindak lanjut Inpres dimaksud adalah 2 bulan sebelum batas waktu penyelesaian. Pada laporan capaian, harus disajikan informasi sebagai berikut: 1) persentase Inpres yang sudah diselesaikan; dan

2) rincian (termasuk alasan) Inpres yang belum diselesaikan.

Ketepatan waktu penyelesaian tindak lanjut Instruksi Presiden diukur melalui indeksasi dengan range 0-100 sebagaimana tabel berikut:

TABEL 15

INDEKS RANGE WAKTU PENYAMPAIAN LAPORAN TINDAK LANJUT INPRES

Dalam dokumen PENGANTAR LAKIP SETJEN TAHUN 2012 (Halaman 42-48)

Dokumen terkait