PENGANTAR
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Sekretariat Jenderal Kementerian Keuangan Tahun Anggaran 2012 dibuat sebagai salah satu wujud pertanggungjawaban atas keberhasilan/kegagalan pencapaian Sasaran Strategis yang dibebankan kepada Sekretariat Jenderal Kementerian Keuangan. LAKIP ini disusun sesuai dengan amanat Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah, Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, dan Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi.
Secara eksternal, LAKIP dapat berperan sebagai alat penilai kinerja secara kuantitatif, dan sebagai wujud transparansi pelaksanaan tugas dan fungsi dalam rangka menuju tercapainya tata kelola kepemerintahan yang baik (good governance). Sedangkan secara internal, LAKIP merupakan salah satu alat kendali sekaligus alat untuk memacu peningkatan kinerja setiap unit organisasi yang ada di lingkungan Sekretariat Jenderal Kementerian Keuangan.
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 184/PMK.01/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Keuangan, tugas Sekretariat Jenderal adalah melaksanakan koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan, dan pemberian dukungan administrasi kepada seluruh unit organisasi di lingkungan Kementerian Keuangan. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Sekretariat Jenderal menyelenggarakan fungsi:
1. koordinasi kegiatan Kementerian Keuangan;
2. penyelenggaraan pengelolaan administrasi umum untuk mendukung kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsi Kementerian Keuangan;
3. penyelenggaraan hubungan kerja di bidang administrasi dengan Kementerian Koordinator, Kementerian Negara, Kementerian lain, Lembaga Pemerintah Non Kementerian, dan lembaga lain yang terkait; dan
4. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Menteri Keuangan.
Secara internal, LAKIP merupakan salah satu alat kendali sekaligus alat untuk memacu peningkatan kinerja setiap unit organisasi yang ada di lingkungan Sekretariat
Jenderal Kementerian Keuangan
Selanjutnya dalam melaksanakan tugas yang menjadi tanggungjawabnya, Sekretariat Jenderal telah ditetapkan sebagai penggerak utama (prime mover) transformasi kelembagaan pada Kementerian Keuangan yang mempunyai peran yang sangat strategis dalam reformasi birokrasi terutama dalam menjalankan proses bisnis dan penataan organisasi, serta memberikan counseling dan coaching di bidang kelembagaan dan ketatalaksanaan, capacity building, dan pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK).
Pelaksanaan tugas dan fungsi Sekretariat Jenderal tersebut dituangkan dalam format LAKIP Sekretariat Jenderal Tahun Anggaran 2012 pada halaman-halaman berikut ini. Demikian LAKIP ini disusun agar setiap pemangku kepentingan mendapatkan gambaran yang jelas dan transparan mengenai pelaksanaan tugas dan fungsi Sekretariat Jenderal, dalam rangka pencapaian visi dan misi yang dibebankan kepada Sekretariat Jenderal Kementerian Keuangan.
Jakarta, 27 Februari 2013 Sekretaris Jenderal,
Kiagus Ahmad Badaruddin NIP 19570329 197803 1 001
RINGKASAN EKSEKUTIF
Dalam program dan action plan tahun 2010-2014, Sekretariat Jenderal dinyatakan sebagai penggerak utama (prime mover) Transformasi Kelembagaan, berperan dalam pelaksanaan reformasi birokrasi terutama dalam menjalankan proses bisnis, penataan kelembagaan, capacity building, pemanfaatan TIK serta memberikan counseling serta coaching dalam pelaksanaan tugasnya. Sekretariat Jenderal selain mempunyai tugas melaksanakan koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan, dan pemberian dukungan administrasi kepada seluruh unit organisasi di lingkungan Kementerian Keuangan, ke depannya tidak hanya memberikan pelayanan teknis dan administratif pada semua unit organisasi di lingkungan Kementerian Keuangan, tetapi juga harus berperan sebagai pemikir/analis dan penggerak utama (prime mover).
Dalam menjalankan peran strategis tersebut, pelaksanaannya dilakukan antara lain dengan menyediakan dana/belanja operasional, menyediakan sarana dan prasarana, menyempurnakan organisasi dan ketatalaksanaan, serta menyempurnakan dan membangun hukum/peraturan perundang-undangan dengan mengikuti perkembangan aspirasi masyarakat, pelayanan informasi di bidang keuangan negara dan teknologi informasi serta dukungan yang bersifat administratif lainnya agar pelaksanaan tugas pimpinan dapat dilaksanakan secara optimal.
Secara rinci peran strategis dimaksud dapat dilihat dalam Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja Utama (IKU) Sekretariat Jenderal Tahun 2012, sebagaimana yang akan diuraikan dalam Bab II tentang Rencana Strategis dan Penetapan Kinerja, dimana pada tahun 2012 telah ditetapkan 13 (tiga
belas) Sasaran Strategis dengan 27 (dua puluh tujuh) IKU. Ketigabelas Sasaran Strategis tersebut
dan tingkat capaiannya dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Sasaran Strategis 1 adalah Tingkat Kepuasan Pengguna Layanan yang Tinggi (SJ-1).
Sasaran ini didukung 1 (satu) IKU, yaitu Indeks Kepuasan Pengguna Layanan (SJ-1.1), dengan target 3,92, terealisasi 3,90 sehingga diperoleh nilai capaian 99,49 %.
2. Sasaran Strategis 2 adalah Pembentukan SDM yang Berkompetensi Tinggi (SJ-2).
Sasaran ini didukung oleh 1 (satu) IKU, yaitu Persentase Pejabat yang Telah Memenuhi
Standar Kompetensi Jabatannya (SJ-2.1), dengan target 82,50%, terealisasi 85,98% sehingga
diperoleh nilai capaian 104,22 %.
3. Sasaran Strategis 3 adalah Pengembangan Organisasi yang Andal (SJ-3).
Sasaran ini didukung oleh 1 (satu) IKU, yaitu Jumlah penyelesaian SOP-Link (SJ-3.1), dengan target 12 SOP, terealisasi 14 SOP sehingga diperoleh nilai capaian 116,67%.
4. Sasaran Strategis 4 adalah Layanan Legislasi dan Litigasi yang Andal (SJ.4).
Sasaran ini didukung oleh 2 (dua) IKU, yaitu persentase putusan perkara perdata dan hak uji materiil UU in kracht yang dimenangkan (SJ-4.1) dan persentase Peraturan/Keputusan Menteri Keuangan yang sinergi, harmonis, dan sinkron dengan peraturan perundangan lainnya (SJ-4.2). Capaian dari kedua IKU tersebut dapat dijelaskan secara ringkas sebagai berikut:
a. Persentase putusan perkara perdata dan hak uji materiil UU in kracht yang
dimenangkan (SJ-4.1) dengan target 65%, terealisasi 78,95% sehingga diperoleh nilai
capaian 120%.
b. Persentase Peraturan/Keputusan Menteri Keuangan yang sinergi, harmonis, dan
sinkron dengan peraturan perundangan lainnya (SJ-4.2) dengan target 100%, terealisasi
100% sehingga diperoleh nilai capaian 100%.
5. Sasaran Strategis 5 adalah Pengelolaan Keuangan dan Kekayaan Negara yang Optimal (SJ-5).
Sasaran ini didukung oleh 3 (tiga) IKU, yaitu Indeks kualitas laporan keuangan (SJ-5.1), Persentase penyerapan DIPA Kementerian Keuangan (non belanja pegawai) (SJ-5.2), Jumlah bidang tanah Kementerian Keuangan yang di sertifikatkan pada tahun 2012 (SJ-5.3). Capaian dari ketiga IKU tersebut dapat dijelaskan secara ringkas sebagai berikut:
a. Indeks kualitas laporan keuangan (SJ-5.1) dengan target WTP (4), terealisasi WTP (4) sehingga diperoleh nilai capaian 100%.
b. Persentase penyerapan DIPA Kementerian Keuangan (non belanja pegawai) (SJ-5.2) dengan target 95%, terealisasi 85,26% sehingga diperoleh nilai capaian 89,75%.
c. Jumlah bidang tanah Kementerian Keuangan yang disertifikatkan pada tahun 2012
(SJ-5.3) dengan target 50 sertifikat (direvisi menjadi 75 sertifikat), terealisasi 259 sertifikat
sehingga diperoleh nilai capaian 120%.
6. Sasaran Strategis 6 adalah Perwujudan TIK yang terintegrasi dan Andal (SJ.6).
Sasaran ini didukung oleh 1 (satu) IKU, yaitu Persentase integrasi TIK Kementerian
Keuangan (SJ-6.1), dengan target 60%, terealisasi 53,78% sehingga diperoleh nilai capaian
89,63%.
7. Sasaran Strategis 7 adalah Penyusunan Kebijakan Pembinaan dan Koordinasi yang Dinamis (SJ-7).
Sasaran ini didukung oleh 1 (satu) IKU, yaitu Jumlah kebijakan pembinaan dan koordinasi
yang diselesaikan (SJ-7.1), dengan target 23 buah, terealisasi 30 buah sehingga diperoleh nilai
capaian 120%.
8. Sasaran Strategis 8 adalah Layanan Kesekretariatan yang Optimal (SJ-8).
Sasaran ini didukung oleh 3 (tiga) IKU, yaitu waktu rata-rata penyelesaian konsep jawaban perkara perdata di pengadilan tingkat pertama (SJ-8.1), waktu rata-rata penyelesaian surat keputusan penghapusan Barang Milik Negara (SJ-8.2), dan persentase ketepatan waktu pelaksanaan kegiatan komunikasi publik (SJ-5.3). Capaian dari ketiga IKU tersebut dapat dijelaskan secara ringkas sebagai berikut:
a. Waktu rata-rata penyelesaian konsep jawaban perkara perdata di pengadilan tingkat
pertama (SJ-8.1) dengan target 19 hari, terealisasi 12,59 hari sehingga diperoleh nilai
capaian 120%.
b. Waktu rata-rata penyelesaian surat keputusan penghapusan Barang Milik Negara
(SJ-8.2) dengan target 20 hari, terealisasi 16,5 hari sehingga diperoleh nilai capaian 117,50%.
c. Persentase ketepatan waktu pelaksanaan kegiatan komunikasi publik (SJ-5.3) dengan target 100%, terealisasi 100% sehingga diperoleh nilai capaian 100%.
9. Sasaran Strategis 9 adalah Peningkatan Pelaksanaan Tugas Lainnya (SJ-9).
Sasaran ini didukung oleh 6 (enam) IKU, yaitu waktu rata-rata administrasi proses persidangan (SJ-9.1), persentase bahan masukan yang digunakan oleh Komite Pengawas Perpajakan (SJ-9.2), persentase Akuntan Publik dan Penilai Publik yang patuh terhadap standar profesi, kode etik, dan peraturan perundang-undangan (SJ-9.3), jumlah penyaluran investasi reguler (SJ-9.4), persentase pengembangan dan implementasi manajemen vendor (SJ-9.5), dan indeks ketepatan waktu penyelesaian tindak lanjut Instruksi Presiden (SJ-9.6). Capaian dari keenam IKU tersebut dapat dijelaskan secara ringkas sebagai berikut:
a. Waktu rata-rata administrasi proses persidangan (SJ-9.1) dengan target 9 bulan, terealisasi 4,16 bulan sehingga diperoleh nilai capaian 120%.
b. Persentase bahan masukan yang digunakan oleh Komite Pengawas Perpajakan (SJ-9.2) dengan target 90%, terealisasi 100% sehingga diperoleh nilai capaian 111,11%.
c. Persentase Akuntan Publik dan Penilai Publik yang patuh terhadap standar profesi,
kode etik, dan peraturan perundang-undangan (SJ-9.3) dengan target 95%, terealisasi
99,34% sehingga diperoleh nilai capaian 104,57%.
d. Jumlah penyaluran investasi reguler (SJ-9.4) dengan target Rp5 Trilyun, terealisasi Rp3,260 Trilyun sehingga diperoleh nilai capaian 65,20%.
e. Persentase pengembangan dan implementasi manajemen vendor (SJ-9.5) dengan target 100%, terealisasi 100% sehingga diperoleh nilai capaian 100%.
f. Indeks ketepatan waktu penyelesaian tindak lanjut Instruksi Presiden (SJ-9.6) dengan target 80 (tepat waktu), terealisasi 81,67 sehingga diperoleh nilai capaian 102,09%.
10. Sasaran Strategis 10 adalah Pengembangan SDM Setjen yang Berkompetensi Tinggi (SJ-10).
Sasaran ini didukung oleh 1 (satu) IKU, yaitu Persentase pejabat Setjen yang telah memenuhi
standar kompetensi jabatannya (SJ-10.1), dengan target 82,5% (direvisi menjadi 87%),
terealisasi 87,40% sehingga diperoleh nilai capaian 100,46%.
11. Sasaran Strategis 11 adalah Pengembangan Organisasi Setjen yang Andal (SJ-11).
Sasaran ini didukung oleh 4 (empat) IKU, yaitu persentase mitigasi risiko yang telah dijalankan (SJ-11.1), indeks reformasi birokrasi (SJ-11.2), indeks kepuasan pegawai (SJ-11.3), dan persentase policy recomendation hasil pengawasan yang ditindaklanjuti (SJ-11.4). Capaian dari keempat IKU tersebut dapat dijelaskan secara ringkas sebagai berikut:
a. Persentase mitigasi risiko yang telah dijalankan (SJ-11.1) dengan target 70%, terealisasi 90,32% sehingga diperoleh nilai capaian 120%.
b. Indeks reformasi birokrasi (SJ-11.2) dengan target 92, terealisasi 93,38 sehingga diperoleh nilai capaian 101,50%.
c. Indeks kepuasan pegawai (SJ-11.3) dengan target 3, terealisasi 3,18 sehingga diperoleh nilai capaian 106%.
d. Persentase policy recomendation hasil pengawasan yang ditindaklanjuti (SJ-11.4) dengan target 85%, terealisasi 85% sehingga diperoleh nilai capaian 100%.
12. Sasaran Strategis 12 adalah Pengelolaan Layanan TIK yang Andal (SJ-12).
Sasaran ini didukung oleh 2 (dua) IKU, yaitu persentase pencapaian layanan terhadap ketentuan yang disepakati pada katalog layanan (SJ-12.1), dan persentase akurasi data SIMPEG (SJ-12.2). Capaian dari kedua IKU tersebut dapat dijelaskan secara ringkas sebagai berikut:
a. Persentase pencapaian layanan terhadap ketentuan yang disepakati pada katalog
layanan (SJ-12.1) dengan target 97%, terealisasi 98,83% sehingga diperoleh nilai capaian
100,76 %.
b. Persentase akurasi data SIMPEG (SJ-12.2) dengan target 100%, terealisasi 100% sehingga diperoleh nilai capaian 100%.
13. Sasaran Strategis 13 adalah Pelaksanaan Anggaran Setjen yang Optimal (SJ-13).
Sasaran ini didukung oleh 1 (satu) IKU, yaitu Persentase penyerapan DIPA Setjen (non
belanja pegawai) (SJ-13.1) dengan target 95%, terealisasi 66,17% sehingga diperoleh nilai
capaian 69,65 %.
Dari 13 (tiga belas) SS tersebut, terdapat beberapa IKU yang tidak mencapai 100% adalah sebagaimana tampak pada Tabel 1 berikut ini.
TABEL 1
REALISASI IKU-IKU YANG TIDAK MENCAPAI TARGET NO. SASARAN
STRATEGIS IKU TARGET REALISASI CAPAIAN
1. Tingkat kepuasan Pengguna layanan yang tinggi (SJ.1)
Indeks kepuasan pengguna layanan (SJ-1.1)
3,92 3,90 99,49%
2. Pengelolaan Keuangan dan Kekayaan Negara yang Optimal
(SJ.5)
Persentase penyerapan DIPA Kementerian Keuangan (non belanja pegawai)
(SJ-5.2)
95% 85,26% 89,75%
3. Perwujudan TIK yang terintegrasi dan andal (SJ.6)
Persentase integrasi TIK Kementerian Keuangan (SJ-6.1) 60% 53,78% 89,63% 4. Peningkatan Pelaksanaan Tugas Lainnya (SJ.9)
Jumlah penyaluran investasi reguler (SJ-9.4) Rp5 Trilyun Rp3,260 Trilyun 65,20% 5. Pelaksanaan Anggaran
Setjen yang Optimal Persentase penyerapan DIPA Setjen (non belanja pegawai) (SJ-13.1)
95% 66,17% 69,65%
Berdasarkan capaian kinerja atas IKU tahun 2011 dimana terdapat 7 IKU yang tidak dapat memenuhi target, maka pada tahun 2012 terjadi peningkatan kinerja karena hanya 5 (lima) IKU yang tidak dapat memenuhi target. Oleh karena itu, diharapkan pada tahun mendatang capaian IKU Sekretariat Jenderal akan menjadi semakin lebih baik.
BAB I. PENDAHULUAN
TUGAS, FUNGSI, DAN STRUKTUR SEKRETARIAT JENDERAL
Sekretariat Jenderal berperan sebagai unsur pendukung yang memberikan pelayanan teknis dan administratif kepada semua unit di lingkungan Kementerian Keuangan. Dengan peranannya tersebut, Sekretariat Jenderal mempunyai tugas melaksanakan koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan, dan pemberian dukungan administrasi kepada seluruh unit organisasi di lingkungan Kementerian Keuangan sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan dan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sekretariat Jenderal juga melakukan pembinaan dalam pelaksanaan tugas antara lain di bidang sistem informasi dan teknologi keuangan, pembinaan akuntan dan jasa penilai, pelayanan bantuan hukum, harmonisasi kebijakan Menteri Keuangan, pelaksanaan investasi pemerintah, layanan pengadaan secara elektronik, administrasi pengadilan pajak, dan pelayanan teknis dan administratif dalam rangka mendukung pelaksanaan tugas Komite Pengawas Perpajakan.
Tugas dan fungsi di atas dilaksanakan oleh 8 (delapan) Biro, 5 (lima) Pusat, 2 (dua) Sekretariat, serta 3 (tiga) orang Tenaga Pengkaji sebagaimana tampak pada Tabel 2
TABEL 2
UNIT-UNIT ESELON II DI LINGKUNGAN SEKRETARIAT JENDERAL NO. NAMA UNIT NO. NAMA UNIT
1. Biro Perencanaan dan Keuangan 10. Pusat Pembinaan Akuntan dan Jasa Penilai
2. Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan 11. Pusat Analisis dan Harmonisasi Kebijakan
3. Biro Hukum 12. Pusat Investasi Pemerintah
4. Biro Bantuan Hukum 13. Pusat Layanan Pengadaan Secara Elektronik
5. Biro Sumber Daya Manusia 14. Sekretariat Pengadilan Pajak
6. Biro Komunikasi dan Layanan Informasi 15. Sekretariat Komite Pengawas Perpajakan
7. Biro Perlengkapan 16. Tenaga Pengkaji Bidang Sumber Daya Aparatur
8. Biro Umum 17. Tenaga Pengkaji Bidang Perencanaan Strategik
9. Pusat Informasi dan Teknologi Keuangan 18. Tenaga Pengkaji Bidang Pengelolaan Kekayaan Negara
Secara struktural, organisasi Sekretariat Jenderal digambarkan sebagaimana struktur organisasi pada Lampiran laporan ini.
Dalam program dan action plan Tahun 2010-2014 Sekretariat Jenderal selaku unit organisasi penggerak utama (prime mover) Transformasi Kelembagaan pada Kementerian Keuangan mempunyai peran yang sangat strategis dalam reformasi birokrasi terutama dalam menjalankan proses bisnis serta memberikan counseling dan coaching di bidang kelembagaan dan ketatalaksanaan, capacity building and human resources development, dan pemanfaatan TIK. Sekretariat Jenderal ke depan tidak hanya menitikberatkan pada fungsi supporting saja, tetapi harus lebih menitikberatkan pada peran sebagai pemikir/analis dan penggerak utama (prime mover) Transformasi Kelembagaan.
Dalam rangka pencapaian tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan, pelaksanaan kegiatan Sekretariat Jenderal didukung oleh sumber daya manusia sebanyak 2.207 orang (Biro SDM, per 31 Desember 2012) sebagaimana terdapat pada Tabel 3. Sebagai prime mover tentu diperlukan SDM yang berkompetensi tinggi yang tercermin dari pegawai Sekretariat Jenderal yang memiliki persentase pegawai dengan jenjang pendidikan Sarjana/D-IV ke atas sebesar 55,23% (1.219 orang) dari total pegawai Sekretariat Jenderal. Angka tersebut lebih tinggi dari rata-rata Kementerian Keuangan sebesar 45,99%. Komposisi pegawai Sekretariat Jenderal berdasarkan pendidikan disajikan pada Tabel 3 sebagai berikut.
TABEL 3
JUMLAH SDM BERDASARKAN JENJANG PENDIDIKAN
NO. JENJANG PENDIDIKAN JUMLAH
1. SD 27 orang
2. SMP 32 orang
3. SMU/D-I/D-II 522 orang
4. Diploma-III (D-III) 407 orang
5. Diploma-IV (D-IV) 34 orang
6. Sarjana (S1) 929 orang
7. Master/S2 246 orang
8. Doktor/S3 10 orang
TOTAL 2.207 orang
PERAN STRATEGIS SEKRETARIAT JENDERAL
Peran strategis Sekretariat Jenderal terkait dengan tugas dan fungsi Kementerian Keuangan adalah: 1. menyiapkan penyusunan rencana program jangka panjang, jangka menengah, jangka pendek dan
srategik, mengolah, menelaah dan mengkoordinasikan perumusan program dan kebijakan yang berhubungan dengan kegiatan Kementerian, serta melaksanakan pengelolaan dan pembinaan keuangan Kementerian berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
2. melaksanakan pembinaan dan penataan organisasi dan tatalaksana pada semua satuan organisasi di lingkungan Kementerian;
3. mengkoordinasikan dan melaksanakan perumusan peraturan perundang-undangan, serta memberikan bantuan hukum dan pertimbangan hukum yang berkaitan dengan tugas Kementerian;
4. melaksanakan pengelolaan dan pembinaan kepegawaian di lingkungan Kementerian sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
5. mengkoordinasikan penyusunan program komunikasi publik, mengkomunikasikan kebijakan fiskal dan hasil pelaksanaannya, melaksanakan edukasi publik mengenai peraturan perundangan di bidang keuangan dan mengelola opini publik dalam rangka mendapatkan dukungan dan partisipasi masyarakat serta menyiapkan penyelenggaraan rapat kerja dan pembahasan rancangan undang-undang bidang keuangan dengan Dewan Perwakilan Rakyat;
6. melaksanakan pembinaan administrasi dan pengelolaan perlengkapan/kekayaan Kementerian berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku; dan
7. membina pelaksanaan ketatausahaan Kementerian dan melaksanakan urusan tata usaha, rumah tangga serta pemberian pelayanan yang menunjang pelaksanaan tugas Kantor pusat Kementerian.
SISTEMATIKA LAPORAN
Laporan ini disusun degan menggunakan sistematika sebagai berikut: BAB I Pendahuluan
BAB II Rencana Strategis dan Penetapan Kinerja
BAB III Akuntabilitas Kinerja dan Akuntabilitas Keuangan BAB IV Penutup
Sesuai dengan tugas dan fungsi tersebut di atas, selama Tahun 2012 Sekretariat Jenderal telah melaksanakan kegiatan-kegiatan seperti diuraikan dalam Bab II laporan ini.
BAB II. RENCANA STRATEGIS DAN PENETAPAN
KINERJA
RENCANA
STRATEGIS
Perencanaan strategis merupakan serangkaian rencana tindakan dan kegiatan yang bersifat mendasar dan dibuat secara integral, efisien, dan koordinatif. Dalam kurun waktu 2010-1014 dengan berorientasi kepada hasil yang ingin dicapai selama 5 (lima) tahun dan memperhitungkan potensi, peluang, serta kendala yang ada maupun tantangan yang mungkin terjadi, Sekretariat Jenderal melaksanakan pembinaan dan perencanaan di bidang kepegawaian, keuangan, perlengkapan, organisasi dan tatalaksana, hukum, hubungan antar lembaga dan masyarakat, dan administrasi serta koordinasi terhadap pelaksanaan kerja unit organisasi di lingkungan Kementerian Keuangan.
Dalam melaksanakan tugas yang menjadi tanggungjawabnya, visi Sekretariat Jenderal yang telah ditetapkan dalam Rencana Strategis (Renstra) Sekretariat Jenderal Tahun 2010-2014 sebagaimana ditetapkan dalam Keputusan Sekretariat Jenderal Nomor KEP-38/SJ/2010 adalah:
Menunjang Tercapainya Pengelola Keuangan dan Kekayaan Negara yang Dipercaya dan Akuntabel
Dari visi tersebut, yang dimaksud dengan Menunjang Tercapainya adalah Sekretariat Jenderal sebagai unit pendukung (supporting unit) bagi Kementerian Keuangan, yaitu memberikan dukungan pelayanan administratif bagi semua unit di lingkungan Kementerian Keuangan agar pelaksanaan tugas teknis dapat berjalan dengan baik dan lancar. Adapun arti Pengelola Keuangan dan
Kekayaaan Negara adalah Kementerian Keuangan sebagai lembaga/institusi yang mempunyai tugas
menghimpun dan mengalokasikan keuangan negara dan memelihara barang milik negara. Kemudian
Dipercaya artinya semakin meningkatnya kepercayaan masyarakat karena pengelolaan keuangan dan
kekayaan negara dilakukan secara transparan, yaitu semua penerimaan negara, belanja negara, dan pembiayaan defisit anggaran dilakukan melalui mekanisme Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Sedangkan yang dimaksud dengan Akuntabel adalah bahwa pengelolaan keuangan dan kekayaan negara mengacu pada praktik terbaik internasional yang berlandaskan asas profesionalitas, proporsionalitas, dan keterbukaan.
Dalam rangka pencapaian visi dimaksud, telah ditetapkan misi Sekretariat Jenderal, yaitu:
1. membangun dan mengembangkan organisasi berlandaskan administrasi publik sesuai dengan tuntutan masyarakat;
2. membangun dan mengembangkan SDM yang amanah, profesional, berintegritas tinggi, dan bertanggungjawab;
3. membangun dan mengembangkan teknologi informasi keuangan yang modern dan terintegrasi serta sarana dan prasarana strategis lainnya;
4. membangun dan mengembangkan tata kelola yang tertib dan handal; dan 5. menjamin pelaksanaan teknis lainnya yang optimal.
Menteri Keuangan dalam Rapat Dinas (Radin) Sekretariat Jenderal pada tanggal 16-17 Desember 2010 telah menetapkan Sekretariat Jenderal sebagai penggerak utama (prime mover) transformasi kelembagaan Kementerian Keuangan. Kemudian, visi sebagaimana telah ditetapkan dalam Renstra Tahun 2010-2014 tersebut dalam perkembangannya telah dilakukan penyempurnaan dan dicantumkan dalam Peta Strategi Tahun 2012, yaitu:
Menjadi Penggerak Utama Transformasi Kelembagaan untuk Tercapainya Pengelolaan Keuangan dan Kekayaan Negara yang Dipercaya dan Akuntabel.
Dalam perubahan visi ini, diharapkan dengan mengubah kata “Menunjang” dengan “Menjadi Penggerak Utama Transformasi Kelembagaan”, dapat mengubah peranan Sekretariat Jenderal untuk tidak hanya bersifat administratif dan hanya sebagai unit penunjang dan pendukung pelayanan terhadap unit eselon lainnya, namun menjadi penggerak utama (prime mover) Transformasi Kelembagaan.
Dalam rangka implementasi atau penjabaran dari misi, ditetapkan tujuan yang merupakan sesuatu yang akan dicapai atau dihasilkan pada kurun waktu tertentu, yaitu satu sampai dengan lima tahun ke depan dalam tahun 2010-2014. Tujuan yang akan dicapai adalah:
1. terwujudnya tata kelola yang baik dan kualitas layanan dan dukungan yang tinggi pada semua Eselon I di Kementerian Keuangan; dan
2. tingkat kepercayaan stakeholders (internal dan eksternal) yang tinggi.
Penjabaran dari tujuan di atas secara lebih spesifik, terukur, dan dapat dicapai secara nyata dalam jangka waktu tahunan, semesteran, atau bulanan dituangkan dalam sasaran. Perumusan sasaran tersebut menggunakan kriteria Specific, Measurable, Achievable, Realistic, Time Bound (SMART). Atas dasar itu, sasaran tahun 2010-2014 Sekretariat Jenderal Kementerian Keuangan ditetapkan sebagai berikut:
1. terwujudnya SDM yang berintegritas dan berkompetensi tinggi; 2. terwujudnya organisasi yang handal dan modern;
3. terwujudnya good governance;
4. terwujudnya dan termanfaatkannya TIK yang terintegrasi; dan 5. tercapainya akuntabilitas laporan keuangan.
Strategi adalah cara untuk mencapai tujuan dan sasaran, yang dijabarkan ke dalam kebijakan-kebijakan dan program-program. Adapun strategi yang ditetapkan dalam Roadmap 2010-2014 Kementerian Keuangan yang berkaitan dengan tugas dan fungsi Sekretariat Jenderal meliputi : 1. pembentukan SDM Kementerian Keuangan yang berintegritas dan berkompetensi tinggi; 2. pengembangan organisasi Kementerian keuangan yang handal dan modern;
3. pembangunan sistem TIK Kementerian Keuangan yang terintegrasi; 4. pengelolaan anggaran Kementerian Keuangan yang optimal; 5. Tata kelola yang tertib dan handal; dan
Program merupakan kumpulan kegiatan nyata, sistematis, dan terpadu yang dilaksanakan oleh satu atau beberapa instansi pemerintah dalam rangka kerjasama dengan masyarakat guna mencapai tujuan dan sasaran yang ditetapkan. Program Sekretariat Jenderal yang telah ditetapkan berdasarkan RPJM 2010-2014 yang dijabarkan lebih lanjut dalam Renstra 2010-2014 terdiri atas 1 (satu) program yaitu: Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian
Keuangan.
RENCANA KERJA, RENCANA KERJA DAN ANGGARAN K/L, DAN KONTRAK
KINERJA
Berdasarkan Renstra Tahun 2010-2014, Kementerian Keuangan menyusun Rencana Kerja (Renja) yang memuat kebijakan, program, dan kegiatan yang meliputi kegiatan pokok serta kegiatan pendukung untuk mencapai sasaran hasil program induknya, dan dirinci menurut indikator keluaran, sasaran keluaran pada tahun rencana, prakiraan sasaran tahun berikutnya, lokasi, pagu indikatif sebagai indikasi pagu anggaran, serta cara pelaksanaannya.
Keterkaitan antara Renja dan RKA adalah RKA memuat informasi yang tertuang dalam Renja, termasuk informasi alokasi pendanaan yang telah dimutakhirkan sesuai dengan kemampuan fiskal pemerintah (resources envelope). Informasi pendanaan dalam RKA memuat informasi Rincian Anggaran, antara lain: output, komponen input, jenis belanja, dan kelompok belanja.
Kementerian Keuangan telah menerapkan Balanced Scorecard (BSC) sebagai metode mengukur organisasi dan pegawai. BSC Kementerian Keuangan yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 454 /KMK.01/2011 tentang Pengelolaan Kinerja di Lingkungan Kementerian Keuangan terdiri dari dari sasaran-sasaran strategis dimana setiap sasaran strategis menjadi basis dalam penentuan Indikator Kinerja Utama (IKU).
IKU dalam setiap Sasaran Strategis dilengkapi dengan target, unit penanggung jawab, dan inisiatif strategis yang akan dimonitoring dan dievaluasi secara berkala. Penerapan BSC di lingkungan Kementerian Keuangan berfungsi sebagai Rencana Kerja Tahunan (RKT) yang memuat indikator kinerja dan target capaian kinerja pada suatu tahun anggaran. IKU dan target capaiannya disusun dengan memperhatikan dokumen-dokumen perencanaan serta penganggaran yang telah ditetapkan untuk menjamin keterkaitan antara dokumen perencanaan dan penganggaran serta RKT di lingkungan Kementerian Keuangan. IKU dan target IKU yang dicantumkan dalam Kontrak Kinerja (baik di Kemenkeu-Wide maupun Kemenkeu-One) dapat menggunakan ukuran-ukuran yang lebih spesifik atau target yang lebih tinggi untuk mendukung pencapaian target indikator yang ditetapkan
alam Renja. d
PENE
TAPAN KINERJA
Penetapan/perjanjian kinerja merupakan instrumen pelaksanaan Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi, dan merupakan tekad dan janji yang akan dicapai antara pimpinan unit kerja yang menerima amanah/tanggung jawab/kinerja dengan pihak yang memberikan amanah/tanggung jawab/kinerja. Dengan demikian, penetapan/perjanjian kinerja ini merupakan suatu janji kinerja yang akan diwujudkan oleh seorang pejabat penerima amanah kepada atasan langsungnya.
Penetapan/perjanjian kinerja di lingkungan Sekretariat Jenderal telah dilakukan dengan menggunakan metode Balanced Scorecard (BSC). Metode BSC digunakan sebagai instrumen perencanaan kinerja di lingkungan Sekretariat Jenderal yang dituangkan menjadi Sasaran Strategis. Sasaran strategis adalah faktor utama yang dikembangkan menjadi ukuran-ukuran strategis (IKU) dan targetnya. Untuk menjamin tercapainya sasaran dan target yang dimaksud secara optimal dan tepat waktu, visi dan misi Sekretariat Jenderal harus menjadi acuan sekaligus landasan penyusunan strategi. Dari visi dan misi tersebut kemudian dirumuskan Sasaran Strategis (SS). Sasaran strategis ini dipetakan di dalam peta strategi. BSC yang digunakan di Sekretariat Jenderal menerapkan 3 (tiga) perspektif, yaitu: Stakeholders/Customers Perspective, Internal Process Perspective, dan Learning and Growth Perspective. Tiga perspektif tersebut kemudian diuraikan ke dalam 13 (tiga belas) Sasaran Strategis sebagaimana tampak pada Gambar 1 pada halaman berikut.
GAMBAR 1
Jumlah Sasaran Strategis yang dikembangkan oleh Sekretariat Jenderal pada Peta Strategis (Strategy Map) Sekretariat Jenderal adalah 13 (tiga belas) Sasaran Strategis (SS) dengan 27 (dua puluh tujuh) IKU, sebagaimana tampak pada Tabel 4 pada halaman berikut. Rincian selengkapnya tentang IKU
ersebut dapat dilihat sebagai berikut. t
TABEL 4
SASARAN STRATEGIS SEKRETARIAT JENDERAL 2012
SASARAN STRATEGIS 1
Tingkat kepuasan pengguna layanan yang tinggi
Indikator Kinerja Utama (IKU) Realisasi 2011 Target 2012 Satuan
Indeks kepuasan pengguna layanan 3,79 3,92 -
SASARAN STRATEGIS 2
Pembentukan SDM yang berkompetensi tinggi
Indikator Kinerja Utama (IKU) Realisasi 2011 Target 2012 Satuan
Persentase pejabat yang telah memenuhi standar kompetensi jabatannya
87,59 82,50 %
SASARAN STRATEGIS 3 Pengembangan organisasi yang andal
Indikator Kinerja Utama (IKU) Realisasi 2011 Target 2012 Satuan
Jumlah penyelesaian SOP-Link 10 12 SOP
SASARAN STRATEGIS 4 Layanan legislasi dan ligitasi yang andal
Indikator Kinerja Utama (IKU) Realisasi 2011 Target 2012 Satuan
Persentase putusan perkara perdata dan hak uji materiil UU in kracht yang dimenangkan
N/A 65 %
Persentase peraturan/keputusan Menteri Keuangan yang sinergi, harmonis, dan sinkron dengan peraturan perundangan lainnya
N/A 100 %
SASARAN STRATEGIS 5
Pengelolaan keuangan dan kekayaan negara yang optimal
Indikator Kinerja Utama (IKU) Realisasi 2011 Target 2012 Satuan
Indeks kualitas laporan keuangan 3 (WDP) 4 (WTP) - Persentase penyerapan DIPA Kementerian
Keuangan (non belanja pegawai)
78,55 95 %
Jumlah bidang tanah Kementerian Keuangan yang di sertifikatkan pada tahun 2012
N/A 50 (direvisi menjadi 75)
SASARAN STRATEGIS 6
Perwujudan TIK yang terintegrasi dan andal
Indikator Kinerja Utama (IKU) Realisasi 2011 Target 2012 Satuan
Persentase integrasi TIK Kementerian Keuangan 40 60 %
SASARAN STRATEGIS 7
Penyusunan kebijakan pembinaan dan koordinasi yang dinamis
Indikator Kinerja Utama (IKU) Realisasi 2011 Target 2012 Satuan
Jumlah kebijakan pembinaan dan koordinasi yang diselesaikan
N/A 23 buah
SASARAN STRATEGIS 8 Layanan kesekretariatan yang optimal
Indikator Kinerja Utama (IKU) Realisasi 2011 Target 2012 Satuan
Waktu rata-rata penyelesaian konsep jawaban perkara perdata di pengadilan tingkat pertama
18,40 19 hari
Waktu rata-rata penyelesaian surat keputusan penghapusan Barang Milik Negara
N/A 20 hari
Persentase ketepatan waktu pelaksanaan kegiatan komunikasi publik
100 100 %
SASARAN STRATEGIS 9 Pengingkatan pelaksanaan tugas lainnya
Indikator Kinerja Utama (IKU) Realisasi 2011 Target 2012 Satuan
Waktu rata-rata administrasi proses persidangan N/A 9 bulan Persentase bahan masukan yang digunakan oleh
Komite Pengawas Perpajakan
100 90 %
Persentase Akuntan Publik dan Penilai Publik yang patuh terhadap standar profesi, kode etik, dan peraturan perundang-undangan
N/A 95 %
Jumlah penyaluran investasi reguler 4,712 Trilyun 5 Trilyun Rp Persentase pengembangan dan implementasi
manajemen vendor
N/A 100 %
Indeks ketepatan waktu penyelesaian tindak lanjut Instruksi Presiden
N/A 80 (tepat waktu)
-
SASARAN STRATEGIS 10
Pengembangan SDM Setjen yang berkompetensi tinggi
Indikator Kinerja Utama (IKU) Realisasi 2011 Target 2012 Satuan
Persentase pejabat Setjen yang telah memenuhi standar kompetensi jabatannya
93,60 82,50 (direvisi menjadi 87)
SASARAN STRATEGIS 11
Pengembangan organisasi Setjen yang andal
Indikator Kinerja Utama (IKU) Realisasi 2011 Target 2012 Satuan
Persentase mitigasi risiko yang telah dijalankan N/A 70 %
Indeks reformasi birokrasi N/A 92 -
Indeks kepuasan pegawai N/A 3 -
Persentase policy recomendation hasil pengawasan yang ditindaklanjuti
N/A 85 %
SASARAN STRATEGIS 12 Pengelolaan layanan TIK yang andal
Indikator Kinerja Utama (IKU) Realisasi 2011 Target 2012 Satuan
Persentase pencapaian layanan terhadap ketentuan yang disepakati pada katalog layanan
96,83 97 %
Persentase akurasi data SIMPEG N/A 100 %
SASARAN STRATEGIS 13 Pelaksanaan anggaran Setjen yang optimal
Indikator Kinerja Utama (IKU) Realisasi 2011 Target 2012 Satuan
Persentase penyerapan DIPA Setjen (non belanja pegawai) 70,75 95 %
PENGUKURAN KINE
RJA
Dalam rangka mengukur capaian indikator kinerja, Kementerian Keuangan berpedoman kepada Keputusan Menteri Keuangan Nomor 454/KMK.01/2011 tentang Pengelolaan Kinerja di Lingkungan Kementerian Keuangan. Capaian kinerja organisasi dikenal dengan istilah Nilai Kinerja Organisasi (NKO). Proses perhitungan NKO untuk unit yang memiliki peta strategi dapat digambarkan dalam tahapan sebagai berikut:
GAMBAR 2
PROSES PERHITUNGAN NKO UNTUK UNIT YANG MEMILIKI PETA STRATEGI
Metode pengukuran pencapaian indikator kinerja yang digunakan, dibagi berdasarkan ekspektasi arah nilai aktual dari IKU dibandingkan relatif terhadap nilai target. Berdasarkan pembagian tersebut, IKU Kementerian Keuangan dikelompokkan menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu:
• IKU Maximize : Nilai aktual/realisasi/pencapaian Indikator Kinerja diharapkan lebih tinggi dari target.
Contoh: jumlah pendapatan negara;
• IKU Minimize : Nilai aktual/realisasi/pencapaian Indikator Kinerja diharapkan lebih kecil dari
target.
Contoh: rasio beban utang terhadap rata-rata outstanding utang;
• IKU Stabilize : Nilai aktual/realisasi/pencapaian Indikator Kinerja diharapkan berada dalam suatu rentang target tertentu.
Contoh: Rasio jam pelatihan pegawai terhadap jam kerja.
Capaian IKU ditetapkan berdasarkan ketentuan sebagai berikut:
a. angka maksimum indeks capaian setiap IKU ditetapkan sebesar 120%;
b. indeks capaian IKU dikonversikan menjadi maximize semua agar sebanding dengan yang lainnya; c. status capaian IKU yang ditunjukkan dengan warna merah/kuning/hijau, ditentukan oleh Indeks
Capaian IKU;
d. IKU yang ditetapkan diupayakan realisasi pencapaiannya memungkinkan melebihi target; dan e. untuk IKU yang capaiannya tidak memungkinkan melebihi target, maka capaiannya ditetapkan
sebagai berikut:
Capaian IKU Nilai Strategis Sasaran (NSS) Nilai Kinerja Perspektif (NKP) Nilai Kinerja Organisasi (NKO)
• apabila realisasi pencapaiannya melebihi target, maka indeks capaian IKU tersebut dikonversi menjadi 120%; dan
• apabila realisasi pencapaiannya tidak memenuhi target, maka indeks capaian IKU tersebut tidak dilakukan konversi.
Rumus yang digunakan untuk menghitung persentase pencapaian target adalah sebagai berikut: • IKU Maximize:
• IKU Minimize:
Indeks Capaian = [1 + (1 – Realisasi/Target)] X 100%
• IKU Stabilize: Ca = Capaian awal
Ca = Realisasi/Target X 100% C = Capaian
a. apabila Realisasi > Target maka C = 100 – (Ca – 100), Ca maksimum adalah 200% b. apabila Realisasi < Target maka C = Ca
Grafik :
Hasil perhitungan rumus stabilize, bila capaiannya melampaui target, akan menghasilkan nilai maksimal 120%. Karena IKU stabilize mengharapkan capaian dalam rentang tertentu di sekitar target, maka capaian yang dianggap paling baik adalah capaian yang tepat sesuai dengan target. Misalnya IKU rasio jam pelatihan pegawai terhadap jam kerja. Rasio jam pelatihan pegawai terhadap jam kerja yang ideal adalah 3%. Semakin sedikit pegawai yang mengikuti pelatihan, berarti kurangnya kesempatan bagi para pegawai untuk mengembangkan diri. Sebaliknya, rasio yang semakin besar menunjukkan ketidakefektifan bekerja. Oleh karena itu, capaian yang diharapkan adalah mendekati ideal 3%. Jika realisasi capaian tepat 3%, rumus stabilize akan menghasilkan nilai 120%.
Rumus:
I = Indeks capaian
In = Indeks capaian dibawahnya In+1 = Indeks capaian diatasnya Cn = Capaian dibawahnya Cn+1 = Capaian diatasnya 100 120 90 100 67,5 75 45 50 22,5 25 0 0 Capaian Indeks Capaian
MONITORING DAN EVALUASI KINERJA ORGANISASI
Monitoring adalah aktivitas berkala untuk menjamin pencapaian target yang telah ditetapkan. Pengumpulan data capaian kinerja di lingkungan Kementerian Keuangan yang menjadi bahan monitoring dilakukan secara bottom-up.
Evaluasi merupakan kegiatan mengetahui apakah tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai dan sesuai dengan rencana, serta untuk mengetahui dampak dari pencapaian tujuan tersebut. Evaluasi berguna bagi pengambil keputusan untuk menetapkan apakah kegiatan akan dihentikan, diperbaiki, dimodifikasi, diperluas, atau ditingkatkan.
Hasil monitoring digunakan untuk melaksanakan evaluasi yang disampaikan dalam forum Rapat Pimpinan Kinerja (Rapimja).
BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA DAN
AKUNTABILITAS KEUANGAN
CAP
AIAN INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)
Pada tahun 2012, Sekretariat Jenderal telah menetapkan 13 (tiga belas) Sasaran Strategis dan 27 (dua puluh tujuh) IKU. Di antara 27 (dua puluh tujuh) IKU tersebut, terdapat 10 (sepuluh) IKU utama yang merupakan bagian dari Sasaran Strategis Kementerian Keuangan (Kemenkeu-Wide) Tahun 2012. Pencapaian dari sepuluh IKU tersebut disajikan pada tabel di bawah ini.
TABEL 5
CAPAIAN IKU KEMENKEU-ONE YANG DI-CASCADE DARI KEMENKEU-WIDE TAHUN 2012 SASARAN STRATEGIS (SS) KODE
IKU IKU TARGET REALISASI
PERSENTASE CAPAIAN Tingkat kepuasan Pengguna layanan yang tinggi
SJ-1.1 Indeks kepuasan pengguna layanan 3,92 3,90 99,49 Pembentukan SDM yang berkompetensi tinggi
SJ-2.1 Persentase pejabat yang telah
memenuhi standar kompetensi jabatannya 82,50% 85,98% 104,22 Pengelolaan Keuangan dan Kekayaan Negara yang Optimal
SJ-5.2 Persentase penyerapan DIPA Kementerian Keuangan (non belanja pegawai)
95% 85,26%* 89,75
Perwujudan
TIK yang terintegrasi dan andal
SJ-6.1 Persentase integrasi TIK Kementerian Keuangan
60% 53,78% 89,63
Peningkatan pelaksanaan tugas lainnya
SJ-9.6 Indeks ketepatan waktu penyelesaian tindak lanjut Instruksi Presiden 80 (tepat waktu) 81,67 102,09 Pe-ngembangan Organisasi Setjen yang
SJ-11.1 Persentase mitigasi risiko yang telah dijalankan
70% 90,32% 120
SJ-11.2 Indeks reformasi birokrasi 92 93,38 101,50 SJ-11.3 Indeks kepuasan pegawai 3 3,18 106
SASARAN STRATEGIS
(SS)
KODE
IKU IKU TARGET REALISASI
PERSENTASE CAPAIAN
Andal SJ-11.4 Persentase policy recomendation
hasil pengawasan yang di-tindaklanjuti
85% 85% 100
Pengelolaan Layanan TIK yang Andal
SJ-12.2 Persentase akurasi data SIMPEG
100% 100% 100
**Sumber : SAU per 11 Januari 2013
Selain 10 (sepuluh) IKU yang sudah dikontrakkinerjakan dan merupakan cascade dari Kemenkeu-Wide sebagaimana disajikan pada Tabel 5 di atas, terdapat 17 (tujuh belas) IKU lain yang diperjanjikan dalam Peta Strategi Sekretariat Jenderal Tahun2012 sebagaimana tampak pada Tabel 6 sebagai berikut.
TABEL 6
CAPAIAN KEMENKEU-ONE SEKRETARIAT JENDERAL
SELAIN IKU KEMENKEU-ONE YANG DICASCADE DARI KEMENKEU-WIDE TAHUN 2012 SASARAN STRATEGIS (SS) KODE
IKU IKU TARGET REALISASI
PERSENTASE CAPAIAN
Pengembangan Organisasi yang Andal
SJ-3.1 Jumlah penyelesaian SOP-Link 12 SOP 14 SOP 116,67 Layanan Legislasi dan litigasi yang Andal
SJ-4.1 Persentase putusan perkara perdata dan hak uji materiil UU in kracht yang dimenangkan
65% 78,95% 120
SJ-4.2 Persentase peraturan/ keputusan Menteri Keuangan yang sinergi, harmonis, dan sinkron dengan peraturan perundangan lainnya 100% 100% 100 Pengelolaan Keuangan dan Kekayaan Negara yang Optimal
SJ-5.1 Indeks kualitas laporan keuangan
WTP (4) WTP (4) 100
SJ-5.3 Jumlah bidang tanah Kementerian Keuangan yang disertifikatkan pada tahun 2012
75 sertifikat*
SASARAN STRATEGIS
(SS)
KODE
IKU IKU TARGET REALISASI
PERSENTASE CAPAIAN Penyusunan Kebijakan Pembinaan dan Koordinasi yang Dinamis
SJ-7.1 Jumlah kebijakan pembinaan dan koordinasi yang diselesaikan
23 buah 30 buah 120
Layanan Kesekretariatan yang Optimal
SJ-8.1 Waktu rata-rata penyelesaian konsep jawaban perkara perdata di pengadilan tingkat pertama
19 hari 12,59 hari 120
SJ-8.2 Waktu rata-rata penyelesaian surat keputusan penghapusan Barang Milik Negara
20 hari 16,5 hari 117,50
SJ-8.3 Persentase ketepatan waktu pelaksanaan kegiatan komunikasi publik 100% 100% 100 Peningkatan Pelaksanaan Tugas Lainnya
SJ-9.1 Waktu rata-rata administrasi proses persidangan
9 bulan 4,16 bulan 120
SJ-9.2 Persentase bahan masukan yang digunakan oleh Komite Pengawas Perpajakan
90% 100% 111,11
SJ-9.3 Persentase Akuntan Publik dan Penilai Publik yang patuh terhadap standar profesi, kode etik, dan peraturan perundang-undangan
95% 99,34% 104,57
SJ-9.4 Jumlah penyaluran investasi reguler Rp5 Trilyun Rp3,260 Trilyun 65,20 SJ-9.5 Persentase pengembangan dan implementasi manajemen vendor 100% 100% 100 Pengembangan SDM Setjen yang Berkompetensi Tinggi
SJ-10.1 Persentase pejabat Setjen yang telah memenuhi standar kompetensi jabatannya 87%* 87,4% 100,46 Pengelolaan Layanan TIK yang Andal SJ-12.1 Persentase pencapaian layanan terhadap ketentuan yang disepakati pada katalog layanan
SASARAN STRATEGIS
(SS)
KODE
IKU IKU TARGET REALISASI
PERSENTASE CAPAIAN Pelaksanaan Anggaran Setjen yang Optimal
SJ-13.1 Persentase penyerapan DIPA Setjen (non belanja pegawai)
95% 66,17%** 69,65
*target setelah revisi
**Sumber : SAU per 11 Januari 2013
EVALUASI DAN ANALISIS KINERJA
Pelaksanaan evaluasi dan analisis kinerja dilakukan melalui pengukuran kinerja yang digunakan sebagai dasar untuk menilai keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan kegiatan program sesuai dengan sasaran yang telah ditetapkan dalam rangka mewujudkan visi dan misi Sekretariat Jenderal. Pengukuran kinerja dimaksud merupakan hasil dari suatu penilaian yang didasarkan pada Indikator Kinerja Utama (IKU) yang telah diidentifikasi agar sasaran-sasaran strategis dan tujuan strategis sebagaimana ditetapkan dalam Peta Strategi Sekretariat Jenderal yang menjadi kontrak kinerja pada Tahun 2012 dapat tercapai. Penjelasan atas capaian setiap IKU Sekretariat Jenderal yang dikontrakkinerjakan pada Tahun 2012 adalah sebagai berikut.
1. Sasaran Strategis 1: Tingkat Kepuasan Pengguna Layanan yang Tinggi (SJ.1).
Dalam pencapaian Sasaran Strategis ini, Sekretariat Jenderal mengidentifikasikan 1 (satu) IKU, yaitu Indeks kepuasan pengguna layanan (SJ-1.1). Target IKU dimaksud adalah 3,92 dan terealisasi 3,90 sehingga diperoleh nilai capaian 99,49%.
IKU ini merupakan nilai kepuasan pelanggan atas layanan unggulan Sekretariat Jenderal. Indeks persepsi stakeholders diukur dari survei opini stakeholders dari seluruh unit Eselon I di lingkungan Kementerian Keuangan yamg dilaksanakan mulai bulan Juli s.d Desember 2012 yang dilakukan oleh Institut Pertanian Bogor (IPB) dengan menggunakan metode in depth interview dan focus group discussion. Survey dilakukan terhadap 209 responden. Nilai indeks persepsi stakeholders Sekretariat Jenderal Tahun 2012 sebesar 3,90 (naik 0,11 poin dari nilai 3,79 pada tahun 2011).
Layanan yang diukur dalam survei disajikan pada Tabel 7 sebagai berikut.
TABEL 7
LAYANAN UNGGULAN SEKRETARIAT JENDERAL No Jenis Layanan Unggulan Kode
Layanan
Nama Unit Pemilik Layanan
1. Penyelesaian usulan revisi SAPSK/DIPA Tahun Anggaran 20XY Kementerian Keuangan BA 15 pada Biro Perencanaan dan Keuangan
881 Biro Perencanaan dan Keuangan
2. Penerbitan Surat perintah Membayar (SPM) di lingkungan Sekretariat jenderal
882 Biro Perencanaan dan Keuangan
No Jenis Layanan Unggulan Kode Layanan
Nama Unit Pemilik Layanan
3. Bimbingan Teknis Penyelenggaraan SAI dan Penyusunan Laporan Keuangan, serta Pendampingan Pemeriksaan BPK pada Bagian Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Biro Perencanaan dan Keuangan
883 Biro Perencanaan dan Keuangan
4. Penataan organisasi di lingkungan Kementerian Keuangan berdasarkan usulan unit organisasi eselon I
884 Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan
5. Penelaahan Perumusan Rancangan Peraturan perundang-undangan
885 Biro Hukum
6. Penerbitan Pendapat Hukum (legal opinion) atas pinjaman/hibah luar negeri pemerintah, purchase agreement/indenture/subscription
agreement/certificate of authorization untuk penerbitan/penjualan surat utang Negara dalam valuta asing di pasar perdana internasional, certificate purchase agreement/declaration of trust untuk penerbitan/penjualan surat berharga syariah Negara dalam valuta asing di pasar perdana internasional
886 Biro Hukum
7. Pendampingan Menteri/Pejabat/Pegawai dan/atau mantan menteri/pejabat/pegawai Kementerian Keuangan dalam kasus hukum
887 Biro Bantuan Hukum
8. Proses penyelesaian Kenaikan Pangkat Pegawai Negeri Sipil Kementerian Keuangan
888 Biro Sumber Daya Manusia
9. Penyiapan dan penyelenggaraan konferensi pers 890 Biro Komunikasi dan Layanan Informasi 10. Penyusunan resume berita harian 891 Biro Komunikasi dan
Layanan Informasi 11. Penatausahaan dan pelaporan pembayaran
langsung belanja pegawai dan non belanja pegawai
892 Biro Umum
12. Penatausahaan produk hukum peraturan Menteri Keuangan
893 Biro Umum
13. Penerbitan pendapat hukum (legal opinion) atas surat jaminan pemerintah (letter of guarantee (LOG)), surat persetujuan pemerintah (letter of consent (LOC)) atas perjanjian kredit (loan agreement) PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) dalam rangka pembangunan pembangkit tenaga listrik yang menggunakan bahan bakar
No Jenis Layanan Unggulan Kode Layanan
Nama Unit Pemilik Layanan
batubara untuk proyek 10.000 MW
14. Pelayanan penyelesaian perizinan akuntan publik dan penilai publik
895 PPAJP
15 Lainnya:
a. Pelayanan helpdesk pada LPSE 889 Pusat LPSE b. Pelayanan verifikasi calon penyedia LPSE
Sumber: Biro KLI, 2012
Berdasarkan hasil survey terhadap seluruh layanan unggulan Sekretariat Jenderal, diperoleh indeks kepuasan stakeholders terhadap layanan unggulan dimaksud, sebagaimana disajikan pada grafik dalam Gambar 3 di bawah ini.
GAMBAR 3
TINGKAT KEPUASAN STAKEHOLDERS TERHADAP LAYANAN UNGGULAN SETJEN TAHUN 2012 3,92 4,09 3,81 3,7 4,01 3,693,77 3,68 3,97 4,01 4,01 3,71 3,53 3,74 4,04 3 3,2 3,4 3,6 3,8 4 4,2 Bimbingan Teknis … Penelaahan Perumusan … Pendampingan Menteri konferensi pers legal opinion atas surat …
Lainnya
Selain itu, telah dilakukan pula survey terhadap nilai unsur-unsur kualitas layanan pembentuk kepuasan dari layanan unggulan yang ditunjukan pada grafik sebagaimana disajikan dalam Gambar 4 di bawah ini.
GAMBAR 4
SKOR KINERJA LAYANAN SETJEN DIBANDINGKAN LAYANAN KEMENTERIAN KEUANGAN BERDASARKAN UNSUR LAYANAN TAHUN 2012
Selama kurun waktu tahun 2010 sampai dengan 2012, pada tahun 2012 terjadi peningkatan nilai kepuasan pengguna layanan terhadap layanan yang diberikan oleh Sekretariat Jenderal yang disajikan dalam grafik sebagai berikut.
GAMBAR 5
INDEKS KEPUSAN PENGGUNA LAYANAN TERHADAP LAYANAN SEKRETARIAT JENDERAL SELAMA 3 (TIGA) TAHUN
2. Sasaran Strategis 2: Pembentukan SDM yang Berkompetensi Tinggi (SJ.2).
Dalam pencapaian Sasaran Strategis ini, Sekretariat Jenderal mengidentifikasikan 1 (satu) IKU, yaitu Persentase pejabat yang telah memenuhi standar kompetensi jabatannya (SJ-2.1). Target IKU dimaksud adalah 82,50% dan terealisasi 85,98%, sehingga diperoleh nilai capaian 104,22%.
IKU ini mengukur persentase pejabat di lingkungan Kementerian Keuangan yang mempunyai kompetensi sesuai dengan Standar Kompetensi Jabatannya (SKJ). Angka yang dijadikan dasar
perhitungan adalah nilai Job Person Match (JPM) seluruh pejabat eselon II dan III di lingkungan Kementerian Keuangan dibagi dengan jumlah pejabat eselon II dan III yang telah mengikuti assesment.
Persentase pejabat Kementerian Keuangan yang telah memenuhi SKJ sebagaimana tampak pada Tabel 8 sebagai berikut.
TABEL 8
PERSENTASE PEJABAT YANG TELAH MEMENUHI SKJ Eselon Jumlah
(orang)
Sudah mengikuti
assesment
(orang)
Sesuai sesuai dengan SKJ (orang) Persentase (%) II 217 216 189 87,50 III 1.663 1.529 1.310 85,67 Jumlah 1.880 1.745 1.499 85,90 Sumber: Biro SDM, 2012
Apabila dibandingkan dengan tahun 2011, persentase pejabat yang telah memenuhi standar kompetensi jabatannya naik dari 81,66% menjadi 85,90%. Dengan demikian terjadi peningkatan yang cukup signifikan. Pencapaian yang cukup tinggi ini merupakan hasil dari analisa atas usulan peserta yang mengikuti assesment atau reassesment dengan memperhatikan pula pemenuhan persyaratan nilai minimal JPM pada setiap jabatan.
3. Sasaran Strategis 3: Pengembangan Organisasi yang Andal (SJ.3).
Dalam pencapaian Sasaran Strategis ini, Sekretariat Jenderal mengidentifikasikan 1 (satu) IKU, yaitu Jumlah Penyelesaian SOP-Link (SJ-3.1). Target IKU dimaksud adalah 12 SOP dan terealisasi 14 SOP, sehingga diperoleh nilai capaian 116,67%.
IKU ini merupakan IKU cascading dari Kemenkeu-One pada SS Pengembangan Organisasi yang andal. Dalam rangka meningkatkan kinerja dan capaian output Kementerian Keuangan sebagai bentuk koordinasi dan kontribusi kinerja dan capaian hasil masing-masing unit Eselon I dalam kerangka proses bisnis, maka salah satu instrumen yang dapat merealisasikan hal tersebut yaitu melalui penyusunan SOP-Link. Hal ini terkait adanya program Tim Reformasi Birokrasi dan Transformasi Kelembagaan Pusat (TRBTKP) Bidang Organisasi dan Ketatalaksanaan Subbidang Standar Prosedur Operasi (SOP), bahwa SOP-Link dilakukan untuk menjembatani setiap kegiatan yang menghasilkan output utama Kementerian Keuangan yang pada dasarnya merupakan gabungan dari berbagai kegiatan unit eselon I di lingkungan Kementerian Keuangan.
Penyusunan SOP-Link bertujuan untuk meningkatkan kinerja dan koordinasi antarunit Eselon I di lingkungan Kementerian Keuangan, sehingga terdapat keselarasan dalam penyelesaian suatu kegiatan yang melibatkan lebih dari satu unit Eselon I. Penyusunan SOP-Link Kementerian Keuangan merupakan salah satu agenda prioritas Sekretariat Jenderal. Proses penyusunan SOP-Link di lingkungan Kementerian Keuangan berupa kegiatan dalam hal identifikasi kegiatan yang
memiliki keterkaitan penerapan SOP pada satu Unit Organisasi Eselon I dengan SOP pada unit organisasi Eselon I lainnya di lingkungan Kementerian Keuangan. Legalitas formal penetapan SOP-Link Kementerian Keuangan tersebut, ditetapkan dalam bentuk Keputusan Menteri Keuangan (KMK) dan SOP-Link tersebut merupakan lampiran dari KMK. Proses penyelesaian SOP-Link dianggap selesai apabila telah ditetapkan dalam KMK dimaksud.
Sebuah kegiatan dapat diangkat menjadi kegiatan Kementerian dan dirumuskan tahapannya dalam suatu SOP-Link apabila kegiatan tersebut merupakan:
a. substansi tugas dan fungsi atau core business Kementerian Keuangan;
b. ada keterkaitan/ketertautan antara SOP di satu unit organisasi dengan SOP unit organisasi lainnya di lingkungan Kementerian Keuangan;
c. output atau hasil dari SOP suatu unit organisasi Eselon I merupakan output antara dan menjadi input pada SOP unit organisasi Eselon I lainnya; dan
d. ruang lingkup meliputi seluruh proses kegiatan pada semua unit organisasi Eselon I di lingkungan Kementerian Keuangan.
Kegiatan penyusunan SOP-Link meliputi pemetaan jenis kegiatan/proses bisnis, identifikasi SOP yang ada atau belum ada, identifikasi keterlibatan SOP unit terkait, pembahasan dengan unit-unit terkait, penyusunan konsep, dan finalisasi draft final. Pada tahun 2012, SOP-Link yang telah disusun tidak hanya berdasarkan hasil identifikasi tetapi juga berdasarkan arahan pimpinan (misalnya arahan Wakil Menteri Keuangan mengenai SOP-Link tentang Penyelesaian Penarikan Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri) dan berdasarkan rekomendasi BPK.
Pada tahun 2012, telah disusun 14 (empat belas) SOP-Link Kementerian Keuangan dari target penyelesaian SOP-Link Kementerian Keuangan sebanyak 12 SOP, yang terdiri atas 13 (tiga belas) SOP-Link baru dan 1 (satu) SOP-Link perubahan, sehingga capaian IKU sebesar 116,67%. Rincian SOP-Link yang ditetapkan sepanjang tahun 2012 adalah sebagaimana tampak pada Tabel 9 berikut.
TABEL 9
PENETAPAN SOP-LINK KEMENTERIAN KEUANGAN TAHUN 2012 Keputusan Menteri
Keuangan (KMK)
Judul SOP
KMK Nomor 77/KM.1/2012
tanggal 31 Januari 2012 1. SOP-Link Penyelesaian Penarikan Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri KMK Nomor 421/KM.1/2012
tanggal 24 April 2012
2. SOP-Link Penyusunan dan Pengesahan Daftar Nominatif Anggaran sebagai Dasar Pengesahan DIPA di Kanwil DJPB KMK Nomor 583/KM.1/2012
tanggal 28 Mei 2012
3. SOP-Link Penanganan Kondisi Krisis Pasar Surat Berharga Negara
4. SOP-Link Penyelesaian Transaksi Pengelolaan Surat Berharga Negara
5. SOP-Link Penyelenggaraan Konferensi Pers dan/atau Siaran Pers
KMK Nomor 687/KM.1/2012 tanggal 14 Juni 2012
6. SOP-Link Pertukaran Data Elektronik Antara Direktorat Jenderal Pajak dan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
Keputusan Menteri Keuangan (KMK)
Judul SOP
KMK Nomor 950/KM.1/2012 tanggal 6 September 2012
7. SOP-Link Penghapusan Barang Milik Negara (BMN) yang Ditindaklanjuti dengan Pemusnahan
8. SOP-Link Penghapusan Barang Milik Negara (BMN) karena Adanya Pemindahtanganan dengan Cara Penjualan
9. SOP-Link Penghapusan Barang Milik Negara (BMN) karena Adanya Pemindahtanganan dengan Cara Hibah
KMK Nomor 992/KM.1/2012 tanggal 28 September 2012
10. SOP-Link Monitoring Ketahanan Fiskal dan Penyampaian Laporan Kondisi Ketahanan Fiskal dalam Kerangka Crisis Management Protocol-Fiskal;
11. SOP-Link Penetapan Keputusan Menteri Keuangan tentang Status Ketahanan Fiskal dan Kebijakan Pencegahan/Penanganan Krisis dalam Kerangka Crisis Management Protocol-Fiskal
12. SOP-Link Tindak Lanjut atas Penetapan Status Ketahanan Fiskal dan Kebijakan Pencegahan/Penanganan Krisis dalam Kerangka Crisis Management Protocol– Fiskal;
13. SOP-Link Penyelesaian Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (Unaudited)
KMK Nomor 1412/KM.1/2012 tanggal 5 Desember 2012
14. SOP-Link tentang Pembayaran Utang Pemerintah sebagaimana telah ditetapkan sebelumnya melalui KMK 339/KMK.01/2011
Sumber: Biro Organta, 2012
4. Sasaran Strategis 4: Layanan Legislasi dan Litigasi yang Andal (SJ.4).
Dalam pencapaian Sasaran Strategis ini, Sekretariat Jenderal mengidentifikasikan 2 (dua) IKU, yaitu:
a. Persentase putusan perkara perdata dan hak uji materiil UU in kracht yang dimenangkan (SJ-4.1). Target IKU dimaksud adalah 65% dan terealisasi 78,95%, sehingga
diperoleh nilai capaian 120%.
IKU ini merupakan IKU baru pada tahun 2012 dan pelaporan capaian IKU tersebut dilakukan secara tahunan. IKU ini mengukur persentase putusan perkara perdata dan Hak Uji Materiil yang berkekuatan hukum tetap dan memenangkan Kementerian Keuangan. Persentase dihitung dengan membandingkan jumlah putusan in kracht yang menang dibandingkan dengan total putusan yang diterima selama tahun berjalan.
IKU tersebut dilaksanakan berdasarkan adanya gugatan dari pihak ketiga yang diajukan ke Pengadilan untuk perkara perdata atau ke Mahkamah Konstitusi untuk uji materi UU yang terkait dengan pelaksanaan tugas dan fungsi Kementerian Keuangan. Selanjutnya berdasarkan gugatan tersebut, Sekretariat Jenderal akan menugaskan Biro Bantuan Hukum selaku unit eselon II yang menangani permasalahan tersebut untuk melaksanakan kegiatan proses berperkara di pengadilan atau Mahkamah Konstitusi. Dalam proses berperkara tersebut, Sekretariat Jenderal cq. Biro Bantuan Hukum akan melakukan upaya-upaya hukum sampai ke tingkat Kasasi dan Peninjauan Kembali (PK) apabila pihak Kementerian Keuangan dikalahkan
dalam pengadilan tingkat pertama maupun dalam tingkat banding. Penilaian IKU tersebut adalah berdasarkan putusan perkara perdata yang sudah diputus sampai ke tingkat Kasasi dan Peninjauan Kembali. Namun, apabila ditingkat pertama atau dalam tingkat banding tersebut Kementerian Keuangan dimenangkan dan pihak penggugat tidak mengajukan upaya-upaya hukum, maka dalam IKU dinilai juga sebagai putusan perkara perdata in kracht yang dimenangkan. Sedangkan untuk uji materil UU in kracht adalah setelah adanya putusan dari Mahkamah Konstitusi.
Selama tahun 2012 terdapat 19 (sembilan belas) putusan perkara in kracht yang dimenangkan dari total 23 (dua puluh tiga) putusan yang telah ditetapkan. Keberhasilan pencapaian IKU tersebut didukung oleh kegiatan-kegiatan yang dilakukan antara lain telah ditetapkannya PMK Nomor 158/PMK.01/2012 tentang Bantuan Hukum di Lingkungan Kementerian Keuangan dan PMK Nomor 159/PMK.01/2012 tentang Tata Cara, Persyaratan dan Besaran Pemberian Bantuan Biaya Penyelesaian Masalah Hukum dalam Perkara Pidana di Lingkungan Kementerian Keuangan dan kegiatan Capacity Building/In House Training. Selain itu, keberhasilan pencapaian target IKU tersebut didukung pula oleh keikutsertaan pegawai penanganan perkara dalam seminar/workshop terkait litigasi baik di dalam negeri maupun di luar negeri.
Kendala yang sering dihadapi terkait dengan memenangkan putusan perkara perdata dan uji materiil UU in kracht, yaitu:
1) data dan dokumen tidak lengkap dari unit sehingga melemahkan dalam pembuktian; 2) kebijakan yang dikeluarkan oleh unit lemah dari segi aturan hukum;
3) pandangan dan pendapat hakim berbeda terkait uji materiil Undang-Undang.
Dalam rangka mengatasi kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan IKU dimaksud, Sekretariat Jenderal menempuh bererapa langkah penyelesaian, yaitu:
1) meminta kembali kepada unit terkait untuk melengkapi data dan dokumen yang belum lengkap. Hal ini juga sangat tergantung dengan adanya kerjasama dan itikad yang baik dari unit-unit terkait tersebut;
2) perlu adanya harmonisasi peraturan perundang-undangan. Selain itu, diharapkan kepada pihak-pihak terkait tersebut apabila ada rapat pembahasan penyusunan peraturan perundangan diharapkan untuk dapat kiranya melibatkan Biro Bantuan Hukum.
b. Persentase Peraturan/Keputusan Menteri Keuangan yang sinergi, harmonis, dan sinkron dengan peraturan perundangan-undangan (SJ-4.2). Target IKU dimaksud adalah 100% dan
terealisasi 100%, sehingga diperoleh nilai capaian 100%.
IKU ini mengukur persentase jumlah Peraturan Menteri Keuangan/Keputusan Menteri Keuangan (PMK/KMK) yang sinergis, harmonis, dan sinkron dengan peraturan perundang-undangan yaitu hanya mencakup PMK/KMK yang dalam tahap penyusunan telah dilakukan harmonisasi, pemantapan, dan pembulatan di unit eselon II di lingkungan Sekretariat Jenderal yang membidangi penyusunan legislasi.
Pada tahun 2012, Sekretariat Jenderal telah berhasil menyelesaikan sejumlah 251 PMK dan 90 KMK dengan rincian sebagai berikut:
1) kuartal I sejumlah 30 PMK dan 10 KMK; 2) kuartal II sejumlah 68 PMK dan 28 KMK; 3) kuartal III sejumlah 49 PMK dan 12 KMK; dan 4) kuartal IV sejumlah 104 PMK dan 40 KMK.
5. Sasaran Strategis 5: Pengelolaan Keuangan dan Kekayaan Negara yang Optimal (SJ.5).
Dalam pencapaian Sasaran Strategis ini, Sekretariat Jenderal mengidentifikasikan 3 (tiga) IKU, yaitu:
a. Indeks kualitas laporan keuangan (SJ-5.1). Target IKU dimaksud adalah WTP (4) dan
terealisasi WTP (4), sehingga diperoleh nilai capaian 100%.
Kualitas laporan Kementerian/Lembaga didasarkan pada opini Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Jenis opini BPK adalah opini audit yang diberikan oleh BPK terhadap laporan Keuangan Kementerian/Lembaga. Jenis opini BPK tersebut meliputi:
• Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dengan indeks 4; • Wajar Dengan Pengecualian (WDP) dengan indeks 3; • Tidak Wajar dengan indeks 2;
• Tidak Menyatakan Pendapat (Disclaimer) dengan indeks 1.
Dalam penetapan kinerja yang ditetapkan untuk tahun 2012, Indeks Kualitas Laporan Keuangan Kementerian Keuangan atas Tahun Anggaran 2011 ditargetkan mendapatkan opini dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) yaitu Wajar Tanpa Pengecualian (WTP). Atas Laporan Keuangan Kementerian Keuangan, BPK berpendapat bahwa Kementerian Keuangan telah melakukan upaya perbaikan pengendalian intern atas pencatatan penerimaan perpajakan. Perbaikan tersebut secara signifikan telah mengurangi ketidakwajaran terkait pencatatan pembatalan penerimaan pajak (reversal), penerimaan PBB migas, dan piutang pajak. Neraca Kementerian Keuangan per 31 Desember 2011 dan 2010, serta LAporan Realisasi Anggaran (LRA) untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal tersebut telah tersaji secara wajar dalam semua hal yang material dan realisasi anggaran untuk tahun 2011 dan 2010 telah sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP).
Pendapat tersebut di atas berarti bahwa BPK memberikan opini atas Laporan Keuangan Kementerian Keuangan Tahun 2011 berupa Wajar Tanpa Pengecualian (WTP), sehingga target yang ditetapkan telah tercapai, dan meningkat dari indeks yang diberikan pada tahun 2011 (LKKL 2010) dan 2010 (LKKL 2009) yang masih Wajar Dengan Pengecualian (WDP).
Hal-hal yang telah dilaksanakan oleh Sekretariat Jenderal dalam rangka pencapaian IKU Indeks Kualitas Laporan Keuangan Kementerian Keuangan, antara lain :
1) pendampingan pada saat penyusunan Laporan Keuangan dari tingkat satuan kerja (satker) sampai dengan tingkat Kementerian;
3) peningkatan pembinaan, bimbingan, monitoring, dan evaluasi penyelenggaraan Sistem Akuntansi Instansi (SAI);
4) monitoring pelaksanaan tindak lanjut atas temuan Itjen dan BPK; dan
5) pelaksanaan sosialisasi regional di Palembang, Solo, Medan, Makassar, Surabaya, Bandung, dan Jakarta.
Dalam Renstra Kementerian Keuangan tahun 2010-2014, ditargetkan bahwa pada tahun 2014 indeks kualitas Laporan Keuangan Kementerian Keuangan (Opini BPK) adalah Wajar Tanpa Pengecualian (WTP), meningkat dari indeks pada tahun 2010 yang masih Wajar Dengan Pengecualian (WDP). Dengan indeks kualitas Laporan Keuangan Kementerian Keuangan (LKKL 2011) yang telah mencapai WTP pada tahun 2012, maka fokus selanjutnya adalah mempertahankan opini WTP serta melakukan upaya-upaya untuk mengurangi jumlah temuan-temuan dalam Laporan Keuangan Kementerian Keuangan.
b. Persentase penyerapan DIPA Kementerian Keuangan (non belanja pegawai) (SJ-5.2).
Target IKU dimaksud adalah 95% dan terealisasi 85,26%, sehingga diperoleh nilai capaian 89,68%.
IKU dimaksud mengukur realisasi penyerapan DIPA Kementerian Keuangan yang meliputi realisasi atas belanja barang dan belanja modal yang dilaksanakan dibandingkan dengan pagu belanja barang dan belanja modal yang telah ditetapkan di lingkungan Kementerian Keuangan (BA.15).
Berdasarkan data yang diperoleh per 11 Januari 2012, Sekretariat Jenderal belum dapat mencapai target sebagaimana yang telah ditetapkan. Realisasi penyerapan DIPA Kementerian Keuangan Tahun Anggaran 2012 untuk belanja barang (kode: 52) dan belanja modal (kode: 53) mencapai 85,26% dari target sebesar 95%. Perkembangan penyerapan anggaran Kementerian Keuangan dari tahun 2010 s.d. 2012 adalah sebagaimana tampak pada Tabel 10 sebagai berikut.
TABEL 10
REALISASI PENYERAPAN DIPA KEMENTERIAN KEUANGAN
(dalam miliar rupiah)
Jenis Belanja
Tahun Anggaran 2010 Tahun Anggaran 2011 Tahun Anggaran 2012
Pagu Realisasi % Pagu Realisasi % Pagu Realisasi %
Belanja Pegawai (51) 7.626,57 7.177,47 94,11 8.000,42 7.510,44 93,88 8.322,47 7.994,89 96,06 Belanja Barang (52) 5.161,99 3.927,56 76,09 6.476,52 5.280,13 81,53 7.190,94 6.103,43 84,88 Belanja Modal (53) 2.603,30 1.849,95 71,06 2.869,82 2.084,80 72,65 1.888,69 1.637,84 86,72 Total 15.391,87 12.954,98 84,17 17.346,78 14.875,39 85,75 17.402,10 15.736,15 90,43
Beberapa kendala yang menyebabkan tidak tercapainya target realisasi persentase penyerapan DIPA Kementerian Keuangan (non belanja pegawai), antara lain:
1) kurangnya Sumber Daya Manusia (SDM) pada satker yang belum memiliki sertifikat pengadaan barang dan jasa, sehingga menghambat proses pengadaan barang dan jasa; 2) terdapat anggaran yang masih diblokir pagunya karena belum lengkapnya dokumen
pendukung atau persyaratan;
3) adanya gagal lelang dan kendala dalam proses pengadaan barang dan jasa, diantaranya karena adanya sanggahan banding yang menyebabkan lelang ulang;
4) terhambatnya pelaksanaan pembangunan dan renovasi gedung karena kendala persetujuan teknis dari pihak eksternal, seperti persyaratan clearence dan penghapusan BMN; dan 5) adanya kebijakan penghematan anggaran pada tahun pelaksanaan anggaran.
Selain kendala-kendala tersebut di atas, pada tahun 2012 terdapat anggaran belanja barang dan belanja modal pada Kementerian Keuangan yang tidak dapat digunakan yang totalnya mencapai Rp417,47 Miliar. Adapun rinciannya adalah sebagai berikut:
1) penyaluran beasiswa BLU Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) tidak dapat direalisasikan pada tahun anggaran 2012 karena belum ada persetujuan dari Dewan Penyantun. Anggaran yang tidak dapat digunakan terkait hal ini mencapai Rp242,3 miliar. Atas hal tersebut telah diusulkan revisi anggaran ke Ditjen Anggaran namun tidak disetujui karena Nota Keuangan RAPBN-P tahun anggaran 2012 telah disampaikan kepada pimpinan DPR RI;
2) anggaran PNBP STAN yang tidak dapat direalisasikan karena tidak ada penerimaan mahasiswa baru STAN pada tahun 2012. Anggaran yang tidak dapat digunakan terkait hal ini mencapai Rp15,30 miliar. Atas hal tersebut telah diusulkan revisi anggaran ke Ditjen Anggaran namun tidak disetujui karena pengurangan pagu yang bersumber dari PNBP/BLU tidak termasuk dalam kategori kegiatan yang sumber dananya dapat dikurangi dalam tahun berjalan setelah ditetapkannya Undang-Undang APBN-P Tahun 2012; dan
3) anggaran untuk persiapan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang tidak dapat direalisasikan karena telah didanai dari dana hibah (grant) untuk pendanaan konsultan penyusunan struktur organisasi OJK dan Infrastruktur OJK serta adanya sisa pagu anggaran gaji dan tunjangan Dewan Komisioner OJK yang diperkirakan tidak akan digunakan lagi. Anggaran yang tidak dapat digunakan terkait hal ini mencapai Rp159,86 Miliar. Atas hal tersebut telah diusulkan revisi anggaran ke Ditjen Anggaran namun tidak disetujui karena belum diatur mekanisme pengembalian dari BA K/L ke BA BUN.
Alokasi anggaran belanja barang dan belanja modal Kementerian Keuangan setelah APBN-P menjadi Rp9.079,63 Miliar. Alokasi anggaran tersebut jika dikurangi dengan anggaran yang tidak dapat digunakan sejumlah Rp.417,47 Miliar menjadi Rp.8.662,16 Miliar. Alokasi tersebut merupakan alokasi anggaran untuk belanja barang dan belanja modal yang efektif dapat digunakan pada tahun 2012. Dengan realisasi belanja barang dan belanja modal mencapai Rp7.741,27 Miliar, maka persentase penyerapan anggaran untuk belanja barang dan belanja modal pada tahun anggaran 2012 yang efektif dapat digunakan adalah 89,36%.