• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH BRAND DAN COMMUNICATION MIX TERHADAP BRAND EQUITY

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH BRAND DAN COMMUNICATION MIX TERHADAP BRAND EQUITY"

Copied!
139
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

i

PENGARUH

BRAND

DAN

COMMUNICATION MIX

TERHADAP

BRAND EQUITY

(Studi Korelasi Antara Karakter Merek, Kualitas Produk, Dan Advertorial & Word of

Mouth Agrowisata Sondokoro Terhadap Tingkat Ekuitas Merek Di Mata Pengunjung

Agrowisata Sondokoro)

Disusun Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Pada

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Jurusan Ilmu Komunikasi

Aditya Dwi Putra

D 1208507

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

commit to user

ii

PENGARUH

BRAND

DAN

COMMUNICATION MIX

TERHADAP

BRAND EQUITY

(Studi Korelasi Antara Karakter Merek, Kualitas Produk, Dan Advertorial & Word of

Mouth Agrowisata Sondokoro Terhadap Tingkat Ekuitas Merek Di Mata Pengunjung

Agrowisata Sondokoro)

Disusun Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Pada

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Jurusan Ilmu Komunikasi

Aditya Dwi Putra

D 1208507

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(3)

commit to user

iii

PENGESAHAN

Telah diuji dan disahkan oleh Panitia Ujian Skripsi

Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Hari : Senin

Tanggal : 31 Januari 2011

Panitia Penguji :

1. Ketua : Dra. Hj. So fia h, M.S i. (……….)

NIP. 19530726 197903 2 001

2. Sekretaris : Tant i Her maw at i, S .So s., M.Si. (……….)

NIP. 19690207 199512 2 001

3. Penguji I : Drs. Adolfo Eko Setyanto, M.Si (……….)

NIP. 19580617 198702 1 001

4. Penguji II : Nora Nailul A, S.Sos, M.LMEd,Hons (……….)

NIP. 19810429 200501 2 002

Mengetahui,

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sebelas MaretSurakarta

Dekan

Drs. H. Supriyadi SN., SU

(4)

commit to user

iv

M O T T O

“Laa Haula Walla Quwwata Illa Billahi”

(Tidak ada daya upaya dan tidak ada kekuatan, kecuali dengan pertolongan Allah Swt)

Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan

(Q.S. Al Insyiroh : 6-8)

Mohonlah pertolongan Allah dengan sabar dan sholat, sesungguhnya

Allah beserta orang-orang yang sabar.

(Q.S. AL Baqarah 153)

(5)

commit to user

v

PERSEMBAHAN

Ku persembahkan karya ini sebagai dedikasiku kepada :

Ibu & Bapak tercinta

Mba Anggun

(6)

commit to user

vi

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’Alamin. Segala Puji bagi Allah SWT Semesta Alam dengan

Rahmat dan HidayahNya skripsi yang berjudul “Pengaruh Brand Dan Communication Mix

Terhadap Brand Equity (Studi Korelasi Antara Karakter Merek, Kualitas Produk, Dan Kegiatan

Komunikasi Pemasaran Agrowisata Sondokoro Terhadap Tingkat Ekuitas Merek Di Mata

Pengunjung Agrowisata Sondokoro)” terselesaikan dengan baik dan lancar.

Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Komunikasi Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis

menyadari bahwa di dalam penyusunan skripsi terdapat berbagai kendala, tetapi penulis yakin

bahwa di balik kendala itu terdapat jalan keluar melalui pihak-pihak yang dikehendaki Allah

SWT untuk membantu penulis. Selain itu ada banyak pihak yang membantu penulis dalam

menyelesikan skripsi ini. Dengan segala bantuan,petunjuk dan bimbingannya sehingga skripsi ini

dapat terselesaikan.

Dalam kesempatan ini izinkanlah penulis untuk mengucapkan terima kasih kepada

berbagai pihak sebagai berikut :

1. Drs. Adolfo Eko Setyanto, M.Si selaku Pembimbing I Skripsi yang telah memberikan waktu,

bimbingan, pengarahan, serta masukan yang sangat membantu dan bermanfaat bagi penulis.

2. Nora Nailul A, S.Sos, M.LMEd,Hons selaku Pembimbing II yang telah memberikan waktu,

bimbingan, pengarahan, serta masukan yang sangat membantu dan bermanfaat bagi penulis.

3. Dra. Hj . Sofi ah, M.S i.sebagai penguji yang telah meluangkan waktunya untuk menguji

skripsi penulis.

4. Tanti Hermawat i, S.Sos., M.S i sebagai penguji yang telah meluangkan waktunya untuk

(7)

commit to user

vii

5. Drs. Mursito, BM, SU selaku Pembimbing Akademik

6. Seluruh Staff Karyawan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Sebelas Maret. Terima kasih

atas bantuan dan kerjasamanya.

7. Teman-teman Komunikasi Swadana Transfer 2008 yang telah membantu melancarkan

skripsi penulis sebagai responden

Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih banyak kekurangannya, oleh karena itu kritik

serta saran pembaca sangat penulis harapkan, akhirnya penulis berharap semoga tulisan ini

bermanfaat bagi penulis dan pembaca.

Surakarta, Januari 2011

(8)

commit to user

viii DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

PERSETUJUAN ... ii

PENGESAHAN ... iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

ABSTRAK ... xv

ABSTRACT ... xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 8

(9)

commit to user

ix

E. Kerangka Pemikiran dan Teori ... 30

F. Hipotesis ... 31

G. Definisi Konsepsional ... 32

H. Definisi Operasional ... 36

I. Metodologi Penelitian ... 40

1. Jenis Penelitian ... 40

2. Lokasi Penelitian ... 40

3. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel ... 40

4. Jenis dan Sumber Data ... 41

5. Pengumpulan Data ... 42

6. Analisis Data... 43

BAB II DESKRIPSI LOKASI A. Gambaran Umum Agrowisata Sondokoro ... 46

1. Sejarah ... 46

2. Letak ... 49

3. Struktur Bangunan ... 49

B. Konsep Agrowisata Sondokoro ... 49

C. Visi, Misi, Tujuan, Sasaran, dan Motto ... 51

1. Visi... 51

2. Misi ... 51

(10)

commit to user

x

4. Sasaran ... 52

5. Motto ... 52

D. Struktur Organisasi Agrowisata Sondokoro ... 52

E. Produk yang ditawarkan Agrowisata Sondokoro ... 55

F. Tarif Agrowisata Sondokoro ... 58

BAB III PENYAJIAN DATA A. Variabel Independent I : Karakter Merek Agrowisata Sondokoro (X1) ... 60

B. Variabel Independent II : Kualitas Produk Agrowisata Sondokoro (X2) ... 66

C. Variabel Independent III : Advertorial & Word of Mouth Agrowisata Sondokoro (X3) ... 79

D. Variabel Dependent : Tingkat Ekuitas Merek Agrowisata Sondokoro (Y) ... 90

BAB IV ANALISA DAN INTERPRETASI DATA ... 107

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 116

B. Saran ... 118

DAFTAR PUSTAKA

(11)

commit to user

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Relasi Antara Bauran Pemasaran dan Bauran Komunikasi ... 16

Tabel 1.2 Ukuran MBE dan OBE ... 27

Tabel 2 Tarif Parkir ... 32

Tabel 2.1 Tarif Wahana Wisata ... 58

Tabel III. 1 Penilaian Top of Mind Angrowisata Sondokoro ... 59

Tabel III. 2 Penilaian Brand Recall Angrowisata Sondokoro ... 61

Tabel III. 3 Penilaian Brand Unaware Agrowisata Sondokoro ... 63

Tabel III. 4 Penilaian Brand imagery Agrowisata Sondokoro ... 64

Tabel III. 5 Penilaian Karakter Merek Agrowisata Sondokoro ... 66

Tabel III. 6 Penilaian Terhadap Pelayanan Karyawan Agrowisata Sondokoro ... 67

Tabel III. 7 Penilaian Terhadap Pusat informasi Agrowisata Sondokoro ... 68

Tabel III. 8 Papan informasi yang ada mampu memberikan informasi yang dibutuhkan

(12)

commit to user

xii

Tabel III. 9 Penilaian Terhadap Kebersihan Kebersihan di lingkungan Agrowisata

Sondokoro ... 69

Tabel III. 10 Penilaian Terhadap Keamanan di lingkungan Agrowisata Sondokoro

70

Tabel III. 11. Tingkat kepuasan responden terhadap wahana dan fasilitas Agrowisata

Sondokoro ... 71

Tabel III. 12 Penilaian Responden Terhadap Keselamatan di setiap wahana Agrowisata

Sondokoro ... 72

Tabel III. 13 Tingkat Kepuasan Responden Terhadap Event yang diadakan Agrowisata

Sondokoro ... 73

Tabel III. 14 Penilaian Responden Terhadap Sarana pendukung Agrowisata Sondokoro

74

Tabel III. 15 Tingkat Kepuasan Responden Terhadap Paket Wisata yang ditawarkan oleh

Agrowisata Sondokoro ... 75

Tabel III. 16 Penilaian Responden Tentang Keunggulan Agrowisata Sondokoro

dibandingkan tempat wisata lain, sehingga menjadi pilihan utama ketika berlibur76

Tabel III. 17 Penilaian Kualitas Produk Agrowisata Sondokoro ... 77

Tabel III. 18. Frekuensi responden membaca iklan atau advertorial Agrowisata Sondokoro di

(13)

commit to user

xiii

Tabel III. 19 Perhatian responden terhadap iklan atau advertorial Agrowisata Sondokoro di

surat kabar ... 79

Tabel III.20 Intensitas perhatian responden terhadap pesan iklan atau advertorial

Tabel III. 21 Isi pesan yang disampaikan iklan atau advertorial ... 80

Tabel III. 22 Gambaran visual yang ditampilkan dalam iklan atau advertorial

... 82

Tabel III. 23 Tingkat pengetahuan responden tentang Agrowisata Sondokoro sehingga

membicarakannya dengan orang lain ... 83

Tabel III. 24 Tingkat kepuasan responden Agrowisata Sondokoro berkaitan dengan

kepuasan dan kesenangan, sehingga membicarakannya dengan orang lain ... 84

Tabel III. 25 Kerelaan responden untuk mempromosikan Agrowisata Sondokoro sebagai

pilihan referensi berwisata bagi orang lain ... 85

Tabel III. 26 Penilaian Terhadap Advertorial dan Word of Mouth Agrowisata Sondokoro

86 ...

Tabel III. 27 Loyalitas Responden kepada Agrowisata Sondokoro ... 87

Tabel III. 28 Agrowisata Sondokoro menjadi pilihan pertama responden ... 89

Tabel III. 29 Responden tidak akan memilih merek lain jika Agrowisata Sondokoro tersedia

(14)

commit to user

xiv

Tabel III. 30 Penilaian Responden bahwa Kualitas Agrowisata Sondokoro Sangat Tinggi

92

Tabel III. 31 Penilaian Responden Bahwa Bahwa Agrowisata Sondokoro Adalah Tempat

Berwisata Yang Fungsional Untuk Liburan ... 93

Tabel III. 32 Responden bisa mengenali Agrowisata Sondokoro diantara merek-merek yang

saling bersaing ... 94

Tabel III. 33 Tingkat Pengetahuan Responden tentang Agrowisata Sondokoro 95

Tabel III. 34 Beberapa karakteristik Agrowisata Sondokoro gampang sekali responden ingat

... 96

Tabel III. 35 Responden bisa dengan cepat mengingat logo atau simbol Agrowisata

Sondokoro ... 97

Tabel III. 36 Penilaian Responden tentang pemilihan Agrowisata Sondokoro ketimbang

tempat wisata yang lain, sekalipun keduanya sama ... 98

Tabel III. 37 Penilaian Responden Tentang Pemilihan Agrowisata Sondokoro Meskipun

Tempat Wisata Yang Lain Memiliki Jenis Yang Sama ... 99

Tabel III. 38 Penilaian Responden Tentang Pemilihan Agrowisata Sondokoro, Meskipun

Tempat Wisata Yang Lain Lebih Bagus ... 100

Tabel III. 39 Penilaian Responden Tentang Pemilihan Agrowisata Sondokoro, Meskipun

Tempat Wisata Yang Lain Tidak Berbeda Dengan Agrowisata Sondokoro ... 102

(15)

commit to user

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Bauran Pemasaran ... 14

Gambar 1.1 Brand Equity ... 32

Gambar 1.2 Diagram Variabel ... 38

Gambar 1.3 Proses Pemilihan Sampel ... 43

(16)

commit to user

xvi

ABSTRAK

Aditya Dwi Putra, D1208507, PENGARUH BRAND DAN COMMUNICATION MIX TERHADAP BRAND EQUITY (Studi Korelasi Antara Karakter Merek, Kualitas Produk, Dan Advertorial & Word of Mouth Agrowisata Sondokoro Terhadap Tingkat Ekuitas Merek Di Mata Pengunjung Agrowisata Sondokoro).

Agrowisata Sondokoro adalah potensi wisata yang menjadi primadona Kabupaten Karanganyar. Agrowisata Sondokoro sejak awal berdiri telah melakukan positioning merek, pemilihan nama dan logo merek, pengembangan merek, dan pengelolaan merek untuk membangun merek yang kuat. Dalam usia yang baru menginjak 5 tahun ini Agrowisata Sondokoro terus berfokus pada pengembangan dan pembangunan fisik fasilitas dan wahana. Hal ini menunjukkan kualitas produk adalah prioritas utama Agrowisata Sondokoro. Pada dasarnya Agrowisata Sondokoro menggunakan kegiatan komunikasi pemasaran terutama melalui advertorial di media cetak dan aktivitas word of mouth marketing untuk meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan. Elemen-elemen brand equity dapat mengintegrasikan dimensi sikap dan perilaku wisatawan terhadap apa yang mereka dapatkan dari Agrowisata Sondokoro.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi antara Karakter Merek, Kualitas Produk dan Advertorial & Word of Mouth Agrowisata Sondokoro Dengan Tingkat Ekuitas Merek di Mata Pengunjung Agrowisata Sondokoro.

Tipe penelitian adalah eksplanatory, dengan menggunakan metode survey (kuantitatif). Subyek penelitian adalah pengunjung Agrowisata Sondokoro dengan jumlah sampel 100 orang. Untuk menganalisa hubungan dua variabel menggunakan rumus tabulasi silang. Hasil analisis tabulasi silang dapat diketahui bahwa sebagian besar responden memberikan penilaian Karakter Merek dan Tingkat Ekuitas Merek Agrowisata Sondokoro dalam kategori sedang dengan jawaban sebanyak 31 orang (31%), responden sebagian besar memberikan penilaian Kualitas Produk dan Tingkat Ekuitas Merek Agrowisata Sondokoro dalam kategori sedang dengan jawaban sebanyak 42 orang (42%), dan responden sebagian besar memberikan penilaian Advertorial & Word of Mouthdan Tingkat Ekuitas Merek Agrowisata Sondokoro dalam kategori sedang dengan jawaban sebanyak 30 orang (30%).

Hasil analisis tabulasi silang dapat ditarik kesimpulan bahwa ada hubungan antara Karakter Merek, Kualitas Produk, dan Advertorial & Word of Mouth Agrowisata Sondokoro Dengan Tingkat Ekuitas Merek (Y). Maka, hubungan ini kurang kuat karena karena mayoritas responden memberikan penilaian hubungan Karakter Merek, Kualitas Produk, Advertorial &

(17)

commit to user

xvii ABSTRACT

Aditya Dwi Putra, D1208507, THE INFLUENCE OF BRAND AND COMMUNICATION MIX ABOUT BRAND EQUITY (A Correlation study among Agrowisata Sondokoro Brand Character, Product Quality, and Advertorial & Word of Mouth to the level of Brand Equity on a Tourist of Agrowisata Sondokoro)

Agrowisata Sondokoro is kind of potential tourism which become more famous in aranganyar Regency. Since it’s born, Agrowisata Sondokoro already have the positioning of brand, naming symbol, promoting, and managing brand for developing strong brand. In the age of 5th, Agrowisata Sondokoro keep on focusing on developing and expanding the facility and model. It’s indicate that quality product is the main priority in Agrowisata Sondokoro. Basicly, Agrowisata Sondokoro use marketing communication activity especially though advertorial mass media and word of mouth marketing activity to increase mount of tourist brand equity elements can intergrating the attitude and behaviour dimentions of tourist to what they have got from Agrowisata Sondokoro.

The research has a purpose to know the correlation among Agrowisata Sondokoro Brand Character, Product Quality, and Advertorial & Word of Mouth to the level of Brand Equity on a Tourist of Agrowisata Sondokoro.

The type of this research is explanatory by using survey method quantitative. The subject is the tourist it self with 100 people for the sample. To analyze the correlation between & variable are using cross tab formulation. The result from cross tab can be known that almost the responden give appraisal for a brand character and level of brand equity in the middle category with the responden answer 31 people (31%), almost the responden give appraisal for a Product Quality and level of brand equity in the middle category with the responden answer 42 people (42%), and %), and also almost the responden give appraisal for a Advertorial & Word of Mouthand level of brand equity in the middle category with the responden answer 30 people (30%).

(18)

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

The hard competition today is driving your competitors to fight hard to lure your

market away. Sejalan dengan semakin pesatnya pertumbuhan dan perubahan ekonomi

dan kegiatan bisnis, semakin membutuhkan strategi untuk menarik dan mempertahankan

konsumen dan pelanggan. Salah satu pendekatan yang digunakan adalah komunikasi

pemasaran (marketing communication).

Kehadiran media cetak dan elektronik telah menimbulkan sikap keseriusan bagi

para pengusaha, dimana mereka dipaksa untuk selalu memperbaiki kualitas produk;

barang dan jasa yang mereka tawarkan. Para pengusaha tidak hanya melakukan strategi

positioning sebuah produk di pasar melalui penetapan standarisasi mutu dan kualitas

pelayanan, namun juga mereka berusaha mempertahankan brand position di benak

konsumen melalui pemantapan strategi promosi. Persaingan produk juga telah

menyebabkan peningkatan biaya belanja iklan dan sejumlah kegiatan promosi lainnya

sebagai upaya untuk merebut perhatian konsumen. Strategi komunikasi pemasaran

(marketing communication) yang tepat dapat menghindarkan perusahaan dari kerugian

yang disebabkan oleh kegiatan promosi yang tidak efektif dan efisien dapat dimasukkan

sebagai bagian dari konsep bauran komunikasi pemasaran (marketing communication

(19)

commit to user

2

Bauran komunikasi pemasaran merupakan penggabungan dari lima model

komunikasi dalam pemasaran, yaitu: advertising, sales promotion, public relations,

personal selling, dan direct selling. Demikian pula halnya dengan event dan exhibition,

keduanya merupakan bagian dari marketingcommunicationmix yang dikembangkan oleh

bagian salespromotion. Bauran pemasaran komunikasi selalu dikaitkan dengan sejumlah

penyampaian pesan tentang: barang, jasa, pelayanan, pengalaman kegiatan, orang,

tempat, kepemilikan, organisasi, informasi, dan gagasan. Luas cakupan kegiatan

pemasaran ini tidak terlepas dari peran komunikasi.1

Kotler juga menyebutkan bahwa marketing mix terdiri dari produk, harga,

promosi, dan distribusi (product, price, promotion, dan place), atau yang biasa dikenal

dengan istilah. dalam‘Four of P’s’. konsep komunikasi, product dihubungkan dengan

solusi pelanggan (costumer solution), price dihubungkan dengan biaya pelanggan

(customers cost), place dihubungkan dengan kenyamanan (convenience), sedang

promotion dihubungkan dengan sebuah komunikasi (communication). Empat konsep ini

sering juga diistilahkan dengan bauran komunikasi (communication mix) ‘Four C’s’. 2

Jika keseluruhan kegiatan komunikasi pemasaran harus diringkas menjadi satu

kata saja, maka kata yang keluar adalah branding. Brand (merek) telah menjadi elemen

krusial yang berkontribusi terhadap kesuksesan sebuah organisasi pemasaran, baik

perusahaan bisnis maupun nirlaba, pemanufaktur maupun penyedia jasa, dan organisasi

lokal maupun global. Tanpa sebuah brand (merek), sebuah produk hanya menjadi

komoditas. Brand adalah produk plus dan berhak meminta konsumen untuk memberikan

1 Rd. Soemanagara, Strategic Marketing Communication, Alfabeta, Bandung, 2006, hal. 1 2

(20)

commit to user

3

pengorbonan ekstra. Setiap brand adalah produk; tetapi tidak semua produk adalah

brand. “A brand is the consumer’s idea of a product” menurut David Ogilvy. 3

Pada era persaingan sekarang ini, arti sebuah brand menjadi sangat penting.

Selain sebagai pembeda dan identitas sebuah produk di tengah-tengah lautan produk

sejenis, sebuah brand mempunyai makna psikologis dan simbolis yang istimewa di mata

konsumen. Brand yang kuat mempunyai brand equity yang tinggi. Pada saat suatu brand

equity sudah terbentuk maka ia menjadi milik perusahaan yang sangat berharga yang jauh

lebih berharga dari aset perusahaan lainnya. Sebuah brand bisa menjadi cashflow

perusahaan. Harry Silverman, CEO Cendant, mengatakan bahwa “mobil bisa hancur

karena kecelakaan lalu lintas, gedung bisa hancur karena kebakaran, tetapi brand hidup

untuk jangka waktu yang sangat lama. Aset fisik perusahaan akan terdepresiasi setiap

tahunnya sehingga waktu dan energi seharusnya dicurahkan untuk membangun,

memperluas, dan mendapatkan manfaat dari suatu brand (Tybout dan Carpenter, 2000).4

Aaker menyatakan bahwa brand equity bisa bernilai bagi perusahaan (company

based brand equity) dan bagi konsumen (customer-based brand equity). Aaker (1991)

mengklasifikasikan elemen-elemen ekuitas merek ke dalam empat kategori : loyalitas

merek, name awareness, perceived quality, dan asosiasi merek (brand associations).

Peran kegiatan komunikasi pemasaran tidak bisa dipungkiri telah “berkuasa” bagi

kelangsungan hidup dan pengembangan kegiatan bisnis dan ekonomi, tidak terkecuali

pariwisata. Pariwisata dapat dikatakan sebagai industri yang semakin berkembang pesat.

Pentingnya peranan pariwisata dalam pembangunan ekonomi di berbagai Negara sudah

3 Ike Janita Dewi, Ph.D, Creating & Sustaining Brand Equity, Amara Books, Yogyakarta, 2009, hal. 1 4

(21)

commit to user

4

tidak diragukan lagi. Banyak Negara sejak beberapa tahun terakhir menggarap pariwisata

dengan serius dan menjadikan pariwisata sebagai sektor unggulan di dalam perolehan

devisa, penciptaan lapangan kerja, maupun pengentasan kemiskinan. Pariwisata dengan

berbagai aspek positifnya, dipandang sebagai passport to development, new kind of

sugar, tool for regional development, invisible export, non-polluting industry, dan

sebagainya.5

Pariwisata, sebagai salah satu produk pelayanan khusus mencakup beberapa hal

spesifik yang harus dipahami dengan baik jika suatu usaha pariwisata mau

memaksimalkan potensinya untuk sukses. Setiap orang yang memutuskan untuk membeli

produk pariwisata mungkin dipengaruhi oleh promosi penyedia produk, menilai produk

yang ditawarkan, mempertimbangkan apakah akan membeli produk pada tingkat harga

yang ditawarkan, dan akhirnya berpikir tentang seberapa mudah produk tersebut didapat

dan dibeli. Setiap aspek di atas secara hati-hati direncanakan oleh pemasar pariwisata

dalam rangka meyakinkan wisatawan potensial untuk membeli produknya. Hal ini yang

sangat disadari dalam upaya pembangunan dan pengembangan Agro Wisata Sondokoro

Karanganyar sejak awal berdiri.

Riwayat Pabrik Gula Tasikmadu Karanganyar Jawa Tengah yang dulu didirikan

oleh KGGPA Mangkunegoro IV pada tahun 1871 yang sekarang berganti PTPN IX

mempunyai potensi pariwisata yang sangat tinggi bagi pariwisata. Pada mulanya wisata

ini diadakan saat pabrik akan melakukan giling tebu untuk pembuatan gula atau yang

sering di sebut "Cembrengang". Kegiatan ini pada intinya merupakan ucapan syukur

kepada Tuhan. Agro Wisata Sondokoro yang dibangun pada akhir tahun 2005 merupakan

(22)

commit to user

5

implementasi dari potensi Pabrik Gula Tasikmadu ini dan kini menjadi sektor pariwisata

andalan dan terkenal di Kabupaten Karanganyar Jawa Tengah.

Dalam upayanya untuk menarik wisatawan, Agro Wisata Sondokoro mempunyai

sejumlah sarana dan fasilitas pendukung wisata mulai dari kolam renang dan water boom

di Area Sri Widowati, jembatan gantung, flying fox, panjat tebing, taman air, dan dunia

kreasi (arena bermain dan belajar anak-anak). Menikmati makanan khas ikan bakar

Sondokoro di Griya Resto Sondokoro akan menjadi momen yang menyenangkan. Selain

gedung pertemuan, pengelola juga menyediakan tempat penginapan bernama Graha

Pindusita.

Agrowisata Sondokoro adalah potensi wisata yang menjadi primadona Kabupaten

Karanganyar. Pengunjung dapat berwisata naik kereta api (spoor) berlokomotif uap kuno

dan berkunjung ke Pabrik Gula Tasik Madu. Kini, agrowisata yang baru beroperasi empat

tahun ini terus mengembangkan berbagai paket wisata menarik.

Pengelola kini mengembangkan paket wisata agrowisata edutainment, yakni

gabungan wisata edukasi dan hiburan, yang ada saat musim liburan. Saat berwisata di

Sondokoro, para siswa akan berkeliling dengan kereta api berlokomotif kuno dan

menyaksikan langsung proses pembuatan gula di PG Tasik Madu serta menikmati

berbagai paket permainan di kawasan Agrowisata Sondokoro.

Untuk paket wisata spoor, pengelola menyiapkan kereta api berlokomotif kuno

yang dulu dipakai untuk menarik lori-lori tebu pada tahun 1800-an. Agrowisata

Sondokoro memiliki lima lokomotif diesel dan sembilan lokomotif uap. Salah satunya

(23)

commit to user

6

Norwegia. Paket wisata pendidikan ini paling diminati sekolah-sekolah di Jawa Tengah

dan sekitarnya.

Agrowisata Sondokoro ditunjang berbagai pembangunan wahana rekreasi di

dalam komplek pabrik makin meneguhkan citra pabrik gula Tasikmadu yang ingin

mengembangkan wahana rekreasi sebagai pemasukan penting selain tetap memproduksi

gula sebagai hasil utama. Produksi gula yang sebagian masih memakai alat-alat kerja

tempo dulu menjadikan salah satu daya tarik pabrik gula Tasikmadu yang bisa dijual.

Seakan ingin menampilkan keeksotikan sebuah pabrik gula peninggalan jaman kolonial

bahkan mengganggapnya sebagai “roh” Agrowisata Sondokoro.

Manajemen Agrowisata Sondokoro berusaha untuk terus meningkatkan brand

wisata unggulan dengan perencanaan pembangunan “Spoor Sakarosa” yang rutenya lebih

panjang di banding Spoor Teboe dan Spoor Gula karena melintas di samping rumah dinas

pegawai Pabrik Gula menuju terowongan yang berada di luar Sondokoro. Selain itu juga

akan dibangun sebuah gedung teater atau bioskop mini, dimana wisatawan dapat melihat

film dokumenter tentang proses pembuatan gula dan sejarah Pabrik Gula Tasik Madu

yang fenomenal. Pengembangan dan pengembangan Agrowisata Sondokoro secara

bertahap dilakukan untuk memperkuat lini produk sebagai aset pariwisata.

Pada dasarnya Agrowisata Sondokoro menggunakan kegiatan promosi seperti

word of mouth, periklanan (advertising), hubungan masyarakat (publicity), dan promosi

penjualan (sales promotion) untuk mendukung kegiatan komunikasi pemasaran untuk

meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan. Media yang digunakan oleh Agrowisata

(24)

commit to user

7

(billboard, spanduk), media elektronik (TV, radio). Dengan promosi diharapkan

masyarakat mengetahui dan berkunjung ke Agrowisata Sondokoro. Konsep wiraswasta

low cost high profit diterapkan yang artinya mengeluarkan dana yang sekecil mungkin,

tetapi hasil yang diharapkan besar. Hal ini berhubungan dana besar yang harus

diinvestasikan untuk pembangunan sarana dan fasilitasnya Agrowisata Sondokoro.

Dalam implementasinya Agrowisata Sondokoro menggunakan advertorial dan word of

mouth sebagai kegiatan promosi yang paling sering digunakan. Dengan kegiatan promosi

yang demikian, Agrowisata Sondokoro menghindari kegiatan promosi yang bersifat hard

selling.

Agrowisata Sondokoro sejak awal berdiri telah melakukan positioning merek,

pemilihan nama dan logo merek, pengembangan merek, dan pengelolaan merek untuk

membangun merek yang kuat. Brand Agrowisata Sondokoro yang tercantum dalam misi

dan visinya. Brand diperkuat dengan motto Agrowisata Sondokoro yakni “Wisata

Historis Tempo Doeloe Solusi Kebersamaan Keluarga” yang terfokus pada target pasar

yaitu wisatawan. Melalui brand equity yang kuat akan menjadi dasar pembangunan

hubungan pelanggan yang kuat dan menguntungkan bagi Agrowisata Sondokoro.

Elemen-elemen brand equity dapat mengintegrasikan dimensi sikap dan perilaku

wisatawan terhadap apa yang mereka dapatkan dari Agrowisata Sondokoro.

Melalui penelitian yang mendasar dan menyeluruh, maka pengelola Agro Wisata

Sondokoro dapat mengetahui korelasi antara bauran pemasaran dengan brand equity.

Berdasarkan hal-hal diatas, maka dalam penelitian ini akan dilakukan penelitian dengan

judul “PENGARUH BRAND DAN COMMUNICATION MIX TERHADAP BRAND

(25)

commit to user

8

Advertorial & Word of Mouth Agrowisata Sondokoro Dengan Tingkat Ekuitas Merek di

Mata Pengunjung Agrowisata Sondokoro”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, permasalahan yang dapat dirumuskan

dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah terdapat hubungan antara Karakter Merek Agrowisata Sondokoro dengan

Tingkat Ekuitas Merek di mata pengunjung Agrowisata Sondokoro?

2. Apakah terdapat hubungan antara Kualitas Produk Agrowisata Sondokoro dengan

Tingkat Ekuitas Merek di mata pengunjung Agrowisata Sondokoro?

3. Apakah terdapat hubungan antara Advertorial & Word of Mouth Agrowisata

Sondokoro dengan Tingkat Ekuitas Merek di mata pengunjung Agrowisata

Sondokoro?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah diatas dapat dikemukakan tujuan penelitian ini,

yaitu :

1. Untuk mengetahui hubungan antara Karakter Merek Agrowisata Sondokoro

dengan Tingkat Ekuitas Merek di mata pengunjung Agrowisata Sondokoro.

2. Untuk mengetahui hubungan antara Kualitas Produk Agrowisata Sondokoro

(26)

commit to user

9

3. Untuk mengetahui hubungan antara Advertorial & Word of Mouth Agrowisata

Sondokoro dengan Tingkat Ekuitas Merek di mata pengunjung Agrowisata

Sondokoro.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi masyarakat

Sebagai bahan informasi untuk masyarakat tentang bauran pemasaran terutama

berhubungan dengan karakter merek, kualitas produk dan kegiatan komunikasi

pemasaran Agrowisata Sondokoro dan mengetahui sikap serta perilaku wisatawan

dalam ekuitas merek.

2. Bagi institusi

a. Agro Wisata Sendokoro

Sebagai penelitian ilmiah yang mampu memberikan masukan bagi pengembangan

dan pengelolaan Agro Wisata melalui bauran pemasaran yang mampu

meningkatkan ekuitas merek di mata pengunjung.

b. Pemerintah Daerah dan Dinas Kebudayaan Karanganyar Jawa Tengah

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan untuk mendukung sektor

pariwisata di Kabupaten Karanganyar jawa Tengah untuk lebih maju, berkembang,

(27)

commit to user

10

3. Bagi peneliti

Penelitian ini sangat berguna untuk menambah pengalaman membuat karya tulis dan

sebagai acuan untuk penelitian lebih lanjut serta sebagai bahan penerapan ilmu yang

didapat selama kuliah.

4. Bagi peneliti lain

Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai acuan untuk penelitian berikutnya

terhadap objek penelitian tentang studi bauran pemasaran dan ekuitas merek.

E. Kerangka Pemikiran dan Teori

Dunia terhubung terhubung satu sama lain melalui komunikasi. William Albight

memberikan definisi komunikasi sebagai : “The process of transmitting meaningfull

symbols between individuals”. Definisi tersebut memberikan implikasi bahwa

komunikasi merupakan sebuah proses sosial yang terjadi antara paling sedikit dua orang,

dimana seseorang mengirimkan sejumlah simbol tertentu kepada orang lain. Komunikasi

terjadi bila kedua pihak saling mengolah dengan baik simbol-simbol yang disampaikan.

Simbol-simbol tersebut dapat disebut sebagai pesan, proses transmisi dilakukan melalui

sejumlah wahana, dan terjadi sejumlah perubahan atau respon terhadap pesan yang

disampaikan.6

Istilah komunikasi atau dalam bahasa inggris “communication” berasal dari kata

communis” yang berarti sama. Menurut Laswell, cara yang terbaik untuk

menggambarkan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan sebagai berikut : “who

says what in which channel to whom with what effect?”. Paradigma Laswell tersebut

(28)

commit to user

11

menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima unsur sebagai jawaban dari pertanyaan

yang diajukan, yaitu :

a. Komunikator (communicator, source, sender)

b. Pesan (message)

c. Media (channel, media)

d. Komunikan (communicant, communicate, receiver, receipent)

e. Efek (effect, impact, influence)

Berdasarkan paradigma Laswell di atas, komunikasi adalah penyampaian pesan

oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu.7

Pada tingkat dasar, komunikasi dapat menginformasikan dan membuat konsumen

potensial menyadari atas keberadaan produk yang ditawarkan. Komunikasi dapat

membujuk konsumen potensial agar masuk ke dalam hubungan pertukaran (exchange

relationship). Komunikasi juga dapat dijadikan pengingat bagi konsumen mengenai

keberadaan produk. Peran lain dari komunikasi adalah untuk membedakan

(differentiating) produk yang ditawarkan oleh suatu perusahaan dengan perusahaan

lainnya. Pada tingkatan yang lebih tinggi, komunikasi juga menawarkan saran pertukaran

itu sendiri.8

Komunikasi akhirnya berkembang menjadi lebih khusus dalam bidang

pemasaran. Hal ini tercermin dari definisi Schifman dan Lazarkanuk komunikasi sebagai

the unique tool that marketers use to persuade consumers to act in desire way” yaitu

(29)

commit to user

12

komunikasi merupakan alat yang digunakan pedagang untuk membujuk konsumen agar

berbuat sesuai dengan keinginannya.9

Pemasaran sebagai sistem dari kegiatan-kegiatan yang saling berhubungan,

ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan, dan

mendistribusikan barang dan jasa kepada konsumen seperti yang diungkapkan oleh

William J. Stanton yang mendefinisikan pemasaran adalah suatu sistem keseluruhan dari

kegiatan-kegiatan bisnis yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga,

mempromosikan, dan mendistribusikan barang dan jasa yang memuaskan kebutuhan baik

kepada pembeli yang ada maupun potensial.10

Seiring dengan meningkatnya kesejahteraan masyarakat, maka konsumsi akan

barang-barang selain kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, dan perumahan juga

semakin meningkat. Begitu juga dengan kebutuhan untuk mengkonsumsi produk-produk

jasa yang timbul dari kebutuhan masyarakat untuk meningkatkan kenyamanan dan

kepuasan. Hal ini menyebabkan perusahaan baik yang menghasilkan produk atau jasa

dituntut menciptakan keunggulan bersaing dengan konsep kepuasan pelanggan sebagai

tujuan utama.

Saat ini jasa mempunyai banyak arti dari mulai pelayanan personal sampai jasa

sebagai produk. Sebenarnya perbedaan antara produk dan jasa sukar dilakukan karena

pembelian suatu produk seringkali disertai dengan jasa-jasa tertentu begitupun

sebaliknya. Meskipun demikian Kotler mendefinisikan jasa adalah setiap tindakan atau

kegiatan yang dapat ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak yang lain, pada dasarnya

(30)

commit to user

13

tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun. Produksi jasa mungkin

berkaitan dengan produksi fisik atau tidak. 11

Empat karakteristik produk jasa, yaitu12 :

1. Ingtability

Jasa tidak dapat dilihat, dirasakan, didengar, atau diraba sebelum dibeli atau

dikonsumsi.

2. Heterognity/ variability/ Incossistency

Jasa bersifat variable karena merupakan non-standardized output artinya terdapat

banyak variasi bentuk, kualitas, dan jenis tergantung pada siapa, kapan, dan dimana

jasa tersebut di produksi.

3. Inseparability

Jasa umumnya dijual terlebih dahulu baru kemudian diproduksi dan di konsumsi pada

waktu dan tempat yang sama.

4. Perishability

Jasa merupakan komoditas yang tidak tahan lama, tidak dapat disimpan untuk

pemakaian ulang di waktu datang, dijual kembali, atau dikembalikan.

Setiap orang yang memutuskan untuk membeli produk pariwisata mungkin

dipengaruhi oleh promosi penyedia produk, menilai produk yang ditawarkan,

mempertimbangkan apakah akan membeli produk pada tingkat harga yang ditawarkan,

dann akhirnya berpikir tentang seberapa mudah produk tersebut didapat dan dibeli. Setiap

aspek di atas secara hati-hati direncanakan oleh pemasar pariwisata dalam rangka

11 Rambat Lupiyoadi, Manajemen Pemasaran Jasa, Salemba Empat, Jakarta, 2001, hal. 6

(31)

commit to user

14

meyakinkan wisatawan potensial untuk membeli produknya. Setiap aspek tersebut

merupakan elemen dasar dari bauran pemasaran pariwisata. Menurut Mc Carthy (1978

dalam Cooper, et al., 1999 : 392), bauran pemasaran merupakan keputusan yang dibuat

dalam hubungannya dengan 4P, yaitu product, price, promotion, dan place (distribution).

Menurut Kotler dan Amstrong, bauran pemasaran merupakan salah satu konsep kunci

dalam teori pemasaran modern. Bauran pemasaran didefinisikan sebagai the set of

marketing tools that work together to affect the marketplace.13 Bauran pemasaran dapat

divisualisasi sebagai berikut :

Gambar 1 Bauran Pemasaran

Bauran Pemasaran

Produk Harga Promosi Distribusi

Target Pasar

(32)

commit to user

15

Produk harga promosi Distribusi

- Pelayanan - biaya - advertising - lokasi

- Kualitas - pemotongan - promosi penjualan - aksesibilitas

- Jangkauan harga - penjualan personal - kenyamanan

- Merek - skimming - humas - transport

- Keunggulan - kredit - penjualan langsung - gudang

- Garansi - saluran

Sumber : Philip Kotler

Kotler juga menyebutkan bahwa marketing mix terdiri dari produk, harga,

promosi, dan distribusi (product, price, promotion, dan place), atau yang biasa dikenal

dengan istilah. dalam‘Four of P’s’. konsep komunikasi, product dihubungkan dengan

solusi pelanggan (costumer solution), price dihubungkan dengan biaya pelanggan

(customers cost), place dihubungkan dengan kenyamanan (convenience), sedang

promotion dihubungkan dengan sebuah komunikasi (communication). Empat konsep ini

sering juga diistilahkan dengan bauran komunikasi (communication mix) ‘Four of C’s’.

Hubungan antara pemasaran dengan komunikasi merupakan hubungan yang erat. 14

Konsep ‘Four of P’s’ meruapakan sudut pandang penjual tentang pasar, bukan

sudut pandang pembeli. Dari sudut pandang pembeli, dalam hubungan pelanggan ini,

‘Four of C’s’ dapat digambarkan sebagai berikut :

14

(33)

commit to user

16

Tabel 1 Relasi Antara Bauran Pemasaran dan Bauran Komunikasi

‘Four of P’s’ ‘Four of C’s’

para pelanggan menganggap diri mereka membeli nilai atau solusi terhadap masalah

mereka. Dan pelanggan tidak hanya tertarik pada harga; mereka tertarik pada biaya total

mendapatkan, menggunakan, dan membuang produk. Pelanggan ingin produk dan jasa

mudah didapat. Akhirnya, mereka menginginkan komunikasi dua arah yang

diterjemahkan sebagai bauran pemasaran dan bauran komunikasi.

Salah satu faktor penunjang keberhasilan promosi adalah pelaksanaan aktivitas

promosi yang tepat sesuai dengan kebijaksanaan perusahaan yang telah ditetapkan serta

disesuaikan dengan pasar yang dituju. Aktivitas merupakan suatu perbuatan atau kegiatan

yang dilakukan seseorang yang mengandung maksud tertentu yang memang dikehendaki

oleh yang melakukan tindakan tersebut.15

Kegiatan promosi bukan saja berfungsi sebagai alat komunikasi antara perusahaan

dengan konsumen melainkan juga sebagai alat untuk mempengaruhi konsumen dalam

kegiatan pembelian/ penggunaan jasa sesuai dengan keinginan dan kebutuhannya. Bagi

setiap perusahaan tersedia aneka macam bauran promosi (promotion mix) yang dapat

digunakan untuk berkomunikasi dengan individu, kelompok, dan organisasi lainnya.

Promotion mix terdiri dari :

(34)

commit to user

17

1. Advertising

Merupakan salah satu bentuk komunikasi interpersonal yang digunakan untuk

perusahaan barang/ jasa. Peranan periklanan dalam pemasaran jasa untuk membangun

kesadaran (awareness) terhadap keberadaan jasa yang ditawarkan, untuk menambah

pengetahuan konsumen tentang jasa yang ditawarkan, untuk membujuk calon

costumer untuk membeli atau menggunakan jasa, membedakan diri perusahaan satu

dengan perusahaan lain yang mendukung positioning jasa.16

Tujuan periklanan :

1. Iklan yang bersifat informasi, iklan yang panjang lebar menerangkan produk

dalam tahap perkenalan guna menciptakan permintaan atas produk tersebut.

2. Iklan membujuk, iklan menjadi penting dalam situasi persaingan, dimana sasaran

perusahaan dalam menciptakan yang selektif akan merek tertentu.

3. Iklan pengingat, iklan sangat penting dalam tahap kedewasaan suatu produk untuk

menjaga agar konsumen selalu ingat terhadap produk tersebut.

4. Iklan pemantapan, berusaha meyakinkan para pembeli bahwa mereka telah

mengambil pilihan yang tepat.

Media yang digunakan untuk melakukan pengiklanan17 :

a. Surat kabar

Salah satu bentuk iklan di surat kabar adalah advertorial. Sebuah advertorial

atau infomercial adalah iklan dirancang untuk mensimulasikan isi editorial, sementara

pada saat yang sama menawarkan informasi yang valid untuk calon klien Anda.

(35)

commit to user

Sifat personal selling lebih luwes karena tenaga penjual secara langsung

menyesuaikan penawaran penjualan dengan kebutuhan dan perilaku masing-masing

calon pembeli dan juga mengetahui reaksi calon pembeli terhadap penawaran

penjualan sehingga dapat melakukan penyesuaian di tempat pada saat itu juga.

Personal selling mempunyai peran penting dalam pemasaran jasa, karena18 :

a. Interaksi secara personal antara penyedia jasa dan konsumen sangat penting.

b. Jasa tersebut disediakan oleh orang bukan jasa mesin.

c. Orang merupakanm bagian dari produk jasa.

3. Sales promotion

Adalah semua kegiatan yang dimaksudkan utnuk meningkatkan arus barang atau jasa

dari produsen sampai pada penjualan akhir.19

4. Public relation

Tujuan public relation dalam pemasaran, antara lain20 :

(36)

commit to user

19

c. Mengatasi permasalahan dan isu yang ada

d. Memperkuat positioning perusahaan

e. Mempengaruhi public yang spesifik

f. Mengadakan launching untuk produk/ jasa

Program public relation, antara lain :

a. Publikasi

Costumer akan berbicara kepada pelanggan lain yang berpotensial tentang

pengalamannya dalam menerima jasa, sehingga word of mouth sangat besar

pengaruhnya dan dampaknya terhadap pemasaran jasa disbanding aktivitas

komunikasi lainnya.21

Proses pengiriman informasi melalui word of mouth mempunyai kekuatan

yang potensial untuk mempengaruhi opini pelanggan yang terfokus pada adopsi

merek serta proses difusi pengenalan merek. Proses difusi dan relasi personal yang

membicarakan tentang pengenalan produk menyebabkan beberapa alasan untuk

mempengaruhi pemikiran.22

21Ibid 22

(37)

commit to user

20

6. Direct marketing

Yang termasuk direct marketing adalah :

a. Direct mail

b. Mail order

c. Direct response

d. Direct selling

e. Telemarketing

f. Digital marketing

Menurut Edward L. Brink dan William T. Kelly yang dikutip oleh Winardi,

Promosi adalah upaya-upaya yang diinisiasi oleh penjual secara terkoordiansi guna

membentuk saluran-saluran informasi dan persuasi guna memajukan penjualan barang

atau jasa tertentu atau penerimaan ide-ide atau pandangan-pandangan tertentu.23

Pada dasarnya promosi merupakan salah satu perangkat dari bauran pemasaran

(marketing mix). Oleh karena itu, promosi juga menjadi elemen penting bagi perusahaan

sebagai penentu keberhasilan dalam persaingan. Program promosi dalam perusahaan jasa

seharusnya mempunyai tiga tujuan utama. Yang pertama adalah menggambarkan manfaat

jasa-jasa secara paling menarik. Kedua ialah membuat tawarannya mudah dibedakan dari

tawaran pesaingnya. Ketiga, membuat nama (reputation) baik. Oleh karena perusahaan

memasarkan hal-hal yak teraba, nama baik merupakan syarat mutlak.24

Semakin banyak produk yang terdapat di pasaran telah menciptakan persaingan

yang luar biasa. Apalagi bagi perusahaan yang dalam tahap perkenalan. Diperlukan

(38)

commit to user

21

rancangan tepat agar dapat diterima pasar. Salah satu aspek krusial dalam penyusunan

rancangan jasa adalah segmentasi, targeting, dan positioning.25

Segmentasi pasar merupakan proses pengelompokkan pasar keseluruhan yang

heterogen ke dalam kelompok-kelompok atau segmen-segmen yang memiliki kesamaan

dalam hal kebutuhan, keinginan, preferensi, perilaku, dan atau respon terhadap program

pemasaran spesifik. Penetapan pasar sasaran memudahkan organisasi pemasaran untuk

menyelaraskan kompetensi, kapasitas, dan sumber dayanya dengan tuntutan kualitas dan

nilai yang diharapkan pelanggan.26 Positioning yaitu proses menciptakan persepsi unik

dan unggul dalam benak konsumen. Program STP (Segmentasi, Targeting, Positioning)

ini sering digunakan oleh perusahaan bisnis yang bertujuan memperoleh laba (profit

oriented) salah satunya adalah industri pariwisata seperti Agro Wisata.

2. Agro Wisata

Indonesia dikenal sebagai Negara agraris yang mempunyai wilayah luas memiliki

banyak potensi dan sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan menjadi obyek wisata

yang bisa mendatangkan devisa negara dari sektor non migas. Sumber daya alam yang

dimaksud adalah berbagai usaha di bidang pertanian, perkebunan, perikanan, perhuatanan

dan lain-lain yang dapat dikembangkan menjadi sumber daya tarik pariwisata yang lebih

dikenal dengan istilah Agro Wisata.27

Berdasarkan Surat Keputusan (SK) bersama Menteri Pariwisata, Pos, dan

Telekomunikasi (Menparpostel) dan Menteri Pertanian Nom KM. 47/ PW DOW/

MPPT-89 dan No. 204/ KPTS/ HK/ 050/ 4/ 19MPPT-89, Agrowisata sebagai bagian dari objek wisata

25

Fandy Tjiptono dan Gregorius Chandra, Op. Cit, hal. 170 26 Ibid, hal. 72

(39)

commit to user

22

yang diartikan sebagai salah suatu bentuk kegiatan yang memanfaatkan usaha agro wisata

dengan tujuan untuk memperluas pengetahuan, pengalaman rekreasi, dan hubungan

usaha di bidang pertanian.28

Agrowisata merupakan kegiatan industri yang mengaharapkan kedatangan para

konsumen secara langsung di tempat wisata yang diselenggarakan. Asset penting untuk

menarik kunjungan wisatawan adalah keaslian, keunikan, kenyamanan, dan keindahan

alam. Karena itu, faktor kualitas lingkungan menjasi modal penting yang harus

disediakan, terutama wilayah yang dimanfaatkan untuk dijelajahi para wisatawan.

Sebagai objek pariwisata, agrowisata tentunya tidak dapat dipisahkan dengan kegiatan

rekreasi. Rekreasi di tengah alam yang indah dan nyaman memnag memiliki kepuasan

tersendiri. Sebagai tempat rekreasi, pengelola agrowisata perlu membuat fasilitas-fasilitas

penunjang atau paket-paket acara yang dapat menimbulkan rasa rindu bagi pengunjung

untuk menikmatinya kembali. Kesan ini akan menjadi promosi yang efektif bagi

agrowisata dan masyarakat sekitarnya.

Agrowisata mempunyai banyak manfaat, diantaranya29 :

a. Meningkatkan konservasi lingkungan

b. Meningkatka nilai estetika dan keindahan alam

c. Memberikan nilai rekreasi

d. Meningkatkan kegiatan ilmiah dan pengembangan ilmu pengetahuan.

e. Mendapatkan nilai ekonomi

Jika diteliti secara seksama, pemasaran jasa lebih sulit dibandingkan pemasaran

barang. Hal ini karena pemasaran jasa menawarkan sesuatu yang tidak dapat diraba, tidak

(40)

commit to user

23

dapat dilihat tetapi dapat dirasakan jika konsumen telah membeli jasa tersebut. Tempat

wisata dalam penelitian ini adalah agrowisata merupakan organisasi bisnis yang

menawarkan produk dalam kategori jasa, yaitu jasa hiburan.

Pada dasarnya, pemasaran wisata sama dengan pemasaran pada umumnya. Akan

tetapi, diakarenakan wisata adalah produk jasa maka harus mempunyai kekhususan,

misalnya30 :

a. Kekakuan (rigidity), komponen uatama penawaran wisata di begara penerima

wisatawan, misalnya prasarana wisata, asset sejarah, budaya, dan lingkungan alam.

b. Keluwesan yang tinggi (elacticity), permintaan pariwsita dilihat dari kondisi ekonomi

dan daya beli karena pariwisata belum merupakan kebutuhan hidup.

c. Fleksibiltas permintaan pariwisata yang dipengaruhi oleh faktor-faktor

psikososiologis dan politis.

d. Jasa dalam pariwisata harus dimanfaatkan di tempat penawaran itu juga, tempat jasa

pelayanan disiapkan.

e. Produk wisata yang dibeli merupakan perakitan dari berbagai konsumen yang saling

melengkapi membentuk kesatuan produk. Tidak ada patokan produk wisata yang

dicari wisatawan.

Menurut Krippendorf, dalam bukunya “Marketing et Tourism”, memberikan

definisi pemasaran pariwisata sebagai berikut :

Penyesuaian yang sistematis dan terkoordiansi mengenai kebijakan dari

badan-badan usaha wisata maupun kebijakan dalam sector pariwista pada tingkat

pemerintah, lokal, regional, nasional, dan internasionak, guna mencapai titik

(41)

commit to user

24

kepuasan optimal kebutuhan-kebutuhan kelompok pelanggan tertentu yang telah

ditetapkan sebelumnya sekaligus untuk mencapai tingkat keuntungan yang

memadai.”31

Terdapat hubungan yang signifikan antara kegiatan komunikasi Jika

keseluruhan kegiatan komunikasi pemasaran harus diringkas menjadi satu kata saja,

maka kata yang keluar adalah branding. Brand (merek) telah menjadi elemen krusial

yang berkontribusi terhadap kesuksesan sebuah organisasi pemasaran, baik

perusahaan bisnis maupun nirlaba, pemanufaktur maupun penyedia jasa, dan

organisasi lokal maupun global. Tanpa sebuah brand (merek), sebuah produk hanya

menjadi komoditas. Brand adalah produk plus dan berhak meminta konsumen untuk

memberikan pengorbonan ekstra. Setiap brand adalah produk; tetapi tidak semua

produk adalah brand. “A brand is the consumer’s idea of a product” menurut David

Ogilvy.32

Menurut UU Merek No. 15 Tahun 2001 pasal 1 ayat 1, merek adalah “tanda

yang berupa gambar, nama, kata, hruf-huruf, angka-angka, susunan warna, atau

kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan digunakan

dalam kegiatan pedagangan barang atau jasa”. 33

Sebuah merek memiliki beberapa elemen atau identitas, baik yang bersifat

tangible maupun intangible.

31Ibid, hal. 27 32 Ibid

(42)

commit to user

25

Tabel 1.1 Elemen Merek

No. Elemen Tangible dan Visual Elemen Intangible Referensi

1. Simbol dan slogan Identitas, merek korporat,

komunikasi terintegrasi,

3. Nama, merek dagang Positioning, komunikasi

merek

Biggar & Selame (1992) 4. Kapabilitas fungsional, nama,

proteksi hokum

5. Fungsionalitas Representasionalitas De Chernatony

& Mc William (1989)

6. Kehadiran dan kinerja Relevansi, keunggulan,

ikatan khusus (bond)

8. Bentuk fisik Kepribadian, relasi, budaya,

refleksi, citra diri

Kapferer ( 1997)

9. Nilai fungsional Nilai sosial dan personal O’Malley (1991)

Sumber : Fandy Tjiptono, Brand Management & Strategy

Ditinjau dari perspektif pemasaran, brand equity dirumuskan sebagai “the

added value with which a brand endows a product” (Farquhar, 1989), “the value of a

brand as a signal to costumers” (Erdem & Swait, 1998), “the set of associations and

behaviors on the part of a brand’s costumers, channel members and parent

corporation that permits the brand to earn greater volume or greater margins than it

could without the brand name and thet gives the brand a strong, sustainable, and

differentiated competitive advantage” (Marketing Science Institute, dikutip dalam

Srivastava & Shocker, 1991), “incremental utility associated with a brand name

(43)

commit to user

26

differential effect of a brand knowledge an costumer response to the marketing of

the brand” (Keller, 1993).

Dalam jurnal internasional Lisa Wood dari Sheffield Hallam University,

Sheffield, UK mengenai jurnalnya yang berjudul “Brands and Brand Equity :

Definition and Management”, mengatakan bahwa An attempt to define the

relationship between customers and brands produced the term ``brand equity'' in the

marketing literature. The concept of brand equity has been debated both in the

accounting and marketing literatures, and has highlighted the importance of having a

long-term focus within brand management. Although there have been significant

moves by companies to be strategic in the way that brands are managed, a lack of

common terminology and philosophy within and between disciplines persists and may

hinder communication. Brand equity, like the concepts of brand and added value

(discussed in the section headed ``The brand construct'') has proliferated into

multiple meanings. Accountants tend to define brand equity differently from

marketers, with the concept being defined both in terms of the relationship between

customer and brand (consumer-oriented definitions), or as something that accrues to

the brand owner (company-oriented definitions). Feldwick (1996) simplifies the

variety of approaches, by providing a classification of the different meanings of

brand equity as : the total value of a brand as a separable asset ± when it is sold, or

(44)

commit to user

27

brand; a description of the associations and beliefs the consumer has about the

brand.34

Jurnal internasional di atas menjelaskan bahwa brand sangatlah bernilai

sebagai aset jangka panjang bagi perusahaan. Hal ini terlihat dari pemikiran bahwa

brand benilai, sehingga terjadi hubungan antara brand loyalty dan brand value yang

dibentuk oleh sistem di perusahaan. Brand equity terbentuk dari konstruk dan konsep

branding dan komunikasi yang efektif diantara fungsi akuntansi dan pemasaran.

Pada jurnal internasional yang lain, Tulin Erden dari Haas School of Business

University of California, Berkeley dan Joffre Swait dari University of Florida and

Advanis Inc. Dalam jurnalnya yang berjudul “Brand Equity as a Signaling

Phenomenon” mengatakan bahwa Marketing mix strategies both affect and are

affected by the degree and nature of the informational iimperfections and

asymmetries in a market. For example, holding uncertainty about quality in a product

category may encourage firm to offer warranties. However, the existence of credible

warranties, in turn, influences the degree of imperfect and asymmetric information

and feed back into the informational aspects of the marketplace. These informational

aspect of the marketplace may encourage firms to use brands as signals. A brand

signal is composed of a firms past and present marketing mix strategies and an

activities associates with that brand.35

Jurnal internasional di atas menjelaskan bahwa junal ini ditulis berdsarkan

informasidari perspektif ekonomi pada nilai atau ekuitas merek menurut penilaian

34

Lisa Wood (2000), “Brands and Brand Equity : Definition and Management”, Journal of Management Decision 38/9 [2000] 662±669

35

(45)

commit to user

28

konsumen. Konsumen menilai bagaimana brand equity dibentuk oleh atribut

produknya, bagaimana merek diinformasikan, dan menilai apakah produk kredibel

atau berkualitas melalui strategi perusahaan dalam pemasaran mix dan aktivitas

branding.

Aaker menyatakan bahwa brand equity yang tinggi mampu menciptakan aset

berharga yang tidak ternilai terhadap merek karena memiliki “high awareness; many

loyal costumers, a high reputation for perceived quality, proprietary brand asset such

as access to scare distribution channels or to patents; or the kind of brand

associations (such as personality associations) on which we will focus this chapter”.

Sedangkan bagi pelanggan brand equity mampu menciptakan “benefits the brand

offers, feel more confident of it, and get more satisfaction from using it because of

such costumer preference, the brand can charge a higher price, command more

loyalty, and run more efficient marketing programs”.36

Salah satu definisi brand equity yang paling banyak dikutip adalah definisi

versi aset dan kewajiban (liabilities) merek yang terkait dengan sebuah merek, nama,

dan simbolnya, yang menambah atau mengurangi nilai yang diberikan sebuah produk

atau jasa kepada perusahaan dan/ atau pelanggan perusahaan tersebut”. Definisi

Aaker menyiratkan bahwa brand equity bisa bernilai bagi perusahaan (company

based brand equity) dan bagi konsumen (customer-based brand equity).37

Lebih lanjut, Keller (2002) mengidentifikasi tiga aliran utama dalam studi

brand equity : psikologi konsumen (psikologi kognitif), ekonomika (signaling

(46)

commit to user

29

theory), serta biologi dan sosiologi. Sejauh ini terdapat dua model brand equity

mapan dalam aliran psikologi kognitif yaitu model Aaker (1991, 1995; AAker &

Joachimsthaler, 2000) dan model Keller (1993, 2003).38

Dalam model Aaker, brand equity diformulasikan dari sudut pandang

manajerial dan strategi korporat, meskipun landasan utamanya adalah perilaku

konsumen. Aaker menjabarkan aset merek yang berkontribusi pada penciptaan brand

equity ke dalam empat dimensi : brand awareness, perceived quality, brand

associations, dan brand loyality.39

a. Brand awareness, yaitu kemampuan konsumen untuk mengenali atau mengingat

bahwa sebuah merek merupakan anggota dari kategori produk tertentu.

b. Perceived quality merupakan penilaian konsumen terhadap keunggulan atau

superioritas produk secara keseluruhan. Oleh sebab itu, perceived quality

didasarkan pada evaluasi subyektif konsumen (bukan manajer atau pakar)

terhadap kualitas produk.

c. Brand associations, yakni segala sesuatu yang terkait dengan memori terhadap

sebuah merek. Brand associations berkaitan erat dengan brand image, yang

didefinisikan sebagai serangkaian asosiasi merek dengan makna tertentu. Asosiasi

merek memiliki tingkat kekuatan tertentu dan akan semakin kuat seiring dengan

pengalaman konsumsi atau eksposur dengan spesifik.

d. Brand loyalty, yaitu “the attachment that customer has to a brand”.

(47)

commit to user

30

Gambar 1.1 Brand Equity

Brand Equity

Brand Awarness Perceived Quality Brand Associations Brand Loyalty

Sumber : Aaker (1991, 1995), Aaker & Joachimsthaler (2000).

Yoo & Donthu (2001) mengembangkan dan memvalidasi skala pengukuran CBBE

multi-dimensional. Mereka mendifinisikan brand equity sebagai “consumers different

response between a focal brand and unbranded product when both have same level of

marketing stimuli and product attributes”. Perbedaan respon tersebut diatribusikan pada

nama merek dan mencerminkan dampak investasi pemasaran jangka panjang pada merek.

Studi empiris dilakukan Yoo & Donthu (2001)yang menghasilkan 10 item multidimensional

brand equity (MBE) yang mencerminkan tiga dimensi utama utama : loyalitas merek,

perceived quality, dan brand awareness/ associations.40

Tabel 1.2 Ukuran MBE dan OBE (Yoo & Donthu, 2001)

No. DIMENSI/ FAKTOR ITEM SPESIFIK

ITEM-ITEM MULTIDIMENSIONAL BRAND EQUITY (MBE)

1. Loyalitas merek

Saya menganggap diri saya loyal pada X

X menjadi pilihan pertama saya

Saya tidak akan membeli merek lain jika X tersedia di took

2. Perceived quality Kemungkinan kualitas X sangat tinggi

(48)

commit to user

31

Kemungkinan bahwa X bakal fungsional sangat tinggi

3. Brand awareness dan

brand associations

Saya bisa mengenali X diantara merek-merek yang saling bersaing

Saya tahu tentang X

Beberapa karakteristik X gampang sekali saya ingat

Saya bisa dengan cepat mengingat logo atau symbol X

Saya mengalami kesulitan dalam membayangkan X di benak saya

ITEM-ITEM OVERALL BRAND EQUITY (OBE)

4. Overall brand equity Adalah logis membeli X ketimbang merek lain, sekalipun keduanya sama

Walaupun merek lain memiliki fitur yang sama dengan X, saya akan lebih suka membeli X

Bila ada merek lain yang sebagus X, saya lebih suka membeli X

Jika merek lain sama sekali tidak berbeda dengan X, akan tetap bijaksana bila membeli X

Catatan : X = nama merek.

Sumber : Yoo & Donthu (2001)

F. HIPOTESIS

Berdasarkan kerangka teori yang telah dikemukakan,maka diambil rumusan

hipotesa untuk menjawab perumusan masalah yang telah dirumuskan dan kesimpulan

sementara dalam member jawaban yang masih diuji dan dibuktikan kebenarannya.

(49)

commit to user

32

1. Terdapat hubungan antara antara Karakter Merek Agrowisata Sondokoro dengan

Tingkat Ekuitas Merek di mata pengunjung Agrowisata Sondokoro.

2. Terdapat hubungan yang signifikan antara antara Kualitas Produk Agrowisata

Sondokoro dengan Tingkat Ekuitas Merek di mata pengunjung Agrowisata

Sondokoro.

3. Terdapat hubungan yang signifikan antara antara Advertorial & Word of Mouth

Agrowisata Sondokoro dengan Tingkat Ekuitas Merek di mata pengunjung

Agrowisata Sondokoro.

G. Definisi Konsep

Sasaran penelitian adalah korelasi atau hubungan antara bauran komunikasi

Agrowisata Sondokoro dengan brand equity di mata pengunjung Agrowisata Sondokoro.

Pengunjung Agrowisata Sondokoro disebut sebagai wisatawan. Wisatawan mengunjungi

sebuah destinasi berdasarkan beberapa pertimbangan yaitu aksebilitas, fasilitas yang

sesuai dan memadai, keamanan, dan sebagainya. Tetapi faktor yang esensial adalah

persepsi wisatawan tentang hubungan antara karakteristik destinasi dan kebutuhannya

akan pemenuhan hasrat leisure-nya, preferensi, dan rasa. Setiap aspek tersebut

merupakan elemen dasar dari bauran pemasaran pariwisata.

Faktor-faktor yang menerpa pengunjung Agrowisata Sondokoro adalah Karakter

Gambar

Gambar 1 Bauran Pemasaran
Tabel 1 Relasi Antara Bauran Pemasaran dan Bauran Komunikasi
Tabel 1.1 Elemen Merek
Tabel 1.2 Ukuran MBE dan OBE (Yoo & Donthu, 2001)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Ucapan terima kasih saya sampaikan juga untuk segala kemu- dahan yang diberikan oleh PT Rinnai Indonesia kepada saya untuk memakai produk Rinnai sebagai bagian dari topik

The method of this study is library research. The primary source is the novel entitled My Name is Red. The secondary sources are taken from books and articles which

Given the specific postcolonial conditions, the female characters in both novels come across as autonomous and having their individual voices that cannot be reduced into one

Dalam membangun rumah tradisional Jawa, kita tidak hanya sekedar mendesain rumah yang sesuai dengan keinginan kita, kemudian kita membangunnya. Dalam membangun

Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 10 Tahun 2007 tentang Pedoman Pembentukan Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) dan Dewan Penasehat Forum

Tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan motivasi melaksanakan diet pada pasien diabetes mellitus rawat jalan di RSUD Dr.. Bagi RSUD

digunakan untuk seleksi in vitro ini adalah mutan kedelai Kipas Putih generasi ke-3 (M 3 ) terpilih hasil seleksi untuk karakter agronomi dan produksi, varietas

Skripsi yang berjudul “Pengaruh Variabel Makro dan Mikro Ekonomi terhadap Likuiditas Bank Syariah di Indonesia” ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan