• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kerangka Pemikiran dan Teori

Dunia terhubung terhubung satu sama lain melalui komunikasi. William Albight memberikan definisi komunikasi sebagai : “The process of transmitting meaningfull symbols between individuals”. Definisi tersebut memberikan implikasi bahwa komunikasi merupakan sebuah proses sosial yang terjadi antara paling sedikit dua orang, dimana seseorang mengirimkan sejumlah simbol tertentu kepada orang lain. Komunikasi terjadi bila kedua pihak saling mengolah dengan baik simbol-simbol yang disampaikan. Simbol-simbol tersebut dapat disebut sebagai pesan, proses transmisi dilakukan melalui sejumlah wahana, dan terjadi sejumlah perubahan atau respon terhadap pesan yang disampaikan.6

Istilah komunikasi atau dalam bahasa inggris “communication” berasal dari kata “communis” yang berarti sama. Menurut Laswell, cara yang terbaik untuk menggambarkan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan sebagai berikut : “who says what in which channel to whom with what effect?”. Paradigma Laswell tersebut

commit to user

11

menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan, yaitu :

a. Komunikator (communicator, source, sender) b. Pesan (message)

c. Media (channel, media)

d. Komunikan (communicant, communicate, receiver, receipent) e. Efek (effect, impact, influence)

Berdasarkan paradigma Laswell di atas, komunikasi adalah penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu.7

Pada tingkat dasar, komunikasi dapat menginformasikan dan membuat konsumen potensial menyadari atas keberadaan produk yang ditawarkan. Komunikasi dapat membujuk konsumen potensial agar masuk ke dalam hubungan pertukaran (exchange relationship). Komunikasi juga dapat dijadikan pengingat bagi konsumen mengenai keberadaan produk. Peran lain dari komunikasi adalah untuk membedakan (differentiating) produk yang ditawarkan oleh suatu perusahaan dengan perusahaan lainnya. Pada tingkatan yang lebih tinggi, komunikasi juga menawarkan saran pertukaran itu sendiri.8

Komunikasi akhirnya berkembang menjadi lebih khusus dalam bidang pemasaran. Hal ini tercermin dari definisi Schifman dan Lazarkanuk komunikasi sebagai “the unique tool that marketers use to persuade consumers to act in desire way” yaitu

7 Onong U. Effendi, Ilmu Komunikasi : Teori dan Praktek, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2005, hal. 10 8 Sutisna, Perilaku Konsumen dan Komunikasi Pemasaran, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2002, hal. 226

commit to user

12

komunikasi merupakan alat yang digunakan pedagang untuk membujuk konsumen agar berbuat sesuai dengan keinginannya.9

Pemasaran sebagai sistem dari kegiatan-kegiatan yang saling berhubungan,

ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan, dan

mendistribusikan barang dan jasa kepada konsumen seperti yang diungkapkan oleh William J. Stanton yang mendefinisikan pemasaran adalah suatu sistem keseluruhan dari kegiatan-kegiatan bisnis yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan, dan mendistribusikan barang dan jasa yang memuaskan kebutuhan baik kepada pembeli yang ada maupun potensial.10

Seiring dengan meningkatnya kesejahteraan masyarakat, maka konsumsi akan barang-barang selain kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, dan perumahan juga semakin meningkat. Begitu juga dengan kebutuhan untuk mengkonsumsi produk-produk jasa yang timbul dari kebutuhan masyarakat untuk meningkatkan kenyamanan dan kepuasan. Hal ini menyebabkan perusahaan baik yang menghasilkan produk atau jasa dituntut menciptakan keunggulan bersaing dengan konsep kepuasan pelanggan sebagai tujuan utama.

Saat ini jasa mempunyai banyak arti dari mulai pelayanan personal sampai jasa sebagai produk. Sebenarnya perbedaan antara produk dan jasa sukar dilakukan karena pembelian suatu produk seringkali disertai dengan jasa-jasa tertentu begitupun sebaliknya. Meskipun demikian Kotler mendefinisikan jasa adalah setiap tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak yang lain, pada dasarnya

9 Leong G. Schiffman & Lesli Lazarkanuk, Customer Behaviour, Prentice, New York, 1994, hal. 283 10 Basu Swastha dan Irawan, Manajemen Pemasaran Modern, Liberty, Yogyakarta, 1990, hal. 5

commit to user

13

tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun. Produksi jasa mungkin berkaitan dengan produksi fisik atau tidak. 11

Empat karakteristik produk jasa, yaitu12 :

1. Ingtability

Jasa tidak dapat dilihat, dirasakan, didengar, atau diraba sebelum dibeli atau dikonsumsi.

2. Heterognity/ variability/ Incossistency

Jasa bersifat variable karena merupakan non-standardized output artinya terdapat banyak variasi bentuk, kualitas, dan jenis tergantung pada siapa, kapan, dan dimana jasa tersebut di produksi.

3. Inseparability

Jasa umumnya dijual terlebih dahulu baru kemudian diproduksi dan di konsumsi pada waktu dan tempat yang sama.

4. Perishability

Jasa merupakan komoditas yang tidak tahan lama, tidak dapat disimpan untuk pemakaian ulang di waktu datang, dijual kembali, atau dikembalikan.

Setiap orang yang memutuskan untuk membeli produk pariwisata mungkin dipengaruhi oleh promosi penyedia produk, menilai produk yang ditawarkan, mempertimbangkan apakah akan membeli produk pada tingkat harga yang ditawarkan, dann akhirnya berpikir tentang seberapa mudah produk tersebut didapat dan dibeli. Setiap aspek di atas secara hati-hati direncanakan oleh pemasar pariwisata dalam rangka

11 Rambat Lupiyoadi, Manajemen Pemasaran Jasa, Salemba Empat, Jakarta, 2001, hal. 6

commit to user

14

meyakinkan wisatawan potensial untuk membeli produknya. Setiap aspek tersebut merupakan elemen dasar dari bauran pemasaran pariwisata. Menurut Mc Carthy (1978 dalam Cooper, et al., 1999 : 392), bauran pemasaran merupakan keputusan yang dibuat dalam hubungannya dengan 4P, yaitu product, price, promotion, dan place (distribution). Menurut Kotler dan Amstrong, bauran pemasaran merupakan salah satu konsep kunci dalam teori pemasaran modern. Bauran pemasaran didefinisikan sebagai the set of marketing tools that work together to affect the marketplace.13 Bauran pemasaran dapat divisualisasi sebagai berikut :

Gambar 1 Bauran Pemasaran

Bauran Pemasaran

Produk Harga Promosi Distribusi

Target Pasar

commit to user

15

Produk harga promosi Distribusi

- Pelayanan - biaya - advertising - lokasi

- Kualitas - pemotongan - promosi penjualan - aksesibilitas

- Jangkauan harga - penjualan personal - kenyamanan

- Merek - skimming - humas - transport

- Keunggulan - kredit - penjualan langsung - gudang

- Garansi - saluran

Sumber : Philip Kotler

Kotler juga menyebutkan bahwa marketing mix terdiri dari produk, harga, promosi, dan distribusi (product, price, promotion, dan place), atau yang biasa dikenal dengan istilah. dalam‘Four of P’s’. konsep komunikasi, product dihubungkan dengan solusi pelanggan (costumer solution), price dihubungkan dengan biaya pelanggan (customers cost), place dihubungkan dengan kenyamanan (convenience), sedang

promotion dihubungkan dengan sebuah komunikasi (communication). Empat konsep ini sering juga diistilahkan dengan bauran komunikasi (communication mix) ‘Four of C’s’. Hubungan antara pemasaran dengan komunikasi merupakan hubungan yang erat. 14

Konsep ‘Four of P’s’ meruapakan sudut pandang penjual tentang pasar, bukan sudut pandang pembeli. Dari sudut pandang pembeli, dalam hubungan pelanggan ini,

‘Four of C’s’ dapat digambarkan sebagai berikut :

14

commit to user

16

Tabel 1 Relasi Antara Bauran Pemasaran dan Bauran Komunikasi

‘Four of P’s’ ‘Four of C’s’

Produk Price Place Promotion

Customer Solution (solusi pelanggan) Customer Cost (biaya pelanggan) Convenience (kenyamanan) Communication (komunikasi) Sumber : Philip Kotler

Oleh karena itu, sementara para pemasar melihat diri mereka menjual produk, para pelanggan menganggap diri mereka membeli nilai atau solusi terhadap masalah mereka. Dan pelanggan tidak hanya tertarik pada harga; mereka tertarik pada biaya total mendapatkan, menggunakan, dan membuang produk. Pelanggan ingin produk dan jasa mudah didapat. Akhirnya, mereka menginginkan komunikasi dua arah yang diterjemahkan sebagai bauran pemasaran dan bauran komunikasi.

Salah satu faktor penunjang keberhasilan promosi adalah pelaksanaan aktivitas promosi yang tepat sesuai dengan kebijaksanaan perusahaan yang telah ditetapkan serta disesuaikan dengan pasar yang dituju. Aktivitas merupakan suatu perbuatan atau kegiatan yang dilakukan seseorang yang mengandung maksud tertentu yang memang dikehendaki oleh yang melakukan tindakan tersebut.15

Kegiatan promosi bukan saja berfungsi sebagai alat komunikasi antara perusahaan dengan konsumen melainkan juga sebagai alat untuk mempengaruhi konsumen dalam kegiatan pembelian/ penggunaan jasa sesuai dengan keinginan dan kebutuhannya. Bagi setiap perusahaan tersedia aneka macam bauran promosi (promotion mix) yang dapat digunakan untuk berkomunikasi dengan individu, kelompok, dan organisasi lainnya.

Promotion mix terdiri dari :

commit to user

17

1. Advertising

Merupakan salah satu bentuk komunikasi interpersonal yang digunakan untuk perusahaan barang/ jasa. Peranan periklanan dalam pemasaran jasa untuk membangun kesadaran (awareness) terhadap keberadaan jasa yang ditawarkan, untuk menambah pengetahuan konsumen tentang jasa yang ditawarkan, untuk membujuk calon

costumer untuk membeli atau menggunakan jasa, membedakan diri perusahaan satu dengan perusahaan lain yang mendukung positioning jasa.16

Tujuan periklanan :

1. Iklan yang bersifat informasi, iklan yang panjang lebar menerangkan produk dalam tahap perkenalan guna menciptakan permintaan atas produk tersebut. 2. Iklan membujuk, iklan menjadi penting dalam situasi persaingan, dimana sasaran

perusahaan dalam menciptakan yang selektif akan merek tertentu.

3. Iklan pengingat, iklan sangat penting dalam tahap kedewasaan suatu produk untuk menjaga agar konsumen selalu ingat terhadap produk tersebut.

4. Iklan pemantapan, berusaha meyakinkan para pembeli bahwa mereka telah mengambil pilihan yang tepat.

Media yang digunakan untuk melakukan pengiklanan17 :

a. Surat kabar

Salah satu bentuk iklan di surat kabar adalah advertorial. Sebuah advertorial atau infomercial adalah iklan dirancang untuk mensimulasikan isi editorial, sementara pada saat yang sama menawarkan informasi yang valid untuk calon klien Anda.

16 Rambat Lupiyoadi, Op. cit, hal. 108-111 17Ibid

commit to user 18 b. Majalah c. Radio d. Televisi e. Internet f. Papan reklame g. Direct mail 2. Personal selling

Sifat personal selling lebih luwes karena tenaga penjual secara langsung menyesuaikan penawaran penjualan dengan kebutuhan dan perilaku masing-masing calon pembeli dan juga mengetahui reaksi calon pembeli terhadap penawaran penjualan sehingga dapat melakukan penyesuaian di tempat pada saat itu juga.

Personal selling mempunyai peran penting dalam pemasaran jasa, karena18 : a. Interaksi secara personal antara penyedia jasa dan konsumen sangat penting. b. Jasa tersebut disediakan oleh orang bukan jasa mesin.

c. Orang merupakanm bagian dari produk jasa. 3. Sales promotion

Adalah semua kegiatan yang dimaksudkan utnuk meningkatkan arus barang atau jasa dari produsen sampai pada penjualan akhir.19

4. Public relation

Tujuan public relation dalam pemasaran, antara lain20 :

a. Membangun citra

b. Mendukung aktivitas komunikasi lainnya

18Ibid 19Ibid 20Ibid

commit to user

19

c. Mengatasi permasalahan dan isu yang ada

d. Memperkuat positioning perusahaan

e. Mempengaruhi public yang spesifik f. Mengadakan launching untuk produk/ jasa

Program public relation, antara lain : a. Publikasi

b. Events

c. Hubungan dengan investor d. Exhibition/ pameran

e. Mensponsori beberapa acara 5. Word of Mouth

Dalam hal ini peranan orang sangat penting dalam mempromosikan jasa.

Costumer akan berbicara kepada pelanggan lain yang berpotensial tentang pengalamannya dalam menerima jasa, sehingga word of mouth sangat besar pengaruhnya dan dampaknya terhadap pemasaran jasa disbanding aktivitas komunikasi lainnya.21

Proses pengiriman informasi melalui word of mouth mempunyai kekuatan yang potensial untuk mempengaruhi opini pelanggan yang terfokus pada adopsi merek serta proses difusi pengenalan merek. Proses difusi dan relasi personal yang membicarakan tentang pengenalan produk menyebabkan beberapa alasan untuk mempengaruhi pemikiran.22

21Ibid 22

commit to user

20

6. Direct marketing

Yang termasuk direct marketing adalah :

a. Direct mail b. Mail order c. Direct response d. Direct selling e. Telemarketing f. Digital marketing

Menurut Edward L. Brink dan William T. Kelly yang dikutip oleh Winardi, Promosi adalah upaya-upaya yang diinisiasi oleh penjual secara terkoordiansi guna membentuk saluran-saluran informasi dan persuasi guna memajukan penjualan barang atau jasa tertentu atau penerimaan ide-ide atau pandangan-pandangan tertentu.23

Pada dasarnya promosi merupakan salah satu perangkat dari bauran pemasaran (marketing mix). Oleh karena itu, promosi juga menjadi elemen penting bagi perusahaan sebagai penentu keberhasilan dalam persaingan. Program promosi dalam perusahaan jasa seharusnya mempunyai tiga tujuan utama. Yang pertama adalah menggambarkan manfaat jasa-jasa secara paling menarik. Kedua ialah membuat tawarannya mudah dibedakan dari tawaran pesaingnya. Ketiga, membuat nama (reputation) baik. Oleh karena perusahaan memasarkan hal-hal yak teraba, nama baik merupakan syarat mutlak.24

Semakin banyak produk yang terdapat di pasaran telah menciptakan persaingan yang luar biasa. Apalagi bagi perusahaan yang dalam tahap perkenalan. Diperlukan

23 Winardi, Promosi dan Reklame, Mandar Maju, Bandung, 1992, hal. 148 24 William J. Stanton, Prinsip Pemasaran, Erlangga, Jakarta, 1993, hal. 233

commit to user

21

rancangan tepat agar dapat diterima pasar. Salah satu aspek krusial dalam penyusunan rancangan jasa adalah segmentasi, targeting, dan positioning.25

Segmentasi pasar merupakan proses pengelompokkan pasar keseluruhan yang heterogen ke dalam kelompok-kelompok atau segmen-segmen yang memiliki kesamaan dalam hal kebutuhan, keinginan, preferensi, perilaku, dan atau respon terhadap program pemasaran spesifik. Penetapan pasar sasaran memudahkan organisasi pemasaran untuk menyelaraskan kompetensi, kapasitas, dan sumber dayanya dengan tuntutan kualitas dan nilai yang diharapkan pelanggan.26 Positioning yaitu proses menciptakan persepsi unik dan unggul dalam benak konsumen. Program STP (Segmentasi, Targeting, Positioning) ini sering digunakan oleh perusahaan bisnis yang bertujuan memperoleh laba (profit oriented) salah satunya adalah industri pariwisata seperti Agro Wisata.

2. Agro Wisata

Indonesia dikenal sebagai Negara agraris yang mempunyai wilayah luas memiliki banyak potensi dan sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan menjadi obyek wisata yang bisa mendatangkan devisa negara dari sektor non migas. Sumber daya alam yang dimaksud adalah berbagai usaha di bidang pertanian, perkebunan, perikanan, perhuatanan dan lain-lain yang dapat dikembangkan menjadi sumber daya tarik pariwisata yang lebih dikenal dengan istilah Agro Wisata.27

Berdasarkan Surat Keputusan (SK) bersama Menteri Pariwisata, Pos, dan Telekomunikasi (Menparpostel) dan Menteri Pertanian Nom KM. 47/ PW DOW/ MPPT-89 dan No. 204/ KPTS/ HK/ 050/ 4/ 19MPPT-89, Agrowisata sebagai bagian dari objek wisata

25

Fandy Tjiptono dan Gregorius Chandra, Op. Cit, hal. 170 26 Ibid, hal. 72

27 Reza Tirtawinata dan Lisdiana Fachrudin, Daya Tarik dan Pengelolaan Agrowisata, Penerbit Swadaya, Jakarta, 1999, hal. 2

commit to user

22

yang diartikan sebagai salah suatu bentuk kegiatan yang memanfaatkan usaha agro wisata dengan tujuan untuk memperluas pengetahuan, pengalaman rekreasi, dan hubungan usaha di bidang pertanian.28

Agrowisata merupakan kegiatan industri yang mengaharapkan kedatangan para konsumen secara langsung di tempat wisata yang diselenggarakan. Asset penting untuk menarik kunjungan wisatawan adalah keaslian, keunikan, kenyamanan, dan keindahan alam. Karena itu, faktor kualitas lingkungan menjasi modal penting yang harus disediakan, terutama wilayah yang dimanfaatkan untuk dijelajahi para wisatawan.

Sebagai objek pariwisata, agrowisata tentunya tidak dapat dipisahkan dengan kegiatan rekreasi. Rekreasi di tengah alam yang indah dan nyaman memnag memiliki kepuasan tersendiri. Sebagai tempat rekreasi, pengelola agrowisata perlu membuat fasilitas-fasilitas penunjang atau paket-paket acara yang dapat menimbulkan rasa rindu bagi pengunjung untuk menikmatinya kembali. Kesan ini akan menjadi promosi yang efektif bagi agrowisata dan masyarakat sekitarnya.

Agrowisata mempunyai banyak manfaat, diantaranya29 : a. Meningkatkan konservasi lingkungan

b. Meningkatka nilai estetika dan keindahan alam c. Memberikan nilai rekreasi

d. Meningkatkan kegiatan ilmiah dan pengembangan ilmu pengetahuan.

e. Mendapatkan nilai ekonomi

Jika diteliti secara seksama, pemasaran jasa lebih sulit dibandingkan pemasaran barang. Hal ini karena pemasaran jasa menawarkan sesuatu yang tidak dapat diraba, tidak

28Ibid, hal. 3 29 Ibid, hal. 30

commit to user

23

dapat dilihat tetapi dapat dirasakan jika konsumen telah membeli jasa tersebut. Tempat wisata dalam penelitian ini adalah agrowisata merupakan organisasi bisnis yang menawarkan produk dalam kategori jasa, yaitu jasa hiburan.

Pada dasarnya, pemasaran wisata sama dengan pemasaran pada umumnya. Akan tetapi, diakarenakan wisata adalah produk jasa maka harus mempunyai kekhususan, misalnya30 :

a. Kekakuan (rigidity), komponen uatama penawaran wisata di begara penerima wisatawan, misalnya prasarana wisata, asset sejarah, budaya, dan lingkungan alam. b. Keluwesan yang tinggi (elacticity), permintaan pariwsita dilihat dari kondisi ekonomi

dan daya beli karena pariwisata belum merupakan kebutuhan hidup.

c. Fleksibiltas permintaan pariwisata yang dipengaruhi oleh faktor-faktor

psikososiologis dan politis.

d. Jasa dalam pariwisata harus dimanfaatkan di tempat penawaran itu juga, tempat jasa pelayanan disiapkan.

e. Produk wisata yang dibeli merupakan perakitan dari berbagai konsumen yang saling melengkapi membentuk kesatuan produk. Tidak ada patokan produk wisata yang dicari wisatawan.

Menurut Krippendorf, dalam bukunya “Marketing et Tourism”, memberikan definisi pemasaran pariwisata sebagai berikut :

Penyesuaian yang sistematis dan terkoordiansi mengenai kebijakan dari badan-badan usaha wisata maupun kebijakan dalam sector pariwista pada tingkat pemerintah, lokal, regional, nasional, dan internasionak, guna mencapai titik

commit to user

24

kepuasan optimal kebutuhan-kebutuhan kelompok pelanggan tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya sekaligus untuk mencapai tingkat keuntungan yang memadai.”31

Terdapat hubungan yang signifikan antara kegiatan komunikasi Jika keseluruhan kegiatan komunikasi pemasaran harus diringkas menjadi satu kata saja, maka kata yang keluar adalah branding. Brand (merek) telah menjadi elemen krusial yang berkontribusi terhadap kesuksesan sebuah organisasi pemasaran, baik perusahaan bisnis maupun nirlaba, pemanufaktur maupun penyedia jasa, dan organisasi lokal maupun global. Tanpa sebuah brand (merek), sebuah produk hanya menjadi komoditas. Brand adalah produk plus dan berhak meminta konsumen untuk memberikan pengorbonan ekstra. Setiap brand adalah produk; tetapi tidak semua produk adalah brand. “A brand is the consumer’s idea of a product” menurut David Ogilvy.32

Menurut UU Merek No. 15 Tahun 2001 pasal 1 ayat 1, merek adalah “tanda yang berupa gambar, nama, kata, hruf-huruf, angka-angka, susunan warna, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan pedagangan barang atau jasa”. 33

Sebuah merek memiliki beberapa elemen atau identitas, baik yang bersifat

tangible maupun intangible.

31Ibid, hal. 27 32 Ibid

commit to user

25

Tabel 1.1 Elemen Merek

No. Elemen Tangible dan Visual Elemen Intangible Referensi

1. Simbol dan slogan Identitas, merek korporat,

komunikasi terintegrasi,

relasi pelanggan

Aaker (1192)

2. Nama, logo, warna, brand mark, dan slogan iklan

- - - Bailey &

Schecter (1994)

3. Nama, merek dagang Positioning, komunikasi

merek

Biggar & Selame (1992) 4. Kapabilitas fungsional, nama,

proteksi hokum

Nilai simbolis, layanan,

tanda kepemilikan,

shorthand notation

De Chernatony (1993)

5. Fungsionalitas Representasionalitas De Chernatony

& Mc William (1989)

6. Kehadiran dan kinerja Relevansi, keunggulan,

ikatan khusus (bond)

Dyson, Farr & Hollis (1996) 7. Nama unik, logo desain, grafis,

dan fisik

- - - Grossman

(1994)

8. Bentuk fisik Kepribadian, relasi, budaya,

refleksi, citra diri

Kapferer ( 1997)

9. Nilai fungsional Nilai sosial dan personal O’Malley (1991)

Sumber : Fandy Tjiptono, Brand Management & Strategy

Ditinjau dari perspektif pemasaran, brand equity dirumuskan sebagai “the added value with which a brand endows a product” (Farquhar, 1989), “the value of a brand as a signal to costumers” (Erdem & Swait, 1998), “the set of associations and behaviors on the part of a brand’s costumers, channel members and parent corporation that permits the brand to earn greater volume or greater margins than it could without the brand name and thet gives the brand a strong, sustainable, and differentiated competitive advantage” (Marketing Science Institute, dikutip dalam Srivastava & Shocker, 1991), “incremental utility associated with a brand name which is not captured by functional attributes” (Kamakura & Russel, 1993), dan

commit to user

26

differential effect of a brand knowledge an costumer response to the marketing of the brand” (Keller, 1993).

Dalam jurnal internasional Lisa Wood dari Sheffield Hallam University, Sheffield, UK mengenai jurnalnya yang berjudul “Brands and Brand Equity : Definition and Management”, mengatakan bahwa An attempt to define the relationship between customers and brands produced the term ``brand equity'' in the marketing literature. The concept of brand equity has been debated both in the accounting and marketing literatures, and has highlighted the importance of having a long-term focus within brand management. Although there have been significant moves by companies to be strategic in the way that brands are managed, a lack of common terminology and philosophy within and between disciplines persists and may hinder communication. Brand equity, like the concepts of brand and added value (discussed in the section headed ``The brand construct'') has proliferated into multiple meanings. Accountants tend to define brand equity differently from marketers, with the concept being defined both in terms of the relationship between customer and brand (consumer-oriented definitions), or as something that accrues to the brand owner (company-oriented definitions). Feldwick (1996) simplifies the variety of approaches, by providing a classification of the different meanings of brand equity as : the total value of a brand as a separable asset ± when it is sold, or included on a balance sheet; a measure of the strength of consumers' attachment to a

commit to user

27

brand; a description of the associations and beliefs the consumer has about the brand.34

Jurnal internasional di atas menjelaskan bahwa brand sangatlah bernilai sebagai aset jangka panjang bagi perusahaan. Hal ini terlihat dari pemikiran bahwa

brand benilai, sehingga terjadi hubungan antara brand loyalty dan brand value yang dibentuk oleh sistem di perusahaan. Brand equity terbentuk dari konstruk dan konsep

branding dan komunikasi yang efektif diantara fungsi akuntansi dan pemasaran. Pada jurnal internasional yang lain, Tulin Erden dari Haas School of Business University of California, Berkeley dan Joffre Swait dari University of Florida and Advanis Inc. Dalam jurnalnya yang berjudul “Brand Equity as a Signaling Phenomenon” mengatakan bahwa Marketing mix strategies both affect and are affected by the degree and nature of the informational iimperfections and