• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Meningkatkan Minat Beli Ulang Apotek Terhadap Produk Obat PT. Novell Pharmaceutical Labs Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Strategi Meningkatkan Minat Beli Ulang Apotek Terhadap Produk Obat PT. Novell Pharmaceutical Labs Medan"

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI MENINGKATKAN MINAT BELI ULANG

APOTEK TERHADAP PRODUK OBAT PT NOVELL

PHARMACEUTICAL LABS MEDAN

GELADIKARYA

Oleh :

ANGELA CAESARIASTIKA DACHI

NIM : 097007007

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Geladikarya : STRATEGI MENINGKATKAN MINAT BELI ULANG APOTEK TERHADAP PRODUK OBAT PT. NOVELL PHARMACEUTICAL LABS MEDAN

Nama : ANGELA CAESARIASTIKA DACHI

NIM : 097007007

Program Studi : Magister Manajemen

Menyetujui :

Komisi Pembimbing

Ketua

Dr. Ir. Zahari Zein, M.Sc

Anggota

Dr. Ir. Nazaruddin, MT

Ketua Program Studi Direktur

(3)

JUDUL : Strategi Meningkatkan Minat Beli Ulang Apotek Terhadap Produk Obat PT Novell Phamaceutical Labs

Medan

NAMA : Angela Caesariastika Dachi

PEMBIMBING : Dr. Ir. Zahari Zein, M.Sc (Ketua) Dr. Ir. Nazaruddin, MT (Anggota)

RINGKASAN EKSEKUTIF

Kinerja penjualan penting untuk dianalisis karena tujuan umum dari setiap

perusahaan adalah untuk memperoleh laba tertentu, dan hal itu akan dapat tercapai

apabila kegiatan penjualan dapat dilaksanakan secara berhasil sesuai dengan yang

direncanakan. Sejak tahun 2008 terjadi penurunan jumlah pelanggan apotek, baik

pelanggan lama maupun pelanggan baru. Menurunnya jumlah apotek ternyata

berbanding lurus dengan frekuensi pembelian ulang yang semakin menurun,

hingga mencapai 1.487 kali di tahun 2012. Hal ini menjadi indikasi adanya

permasalahan dalam minat beli ulang apotek.

Tujuan dari penelitian ini untuk menemukenali faktor-faktor yang

mempengaruhi minat beli ulang serta menemukan strategi untuk meningkatkan

penjualan khususnya pada pelanggan apotek. Jenis penelitian yang digunakan

adalah penelitian korelasional. Populasi pada penelitian ini adalah 91 apotek yang

(4)

Analisis data yang digunakan adalah analisis regresi berganda. Kualitas

pelayanan, kompetensi penjual dan harga memberikan pengaruh sebesar 39,1%

terhadap minat beli ulang, sedangkan 60,9% dipengaruhi faktor lain yang tidak

diteliti pada penelitian ini. Faktor kompetensi tenaga penjual memberikan

pengaruh paling dominan terhadap minat beli ulang apotek di PT Novell

(5)

RIWAYAT HIDUP

Angela Caesariastika Dachi, SP lahir di Medan, tanggal 24 Desember

1985, anak Pertama dari Empat bersaudara dari orang tua pasangan Bapak Asli

Dachi, SH, MH dan Ibu Kapt Ctp (K) Tuti Jumiati. Menikah dengan Rinto M.

Sidabutar, SP tahun 2012 dan dikaruniai seorang anak lelaki bernama Aldrian

Daffa Sidabutar.

Pendidikan dimulai dari SD Harapan 2 Medan lulus tahun 1997.

Selanjutnya mengikuti pendidikan di SLTP Al – Azhar Medan lulus tahun 2000.

Kemudian melanjutkan ke SMU Kartika I – 2 Medan lulus tahun 2003.

Selanjutnya menyelesaikan Program Strata Satu (S1) Jurusan Ilmu Tanah Fakultas

Pertanian di Universitas Sumatera Utara Medan pada tahun 2007.

Pengalaman mulai bekerja di Badan Pertanahan Nasional (BPN) RI di

Jakarta pada tahun 2008. Kemudian pada tahun 2009 hingga saat ini bekerja di

(6)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa geladikarya yang berjudul :

“STRATEGI MENINGKATKAN MINAT BELI ULANG APOTEK TERHADAP PRODUK OBAT PT NOVELL PHARMACEUTICAL LABS MEDAN”

adalah benar hasil karya sendiri yang belum pernah dipublikasikan oleh siapapun

juga sebelumnya. Semua sumber data dan informasi yang digunakan telah

dinyatakan dengan jelas dan benar.

Medan, Februari 2014

Yang Membuat Pernyataan

(7)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

tugas akhir menyusun Geladikarya ini dengan judul : ”Strategi Meningkatkan

Minat Beli Ulang Apotek Terhadap Produk Obat PT Novell Pharmaceutical Labs

Medan” dengan baik.

Penyusunan geladikarya ini akan sulit diwujudkan apabila tidak mendapat

dukungan dan motivasi dari berbagai pihak. Untuk itu secara khusus disampaikan

ucapan terima kasih kepada Asli Dachi, SH, MH dan Kapt Ctp (K) Tuti Jumiati

sebagai kedua orangtua, beserta Suami saya yang bernama Rinto M. Sidabutar, SP

dan anak saya bernama Aldrian Daffa Sidabutar dan adik – adik tersayang yang

terus berdoa dan memberi dorongan semangat untuk melanjutkan dan

menyelesaikan program Magister Manajemen ini.

Penghormatan dan penghargaan disertai ucapan terima kasih yang tulus

disampaikan kepada Bapak Dr.Ir. Zahari Zein, M.Sc selaku Ketua Komisi

Pembimbing dan Bapak Dr.Ir. Nazaruddin, MT selaku Anggota Komisi

Pembimbing yang telah meluangkan waktu dan memberikan perhatiannya kepada

penulis dalam menyelesaikan tugas geladikarya ini. Untuk kesempatan belajar dan

ilmu pengetahuan yang telah diberikan kepada penulis, disampaikan ucapan

terima kasih dan penghargaan kepada :

(8)

2. Bapak Prof. Dr. Erman Munir, M.Sc selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. Dr. Ir. Darwin Sitompul, M.Eng selaku Ketua Program Studi

Magister Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

4. Seluruh Dosen, Staff Administrasi dan Pegawai Program Studi Magister

Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

5. Teman – teman seangkatan 26 yang telah berbagi kegembiraan dan

persahabatan ketika mengikuti perkuliahan.

6. Pimpinan dan karyawan PT. Novell Pharmaceutical Labs Medan atas semua

motivasi , kesempatan, bantuan dan masukan yang telah diberikan kepada

penulis.

Penulis menyadari keterbatasan dan kemampuan yang dimiliki sehingga

Geladikarya ini masih belum sempurna. Saran-saran yang telah diberikan maupun

kritik dari semua pihak sangat berguna dalam penyusunan Geladikarya ini,

sehingga dapat mencapai sasaran dan bermanfaat bagi yang memerlukannya.

Medan, Februari 2014

(9)

DAFTAR ISI

1.5. Batasan dan Ruang Lingkup Penelitian ... 5

BAB II LANDASAN TEORI ... 7

2.1.Minat Beli Ulang ... 7

2.2.Kualitas Pelayanan ... 8

2.3.Kompetensi Penjualan ... 11

2.4.Harga ... 13

2.5.Hubungan Kualitas Pelayanan dengan Minat Beli Ulang ... 14

2.6.Hubungan Kompetensi Tenaga Penjualan dengan Minat Beli Ulang ... 14

2.7.Hubungan Harga dengan Minat Beli Ulang ... 15

2.8.Penelitian Terdahulu ... 16

BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS ... 19

3.1. Kerangka Konseptual ... 19

3.2. Hipotesis ... 20

BAB IV METODE PENELITIAN ... 22

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 22

4.2. Jenis Penelitian ... 22

(10)

4.4. Populasi ... 23

4.5. Teknik Pengumpulan Data ... 24

4.6. Instrumen Penelitian... 24

4.7. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas ... 25

4.8. Analisis Data ... 27

4.8.1 Uji Simultan (Uji F) ... 29

4.8.2 Uji Parsial (Uji t) ... 29

4.8.3 Koefisien Determinasi ... 30

BAB V GAMABARN UMUM PERUSAHAAN ... 31

5.1 Produk-Produk Perusahaan ... 31

5.2 Kebijakan Pengelolaan Tenaga Penjual ... 31

5.3 Strategi Pemasaran Perusahaan ... 32

5.4 Produk-Produk Perusahaan ... 33

5.5 Kebijakan Pengelolaan Tenaga Penjual ... 34

BAB VI ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 36

6.1 Hasil Uji Asumsi Klasik ... 36

6.1.1 Hasil Uji Normalitas ... 36

6.1.2 Hasil Uji Heterokedastisitas ... 37

6.1.3 Hasil Uji Multikolinearitas ... 38

6.2 Hasil Analisis Regresi Berganda ... 39

6.2.1 Hasil Koefisien Determinasi ... 39

(11)

JUDUL : Strategi Meningkatkan Minat Beli Ulang Apotek Terhadap Produk Obat PT Novell Phamaceutical Labs

Medan

NAMA : Angela Caesariastika Dachi

PEMBIMBING : Dr. Ir. Zahari Zein, M.Sc (Ketua) Dr. Ir. Nazaruddin, MT (Anggota)

RINGKASAN EKSEKUTIF

Kinerja penjualan penting untuk dianalisis karena tujuan umum dari setiap

perusahaan adalah untuk memperoleh laba tertentu, dan hal itu akan dapat tercapai

apabila kegiatan penjualan dapat dilaksanakan secara berhasil sesuai dengan yang

direncanakan. Sejak tahun 2008 terjadi penurunan jumlah pelanggan apotek, baik

pelanggan lama maupun pelanggan baru. Menurunnya jumlah apotek ternyata

berbanding lurus dengan frekuensi pembelian ulang yang semakin menurun,

hingga mencapai 1.487 kali di tahun 2012. Hal ini menjadi indikasi adanya

permasalahan dalam minat beli ulang apotek.

Tujuan dari penelitian ini untuk menemukenali faktor-faktor yang

mempengaruhi minat beli ulang serta menemukan strategi untuk meningkatkan

penjualan khususnya pada pelanggan apotek. Jenis penelitian yang digunakan

adalah penelitian korelasional. Populasi pada penelitian ini adalah 91 apotek yang

(12)

Analisis data yang digunakan adalah analisis regresi berganda. Kualitas

pelayanan, kompetensi penjual dan harga memberikan pengaruh sebesar 39,1%

terhadap minat beli ulang, sedangkan 60,9% dipengaruhi faktor lain yang tidak

diteliti pada penelitian ini. Faktor kompetensi tenaga penjual memberikan

pengaruh paling dominan terhadap minat beli ulang apotek di PT Novell

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keunggulan suatu jasa tergantung pada keunikan serta kualitas yang

diperlihatkan oleh jasa tersebut. Jasa secara spesifik harus memperlihatkan

kebutuhan dan keinginan pelanggan karena jasa yang dirasakan dan dinikmati

langsung oleh pelanggan akan segera mendapat penilaian sesuai atau tidak sesuai

dengan harapan dan penilaian pelanggan. Menurut Kotler (2004) kualitas harus

dirasakan oleh pelanggan, usaha kualitas harus dimulai dengan kebutuhan

pelanggan dan berakhir dengan persepsi pelanggan. Suatu kualitas pelayanan akan

selalu berubah, sehingga pihak pemasar juga harus dapat meningkatkan dan

menyesuaikan kualitas pelayanannya sesuai dengan apa yang diharapkan oleh

pelanggan. Untuk menciptakan kualitas pelayanan yang baik dimata pelanggan,

maka setiap perusahaan harus mampu bekerjasama dengan para pelanggan.

Kepuasan pelanggan dapat juga diartikan sebagai kinerja yang dirasakan

pelanggan setelah memperoleh pelayanan, apabila kinerja suatu perusahaan dalam

memberikan pelayanan lebih rendah dari yang diharapkan pelanggan, maka dapat

dikatakan pelanggan tidak puas dengan pelayanan yang diberikan. Tetapi

sebaliknya apabila kinerja suatu perusahaan dalam memberikan pelayanan lebih

tinggi dari yang diharapkan pelanggan, maka dapat dikatakan pelanggan akan

merasa puas dengan pelayanan yang diberikan. Apabila pelanggan merasa puas,

maka untuk berikutnya pelanggan akan kembali melakukan pembelian. Dengan

(14)

terhadap minat pembelian ulang di dalam diri pelanggan itu sendiri, karena

dengan timbulnya rasa kepuasan, pelanggan akan merasa senang dan nyaman

menggunakan jasa yang ditawarkan. Dalam hal ini suatu kualitas pelayanan yang

diberikan serta rasa kepuasan yang didapat oleh pelanggan, secara langsung

maupun tidak langsung akan mempengaruhi minat pembelian ulang (repurchase

intention) pelanggan itu sendiri. Repurchase intention merupakan minat

pembelian ulang yang menunjukkan keinginan pelanggan untuk melakukan

pembelian ulang (Wijaya, 2009).

PT Novell Pharmaceutical Labs merupakan produsen dan distributor

obat-obatan ethical dan over the counter (OTC). Pelanggan PT Novell Pharmaceutical

Labs terdiri dari apotek dan pelanggan korporasi. Dari kedua jenis pelanggan ini,

pelanggan apotek merupakan pelanggan utama karena memberikan kontribusi

pendapatan paling besar. Kinerja penjualan yang dicapai oleh PT Novell

Pharmaceutical Labs Medan selama tahun 2006-2011 yang disajikan dalam

Tabel 1.1.

Tabel 1.1 Target dan Realisasi Penjualan di PT Novell Pharmaceutical Labs Medan 2006-2011

Tahun Target (Ribu Rp) Realisasi (Ribu Rp) Capaian (%)

2006 12.450.000 14.336.346 115,15

2007 15.360.000 16.256.362 105,84

2008 17.300.000 15.801.630 91,34

2009 15.750.000 10.882.406 69,10

2010 10.880.000 7.703.946 70,81

2011 8.600.000 5.644.358 65,63

2012 8.350.000 5.212.343 62,42

Sumber : Laporan Penjualan PT Novell Pharmaceutical Labs Medan, 2012

Data kinerja penjualan PT Novell Pharmaceutical Labs Medan tahun

2006 – 2012 yang disajikan dalam Tabel 1.1 menunjukkan selama enam tahun

(15)

mengalami penurunan. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi masalah dalam kinerja

penjualan. Kinerja penjualan penting untuk dianalisis karena tujuan umum dari

setiap perusahaan adalah untuk pertumbuhan penjualan yang berimplikasi pada

pertumbuhan laba, dan hal itu akan dapat tercapai apabila kegiatan penjualan

dapat dilaksanakan secara efektif sesuai dengan yang direncanakan. Kinerja

penjualan yang rendah dapat menjadi indikasi bahwa minat beli ulang apotek di

PT Novell Pharmaceutical Labs Medan rendah. Selain data penjualan, dalam

Tabel 1.2 disajikan jumlah apotek di Kota Medan yang pernah melakukan

pembelian di PT Novell Pharmaceutical Labs Medan namun pada Tahun 2011

tidak lagi melakukan pembelian ulang.

Tabel 1.2 Jumlah Apotek yang menjadi pelanggan dan Frekuensi Pembelian Apotek di PT Novell Pharmaceutical Labs Medan 2006 - 2011 Tahun Jumlah Apotek Frekuensi Pembelian

(kali)

Sumber : PT Novell Pharmaceutival Labs Medan, 2013

Tabel 1.2 menunjukkan bahwa sejak tahun 2008 terjadi penurunan jumlah

pelanggan apotek, baik pelanggan lama maupun pelanggan baru. Menurunnya

jumlah apotek ternyata berbanding lurus dengan frekuensi pembelian ulang yang

semakin menurun, hingga mencapai 1.487 kali di tahun 2012. Berdasarkan kedua

fenomena tersebut mengindikasikan semakin menurunnya minat pembelian ulang

(16)

Minat beli ulang merupakan bagian dari perilaku pembelian dimana di

dalam konteks minat beli ulang tersebut terdapat konsep loyalitas

(Kusuma, 2009). Tingginya minat beli ulang ini akan membawa dampak yang

positif terhadap keberhasilan perusahaan.

Kotler (2004) menyatakan bahwa kualitas pelayanan yang baik dapat

mendorong terjadinya kunjungan pelanggan pada kesempatan berikutnya pada

badan usaha yang bersangkutan. Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan

bahwa pelayanan yang berkualitas merupakan determinan yang dapat berpengaruh

terhadap minat beli ulang pelanggan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh

Kusuma (2009) menunjukkan bahwa pelayanan yang berkualitas terbukti

berpengaruh terhadap terjadinya minat beli ulang pelanggan. Selain kualitas

pelayanan, kompetensi tenaga juga merupakan faktor penting yang dapat

mendorong tumbuhnya minat beli ulang. Hal ini disebabkan karena kompetensi

mengarah pada pengetahuan, keahlian, sikap, nilai atau karakteristik personal

yang mendasari seseorang dan berkaitan dengan efektivitas kinerja seseorang

dalam pekerjaannya (Barker, 1999).

Selain kualitas pelayanan dan kompetensi tenaga penjualan, harga juga

berpengaruh terhadap minat beli ulang pelanggan. Sarjono (2012) menyatakan

bahwa strategi harga akan memberikan pengaruh terhadap minat beli ulang.

Strategi pemasaran melalui dimensi harga dengan menetapkan harga yang

sesuai dengan fungsi produk, harga terjangkau dan pemberian potongan harga

(17)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang terlihat bahwa minat beli ulang apotek

yang menjadi pelanggan PT.Novell Pharmaceutical Labs Medan dari waktu ke

waktu semakin menurun sehingga perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui :

a. Faktor apa yang paling dominan mempengaruhi minat beli ulang di PT

Novell Pharmaceutical Labs Medan ?

b. Bagaimana strategi yang harus ditempuh oleh PT Novell Pharmaceutical

Labs Medan agar dapat meningkatkan penjualan ?

1.3 Tujuan Penelitian

Setelah dirumuskan pertanyaan yang ingin dijawab dalam penelitian ini

maka dapat dirumuskan tujuan yang hendak dicapai, yaitu :

a. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi minat beli ulang di PT

Novell Pharmaceutical Labs Medan.

b. Menemukan strategi untuk meningkatkan penjualan khususnya pada

pelanggan apotek.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi :

a. PT Novell Pharmaceutical Labs Medan sebagai bahan pertimbangan

dalam mengambil keputusan untuk meningkatkan penjualan perusahaan.

b. Program Studi Magister Manajemen Universitas Sumatera Utara sebagai

(18)

c. Peneliti sebagai bentuk kajian dan aplikasi dari ilmu yang diperoleh pada

masa perkuliahan.

d. Peneliti selanjutnya sebagai referensi untuk penelitian sejenis.

1.5 Batasan dan Ruang Lingkup Penelitian

Agar penelitian lebih fokus, maka dibatasi pada :

a. Pelanggan pada penelitian ini adalah apotek yang pernah membeli obat

ethical dan dan over the counter (otc) di PT Novell Pharmaceutical Labs

Medan.

b. Data penjualan dan data pelanggan apotek di PT Novell Pharmaceutical

Labs Medan mulai tahun 2006 hingga 2012.

c. Faktor yang dikaji hanya kualitas pelayanan, kompetensi tenaga penjualan

(19)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Minat Beli Ulang

Hal yang penting bagi perusahaan adalah mempengaruhi pelanggan agar

mereka mengambil keputusan untuk membeli produk atau jasa yang

disediakan. Pembelian sebagai bagian dari transaksi dipengaruhi oleh

intensitas pembelian dan kondisi khusus yang berada di sekitar tempat dimana

produk atau jasa yang ditawarkan (Dalrymple & Parsons, 1990).

Minat beli menurut Dodds et. al. (1991) adalah kemungkinan pembeli

berminat untuk membeli suatu produk. Ferdinand (2000) menyatakan bahwa

indikator minat beli antara lain; (1) minat transaksional, yaitu kecenderungan

seseorang untuk membeli produk, (2) minat referensial, yaitu

kecenderungan seseorang untuk mereferensikan produk kepada orang lain,

(3) minat preferensial, yaitu minat yang menggambarkan perilaku seseorang

yang memiliki preferensi utama pada produk tersebut, preferensi ini dapat

berubah bila terjadi sesuatu dengan produk preferensinya, (4) minat eksploratif,

minat ini menggambarkan perilaku seseorang yang selalu mencari informasi

mengenai produk yang diminatinya dan mencari informasi untuk mendukung

sifat-sifat positif dari produk tersebut.

Mowen & Minor (2002) mengatakan bahwa perilaku pembelian

ulang memiliki arti bahwa pelanggan membeli secara berulang terhadap produk

tertentu. Johnson (1998) mengatakan bahwa proses informasi dan komponen

(20)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Minat Beli Ulang

Hal yang penting bagi perusahaan adalah mempengaruhi pelanggan agar

mereka mengambil keputusan untuk membeli produk atau jasa yang

disediakan. Pembelian sebagai bagian dari transaksi dipengaruhi oleh

intensitas pembelian dan kondisi khusus yang berada di sekitar tempat dimana

produk atau jasa yang ditawarkan (Dalrymple & Parsons, 1990).

Minat beli menurut Dodds et. al. (1991) adalah kemungkinan pembeli

berminat untuk membeli suatu produk. Ferdinand (2000) menyatakan bahwa

indikator minat beli antara lain; (1) minat transaksional, yaitu kecenderungan

seseorang untuk membeli produk, (2) minat referensial, yaitu

kecenderungan seseorang untuk mereferensikan produk kepada orang lain,

(3) minat preferensial, yaitu minat yang menggambarkan perilaku seseorang

yang memiliki preferensi utama pada produk tersebut, preferensi ini dapat

berubah bila terjadi sesuatu dengan produk preferensinya, (4) minat eksploratif,

minat ini menggambarkan perilaku seseorang yang selalu mencari informasi

mengenai produk yang diminatinya dan mencari informasi untuk mendukung

sifat-sifat positif dari produk tersebut.

Mowen & Minor (2002) mengatakan bahwa perilaku pembelian

ulang memiliki arti bahwa pelanggan membeli secara berulang terhadap produk

tertentu. Johnson (1998) mengatakan bahwa proses informasi dan komponen

(21)

pembelian ulang. D alam mengambil Minat Beli Ulang, pelanggan melakukan

evaluasi terhadap berbagai macam alternatif sebelum mereka

memutuskan untuk melakukan pembelian terhadap produk atau jasa yang

ditawarkan perusahaan.

Menurut Darley & Lim (1999), citra perusahaan memiliki peran

yang berpengaruh terhadap frekuensi pembelian pelanggan pada suatu

perusahaan tertentu. Pembelian akan meningkat jika pelanggan memiliki

persepsi yang baik terhadap perusahaan tersebut. Seperti juga yang

diungkapkan oleh Taylor & Cosenza (2002) yang menyatakan bahwa perilaku

pembelian ulang yang dilakukan pelanggan banyak dipengaruhi oleh beberapa

hal di antaranya merk produk dan layanan yang diberikan oleh perusahaan.

2.2 Kualitas Pelayanan

Kualitas pelayanan dapat diartikan sebagai upaya pemenuhan kebutuhan

dan keinginan konsumen serta ketepatan penyampaiannya dalam mengimbangi

harapan konsumen (Tjiptono, 2004). Kualitas pelayanan (service quality) dapat

diketahui dengan cara membandingkan persepsi para konsumen atas pelayanan

yang nyata-nyata mereka terima atau peroleh dengan pelayanan yang

sesungguhnya mereka harapkan atau inginkan terhadap atribut-atribut pelayanan

suatu perusahaan. Jika jasa yang diterima atau dirasakan (perceived service)

sesuai dengan yang diharapkan, maka

memuaskan, jika jasa yang diterima melampaui harapan konsumen, maka kualitas

pelayanan dipersepsikan sangat baik dan berkualitas. Sebaliknya jika jasa yang

diterima lebih rendah daripada yang diharapkan, maka kualitas pelayanan

(22)

Menurut Kotler (2004) definisi pelayanan adalah setiap tindakan atau

kegiatan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain, yang pada

dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun.

Produksinya dapat dikaitkan atau tidak dikaitkan pada satu produk fisik.

Pelayanan merupakan perilaku produsen dalam rangka memenuhi kebutuhan dan

keinginan konsumen demi tercapainya kepuasan pada konsumen itu sendiri.

Kotler (2004) juga mengatakan bahwa perilaku tersebut dapat terjadi pada saat,

sebelum dan sesudah terjadinya transaksi. Pada umumnya pelayanan yang bertaraf

tinggi akan menghasilkan kepuasan yang tinggi serta pembelian ulang yang lebih

sering.

Persepsi pelanggan terhadap kualitas layanan dapat diukur dan

dievaluasi dengan mengadakan penelitian melalui dimensi-dimensi

kualitas layanan (Zeithaml et. al. 1990), terdapat lima dimensi kualitas layanan,

kelima dimensi ini disebut SERVQUAL. Adapun pengertian dari dimensi

servqual adalah :

a. Tangibles, yaitu penampilan dari fasilitas fisik, peralatan-peralatan,

karyawan, dan alat-alat komunikasi ; misalnya gedung kantor

yang bersih dan representatif, alat transportasi untuk distribusi produk

farmasi.

b. Reliability, yaitu kesediaan untuk memberikan layanan sesuai dengan

yang telah dijanjikan secara akurat dan dapat diandalkan, misalnya

karyawan profesional, kemudahan mendapatkan layanan, jam operasi

buka-tutup tepat, ketelitian karyawan sehingga dapat menimbulkan

(23)

c. Responsiveness, yaitu komitmen untuk selalu bersedia membantu

konsumen dan memberikan layanan seketika, misalnya kecepatan layanan

yang diberikan karyawan, layanan yang diberikan karyawan sesuai

keinginan konsumen, karyawan serius dalam menanggapi kesalahan

yang dilakukan, kesediaan karyawan menjawab pertanyaan konsumen

dengan baik.

d. Assurance, yaitu pengetahuan, sopan santun, dan kemampuan para

karyawan untuk menimbulkan rasa percaya dan keyakinan

konsumen, misalnya kesopanan karyawan dalam memberikan layanan

kepada konsumen.

e. Empathy, yaitu kepedulian dan perhatian secara individu yang diberikan

oleh badan usaha kepada konsumen, misalnya karyawan memperhatikan

keluhan atau komplain konsumen, dan kepedulian karyawan

terhadap kebutuhan pelanggannya.

Kualitas layanan yang baik akan menciptakan kepuasan pelanggan.

Sehingga kualitas layanan yang baik serta kepuasan pelanggan tersebut

dapat mempengaruhi intensitas kunjungan pelanggan pada kesempatan

berikutnya pada badan usaha yang bersangkutan. Kualitas layanan adalah

permulaan dari kepuasan pelanggan. Pelanggan dalam menentukan kualitas layanan

tidak hanya berdasarkan pada hasil dari suatu layanan tersebut tetapi juga

(24)

2.3 Kompetensi Tenaga Penjualan

Kompetensi adalah karakteristik dasar dari seseorang yang

memungkinkan mereka mengeluarkan kinerja superior dalam pekerjaannya

(Darley dan Lim, 1999). Sedangkan Shepherd (1999) mendefinisikan

kompetensi sebagai karakteristik dasar yang terdiri dari kemampuan (skill),

pengetahuan (knowledge) serta atribut personal (personal attributs) lainnya

yang mampu membedakan seseorang yang perform dan tidak perform. Artinya,

inti utama dari sistem atau model kompetensi ini sebenarnya adalah sebagai

alat penentu untuk memprediksikan keberhasilan kerja seseorang pada suatu

posisi. Kompetensi ini berusaha mengeksplorasi lebih jauh suatu posisi,

untuk menjawab satu pertanyaan pokok mengenai pengetahuan, ketrampilan dan

perilaku utama yang diperlukan untuk berhasil dalam suatu posisi tertentu.

Senada dengan hal tersebut Barker (1999) menyatakan bahwa

kompetensi merupakan kemampuan personal dalam melakukan pekerjaannya

agar mendapatkan hasil dengan baik. Kompetensi dapat berupa pengetahuan,

keahlian, sikap, nilai atau karakteristik personal. yang mendasari seseorang

dan berkaitan dengan efektivitas kinerja seseorang dalam pekerjaannya.

Berdasarkan uraian di atas makna kompetensi mengandung

bagian kepribadian yang mendalam dan melekat pada seseorang dengan perilaku

yang dapat diprediksi pada berbagai keadaan dan tugas pekerjaan. Prediksi siapa

yang berkinerja baik dan kurang baik dapat diukur dari kriteria atau standar yang

digunakan.

Analisis kompetensi disusun sebagian besar untuk pengembangan

(25)

efektivitas tingkat kinerja yang diharapkan. Menurut Darley dan Lim (1999)

level kompetensi adalah sebagai berikut : Skill, Knowledge, Self-concept, Self

Image, Trait dan Motive.

a. Skill adalah kemampuan untuk melaksanakan suatu tugas dengan

baik misalnya seorang progammer computer.

b. Knowledge adalah informasi yang dimiliki seseorang untuk bidang

khusus (tertentu), misalnya bahasa komputer.

c. Self-concept adalah sikap dan nilai-nilai yang dimiliki seseorang

dan ditonjolkan dalam masyarakat (ekspresi nilai-nilai diri), misalnya :

pemimpin.

d. Self image adalah pandangan orang terhadap diri sendiri,

merefleksikan identitas, contoh : melihat diri sendiri sebagai seorang ahli.

e. Trait adalah karakteristik abadi dari seorang karakteristik yang

membuat orang untuk berperilaku, misalnya : percaya diri sendiri.

f. Motive adalah sesuatu dorongan seseorang secara konsisten

berperilaku, sebab perilaku seperti hal tersebut sebagai sumber

kenyamanan, contoh : prestasi mengemudi.

Kompetensi Skill dan Knowledge cenderung lebih nyata (visible) dan

relatif berada di permukaan (ujung) sebagai karakteristik yang dimiliki

manusia. Self- concept dan self image cenderung sedikit visibel dan dapat

dikontrol perilaku dari luar. Sedangkan trait dan motive letaknya lebih dalam

pada titik sentral kepribadian. Kompetensi pengetahuan dan keahlian relatif

(26)

meningkatkan tingkat kemampuan sumber daya manusia. Sedangkan motif

kompetensi dan trait berada pada kepribadian sesorang, sehingga cukup sulit

dinilai dan dikembangkan. Salah satu cara yang paling efektif adalah memilih

karakteristik tersebut dalam proses seleksi. Adapun konsep diri dan social role

terletak di antara keduanya dan dapat diubah melalui pelatihan, psikoterapi

sekalipun memerlukan waktu yang lebih lama dan sulit. Berdasarkan uraian di

atas dapat disimpulkan bahwa kompetensi adalah kemampuan dan

kemauan untuk melakukan sebuah tugas dengan kinerja yang efektif.

2.4 Harga

Pemasaran terdiri dari strategi bauran pemasaran (marketing mix) dimana

organisasi atau perusahaan mengembangkan untuk mentransfer nilai melalui

pertukaran untuk pelanggannya. Kotler dan Armstrong (2008) berpendapat

bahwa, ”Bauran pemasaran (marketing mix) adalah kumpulan alat pemasaran

taktis terkendali yang dipadukan perusahaan untuk menghasilkan respons yang

diinginkannya di pasar sasaran”. Marketing mix terdiri dari empat komponen

biasanya disebut ”empat P (4P)”, yaitu Product (Produk), Price (Harga), Place

(Tempat), dan Promotion (Promosi). Harga adalah jumlah semua nilai yang

diberikan oleh pelanggan untuk mendapatkan keuntungan dari memiliki atau

menggunakan sebuah produk atau jasa. Harga adalah satu-satunya elemen bauran

pemasaran yang menghasilkan pendapatan, sedangkan elemen bauran pemasaran

lainnya melambangkan biaya (Kotler dan Amstrong, 2008). Penetapan harga yang

baik dimulai dengan pemahaman menyeluruh dari nilai yang diciptakan suatu

(27)

strategis dan taktis, seperti tingkat harga, struktur diskon, syarat pembayaran,

dan tingkat diskriminasi harga di antara berbagai kelompok pelanggan.

Menurut Tjiptono (2004), penetapan harga maksimum akan dibatasi oleh

permintaan pelanggan, khususnya daya beli. Dalam kebijakan harga, manajemen

harus menentukan harga dasar dari produknya,kemudian menentukan

kebijaksanaan menyangkut potongan harga, pembagian ongkos kirim, dan hal-hal

lain yang berhubungan dengan harga.

2.5 Hubungan Kualitas Pelayanan dengan Minat Beli Ulang

Suatu pelayanan dari suatu perusahaan dapat dikatakan berkualitas

apabila pelayanan tersebut mampu memenuhi kebutuhan dan keinginan

pelanggan. Jika kebutuhan dan keinginan pelanggan mampu dipenuhi

melalui pelayanan perusahaan maka hal ini akan berpengaruh pada

pengambilan keputusan pelanggan untuk membeli produk atau jasa yang

disediakan sehingga akan mendorong terjadinya pembelian ulang. Johnson

(1998) yang menyatakan bahwa perilaku pembelian ulang yang dilakukan

pelanggan banyak dipengaruhi oleh beberapa hal di antaranya merk produk

dan layanan yang diberikan oleh perusahaan.

2.6 Hubungan Kompetensi Tenaga Penjualan dengan Minat Beli Ulang

Kompetensi merujuk pada kemampuan personal dalam melakukan

pekerjaannya agar mendapatkan hasil dengan baik. Jika seorang tenaga

penjualan dikatakan berkompeten, artinya tenaga penjualan tersebut memiliki

(28)

karakteristik personal yang menunjang efektifitas kinerja tenaga penjualan.

Segala kompetensi yang dimiliki seorang tenaga penjualan dapat

digunakan / dimanfaatkan untuk mendorong atau meyakinkan seorang

pelanggan untuk melakukan pembelian ulang. Kotler dan Armstrong (2008),

Spencer and Spencer (1993) dalam Shepherd (1999) dan Barker (1999)

menyatakan bahwa kompetensi adalah knowledge, skill dan kualitas individu

untuk mencapai kesuksesan pekerjaannya.

2.7 Hubungan Harga dengan Minat Beli Ulang

Produk atau jasa yang ditawarkan tidak dapat dilepaskan dari

harga. Harga dapat menjadi pengenal produk atau jasa yang ditawarkan.

Disamping itu, harga juga dapat digunakan untuk memperbaiki atau

mempertahankan posisi persaingan, mempertahankan pelanggan lama, dan

menjaring pelanggan baru.

Fauzan (2010) menyatakan bahwa harga memiliki pengaruh terhadap

minat pembelian ulang pada konsumen. Harga yang terjangkau, potongan harga

yang lebih besar, kesesuaian antara harga dengan kualitas dan manfaat yang

diberikan produk serta harga yang cukup bersaing dengan merek atau produk lain

menjadi dasar konsumen memiliki minat beli ulang produk.

2.8 Penelitian Terdahulu

Kusuma (2009) melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Kualitas

Pelayanan, Kompetensi Tenaga Penjualan, dan Citra Perusahaan terhadap Minat

(29)

dilakukan sebagai salah satu upaya untuk menjawab permasalahan yang

terjadi di PT Ratna Intan Kusuma yang menunjukkan terjadinya

kecenderungan penurunan kinerja penjualan selama tahun 2004 – 2008. Kinerja

penjualan yang menurun tersebut dapat menjadi indikasi bahwa minat beli ulang

apotek di PT. Ratna Intan Kusuma juga menurun. Hasil telaah pustaka yang

dilakukan mengarahkan peneliti untuk menguji pengaruh kualitas

pelayanan, kompetensi tenaga penjual, dan citra perusahaan terhadap minat beli

ulang.

Data mengenai kualitas pelayanan, kompetensi tenaga penjualan,

citra perusahaan, dan minat beli ulang diperoleh dengan menggunakan

kuesioner. Kuesioner yang telah tersusun tersebut selanjutnya disebarkan

kepada 75 responden apotek. Data yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan

analisis regresi berganda untuk membuktikan ada atau tidaknya pengaruh

dari masing-masing variabel independen terhadap variabel independen.

Hasil pengujian menunjukkan, secara statistik dapat dibuktikan

bahwa kualitas pelayanan, kompetensi tenaga penjualan, dan harga memiliki

pengaruh yang positif dan signifikan terhadap minat beli ulang. Dimana

dari ketiga variabel tersebut, kualitas pelayanan memiliki pengaruh yang paling

besar sehingga implikasi kebijakan yang dijalankan harus difokuskan pada

peningkatan pelayanan yang berkualitas.

Sarjono (2012) melakukan penelitian denagn judul “Analisis Pengaruh

Strategi Bauran Pemasaran Terhadap Minat Beli Ulang Produk Baru”. Strategi

bauran pemasaran adalah seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan

(30)

pemasaran disusun melalui strategi product, price, promotion dan place. Strategi

pemasaran yang dilaksanakan melalui strategi strategi product, price, promotion

dan place secara efektip dan efisien akan meningkatkan minat beli ulang

produk baru. Strategi pemasaran melalui dimensi produk dengan menciptakan

produk yang berkualitas, sesuai fungsinya dan persepsi merk yang baik akan

meningkatkan minat beli ulang produk baru produk. Strategi pemasaran

melalui dimensi harga dengan menetapkan harga yang sesuai dengan fungsi

produk, harga terjangkau dan pemberian potongan harga akan meningkatkan

minat beli ulang produk baru produk. Strategi pemasaran melalui dimensi

promosi dengan melakukan periklanan, penjualan langsung dan spnsorship akan

meningkatkan minat beli ulang produk baru. Strategi pemasaran melalui

dimensi distribusi dengan memperhatikan ketersediaan produk, pemilihan lokasi

pemasaran yang tepat dan penataan jaringan distribusi yang baik akan

meningkatkan minat beli ulang produk baru.

Metode penelitian yang dipakai adalah metode survey, jenis penelitian

yang digunakan adalah eksplanatory, data yang dipergunakan adalah data

sampel yang diambil dari populasi. Jenis data penelitian yang digunakan adalah

kuantitaif yang diperoleh dari sumber data primer melalui instrumen kuesioner

yang berupa data variabel–variabel penelitian dan sumber data skunder yang

berupa jumlah populasi. Variabel bebas penelitian berupa produk, harga,

promosi dan distribusi serta variabel terikat berupa minat beli ulang produk

baru. Hasil dari analisis regresi berganda menunjukkan bahwa strategi produk,

strategi harga, strategi promosi dan strategi distribusi secara simultan

(31)

hasil uji hipotesis parsial, bahwa strategi produk, harga, distribusi dan promosi

berpengaruh positif dan signifikan tarhadap minat beli ulang produk baru. Jadi

peningkatan aktivitas strategi produk, harga, distribusi dan promosi akan

(32)

BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual merupakan sintesa tentang hubungan antar variabel

yang disusun dari berbagai teori yang telah dideskripsikan (Sugiyono, 2006).

Variabel merupakan karakteristik yang nilai datanya bervariasi dari satu

pengukuran ke pengukuran. Atau konsep yang mempunyai variasi nilai.

Pada penelitian ini terdapat dua jenis variabel yang digunakan yakni variabel

bebas (variabel X) atau variabel yang mempengaruhi, serta variabel terikat

(variabel Y) atau variabel yang dipengaruhi.

Variabel kualitas pelayanan dan kompetensi tenaga penjual di adaptasi

dari penelitian Kusuma (2009). Sedangkan variabel harga diadaptasi dari

penelitian Sarjono (2012). Gambar 3.1 menunjukkan kerangka konseptual..

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Penelitian Kualitas Pelayanan

(X1)

Kompetensi Tenaga Penjual (X2)

Harga (X3)

Minat Beli Ulang Apotek (Y)

(33)

Dari Gambar 3.1 terlihat bahwa minat beli ulang apotek diduga

dipengaruhi oleh 3 (tiga) faktor yakni kualitas pelayanan, kompetensi tenaga

penjualan dan harga. Jika perusahaan mampu memenuhi harapan apotek pada

ketiga faktor tersebut maka, realisasi penjualan akan mengalami peningkatan.

Ketiga faktor tersebut ditentukan berdasarkan penelitian Kusuma (2009) dan

Sarjono (2012).

3.2 Hipotesis

Hipotesis didefinisikan sebagai hubungan yang diperkirakan secara logis

diantara dua atau lebih variabel yang diungkapkan dalam bentuk pernyataan yang

dapat diuji (Sekaran, 2006). Hipotesis mempunyai paling tidak salah satu dari

beberapa fungsi sebagai jawaban sementara yang masih perlu diuji kebenarannya

(Umar, 2005).

Dari permasalahan yang ada, dirumuskan hipetesis simultan sebagai

berikut :

Ho : Kualitas pelayanan, kompetensi penjualan dan harga diduga secara

simultan tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap minat beli

ulang apotek.

Ha : Kualitas pelayanan, kompetensi penjualan dan harga diduga secara

simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap minat beli ulang

apotek.

Untuk menguji hubungan antara variabel independen dengan variabel

dependen secara sendiri-sendiri atau masing-masing, maka dirumuskan hipotesis

(34)

Ho1 : Kualitas pelayanan diduga secara parsial tidak mempunyai pengaruh yang

signifikan terhadap minat beli ulang apotek.

Ha1 : Kualitas pelayanan diduga secara simultan mempunyai pengaruh yang

signifikan terhadap minat beli ulang apotek.

Ho2 : Kompetensi penjualan diduga secara parsial tidak mempunyai pengaruh

yang signifikan terhadap minat beli ulang apotek.

Ha2 : Kompetensi penjualan diduga secara parsial mempunyai pengaruh yang

signifikan terhadap minat beli ulang apotek.

Ho3 : Harga diduga secara parsial tidak mempunyai pengaruh yang signifikan

terhadap minat beli ulang apotek.

Ha3 : Harga diduga secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

(35)

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di apotek yang menjadi pelanggan PT Novell

Pharmaceutical Labs di Kota Medan. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei

2013 hingga Desember 2013, dengan kegiatan seperti diuraikan pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1. Kegiatan Geladikarya

No Jenis Kegiatan 1 Pengajuan Usulan Geladikarya

2 Kolokium

3 Penyebaran Kuesioner

4 Pengumpulan dan Pengolahan Data 5 Penyusunan Geladikarya

6 Seminar Perusahaan

7 Penyusunan Akhir Geladikarya 8 Sidang Geladikarya

4.2. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian korelasional. Penelitian

ini dilaksanakan dengan tujuan mendeteksi sejauh mana variasi-variasi pada suatu

faktor berkaitan atau berkorelasi dengan satu atau lebih faktor lain berdasarkan

koefisien korelasi (Sinulingga, 2011).

4.3. Definisi Operasional Variabel

Pada penelitian ini yang menjadi variabel independen (X) adalah

faktor-faktor yang mempengaruhi Minat Beli Ulang yang terdiri dari kualitas pelayanan,

(36)

minat beli ulang. Berikut ini diuraikan definisi operasional dari masing-masing

variabel di Tabel 4.2.

Tabel 4.2. Definisi Operasional Variabel

Variabel Definisi Operasional Indikator

Kualitas Pelayanan

(X1)

Upaya pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen serta ketepatan penyampaiannya dalam mengimbangi harapan konsumen meliputi dimensi tangibles, reliability, responsiveness, assurance, emphaty

• Produk lengkap

• Pengiriman pada hari yang sama dengan order

• Minimal order per faktur

• Sumber obat resmi

• Order via telepon

• Barang kadaluarsa dapat diretur

Karakteristik dasar dari seseorang yang memungkinkan mereka mengeluarkan kinerja superior dalam melakukan penjualan

• Pengetahuan produk

• Keahlian dalam penjualan

• Orientasi pada konsumen

Harga (X3)

Jumlah semua nilai yang diberikan oleh pelanggan untuk mendapatkan

keuntungan dari memiliki atau

menggunakan sebuah produk atau jasa

• Harga obat yang bersaing dengan perusahan lain

• Potongan harga lebih besar berdasarkan kuantitas

• Harga produk sesuai kualitas dan manfaat

Minat Beli Ulang (Y)

Pelanggan membeli secara berulang terhadap produk tertentu

• Kebutuhan akan produk farmasi

• Keinginan membeli ulang produk farmasi

• Ketertarikan untuk tetap menggunakan

4.4. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subyek atau obyek penelitian (Ghozali, 2012).

Sedangkan sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Populasi

pada penelitian ini adalah 91 apotek yang masih menjadi pelanggan PT Novell

Pharmaceutical Labs Medan hingga 31 Maret 2013, hal ini berarti populasi pada

penelitian ini menggunakan metode sensus, karena semua populasi menjadi objek

(37)

4.5 Teknik Pengumpulan Data

a. Data primer dalam penelitian ini adalah jawaban pelanggan dalam bentuk

kuesioner dengan menggunakan Skala Likert, mengenai persepsi terhadap

instrumen yang ditanyakan.

b. Data sekunder pada penelitian ini adalah profil perusahaan dan data

penjualan obat kepada apotek selama 5 (lima) tahun, serta kebijakan yang

dilakukan perusahaan dalam melakukan pemasaran produk.

4.6 Instrumen Penelitian

Kuesioner adalah instrumen penelitian yang berupa daftar pertanyaan

untuk memperoleh keterangan dari sejumlah responden (sumber yang diambil

datanya melalui angket). Isi kuesioner merupakan satu rangkaian pertanyaan

tertulis yang ditujukan kepada responden dan diisi sendiri oleh responden

(Sugiyono, 2006).

Kuesioner disusun dengan menggunakan Skala Likert, skala ini adalah

suat

skala yang paling banyak digunakan dalam

Kuesioner disusun berdasarkan indikator pada Tabel 4.2 yakni Tabel Definisi

Operasional Variabel. Kuesioner yang disebarkan dengan metode skor, pemberian

skor ini menggunakan Skala Likert, yaitu:

a. Jawaban SS (Sangat setuju) diberi skor 5

b. Jawaban S (Setuju) diberi skor 4

c. Jawaban N (Netral) diberi skor 3

d. Jawaban TS (Tidak Setuju) diberi skor 2

(38)

Pertanyaan disusun berdasarkan indikator pada penelitian Kusuma (2009)

dan Sarjono (2012) serta saran dari PT Novell Pharmaceutical Labs Medan.

4.7 Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji validitas dan reliabilitas dilaksanakan pada 30 apotek di Kota Medan

yang berada di Jl. Setia Budi, Jl. Dr. Mansyur, Jl. Brigjen Katamso, Jl. Gagak

Hitam, Jl. Kapten Muslim serta Jl. Jamin Ginting. 30 apotek tidak termasuk dalam

91 responden yang menjadi pelanggan PT Pharmaceuticall Labs Medan.

Keberhasilan alat ukur menjalankan fungsinya sebagai alat ukur apabila

alat ukur tersebut dapat menunjukkan hasil ukur dengan cermat dan akurat.

a. Uji Validitas. Uji ini ditujukan sejauh mana ketepatan dan kecermatan

suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurannya. Suatu tes dapat

dikatakan mempunyai validitas yang tinggi bila alat tersebut

memberikan hasil ukur yang sesuai dengan pengukuran. Pengujian

menggunakan uji dua sisi dengan taraf signifikansi 0.05. Kriteria

pengujian uji validitas menurut Sugiyono (2006) adalah sebagai

berikut :

- Jika r hitung ≥ 0,30 maka variabel pertanyaan dinyatakan valid.

(39)

Tabel 4.3 Hasil Pengujian Validitas Variabel X dan Y

Variabel Pertanyaan Corrected Item

Total Correlation Keterangan

semua pertanyaan dinyatakan valid. Hal ini ditunjukkan oleh nilai rhitung

(Corrected Item Total Correlation) lebih besar atau sama dengan dari 0.30.

(Uraian hasil pada Lampiran 2)

b. Uji Reliabilitas. Setelah dilakukan uji validitas terhadap

variabel-variabel dalam penelitian ini, selanjutnya dilakukan uji reliabilitas.

Reliabilitas berhubungan dengan kepercayaan terhadap alat tes

(Sekaran, 2006). Dalam penelitian ini akan digunakan batasan tertentu

(40)

Tabel 4.4 Hasil Uji Reliabilitas

Variabel Cronbach’s Alpha Batasan Keterangan Kualitas Pelayanan (X1) 0,872 0,60 Reliabilitas Baik

Kompetensi Tenaga

Penjual (X2) 0,929 0,60 Reliabilitas Baik

Harga (X3) 0,768 0,60 Reliabilitas Baik

Minat Beli Ulang (Y) 0,958 0,60 Reliabilitas Baik Sumber : Hasil Penelitian (data diolah dengan SPSS), 2013

Pada Tabel 4.4 semua variabel yang digunakan adalah reliabel, dan

dinyatakan baik, artinya semuanya pertanyaan reliabel atau berkesinambungan

karena memiliki nilai alpha diatas 0,60. Nilai ini menunjukan bahwa variabel yang

digunakan mempunyai ketepatan, keakuratan, kestabilan atau konsistensi yang

tinggi.

4.8 Analisis Data

Setelah data yang diperoleh dengan kuesioner valid dan reliabel, maka

selanjutnya dilakukan analisis regresi linier berganda. Menurut Sugiyono (2007)

analisis ini digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen (X1, X2, X3)

berpengaruh terhadap variabel dependen (Y).

Untuk mengetahui tingkat keeratan hubungan antara bauran pemasaran

dengan peningkatan Minat Beli Ulang maka digunakan analisis analisis korelasi

Pearson Product Moment, yang merupakan jenis analisis yang paling sering

digunakan untuk melihat keeratan hubungan antara dua variabel. Analisis korelasi

pada penelitian ini menggunakan bantuan software SPSS versi 20. Rumus yang

umum digunakan adalah rumus korelasi Pearson Product Moment (Ghozali,

(41)

rxy = Koefisien korelasi variabel x dengan variabel y.

xy = Jumlah hasil perkalian antara variabel x dengan variabel y.

x = Variabel Independen yang terdiri dari kualitas pelayanan, kompetensi

penjualan dan harga

y = Variabel Dependen Minat Beli Ulang.

n = Jumlah subyek penelitian

Sedangkan penafsiran terhadap koefisien korelasi adalah:

r = 0 atau mendekati 0, maka hubungan kedua variabel sangat lemah

atau tidak terdapat hubungan sama sekali.

r = +1 atau mendekati +1, maka hubungan kedua variabel sangat kuat,

dan hubungan searah

r = -1 atau mendekati -1, maka hubungan keduanya sangat kuat,

dengan hubungan berlawanan

Analisis korelasi digunakan untuk mengetahui keeratan hubungan antara

antara kualitas produk, harga, dan citra merek dengan peningkatan Minat Beli

Ulang. Arti dari nilai r dapat dilihat pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5. Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,80 – 1,000

(42)

b = Koefisien Regresi

e = Standar error

4.8.1 Uji Signifikansi Simultan (Uji F)

Uji Signifikansi Simultan (Uji F) yaitu uji secara serentak untuk

membuktikan hipotesis awal tentang pengaruh faktor-faktor yang mempengarui

konsumen melalui kualitas pelayanan, kompetensi tenaga penjualan, dan harga

(X1,X2,X3) sebagai variabel bebas terhadap Minat Beli Ulang (Y) sebagai variabel

terikat.

Ho : artinya secara serentak tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari

(X1,X2,X3) sebagai variabel bebas terhadap Minat Beli Ulang

sebagai variabel terikat (Y).

Ha : artinya secara serentak terdapat pengaruh yang siginifikandari

(X1,X2,X3) sebagai variabel bebas terhadap Minat Beli Ulang

sebagai variabel terikat (Y).

Kriteria pengambilan keputusan :

Ho diterima jika Fhitung < Ftabel pada α = 5%

Ho ditolak jika Fhitung > Ftabel pada α = 5%

4.8.2 Uji Signifikansi Parsial (Uji-t)

Uji Signifikansi Individual (Uji-t) yaitu uji secara parsial untuk

membuktikan hipotesis awal tentang pengaruh faktor-faktor yang mempengarui

konsumen melalui kualitas pelayanan, kompetensi penjualan dan citra perusahaan

(X1,X2,X3) sebagai variabel bebas terhadap Minat Beli Ulang (Y) sebagai variabel

(43)

H1o , H2o , H3o : artinya secara parsial tidak terdapat pengaruh yang signifikan

yang signifikan dari variabel bebas (X1, X2, X3) terhadap

Minat Beli Ulang sebagai variabel terikat (Y).

H1a , H2a , H3a : artinya secara parsial terdapat pengaruh yang signifikan yang

signifikan dari variabel bebas (X1, X2, X3) terhadap

Minat Beli Ulang sebagai variabel terikat (Y).

Kriteria pengambilan keputusan:

Ho diterima jika t hitung < t tabel pada α = 5%

Ho ditolak jika t hitung> t tabelpada α = 5%

4.8.3 Koefisien Determinasi (R2)

Determinan digunakan untuk melihat seberapa besar kontribusi variabel

bebas terhadap variabel terikat. Dengan kata lain nilai koefisien determinan

digunakan untuk mengukur besarnya kontribusi variabel bebas (X) yang diteliti

yaitu faktor kualitas pelayanan, kompetensi penjualan, dan citra perusahaan

terhadap Minat Beli Ulang apotek sebagai variabel terikatnya (Y). Semakin besar

nilai koefisien determinasi, maka semakin baik kemampuan variabel X

(44)

BAB V

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

5.1 Sejarah Singkat Perusahaan

PT Novell Pharmaceutical Laboratories didirikan pada tahun 1998 sebagai

akibat dari meningkatnya globalisasi dan kecenderungan menuju efisiensi dalam

industri farmasi. Setelah merger antara raksasa farmasi Glaxo International dan

Burroughs Wellcome di seluruh dunia pada tahun 1996, sekelompok investor

asing dan lokal yang yang berasal dari mantan karyawan pabrik manufaktur

PT.Burroughs Wellcome di Indonesia mendirikan sebuah perusahaan baru, yang

disebut Novell Pharmaceutical Laboratories yang memiliki status sebagai sebuah

perusahaan investasi asing dan terdaftar di Badan Koordinasi Penanaman Modal

Indonesia (BKPM).

Kata Novell berasal dari kata Novell dari bahasa Inggris yang

menerjemahkan sebagai sesuatu yang baru, segar dan juga membawa makna

inovasi. Pada Juni 2011, Novell memperoleh persetujuan dari Australia Terapi

Barang Administrasi (TGA), pada tahun 2009 dari GCC, pada tahun 2009 dari

Afrika Selatan, pada tahun 2009 dari UEA, pada tahun 2010 dari Kenya dan pada

tahun 2011 dari Turki sebagai bukti perbaikan terus-menerus dalam proses

kualitas untuk memastikan produk-produk berkualitas untuk semua pelanggannya.

5.2 Visi dan Misi Perusahaan

Visi PT Novell Pharmaceutical Laboratories adalah "Mendukung misi

(45)

masyarakat, dengan menyediakan produk berkuallitas yang terjangkau.". Dengan

misi "Mengembangkan produk baru dan memasarkan produk berkualitas tinggi,

yang dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia."

Untuk mencapainya PT Novell Pharmaceutical Laboratories bertekad

mencapai kepuasan pelanggan (pasien dan medical community) yang

memproduksi atau menyuplai obat yang berkualitas dan tingkat biaya yang efisien

serta mutu obat yang efektif untuk penyakit tersebut dan aman bagi penggunanya.

5.3 Strategi Pemasaran Perusahaan

PT Novell Pharmaceutical Laboratories sangat gencar meluncurkan

produk-produk baru. Di tahun 2013 ini ditargetkan mampu meluncurkan 90

produk baru. PT Novell Pharmaceutical Laboratories berkonsentrasi dalam

memproduksi produk dengan kualitas terbaik untuk dikonsumsi pasien sebagai

alternatif produk impor yang mahal.

Selain mengembangkan produk sendiri, PT Novell Pharmaceutical

Laboratories secara aktif mengembangkan produk baru bersama perusahaan

multinational lain. Dengan adanya tren globalisasi, PT Novell Pharmaceutical

Laboratories memposisikan dirinya sebagai salah satu provider besar produk

farmasi bagi pasien domestik maupun mancanegara.

Pertimbangan pertama dalam peluncuran produk baru adalah dari survei

pasar, dengan melihat kebutuhan apa yang ada di masyarakat. Need dan want user

harus diketahui dan dicari celah untuk menjadi pionirnya. Jadi harus mempunyai

kecepatan yang baru dengan memiliki kategori-kategori yang baru pula. Kegiatan

(46)

mengundang konsultan (ekspertis) yang memahami bidang ini. PT NPL juga

harus mengikuti perkembangan teknologi pengobatan tidak hanya di Indonesia,

melainkan menjelajah ke tingkat dunia. PT NPL memiliki target ke depan untuk

dapat menjadi perusahaan bermutu internasional, baik dari segi produk maupun

operasional perusahaan. Dengan demikian, PT NPL harus mengikuti

perkembangan yang ada di pasar global. Baik perkembangan ilmu pengetahuan

maupun pengobatan. Divisi Pengembangan Bisnis (Business Development/BD)

juga mencari informasi di luar negeri, kira-kira perkembangan teknologi

pengobatan atau kondisi konsumen di luar negeri. Kreasi strategi pemasaran

sering dilakukan dengan teknik differensiasi, diversifikasi, added value, new

invention, dan lain-lain.

5.4 Produk-Produk Perusahaan

Kategori produk NPL sangat luas, hampir semua dijangkau dari segmen ibu

hamil sampai untuk penyakit degeneratif. Secara garis besar, produk

dikategorikan pada kelas berikut yaitu:

1. Alergi dan sistem imun

2. Anaestesi

3. Antibiotik

4. Sistem kardiovaskuler

5. Dermatological

6. Sistem genital dan uriner

7. Hormon

(47)

9. Metabolisme

10.Mulut dan tenggorokan

11.Sistem neuromuskular

12.Sistem respirasi

13.Suplemen dan vitamin/mineral

Walaupun luasnya kategori produk, namun setelah diselami lebih dalam

ternyata PT Novell Pharmaceutical Laboratories memiliki segmentasi yang

mantap. Hanya beberapa golongan obat saja yang diproduksi dan dipasarkan yang

tentunya membawa revenue optimal. Dalam konteks ini pemasar perusahaan telah

menetapkan segmen yang paling baik yang dapat dilayani oleh perusahaan yang

mendatangkan benefit yang optimal baik bagi konsumen maupun perusahaan.

Sebagai contoh di segmen produk analgetik-antipiretik/antiinflamasi, yang ukuran

pasarnya besar, namun jumlah pesaing di segmen ini sangat banyak dan beberapa

pemain besar mempunyai market share yang sangat dominan, sebut saja Paramex

yang unggul di kategori OTC.

5.5 Kebijakan Pengelolaan Tenaga Penjual

Rekrutmen tenaga penjual dilakukan menggunakan media cetak di koran

nasional, website PT Novell Pharmaceuticall Labs dan info loker di internet serta

member get member (langsung dari karyawan di kantor cabang)

dengan persyaratan yang telah ditetapkan oleh perusahaan yakni :

a. Pendidikan D3 atau S-1 bidang eksakta lebih diutamakan

bidang non eksakta

(48)

c. Memiliki pengalaman di bidang pemasaran 1 tahun.

d. Kemampuan pribadi yang diperlukan yakni :

1) Semangat kerja

2) Daya tahan fisik

3) Motivasi kerja tinggi

4) Dinamis

5) Komunikatif dalam menawarkan produk

6) Mudah menyesuaikan diri

7) Percaya diri

8) Memiliki Inisiatif

9) Keterampilan dalam teknik penjualan

Setelah ditempatkan di perusahaan tenaga penjual diberikan diklat, di

lakukan on the job training di kantor cabang. Selanjutnya di training di kantor

pusat oleh para trainer produk manajemen pengetahuan tentang produk, baik itu

persediaan, indikasi, efek samping, dosis, ultra indikasi harga, kompetitor, untuk

negosiasi skill, SOP perusahaan dan sistem (program) di perusahaan

5.6 Kualitas Pelayanan di PT Novell Pharmaceuticall Labs

Perusahaan berupaya memberikan pelayanan terbaik kepada pelanggannya

yakni para pemilik apotek, beberapa kebijakan yang terkait dengan pelayanan

kepada pelanggan adalah :

a. Memberikan nomor telepon yang dapat diakses oleh setiap pelanggan

(49)

b. Mengirimkan pesanan obat tidak lebih dari 12 jam sejak pesanan

diterima dari apotek, jika obat yang dipesan tidak tersedia,

memberikan konfirmasi kepada apotek paling lambat 2 jam setelah

pemesanan.

c. Pelanggan diberi kebebasan dalam melakukan pemesanan obat, tidak

ada aturan pemesanan minimal.

d. Setiap obat dilengkapi dengan label yang menunjukkan bukti keaslian

obat yang telah diakui pemerintah.

e. Pelanggan dapat melakukan konfirmasi untuk obat-obatan yang akan

kadaluarsa sebelum 3 (tiga) bulan. Sehingga perusahaan akan

melakukan cek produk obat-obatan, dengan menyesuaikan nama

barang, nomor batch (kode barang) dengan faktur penjualan resmi

yang pernah dilakukan oleh pelanggan tersebut

setelah itu barang akan ditarik oleh perusahaan dan dikembalikan ke

(50)

BAB VI

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

6.1 Hasil Uji Asumsi Klasik

Penelitian yang menggunakan alat analisis regresi berganda harus

mengenali asumsi yang mendasarinya (Ghozali, 2011). Jika

asumsi-asumsi ini tidak terpenuhi, hasil analisis mungkin berbeda dengan kenyataan. Uji

asumsi klasik terhadap model regresi yang digunakan, dilakukan agar dapat

diketahui apakah model regresi tersebut merupakan model regresi yang baik atau

tidak.

Uji asumsi klasik dilakukan untuk mengetahui apakah model estimasi

telah memenuhi kriteria ekonometrika, dalam arti tidak terjadi penyimpangan

yang cukup serius dari asumsi-asumsi yang harus dipenuhi dalam metode

Ordinary Least Square (OLS). Dalam hal ini uji asumsi klasik yang digunakan

adalah uji normalitas, uji multikolinieritas, dan uji heteroskedastisitas. uji

autokorelasi tidak digunakan karena penelitian ini menggunakan data cross

sectional.

6.1.1 Hasil Uji Normalitas

Untuk megetahui apakah hasil pengamatan data menyebar normal atau

tidak, dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti dengan uji histogram

(Situmorang dan Luthfi, 2011). Pada penelitian ini uji normalitas data dilakukan

dengan uji histogram. Hasil dari output SPSS dengan menggunakan Uji

(51)

normal sebab memperlihatkan grafik mengikuti sebaran kurva normal

(ditunjukkan dengan kurva berbentuk lonceng) seperti terlihat pada Lampiran 3 di

halamam iii.

6.2.2 Hasil Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui ada tidaknya

penyimpangan asumsi klasik Heteroskedastisitas, yaitu adanya ketidaksamaan

varian dari residual untuk semua pengamatan pada model regresi. Prasyarat yang

harus terpenuhi dalam model regresi adalah tidak adanya gejala

Heteroskedastisitas. Pengujian apakah terdapat gejala heteroskedastisitas, yaitu

dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada gambar hasil output SPSS

(Situmorang dan Luthfi, 2011). Selanjutnya, pengujian dengan pengambilan

keputusan didasarkan pada : (a). Apabila ada pola tertentu, seperti titik-titik

(point-point) yang ada membentuk suatu pola tertentu yang teratur

(bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka telah terjadi

Heteroskedastisitas; dan (b). Apabila tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik

menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi

Heteroskedastisitas. Pada Lampiran 3 halaman iii dapat dilihat hasil gambar

Scatter Plot.

Dari gambar Scatter Plot di Lampiran 3 halaman iii terlihat tidak ada pola

yang jelas, titik-titik juga menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y,

(52)

6.1.3 Uji Multikolinearitas

Uji Multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi

ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang

baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen.

Uji Multikolinearitas juga digunakan untuk mengetahui ada tidaknya

penyimpangan asumsi klasik multikolinearitas, yaitu adanya hubungan linear

antar variabel independent dalam model regresi. Prasyarat yang harus terpenuhi

dalam model regresi adalah tidak adanya Multikolinearitas. Pada riset ini akan

dilakukan uji Multikolinearitas dengan melihat nilai Inflation Factor (VIF) pada

model regresi. Jika VIF lebih besar dari 10 dan nilai tolerance < 0.1, maka

variabel tersebut mempunyai persoalan Multikolinearitas dengan variabel bebas

lainnya (Ghozali, 2011).

Tabel 6.1 Hasil Uji VIF

Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients

a. Dependent Variable: Minat_Beli_Ulang

Sumber : Hasil Penelitian, 2013 (Data diolah)

Berdasarkan Tabel 6.1 hasil uji multikolinieritas dari masing-masing

variabel independen diperoleh nilai VIF untuk ketiga variabel independen tersebut

yaitu variabel kualitas pelayanan sebesar 1,135 , variabel kompetensi tenaga

penjual sebesar 1,163 , dan variabel harga sebesar 1,039 ketiga variabel tersebut

(53)

fasilitas kualitas pelayanan, kompetensi tenaga penjual dan harga tidak saling

berkorelasi atau tidak terjadi multikolinieritas pada model regresi.

6.2 Hasil Analisis Regresi Berganda

Untuk menjawab hipotesis yang ada, digunakan analisis regresi berganda.

Regresi berganda adalah regresi yang memiliki satu variabel dependen dan lebih

dari satu variabel independen (Bhuono, 2005). Hasil analisis regresi berganda

tesebut diuraikan pada sub bab berikut ini.

6.2.1 Hasil Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi bertujuan untuk mengetahui seberapa besar

kemampuan variabel independen mempengaruhi variabel dependen. Koefisien

determinasi terletak pada tabel model summaryb pada kolom Adjusted R Square.

Nilai koefisien korelasi (R) menunjukkan seberapa besar hubungan yang

terjadi antara variabel independen terhadap variabel dependen. Nilai R berkisar

antara 0 sampai 1, nilai semakin mendekati 1 berarti hubungan yang terjadi

semakin kuat, sebaliknya nilai semakin mendekati 0 maka hubungan yang terjadi

semakin lemah.

Tabel 6.2 Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi

Model Summaryb

a. Predictors: (Constant), Harga, Kualitas_Pelayanan, Kompetensi_Penjual b. Dependent Variable: Minat_Beli_Ulang

Sumber : Hasil Penelitian, 2013 (Data diolah)

(54)

• Nilai koefisien korelasi sebesar 0,626 yang menunjukkan hubungan yang

erat antara variabel kualitas pelayanan, kompetensi tenaga penjual dan harga terhadap minat beli ulang apotek di PT Novell Pharmaceutical

Medan. Jika nilai R diantara 0,6 – 0.79 maka korelasi erat (Situmorang

dan Luthfi, 2008)

• Nilai koefisien determinasi (R Square) sebesar 0,391 . Artinya 39,1%

minat beli ulang apotek di PT Novell Pharmaceuticall Labs Medan

dipengaruhi oleh kualitas pelayanan, kompetensi tenaga penjual dan harga.

Sedangkan sisanya yakni 60,9% dipengaruhi oleh variabel lain diluar

variabel yang digunakan dalam penelitian ini.

6.2.2 Hasil Uji Hipotesis Secara Simultan (Uji F)

Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen (X1, X2,

X3) secara bersama-sama atau simultan berpengaruh secara signifikan terhadap

variabel dependen (Y). Atau untuk mengetahui apakah model regresi dapat

digunakan untuk memprediksi variabel dependen atau tidak (Ghozali, 2011)

seperti terlihat pada Tabel 6.3.

Tabel 6.3. Hasil Uji F

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1

Regression 8.260 3 2.753 18.657 .000b

Residual 12.839 87 .148

Total 21.099 90

a. Dependent Variable: Minat_Beli_Ulang

b. Predictors: (Constant), Harga, Kualitas_Pelayanan, Kompetensi_Penjual

(55)

Pada Tabel 6.3 diperoleh nilai Fhitung sebesar 18,657 , untuk menguji

hipotesis secara simultan maka harus diketahui nilai Ftabel. Dengan menggunakan

tingkat keyakinan 95%, alpha 5% , df1 (jumlah variabel-1) =4-1 = 3 , kemudian

df2 (n-k-1)= 91-3-1 = 87, diperoleh nilai Ftabel melalui formula Microsoft Excell

2010 “=FINV(0.05,3,87)” yang menghasilkan angka 2,7094 .

Karena nilai Fhitung > Ftabel (18,657 > 2,7094), maka Ho ditolak dan

menerima Ha. Artinya secara simultan terdapat pengaruh yang signifikan antara

kualitas pelayanan, kompetensi tenaga penjual dan harga terhadap minat beli

ulang apotek di PT Novell Pharmaceuticall Labs Medan.

6.2.3 Hasil Uji Hipotesis Secara Parsial (Uji t)

Pada Tabel 6.4. berikut ini ditampilkan hasil uji hipotesis parsial (Uji t).

Tabel 6.4. Hasil Uji Hipotesis Parsial

Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients

a. Dependent Variable: Minat_Beli_Ulang

Sumber : Hasil Penelitian, 2013 (Data diolah)

Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah dalam model regresi variabel

independen (X1, X2, X3) secara parsial berpengaruh secara signifikan terhadap

variabel dependen (Y).

Berdasarkan Tabel 6.4. , didapat hasil sebagai berikut :

• Nilai ttabel dicari terlebih dahulu dengan derajat kebebasan (df) =n-k-1 atau

Gambar

Tabel 1.1 Target dan Realisasi Penjualan di PT Novell Pharmaceutical Labs  Medan 2006-2011
Tabel 1.2  Jumlah Apotek yang menjadi pelanggan dan Frekuensi Pembelian
Gambar 3.1  Kerangka Konseptual Penelitian
Tabel 4.1. Kegiatan Geladikarya
+7

Referensi

Dokumen terkait

Akibat hukum tidak sesuai kualitas dalam perjanjian jual beli produk inti sawit (kernel) antara CVBintang Effendi Brother Medan Dengan PT Agro Jaya Perdana Medan, pihak penjual

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi minat beli ulang konsumen melalui kepuasan pelanggan, kompetisi harga,

Warung Bu Darmi menerapkan bauran pemasaran untuk menarik minat beli ulang konsumen. Bauran pemasaran yang digunakan yaitu produk, harga, tempat dan proses.

Pada Tabel 5 berikut ini merupakan tabel rekapitulasi tanggapan konsumen terhadap citra merek, harga, kualitas produk, serta minat beli ulang di Sate Maranggi

Dari hasil statistik membuktikan bahwa ada pengaruh yang positif dan signifikan antara minat beli ulang dengan loyalitas konsumen yang artinya semakin tinggi minat beli

Hasil dalam penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) kualitas produk memiliki pengaruh secara parsial terhadap minat beli ulang; (2) harga memiliki pengaruh secara parsial

Berdasarkan hasil pengujian dengan menggunakan analisis PLS untuk menguji pengaruh kualitas produk dan citra merek terhadap minat beli ulang produk Pond`s Men di

Interpretasi Hasil Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan antara Harga X1, Kelengkapan Produk X2 dan lokasiX3 terhadap minat beli ulang Y Pembeli yang datang Hypermart Duta Mall