• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Minat Beli Ulang - Strategi Meningkatkan Minat Beli Ulang Apotek Terhadap Produk Obat PT. Novell Pharmaceutical Labs Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Minat Beli Ulang - Strategi Meningkatkan Minat Beli Ulang Apotek Terhadap Produk Obat PT. Novell Pharmaceutical Labs Medan"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Minat Beli Ulang

Hal yang penting bagi perusahaan adalah mempengaruhi pelanggan agar

mereka mengambil keputusan untuk membeli produk atau jasa yang

disediakan. Pembelian sebagai bagian dari transaksi dipengaruhi oleh

intensitas pembelian dan kondisi khusus yang berada di sekitar tempat dimana

produk atau jasa yang ditawarkan (Dalrymple & Parsons, 1990).

Minat beli menurut Dodds et. al. (1991) adalah kemungkinan pembeli

berminat untuk membeli suatu produk. Ferdinand (2000) menyatakan bahwa

indikator minat beli antara lain; (1) minat transaksional, yaitu kecenderungan

seseorang untuk membeli produk, (2) minat referensial, yaitu

kecenderungan seseorang untuk mereferensikan produk kepada orang lain,

(3) minat preferensial, yaitu minat yang menggambarkan perilaku seseorang

yang memiliki preferensi utama pada produk tersebut, preferensi ini dapat

berubah bila terjadi sesuatu dengan produk preferensinya, (4) minat eksploratif,

minat ini menggambarkan perilaku seseorang yang selalu mencari informasi

mengenai produk yang diminatinya dan mencari informasi untuk mendukung

sifat-sifat positif dari produk tersebut.

Mowen & Minor (2002) mengatakan bahwa perilaku pembelian

ulang memiliki arti bahwa pelanggan membeli secara berulang terhadap produk

tertentu. Johnson (1998) mengatakan bahwa proses informasi dan komponen

(2)

pembelian ulang. D alam mengambil Minat Beli Ulang, pelanggan melakukan

evaluasi terhadap berbagai macam alternatif sebelum mereka

memutuskan untuk melakukan pembelian terhadap produk atau jasa yang

ditawarkan perusahaan.

Menurut Darley & Lim (1999), citra perusahaan memiliki peran

yang berpengaruh terhadap frekuensi pembelian pelanggan pada suatu

perusahaan tertentu. Pembelian akan meningkat jika pelanggan memiliki

persepsi yang baik terhadap perusahaan tersebut. Seperti juga yang

diungkapkan oleh Taylor & Cosenza (2002) yang menyatakan bahwa perilaku

pembelian ulang yang dilakukan pelanggan banyak dipengaruhi oleh beberapa

hal di antaranya merk produk dan layanan yang diberikan oleh perusahaan.

2.2 Kualitas Pelayanan

Kualitas pelayanan dapat diartikan sebagai upaya pemenuhan kebutuhan

dan keinginan konsumen serta ketepatan penyampaiannya dalam mengimbangi

harapan konsumen (Tjiptono, 2004). Kualitas pelayanan (service quality) dapat diketahui dengan cara membandingkan persepsi para konsumen atas pelayanan

yang nyata-nyata mereka terima atau peroleh dengan pelayanan yang

sesungguhnya mereka harapkan atau inginkan terhadap atribut-atribut pelayanan

suatu perusahaan. Jika jasa yang diterima atau dirasakan (perceived service)

sesuai dengan yang diharapkan, maka

memuaskan, jika jasa yang diterima melampaui harapan konsumen, maka kualitas

pelayanan dipersepsikan sangat baik dan berkualitas. Sebaliknya jika jasa yang

(3)

Menurut Kotler (2004) definisi pelayanan adalah setiap tindakan atau

kegiatan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain, yang pada

dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun.

Produksinya dapat dikaitkan atau tidak dikaitkan pada satu produk fisik.

Pelayanan merupakan perilaku produsen dalam rangka memenuhi kebutuhan dan

keinginan konsumen demi tercapainya kepuasan pada konsumen itu sendiri.

Kotler (2004) juga mengatakan bahwa perilaku tersebut dapat terjadi pada saat,

sebelum dan sesudah terjadinya transaksi. Pada umumnya pelayanan yang bertaraf

tinggi akan menghasilkan kepuasan yang tinggi serta pembelian ulang yang lebih

sering.

Persepsi pelanggan terhadap kualitas layanan dapat diukur dan

dievaluasi dengan mengadakan penelitian melalui dimensi-dimensi

kualitas layanan (Zeithaml et. al. 1990), terdapat lima dimensi kualitas layanan,

kelima dimensi ini disebut SERVQUAL. Adapun pengertian dari dimensi

servqual adalah :

a. Tangibles, yaitu penampilan dari fasilitas fisik, peralatan-peralatan, karyawan, dan alat-alat komunikasi ; misalnya gedung kantor

yang bersih dan representatif, alat transportasi untuk distribusi produk

farmasi.

b. Reliability, yaitu kesediaan untuk memberikan layanan sesuai dengan yang telah dijanjikan secara akurat dan dapat diandalkan, misalnya

karyawan profesional, kemudahan mendapatkan layanan, jam operasi

buka-tutup tepat, ketelitian karyawan sehingga dapat menimbulkan

(4)

c. Responsiveness, yaitu komitmen untuk selalu bersedia membantu konsumen dan memberikan layanan seketika, misalnya kecepatan layanan

yang diberikan karyawan, layanan yang diberikan karyawan sesuai

keinginan konsumen, karyawan serius dalam menanggapi kesalahan

yang dilakukan, kesediaan karyawan menjawab pertanyaan konsumen

dengan baik.

d. Assurance, yaitu pengetahuan, sopan santun, dan kemampuan para karyawan untuk menimbulkan rasa percaya dan keyakinan

konsumen, misalnya kesopanan karyawan dalam memberikan layanan

kepada konsumen.

e. Empathy, yaitu kepedulian dan perhatian secara individu yang diberikan oleh badan usaha kepada konsumen, misalnya karyawan memperhatikan

keluhan atau komplain konsumen, dan kepedulian karyawan

terhadap kebutuhan pelanggannya.

Kualitas layanan yang baik akan menciptakan kepuasan pelanggan.

Sehingga kualitas layanan yang baik serta kepuasan pelanggan tersebut

dapat mempengaruhi intensitas kunjungan pelanggan pada kesempatan

berikutnya pada badan usaha yang bersangkutan. Kualitas layanan adalah

permulaan dari kepuasan pelanggan. Pelanggan dalam menentukan kualitas layanan

tidak hanya berdasarkan pada hasil dari suatu layanan tersebut tetapi juga

(5)

2.3 Kompetensi Tenaga Penjualan

Kompetensi adalah karakteristik dasar dari seseorang yang

memungkinkan mereka mengeluarkan kinerja superior dalam pekerjaannya

(Darley dan Lim, 1999). Sedangkan Shepherd (1999) mendefinisikan

kompetensi sebagai karakteristik dasar yang terdiri dari kemampuan (skill), pengetahuan (knowledge) serta atribut personal (personal attributs) lainnya yang mampu membedakan seseorang yang perform dan tidak perform. Artinya, inti utama dari sistem atau model kompetensi ini sebenarnya adalah sebagai

alat penentu untuk memprediksikan keberhasilan kerja seseorang pada suatu

posisi. Kompetensi ini berusaha mengeksplorasi lebih jauh suatu posisi,

untuk menjawab satu pertanyaan pokok mengenai pengetahuan, ketrampilan dan

perilaku utama yang diperlukan untuk berhasil dalam suatu posisi tertentu.

Senada dengan hal tersebut Barker (1999) menyatakan bahwa

kompetensi merupakan kemampuan personal dalam melakukan pekerjaannya

agar mendapatkan hasil dengan baik. Kompetensi dapat berupa pengetahuan,

keahlian, sikap, nilai atau karakteristik personal. yang mendasari seseorang

dan berkaitan dengan efektivitas kinerja seseorang dalam pekerjaannya.

Berdasarkan uraian di atas makna kompetensi mengandung

bagian kepribadian yang mendalam dan melekat pada seseorang dengan perilaku

yang dapat diprediksi pada berbagai keadaan dan tugas pekerjaan. Prediksi siapa

yang berkinerja baik dan kurang baik dapat diukur dari kriteria atau standar yang

digunakan.

Analisis kompetensi disusun sebagian besar untuk pengembangan

(6)

efektivitas tingkat kinerja yang diharapkan. Menurut Darley dan Lim (1999)

level kompetensi adalah sebagai berikut : Skill, Knowledge, Self-concept, Self Image, Trait dan Motive.

a. Skill adalah kemampuan untuk melaksanakan suatu tugas dengan baik misalnya seorang progammer computer.

b. Knowledge adalah informasi yang dimiliki seseorang untuk bidang khusus (tertentu), misalnya bahasa komputer.

c. Self-concept adalah sikap dan nilai-nilai yang dimiliki seseorang dan ditonjolkan dalam masyarakat (ekspresi nilai-nilai diri), misalnya :

pemimpin.

d. Self image adalah pandangan orang terhadap diri sendiri, merefleksikan identitas, contoh : melihat diri sendiri sebagai seorang ahli.

e. Trait adalah karakteristik abadi dari seorang karakteristik yang membuat orang untuk berperilaku, misalnya : percaya diri sendiri.

f. Motive adalah sesuatu dorongan seseorang secara konsisten berperilaku, sebab perilaku seperti hal tersebut sebagai sumber

kenyamanan, contoh : prestasi mengemudi.

Kompetensi Skill dan Knowledge cenderung lebih nyata (visible) dan relatif berada di permukaan (ujung) sebagai karakteristik yang dimiliki

manusia. Self- concept dan self image cenderung sedikit visibel dan dapat dikontrol perilaku dari luar. Sedangkan trait dan motive letaknya lebih dalam pada titik sentral kepribadian. Kompetensi pengetahuan dan keahlian relatif

(7)

meningkatkan tingkat kemampuan sumber daya manusia. Sedangkan motif

kompetensi dan trait berada pada kepribadian sesorang, sehingga cukup sulit dinilai dan dikembangkan. Salah satu cara yang paling efektif adalah memilih

karakteristik tersebut dalam proses seleksi. Adapun konsep diri dan social role

terletak di antara keduanya dan dapat diubah melalui pelatihan, psikoterapi

sekalipun memerlukan waktu yang lebih lama dan sulit. Berdasarkan uraian di

atas dapat disimpulkan bahwa kompetensi adalah kemampuan dan

kemauan untuk melakukan sebuah tugas dengan kinerja yang efektif.

2.4 Harga

Pemasaran terdiri dari strategi bauran pemasaran (marketing mix) dimana organisasi atau perusahaan mengembangkan untuk mentransfer nilai melalui

pertukaran untuk pelanggannya. Kotler dan Armstrong (2008) berpendapat

bahwa, ”Bauran pemasaran (marketing mix) adalah kumpulan alat pemasaran taktis terkendali yang dipadukan perusahaan untuk menghasilkan respons yang

diinginkannya di pasar sasaran”. Marketing mix terdiri dari empat komponen biasanya disebut ”empat P (4P)”, yaitu Product (Produk), Price (Harga), Place

(Tempat), dan Promotion (Promosi). Harga adalah jumlah semua nilai yang diberikan oleh pelanggan untuk mendapatkan keuntungan dari memiliki atau

menggunakan sebuah produk atau jasa. Harga adalah satu-satunya elemen bauran

pemasaran yang menghasilkan pendapatan, sedangkan elemen bauran pemasaran

lainnya melambangkan biaya (Kotler dan Amstrong, 2008). Penetapan harga yang

baik dimulai dengan pemahaman menyeluruh dari nilai yang diciptakan suatu

(8)

strategis dan taktis, seperti tingkat harga, struktur diskon, syarat pembayaran,

dan tingkat diskriminasi harga di antara berbagai kelompok pelanggan.

Menurut Tjiptono (2004), penetapan harga maksimum akan dibatasi oleh

permintaan pelanggan, khususnya daya beli. Dalam kebijakan harga, manajemen

harus menentukan harga dasar dari produknya,kemudian menentukan

kebijaksanaan menyangkut potongan harga, pembagian ongkos kirim, dan hal-hal

lain yang berhubungan dengan harga.

2.5 Hubungan Kualitas Pelayanan dengan Minat Beli Ulang

Suatu pelayanan dari suatu perusahaan dapat dikatakan berkualitas

apabila pelayanan tersebut mampu memenuhi kebutuhan dan keinginan

pelanggan. Jika kebutuhan dan keinginan pelanggan mampu dipenuhi

melalui pelayanan perusahaan maka hal ini akan berpengaruh pada

pengambilan keputusan pelanggan untuk membeli produk atau jasa yang

disediakan sehingga akan mendorong terjadinya pembelian ulang. Johnson

(1998) yang menyatakan bahwa perilaku pembelian ulang yang dilakukan

pelanggan banyak dipengaruhi oleh beberapa hal di antaranya merk produk

dan layanan yang diberikan oleh perusahaan.

2.6 Hubungan Kompetensi Tenaga Penjualan dengan Minat Beli Ulang

Kompetensi merujuk pada kemampuan personal dalam melakukan

pekerjaannya agar mendapatkan hasil dengan baik. Jika seorang tenaga

penjualan dikatakan berkompeten, artinya tenaga penjualan tersebut memiliki

(9)

karakteristik personal yang menunjang efektifitas kinerja tenaga penjualan.

Segala kompetensi yang dimiliki seorang tenaga penjualan dapat

digunakan / dimanfaatkan untuk mendorong atau meyakinkan seorang

pelanggan untuk melakukan pembelian ulang. Kotler dan Armstrong (2008),

Spencer and Spencer (1993) dalam Shepherd (1999) dan Barker (1999)

menyatakan bahwa kompetensi adalah knowledge, skill dan kualitas individu untuk mencapai kesuksesan pekerjaannya.

2.7 Hubungan Harga dengan Minat Beli Ulang

Produk atau jasa yang ditawarkan tidak dapat dilepaskan dari

harga. Harga dapat menjadi pengenal produk atau jasa yang ditawarkan.

Disamping itu, harga juga dapat digunakan untuk memperbaiki atau

mempertahankan posisi persaingan, mempertahankan pelanggan lama, dan

menjaring pelanggan baru.

Fauzan (2010) menyatakan bahwa harga memiliki pengaruh terhadap

minat pembelian ulang pada konsumen. Harga yang terjangkau, potongan harga

yang lebih besar, kesesuaian antara harga dengan kualitas dan manfaat yang

diberikan produk serta harga yang cukup bersaing dengan merek atau produk lain

menjadi dasar konsumen memiliki minat beli ulang produk.

2.8 Penelitian Terdahulu

Kusuma (2009) melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Kualitas

Pelayanan, Kompetensi Tenaga Penjualan, dan Citra Perusahaan terhadap Minat

(10)

dilakukan sebagai salah satu upaya untuk menjawab permasalahan yang

terjadi di PT Ratna Intan Kusuma yang menunjukkan terjadinya

kecenderungan penurunan kinerja penjualan selama tahun 2004 – 2008. Kinerja

penjualan yang menurun tersebut dapat menjadi indikasi bahwa minat beli ulang

apotek di PT. Ratna Intan Kusuma juga menurun. Hasil telaah pustaka yang

dilakukan mengarahkan peneliti untuk menguji pengaruh kualitas

pelayanan, kompetensi tenaga penjual, dan citra perusahaan terhadap minat beli

ulang.

Data mengenai kualitas pelayanan, kompetensi tenaga penjualan,

citra perusahaan, dan minat beli ulang diperoleh dengan menggunakan

kuesioner. Kuesioner yang telah tersusun tersebut selanjutnya disebarkan

kepada 75 responden apotek. Data yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan

analisis regresi berganda untuk membuktikan ada atau tidaknya pengaruh

dari masing-masing variabel independen terhadap variabel independen.

Hasil pengujian menunjukkan, secara statistik dapat dibuktikan

bahwa kualitas pelayanan, kompetensi tenaga penjualan, dan harga memiliki

pengaruh yang positif dan signifikan terhadap minat beli ulang. Dimana

dari ketiga variabel tersebut, kualitas pelayanan memiliki pengaruh yang paling

besar sehingga implikasi kebijakan yang dijalankan harus difokuskan pada

peningkatan pelayanan yang berkualitas.

Sarjono (2012) melakukan penelitian denagn judul “Analisis Pengaruh

Strategi Bauran Pemasaran Terhadap Minat Beli Ulang Produk Baru”. Strategi

bauran pemasaran adalah seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan

(11)

pemasaran disusun melalui strategi product, price, promotion dan place. Strategi pemasaran yang dilaksanakan melalui strategi strategi product, price, promotion

dan place secara efektip dan efisien akan meningkatkan minat beli ulang produk baru. Strategi pemasaran melalui dimensi produk dengan menciptakan

produk yang berkualitas, sesuai fungsinya dan persepsi merk yang baik akan

meningkatkan minat beli ulang produk baru produk. Strategi pemasaran

melalui dimensi harga dengan menetapkan harga yang sesuai dengan fungsi

produk, harga terjangkau dan pemberian potongan harga akan meningkatkan

minat beli ulang produk baru produk. Strategi pemasaran melalui dimensi

promosi dengan melakukan periklanan, penjualan langsung dan spnsorship akan

meningkatkan minat beli ulang produk baru. Strategi pemasaran melalui

dimensi distribusi dengan memperhatikan ketersediaan produk, pemilihan lokasi

pemasaran yang tepat dan penataan jaringan distribusi yang baik akan

meningkatkan minat beli ulang produk baru.

Metode penelitian yang dipakai adalah metode survey, jenis penelitian

yang digunakan adalah eksplanatory, data yang dipergunakan adalah data

sampel yang diambil dari populasi. Jenis data penelitian yang digunakan adalah

kuantitaif yang diperoleh dari sumber data primer melalui instrumen kuesioner

yang berupa data variabel–variabel penelitian dan sumber data skunder yang

berupa jumlah populasi. Variabel bebas penelitian berupa produk, harga,

promosi dan distribusi serta variabel terikat berupa minat beli ulang produk

baru. Hasil dari analisis regresi berganda menunjukkan bahwa strategi produk,

strategi harga, strategi promosi dan strategi distribusi secara simultan

(12)

hasil uji hipotesis parsial, bahwa strategi produk, harga, distribusi dan promosi

berpengaruh positif dan signifikan tarhadap minat beli ulang produk baru. Jadi

peningkatan aktivitas strategi produk, harga, distribusi dan promosi akan

Referensi

Dokumen terkait

Kemudian pemasangan sectionalizer yang terhubung dengan penyulang J5 didapatkan indeks keandalan yang lebih baik yaitu SAIDI = 134, SAIFI 147, dan CAIDI = 54,66.. Dan

Kesimpulan penelitian ini adalah pola sebaran permukiman menunjukan pola acak pada tahun 1998 dan mengelompok pada tahun 2006 dan 2019, kondisi kelayakan lahannya

Mahasiswa melakukan observasi untuk mengamati cara guru dalam mengajar di kelas. Observasi ini bertujuan untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman pendahuluan mengenai

Kualifikasi Akademik Guru SMP/MTs Guru pada SMP/MTs, atau bentuk lain yang sederajat, harus memiliki kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV)

Bahan ajar yang dipilih untuk menyajiakan data proses dan hasil penelitian pembuatan edible film dari pati biji durian ( Durio zibethinus ) dengan penambahan

Untuk meningkatkan kemudahan akses, menyediakan ruang pejalan kaki yang dilengkapi dengan zona perabot dan zona perdagangan, ruang pelanggan, serta zona pejalan

gerakan mayoret serta colour guard atau pemegang bendera yang berfungsi untuk menarik perhatian dan memperindah kelompok drum band. Pada penelitian ini, penulis akan

Proses penghadaman kimia bermula daripada pecahan molekul besar seperti kanji , protein dan lemak kepada molekul yang lebih kecil bagi memudahkan proses penyerapan nutrien