• Tidak ada hasil yang ditemukan

Indonesia sebagai bangsa dengan keragaman sumber daya hayati yang dimiliki sangat berpotensi untuk dikembangkan dan digali lebih dalam. Seperti halnya sayur-sayuran lokal tentunya sangat berkontribusi terhadap suplai pangan dan kesehatan masyarakat Indonesia. Sejarah membuktikan bahwa leluhur kita sudah banyak memanfaatkan sayuran indigenous karena sudah mengenal rasa dan manfaatnya berdasarkan pengetahuan secara turun temurun. Sayuran indigenous adalah sejenis sayuran yang walaupun tanaman sayuran itu bukan berasal dari Indonesia, namun tanaman tersebut sudah beradaptasi dan sudah dikultivasi atau dimanfaatkan oleh penduduk setempat dari dahulu, sehingga sudah dianggap sebagai tanaman turun-temurun dan telah berevolusi dengan iklim dan geografis wilayah Indonesia (Anonim, 2008). Sayuran indigenous biasanya tumbuh di pekarangan rumah maupun kebun secara alami dan dimanfaatkan untuk kepentingan keluarga, baik sebagai sayuran yang dimasak maupun lalapan. Pada kenyataannya di daerah Jawa Barat sayuran indigenous sudah memasuki pasar di rumah makan yang digunakan sebagai lalap. Banyak sayuran indigenous yang berfungsi sebagai obat dari suatu penyakit manusia.

Pada penelitian ini akan diididentifikasi kandungan flavonoid dari sayuran indigenous tersebut. Sayur yang digunakan adalah sayur-sayuran yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat dan banyak tumbuh di daerah Jawa Barat. Bagian dari sayur-sayuran indigenous yang digunakan dalam penelitian ini adalah bagian yang biasa dikonsumsi (dapat berupa batang, daun, bunga atau seluruh bagian tanaman). Sayuran tersebut diantaranya adalah bunga turi, daun pakis, kucai, daun mangkokan putih, daun labu siam, takokak, kelor, pucuk mengkudu, pucuk mete, terubuk, bunga pepaya, antanan beurit, dan daun kacang panjang atau lembayung.

1. Bunga Turi (Sesbania grandiflora (L.)Pers.) Klasifikasi dari bunga turi adalah :

Kingdom : Plantae

Division : Spermatophyta Sub Division : Angiospermae Class : Dicotyledonea Order : Rosales Family : Leguminosae Genus : Sesbania

Spesies : (Sesbania grandiflora (L.)Pers.)

Turi umumnya ditanam di pekarangan sebagai tanaman hias, di tepi jalan sebagai pohon pelindung, atau ditanam sebagai tanaman pembatas pekarangan. Tanaman ini dapat ditemukan di bawah 1.200 m dpl. Pohon 'kurus' berumur pendek, tinggi 5-12 m, ranting sering kali menggantung. Kulit luar berwarna kelabu hingga kecoklatan, tidak rata, dengan alur membujur dan melintang tidak beraturan, lapisan gabus mudah terkelupas. Di bagian dalam berair dan sedikit berlendir. Percabangan baru keluar setelah tinggi tanaman sekitar 5 m. Berdaun majemuk yang letaknya tersebar, dengan daun penumpu yang panjangnya 0,5-1 cm. Panjang daun 20-30 cm, menyirip genap, dengan 20-40 pasang anak daun yang bertangkai pendek. Helaian anak daun berbentuk jorong memanjang, tepi rata, panjang 3-4 cm, lebar 0,8-1,5 cm. Bunganya besar dalam tandan yang keluar dari ketiak daun, letaknya menggantung dengan 2-4 bunga yang bertangkai, kuncupnya berbentuk sabit, panjangnya 7-9 cm. Bila mekar, bunganya berbentuk kupu-kupu.

Turi memiliki 2 varietas, ada yang berbunga putih dan ada juga berbunga merah. Turi berbunga putih dapat dimakan sebagai sayur atau dipecel. Bunganya gurih dan manis, biasanya bunga berwarna putih yang dikukus dan dimakan sebagai pecel. Selain bunganya yang enak di makan, daun dan polong turi juga sering diolah sebagai masakan. Masarakat Jawa mengolahnya untuk campuran urapan, pecel, ditumis

atau dibuat sayur. Rasanya hampir mirip dengan bunga pepaya namun tidak pahit. Turi berbunga merah lebih banyak dipakai dalam pengobatan, karena memang lebih berkhasiat. Mungkin kadar taninnya lebih tinggi, sehingga lebih manjur untuk pengobatan luka ataupun disentri.

Daun muda setelah dikukus kadang dimakan oleh ibu yang sedang menyusui anaknya untuk menambah produksi asi, walaupun baunya tidak enak dan berlendir. Daun dan ranting muda juga merupakan makanan ternak yang kaya protein. Turi juga dipakai sebagai pupuk hijau. Daunnya mengandung saponin sehingga dapat digunakan sebagai pengganti sabun setelah diremas-remas dalam air untuk mencuci pakaian.

Buah bentuk polong yang menggantung, berbentuk pita dengan sekat antara, panjang 20-55 cm, lebar 7-8 mm. Biji 15-50, letak melintang di dalam polong. Akarnya berbintil-bintil, berisi bakteri yang dapat memanfaatkan nitrogen, sehingga bisa menyuburkan tanah. Sari kulit batang pohon turi digunakan untuk menguatkan dan mewarnai jala ikan. Kulit batang turi merah kadang dijual dengan nama kayu timor.

Turi (Sesbania grandiflora) termasuk keluarga kacang kacangan. Tanaman ini cukup berharga bila dikembangkan sebagai bahan pakan karena kadar proteinnya yang tinggi, tetapi turi juga mengandung berbagai senyawa anti-nutrisi, di antaranya kanavanin, penghambat tripsin, saponin, tanin dan alkaloid (Anonim, 2008p). Banyak cara untuk menghilangkan senyawa-senyawa ini, di antaranya dengan cara membuat konsentrat protein dan membuang kulitnya. Hasil pembuatan konsentrat protein sangat rendah (3,9%) dari bahan awal. Di samping itu, senyawa yang anti-nutrisi hanya berhasil dikurangi tapi tidak bisa hilang sama sekali. Pengupasan kulit (sekitar 35-40% dan biji utuh) menghasilkan lebih banyak senyawaan yang bisa dibuang. Disarankan untuk menggunakan biji tanpa kulit ini untuk hewan non-ruminansia.

Bunga atau kembang turi memiliki efek farmakologis sebagai pelembut kulit, pencahar, dan penyejuk. Selain itu kandungan kimia dari bunga turi ini antara lain kalsium, zat besi, zat gula, vitamin A dan B (Anonim, 2008q).

Gambar 2. Pohon turi

2. Kucai (Allium schoenoprasum L.) Klasifikasi dari kucai adalah : Kingdom : Plantae Division : Magnoliophyta Class : Liliopsida Order : Asparagales Family : Alliaceae Genus : Allium

Spesies : (Allium schoenoprasum L.)

Kucai (Allium schoenoprasum L.), atau bawang kucai serta daun kucai, dikenal sebagai sayuran daun dan biasa disajikan dalam irisan kecil-kecil. Kucai tidak terlalu sering dipakai dalam menu Indonesia. Penggunaannya umum dalam masakan dengan pengaruh Tiongkok, seperti bubur ayam. Pada budaya boga Tiongkok dan Jepang, kucai merupakan bahan campuran isi Jiaozi (Gy za). Kucai berdaun pipih dan bunganya berwarna putih. Aroma kucai lebih dekat ke bawang putih sehingga dalam bahasa Inggris disebut garlic-chives dan dalam bahasa Jerman disebut Knoblauch-Schnittlauch. Daunnya beraroma tajam dan pekat namun berbeda dengan aroma daun prei (A. porrum) maupun daun bawang (A. cepa, A. fistulosum, A. ascalonicum). Bunga kucai dapat digunakan pula sebagai rempah penyedap.

Kucai adalah gugusan dari tanaman bawang yang kebanyakan ditanam untuk tujuan hiasan (hanya berbunga) dan sebagai sayuran. Tanaman ini mengambil sedikit ruang dan boleh dimakan keseluruhanya (dari pucuk sampai bawangnya). Variasi kucai yang popular adalah Kucai Cina yang mempunyai aroma menyerupai bawang putih pada daunnya. Bunganya juga berwarna putih. Kucai dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah. Pertumbuhannya akan sangat baik jika ditanam pada tanah yang agak dalam dan dipenuhi dengan kompos serta bahan organik.

Kucai dapat tumbuh di bawah panas matahari ataupun di tempat yang teduh. Jika musim kemarau juga tidak terlalu berpengaruh karena

bawangnya masih ada. Sama seperti bawang, kucai mempunyai akar berbawang dan daun. Selain itu, kucai pun dapat ditanam dari bijinya. Kucai adalah tanaman yang berumur panjang (perennial). Ia dapat terus hidup hingga beberapa tahun jika keadaannya tanahnya terus dijaga, yaitu tanah yang subur. Kalau menanam kucai untuk di makan, bunganya perlu dibuang untuk meningkatkan pertumbuhan daun saja.

Kucai merupakan jenis sayuran yang berasal dari keluarga Lili (tanaman berumbi). Tumbuhan ini mempunyai aroma yang agak tengik tetapi enak dimakan sebagai sebagai sayur atau ulam. Tumbuhan ini juga mengandung vitamin B dan C, karoten dan komponen belerang (Anonim, 2008r). Masyarakat Indonesia telah lama memanfaatkan kucai untuk pengobatan, diantaranya untuk mengatasi keputihan, darah tinggi dan sembelit. Selain itu, kucai diyakini mempunyai khasiat antiseptik untuk membunuh kuman bakteri dalam usus dan menjadi perangsang dalam proses pengasaman usus. Kucai juga berkhasiat melancarkan aliran darah, sekaligus menghindarkan pembekuan darah.

3. Takokak (Solanum torvum Swartz) Kingdom : Plantae

Division : Spermatophyta Sub Division : Angiospermae Class : Dicotyledonae Order : Solanales Family : Solanaceae Genus : Solanum

Spesies : Solanum torvum Swartz

Takokak merupakan tanaman perdu yang kecil, tumbuh tegak dengan tinggi 1-3 meter. Daunnya tunggal, letaknya berseling, bentuk bulat telur melebar, panjang daun 6-30 cm, berujung runcing, tepi berlekuk menyirip, warnanya hijau muda dan memiliki tangan yang berambut rapat bahkan seringkali dengan beberapa duri tempel. Buahnya berwarna kuning orange, licin dan bergaris tengah 12-15 cm. Buah takokak sering dimakan sebagai lalap mentah, direbus atau dimasak dengan tauco, dan cabe hijau atau sesuai selera.

Tumbuhan ini tergolong perdu dan masuk ke dalam famili Solanaceae. Tumbuhan ini hidup liar di berbagai daerah, baik di daratan rendah hingga ke pegunungan. Perbanyakannya menggunakan biji yang banyak terdapat di dalam buah. Tinggi tumbuhannya bisa mencapai dua meter lebih dengan batang berwarna hijau kecoklatan penuh duri tajam dan berbulu halus. Daunnya besar bergerigi lebar dan permukaannya pun berbulu. Bunganya kecil berwarna putih berkelompok lima hingga enam dalam satu tangkai dengan putiknya berwarna kuning.

Bila bunga dibuahi, maka muncullah bakal buah berwarna hijau. Buahnya terus berwarna hijau dengan biji berwarna putih lunak. Bila buah sudah matang, berwarna kehitaman dengan biji berwarna kecoklatan dan keras. Pemeliharaan tanaman ini cukup mudah. Selain memang dapat hidup liar, tumbuhan ini juga memerlukan cukup air dengan penyiraman

atau menjaga kelembaban tanah. Pemupukan juga diperlukan, tapi cukup dengan pupuk dasar saja.

Selain leunca, tumis oncom merah dan sayur oncom hitam di daerah Jawa Barat, juga sering melengkapinya dengan buah takokak. Tak hanya jadi penambah di dalam sayuran saja, takokak juga kerap menjadi lalapan yang sangat digemari di beberapa daerah. Takokak (Solanum torvum Swartz atau S ferrugium Jacq) cukup terkenal di beberapa daerah Indonesia. Di beberapa daerah, takokak dinamai cepoka, cokowana, pokak, atau terong pipit.

Dalam farmakologi Cina disebutkan bahwa takokak memiliki rasa pedas, sejuk, dan agak beracun. Untuk itu, bila digunakan untuk pengobatan penyakit tertentu, perlu diperhatikan dosisnya, karena dapat menimbulkan keracunan. Selain itu, penderita kecenderungan glaucoma dilarang meminumnya.

Efek farmakologi takokak diperoleh dari daun dan akarnya. Akarnya dicuci dan dipotong-potong secukupnya. Lalu, akar itu dijemur dan disimpan bila sudah kering. Daunnya digunakan dalam keadaan segar. Takokak memiliki banyak berkhasiat misalnya, melancarkan sirkulasi dan menghilangkan darah beku, menghilangkan sakit (analgetik), menghilangkan sakit (analgetik), dan mengatasi batuk (antitusif). Dari pengalaman secara turun temurun di berbagai negara dan daerah, tanaman ini dapat mengatasi dan menyembuhkan beberapa penyakit. Contohnya, bengkak, sakit lambung, bisul, batuk kronis, dan koreng. Buah muda takokak dikenal masyarakat Sunda sebagai lalap mentah maupun sayur matang. Orang Jawa menyebutnya poka atau cepoka, terongan, cong belut, atau cokowana. Di Sumatra dikenal sebagai terong pipit.

Kandungan penting takokak antara lain terdapat pada buah mentah, buah kering, daun, dan akarnya. Pada buah mentah terdapat chlorogenin, sisalogenone, torvogenin, dan vitamin A. Buah keringnya terdapat solasonin 0,1 persen. Daunnya terdapat neo-chlorogenine, panicolugenin. Sedangkan pada akarnya terdapat kandungan jurubine (Anonim, 2007i). Buah dan daun tanaman ini mengandung alkaloid steroid jenis solasodin

0,84% yang merupakan bahan baku hormon seks untuk kontrasepsi. Juga memiliki senyawa sterol carpesterol sebagai antiradang (Anonim, 2007j). Manfaat lain takokak juga untuk sakit lambung, sakit gigi, katarak, tidak datang haid, wasir atau ambeien, radang payudara, influenza, panas dalam, pembengkakan, bisul, koreng, sakit pinggang, asam urat tinggi, keropos tulang, jantung berdebar-debar, menetralkan racun dalam tubuh, dan melancarkan sirkulasi darah (Anonim, 2007i)

Gambar 5. Takokak

4. Daun Kelor (Moringa pterygosperma Gaertn.) Klasifikasi dari kelor adalah :

Kingdom : Plantae

Division : Spermatophyta Sub Division : Angiospermae Class : Dicotyledonae Order : Brassicales Family : Moringaceae Genus : Moringa

Kelor (Moringa pterygosperma Gaertn.) termasuk jenis tumbuhan perdu yang dapat memiliki ketinggian batang 7 -11 meter. Di Jawa, kelor sering dimanfaatkan sebagai tanaman pagar. Pohon Kelor tidak terlalu besar. Batang kayunya getas (mudah patah) dan cabangnya jarang tetapi mempunyai akar yang kuat. Daunnya berbentuk bulat telur dengan ukuran kecil-kecil bersusun majemuk dalam satu tangkai. Kelor dapat berkembang biak dengan baik pada daerah yang mempunyai ketinggian tanah 300-500 meter di atas permukaan laut. Bunganya berwarna putih kekuning kuningan dan tudung pelepah bunganya berwarna hijau. Bunga kelor keluar sepanjang tahun dengan aroma bau semerbak. Buah kelor berbentuk segi tiga memanjang yang disebut klentang (Jawa), sedangkan getahnya yang telah berubah warna menjadi coklat disebut blendok (Jawa).

Menurut sejarahnya, tanaman kelor atau marongghi (Moringa oleifera), berasal dari kawasan sekitar Himalaya dan India, kemudian menyebar ke kawasan di sekitarnya sampai ke Benua Afrika dan Asia-Barat. Bahkan, di beberapa negara di Afrika, seperti di Etiopia, Sudan, Madagaskar, Somalia, dan Kenya, sekarang mulai dikembangkan pula di Arab Saudi dan Israel, menjadi bagian untuk program pemulihan tanah kering dan gersang, karena sifat dari tanaman ini mudah tumbuh pada tanah kering ataupun gersang, dan bila sudah tumbuh maka lahan di sekitarnya akan dapat ditumbuhi oleh tanaman lain yang lebih kecil, sehingga pada akhirnya pertumbuhan tanaman lain akan cepat terjadi.

Walaupun di Indonesia, khususnya di lingkungan perkampungan dan pedesaan, tanaman kelor baru sampai menjadi tanaman pagar hidup, batas tanah ataupun penjalar tanaman lain, tetapi manfaat dari daun dan karangan bunga serta buah muda sebagai sayuran, sudah sejak lama digunakan. Sebagai tanaman berkhasiat obat, tanaman kelor mulai dari akar, batang, daun, dan bijinya, sudah dikenal sejak lama di lingkungan pedesaan. Seperti akarnya, campuran bersama kulit akar pepaya kemudian digiling, dihancurkan, banyak digunakan untuk obat luar (balur) penyakit beri-beri dan sebangsanya. Daunnya ditambah dengan

kapur sirih, juga merupakan obat kulit seperti kurap dengan cara digosokkan.

Di lingkungan pedesaan, penanaman kelor yang paling umum cukup dengan cara setekan batang tua atau cukup tua, yang langsung ditancapkan ke dalam tanah, apakah sebagai batas tanah, pagar hidup ataupun batang perambat. Disamping itu, manfaat lain dari batang bersama daun kelor, umumnya digunakan sebagai “alat” untuk melumerkan atau menon-aktifkan “kekuatan magis” seseorang, yaitu dengan cara disapu-sapukan ke bagian muka ataupun dijadikan “alat tidur”, misal seseorang yang tahan terhadap pukulan, bacokan, bahkan tidak mempan oleh terjangan peluru, maka dengan cara disapu-sapukan ke bagian tubuhnya, ataupun dijadikan alas tidurnya, atau ada pula air tanaman kelor disiramkan ke seluruh tubuhnya, maka kekuatan magis tubuhnya akan lumer atau hilang. Sangat unik adalah kebiasaan penduduk sekitar Arba Minch yang memiliki lahan terbatas, mulai dari sekitar 0,1 ha atau 1.000 meter persegi, atau hanya ratusan bahkan puluhan meter persegi saja. Sehingga pohon kelor hanya dijadikan pagar hidup, pembatas tanah ataupun pohon perambat sama seperti di Indonesia. Akan tetapi hasilnya, kalau daunnya dapat langsung digunakan sebagai sayuran, maka bunganya akan tetap dipelihara hingga menjadi buah dan menghasilkan biji yang dapat dijual kepada perusahaan asing yang memerlukan untuk pembuatan tepung atau minyak sebagai bahan baku pembuatan obat dan kosmetik bernilai tinggi.

Salah satu sifat yang menguntungkan untuk membudidayakan pohon kelor yang sudah diketahui sejak lama, yaitu minimnya penggunaan pupuk dan jarang diserang hama (oleh serangga) ataupun penyakit (oleh mikroba). Sehingga biaya untuk pemupukan dan pengontrolan hama dan penyakit relatif sangat murah. Bahkan, dari pengalaman para petani kelor yang sudah lama berkecimpung, diketahui bahwa pemupukan yang baik adalah berasal dari pupuk organik, khususnya berasal dari kacang-kacangan (misal kacang hijau, kacang kedelai ataupun kacang panjang) yang ditanamkan sekitar pohon kelor.

Pengalaman panjang secara tradisi penggunaan tanaman kelor sebagai bahan berkhasiat obat di kawasan tersebut adalah bahwa akarnya sangat baik untuk pengobatan malaria, mengurangi rasa sakit, penurun tekanan darah tinggi, dan sebagainya, sedang daunnya untuk penurun tekanan darah tinggi, diare, diabetes melitus (kencing manis), dan penyakit jantung.

Kandungan kimia dari akar dan daun kelor mengandung zat yang berasa pahit , getir dan pedas. Biji kelor juga mengandung minyak dan lemak (Anonim, 2007i). Juga kandungan senyawa yang terdapat pada serbuk biji kelor memiliki sifat antimikroba, khususnya terhadap bakteri. Sehingga kalaupun di dalam air terdapat bakteri Coli (salah satu yang disyaratkan tidak terdapat di dalam air minum), akan tereduksi atau mati (Anonim, 2007c).

5. Pucuk Mengkudu (Morinda citrifolia L.) Klasifikasi dari mengkudu adalah : Kingdom : Plantae

Division : Lignosae Sub Division : Angiospermae Class : Dicotyledonae Order : Brassicales Family : Rubiaceae Genus : Morinda

Spesies : Morinda citrifolia L.

Mengkudu tanaman perdu atau bentuk pohon kecil. Tumbuhan ini tidak terlalu besar dengan tinggi pohon 3 hingga 8 meter banyak bercabang, kulit batangnya berwarna coklat, cabang- cabangnya kaku, kasar tapi mudah patah. Daunnya bertangkai, berwarna hijau tua, duduk daun bersilang, berhadapan, bentuknya bulat telur, lebar, sampai berbentuk elips, helaian daun tebal, mengkilap, tepi daun rata, ujungnya meruncing, pangkal daun menyempit, tulang daun menyirip, bersusun berhadapan, panjang daun 20 hingga 40 cm dan lebar 7 hingga 15 cm. Bunganya berwarna hijau, bentuk lonjang. Bijinya banyak dan kecil-kecil terdapat dalam isi buah.

Permukaan buah tidak merata, terbagi kedalam sel-sel poligonal yang berbintik-bintik dan berkutil. Buah muda berwarna hijau, makin tua kulit buah agak menguning, dan buah yang matang berwarna putih menguning, dan transparan. Buah yang matang dagingnya lunak berair dan bau busuk. Mengkudu berkembang biak dengan biji. Dalam satu buah banyak terdapat biji. Dalam satu buah dapat mengandung lebih dari 300 biji. Bentuk biji pipih lonjong, berwarna hitam kecoklatan, kulit biji tidak teratur/tidak rata.

Mengkudu termasuk jenis kopi-kopian. Tumbuh secara liar di hutan, di lembah yang berair seperti di tepi-tepi sungai. Daun mengkudu untuk membalut tungku karena khasiatnya dapat mengecutkan rahim wanita

setelah bersalin. Caranya adalah ambil beberapa buah mengkudu yang sudah masak, bersihkan dan kisarkan buah-buahan itu sehingga hancur dengan air, tapiskan untuk mendapatkan airnya. Airnya ditambahkan madu lebah untuk memaniskan kerana rasanya agak masam dan pedas sedikit.

Pada daun mengkudu terkandung protein, zat kapur, zat besi, karoten dan askorbin. Efek farmakologis daun mengkudu pertama kali ditemukan oleh Raj dalam Darusman (2002), dilaporkan bahwa ekstrak kloroform daun muda mengkudu secara in-vitro mempunyai aktivitas antihelmintik, cukup baik melawan cacing Ascaris lumbricoides yang ada pada usus. Aalbersberg (1993) melaporkan bahwa kandungan karoten pada daun mengkudu lebih tinggi dibanding dengan yang terkandung pada daun cay sin (Brassica chinensis) dan Colocasia esculenta.

Pucuk mengkudu biasanya dimasak atau dicelur untuk dijadikan perencah urap dan pecal. Pucuk mengkudu kaya dengan beta karoten dan zat besi yang baik digunakan untuk mengatasi masalah kurang darah (Anonim, 2007h).

6. Lembayung / Daun Kacang Panjang (Vigna unguiculata (L.) Walp.) Klasifikasi tanaman kacang panjang adalah :

Kingdom : Plantae Division : Magnoliophyta Class : Magnoliopsida Order : Fabales Family : Fabaceae Genus : Vigna

Spesies : (Vigna unguiculata (L.) Walp.)

Kacang panjang adalah sejenis sayuran yang populer dikalangan penduduk Indonesia. Tanaman diduga berasal dari India, tapi sekarang ditanam secara merata di kawasan yang beriklim tropika yaitu Asia, Afrika Timur dan Amerika Tengah. Pada kebiasaannya daun kacang panjang yang muda digunakan untuk berbagai jenis masakan dan juga dimakan mentah sebagai lalap.

Kacang Panjang adalah sejenis tanaman semusim yang tumbuh memanjat. Ciri-cirinya, mempunyai akar tunjang dan berkembang akar lateral yang meluas. Batangnya memanjat dengan cara melilit pada penyokong dan boleh mencapai hingga 4 m. Jenis daunnya majemuk. Bunganya berwarna putih kuning atau ungu, berukuran 2- 2.5 cm dan terdapat dalam kelompok 3 - 6 kuntum setiap tangkai bunga. Buahnya berukuran antara 20 - 70 cm dan putaran garis pusat 1.2 cm. Warnanya berbeda dari hijau muda hingga merah hati mengikut varietas. Biji dapat mencapai 10-30 biji setiap buah. Warna mengikut varietas dari putih cerah, perang hitam dan berbintik hitam

Kacang panjang (Vigna spp.) merupakan tanaman sayuran penting dari golongan kacang-kacangan, karena mengandung nutrisi yang relatif lengkap dan cukup tinggi, terutama protein nabati. Bagian tanaman kacang panjang yang biasa digunakan sebagai sayuran adalah polong muda, biji, dan daun muda (Anonim, 2008z). Spesies kacang panjang yang umum dibudidayakan antara lain:

a. Kacang panjang tipe merambat (V. sinensis var. sesquipedalis) yang kita kenal sebagai kacang panjang biasa. Varietas yang ditanam adalah varietas unggul KP1 dan KP2, varitas lokal Purwokerto, no 1494 Cikole, Subang, Super Subang , Usus hijau Subang dll.

b. Kacang panjang tipe tegak yaitu kacang tunggak/tolo/dadap/sapu (V. unguiculata L.), dan kacang uci/ondel (V. umbellata ). Varietas unggul adalah KT1, KT2, KT3.

c. Kacang panjang hibrida (V. sinensis ssp. Hybridus) seperti kacang bushitao. Varitas yang dirilis adalah No. 10/a, 12/a, 13/a, 14/a, 17/a, 18/a dan EG BS/2

Pada penelitian ini jenis daun kacang panjang yang digunakan adalah daun kacang panjang tipe tegak dalam hal ini Vigna unguiculata L. Tanaman kacang panjang (Vigna spp.) memiliki buah polong yang panjang. Berbunga putih atau hijau muda, bentuknya mirip kupu-kupu. Daunnya berbentuk segitiga, bisa dimakan sebagai sayur maupun dimanfaatkan untuk pengobatan alami. Daun dan buah kacang panjang mengandung zat-zat protein, kalsium, fosfor, besi, belerang, magnesium, mangan, niasin, vitamin B1, B2, dan C (Anonim, 2008p)

7. Terubuk (Saccharum edule Hassk) Kingdom : Plantae Subkingdom : Tracheobionta Superdivision : Spermatophyta Division : Magnoliophyta Class : Liliopsida Sub-class : Commelinidae Ordo : Poales

Dokumen terkait