Untuk mencari gambaran perdarahan atau infark, karena perbedaan manajemen perdarahan dan infark otak.
34
2.8 PENATALAKSANAAN
Penderita stroke sejak mulai sakit pertama kali dirawat sampai proses rawat jalan di luar RS, memerlukan perawatan dan pengobatan terus menerus sampai optimal dan mencapai keadaan fisik maksimal. Pengobatan pada stroke non hemoragis dibedakan menjadi :
I. Pengobatan Umum
1. monitor airway, breathing, circulation
2. elevasi kepala 30o 3. kontrol tekanan darah 4. kontrol gula darah
5. kontrol kejang dan demam 6. Perhatikan adanya edema serebri
II. Pengobatan Khusus
Pada fase akut pengobatan ditujukan untuk membatasi kerusakan otak semaksimal mungkin agar kecacatan yang ditimbulkan menjadi seminimal mungkin. Untuk daerah yang mengalami infark, kita tidak bisa berbuat banyak. Yang penting adalah menyelamatkan daerah di sekitar infark yang disebut daerah penumbra.
Neuron-neuron di daerah penumbra ini sebenarnya masih hidup, akan tetapi tidak dapat berfungsi oleh karena aliran darahnya tidak adekuat. Daerah inilah yang harus diselamatkan agar dapat berfungsi kembali. Untuk keperluan tersebut maka aliran darah di daerah tersebut harus diperbaiki.
Menurut hukum Hagen-Poisseuille, viskositas darah memegang peranan penting. Viskositas darah dipengaruhi oleh :
35
1. Trombolisis
Satu- satunya obat yang diakui FDA sebagai standar adalah pemakaian r-TPA (Recombinant - Tissue Plasminogen Activator) yang diberikan pada penderita stroke iskemik dengan syarat tertentu baik i.v maupun arterial dalam waktu kurang dari 3 jam setelah onset stroke.
2. Antikoagulan
Obat yang diberikan adalah heparin atau heparinoid (fraxiparine). Efek antikoagulan heparin adalah inhibisi terhadap faktor koagulasi dan mencegah atau memperkecil pembentukkan fibrin dan propagasi trombus. Antikoagulansia mencegah terjadinya gumpalan darah dan embolisasi trombus. Antikoagulansia masih sering digunakan pada penderita stroke dengan kelainan jantung yang dapat menimbulkan embolus.
3. Anti agregasi trombosit
Obat yang dipakai untuk mencegah pengumpulan sehingga mencegah terbentuknya trombus yang dapat menyumbat pembuluh darah. Obat ini dapat digunakan pada TIA. Obat yang banyak digunakan adalah asetosal (aspirin) dengan dosis 40 mg – 1,3 gram/hari. Akhir-akhir ini digunakan tiklopidin dengan dosis 2 x 250 mg.
4. Neuroprotektan
Mencegah dan memblok proses yang menyebabkan kematian sel-sel terutama di daerah penumbra. Berperan dalam menginhibisi dan mengubah reversibilitas neuronal yang terganggu akibat ischemic cascade. Obat-obat ini misalnya piracetam, citikolin, nimodipin, pentoksifilin
5. Anti edema
Obat anti edema otak adalah cairan hiperosmolar, misalnya manitol 20%, larutan gliserol 10%. Pembatasan cairan juga dapat membantu. Dapat pula menggunakan kortikosteroid.
36
III. Rehabilitasi
Rehabilitasi pasca-stroke adalah suatu upaya rehabilitasi stroke terpadu yang melibatkan berbagai disiplin ilmu kedokteran dan merupakan kumpulan program, termasuk pelatihan, penggunaan modalitas alat, dan obat-obatan.
Tujuan rehabilitasi adalah :
penderita, sosial aktif dan hubungan interpersonal menjadi normal.
activities of daily living
(ADL).
2.9 PENCEGAHAN
Dengan mengetahui faktor-faktor risiko dari stroke, maka ada beberapa cara untuk mencegah stroke, antara lain :
7. Kontrol tekanan darah tinggi (hipertensi). Salah satu hal paling penting untuk mengurangi risiko stroke adalah untuk menjaga tekanan darah terkendali. Berolahraga, mengelola stres, menjaga berat badan yang sehat, dan membatasi asupan natrium dan alkohol adalah cara-cara untuk menjaga tekanan darah tetap terkontrol. Selain dengan perubahan gaya hidup, dapat juga dengan mengkonsumsi obat anti hipertensi, seperti diuretik, angiotensin-converting enzyme (ACE) inhibitor dan angiotensin reseptor blocker.
8. Turunkan kolesterol dan lemak jenuh asupan. Makan rendah kolesterol dan lemak, terutama lemak jenuh, dapat mengurangi plak di arteri. Selain itu, dapat juga dengan mengkonsumsi obat penurun kolesterol.
9. Jangan merokok. Berhenti merokok mengurangi risiko stroke.
10. Kontrol diabetes mellitus. Kita dapat mengelola diabetes dengan diet, olahraga, pengendalian berat badan dan pengobatan. Kontrol ketat gula darah dapat mengurangi kerusakan otak jika mengalami stroke.
37
11. Menjaga berat badan yang ideal. Kelebihan berat badan lain yang memberikan kontribusi pada faktor-faktor risiko stroke, seperti tekanan darah tinggi, penyakit jantung dan diabetes mellitus.
12. Berolahraga secara teratur. Latihan aerobik mengurangi risiko stroke dalam banyak cara. Olahraga dapat menurunkan tekanan darah, meningkatkan high density lipoprotein (HDL) kolesterol, dan meningkatkan kesehatan secara keseluruhan pembuluh darah dan jantung. Hal ini juga membantu menurunkan berat badan, mengendalikan diabetes dan mengurangi stres. Olah raga secara bertahap sampai 30 menit seperti berjalan, joging, berenang atau bersepeda jika tidak setiap hari, 1 hari dalam seminggu.
38
BAB III DISKUSI A. Diagnosis banding topik
1. Lesi di korteks hemisferium cerebri dekstra, gejalanya:
Pada penderita ditemukan gejala:
Defisit motorik (hemiparese sinistra) Hemiplegi sinistra tipe spastik Gejala iritatif (kejang pada sisi kiri) Tidak ada kejang pada sisi yang
lemah Gejala fokal (kelumpuhan tidak sama
berat, afasia motorik, parese N.kranialis atau parese N.VII/N.XII)
Kelemahan lengan dan tungkai kanan sama berat, afasia motorik (-), parese N. VII/ N. XII (+)
Defisit sensorik pada sisi yang lumpuh
Tidak ada gangguan sensibilitas pada tubuh sebelah kiri
Jadi kemungkinan lesi di cortex cerebri hemisferium dekstra dapat disingkirkan
2. Lesi di subkorteks hemisferium cerebri dekstra, gejalanya:
Pada penderita ditemukan gejala:
Defisit motorik (hemiparese sinistra) Hemiplegi sinistra tipe spastik
Afasia motorik Tidak ada afasia motorik murni
Jadi kemungkinan lesi di subcortex cerebri hemisferium dekstra dapat disingkirkan. 3. Lesi di capsula interna hemisferium
dekstra, gejalanya:
Pada penderita ditemukan gejala:
Hemiparese/hemiplegi typica Hemiplegi sinistra tipe spastik Parese n.VII sinistra sentral Parese n.VII sinistra sentral Parese n.XII sinistra sentral Parese n.XII sinistra sentral Kelemahan sisi yang lumpuh sama
berat
Kelemahan sisi yang lumpuh sama berat
Jadi kemungkinan lesi di capsula interna hemisferium dekstra belum dapat disingkirkan.
39
Kesimpulan:
Diagnosis topik : Capsula interna hemisferium dekstra
Skor Stroke Siriraj:
SJ : (2,5 x derajat kesadaran) + ( 2 x Vomitus) + ( 2 x Nyeri kepala) + (0,1 x tekanan diastolik) – (3 x petanda ateroma) – 12
: (2,5 x 0 ) + ( 2 x 0) + (2 x 1) + (0,1 x 80) – (3 x 0) – 12
: 0 + 0 + 2 + 8 – 0 – 12
: 10 – 12
: -2
Kesimpulan : stroke non hemoragik
B. Diagnosis banding Etiologi:
1. Hemoragia cerebri 2. Trombosis cerebri 3. Emboli cerebri
1. Hemoragia cerebri, gejalanya: Pada penderita ditemukan gejala: - Kehilangan kesadaran > 30 menit - Tidak ada kehilangan kesadaran - Terjadi saat aktifitas - Terjadi saat aktifitas
- Didahului sakit kepala, mual dan muntah
- Didahului sakit kepala, tapi tanpa disertai muntah dan mual
- Riwayat hipertensi - Tidak ada riwayat hipertensi Jadi kemungkinan etiologi hemoragia cerebri dapat disingkirkan.
2. Trombosis cerebri, gejalanya: Pada penderita ditemukan gejala:
- Tidak ada kehilangan kesadaran - Tidak ada kehilangan kesadaran
40
Jadi kemungkinan etiologi trombosis cerebri dapat disingkirkan
Jadi kemungkinan etiologi emboli cerebri belum dapat disingkirkan. Kesimpulan:
Diagnosis etiologi: emboli cerebri
3. Emboli cerebri, gejalanya: Pada penderita ditemukan gejala:
- Kehilangan kesadaran < 30 menit - - Tidak ada kehilangan kesadaran
- Ada arterial fibrilasi - Ada arterial fibrilasi
41