• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dhruv Pandey mengajak Thapki untuk makan bersama.

Momen dimana Dhruv Pandey membuka percakapan agar Thapki menceritakan kepribadianya.

Dhruv Pandey mendengarkan curahan hati Thapki dan menunjukan ekspresi Thapki yang sedih.

Ketika Dhruv Pandey menirukan gaya bicara Thapki yang terbata-bata sehingga Thapki yang semula bersedih menjadi tersenyum.

Ekspresi Dhruv Pandey dan Thapki ketika mereka terlihat sudah akrab dan mulai terbuka satu sama lain.

Tabel 5.2.6.

Representesi Tindakan Penerimaan Dan Penolakan Terhadap Penyandang Stutter Sebagai Pasangan Hidup Dalam Film Thapki Pada Screen Shoot 6.

LEVEL REALITAS LEVEL REPRESENTASI LEVEL IDEOLOGI

Tindakan / Tingkah Laku :

Tingkah laku yang tampak dari rangkaian gambar diatas yaitu adanya interaksi antara Dhruv Pandey dengan Thapki. Interaksi yang terjadi berupa curahan hati Thapki kepada Dhruv tentang keadaan yang terjadi dilingkungan kerjanya. Interaksi yang terjadi juga berupa candaan, dimana Dhruv menyampaikan tanggapannya dengan menirukan gaya berbicara Thapki.

Ekspresi :

Pada awalnya ekspresi yang tampak adalah ekspresi kesedihan ketika Thapki menyampaikan apa yang dirasakan. Ekspresi

Editing:

Editing yang digunakan yang dalam scene diatas yaitu teknikLong shots,Medium shots dan teknik Close-up.Dalam gambar (a),(b)dan (g) digunakan teknik long shots untuk menunjukan seluruh objek danbackgroundyang ada, kemudian pada gambar (c), (e) dan (h) digunakan teknik Medium shot, untuk menunjukkan lebih dekat mengenaiaktifitas atau kegiatan yang dilakukan oleh objek – objek yang ada, serta menunjukan gerak – gerik maupun ekspresi dari para objek. Pada gambar (f) dan (d) menggunakan teknik pengambilan gambar Close-up, yang secara mendetail menunjukan ekspresi serta memperlihatkan

Kelas Sosial.

Busana serta latar tempat dari rangkaian gambar diatas menunjukan perbedaan kelas sosial antara Thapki dengan Dhruv, hal tersebut bukanlah sebuah sekat penghalang badi Dhruv untuk menerima keberadaan Thapki. Kerendahan Hati & Berjiwa Besar. Rangkaian gambar diatas menunjukan adanya nilai kerendahan hati serta berjiwa besar yang dimiliki oleh Dhruv Pandey. Dhruv tidak menilai Thapki dari fisik semata. Sekalipun kondisi Thapki demikian tapi bagi Dhruv kekurangan yang dimiliki Thapki bukanlah sebuah halangan

ini kemudian berubah menjadi senyum lepas yang diiringi canda dan tawa diantara keduanya ketika Dhruv melakukan sebuah lelucun yaitu menirukkan gaya Thapki Berbicara.

Buasna Dan Latar.

Busana yang digunakan oleh keduanya terlihat berbeda.perbedaan ini merujuk pada perbedaan kelas sosial antara keduanya. Tempat yang ditampilkan meruakan sebuah tempat makan yang terletak di pinggr jalan. Setting latar ini menunjukan adanya penerimaan oleh Dhruv yang kelas sosialnya jauh lebih tinggi dibandingkan Thapki. Hal ini menunjukan bahwa Dhruv tidak keberatan untuk masuk pada lingkungan atau ruang lingkup hidup Thapki yang kelasnya jauh dibawah jika dibandingkan dengan dirinya. Lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan tempat atau pilihan tempat makan,

aktifitas atau kegiatan dari suatu objek yang lebih dalam atau detail.

Bentuk Kalimat :

Pada percakapan yang mewakili serangkaian gambar diatas, terdapat bentuk kalimat tidak langsung yang menandakan rasa penerimaan Dhruv pada Thapki. Kalimat ini diucapkan Dhruv untuk meyakinkan Thapki bahwa dirinya tidak perlu khawatir ataupun sungkan kepada Dhruv. Kalimat tersebut sebagai berikut “Tak ada yang perlu kamu cemaskan Thapki, karena kita semua sama dihadapan Sang Pencipta”

Melalui kalimat ini, sesungguhnya Dhruv ingin mengungkapkan bahwa seperti apapun keadaan Thapki, dirinya akan tetap menerima karena bagi Dhruv baik kaya maupun miskin, sempurna ataupun tidak, semuanya manusia posisinya sama

untuk menerima keberadaan Thapki. Religius.

Nilai atau pandangan religius juga ditonjolkan dalam serangkaian gambar diatas. Nilai ini gambarkan melalui kalimat yang diucapkan Dhruv Pandey yang menekankan pada kesamaan posisi manusia di hadapan Tuhan sebagai sang pencipta.

karena tempat makan sebagaimana yang di gambarkan merupakan tempat yang biasanya didatangi oleh kelompok masyarakat sekelas Thapki.

dihadapan Tuhan, dan atas dasar pemikiran inilah ia dapat menerima keadaan Thapki apa adanya.

Gambar 5.2.7.

Representesi Tindakan Penerimaan Dan Penolakan Terhadap Penyandang Stutter Sebagai Pasangan Hidup Dalam Film Thapki Pada Screen Shoot 7.

Deskripsi Gambar.

Peristiwa yang ditampilkan melalui serangkaian gambar dibawah adalah peristiwa dimana ibunda dari Dhruv Pandey datang kekamar Dhruv dan memaksa agar Dhruv memutuskan hubungannya serta membatalkan niatnya untuk menikahi Thapki, karena Dhruv akan dinikahkan dengan Bihaan anak gadis dari sahabat ibunya Dhruv Pandey. Sang ibu menilai bahwa mereka adalah keluarga kaya yang terpandang sehingga ia merasa tidak cocok apabila anaknya menjalani hubungan dengan seorang gadis dari kalangan biasa dan juga gagap dalam berbicara. Sang ibu menyatakan bahwa gadis yang terlahir cacat adalah kutukan dari para Dewa karena kesalahan masa lalu orangtunya, sehingga akan membawa malapetaka apabila Dhruv menikahi Thapki dikemudian hari. Namun demikian Dhruv tetap pada pendiriannya dan dengan tegas akan mempertahankan hubungannya dengan Thapki walaupun dia berasal bukan dari keluarga yang kaya dan terpandang. Dhruv bersikeras akan menikahi Thapki dan menerima Thapki dengan keadaan apapun, termasuk menerima Thapki walaupun ia gagap.

SCENE DESKRIPSI

Ibunda Dhruv Pandey ketika menemui anaknya untuk segera memutuskan hubungannya dengan Thapki karena melihat kondisi Thapki yang memiliki kekurangan dan menurutnya tidak pantas untuk Dhruv Pandey.

Dhruv Pandey meyakinkan ibunya akan tetap menjalani hubungannya dengan Thapki.

Dhruv Pandey meninggalkan ibundanya begitu saja setelah meyakinkan Ibundanya untuk tetap menjalani hubungannya dengan Thapki.

Tabel 5.2.7.

Representesi Tindakan Penerimaan Dan Penolakan Terhadap Penyandang Stutter Sebagai Pasangan Hidup Dalam Film Thapki Pada Screen Shoot 7.

LEVEL REALITAS LEVEL REPRESENTASI LEVEL IDEOLOGI

Tindakan / Tingkah Laku :

Tingkah laku yang tampak dari rangkaian gambar diatas yaitu adanya interaksi antara Dhruv Pandey dengan ibunda Dhruv Pandey. Interaksi yang terjadi berupa dimana ibunda Dhruv Pandey memaksa agar Dhruv memutuskan hubungannya serta membatalkan niatnya untuk menikahi Thapki.

Editing:

Editing yang digunakan yang dalam scene diatas yaitu teknikLong shots,dan Medium shots.Dalam gambar (a), dan (e) digunakan teknik long shots untuk menunjukan seluruh objek danbackgroundyang ada, kemudian pada gambar (b), (c) dan (d) digunakan teknik Medium shot, untuk

menunjukkan lebih dekat

Kelas Sosial.

Busana serta konteks pembicaraan dari rangkaian gambar diatas nemunjukan perbedaan kelas sosial antara Thapki dengan keluarga Dhruv. hal tersebut menjadi salah satu alasan utama ibunda dari Dhruv Pandey menolak anaknya menjalin hubungan dengan Thapki.

Ekspresi :

Ekspresi yang tampak dari wajah Dhruv adalah ekspresi kesedihan dan kekecewaan karena dirinya dipaksa memutuskan hubungan dengan Thapki, wanita yang dicintainya.

Busana.

Busana yang digunakan oleh Dhruv dan ibunya terlihat mewah dan elegan, ditambah lagi dengan beberapa perhiasan mahal yang digunakan oleh ibunda dari Dhruv Pandey. Hal ini menggambarkan dengan jelas tingkatan kelas sosial dari keluarga Dhruv Pandey.

Intonasi.

Tekanan suara atau intonasi dalam percakapan yang tergambar melalui rangkaian gambar diatas terdengar keras, hal ini menandakan bahwa level pembicaraan sangat serius dan mengandung ketegasan.

mengenaiaktifitas atau kegiatan yang dilakukan oleh objek – objek yang ada, serta menunjukan gerak – gerik maupun ekspresi dari para objek.

Bentuk Kalimat :

Bentuk penolakan digambarkan melalui beberapa kalimat yang menyatakan adanya perbedaan sosial antara keluarga Pandey dengan keluarga dari Thapki. Selanjutnya penolakan digambarkan dengan rangkaian kalimat yang merujuk pada kondisi Thapki yang gagap serta menganggap bahwa kondisi tersebut adalah kutukan sejak lahir dan akan membawa dampak buruk bagi keluarga Pandey ababila Dhruv kelak akan menikahi Thapki. Kalimat yang dimaksut

sebagai berikut “Dhruv anakku, alangkah

baiknya kamu segera mengahiri hubungan mu dengan gadis cacat itu. Lihatlah diri mu, kamu terlahir sebagai orang yang

Kepercayaan.

Percakapan yang terkandung dalam rangkaian gambar diatas menunjukan adanya unsur keyakinan atau kepercayaan masyarakat india bahwa gadis yang terlahir cacat adalah kutukan dari Tuhan atas kesalahan orang tuanya di masa lalu dan gadis tersebut akan membawa malapetaka bagi keluarga laki-laki yang menikahinya.

Diskriminasi.

Adanya unsur diskriminasi bahwa orang yang terlahir cacat tidak layak dan pantas menjadi bahagian dari orang yang terlahir dengan keadaan tanpa cacat. Unsur diskriminasi ini digambarkan melalui perkataan yang dilontarkan ibunda dari Dhruv Pandey.

terhormat, keluargamu sangat terpandang, sangat tidak pantas jika kamu terus menjalin hubungan dengan gadis itu. Lagipula ia membawa kutukan keluarganya sejak lahir, hal ini akan membawa bencana jika kamu memilih untuk menikahi gadis itu. Ingat Dhruv, ibu tidak akan pernah merestui jika kamu lebih memilih gadis cacat itu.

Bentuk penerimaan digambarkan melalui kalimat yang diucapkan Dhruv sebagai berikut “aku tidak perduli apapun yang ibu katakan atau dunia katakan tentang Thapki. Aku sangat mencintai dia, sekalipun dia adalah gadis cacat, seperti yang ibu katakan !

Kerendahan Hati & Berjiwa Besar. Rangkaian gambar diatas menunjukan adanya nilai kerendahan hati serta berjiwa besar yang dimiliki oleh Dhruv Pandey. Dhruv tidak menilai Thapki dari fisik semata. Sekalipun kondisi Thapki demikian tapi bagi Dhruv kekurangan yang dimiliki Thapki bukanlah sebuah halangan untuk menerima keberadaan Thapki. Ketulusan & Berjiwa Besar.

Rangkaian gambar diatas menunjukan adanya nilai ketulusan hati serta berjiwa besar yang dimiliki oleh Dhruv Pandey. Dhruv tidak menilai Thapki dari fisik semata. Sekalipun kondisi Thapki demikian tapi bagi Dhruv kekurangan yang dimiliki Thapki bukanlah sebuah halangan untuk menerima keberadaan Thapki.

Gambar 5.2.8.

Representesi Tindakan Penerimaan Dan Penolakan Terhadap Penyandang Stutter Sebagai Pasangan Hidup Dalam Film Thapki Pada Screen Shoot 8.

Deskripsi Gambar.

Rangkaian gambar dibawah menunjukan momen dimana Dhruv Pandey datang kerumah Thapki kemudian bertemu seluruh keluarganya dan kemudian melamar Thapki dihadapan orang tua dan saudara-saudari dari Thapki. Dengan kesungguhan hati Dhruv menyatakan niatnya untuk menikahi Thapki. Pada saat itu Thapki sempat menolak bahwa dia beserta keluarganya bukan keluarga yang pantas dan layak dimata keluarga Dhruv. Thapki juga mengatakan bahwa dirinya bukanlah gadis yang terlahir dengan sempurna yang nantinya akan membawa aib serta malapetaka bagi Dhruv dan keluarganya, namun Dhruv meyakinkan Thapki bahwa dirinya tulus mencintai Thapki, ia bahkan tidak mempermasalahkan masalah status sosial keluarga dan juga kondisi Thapki yang berkekurangan, karena Dhruv mencintai Thapki apa adanya, Thapki sangat berarti dalam kehidupan Dhruv Pandey.

SCENE DESKRIPSI

Dhruv Pandey menemui Thapki berserta keluarga Thapki untuk serius melamar Thapki.

Ekspresi Dhruv Pandey tampak serius ketika melamar Thapki dan Dhruv Pandey memberikan sebuah cincin untuk meyakinkan Thapki.

Ekspresi Kegembiraan Dhruv Pandey ketika lamarannya diterima oleh Thapki.

Tabel 5.2.8.

Representesi Tindakan Penerimaan Dan Penolakan Terhadap Penyandang Stutter Sebagai Pasangan Hidup Dalam Film Thapki Pada Screen Shoot 8.

LEVEL REALITAS LEVEL REPRESENTASI LEVEL IDEOLOGI

Tindakan / Tingkah Laku :

Dhruv Pandey datang menemui Thapki dan melamar Thapki didepan orang tua dan saudara–saudarinya. Dhruv menunjukan cincin emas yang dibawanya untuk melamar Thapki.

Ekspresi :

Baik Thapki maupun Dhruv, sama – sama memancarkan ekspresi yang penuh dengan keseriusan dan kesungguhan hati, yang

Editing:

Editing yang digunakan yang dalam scene diatas yaitu teknikLong shots,dan dan Close Up.Dalam gambar (a), digunakan teknik long shots untuk menunjukan seluruh objek danbackgroundyang ada. Pada gambar yang lainnya menggunakan teknik pengambilan gambar Close-up, yang secara mendetail menunjukan ekspresi serta memperlihatkan aktifitas

Kelas Sosial.

Busana serta konteks pembicaraan dari rangkaian gambar diatas menunjukan perbedaan kelas sosial antara Thapki dengan keluarga Dhruv. Hal tersebut menjadi salah satu alasan utama ibunda dari Dhruv Pandey menolak anaknya menjalin hubungan dengan Thapki.

diakhiri dengan ekspresi senyum haru bahagia ketika Thapki dan kelarganya menerima lamaran Dhruv Pandey.

Intonasi.

Intonasi yang terdengar pada momen ini ialah intonasi lembut serta perlahan yang diiringi dengan getaran suara baik oleh Dhruv maupun Thapki. Hal ini menggambarkan bahwa momen ini penuh dengan unsur keseriusan dan juga kondisi haru dan menyentuh.

Buasna.

Busana yang digunakan oleh Dhruv Pandey dengan Thapki beserta keluarganya terlihat berbeda. Busana yang dikenakan oleh Dhruv terlihat mewah dibandingkan busana yang dikenakan Thapki beserta keluarganya yang terlihat biasa saja. Perbedaan ini merujuk pada perbedaan kelas sosial antara keduanya.

atau kegiatan dari suatu objek yang lebih dalam atau detail.

Ketulusan & Berjiwa Besar.

Rangkaian gambar diatas menunjukan adanya nilai ketulusan hati serta berjiwa besar yang dimiliki oleh Dhruv Panday. Dhruv tidak menilai Thapki dari fisik semata. Sekalipun kondisi Thapki demikian tapi bagi Dhruv kekurangan yang dimiliki Thapki bukanlah sebuah halangan untuk menerima keberadaan Thapki.

5.3. Pembahasan

Tindakan Penerimaan Dan Penolakan Terhadap Penyandang Stutter Sebagai Pasangan Hidup Dalam Film Thapki.

Setelah melakukan proses seleksi, pengelompokan, serta analisis beberapa Scene dari filmThapki dengan teori semiotika John Fiske sebagaimana telah dilakukan diatas, ditemukan bahwa penerimaan dan penolakan perhadap penyandang stutter sebagai pasangan hidup sebagai berikut :

5.3.1. Pada Level Realitas

Level menunjukkan bahwa bagaimana sebuah peristiwa dikonstruksi sebagai realitas oleh media, Fiske (dalam Eriyanto, 2001:114). Melalui kajian atas level ini ditemukan bahwa penerimaan dan penolakan terhadap penyandang stutter sebagai pasangan hidup dikonstruksi sebagai realitas dalam film Thapki melalui beberapa hal yakni sikap dan tingkah laku. Hal ini digambarkan dengan adanya sikap acuh dan menjauhi penyandang stutter. Selain sikap dan tingkah laku, adanya perubahan ekspresi. Pada tahap awal mungkin saja ekspresi yang akan timbul adalah ekpresi kekaguman,rasa senang dan bahagia bahkan ekspresi yang menunjukan adanya ketertarikan terhadap lawan jenis, namun ekspresi ini dalam sekejap dapat berubah menjadi ekspresi kekecewaan, setelah mengetahui bahwa lawan jenis tersebut memiliki kekurangan secara fisik, dalam hal ini penyandang stutter atau gagap dalam berbicara.

Hal berikutnya adalah tata busana. Setiap individu tentunya memiliki standar tertentu dalam memilih pasangan. Standar ini bisa saja berbagai macam hal dan salah satunya adalah tata busana. Penggunaan busana oleh seseorang menggambarkan selera modis serta kelas sosial tertentu. Rasa kecewa, rasa ketidakcocokan yang berujung pada tindakan yang bersifat penolakan biasanya akan muncul ketika orang yang diharapkan menjadi pasangan berpenampilan atau berbusana jauh dibawah standar yang telah ditetapkan.

Berbagai tindakan tersebut menggambarkan bahwa adanya penolakan terhadap penyandang stutter, sekalipun penyandang stutter tersebut memiliki wajah yang cantik serta berkepribadian baik. Tindakan penolakan yang demikian secara tidak langsung merendahkan keadaan fisik seseorang. Penolakan ini didasarkan pada penilaian atas kelas sosial, selera dalam berbusana serta kesempurnaan dari kondisi fisik seseorang, atau dengan katalain, sebagaimana yang di ungkapkan oleh Andi

Mappiere (dalam Putra, 2014:07) bahwa penolakan – penolakan seperti ini adalah penolakan yang didasari ciri pribadi atau kepribadian orang yang melakukan penolakan tersebut.

Pada level realitas juga menunjukan adanya tindakan penerimaan terhadap penyandang stutter sebagai pasangan hidup. Hal ini tampak dari tingkah laku dimana munculnya tingkah laku yang memberikan rasa nyaman dan menghilangkan rasa rendah diri dalam diri penyandang stutter tersebut. Selain tindakan tersebut, adanya kerterbukaan serta membuka ruang interaksi dan komunikasi, merupakan tindakan yang menggambarkan adanya penerimaan terhadap penyandang stutter tanpa melihat kekurangan yang dimiliki.

Sikap menerima apa adanya tanpa memandag latar belakang sosial, serta senyum tulus yang terpancar dari setiap ekspresi saat berinteraksi, menjadi langkah yang tepat untuk membuka sekat perbedaan yang ada. Tindakan serta ekspresi yang demikian menjadi suatu tanda atau signal bagi penyadang stutter bahwa merekapun layak dan pantas untuk diterima dalam bahkan menjadi pendamping hidup bagi mereka yang terlahir tanpa ada kekurangan secara fisik. Dengan adanya merasa diterima, para penyandang stutter akan mendapatkan kembali indentitas diri, rasa percaya diri, serta harga diri mereka.

5.3.2. Level Representasi

Level representasi yaitu level yang menunjukan bagaimana realitas itu digambarkan. Melalui kajian atas level ini ditemukan bahwa penerimaan dan penolakan terhadap penyandang stutter sebagai pasangan hidup digambarkan melalui teknik pengambilan gambar. Hal ini bertujuan menunjukan latar, objek, serta berbagai tindakan, ekspresi maupun kegiatan yang menggambarkan tindakan penolakan dan penerimaan terhadap penyandang stutter sebagai pasangan hidup.

Selain menggunakan teknik pengambilan gambar, tindakan penerimaan dan penolakan terhadap penyandang stutter sebagai pendamping hidup juga digambarkan melalui penggunaan kata kekurangan, cacat, lahir dengan kondisi tidak sempurna, pembawa bencana, kutukan sang pencipta. Sederetan kata dan kalimat tersebut merupakan kata maupun kalimat yang menggambarkan adanya penolakan digambarkan yang merujuk pada kondisi fisik dari orang yang menyandang sttuter. Selain merujuk pada kondisi fisik, adapula kata maupun kalimat yang menggambarkan penolakan terhadap penyandang stutter, dimana kata atau kalimat yang dimaksud merujuk pada status sosial, seperti ; terlahir sebagai orang yang

terhormat, kelarga sangat terpandang, dan ada pula kalimat penegasan yang menggambarkan penolakan terhadap penyandang stutter, seperti “ibu tidak akan pernah merestui jika kamu lebih memilih gadis cacat itu.”

Gambaran penolakan tersebut menunjukan minimnya rasa untuk menghargai secara keseluruhan apa yang ada di dalam diri orang lain tanpa syarat, sekalipun orang tersebut memiliki kekurangan secara fisik. Gambaran penolakan seperti ini membuat penyandang stutter merasa bahwa kesempatannya untuk bebas berada dalam lingkungan tertentu dan menjadi bagian dari kelompok tertentu, bahkan menjadi bagian dari hidup orang lain adalah sesuatu yang mustahil. Hal inilah yang dimaksud oleh Andi Mappiere (dalam Putra, 2014:07) bahwa penolakan membunuh hak dan kesempatan bagi seseorang untuk menikmati lingkungannya secara utuh.

Pada level ini, tindakan penerimaan digambarkan dengan kata maupun kalimat

seperti “aku tidak perduli apapun yang ibu katakan atau dunia katakan tentang dia”,

“kita semua sama dihadapan Sang Pencipta”. Kalimat-kalimat ini menunjukan adanya

tindakan penerimaan terhadap penyandang stutter sebagai pendamping hidup tanpa melihat kekurangan serta kelemahan fisik yang dimiliki. Gambaran penerimaan seperti ini memberi kesempatan dan hak mereka untuk menikmati lingkungannya secara untuh.

5.3.3. Level Ideologi

Level ini bagaimana sebuah peristiwa atau realitas dikonvesi ke dalam kode - kode yang dapat diterima secara logis, bagaimana kode–kode representasi dihubungkan dan diorganisassikan ke dalam koherensi sosial seperti kelas sosial atau kepercayaan yang dominan yang ada dalam masyarakat, Fiske (dalam Eriyanto, 2001:114). Melalui kajian atas level ini, ditemukan beberapa pandangan serta nilai-nilai dalam kehidupan realitas yang tersaji. Pandangan, gagasan atau nilai-nilai-nilai-nilai yang dimaksud seperti etnosentrisme, kesombongan, kepercayaan, kelas sosial, sikap anti sosial, ketulusan, dan kerendahan hati.

Dalam hubungannya dengan tindakan penolakan dan penerimaan terhadap penyandang stutter sebagai pasangan hidup, maka dapat dilihat bahwa pandangan, gagasan dan nilai- nilai tersebut mempengaruhi keputusan untuk melakukan tindakan penolakan dan penerimaan. Etnosentrisme, kesombongan, sikap anti sosial yang dimiliki tentunya akan mempengaruhi individu untuk menerima kekurangan seseorang. Individu dengan pandangan, gagasan atau nilai-nilai tersebut cenderung menganggap kekurangan yang dimiliki oleh seseorang, terutama ketidaksempurnaan

fisik sebagai individu yang lemah, sehingga kelemahan orang lain menjadi faktor pendorong dilakukannya tindakan penolakan, terutama dalam memilih pasangan hidup.

Kepercayaan terhadap ajaran, pandangan, serta budaya tertentu turut mempengaruhi keputusan untuk menolak atau menerima seseorang dengan kekurangan atan keterbatasan fisik untuk menjadi pasangan hidup. Sebagaimana yang terungkap pada pemaparan sebelumnya bahwa bagi masyarakat di India, gadis yang lahir dengan keterbatasan fisik dianggap sebagai kutukan dari pencipta atas kesalahan-kesalahan orangtuanya pada masa lalu, dan gadis yang lahir dengan keterbatasan ini akan membawa dampak buruk bagi setiap lelaki yang menikahi mereka. Sadar ataupun tidak, kekuatan dari budaya inilah yang menggerakan tindakan penolakan terhadap gadis dengan keterbatasan fisik. Hal ini secara tidak langsung telah menutup ruang interaksi serta kesempatan bagi gadis-gadis di India yang lahir dengan keterbatasan fisik untuk menikmati lingkungannya seara utuh serta menjadi bagian dari kelompok lain ataupun memperoleh pasangan hidup yang diimpikan.

Dokumen terkait