• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1__BAB V Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Representasi Tindakan Penerimaan dan Penolakan terhadap Penyandang Stutter sebagai Pasangan Hidup: Analisis Semiotika Pada Film Thapki T1 BAB V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "T1__BAB V Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Representasi Tindakan Penerimaan dan Penolakan terhadap Penyandang Stutter sebagai Pasangan Hidup: Analisis Semiotika Pada Film Thapki T1 BAB V"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Representesi Tindakan Penerimaan Dan Penolakan Terhadap Penyandang Stutter Sebagai Pasangan Hidup Dalam Film Thapki.

Fiske (dalam Eriyanto 2001 : 114), mengungkapkan bahwa persoalan utama dalam representasi adalah bagaimana suatu realitas ditampilkan. Dalam menampilkan suatu peristiwa, objek , gagasan, seseorang ataupun kelompok, ada beberapa proses yang dihadapi.

Level pertama yakni peristiwa yang ditandakan (encode) sebagai realitas. Hal ini menunjukkan bahwa bagaimana sebuah peristiwa dikonstruksi sebagai realitas oleh media. Dalam bahasa gambar (terutama televisi) hal ini pada umumnya dapat berupa pakaian, lingkungan, tindakan atau tingkah laku serta ekspresi.

Level kedua yakni bagaimana realitas itu digambarkan. Dalam media (terutama televisi) hal ini digambarkan melalui teknik pengambilan gambar,

pemakaian kata, kalimat atau proposisi tertentu yang membawa makna tertentu ketika diterima oleh khalayak.

Pada level ketiga yakni bagaimana sebuah peristiwa atau realitas dikonvesi ke dalam kode- kode yang dapat diterima secara logis, bagaimana kode – kode representasi dihubungkan dan diorganisasikan kedalam koherensi sosial seperti kelas sosial atau kepercayaan yang dominan ada dalam masyarakat.

(2)

5.2. Representesi Tindakan Penerimaan Dan Penolakan Terhadap Penyandang Stutter Sebagai Pasangan Hidup Dalam Film Thapki.

Gambar 5.2.1.

Representesi Tindakan Penerimaan Dan Penolakan Terhadap Penyandang Stutter Sebagai Pasangan Hidup Dalam Film Thapki pada Screen Shoot 1.

Deskripsi Gambar.

Garis besar keseluruhan gambar dibawah menceritakan sebuah acara, yang dalam kebudayaan India disebut dengan “Sayembar” yang diambil dari bahasa sansekerta “Swayamvara” yang memiliki arti “Memilih Sendiri”. Dalam kebudayaan India, sayembar merupakan kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat, dimana dalam kegiatan ini para orang tua dari gadis-gadis dewasa di India melakukan semacam sayombara dengan mengundang para orang tua dari kaum pria untuk memperkenalkan anak gadis mereka, dengan harapan bahwa ada salah satu dari sekian banyak pria beserta orang tuanya mau menerima anak gadis yang diperkenalkan dalam acara ini untuk menjadi pasangan hidup. Demikian pula rangkaian gambar dibawah.

SCENE DESKRIPSI

(3)

Ekspresi Thapki saat memperkenalkan dirinya, namun ekspresi tersebut adalah ekspresi dimana Thapki memperkenalkan diri namun dengan keadaan yang terbata-bata dalam berucap.

Beberapa orang tua beserta anak laki-lakinya yang secara langsung meninggalkan tempat acara setelah mengetahui kondisi Thapki, meskipun acara belum selesai.

(4)

Tabel 5.2.1.

Representesi Tindakan Penerimaan Dan Penolakan Terhadap Penyandang Stutter Sebagai Pasangan Hidup Dalam Film Thapki Pada Screen Shoot 1.

LEVEL REALITAS LEVEL REPRESENTASI LEVEL IDEOLOGI

Tindakan / Tingkah Laku :

Tingkah laku yang tampak dari rangkaian gambar diatas yaitu beberapa orang tua beserta anaknya meninggalkan diadakannya “sayembar” setelah mengetahui dan melihat secara langsung keadaan Thapki yang sesungguhnya.

Ekspresi :

Beberapa kelompok laki-laki dan beberapa orang tua menunjukan ekspresi heran, tidak dapat menerima, serta kecewa setelah mengetahui bahwa Thapki adalah seorang gadis yang cantik namun gagap.

Editing:

Editing yang digunakan yang dalam scene diatas yaitu teknikLong shots,Medium shots dan teknik Close-up.Dalam gambar

(a) dan (c) digunakan teknik long shots untuk menunjukan seluruh objek dan background yang ada, kemudian pada gambar (d), (e) dan (f) digunakan teknik

Medium shot, untuk menunjukkan lebih dekat mengenaiaktifitas atau kegiatan yang dilakukan oleh objek – objek yang ada, serta menunjukan gerak – gerik maupun ekspresi dari para objek. Pada gambar (b)

menggunakan teknik pengambilan gambar Close-up, yang secara mendetail menunjukan ekspresi serta memperlihatkan

Etnosentrisme

Serangkaian gambar diatas menunjukan adanya sikap merendahkan serta mengganggap Thapki sebagai orang yang memiliki kekurangan sehingga Thapki dianggap tidak dan cocok bagi mereka yang memiliki kondisi fisik normal.

Sombong / Takabur.

Rangkaian gambar diatas juga menjelaskan adanya sikap yang sulit menerima kekurangan yang dimiliki orang lain, sehingga mengasingkan

(5)

aktifitas atau kegiatan dari suatu objek yang lebih dalam atau detail.

Kalimat Yang Diucapkan :

(6)

Gambar 5.2.2

Representesi Tindakan Penerimaan Dan Penolakan Terhadap Penyandang Stutter Sebagai Pasangan Hidup Dalam Film Thapki Pada Screen Shoot 2.

Deskripsi Gambar.

Tempat serta situasi pada rangkaian gambar dibawah ini masih sama dengan rangkaian gambar pada screen shoot 1 pada halaman sebelumnya. Rangkaian gambar ini lebih menampilkan bagaimana para orang tua dari pihak laki-laki

menyampaikan rasa penolakan secara langsung pada pembawa acara atas kekurangan yang dimiliki oleh Thapki.

SCENE DESKRIPSI

Orang tua dari pihak laki-laki yang menyampaikan rasa kekecewaan kepada pembawa acara atas kekurangan yang dimiliki Thapki.

(7)

Orang tua dari pihak laki-laki yang menyampaikan rasa kekecewaan kepada pembawa acara atas kekurangan yang dimiliki Thapki.

Pembawa acara meminta kepada Thapki dan ayahnya untuk meninggalkan tempat acara, karena mereka tidak diterima oleh pihak laki-laki serta keluarga mereka untuk terus mengikuti acara tersebut.

(8)

Tabel 5.2.2

Representesi Tindakan Penerimaan Dan Penolakan Terhadap Penyandang Stutter Sebagai Pasangan Hidup Dalam Film Thapki Pada Screen Shoot 2.

LEVEL REALITAS LEVEL REPRESENTASI LEVEL IDEOLOGI

Tindakan / Tingkah Laku :

Tingkah laku yang tampak dari rangkaian gambar diatas yaitu beberapa orang tua secara langsung menyampaikan pendapat yang bersifat menolak untuk menjodohkan anak laki-laki mereka dengan Thapki setelah mengetahui bahwa dia adalah gadis gagap. Hal ini ditunjukan pada gambar (a) dan (b). Selain menyampaikan rasa penolakan dan keberatan, ada pula orang tua yang langsung meninggalkan acara “sayembar”. hal ini ditunjukan melalui gambar (d).

Editing:

Editing yang digunakan yang dalam scene diatas yaitu teknikLong shots,dan Medium shots.Dalam gambar (c) dan (e) digunakan

teknik long shots untuk menunjukan seluruh objek danbackgroundyang ada, kemudian pada gambar (a), (b), (d) dan (f) digunakan teknik Medium shot, untuk

menunjukkan lebih dekat

mengenaiaktifitas atau kegiatan yang dilakukan oleh objek – objek yang ada, serta menunjukan gerak – gerik maupun ekspresi dari para objek.

Kesempurnaan Fisik.

Adanya pandangan bahwa kesempurnaan fisik seseorang turut menjadi ukuran dalam memilih pasangan hidup.

Kepercayaan.

Adanya pandangan kepercayaan bahwa, orang yang lahir dengan ketidaksempurnaan secara fisik, maka kelahiran orang tersebut tidak direstui oleh Tuhan.

Kelas Sosial.

Adanya pandangan bahwa seseorang

(9)

Penggunaan Kata :

Pada gambar (a) terlihat salah satu orang tua menyampaikan penolakannya terhadap Thapki. Berikut kalimat penolakan yang

diucapkan “bagaimana bisa kami

membawa putra kami untuk dinikahkan dengan putri anda, sedangkan anak kami terlahir sempurna dan dia (Thapki) dengan keadaan yang seperti ini”

Hal diatas mendapat dukungan dari orang tua lainnya, yang ditunjukan pada gambar

(b). Kalimat dukungan tersebut sebagai berikut “jika dia (Thapki) terlahir dengan keadaan seperti ini, itu membuktikan

bahwa kelahirannya tidak disertai oleh restu para dewa”.

Penolakan juga ditunjukan melalui gambar (d), dimana salah satu orang tua menyatakan penolakannya kepada pembawa acara dengan kalimat berikut

(10)
(11)

Gambar 5.2.3.

Representesi Tindakan Penerimaan Dan Penolakan Terhadap Penyandang Stutter Sebagai Pasangan Hidup Dalam Film Thapki Pada Screen Shoot 3.

Deskripsi Gambar.

Rangkaian gambar dibawah menceritakan tentang situasi dimana keluarga Thapki mengundang keluarga Dwikar datang ke rumah mereka untuk memperkenalkan Thapki dengan Dwikar. Pada saat pertama Dwikar melihat Thapki, terlihat senyuman kekaguman Dwikar atas kecantikan dari Thapki, sebaliknya dengan Thapki, dia juga tersenyum kagum melihat ketampanan yang dimiliki oleh Dwikar. Senyum mereka menggambarkan adanya ketertarikan satu sama lain. Namun senyuman kekaguman yang dipancarkan oleh Dwikar akhirnya berubah menjadi sebuah ekpresi heran, kecewa dan seakan tak percaya bahwa Thapki tak sesempurna yang Dwikar bayangkan ketika Thapki memberi salam dan memperkenalkan dirinya dengan terbata-bata mengucapkan salam perkenalan.

SCENE DESKRIPSI

(12)

Dwikar melihat kekaguman dan kecantikan Thapki.

Ketika Thapki memperkenalkan dirinya dengan Dwikar.

Ketika Thapki memperkenalkan dirinya dengan terbata-bata kepada Dwikar, terlihat Dwikar heran dan kecewa.

(13)

Tabel 5.2.3.

Representesi Tindakan Penerimaan Dan Penolakan Terhadap Penyandang Stutter Sebagai Pasangan Hidup Dalam Film Thapki Pada Screen Shoot 3.

LEVEL REALITAS LEVEL REPRESENTASI LEVEL IDEOLOGI

Ekspresi :

Adanya perubahan ekspersi dari senyuman penuh kekaguman yang kemudian berubah menjadi ekspresi penuh rasa heran dan seakan tidak percaya bahwa Thapki yang cantik ternyata tak sesempurna apa yang lihat dan dibayangkan oleh Dwikar. Perubahan ekspresi tersebut juga menggambarkan adanya perubahan rasa dari rasa suka dan kagum menjadi rasa penolakan dan tak bisa menerima keadaan Thapki yang gagap.

Editing:

Editing yang digunakan yang dalam scene diatas yaitu teknikLong shots,Medium shots dan teknik Close-up.Dalam gambar

(a) dan (b) digunakan teknik long shots untuk menunjukan seluruh objek danbackgroundyang ada, kemudian pada gambar (c), (d) dan (e) digunakan teknik

Medium shot, untuk menunjukkan lebih dekat mengenaiaktifitas atau kegiatan yang dilakukan oleh objek – objek yang ada, serta menunjukan gerak – gerik maupun ekspresi dari para objek. Pada gambar(f)

menggunakan teknik pengambilan gambar Close-up, yang secara mendetail menunjukan ekspresi serta memperlihatkan

Anti Sosial

Garis besar dari rangkaian gambar menunjukan adanya sikap anti sosial yang tergambar melalui perubahan ekspresi Dwikar. Perubahan ekspresi ini menunjukan adanya sikap tidak bisa menerima kekurangan yang dimiliki oleh Thapki, sehingga rasa suka yang awalnya timbul berubah menjadi rasa penolakan dan menganggap Thapki tidak layak untuk dijadikan pasangan hidup.

Lebih detail, sikap sosial yang muncul

(14)

aktifitas atau kegiatan dari suatu objek yang lebih dalam atau detail.

kelompok lain karena orang atau kelompok tersebut dianggap memiliki kekurangan atau ketidaksempurnaan secara fisik.

Gambar 5.2.4.

Representesi Tindakan Penerimaan Dan Penolakan Terhadap Penyandang Stutter Sebagai Pasangan Hidup Dalam Film Thapki Pada Screen Shoot 4.

Deskripsi Gambar.

Rangkaian gambar dibawah menggambarkan situasi dimana pada tempat Thapki bekerja diadakan talk show

yang membahas tentang pekerjaan. Salah satu narasumber dalam acara tersebut ialah Thapki, dan pemilik media swasta tempat Thapki bekerja bertindak langsung sebagai pembawa acara. Dalam acara tersebut Thapki menyampaikan tentang pengalaman

bagaimana dia berjuang dalam dunia pekerjaan dengan kondisi fisik yang ia miliki. Jawaban –jawaban yang diberikan oleh Thapki membuat Dhruv Pandey terkesima dan kagum terhadap pengetahuan, cara berpikir dan semangat juang yang dimiliki oleh Thapki. Pada momen inilah awal mula Dhruv merasa tertarik dan menyukai Thapki.

SCENE DESKRIPSI

(15)

Ekspresi Dhruv Pandey ketika mendegar jawaban Thapki yang membuat heran sekaligus kagum.

Ekspresi Dhruv Pandey ketika mendegar jawaban Thapki yang membuat heran sekaligus kagum akan penegtahuan dan kerja keras Thapki walaupun memiliki kekurangan.

Tabel 5.2.4.

Representesi Tindakan Penerimaan Dan Penolakan Terhadap Penyandang Stutter Sebagai Pasangan Hidup Dalam Film Thapki Pada Screen Shoot 4.

LEVEL REALITAS LEVEL REPRESENTASI LEVEL IDEOLOGI

Ekspresi :

Adanya ekspresi rasa kekaguman yang muncul dari senyuman dan raut wajah Dhruv Pandey ketika Thapki menjawab pertanyaan-pertanyaan yang Dhruv tanyakan.

Editing:

Editing yang digunakan yang dalam scene diatas yaitu teknikLong shots,dan Medium shots.Dalam gambar (a) digunakan teknik

long shots untuk menunjukan seluruh

(16)

objek danbackgroundyang ada, kemudian pada gambar (b) dan (c) digunakan teknik Medium shot, untuk menunjukkan lebih dekat mengenaiaktifitas atau kegiatan yang dilakukan oleh objek – objek yang ada, serta menunjukan gerak – gerik maupun ekspresi dari para objek.

Ucapan :

Sambil tersenyum dan menatap Thapki dengan penuh kekaguman, dalam hatinya Dhruv berkata demikian “Baru kali ini aku melihat gadis seperti dia. Sekalipun dengan kondisi yang terbatas dia memiliki semangat dan kedewasaan yang belum

pernah ku temui pada gadis manapun, selain itu dia wanita yang sangat cantik, aku kagum padanya”

(17)

Gambar 5.2.5.

Representesi Tindakan Penerimaan Dan Penolakan Terhadap Penyandang Stutter Sebagai Pasangan Hidup Dalam Film Thapki Pada Screen Shoot 5.

Deskripsi Gambar.

Rangkaian gambar dibawah memperlihatkan kondisi dimana Dhruv Pandey dan Thapki berada dalam satu mobil dan duduk bersebelahan. Kejadian ini bermula ketika Thapki hendak pulang kerumah dan saat itu pula Dhruv Pandey pun hendak meninggalkan kantor. Saat bertemu dengan Thapki, Dhruv menawarkan jasa tumpangan pada Thapki, tak hanya itu Dhruv juga mengajak Thapki untuk makan bersama. Lebih spesifik rangkaian gambar diatas menunjukan saling memandang antar Dhruv dan Thapki. Suasana didalam mobil saat itu hening karena antara keduanya bingung harus bagaimana memulai percakapan. Pada saat yang sama Thapki merasa kedinginan karena suhu udara dalam mobil saat itu sangat dingin yang disebabkan oleh tingginya suhu dingin pada AC mobil. Melihat Thapki kedinginan, Dhruv segera menutup fan AC yang berada tepat didepan Thapki. Kejadian ini membuat Dhruv dan Thapki bertatapan dengan jarak yang lebih dekat dari sebelumnya.

SCENE DESKRIPSI

(18)

Ekspresi ketika Dhruv Pandey memalingkan wajahnya ke Thapki.

Ekspresi ketika Thapkimemalingkan wajahnya keDhruv Pandey.

Dhruv Pandey dan Thapki saling memandang tanpa adanya percakapan.

(19)

Dhruv Pandey inisiatif menutup fan AC yang berada di depan Thapki.

Dhruv Pandey berinisiatif menutup fan AC yang ada di depan Thapki dan ekspresi Thapki akan kekaguman seorang Dhruv Pandey.

Tabel 5.2.5.

Representesi Tindakan Penerimaan Dan Penolakan Terhadap Penyandang Stutter Sebagai Pasangan Hidup Dalam Film Thapki Pada Screen Shoot 5.

LEVEL REALITAS LEVEL REPRESENTASI LEVEL IDEOLOGI

Tindakan / Tingkah Laku :

Sekalipun tanpa mengucap sepatah kata, namun Dhruv dengan cepat merespon bahasa tubuh Thapki yang mengisyaratkan bahwa dia

Editing:

Editing yang digunakan yang dalam scene diatas yaitu teknikLong shots,dan Medium shots.Dalam gambar (a), (d) dan (e)

Kelas Sosial.

(20)

merasa kedinginan, sambil memerintahkan sopirnya utuk menurunkan suhu AC mobil. Ekspresi :

Keduanya hanya saling menatap satu sama lain, tatapan tersebut menunjukan adanya rasa sungkan dan kebingungan, dimana keduanya merasa bingung harus dari mana membangun percakapan di tengah suasana yang hening.

Busana& Latar.

Pakaian yang digunakan Dhruv terlihat lebih mewah dan mahal dibandingkan dengan yang

digunakan Oleh Thapki. Selain itu latar dari rangkaian gambar diatas menunjukan bahwa momen tersebut terjadi didalam mobil milik

Dhruv pandey. Kedua hal ini menunjukan perbedaan yang signifikan antara Dhruv dan Thapki. Lebih jelas perbedaan ini merujuk pada perbedaan status sosial keduannya.

digunakan teknik long shots untuk menunjukan seluruh objek danbackgroundyang ada, kemudian pada gambar (b) dan (c) digunakan teknik Medium shot, untuk menunjukkan lebih dekat mengenaiaktifitas atau kegiatan yang dilakukan oleh objek–objek yang ada, serta menunjukan gerak–gerik maupun ekspresi dari para objek. Pada gambar (f), (g) dan (h) menggunakan teknik pengambilan gambar Close-up, yang secara mendetail

menunjukan ekspresi serta memperlihatkan aktifitas atau kegiatan dari suatu objek yang lebih dalam atau detail.

dengan Dhruv, hal tersebut bukanlah sebuah sekat penghalang badi Dhruv untuk menerima keberadaan Thapki. Sosialisme.

Dasar dari pandangan ini menekankan bahwa manusia harus saling membantu satu sama lain. Rangkaian gambar diatas menunjukan nilai tersebut melalui sikap cepat Dhruv untuk menutup Fan AC yang berada tepat didepan Thapki ketika dirinya

(21)

Gambar 5.2.6.

Representesi Tindakan Penerimaan Dan Penolakan Terhadap Penyandang Stutter Sebagai Pasangan Hidup Dalam Film Thapki Pada Screen Shoot 6.

Deskripsi Gambar.

(22)

SCENE DESKRIPSI

Dhruv Pandey mengajak Thapki untuk makan bersama.

Momen dimana Dhruv Pandey membuka percakapan agar Thapki menceritakan kepribadianya.

(23)

Ketika Dhruv Pandey menirukan gaya bicara Thapki yang terbata-bata sehingga Thapki yang semula bersedih menjadi tersenyum.

(24)

Tabel 5.2.6.

Representesi Tindakan Penerimaan Dan Penolakan Terhadap Penyandang Stutter Sebagai Pasangan Hidup Dalam Film Thapki Pada Screen Shoot 6.

LEVEL REALITAS LEVEL REPRESENTASI LEVEL IDEOLOGI

Tindakan / Tingkah Laku :

Tingkah laku yang tampak dari rangkaian gambar diatas yaitu adanya interaksi antara Dhruv Pandey dengan Thapki. Interaksi yang terjadi berupa curahan hati Thapki kepada Dhruv tentang keadaan yang terjadi dilingkungan kerjanya. Interaksi yang terjadi juga berupa candaan, dimana Dhruv menyampaikan tanggapannya dengan menirukan gaya berbicara Thapki.

Ekspresi :

Pada awalnya ekspresi yang tampak adalah ekspresi kesedihan ketika Thapki menyampaikan apa yang dirasakan. Ekspresi

Editing:

Editing yang digunakan yang dalam scene diatas yaitu teknikLong shots,Medium shots dan teknik Close-up.Dalam gambar

(a),(b)dan (g) digunakan teknik long shots untuk menunjukan seluruh objek danbackgroundyang ada, kemudian pada gambar (c), (e) dan (h) digunakan teknik

Medium shot, untuk menunjukkan lebih dekat mengenaiaktifitas atau kegiatan yang dilakukan oleh objek – objek yang ada, serta menunjukan gerak – gerik maupun ekspresi dari para objek. Pada gambar (f)

dan (d) menggunakan teknik pengambilan gambar Close-up, yang secara mendetail menunjukan ekspresi serta memperlihatkan

Kelas Sosial.

Busana serta latar tempat dari rangkaian gambar diatas menunjukan perbedaan kelas sosial antara Thapki dengan Dhruv, hal tersebut bukanlah sebuah sekat penghalang badi Dhruv untuk menerima keberadaan Thapki.

Kerendahan Hati & Berjiwa Besar. Rangkaian gambar diatas menunjukan adanya nilai kerendahan hati serta berjiwa besar yang dimiliki oleh Dhruv Pandey. Dhruv tidak menilai Thapki dari fisik semata. Sekalipun

(25)

ini kemudian berubah menjadi senyum lepas yang diiringi canda dan tawa diantara keduanya ketika Dhruv melakukan sebuah lelucun yaitu menirukkan gaya Thapki Berbicara.

Buasna Dan Latar.

Busana yang digunakan oleh keduanya terlihat berbeda.perbedaan ini merujuk pada perbedaan kelas sosial antara keduanya. Tempat yang ditampilkan meruakan sebuah tempat makan yang terletak di pinggr jalan.

Setting latar ini menunjukan adanya penerimaan oleh Dhruv yang kelas sosialnya jauh lebih tinggi dibandingkan Thapki. Hal ini

menunjukan bahwa Dhruv tidak keberatan untuk masuk pada lingkungan atau ruang lingkup hidup Thapki yang kelasnya jauh dibawah jika dibandingkan dengan dirinya. Lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan tempat atau pilihan tempat makan,

aktifitas atau kegiatan dari suatu objek yang lebih dalam atau detail.

Bentuk Kalimat :

Pada percakapan yang mewakili serangkaian gambar diatas, terdapat bentuk kalimat tidak langsung yang menandakan rasa penerimaan Dhruv pada Thapki. Kalimat ini diucapkan Dhruv untuk meyakinkan Thapki bahwa dirinya tidak perlu khawatir ataupun sungkan kepada Dhruv. Kalimat tersebut sebagai berikut “Tak ada yang perlu kamu cemaskan Thapki, karena kita semua sama dihadapan Sang Pencipta”

Melalui kalimat ini, sesungguhnya Dhruv ingin mengungkapkan bahwa seperti apapun keadaan Thapki, dirinya akan tetap menerima karena bagi Dhruv baik kaya maupun miskin, sempurna ataupun tidak, semuanya manusia posisinya sama

untuk menerima keberadaan Thapki. Religius.

(26)

karena tempat makan sebagaimana yang di gambarkan merupakan tempat yang biasanya didatangi oleh kelompok masyarakat sekelas Thapki.

dihadapan Tuhan, dan atas dasar pemikiran inilah ia dapat menerima keadaan Thapki apa adanya.

Gambar 5.2.7.

Representesi Tindakan Penerimaan Dan Penolakan Terhadap Penyandang Stutter Sebagai Pasangan Hidup Dalam Film Thapki Pada Screen Shoot 7.

Deskripsi Gambar.

(27)

SCENE DESKRIPSI

Ibunda Dhruv Pandey ketika menemui anaknya untuk segera memutuskan hubungannya dengan Thapki karena melihat kondisi Thapki yang memiliki kekurangan dan menurutnya tidak pantas untuk Dhruv Pandey.

(28)

Dhruv Pandey meninggalkan ibundanya begitu saja setelah meyakinkan Ibundanya untuk tetap menjalani hubungannya dengan Thapki.

Tabel 5.2.7.

Representesi Tindakan Penerimaan Dan Penolakan Terhadap Penyandang Stutter Sebagai Pasangan Hidup Dalam Film Thapki Pada Screen Shoot 7.

LEVEL REALITAS LEVEL REPRESENTASI LEVEL IDEOLOGI

Tindakan / Tingkah Laku :

Tingkah laku yang tampak dari rangkaian gambar diatas yaitu adanya interaksi antara Dhruv Pandey dengan ibunda Dhruv Pandey. Interaksi yang terjadi berupa dimana ibunda

Dhruv Pandey memaksa agar Dhruv memutuskan hubungannya serta membatalkan niatnya untuk menikahi Thapki.

Editing:

Editing yang digunakan yang dalam scene diatas yaitu teknikLong shots,dan Medium shots.Dalam gambar (a), dan (e) digunakan

teknik long shots untuk menunjukan

seluruh objek danbackgroundyang ada, kemudian pada gambar (b), (c) dan (d) digunakan teknik Medium shot, untuk

menunjukkan lebih dekat

Kelas Sosial.

Busana serta konteks pembicaraan dari rangkaian gambar diatas nemunjukan perbedaan kelas sosial antara Thapki dengan keluarga Dhruv. hal tersebut

(29)

Ekspresi :

Ekspresi yang tampak dari wajah Dhruv adalah ekspresi kesedihan dan kekecewaan karena dirinya dipaksa memutuskan hubungan dengan Thapki, wanita yang dicintainya.

Busana.

Busana yang digunakan oleh Dhruv dan ibunya terlihat mewah dan elegan, ditambah lagi dengan beberapa perhiasan mahal yang digunakan oleh ibunda dari Dhruv Pandey.

Hal ini menggambarkan dengan jelas tingkatan kelas sosial dari keluarga Dhruv Pandey.

Intonasi.

Tekanan suara atau intonasi dalam percakapan yang tergambar melalui rangkaian gambar diatas terdengar keras, hal ini menandakan bahwa level pembicaraan sangat serius dan mengandung ketegasan.

mengenaiaktifitas atau kegiatan yang dilakukan oleh objek – objek yang ada, serta menunjukan gerak – gerik maupun ekspresi dari para objek.

Bentuk Kalimat :

Bentuk penolakan digambarkan melalui beberapa kalimat yang menyatakan adanya perbedaan sosial antara keluarga Pandey dengan keluarga dari Thapki. Selanjutnya penolakan digambarkan dengan rangkaian kalimat yang merujuk pada kondisi Thapki

yang gagap serta menganggap bahwa kondisi tersebut adalah kutukan sejak lahir dan akan membawa dampak buruk bagi

keluarga Pandey ababila Dhruv kelak akan menikahi Thapki. Kalimat yang dimaksut

sebagai berikut “Dhruv anakku, alangkah

baiknya kamu segera mengahiri hubungan mu dengan gadis cacat itu. Lihatlah diri mu, kamu terlahir sebagai orang yang

Kepercayaan.

Percakapan yang terkandung dalam rangkaian gambar diatas menunjukan adanya unsur keyakinan atau kepercayaan masyarakat india bahwa gadis yang terlahir cacat adalah kutukan dari Tuhan atas kesalahan orang tuanya di masa lalu dan gadis tersebut akan membawa malapetaka bagi keluarga laki-laki yang menikahinya.

Diskriminasi.

Adanya unsur diskriminasi bahwa orang yang terlahir cacat tidak layak

(30)

terhormat, keluargamu sangat terpandang, sangat tidak pantas jika kamu terus menjalin hubungan dengan gadis itu. Lagipula ia membawa kutukan keluarganya sejak lahir, hal ini akan membawa bencana jika kamu memilih untuk menikahi gadis itu. Ingat Dhruv, ibu tidak akan pernah merestui jika kamu lebih memilih gadis cacat itu.

Bentuk penerimaan digambarkan melalui kalimat yang diucapkan Dhruv sebagai berikut “aku tidak perduli apapun yang ibu katakan atau dunia katakan tentang Thapki. Aku sangat mencintai dia, sekalipun dia

adalah gadis cacat, seperti yang ibu katakan !

Kerendahan Hati & Berjiwa Besar. Rangkaian gambar diatas menunjukan adanya nilai kerendahan hati serta berjiwa besar yang dimiliki oleh Dhruv Pandey. Dhruv tidak menilai Thapki dari fisik semata. Sekalipun kondisi Thapki demikian tapi bagi Dhruv kekurangan yang dimiliki Thapki bukanlah sebuah halangan untuk menerima keberadaan Thapki.

Ketulusan & Berjiwa Besar.

Rangkaian gambar diatas menunjukan adanya nilai ketulusan hati serta berjiwa besar yang dimiliki oleh

(31)

Gambar 5.2.8.

Representesi Tindakan Penerimaan Dan Penolakan Terhadap Penyandang Stutter Sebagai Pasangan Hidup Dalam Film Thapki Pada Screen Shoot 8.

Deskripsi Gambar.

(32)

SCENE DESKRIPSI

Dhruv Pandey menemui Thapki berserta keluarga Thapki untuk serius melamar Thapki.

Ekspresi Dhruv Pandey tampak serius ketika melamar Thapki dan Dhruv Pandey memberikan sebuah cincin untuk meyakinkan Thapki.

(33)

Ekspresi Kegembiraan Dhruv Pandey ketika lamarannya diterima oleh Thapki.

Tabel 5.2.8.

Representesi Tindakan Penerimaan Dan Penolakan Terhadap Penyandang Stutter Sebagai Pasangan Hidup Dalam Film Thapki Pada Screen Shoot 8.

LEVEL REALITAS LEVEL REPRESENTASI LEVEL IDEOLOGI

Tindakan / Tingkah Laku :

Dhruv Pandey datang menemui Thapki dan melamar Thapki didepan orang tua dan saudara–saudarinya. Dhruv menunjukan cincin emas yang dibawanya untuk melamar Thapki.

Ekspresi :

Baik Thapki maupun Dhruv, sama – sama memancarkan ekspresi yang penuh dengan keseriusan dan kesungguhan hati, yang

Editing:

Editing yang digunakan yang dalam scene diatas yaitu teknikLong shots,dan dan Close Up.Dalam gambar (a), digunakan

teknik long shots untuk menunjukan seluruh objek danbackgroundyang ada. Pada gambar yang lainnya menggunakan

teknik pengambilan gambar Close-up, yang secara mendetail menunjukan ekspresi serta memperlihatkan aktifitas

Kelas Sosial.

Busana serta konteks pembicaraan dari rangkaian gambar diatas menunjukan perbedaan kelas sosial antara Thapki dengan keluarga Dhruv. Hal tersebut menjadi salah satu alasan utama ibunda dari Dhruv Pandey menolak

(34)

diakhiri dengan ekspresi senyum haru bahagia ketika Thapki dan kelarganya menerima lamaran Dhruv Pandey.

Intonasi.

Intonasi yang terdengar pada momen ini ialah intonasi lembut serta perlahan yang diiringi dengan getaran suara baik oleh Dhruv maupun Thapki. Hal ini menggambarkan bahwa momen ini penuh dengan unsur keseriusan dan juga kondisi haru dan menyentuh.

Buasna.

Busana yang digunakan oleh Dhruv Pandey dengan Thapki beserta keluarganya terlihat

berbeda. Busana yang dikenakan oleh Dhruv terlihat mewah dibandingkan busana yang dikenakan Thapki beserta keluarganya yang terlihat biasa saja. Perbedaan ini merujuk pada perbedaan kelas sosial antara keduanya.

atau kegiatan dari suatu objek yang lebih dalam atau detail.

Ketulusan & Berjiwa Besar.

(35)

5.3. Pembahasan

Tindakan Penerimaan Dan Penolakan Terhadap Penyandang Stutter Sebagai Pasangan Hidup Dalam Film Thapki.

Setelah melakukan proses seleksi, pengelompokan, serta analisis beberapa Scene dari filmThapki dengan teori semiotika John Fiske sebagaimana telah dilakukan diatas, ditemukan

bahwa penerimaan dan penolakan perhadap penyandang stutter sebagai pasangan hidup sebagai berikut :

5.3.1. Pada Level Realitas

Level menunjukkan bahwa bagaimana sebuah peristiwa dikonstruksi sebagai realitas oleh media, Fiske (dalam Eriyanto, 2001:114). Melalui kajian atas level ini ditemukan bahwa penerimaan dan penolakan terhadap penyandang stutter sebagai pasangan hidup dikonstruksi sebagai realitas dalam film Thapki melalui beberapa hal yakni sikap dan tingkah laku. Hal ini digambarkan dengan adanya sikap acuh dan menjauhi penyandang stutter. Selain sikap dan tingkah laku, adanya perubahan ekspresi. Pada tahap awal mungkin saja ekspresi yang akan timbul adalah ekpresi kekaguman,rasa senang dan bahagia bahkan ekspresi yang menunjukan adanya ketertarikan terhadap lawan jenis, namun ekspresi ini dalam sekejap dapat berubah menjadi ekspresi kekecewaan, setelah mengetahui bahwa lawan jenis tersebut memiliki kekurangan secara fisik, dalam hal ini penyandang stutter atau gagap dalam berbicara.

Hal berikutnya adalah tata busana. Setiap individu tentunya memiliki standar tertentu dalam memilih pasangan. Standar ini bisa saja berbagai macam hal dan salah satunya adalah tata busana. Penggunaan busana oleh seseorang menggambarkan selera modis serta kelas sosial tertentu. Rasa kecewa, rasa ketidakcocokan yang berujung pada tindakan yang bersifat penolakan biasanya akan muncul ketika orang yang diharapkan menjadi pasangan berpenampilan atau berbusana jauh dibawah

standar yang telah ditetapkan.

Berbagai tindakan tersebut menggambarkan bahwa adanya penolakan

(36)

Mappiere (dalam Putra, 2014:07) bahwa penolakan – penolakan seperti ini adalah penolakan yang didasari ciri pribadi atau kepribadian orang yang melakukan penolakan tersebut.

Pada level realitas juga menunjukan adanya tindakan penerimaan terhadap penyandang stutter sebagai pasangan hidup. Hal ini tampak dari tingkah laku dimana munculnya tingkah laku yang memberikan rasa nyaman dan menghilangkan rasa rendah diri dalam diri penyandang stutter tersebut. Selain tindakan tersebut, adanya kerterbukaan serta membuka ruang interaksi dan komunikasi, merupakan tindakan

yang menggambarkan adanya penerimaan terhadap penyandang stutter tanpa melihat kekurangan yang dimiliki.

Sikap menerima apa adanya tanpa memandag latar belakang sosial, serta senyum tulus yang terpancar dari setiap ekspresi saat berinteraksi, menjadi langkah yang tepat untuk membuka sekat perbedaan yang ada. Tindakan serta ekspresi yang demikian menjadi suatu tanda atau signal bagi penyadang stutter bahwa merekapun layak dan pantas untuk diterima dalam bahkan menjadi pendamping hidup bagi mereka yang terlahir tanpa ada kekurangan secara fisik. Dengan adanya merasa diterima, para penyandang stutter akan mendapatkan kembali indentitas diri, rasa percaya diri, serta harga diri mereka.

5.3.2. Level Representasi

Level representasi yaitu level yang menunjukan bagaimana realitas itu digambarkan. Melalui kajian atas level ini ditemukan bahwa penerimaan dan penolakan terhadap penyandang stutter sebagai pasangan hidup digambarkan melalui teknik pengambilan gambar. Hal ini bertujuan menunjukan latar, objek, serta berbagai tindakan, ekspresi maupun kegiatan yang menggambarkan tindakan penolakan dan penerimaan terhadap penyandang stutter sebagai pasangan hidup.

Selain menggunakan teknik pengambilan gambar, tindakan penerimaan dan

penolakan terhadap penyandang stutter sebagai pendamping hidup juga digambarkan melalui penggunaan kata kekurangan, cacat, lahir dengan kondisi tidak sempurna,

(37)

terhormat, kelarga sangat terpandang, dan ada pula kalimat penegasan yang menggambarkan penolakan terhadap penyandang stutter, seperti “ibu tidak akan pernah merestui jika kamu lebih memilih gadis cacat itu.”

Gambaran penolakan tersebut menunjukan minimnya rasa untuk menghargai secara keseluruhan apa yang ada di dalam diri orang lain tanpa syarat, sekalipun orang tersebut memiliki kekurangan secara fisik. Gambaran penolakan seperti ini membuat penyandang stutter merasa bahwa kesempatannya untuk bebas berada dalam lingkungan tertentu dan menjadi bagian dari kelompok tertentu, bahkan menjadi

bagian dari hidup orang lain adalah sesuatu yang mustahil. Hal inilah yang dimaksud oleh Andi Mappiere (dalam Putra, 2014:07) bahwa penolakan membunuh hak dan kesempatan bagi seseorang untuk menikmati lingkungannya secara utuh.

Pada level ini, tindakan penerimaan digambarkan dengan kata maupun kalimat

seperti “aku tidak perduli apapun yang ibu katakan atau dunia katakan tentang dia”,

“kita semua sama dihadapan Sang Pencipta”. Kalimat-kalimat ini menunjukan adanya

tindakan penerimaan terhadap penyandang stutter sebagai pendamping hidup tanpa melihat kekurangan serta kelemahan fisik yang dimiliki. Gambaran penerimaan seperti ini memberi kesempatan dan hak mereka untuk menikmati lingkungannya secara untuh.

5.3.3. Level Ideologi

Level ini bagaimana sebuah peristiwa atau realitas dikonvesi ke dalam kode - kode yang dapat diterima secara logis, bagaimana kode–kode representasi dihubungkan dan diorganisassikan ke dalam koherensi sosial seperti kelas sosial atau kepercayaan yang dominan yang ada dalam masyarakat, Fiske (dalam Eriyanto, 2001:114). Melalui kajian atas level ini, ditemukan beberapa pandangan serta nilai-nilai dalam kehidupan realitas yang tersaji. Pandangan, gagasan atau nilai-nilai-nilai-nilai yang dimaksud seperti etnosentrisme, kesombongan, kepercayaan, kelas sosial, sikap anti

sosial, ketulusan, dan kerendahan hati.

Dalam hubungannya dengan tindakan penolakan dan penerimaan terhadap

(38)

fisik sebagai individu yang lemah, sehingga kelemahan orang lain menjadi faktor pendorong dilakukannya tindakan penolakan, terutama dalam memilih pasangan hidup.

Kepercayaan terhadap ajaran, pandangan, serta budaya tertentu turut mempengaruhi keputusan untuk menolak atau menerima seseorang dengan kekurangan atan keterbatasan fisik untuk menjadi pasangan hidup. Sebagaimana yang terungkap pada pemaparan sebelumnya bahwa bagi masyarakat di India, gadis yang lahir dengan keterbatasan fisik dianggap sebagai kutukan dari pencipta atas

Gambar

Gambar 5.2.1.
Tabel 5.2.1.
Gambar 5.2.2
Tabel 5.2.2
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pengujian dilakukan sebanyak 5 kali pada suhu ruangan dengan sampel yang sama agar mendapat hasil yang maksimal dalam mengukur tingkat kemurnian premium.. Dalam pengujian

[r]

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas, sebagai masukan dalam upaya untuk meningkatkan mutu

Setelah terjadinya Revolusi Industri, generasi ke-3 keluarga Staedtler, yaitu Johan Sebastian Staedtler meneruskan usaha nenek moyangnya dengan mendirikan pabrik pensil pertama di

Model Enterprise digunakan untuk mendapatkan secara jelas mengenai Contents yang terdapat dalam Knowledge Management System pada Pengembangan Sumber Daya Manusia,

Berdasarkan hasil wawancara dengan Nikmah Rosidah, maka dapat dikatakan bahwa orangtua yang sangat berperan aktif dalam masa pertumbuhan anak- anak, karena anak-anak

Latar Belakang: Pemberian ASI merupakan cara terbaik menciptakan sumber daya manusia yang sehat dan berkualitas. Saat ini pemberian ASI belum optimal dan

Dalam hal ketahanan luntur terhadap keringat, zat warna reaktif dan azo jika digunakan pada material katun dan sutera memiliki kualitas perubahan warna yang sama baik