• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KRIMINOLOGIS TERJADINYA KEJAHATAN PORNOGRAFI TERHADAP ANAK MELALUI MEDIA ELEKTRONIK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ANALISIS KRIMINOLOGIS TERJADINYA KEJAHATAN PORNOGRAFI TERHADAP ANAK MELALUI MEDIA ELEKTRONIK"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KRIMINOLOGIS TERJADINYA KEJAHATAN PORNOGRAFI TERHADAP ANAK MELALUI MEDIA ELEKTRONIK

(Jurnal Skripsi)

Oleh

ANDREA AYU STRELYA

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ABSTRAK

ANALISIS KRIMINOLOGIS TERJADINYA KEJAHATAN PORNOGRAFI TERHADAP ANAK MELALUI MEDIA ELEKTRONIK

Oleh

Andrea Ayu Strelya, Tri Andrisman, Rini Fathonah Email : andreayustrelya@gmail.com

Pornografi merupakan efek samping modernisasi. Banyaknya situs yang porno mudah anak-anak temui dan media pornografi mudah untuk diakses melalui media elektronik. Permasalahan yang dikaji oleh penulis adalah apakah faktor penyebab terjadinya kejahatan pornografi terhadap anak melalui media elektronik? serta bagaimanakah upaya penanggulangan terjadinya kejahatan pornografi terhadap anak melalui media elektronik? Pendekatan masalah dalam penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis normatif dan pendekatan yuridis empiris. Data yang digunakan merupakan data primer dan data sekunder. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini ialah kepustakaan dan penelitian lapangan. Analisis data yang digunakan adalah analisis data kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian faktor yang mempengaruhi terjadinya kejahatan pornografi terhadap anak melalui media elektronikterdiri dari faktor kejiwaan, faktor lingkungan, faktor ekonomiserta faktor teknologi. Sedangkan untuk menanggulangi terjadinya kejahatan pornografi terhadap anak melalui media elektronik terdiri dari penal dan non penal. Penal terdiri dari hukuman penjara yaitu adanya masa percobaan. Sedangkan non penal adalah melakukan sosialisasi untuk memberikan informasi terkait pornografi. Berdasarkan simpulan diatas, maka penulis menyarankan: orangtua hendaknya menciptakan kondisi keluarga yang harmonis, tentram, kondusif, dan bahagia serta peka terhadap perilaku anak guna mengantisipasi tindak kejahatan seksual secara online yang mengancam keselamatan anak-anak di bawah umur. Aparat penegak hukum hendaknya meningkatkan penyuluhan kepada para pelajar mengenai tindak pidana pornografi sebagai suatu perbuatan melawan hukum sehingga para pelajar memiliki pengetahuan tentang tindak pidana pornografi tersebut.

(3)

ABSTRACT

CRIMINOLOGICAL ANALYSIS OF PORNOGRAPHIC CRIME AGAINST CHILDREN THROUGH ELECTRONIC MEDIA

By

Andrea Ayu Strelya, Tri Andrisman, Rini Fathonah Email : andreayustrelya@gmail.com

Ease of accessing pornographic material can imitate sexual activity in accordance with the scenes it watches which causes sexual violence against children committed by others. Problems investigated by the authors are What are the factors causing the occurrence of pornographic crimes against children through electronic media? And how efforts to overcome the occurrence of pornographic crimes against children through electronic media? Problem approach in this research using juridical normative and juridical empirical approach. The data used in the form of primary data and secondary materials. Data collection method in this research is using library research and field research. Data analysis using qualitative data analysis. The results of research and discussion show that the factors causing the occurrence of pornographic crimes against children through electronic media such as internal and external factors. Where the internal factor can be a psychological factor in which the human behavior associated with the psychological activities of individuals or some individuals concerned, which behavior is not in harmony with the will of social life and set out in the association of life concerned. Further external factors can be environmental factors in which the environment has a significant role in determining the criminogenic factors that arise, because of the environment around it an individual can imitate, be affected, and engage in criminal acts. In addition, there are also economic and technological factors that affect the internal factors. Efforts to overcome the occurrence of Pornography Crime Against Children through Electronic Media include preventive efforts in which this effort to prevent the emergence of crime, and repressive efforts is a repressive action (suppress) against a crime, so that action is not done. Suggestions in the effort to overcome the crime of pornography to children such that parents should create a harmonious, peaceful, happy, and conducive family, and also law enforcement officers should increase counseling to students about pornographic acts as sutau deed illegally

(4)

I. Pendahuluan

Kejahatan pornografi chat sex di Indonesia sudah marak, salah satu contoh kasusnya diDesa Cahaya Alam, Kecamatan Semendo Darat Ulu, Kabupaten Muara Enim di kota Palembang. Seperti yang dilansir media Rmol Sumsel,1 Jumat 1 Agustus 2014. Kolman Herawansyah berstatus pelajar di bangku SMA nekat menggauli pacarnya yang berusia 15 tahun. Kolman dan pacarnya sudah kenalsejak satu tahun lalu. Mereka sering melakukan chat sex.

Pornografi dalam KUHP diatur dalam Buku II XIV tentang Kejahatan Kesusilaan Pasal 281 sampai dengan Pasal 282 dan Buku III Bab VI tentang Pelanggaran Kesusilaan Pasal 532 sampai dengan Pasal 533, keduanya hanya memuat norma-norma yang tidak boleh dilanggar dan memuat sanksi-sanksinya. Pasal 281 dan Pasal 282 adalah kejahatan, sedangkan Pasal 533 merupakan pelanggaran, Pasal 282 bermaksud melindungi norma-norma sosial pada umumnya, sedangkan Pasal 533 ingin melindungi kepentingan anak-anak muda yang belum dewasa. Berikut kejahatan kesusilaan yang diatur dalam Pasal 281-303 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk meneliti dan mengkaji lebih jauh masalah tersebut dalam satu karya tulis ilmiah yang berjudul Analisis Kriminologis Terjadinya Kejahatan Pornografi Terhadap Anak Melalui Media Elektronik.

1Sumber:http://www.rmolsumsel.com/read/2014

/08/01/10637/Gara-gara-Phone-Sex,-Siswa-Ini-Berurusan-dengan-Polisi- diunduh pada Jumat 12 Mei 2017, pukul 22.05 WIB.

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan adalah sebagai berikut : a. Apakah faktor penyebab terjadinya

kejahatan pornografi terhadap anak melalui media elektronik?

b. Bagaimanakah upaya penanggulang-an terjadinya kejahatpenanggulang-an pornografi terhadap anak melalui media elektronik?

Pendekatan masalah dalam penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis normatif dan yuridis empiris. Data yang digunakan berupa data primer dan bahan sekunder. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu menggunakan penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan. Analisis data menggunakan analisis data kualitatif.

II. Pembahasan

A.Faktor Penyebab Terjadinya Kejahatan Pornografi Terhadap Anak Melalui Media Elektronik Adapun faktor penyebab yang paling berpengaruh yang berasal dari faktor-faktor baik faktor-faktor Internal maupun Eksternal. Faktor-faktor tersebut yaitu:

1. Faktor Penyebab Dari Dalam (Intern)

1. a. Faktor Kejiwaan

2. Secara psikologis jelas kejahatan adalah prilaku manusia yang berhubungan dengan kegiatan kejiwaan individu atau beberapa individu yang bersangkutan, yang mana prilaku tersebut tidak selaras dengan kehendak pergaulan hidupnya dan dituangkan dalam pergaulan hidupyang bersangkutan.2 Kejiwaan seseorang berkenaan langsung dengan

2 Tina Asmarawati, Hukum dan Psikiatri,

(5)

perbuatan kejahatan yang di perbuatnya, meski tidak semua kejahatan dilakukan oleh seseorang yang sakitjiwa, tetapi secara umum perbuatan kejahatan dilakukan oleh seseorang yang mengalami tekanan kejiwaan atau faktor psikologisnya.

2. Faktor Penyebab Dari Luar (Eksternal)

a. Faktor Lingkungan

Lingkungan memiliki peran yang cukup signifikan dalam menentukan faktor-faktor kriminogen yang timbul, karena dari lingkungan di sekitarnya seorang individu dapat meniru, terpengaruh, dan terlibat dalam tindakan kriminal.3Dikaitkan dengan kasus diatas maka penulis berpendapat faktor lingkungan adalah faktor ketiga yang sangat berpengaruh setelah faktor teknologi dan faktor kejiwaan. Anak berada dalam tahapan perkembangan yang merupakan transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa, dengan tugas perkembangan untuk pencarian jati diri, tentang seperti apa dan akan menjadi apa mereka nantinya.

b. Faktor Ekonomi

Tingkat kejahatan adalah konsekuensi dari masyarakat kapitalis atau sisi ekonomi yang diwarnai oleh penindasan sehingga menciptakan faktor-faktor yang dapat mendukung terjadinya berbagai macam bentuk kejahatan.4

c. Faktor Teknologi

Kemajuan teknologi informasi ternyata juga menuai suatu masalah besar. Kecanggihannya masih belum bisa membawanya lari jauh dari penyakit

3 Yesmil Anwar dan Adang, Pembaharuan

Hukum Pidana, Jakarta: Grasindo, 2008, hlm. 212.

4Ibid.

sosial, justru penyakit tersebut secara pasti telah menjadi bagian dari sisi kecanggihannya. Perkembangan teknologi dan informasi memberikan berbagai kemudahan dalam kehidupaan sehari-hari,namun dampak positif dan negatif dalam perkembangan teknologi tidak dapat kita hindari.

Pengaruh dari teknologi inilah yang kemudian orangtua atau orang dewasa tidak memikirkan dampaknya menyimpan video-video itu, dimana ini dikarenakan pemahaman masyarakat tentang teknologi itu cukup penting. Sudah banyak anak-anak yang melakukan hal-hal yang tidak pantas untuk dilakukan, itu hanya karena anak-anak sering menonton, dan sering membaca hal-hal yang berbau porno. Ketidakmampuan dari keluarga untuk memberikan perlindungan, rasa nyaman, memberikan pendidikan, komunikasi minim atau bisa disebutkan tidak berkualitas. Itulah yang menyebabkan anak mencari rasa nyaman itu diluar, sedangkan diluar tidak ada tempat yang nyaman buat anak.

Lingkungan sosial atau lingkungan dia bergaul itu bisa saja ketika dia merasa nyaman walaupun itu berdampak terhadap dirinya tetap saja dia lakukan ini karena ketidakstabilan jiwa anak atau masih rentan dan mudah sekali dipengaruhi hingga itu anak mempengaruhi perilakunya.5 Faktor bisa berasal dari psikologis yaitu kurangnya afeksi dari orangtua dan keluarga. Sedangkan dari sosiologisnya adalah pengaruh lingkungan pergaulan, media juga dirasa sangat kuat

5 Berdasarkan wawancara dengan Turaihan Aldi

(6)

mempengaruhi anak-anak untuk meniru.6

Pendapat Turaihan Aldi Direktur Lembaga Advokasi Anak Lampung dan pendapat yang disampaikan oleh Arif Rahman Sarjana Kriminologi menyatakan lingkungan lah faktor utama anak bisa belajar apapun, dari hal positif sampai ke negatif. Banyak orangtua yang menganggap anak tidak mengetahui apa-apa. Sehingga anak berfikir ketika dia tidak mendapatkan apa-apa didalam rumah, secara naluriah dia akan mencari tahu diluar rumah. Bahkan Turaihan Aldi menambahkan ada faktor teknologi juga yang membuat si anak bisa cepat menangkap dan ingin melakukan apa yang dia lihat.

A. R. Hakim Rambe menyatakan anak-anak sebenarnya tidak disarankan untuk memegang Handphonebahkan sampai

Chat-ingan. Jika memang sudah bisa

melakukan ChatSexyang harus disalahkan adalah orangtuanya, kenapa anaknya diperbolehkan atau bisa dikatakan diperlebar kesempatan anaknya untuk melakukan itu.7

Nikmah Rosidah menyatakan faktornya adalah anak itu diberikan peluang oleh orangtuanya, sedangkan anak itu haruslah aktif yang dapat mengisi kekosongan hidupnya selain bersekolah, belajar, olahraga, dia sendiri tidak bisa mengisi waktu yang luang untuk hal yang positif. Dengan kata lain jika anak tersebut ada waktu luang makan diisilah ke hal yang negatif. Kenegatifan itu diawali dengan melihat porno yang

6 Berdasarkan wawancara dengan Arif Rahman

selaku Ahli Kriminologi di Universitas Indonesia di Jakarta (wawancara pada Hari Rabu, 15 November 2017)

7 Berdasarkan wawancara A. R. Hakim Rambe

selaku Penyidik di Polda Bandar Lampung (wawancara pada Hari Kamis, 23 November 2017)

berada di google, youtube. Anak diusia dibawah 18 Tahun memang dalam masa pertumbuhan jadi orangtua harus perlu mengetahui perkembangan anaknya.8

Berdasarkan hasil wawancara dengan Nikmah Rosidah, maka dapat dikatakan bahwa orangtua yang sangat berperan aktif dalam masa pertumbuhan anak-anak, karena anak-anak sesungguhnya belum bisa membedakan mana hal yang bisa membawa mereka dengan kecerdasan yang seharusnya mereka dapatkan dan mana hal yang bisa membawa mereka kepada masa depan yang tidak baik yang dimana tidak seharusnya mereka dapatkan.

Pada dasarnya kenakalan remaja menunjuk pada suatu bentuk perilaku remaja yang tidak sesuai dengan norma-norma yang hidup di dalam masyarakatnya. Batasan kenakalan remaja merupakan gejala sakit secara sosial pada anak-anak dan remaja yang disebabkan oleh bentuk pengabaian sosial, sehingga mereka itu mengembangkan bentuk tingkah laku yang menyimpang.9 Perilaku anak-anak ini menunjukkan kurang atau tidak adanya konformitas terhadap norma-norma sosial. Dalam Bakolak Inpres No : 6/1997 buku pedoman 8, dikatakan bahwa kenakalan remaja adalah kelainan tingkah laku/tindak remaja yang bersifat anti sosial, melanggar norma sosial, agama serta ketentuan hukum yang berlaku di masyarakat.

Arif Rahman memaparkan untuk kasus

chattingsex belum dikategorikan

8 Bedasarkan Berdasarkan wawancara dengan

Nikmah Rosidah selaku Dosen Hukum Pidana di Universitas Lampung di Bandar Lampung (wawancara pada Hari Senin, 27 November 2017)

9Kartini Kartono, Patologi.., 2008, Op. Cit.,

(7)

sebagai sebuah tindakan pidana, lebih ke arah garis kenalakan remaja atau anak (Delinquency).10 Definisi

Delinquency sebagai perilaku anti sosial

yang dilakukan oleh anak remaja yang bila mana dilakukan oleh orang dewasa dikualifikasikan sebagai tindak kejahatan. A. R. Hakim Rambe

menyatakan bahwa tidak ada kasus seperti ini yang ditangani oleh Polda, kalaupun ada beliau menjelaskan bahwa hukumannya sendiri terkait UU ITE mengenai pelanggaran asusilalah yang menjadi hukuman yang pantas.11

Berdasarkan hasil wawancara dengan Arif Rahman Sarjana Kriminologi dan A. R. Hakim Rambe Penyidik Polda Bandar Lampung, jika dikaitkan hasil ini maka analisis penulis adalah anak yang melakukan kejahatan pornografi ini tidak disebut sebagai tindak kejahatan melainkan kenakalan remaja dan kategori kenalakan remaja ini tidak ditahan sebagaimana mestinya, tetapi apabila anak tersebut tetap nakal, dalam arti anak itu melakukannya lagi maka anak tersebut ditahan sebagaimana aturan yang ada.

KPAI menyebut ada tiga sebab penurunan jumlah pengaduan dari masyarakat. Pertama, menurut Ketua KPAI Susanto, jumlah lembaga perlindungan anak bermunculan di berbagai wilayah se-Indonesia.Alhasil lembaga-lembaga ini yang kini menampung aduan dari masyarakat ketimbang ke KPAI. Lantas penyebab kedua adalah advokasi perlindungan

10 Berdasarkan wawancara dengan Arif Rahman

selaku Ahli Kriminologi di Universitas Indonesia di Jakarta (wawancara pada Hari Rabu, 15 November 2017)

11 Berdasarkan wawancara A. R. Hakim Rambe

di Polda selaku Penyidik Bandar Lampung (wawancara pada Hari Kamis, 23 November 2017)

anak kian marak.Advokasi mengubah perilaku orang tua atau orang dewasa pada anak. Ketiga, program ramah anak mulai menjamur.

B. Upaya Penanggulangan

Terjadinya Kejahatan Pornografi Terhadap Anak Melalui Media Elektronik

Terjadinya kekerasan, pornografi, penelantaran, menjadi Ayla (Anak yang Dilacurkan) karena dia sendiri tidak mengetahui apa dampak dari apa yang dia dilakukan. Meskipun dia mendapatkan hasil apa yang dia lakukan, tapi dia menyadari apa yang dia lakukan akan berdampak. Dari apa yang diteliti oleh beliau, Handphone lah yang sangat berpengaruh. Anak-anak bisa bermain gadgetdirumah dan didalam kamar tanpa pengawasan dari orangtua. Itulah yang menjadi alasan kenapa komunikasi orangtua terhadap anak itu sangat berpengaruh atau seharusnya mendekatkan diri kepada anak. Anggaplah anak seperti teman sehingga nantinya mempunyai komunikasi yang berkualitas.12

Upaya penanggulangan yang pantas untuk contoh kasus diatas adalah orangtua seharusnya tidak dulu memperkenalkan dan memberi telepon genggam untuk anaknya karena dengan kemajuan teknologi informasi saat ini semakin luas untuk para remaja mendapat dampak yang sangat negatif mengenai seks.

Penanggulangan yang disarankan dari A. R. Rambe adalah secara penal yang

12 Berdasarkan wawancara dengan Turaihan

(8)

dimana si anak dapat tetap di adili di pengadilan yang putusannya akan jatuh pada percobaan dan akan dikembalikan pada keluarga karena di Polda sendiri belum ada penjara anak, seandainya sebelum ada putusan si anak tetap ditahan tetapi memang tidak digabungkan dengan penahanan orang dewasa khusus anak-anak. Tetapi jika si anak melakukan residivis, anak tersebut akan masuk penjara dengan catatan misalnya si anak masa percobannya adalah 6 bulan, jika memang si anak melakukan lagi dalam 6 bulan si anak melakukan lagi, maka si anak langsung masuk tanpa persidangan. Sedangkan non penal atau persuasif yang dimana adanya sosialisasi kesekolah-sekolah pada waktu upacara pagi yang dimana itu menjadi wadah atau tempatnya para anggota kepolisian untuk memberikan informasi terkait dengan apa yang ingin di informasikan.13

Ada beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk menanggani masalah ini:

1.Hal pertama yang harus dilakukan dan yang paling sulit adalah membangun kesadaran pada yang bersangkutan akan bahaya chatsex dan memunculkan motivasi untuk mau sembuh/meninggalkan chatsex.

2.Kedua, adalah memberi anak kemampuan untuk mengatasi kondisi

BLAST. Dalam hal ini, bagi anak

dibutuhkan dukungan positif dari orang tua. Pola asuh ya harus diubah menjadi pola asuh positif.

3.Ketiga, diperlukan kemampuan untuk

mengatasi “flash” / memory tentang

13 Berdasarkan wawancara A. R. Hakim Rambe

selaku Penyidik di Polda Bandar Lampung (wawancara pada Hari Kamis, 23 November 2017)

chatsex yang bisa muncul tiba-tiba,

Anak harus belajar mencari alternatif kegiatan atau pemikiran positif yg

dapat mengalihkan “flash”.14

4.Contoh kasus diatas saling berkaitan dengan adab dan sopan santun, norma yang baik, kelakuan yang baik, tata krama yang luhur. Selain menggunakan istilah kesusilaan juga ditemui penggunaan istilah tindak pidana terhadap kesopanan yang berarti sama dengan istilah kesusilaan itu sendiri. Dimana, kesopanan atau kesusilaan itu berarti perasaan malu yang berhubungan dengan nafsu kelamin misalnya bersetubuh, merabah buah dada perempuan, meraba tempat kemaluan wanita, memperlihatkan anggota kemaluan wanita atau pria, mencium dan lain sebagainya.15

5.Menentukan seberapa jauh ruang lingkupnya tidaklah mudah, karena pengertian dan batas-batas kesusilaan itu cukup luas dan dapat berbeda-beda menurut pandangan dan nilai-nilai yang berlaku di dalam masyarakat.16 Ini adalah suatu hal yang wajar, karena realitas masyarakat yang beragam dengan nilai-nilai hidup yang berbeda-beda. Namun sebagai pedoman, patut dicatat pendapat Roeslan Saleh yang menggaris bawahi pandangan Oemar Senoadji, bahwa dalam menentukan isinya (materi/substansi) harus bersumber

14 Berdasarkan wawancara dengan Any

Nurhayaty selaku Dr. Psikologis di Universitas Gadjah Mada di Yogyakarta (wawancara pada Hari Selasa, 5 Desember 2017)

15 R. Soesilo, Kitab Undang-Undang Hukum

Pidana (KUHP) Serta Komentar-Komentarnya Lengkap Pasal Demi Pasal, Bogor: Politeia, 1994, hlm. 204.

16 Barda Nawawi Arief, Bunga Rampai

(9)

dan mendapat sandaran kuat dari moral agama.17

6.Berdasarkan uraian diatas penulis berpendapat jika dikaitkan dengan kasus yang diangkat penulis, kasus tersebut hanya dua dari beberapa contoh kenakalan remaja yang dimana faktor utama hanyalah kurangnya perhatian dari orangtua dirumah yang membuat si anak mencari tahu diluar rumah. Penulis menyayangkan adanya faktor itu karena seharusnya orangtua lah menjadi buku pertama anak dalam mempelajari apapun. Anak yang mendapat ilmu didalam rumah dari orangtuannya mungkin saja membuat si anak tidak mencari tahu yang tidak pasti benar di luar rumah.

7.Orangtua harus lebih peka terhadap perilaku anak untuk mengantisipasi tindak kejahatan seksual secara online yang mengancam keselamatan anak-anak di bawah umur. Lemahnya kontrol orang tua menjadi salah satu alasan timbulnya kenakalan remaja. Kadang kita sering mengabaikan kecanggihan teknologi dan membiarkan anak tenggelam di dalamnya. Alangkah baiknya, jika orang tua selalu memantau aktivitas anak di dunia maya, khususnya sosial media. Biasanya anak-anak yang lebih banyak terjerumus itu justru yang kesepian. Mereka juga tidak terlalu banyak punya teman, karena biasanya punya kesulitan dalam berhubungan sosial.

8.Anak lebih gampang berhubungan dengan orang di dunia maya daripada di dunia nyata, karena jika di dunia maya bisa menggunakan identitas palsu sehingga bisa dimanfaatkan oleh pelaku tindak kejahatan. Orangtua

17 Ibid.

harus mengajarkan anak untuk tidak terlalu gampang memberikan identitas pribadi ke orang yang baru dikenal atau yang mengajak kenalan. Ketika baru kenal di jejaring sosial si anak chatting lalu tukeran nomor telepon seluler lalu ketemu. Kesalahan yang sering dilakukan orangtuayaitu, memberi kebebasan dalam mengakses jejaring sosial tapi tidak ikut di dalamnya.

9.Orangtua bisa saja membuka akun jejaring sosial untuk mengontrol dan melihat bagaimana anaknya berinteraksi dengan orang lain. Misalnya, ada kesepahaman antara anak dan orangtua kalau akun yang dibuka itu dibagi karena sebenarnya untuk mengakses jejaring sosial hanya ditujukan untuk orang yang berumur 17 tahun ke atas.Ketika orangtua mewaspadai anaknya, jangan pada akhirnya menjadikan dia seperti diinterogasi sehingga membuat ketidaknyamanan untuk bercerita. Jika si anak sudah tidak nyaman, akhirnya dia akan memilih orang yang membuatnya nyaman.

(10)

dalam pendidikan remaja yang dipercayakan kepada mereka.

Berdasarkan permasalahan tersebut, orang tua memainkan peranan yang besar dalam pendidikan anak. Keluarga merupakan lingkungan pendidikan pertama dan utama bagi anak. Selain orang tua, peran guru atau sekolah juga besar sebagai pendidikan sekunder. Keduanya dapat memilih akses informasi yang sesuai dengan anak. Mendampingi anak dalam berbagai pengaksesan informasi hal yang penting agar anak memperoleh informasi yang sebenarnya. Sesuaikan sumber-sumber informasi dengan usia anak. Hal yang tidak kalah pentingnya adalah orang tua dan guru juga tidak boleh ketinggalan

jaman atau “gaptek” sehingga bisa

mengikuti aktivitas anak dengan baik. Berikan pendidikan seksual sesuai dengan usia anak dan penanaman

nilai-Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dalam penulisan skripsi ini maka

dapat ditarik simpulan sebagai berikut : 1. Faktor penyebab terjadinya kejahatan pornografi terhadap anak melalui media elektronik disebabkan oleh beberapa faktor yakni: faktor kejiwaan, faktor lingkungan, faktor ekonomi, serta faktor teknologi yang sangat berpengaruh. Penyebab dari luar (eksternal), yaitu mencakup lingkungan, ekonomi, dan teknologi yang membuat anak-anak merasa ingin mempelajarinya lebih dalam dan faktor penyebab dari dalam (internal), yaitu faktor kejiwaan karena adanya ketidakmampuan anak dalam melakukan penyesuaian sosial

atau beradaptasi terhadap nilai dan norma yang ada di dalam masyarakat

2. Upaya penanggulangan

terjadinya kejahatan pornografi terhadap anak melalui media elektronik terdiri dari upaya penal dan non penal. Upaya penal terdiri dari dengan hukuman penjara, yang dimana saat putusan akhir si anak tetap di kembalikan kepada orangtua, tetapi jika si anak melakukannya kembali dengan berat hati si anak dimasukan kedalam penjara dengan kesalahan atas UU ITE yang dimana melanggar kesusilaan. Sedangkan upaya non penal terdiri dari adanya sosialisasi kesekolah-sekolah pada waktu upacara pagi yang dimana itu menjadi wadah atau tempatnya para anggota kepolisian untuk memberikan informasi terkait dengan apa yang ingin di informasikan.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai Analisis Kriminologis Terjadinya Kejahatan Pornografi Terhadap Anak Melalui Media Elektronik penulis ingin menyampaikan sedikit saran sebagai berikut:

(11)

2. Aparat penegak hukum hendaknya meningkatkan penyuluhan kepada para pelajarmengenai tindak pidana pornografi sebagai sutau perbuatan melawan hukum, sehingga para pelajar memiliki pengetahuan tentang tindak pidana pornografi tersebut dan diharapkan tidak terlibat di dalamnya.

Daftar Pustaka

Barda Nawawi Arief, Bunga Rampai

Kebijakan Hukum Pidana,

Bandung: PT.Citra Aditya Bakti, 1996.

R.Soesilo, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Serta

Komentar-Komentarnya Lengkap

Pasal Demi Pasal, Bogor: Politeia,

1994.

Tina Asmarawati, Hukum dan Psikiatri, Yogyakarta: Depublish, 2013.

Yesmil Anwar dan Adang,

Pembaharuan Hukum Pidana,

Jakarta: Grasindo, 2008.

http://www.rmolsumsel.com/read/2014/ 08/01/10637/Gara-gara-Phone-

Referensi

Dokumen terkait

Langkah analisis yang digunakan dalam penelitian sebagai berikut. 1) Mengkaji karakteristik penjualan sepeda motor. Melakukan analisis data dengan menggunakan statistik

Dalam penelitian ini pengertian “pembangunan pariwisata” mengacu pada proses pembangunan berbagai fasilitas dan sarana pariwisata seperti hotel, vila dan kawasan

– (seventy two billion, one hundred thirty three million, nine hundred eight thousand and four hundred Rupiah) as cash dividends of Rupiah 5 (five Rupiah) per share to

Pengadaan koleksi multimedia yang telah dilakukan oleh Perpustakaan UPT Balai Informasi Tekologi LIPI masih mengandalkan pada produksi sendiri, sehingga koleksi

standards used to assess water quality relate to health of ecosystems, safety of human contact and drinking water.. The parameters for water quality are determined by the intended

Nasehat, teguran, dorongan, dan ajaran dari perspektif Kristen (Alkitab) yang didalamnya terdapat upaya menyampaikan pertimbangan yang memberikan kemampuan kepada

Instansi/Unit Kerja : Kementerian Pendayagunaan. Aparatur Negara dan

Prosedur multiplikasi tunas lebih sederhana dan kemungkinan terjadi keragaman somaklonal lebih rendah dibandingkan dengan organogenesis dan embriogenesis karena digunakan eksplan