• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sebab-sebab Terjadinya Kredit Macet Dalam Perjanjian Kredit Tanpa Agunan

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK KREDITUR YANG MEMBERIKAN PINJAMAN KREDIT TANPA AGUNAN

A. Sebab-sebab Terjadinya Kredit Macet Dalam Perjanjian Kredit Tanpa Agunan

Kredit Tanpa Agunan merupakan salah satu produk perbankan dalam bentuk pemberian fasilitas pinjaman tanpa adanya suatu aset yang dijadikan jaminan atas pinjaman tersebut. Pada Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, Kredit Tanpa Agunan dikenal dengan nama BNI Fleksi.

BNI Fleksi adalah merupakan fasilitas Kredit Tanpa Agunan yang diberikan kepada pegawai/pensiunan pemegang rekening Taplus yang mempunyai penghasilan tetap (regular income), dengan maksimum kredit disesuaikan dengan kebutuhan pembiayaan dan gaji atau penghasilan masing-masing calon debitur, namun disini ada dipersyaratkan jaminan yang berupa :

a. Surat Kuasa dari debitur kepada Bendaharawan untuk memotong gaji/hak pegawai/pensiunan yang bersangkutan dan menyetorkan rekening Taplus debitur, dan

b. Surat Pernyataan Kesediaan Bendaharawan untuk memotong gaji/hak pegawai/pensiunan yang bersangkutan, dan

c. Asli SK pengangkatan terakhir, atau asli Kartu Taspen, atau ijasah terakhir, atau lainnya.

Sasaran BNI Fleksi adalah ruang pasar kredit konsumen skala kecil yang masih potensial, yaitu Warga Negara Indonesia (WNI) yang berstatus sebagai berikut :

1. Pegawai Aktif, terdiri dari :

a. Pegawai Negeri termasuk Pegawai Badan Hukum Milik Negara (BHMN) b. Pegawai BUMN/BUMD

c. Pegawai Perusahaan Multinasional (PMN)/ Perusahaan Penanaman Moda Asing (PMA) berbadan hukum Indonesia

d. Pegawai Perusahaan Swasta Dalam Negeri. 2. Anggota TNI/POLRI

3. Pensiunan

a. Pensiunan PNS/ BHMN/ BUMN/ BUMD b. Purnawirawan TNI/POLRI

Setelah menentukan sasaran/ siapa saja yang patut diberikan BNI Fleksi dan juga telah menentukan jumlah maksimum kredit yang dapat diberikan, maka hal yang selanjutnya adalah mengenai pola pemberiannya, dimana pola pemberian BNI Fleksi dapat dilakukan dengan pola sebagai berikut :

a. Pola non kerjasama atau perorangan/ individu, yaitu pemberian BNI Fleksi kepada individu pemohon secara langsung dan diproses dengan sistem skoring. b. Pola kerjasama, yaitu pemberian BNI Fleksi melalui kerjasama dengan instansi/

perusahaan maupun Koperasi Karyawan sepanjang memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan. Pemberian BNI Fleksi dengan pola kerjasama dibedakan menjadi 2, yaitu :

1. Pola Kerjasama Standar, adalah :

b) Analisa kredit secara individu pemohon

c) Proses kredit dilakukan oleh Sentra Kredit Konsumen (SKK)/ Cabang STA

2. Pola Kejasama Non Standar, adalah :

a) Sistem pengajuan permohonan kredit dilakukan secara kolektif (dikordinir oleh instansi atau perusahaan).

b) Analisa kredit berupa analisa atas pemberian plafond kepada instansi atau perusahaan/koperasi karyawan.

c) Proses kredit dilakukan oleh Divisi KSN.

d) Bentuk pola Kerjasama Non Standar berupa kerjasama pemberian plafond kepada Instansi atau Perusahaan tempat pemohon bekerja atau Koperasi Karyawan.

Untuk menjadi Debitur Kredit Tanpa Agunan (BNI Fleksi), calon nasabah debitur wajib mengajukan permohonan kredit secara tertulis dan dilengkapi dengan persyaratan yang ditetapkan oleh Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk antara lain40 :

a. Usia pemohon :

1. Pegawai aktif minimal 21 tahun dan pada usia 55 tahun fasilitas BNI Fleksi harus sudah lunas.

2. Anggota TNI/POLRI minimal 21 tahun dan pada usia 55 tahun fasilitas BNI Fleksi harus sudah lunas.

      

4 Hasil wawancara dengan Diamon Surbakti, Analisis Pemasaran Bisnis (APB) Bank Negara Indonesia Kantor Cabang Balige. Pada tanggal 20 September 2016. 

3. Pensiunan/Purnawirawan TNI/POLRI, maksimal pada usia 65 tahun fasilitas BNI Fleksi harus sudah lunas.

Untuk pegawai aktif yang mempunyai usia pensiun tertentu dibuktikan dengan adanya surat keterangan/ surat keputusan dari instansi/ perusahaan yang berwenang, maka jangka waktu BNI Fleksi dapat disesuaikan dengan masa pensiunnya dan maksimal 65 tahun harus sudah lunas serta tetap memperhatikan batas maksimum jangka waktu kredit.

b. Penghasilan bersih

Mempunyai penghasilan bersih (regular income) dan mampu mengangsur dengan ketentuan besarnya penghasilan sebagai berikut :

1. Pola individu

a. Wilayah Jabodetabek minimal Rp. 1.500.000.- b. Luar wilayah Jabodetabek minimal Rp. 1.250.000.- 2. Pola kerjasama Rp. 1.000.000.-

c. Masa kerja : 1. Pegawai aktif

a. PNS (termasuk pegawai BHMN) atau BUMN/BUMD sejak diangkat sebagai pegawai.

b. Pegawai swasta dalam negeri/ swasta asing/ perusahaan multinasional minimal 2 (dua) tahun sebagai pegawai tetap, atau minimal 1 (satu) tahun sebagai pegawai tetap dengan pengalaman kerja sebagai pegawai tetap di instansi/ perusahaan sebelumnya dengan masa kerja 2 (dua) tahun, yang

dibuktikan dengan surat keterangan pernah bekerja pada instansi/ perusahaan dimaksud.

2. Anggota TNI/POLRI minimal 2 (dua) tahun sebagai anggota.

d. Sudah menjadi pemegang rekening tabungan pada BNI dan atau pada bank lain minimal 3 bulan dengan saldo rata-rata per bulan selama 3 bulan terakhir minimal Rp. 500.000.-

e. Memenuhi persyaratan administrasi lainnya, sebagai berikut : Persyaratan administratif yang harus dipenuhi oleh pegawai aktif :

1. Mengajukan permohonan dengan mengisi formulir aplikasi permohonan kredit konsumen serta wawancara langsung dengan yang menangani kredit. 2. Surat Nikah (apabila telah menikah)

3. Menyerahkan pas foto terbaru ukuran 4x6 (1 lembar) pemohon & suami/ istri.

4. Menyerahkan fotocopy Kartu Tanda Penduduk (KTP) yang masih berlaku dari pemohon & suami/ istri.

5. Menyerahkan fotocopy Kartu Keluarga (KK) yang masih berlaku.

6. Menyerahkan slip gaji asli terakhir pemohon dan/atau surat keterangan asli penghasilan lainnya yang sah.

7. Menyerahkan asli Surat Keterangan masa kerja dari atasan/ unit yang berwenang.

8. Asli SK Pengangkatan Pegawai terakhir atau asli Kartu Taspen (bagi Pegawai Negeri/ TNI-POLRI) atau ijasah asli terakhir.

9. Surat Kuasa dari pemohon kepada bendaharawan untuk memotong/ menyalurkan gaji.

10. Surat Pernyataan Bendaharawan bersedia memotong gaji pemohon ke rekening Taplus BNI.

11. Khusus Pegawai BNI, surat rekomendasi/ pernyataan dari Pemimpin Unit. 12. Menyerahkan fotocopy rekening koran/ tabungan 3 bulan terakhir.

Setelah calon nasabah debitur mengajukan permohonan kredit secara tertulis dan telah memenuhi persyaratan-persyaratan seperti diuraikan sebelumnya, maka Unit Proses Kredit akan melakukan proses analisa kredit.

Langkah-langkah proses analisa kredit antara lain sebagai berikut : a. Pengumpulan data

Pengumpulan data-data/dokumen-dokumen persyaratan kredit dari calon nasabah debitur untuk keperluan proses analisa kredit.

b. Pre-screening

Suatu tindakan atau proses evaluasi awal sebelum proses analisa lebih lanjut dilakukan.

c. Verifikasi data

Tahap yang dilakukan untuk memastikan keabsahan/kebenaran data dengan fakta yang sesungguhnya ada di lapangan. Metode/cara yang dilakukan adalah antara lain dengan mewawancari calon nasabah debitur, dan juga dengan meneliti tentang bagaimana pekerjaan atau usaha dari calon nasabah debitur ke tempat kerjanya, dan menanyai bagaimana karakter calon nasabah debitur

Selain itu juga dengan melakukan On the Spot Checking (OTS) yaitu kunjungan langsung ke tempat usaha/domisili calon nasabah debitur, hal ini dimaksudkan untuk mengecek kebenaran data dengan melihat secara fisik tempat usaha/domisili dan agunan, serta menggali aktifitas usaha debitur. Selain itu juga metode yang juga dilakukan dalam verifikasi data adalah dengan menggunakan Bank Checking yaitu tahap yang digunakan untuk mengamati tentang riyawat atau catatan dari calon nasabah debitur dalam hal apakah calon nasabah debitur memiliki kredit pada bank-bank lain, bagaimana status kreditnya apakah kredit tersebut bermasalah atau tidak. Hal ini dapat diketahui melalui sistem informasi debitur individual kepada Bank Indonesia atau sering disebut dengan BI Checking.41

d. Analisa data

Tahap untuk menganalisa lebih lanjut data-data/dokumen-dokumen yang telah diperoleh/dikumpulkan sebelumnya.

e. Penetapan struktur fasilitas

Langkah akhir dalam analisa kredit konsumen maupun analisa proses kerjasama yang merupakan kesimpulan dari hasil analisa yang akan

diusulkan kepada pejabat yang berwenang untuk mendapat keputusan.42

Menurut Johannes Ibrahim, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam prosedur bank, sehingga berpengaruh terhadap kredit yang diberikan, yaitu:

      

4 Hasil wawancara dengan Diamon Surbakti, Analisis Pemasaran Bisnis (APB) Bank Negara Indonesia Kantor Cabang Balige. Pada tanggal 20 September 2016. 

42 Hasil wawancara dengan Diamon Surbakti, Analisis Pemasaran Bisnis (APB) Bank Negara Indonesia Kantor Cabang Balige. Pada tanggal 20 September 2016.

a. Analisis kredit yang kurang memuaskan tentang kemampuan manajemen debitur.

b. Analisis laporan keuangan yang tidak memadai. c. Persyaratan yang tidak baik dalam pemberian kredit.

d. Peninjauan dan pemeriksaan yang kurang baik atas kredit yang tanggung-tanggung.

e. Terlalu menekan pada laba dan perkembangan bank. Kebijaksanaan kredit yang terlalu longgar pada teman pribadi atau teman direktur dan pejabat eksekutif.43

Berdasarkan ketentuan-ketentuan yang diuraikan sebelumnya, maka dapat dilihat bahwa kriteria penilaian kreditur dalam pemberian Kredit Tanpa Agunan (BNI Fleksi) pada Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk didasarkan pada prinsip kehati-hatian (antara lain dengan melakukan analisa sebelum kredit diputus dan memonitor kredit) dan dilakukan dengan seleksi yang ketat dengan menerapkan prinsip 5C. Kriteria penilaian dengan Prinsip 5C tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Watak (Character), yaitu tentang kepribadian dari calon debitur seperti sifat pribadi, kebiasaannya, keadaan dan latar belakang keluarga, maupun hobinya. Yang harus diperhatikan dalam penilaian watak dari calon nasabah debitur adalah mengenai kejujurannya, keterbukaannya, logika berpikirnya, kecakapan dalam melakukan pekerjaanya, dan kebiasaannya (apakah itu suka berfoya-foya, judi, dan sebagainya). Untuk mengetahui gambaran tentang watak dari calon nasabah debitur pihak kreditur biasanya akan melakukan beberapa hal

antara lain, mewawancari calon nasabah debitur, dan juga dengan meneliti tentang bagaimana pekerjaan atau usaha dari calon nasabah debitur ke tempat kerjanya, dan menanyai bagaimana karakter calon nasabah debitur dalam kesehariannya kepada tetangga ataupun kepada kepala desa setempat.

2. Kemampuan (Capacity), yaitu penilaian atas kemampuan/kapasitas dari calon nasabah debitur yang dapat diketahui dari kecakapan/ keahlian yang dimilik dari calon nasabah debitur dalam melakukan pekerjaanya atau mengelola usahanya. Capacity ini merupakan ukuran dari ability to pay atau kemampuan dalam membayar, dimana debitur yang baik akan selalu memikirkan mengenai pembayaran kembali hutang-hutangnya sesuai waktu yang ditentukan. Dalam hal yang demikian juga diterapkan Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk dimana pemberian Kredit Tanpa Agunan (BNI Fleksi) dibatasi hanya untuk pegawai/ pensiunan pemegang rekening Taplus yang mempunyai penghasilan tetap (regular income).

3. Modal (Capital), yaitu modal atau kondisi kekayaan yang dimiliki oleh calon nasabah debitur. Sehingga dapat diketahui apa yang akan dijadikan modal calon nasabah debitur dalam melakukan pekerjaan atau usahanya ataupun yang digunakan dalam memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Sehingga dari kondisi ini dapat dinilai apakah layak calon nasabah debitur diberi kredit/pinjaman, dan berapa besar jumlah kredit/pinjaman yang layak untuk diberikan.

4. Agunan (Collateral), dimana tidak ada benda berharga/ barang yang memiliki nilai ekonomis dari kepunyaan nasabah debitur yang dijadikan sebagai agunan seperti yang terdapat pada kredit biasa yang disertai dengan agunan, tetapi pada

pemberian Kredit Tanpa Agunan (BNI Fleksi) pada Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk yang dijadikan agunan hanya berupa agunan immaterial saja yaitu sebagai berikut : Asli SK pengangkatan terakhir, atau asli Kartu Taspen, atau ijasah terakhir, atau lainnya.

5. Kondisi (Condition), dimana pihak kreditur menilai mengenai bagaimana kondisi ekonomi, sosial, politik, budaya, peraturan perundang-undangan yang ada dan sebagainya yang dapat mempengaruhi pekerjaan atau usaha yang dimiliki oleh si debitur. Dengan kata lain perlu mempertimbangkan antara faktor kondisi ekonomi pada kurun waktu pemberian kredit. Sebagai contoh disaat terjadinya krisis moneter, maka akan sangat beresiko apabila kreditur dalam kondisi yang demikian memberikan kredit/pinjaman kepada debitur.44

Kegiatan perkreditan merupakan proses pembentukan asset bank. Kredit merupakan risk asset bagi bank karena asset bank itu dikuasai pihak luar bank yaitu para debitur. Setiap bank menginginkan dan berusaha keras agar kualitas risk asset ini sehat dalam arti produktif dan collectable. Namun kredit yang diberikan kepada para debitur selalu ada resiko berupa kredit tidak dapat kembali tepat pada waktunya, hal ini sering disebut dengan kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL). Kredit bermasalah selalu ada dalam kegiatan perkreditan bank, hal ini dikarenakan bank yang tidak mungkin menghindarkan adanya kredit bermasalah. Bank hanya berusaha menekan seminimal mungkin besarnya kredit

bermasalah agar tidak melebihi ketentuan Bank Indonesia sebagai pengawas perbankan.45

Menurut Veitzhal Rivai dan Andria Permata Veitzhal, ada beberapa pengertian tentang kredit bermasalah, antara lain:

1. Kredit yang didalam pelaksanaannya belum mencapai/memenuhi target yang diinginkan oleh pihak bank;

2. Kredit yang memiliki kemungkinan timbulnya resiko di kemudian hari bagi bank dalam arti luas;

3. Mengalami kesulitan di dalam penyelesaian kewajiban-kewajibannya, baik dalam bentuk pembayaran kembali pokok-pokoknya dan/atau pembayaran bunga, denda keterlambatan serta ongkos-ongkos bank yang menjadi beban nasabah yang bersangkutan;

4. Kredit dimana pembayaran kembalinya dalam bahaya, terutama apabila sumber-sumber pembayaran kembali yang diharapkan diperkirakan tidak cukup untuk membayar kembali kredit, sehingga belum mencapai/memenuhi target yang diinginkan oleh bank;

5. Kredit dimana terjadi cidera janji dalam pembayaran kembali sesuai dengan perjanjian, sehingga terdapat tunggakan, atau ada potensi kerugian di perusahaan nasabah sehingga memiliki kemungkinan timbulnya resiko di kemudian hari bagi bank dalam arti luas;

6. Mengalami kesulitan di dalam penyelesaian kewajiban-kewajibannya terhadap bank, baik dalam bentuk pembayaran kembali pokoknya, pembayaran bunga,

       45 Sutarno, Op.Cit, hal.263. 

pembayaran ongkos-ongkos bank yang menjadi beban nasabah yang bersangkutan; kredit golongan perhatian khusus, kurang lancar, diragukan dan macet, serta golongan lancar yang berpotensi meningkat.46

Salah satu fungsi terpenting dari bank adalah fungsi kontrol, dimana bank mengontrol agar kredit yang diberikan dipegunakan sesuai dengan peruntukannya. Untuk menghindari terjadinya kredit bermasalah maka perlu diterapkan prinsip kehati-hatian oleh bank sehingga perlu diperhatikan kolektifitasnya yang dimuat dalam berbagai peraturan, yaitu :

a. SK Direksi Bank Indonesia Nomor 23/68/KEP/DIR, yang kemudian diganti dengan SK Direksi Bank Indonesia Nomor 26/22/KEP/DIR;

b. SK Direksi Bank Indonesia Nomor 30/267/KEP/DIR tanggal 27 Februari 1998 tentang Kualitas Aktiva Produktif;

c. SK Direksi Bank Indonesia Nomor 31/148/KEP/DIR tanggal 12 November 1998 tentang Pembentukan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif;

d. Peraturan Bank Indonesia Nomor 4/6/PBI/2002 tentang Perubahan SK Direksi Bank Indonesia Nomor 31/148/KEP/DIR tanggal 12 November 1998;

e. Kemudian semua peraturan tersebut dicabut dan dinyatakan tidak berlaku lagi dan diganti dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/2/PBI/2005 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 9/6/PBI/2007 tanggal 20 Maret 2007 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/2/PBI/2009 tanggal 29 Januari 2009 tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum, ditetapkan 5 (lima) golongan       

kolektibilitas kredit, yaitu: Lancar, Perhatian Khusus, Kurang Lancar, Diragukan, dan Macet. Berdasarkan peraturan perbankan tersebut, ukuran yang digunakan untuk membedakan masing-masing kriteria tersebut adalah Prospek Usaha, Kondisi Keuangan, dan Kemampuan Membayar.47

Berdasarkan ketentuan diatas, maka menurut Hermansyah jenis kredit berdasarkan kolektifitasnya, terbagi atas:

1. Kredit Lancar, yaitu apabila memenuhi kriteria : a. Pembayaran angsuran pokok dan/atau bunga cepat, b. Memiliki mutasi rekening yang aktif, atau

c. Bagian dari kredit yang dijamin dengan agunan tunai 2. Kredit dalam perhatian khusus, apabila memenuhi kriteria :

a. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang belum melampaui 90 hari; atau

b. Kadang-kadang terdapat cerukan; atau c. Mutasi rekening relatif rendah; atau

d. Jarang terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan; atau e. Didukung oleh pinjaman baru.

3. Kredit Kurang Lancar, yaitu apabila memenuhi kriteria :

a. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang telah melampaui 90 hari; atau

b. Sering terjadi cerukan; atau

c. Frekuensi mutasi rekening relatif rendah; atau       

47 Muhammad Djumhana, Hukum Perbankan di Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000, hal. 552.

d. Terjadi pelanggaran kontrak yang diperjanjikan lebih dari 90 hari; atau e. Terdapat indikasi masalah keuangan yang dihadapi debitur; atau f. Dokumentasi pinjaman yang lemah.

4. Kredit yang Diragukan, yaitu apabila memenuhi kriteria :

a. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang telah melampaui 180 hari; atau

b. Sering terjadi cerukan yang bersifat permanen; atau c. Terjadi wanprestasi lebih dari 180 hari; atau

d. Terjadi kapitalisasi bunga; atau

e. Dokumentasi hukum yang lemah baik untuk perjanjian kredit maupun pengikatan jaminan.

5. Kredit Macet, apabila memenuhi kriteria :

a. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang telah melampaui 270 hari; atau

b. Kerugian operasional ditutup dengan pinjaman baru; atau

c. Dari segi hukum maupun kondisi pasar, jaminan tidak dapat dicairkan pada nilai wajar.48

Pemberian Kredit Tanpa Agunan (BNI Fleksi) pada Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, juga tidak terlepas dari resiko, antara lainnya adalah terjadi kredit macet. Dimana yang sering menjadi penyebab para nasabah debitur mengalami kredit macet tersebut adalah ada yang diakibatkan oleh kesengajaan nasabah debitur dan ada yang tejadi karena ketidaksengajaan nasabah debitur. Yang

menjadi faktor kesengajaan dari nasabah debitur yaitu nasabah debitur melakukan pindah payroll (pindah rekening tabungan untuk pembayaran utang). Sedangkan yang menjadi penyebab kredit macet karena ketidaksengajaan dari nasabah debitur yaitu karena berhenti dari pekerjaannya, dan karena dipecat dari pekerjaannya/di PHK (Pemutusan Hubungan Kerja).49

Data-data mengenai kondisi kredit bank-bank tersebut selama kurun waktu tahun 2014 sampai dengan Juni 2016 dapat dilihat sebagai berikut:

Perbandingan Jumlah Kredit yang Disalurkan Pada PT. Bank BNI Cabang Balige Tahun 2014 - 201650

Tahun Jumlah Kredit Total Kredit

Tanpa Agunan Dengan Agunan

2014 1,423 45,831 47,254

2015 10,771 45,450 56,221

2016 13,553 45,181 58,734

Status Kredit

Pada PT. Bank BNI Cabang Balige Tahun 2014 - 201651

Tahun Lancar Dalam

Perhatian Kurang Lancar Diragukan Macet

2014 95,85% 2,76% 0% 4,24% 1,37%

2015 92,65% 6,03% 0,21% 0,002% 1,09%

2016 89,78% 6,20% 0% 3,01% 1,01%

Rekapitulasi Piutang Bermasalah Pada PT. Bank BNI Balige Tahun 2014 - 201652

Tahun Kredit Bermasalah Total

Tanpa Agunan Dengan Agunan

2014 0,95% 7,14% 8,37%

2015 11,60% 0,16% 11,76%

2016 0% 0,52% 0,52%

      

49 Hasil wawancara dengan Diamon Surbakti, Analisis Pemasaran Bisnis (APB) Bank Negara Indonesia Kantor Cabang Balige. Pada tanggal 20 September 2016.

50 Data PT. Bank Negara Indonesia Tbk Kantor Cabang Balige yang diolah. 51Ibid.

B. Perlindungan Hukum Terhadap Kreditur Perjanjian Kredit Tanpa

Dokumen terkait