BAB I PENDAHULUAN
C. Film Sebagai Media Pendidikan
Usman Said (2010: 148) menjelaskan media massa dapat dijadikan
sumber belajar bagi anak maupun orang-orang yang memerlukannya. Ia telah
menjadi kebutuhan hampir setiap orang. Pengaruhnya besar dan sering
sensitif. Jangkauannya luas sampai ke desa-desa. Karena kemajuan teknologi
di bidang komunikasi. Gerakannya cepat seolah-olah dunia ini semakin
26
Gerlach & Ely mengatakan bahwa, media apabila dipahami secara
garis besar adalah manusia, materi atau kejadian yang membangun kondisi
dan membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, ketrampilan atau
sikap. Dalam pengertian ini, guru, buku teks dan lingkungan sekolah
merupakan media. Menurut Azhar Arsyad (2012: 3), secara lebih khusus,
pengertian media dalam proses belajar-mengajar cenderung diartikan sebagai
alat-alat grafis, photografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses
dan menyusun kembali informasi visual atau verbal. Ringkasnya, media
adalah alat yang menyampaikan atau mengantarkan pesan-pesan pengajaran.
Menurut Hamalik media pendidikan terkadang kadang disandingkan
dengan media komunikasi, dimana ia melihat bahwa hubungan komunikasi
akan berjalan lancar dengan hasil yang maksimal apabila menggunakan alat
bantu yang disebut media komunikasi. Secara implisit, Gagne dan Briggs
mangatakan bahwa media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik
digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran, yang terdiri antara lain
buku, tape-recorder, kaset, kamera video, visio recorder, film, slide, foto,
gambar, grafik, televisi dan komputer. Dengan kata lain, media adalah
komponen sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi
instruksional di lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk
belajar.
Dijelaskan oleh Azhar Arsyad (2012: 4)Istilah “media” bahkan sering dikaitkan atau dipergantikan dengan kata “teknologi” yang berasal dari kata Latin tekne (bahasa Inggris art) dan logos (bahasa Indonesia ilmu).
27
Dilihat perkembangannya, pada mulanya media hanya dianggap
sebagai alat bantu mengajar guru (teaching aids). Pengajar menggunakan alat
bantu visual, yaitu gambar, model, objek dan alat lain yang dapat
memberikan pengalaman kongkret, motivasi belajar serta mempertinggi daya
serap dan retensi belajar siswa. Pada pertengahan abad ke-20, alat visual
menurut Arif Sadiman (2012: 7) untuk mengonkretkan materi pelajaran
dilengkapi alat audio sehingga dikenal media audio visual atau audio visual
aids (AVA).
Azhar Arsyad (2012: 4) mengidentifikasi film menjadi salah satu
media yang efektif untuk menyampaikan pesan. Keuntungan film dan video
mengandung nilai-nilai positif karena dapat mengundang pemikiran dan
pembahasan dalam kelompok siswa.
Proses belajar mengajar pada hakikatnya adalah proses komunikasi,
yaitu proses penyampaian pesan dari sumber pesan melalui media tertentu ke
penerima pesan. Pesan, sumber pesan, media dan penerima pesan adalah
komponen-komponen proses komunikasi. Pesan yang akan dikomunikasikan
jenis dan sumbernya bermacam. Misalnya isi ajaran ataupun didikan yang ada
dalam kurikulum, sumber pesannya bisa guru, siswa, orang lain ataupun
penulis buku dan produser media.
Pesan berupa isi ajaran dan didikan yang ada di dalam kurikulum
dituangkan oleh guru atau sumber lain ke dalam simbol-simbol komunikasi
non-28
verbal atau visual. Proses penuangan pesan ke dalam simbol-simbol
komunikasi itu disebut encoding. Selanjutnya penerima pesan menafsirkan
simbol-simbol komunikasi tersebut sehingga diperoleh pesan. Sesuai dengan
Arif S. Sadiman (2012: 12) proses penafsiran simbol-simbol komunikasi yang
mengandung pesan-pesan tersebut disebut decoding.
Film sebagai jenis media audio-visual perlu dimanfaatkan karena film
dapat dikemas agar sesuai dengan perkembangan peserta didik.
Perkembangan peserta didik perlu dipertimbangkan karena berpengaruh pada
kemampuan daya pikir dan daya tangkapnya. Untuk anak-anak setingkat
sekolah dasar, film jenis kartun akan membuat mereka lebih mudah
menangkap. Misalnya saja Film Upin-Ipin, materi keagamaan dan
kemanusiaan disampaikan dengan gambar yang berekspresi lucu. Begitu
sebaliknya, untuk peserta didik setingkat perguruan tinggi film dokumenter
lebih menarik dan pesannya mudah ditangkap dari pada film kartun.
Pada saat pembelajaran, seorang pendidik dapat menjadikan kisah,
pesan atau materi film dalam acara televisi untuk dibahas di kelas. Tentunya,
perlu ada pemilahan adegan serta penafsiran kritis terhadap cerita dalam film
agar sesuai dengan tujuan pembelajaran. Akan tetapi perlu direncanakan
dengan mempertimbangkan perencanaan dan tujuan pembelajaran.
Menurut Beberapa alasan menggunakan film dalam pembelajaran
29
1. Film dapat membawa dunia luar ke dalam kelas yang menyamai
pengalaman langsung, jika itu merupakan film dokumenter,
2. Film merupakan sumber informasi yang paling mutakhir dalam bentuk
yang mudah dipahami dan menarik, disamping buku, gambar dan lain-lain,
3. Film menciptakan suasana yang menyenangkan, merangsang dan
membangkitkan ide-ide baru,
4. Film dapat memberi informasi secara cepat dan terkini yang belum tentu
dapat diberikan oleh pendidik atau tidak dapat disajikannya dalam bentuk
yang dapat menyamai film itu sendiri,
5. Cara penyajian oleh film sangat hidup, menarik dan mengundang
keterlibatan anak dalam peristiwa-peristiwa yang diperlihatkan,
6. Film dapat mengembangkan kesanggupan dan ketrampilan atau teknik
untuk melihat dan mendengarkan.
(http://jurnal.ump.ac.id/_berkas/jurnal/12.pdf.
Diakses pada 27 Mei 2010 pukul 13;00 WIB)
Film sebagai salah satu bentuk media komunikasi massa yang banyak
konsumsi oleh masyarakat, secara tidak langsung juga ikut menentukan
bagaimana masyarakat dalam bersikap. Pada kenyataannya, film tidak semata
sebagai hiburan, namun pesan dan informasi yang disajikan menjadi bahan
referensi dalam kehidupan sehari-hari. Banyak pelajaran yang dapat diperoleh
melalui narasi yang berisi kisah-kisah kehidupan mengenai tokoh dan
30
Sebagaimana firman Allah dalam surat Yusuf ayat 111:
“Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al Qur'an itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman."(QS. Yusuf; 111).
Dari firman Allah di atas memberikan pesan bahwa dalam setiap kisah
(al-Qish-shah) terdapat teladan atau pelajaran. Menurut Ahmad Munir (2008:
163), Kisah-kisah para nabi yang terdahulu dalam al-Qur’an oleh Allah digunakan sebagai teladan bagi generasi yang akan datang. Sebaliknya, pada
kisah-kisah tentang mereka yang khianat terhadap-Nya dapat diambil
hikmahnya.
Transformasi sebuah nilai membutuhkan variasi agar tidak terjadi
kejenuhan pada peserta didik sehingga diperlukan media pembelajaran yang
menarik untuk digunakan membangkitkan emosional mereka, salah satunya
melalui cerita atau kisah.
Menurut Abdurrahman Umairah (2009:147), Al-Qur’an sebagai sumber ajaran agama dipenuhi dengan berbagai kisah. Melalui cerita-cerita itu, Allah
menghendaki agar hal itu menjadi pendidikan bagi umat Islam, baik generasi
31
Cerita dan kisah-kisah dapat dijadikan sebagai bahan materi
pembelajaran. Dalam penyampaian kisah, pada zaman dahulu, ia disampaikan
secara lisan dan dalam perkembangannya ditambah dengan media tulisan dan
gambar agar lebih memberikan unsur menarik untuk kemudian pesan dari
kisah akan mudah diterima oleh khalayak. Para wali juga menggunakan cerita
sebagai bahan pengajaran agama. Sunan Kalijaga misalnya, menggunakan
media wayang untuk menggambarkan kisah-kisah yang di dalamnya
diselipkan nilai Islam.
Sekarang ini, kemajuan teknologi komunikasi semakin pesat.
Cerita-cerita dapat dikonstruksi ulang sedemikian rupa. Film adalah arsip sosial
yang menangkap jiwa zaman masyarakat saat itu. Media film lebih efektif
untuk menyampaikan pesan pendidikan. Melalui gambar, suara dan dialog
yang ada di dalam film, kisah yang ditampilkan seolah seperti dalam
kehidupan nyata, sehingga mudah dipahami oleh penontonnya.
Film sebagai salah satu produk dari kemajuan teknologi komunikasi
memiliki berbagai kelebihan. Zaman modern ini, konsumsi akan film sudah
menjadi kebutuhan. Daya persuasi film dapat dengan mudah dapat dipahami
oleh pemirsanya. Hal itu dikarenakan isi yang disajikan adalah tema-tema
aktual. Selain itu, penyerapan terhadapnya melibatkan juga melibatkan
indrea-indera audio visual, sehingga pesan dengan mudah ditangkap.
Film sebagai bagian dari media komunikasi massa mempunyai peran
32
fungsi media; menghibur, menginformasikan dan mendidik, selayaknya tidak
hanya berhenti pada salah satu titik. Film tidak semata berisi hiburan,
melainkan juga sebagai media pendidikan dalam arti luas. Untuk mencapai
tujuan itu, materi-materi yang bersifat mendidik menjadi keniscayaan untuk
disajikan.