i
NILAI-NILAI KEIKHLASAN DALAM FILM LASKAR
PELANGI KARYA ANDREA HIRATA
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam
Oleh:
AHMAD NADHIR
NIM: 11109142
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
iii
NILAI-NILAI KEIKHLASAN DALAM FILM LASKAR
PELANGI KARYA ANDREA HIRATA
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam
Oleh:
AHMAD NADHIR
NIM: 11109142
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
vii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
ﺧﲑﺍﻟﻨﺎﺱ ﺃﻧﻔﻌﻬﻢ ﻟﻠﻨﺎﺱ
…
“
Sebaik-baik manusia adalah yang paling banyak
memberi manfaat bagi orang lain”
(HR.
Ath-Thabrani)
“H
iduplah untuk memberi sebanyak-banyaknya, bukan untuk
menerima sebanyak-
banyaknya.”
--- Novel Laskar Pelangi.
PERSEMBAHAN
Ibuku
Ayahku
Sedulur-sedulur UKM
viii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrahim.
Alhamdulillahirobbil’alamin segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat
Allah SWT Tuhan semesta alam, yang telah melimpahkan rahmat, taufik, hidayah
serta inayah-Nya kepada kita sehingga menjadikan hidup kita lebih bermakna.
Khususnya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi
dengan judul “NILAI-NILAI KEIKHLASAN DALAM FILM LASKAR
PELANGI KARYA ANNDREA HIRATA”.
Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad
SAW, yang selalu menjadi teladan untuk kita semua dan semoga kita
semua termasuk umatnya yang mendapat syafa’at kelak di yaumul qiyamah.
Amien ya robbal ‘alamin.
Ucapan terimakasih penulis sampaikan sedalam-dalamnya kepada semua
pihak yang telah membantu dan memberikan pengarahan, bimbingan, motivasi,
masukan saran, dan bantuan dalam hal apapun yang sangat besar bagi penulis.
Maka pada kesempatan ini dengan rasa hormat yang dalam penulis mengucapkan
terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. Rahmad Hariyadi, M.Pd selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Suwardi, M. Pd selaku Dekan FTIK IAIN salatiga.
x
ABSTRAK
Nadhir, Ahmad. 2016. Nilai-nilai Keikhlasan dalam Film Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata. Skripsi Program Strata I Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah IAIN Salatiga 2016. Pembimbing: Imam Mas Arum, S. Pd., M. Pd.
Kata kunci: nilai-nilai keikhlasan, laskar pelangi, andrea hirata
Judul skripsi ini adalah Nilai-nilai Keikhlasan dalam FilmLaskar Pelangi Karya Andrea Hirata. Skripsi ini adalah bagaimana film yang seharusnya menjadi motivasi bagi pelaku pendidikan dan masyarakat Indonesia. Peneliti meniliti dari aspek nilai-nilai keikhlasan dalam film laskar pelangi karya Andrea Hirata, karakteristik tokoh dan nilai pendidikan Islam dalam film laskar pelangi. .
Jenis penelitian ini adalah penelitian dokumen (documentary research) dengan pendekatan semiotik. Pendekatan semiotik digunakan untuk mendiskripsikan isi yang tersurat maupun yang tersirat dalam film. Peneliti menggunakan penafsiran prospective dan kategorisasi sebagai teknik analisis data. Sedangkan teknik pengumpulan data dilakukan menggunakan metode dokumentasi melalui penelusuran dokumen film, majalah atau koran (media massa), dan buku.
xi DAFTAR ISI
SAMPUL………...……….…i
LEMBAR BERLOGO...ii
JUDUL...iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING...iv
PENGESAHAN KELULUSAN ...v
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN………...………...vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN……..……….……….……vii
KATA PENGANTAR..………...….viii
ABSTRAK……….………...x
DAFTAR ISI………..……….………...xi
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah……….……….1
B. Rumusan Masalah.……...………….……….……….….9
C.Tujuan Penelitian……….………9
D.Manfaat Penelitian……….……....10
E. Definisi Operasional……….……….10
F. Metode Penelitian……….…….13
xii
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A.Nilai-nilai Keikhlasan
1. Pengertian Keikhlasan………...……….…..17
2. Makna Ikhlas………..…...18
B. Tinjauan Umum tentang Film……….. 21
1. Film Cerita (Story Film)………..…...……….22
2. Film Berita (Newsreel).………..……….23
3. Film Dokumentar….……….………..23
4. Film Kartun (Cartoon Film)..………..…………24
C.Film Sebagai Media Pendidikan………..……….……...24
D.Andrea Hirata………...31
E. Kerangka Berfikir……….36
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELTIAN A.Biografi Pengarang 1. Biografi Andrea Hirata...……...………..……….37
xiii
2. Narasi Film Laskar Pelangi………..….…....……..55
BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
A.Apresiasi Film Laskar Pelangi……...………....…….82
B. Nilai-nilai Keikhlasan Dalam Film Laskar Pelangi..……....…….…...85
C.Karakterisitik Tokoh Film Laskar Pelangi……….120
D.Nilai-Nilai Pendidikan yang Diperankan Tokoh
Film Laskar Pelangi….………..124
E. Nilai-nilai Pendidikan Dalam Film Laskar Pelangi………...127
BAB V PENUTUP
A.Kesimpulan………...…...….132
B. Saran………...………..…137
DAFTAR PUSTAKA
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada era modern nan global, media massa telah menjadi kebutuhan
hampir setiap orang. Pengaruhnya besar. Jangkauannya luas dan gerakannya
juga cepat.
Perkembangan media massa bak jamur di musim hujan. Terutama The
Big Five of Mass Media (lima besar media massa), yaitu: surat kabar,
majalah, radio, televisi, dan film. Kelimanya berusaha merebut minat
masyarakat dengan memberikan pelayanan yang terbaik.
Berkat kecanggihan teknologi komunikasi, segala informasi dapat
diperoleh dengan mudah. Pesan komunikator pun sampai dengan mudah oleh
pikiran khalayak. Munculnya beragam jenis teknologi komunikasi dan
bergulirnya keterbukaan, berbuah kebebasan untuk memilih media untuk
dikonsumsi. Konsumsi atas media tertentu dengan segala unsur
menghiburnya menjelma menjadi kebutuhan.
Bagi masyarakat, bukan hanya pesan yang menjadi daya tarik. Jenis
media juga sangat menentukan. Akhirnya, media audio visual dengan
berbagai kelebihannya berhasil menarik mayoritas khalayak. Bahkan,
sekarang ini, muncul istilah televisi telah menjadi "agama baru". Hampir
seluruh aspek kehidupan dapat ditemukan dan ditirukan melalui program
2 29 Januari 2016, pukul 14;00 WIB)
Film juga memiliki kelebihan daya tarik sebagaimana televisi.
Pasalnya, keduanya tergolong dalam media audio visual. Keduanya saling
mendukung, karena film juga menjadi bagian dari program televisi.
Sekarang ini, berkat keberhasilan persuasifnya, konsumsi akan film
sudah menjadi kebutuhan, bahkan gaya hidup. Khalayak dengan mudah
terbujuk oleh sajian isi dengan tema aktual yang digarap film. Selain itu,
penyerapan informasi yang melibatkan indera-indera audio visual,
mempermudah pesan sampai di kepala pemirsa.
Di tanah air, perkembangan industri perfilman selama lima tahun
terakhir ini mengalami kemajuan yang sangat luar biasa. Film Indonesia telah
menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Akan tetapi, banyaknya produksi film
belum memberikan kontribusi bagi pencerahan bagi masyarakat. Indonesia
masih kering dari produksi film yang edukatif.
(http://tv.kompas.com/content/view/6383/109/. Diakses pada 31 Maret 2009 pukul
20;00 WIB)
Harold D. Laswell (2000: 10-13) menyatakan terdapat tiga fungsi
media massa. Ketiganya adalah untuk menginformasikan (to inform), untuk
mendidik (toeducate) dan untuk menghibur publik (to entertain).
Berbekal pemahaman atas tiga hakekat fungsi media di atas,
masyarakat, apalagi para pendidik, mempunyai hak mempergunakan media
massa untuk kepentingan dunia pendidikan. Pendidik, terlebih dahulu, perlu
3
pendidikan mengingat peserta didik juga belajar dari lingkungan luar sekolah.
Proses belajar mengajar pada hakikatnya adalah proses komunikasi,
yaitu proses penyampaian pesan dari sumber pesan melalui media tertentu ke
penerima pesan. Komunikasi adalah elemen terpenting dalam proses
pendidikan.
Dalam kaitan dengan massa, menurut Alex Sobur (2004: 17)
komunikasi telah beralih dari motif mencari pesan lewat media, ke arah motif
penikmatan kesenangan yang disediakan oleh media itu sendiri. Saat ini,
media telah mengambil alih pesan, bahkan telah berubah menjadi pesan itu
sendiri. Unsur menarik harus terpenuhi terlebih dahulu sebelum pesan itu
disampaikan. Dan kecanggihan teknologi yang mampu memenuhinya dengan
menyajikan materi menghibur diri sambil memperoleh ilmu.
Film tidak hanya sebagai media hiburan. Sebagaimana fungsinya,
seharusnya, ia memberikan fungsi edukasi. Pesan-pesan yang disampaikan,
selayaknya juga berkontribusi terhadap terciptanya masyarakat yang terdidik;
selain ditujukan untuk menghibur juga dipergunakan sebagai sarana mencapai
tujuan pendidikan. Oleh karenanya, muncul istilah film edutainment. Hal ini
tidak bisa dilepaskan dari kebutuhan dunia pendidikan dalam kaitannya film
sebagai media pendidikan.
Akhir 2008, keinginan untuk menikmati film yang menghibur dan
mencerahkan terjawab. Laskar Pelangi muncul dengan tawaran tema
menarik. Film dibuat setelah kesuksesan novel di pasar. Fokus utama film ini
4
yang serba terbatas. Tema langka dan jarang ditampilkan ke dalam film-film
Indonesia.
Dalam http://www.kapanlagi.com/h/0000255099.html. yang diakses 31 Maret
2009 pukul 20;00 WIB Masyarakat merespon positif dengan sambutan dan
antusiasme besar atas film Laskar Pelangi. Ia berhasil meraih jumlah 4,6 juta
penonton. Sejumlah penghargaan diraih dalam Indonesian Movie Award
(IMA) 2009. Film sukses memborong 4 piala IMA. Tidak hanya di negeri
sendiri. Film Laskar Pelangi juga go Asia dan diputar oleh bioskop-bioskop
di Asia.
Laskar Pelangi (dalam bahasa Inggris diterjemahkan menjadi The
Rainbow Troops) juga bergaung di lingkup internasional. Festival film
Berlinale ke-59, Berlin, Jerman, 5-15 Februari 2009 juga menjadi saksi
kesuksesan film Laskar Pelangi. Laskar Pelangi menjadi salah satu film
Indonesia yang terpilih dan ditayangkan dengan sambutan yang
menggembirakan dari para pengunjung, bahkan sampai melebihi studio yang
disediakan. Selain itu, penyelenggara juga memberikan perhatian khusus
kepada film ini, dengan memasang gambar kover film Laskar Pelangi dalam
sampul buku program Berlinale 2009, mewakili film-film Asia.
Di satu sisi, tidak dapat disangsikan lagi urgensi media film. Namun,
mengingat bermacam warna isi dan pesan dalam film, jika tidak hati-hati hal
ini justru akan menimbulkan masalah baru mengingat tidak semua isi media
massa bermanfaat bagi khalayak. Banyak di antaranya yang tidak mendidik
5
mendapatkan keuntungan sebanyak-banyaknya.
Film Laskar Pelangi yang akan menjadi objek dalam penelitian ini
tergolong dalam film edukatif. Film yang bukan hanya memberikan unsur
hiburan, akan tetapi juga menyisipkan nilai-nilai yang mendidik. Penonton
secara tidak sengaja akan menerima pesan-pesan tentang nilai-nilai edukatif
yang bersifat kebaikan, terutama dipandang dari kacamata Islam.
Proses pendidikan melalui film ini dikemas apik dengan menampilkan
pembelajaran yang tidak hanya di ruang kelas. Kondisi miskin, terbatas dan
sederhana mampu dimanfaatkan secara maksimal. Nilai-nilai edukatif terselip
dalam adegan-adegan yang ditampilkan. Menurut Rini Riza (2008), beberapa
pesan nilai yang sekilas tampak di antaranya keikhlasan, kasih sayang,
kesungguhan, kerja keras, kejujuran, dan tanggung jawab. Pendekatan untuk
mengukur kualitas pendidikan, sebagaimana dikatakan tokoh utama dalam
film itu, Harfan Effendy Noor, bahwa nilai-nilai, masalah kecerdasan tidak
diukur dengan angka-angka, tapi dengan hati yang memancarkan kasih
sayang.
Pada episode ketika dilaksanakan lomba cerdas cermat juga terselip
pesan nilai kejujuran dan tanggungjawab. Kecurigaan juri mengenai
ketidakjujuran. Lintang, misalnya, dibuktikan dengan kemampuannya,
mempertanggungjawabkan dengan menguraikan rumus-rumus matematika
sehingga diperoleh jawaban yang menurut Pak Mahmud adalah benar.
Akhirnya, sang juri pun mengakui kejujuran Lintang, sehingga SD yang
6
Nilai kerja keras dan kesungguhan dalam mencari ilmu juga nampak
ketika sekolah dihadapkan pada keputusasaan. Salah satu guru, Bakri berhenti
mengajar, sementara kepala sekolah, Harfan, meninggal dunia. Kelas sempat
kosong tanpa aktivitas. Kesungguhan dan kerja keras terlihat ketika Lintang
bersepeda dari rumah-hingga sekolah dengan jarak 40 klilometer. Lintang
bersama Ikal juga harus mengajak teman-teman di rumah menuju ke sekolah
untuk belajar. Lintang menggantikan Muslimah yang seharusnya bertugas
mengajar. Muslimah pun akhirnya tegar dengan kembali mengajar
murid-murid.
Perjuangan dan kesadaran itulah yang menjadi sebuah bentuk
pencapaian pendidikan. Pendidikan yang diraih dari rasa ikhlas yang
dimaksudkan untuk mencapai cita-cita. Keikhlasan untuk belajar, bersosial
dan keikhlasan untuk berbuat lebih baik dari sebelumnya. Dalam film laskar
pelangi ada beberapa situasi, karakter dan motivasi yang mendeskripsikan
seberapa jauh keterimaan, kepasrahan dan keberusahaan manusia sebaagai
mahkuk yang mencari jati diri. Karya luar biasa tersebut seharusnya menjaadi
percontohan media sebagai salah satu pendukung pendidikan moral.
Berdasarkan Uman Said (1985: 148), penggunaan media massa sebagai
sumber belajar untuk bidang pengajaran agama memerlukan pengolahan,
karena umumnya pengomunikasian melalui mass media untuk kehidupan
keagamaan masih relatif sedikit.
Dijelaskan pula oleh Azhar Arsyad (2003: 48), kemampuan film dalam
7
Film sebagaimana media massa lainnya memiliki tujuan-tujuan hiburan,
dokumentasi, dan pendidikan. Mereka dapat menyajikan informasi,
memaparkan proses, menjelaskan konsep-konsep yang rumit, mengajarkan
keterampilan, menyingkat atau memperpanjang waktu dan mempengaruhi
sikap.
Bahkan, William L. Rivers (2003: 252) mendeskripsikan film lebih
dianggap sebagai hiburan ketimbang media pembujuk. Kekuatan bujukan
atau persuasi yang besar perlu dimanfaatkan. Kekuatan dan kemampuan film
dalam menjangkau banyak segmen sosial, memiliki potensi untuk pendidikan
massa. Akhirnya, daya tarik dan persuasi film berperan sebagai referensi
audien bersosialisasi dan transmisi nilai (transmission of values) secara
massal. Dalam hal ini, media menjadi sebuah alat kontrol yang mampu
mempengaruhi bahkan mengatur isi pikiran dan keyakinan-keyakinan
masyarakat.
Meskipun kisah yang terjadi dalam film Laskar pelangi, sudah terjadi
sangat lama, akan tetapi pada kenyataannya kisah Laskar Pelangi, masih ada
di zaman sekarang. Banyak pengamat sastra yang memberikan penilaian
berkaitan dengan suksesnya film Laskar Pelangi, Suksesnya film Laskar
Pelangi, disebabkan film tersebut muncul pada saat yang tepat yaitu pada
waktu masyarakat khususnya masyarakat yang merasa mengalami pendidikan
yang sama seperti beberapa tokoh yang terdapat dalam film tersebut. Hal
tersebut sejalan dengan pernyataan yang disampaikan oleh Sapardi Djoko
8
Fakultas Ilmu Budaya UI Ia menyatakan Laskar Pelangi, merupakan
“Ramuan pengalaman dan imajinasi yang menarik, yang menjawab inti
pertanyaan kita tentang hubungan-hubungan antara gagasan sederhana,
kendala, dan kualitas pendidikan”.
Isi film Laskar Pelangi, menegaskan bahwa keadaan ekonomi bukanlah
menjadi hambatan seseorang dalam meraih cita-cita dan berusaha dengan
sungguh-sungguh untuk mencapai cita-citanya. Kemiskinan adalah penyakit
sosial yang berada dalam ruang lingkup materi sehingga tidak berkaitan
dengan kemampuan otak seseorang. Pendidikan tidak selalu bergantung
dengan status social dan keadaan ekonomi, akan tetapi juga etos kerja guru
dan kesadaran serta keikhlasan untuk merubah paradigma pendidikan yang
praktis. Dibutuhkan kualitas pengajar dan keikhlasan dalam mengajar.
Menurut Hasan Al Banna (2000: 31), seorang al akh yang ikhlas adalah
yang mengorientasikan seluruh perkataan, perbuatan, dan jihadnya hanya
kepada Allah dengan mengharapkan keridhoan-Nya tanpa memperhatikan
keuntungan materi, pestise, pangkat, popularitas, dan sebagainya. Dalam Al
Qur’an juga dijelaskan dalam surat Al An’am : 162.
“Katakanlah sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.” (Al-An’am: 162).
Menurut Hasan Al Banna (2000: 33)), Ikhlas merupakan buah
kesempurnaan tauhid yang bertujuan untuk mengesakan Allah dalam
9
Para siswa yang ikhlas, pantang menyerah, determinatif, kreatif, serta
peran paara guru yang benar-benar menjadi fasilitator, ikhlas berjuang demi
cita-cita siswa mereka. Tertuang dalam film yang benar-benar menjadi
motivator untuk perfilman Indonesia. Film yang menginspirasi untuk
berjuang secara ikhlas dalam dunia pendidikan. Bukan hanya untuk film,
tetapi untuk dunia pendidikan yang terkadang menjadi ruang kapitalis. Hanya
untuk kepentingan sendiri, bukan kepentingan bersama.
Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai
tema di atas dengan judul "NILAI-NILAI KEIKHLASAN DALAM FILM
LASKARPELANGI, KARYA ANDRE HIRATA".
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah di muka, permasalahan yang akan dikaji
melalui penelitian ini adalah:
1. Nilai-nilai keikhlasan apa sajakah yang terkandung dalam film
Laskar Pelangi karya Andrea Hirata?
2. Apa saja karakteristik tokoh dalam film laskar pelangi?
3. Nilai-nilai pendidikan apa saja yang tertuang dalam film laskar
pelangi?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan skripsi ini adalah:
10
karya Andrea Hirata.
2. Untuk mengetahui deskripsi karakteristik tokoh-tokoh dalam fil
laskar pelangi.
3. Untuk mengetahui nilai-nilai pendidikan yang tertuang dalam film
laskar pelangi.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Memberi tambahan wacana tentang nilai keikhlasan.
2. Memberi tambahan wacana kepada publik tentang nilai-nilai
keikhlasan dalam film Laskar Pelangi.
3. Menumbuhkan pemahaman bagi pendidik dan orang tua mengenai
film sebagai media pendidikan.
E. Definisi Operasional
Penulis akan menegaskan dan mendeskripsikan istilah-istilah yang
terdapat pada judul; Nilai-Nilai Keikhlasan dalam Film Laskar Pelangi
Perspektif karya Andrea Hirata.
Untuk memperjelas dan mempertegas serta menghindari dari
kesalahpahaman terhadap judul, maka akan dijelaskan secara kongkret dan
lebih bersifat operasional.
1. Nilai Keikhlasan
11
jernih dari kotoran. Orang yang ikhlas (mukhlis) adalah orang yang tidak
menyertakan kepentingan pribadi atau imbalan duniawi dari apa yang dapat ia
lakukan. Konsentrasi orang yang ikhlas cuma satu, yaitu bagaimana agar apa
yang dilakukannya diterima oleh Allah SWT. Menuntut ilmu merupakan
salah satu bentuk mensyukuri nikmat Allah dan cara untuk mendapatkan
hidayahNya.
Dalam menuntut ilmu keikhlasan mutlak diperlukan, sebab banyak
pengorbanan yang harus diberikan guna mendapatkan ilmu baik berkorban
waktu, tenaga maupun biaya, selain itu banyak pula cobaan ataupun rintangan
yang harus dihadapi dalam mendapatkan ilmu juga mengamalkan ilmu yang
telah didapat, karena keikhlasan menjadi sangat penting dalam menuntut
ilmu.
Al Ghazali berpendapat bahwa: “Semua orang pasti akan binasa kecuali
yang berilmu, orang yang berilmu akan binasa kecuali yang beramal, orang
yang beramal binasa kecuali yang ikhlas”.
Tanda ikhlas sendiri bias dibagi menjadi pantang menyerah, istiqomah,
tawaakkal, bersyukur, rendah hati, beramal secara diam-diam, tidak sungkan
memberi pujian terhadap orang lain, dan selalu sabar.
2. Film laskar pelangi
Laskar Pelangi (2008) adalah sebuah film garapan sutradara Riri Riza
yang dirilis pada 26 September 2008. Film Laskar Pelangi merupakan karya
adaptasi dari buku Laskar Pelangi yang ditulis oleh Andrea Hirata.
Ayat-12
Ayat Cinta dibantu oleh Riri Riza dan Mira Lesmana. Hingga Maret 2009,
Laskar Pelangi telah ditonton oleh 4,6 juta orang, menjadikannya film
terbanyak ditonton di Indonesia keempat, setelah Jelangkung dengan 5,7 Juta,
Pocong 2 dengan 5,1 Juta, dan Ada Apa Dengan Cinta dengan 4,9 Juta.
http://www.kapanlagi.com/h/0000255099.html. yang diakses 31 Maret 2009 pukul
20:10 WIB
Sang Pemimpi merupakan film kedua yang diadaptasi dari novel karya
Andrea Hirata. Mira sendiri tak berani memasang target bahwa film ini harus
melampaui prestasi yang telah diraih film Laskar Pelangi, yang telah ditonton
oleh 4,6 juta orang. "Kita enggak berani memasang target, karena penonton
kita memang sulit ditebak. Tapi, tetap kita akan mencoba berbuat yang
terbaik," ujarnya.
Untuk mencari pemeran tokoh-tokoh anggota Laskar Pelangi, Riri Riza
melakukan casting di daerah Belitung dengan menggunakan
pemeran-pemeran lokal dalam pembuatan film. Film ini juga diambil di lokasi yang
sama, Pulau Belitung. Film ini memadukan 12 aktor Indonesia yang dikenal
dengan kemampuan akting mereka dengan 12 anak-anak Belitung asli yang
bertalenta akting.
F. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini, digunakan beberapa metode yang relevan untuk
mendukung pengumpulan dan penganalisaan data, yaitu:
13
Dalam penelitian ini, film Laskar Pelangi dijadikan objek
penelitian. Oleh karena itu, penelitian ini tergolong dalam jenis penelitian
dokumen (documentary research). Peneliti akan memberikan penafsiran
terhadap dokumen berupa film. Film umumnya dibangun melalui sistem
tanda yang bekerjasama untuk mencapai efek yang diharapkan. Maka
untuk menggali makna, pesan dan nilai-nilai keikhlasan yang ada di dalam
film tersebut, akan ditafsirkan dengan menggunakan pendekatan semiotik.
Alex Sobur (2003: 128) menjelaskaan semiotik merupakan suatu
teknik analisis dengan cara mengenali tanda-tanda yang melekat pada
objek kajian sehingga dapat dijelaskan sesuatu yang tersurat maupun yang
tersirat dari suatu objek kajian tersebut. Objek semiotik yang lebih penting
dalam film adalah digunakannya tanda-tanda ikonis, yakni tanda-tanda
yang menggambarkan sesuatu.
Berdasarkan pertimbangkan di atas, penelitian akan difokuskan
untuk meneliti nilai-nilai keikhlasan yang terkandung dalam film Laskar
Pelangi dengan mengedepankan pada penafsiran simbol-simbol yang
dimunculkan dari adegan-adegan yang ada di dalamnya.
2. Sumber dan jenis data
a. Data Primer
Menurut Joko Subagyo (1991: 87), data primer adalah data yang
diperoleh langsung dari sumber utama. Dalam penelitian ini sebagai data
14
b. Data Sekunder
Joko Subagyo (1991: 88) juga menjelaskan, data sekunder adalah
data yang diperoleh tidak langsung dari sumbernya atau objek kajian.
Adapun data sekunder yang akan dijadikan dalam bahan adalah
tulisan-tulisan dari internet, surat kabar maupun majalah yang membahas
mengenai tema ini, utamanya novel karya Andrea Hirata yang menjadi
latar belakang munculnya film ini.
3. Teknik Pengumpulan data
Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang akan
digunakan adalah metode dokumentasi, yang menurut Suharsimi Arikunto
(2006: 158) yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang akan
diperoleh melalui penelusuran dokumen-dokumen dari majalah atau Koran
(media massa), buku, film.
Adapun objek penelitian adalah film. Maka, metode ini akan
penulis gunakan untuk memperoleh data film yakni, transkip dialog dalam
film serta penelusuran data pendukung seperti foto, internet dan media
lain.
4. Teknik Analisis
a. Penafsiran prospektif (prospective)
Menurut Alex Soubur (2003: 16) adalah tafsiran yang secara
eksplisit membuka pintu bagi indeterminasi makna, di dalam sebuah
"permainan bebas" (free play). Analisis prospektif adalah suatu metode
15
rangka menyusun kembali dengan pendekatan yang berbeda.
Tahapan analisis prospektif menurut Bourgeois, yaitu; 1)
menerangkan tujuan studi, 2) melakukan identifikasi kriteria, 3)
mendiskusikan kriteria yang telah ditentukan, 4) analisis pengaruh
antarkriteria, 5) merumuskan kondisi faktor, 6) membangun dan memilih
skenario dan, 7) implikasi skenario.
Melalui metode prospektif, tahapan kunci yang akan dilakukan
yaitu dengan mencatat seluruh elemen penting, mengidentifikasi
keterkaitan, dan selanjutnya menyusun gambaran keterkaitan dan
implikasinya di masa depan.
Dalam penelitian ini penafsiran prospektif akan digunakan untuk
menguraikan secara teratur seluruh konsepsi dalam film Laskar Pelangi.
Langkah yang akan ditempuh adalah setelah tujuan penelitian dan
identifikasi kriteria mengenai nilai-nilai edukatif dirumuskan, peneliti akan
memilah episode-episode film sesuai rumusan teoris. Selanjutnya, gambar
dan suara dalam episode-episode akan dinarasikan dalam bentuk teks
tanpa menghilangkan keutuhan cerita. Jadi, film sebagai media hiburan
akan dianalisis dengan pendekatan pendidikan.
b. Kategorisasi (mengelompokkan) nilai-nilai
Berlandaskan pada Lexi J. Moleong (2007: 288) adalah upaya
memilah dan memilih setiap satuan ke dalam bagian-bagian yang memiliki
kesamaan. Kategorisasi digunakan untuk mengelompokkan nilai-nilai
16
Untuk itu diperlukan metode induksi di dalam menggeneralisasi
maknanya. Induksi adalah cara berfikir yang berangkat dari fakta-fakta
khusus, peristiwa-peristiwa konkret untuk kemudian ditarik
generalisasi-generalisasi yang sifatnya umum. Kasus-kasus yang ada di dalam film
dianalisis dan pemahaman yang ditemukan di dalamnya dirumuskan dalam
ucapan umum.
G. Sistematika Pembahasan
Pembahasan dalam skripsi ini terdiri dari lima bab dengan sistematika
sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN: Dalam Bab ini berisi Latar Belakang
Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Definisi
Operasional, dan Sistematika Pembahasan.
BAB II KAJIAN PUSTAKA: Bab ini menjelaskan tentang nilai-nilai
keiklhasan, makna keikhlasan, nilai-nilai keikhlasan dalam film laskar
pelangi, deskripsi film laskar pelangi, dan deskripsi Andrea Hirata.
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN: Bab ini
berisi tentang biografi Andrea Hirata, karya Andrea Hirata dan film laskar
pelangi.
BAB IV PEMBAHASAN: Bab ini berisi tentang Apresiasi atas film
Laskar Pelangi perspektif nilai keikhlasannya, nilai keikhlasan dalam film
laskar pelangi, Implikasi Nilai-Nilai keikhlasan dalam Film Laskar Pelangi
17
dan nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam film laskar pelangi.
18
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Nilai-nilai Keikhlasan
1. Pengertian Keikhlasan
Pengertian ikhlas secara bahasa adalah berasal dari bahasa arab
َصَلَخ yang berarti: murni/bersih dan terbebas dari segala sesuatu yang
mencampuri dan mengotorinya Adapun ikhlas menurut istilah: ada
beberapa macam pengertian ikhlas menurut para tokoh Islam yaitu antara
lain: 1. Menurut Harun Yahya “Memurnikan perintah Allah tanpa
mempertimbangkan balasan apapun “2. Menurut Seikh Muhammad bin
Sholih Al-Utsaimin “Seseorang bermaksud melalui ibadahnya tersebut
untuk mendekatkan diri (Taqorub) kepada Allah dan mendapatkan
keridhoanya”. 3. Ikhlas adalah “Melupakan pandangan manusia dengan
selalu memandang kepada Allah”, Sebagaimana sabda nabi Muhammad
Saw “Engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihatnya dan
jika engkau tidak melihatnya maka sesungguhnya Ia melihatmu
“.
http://hasmidepok.org/kajian-islam/pengertian-arti-ikhlas-menurut-bahasa-dan-istilah-dalam-pandangan-islam.html
Menurut Muhammad ruhan Sanusi (2010: 194), secara etimologis,
19
dari akar kata khalasha. Menurut Luis Ma’luuf, kata khalasha ini
mengandung beberapa macam arti sesuai dengan konteks kaliamatnya. Ia
bisa berarti shafaa (jernih), najaa wa salima (selamat), washala (sampai),
dan I’tazala (memisahkan diri). Maksudnya, didalam menjalankan amal
ibadah apa saja harus disertai dengan niat yang ikhlas tanpa pamrih
apapun.
Bila diteliti lebih lanjut, kata ikhlas sendiri sebenarnya tidak
dijumpai secara langsung penggunaannya dalam al-Qur’an. Yang ada
hanyalah kata-kata yang berderivat sama dengan kata ikhlas tersebut.
Secara keseluruhan terdapat dalam tiga puluh ayat dengan penggunaan
kata yang beragam. Kata-kata tersebut antara lain: kata khalashuu,
akhlashnaahum, akhlashuu, astakhlish, al-khaalish, dan khaalish
masing-masing sebanyak satu kali. Selanjutnya kata khaalishah lima kali,
mukhlish (tunggal) tiga kali, mukhlishuun (jamak) satu kali, mukhlishiin
(jamak) tujuh kali, mukhlash (tunggal) satu kali, dan mukhlashiin (jamak)
sebanyak delapan kali.
2. Makna Ikhlas
Ditinjau dari segi makna, term ikhlas dalam al-Qur’an juga
mengandung arti yang beragam. Dalam hal ini al-Alma’i merinci
pemakaian term tersebut kepada empat macam:
a. ikhlas berarti al-ishthifaa’ (pilihan) seperti pada surat Shaad: 46-47. Di
20
tersebut yang intinya bahwa Allah telah memilih mereka dan
menjadikan mereka orang-orang yang suci. Penafsiran yang sama juga
dikemukakan oleh al-Shaabuuni dalam tafsirnya Shafwah al-Tafaasiir,
yakni “Kami (Allah) istimewakan mereka dengan mendapatkan
kedudukan yang tinggi yaitu dengan membuat mereka berpaling dari
kehidupan duniawi dan selalu ingat kepada negeri akhirat.” Dengan
demikian terdapat kaitan yang erat (munaasabah) antara ayat 46 dengan
47, yakni ayat yang sesudahnya menafsirkan ayat yang sebelumnya.
b. Ikhlas berarti al-khuluus min al-syawaa’ib (suci dari segala macam
kotoran), sebagaimana tertera dalam surat an-Nahl: 66 yang
membicarakan tentang susu yang bersih yang berada di perut binatang
ternak, meskipun pada mulanya bercampur dengan darah dan kotoran;
kiranya dapat dijadikan pelajaran bagi manusia. Makna yang sama juga
terdapat dalam surat al-zumar: 3, walaupun dalam konteks yang
berbeda. Dalam ayat tersebut dibicarakan tentang agama Allah yang
bersih dari segala noda seperti syirik, bid’ah dan lain-lain.
c. Ikhlas berarti al-ikhtishaash (kekhususan), seperti yang terdapat pada
surat al-Baqarah: 94, al-An’am: 139, al-A’raf: 32, Yusuf: 54, dan al
-Ahzab: 32.
d. Ikhlas berarti al-tauhid (mengesakan) dan berarti al-tathhir (pensucian)
menurut sebagian qira’at. Ikhlas dalam artian pertama inilah yang
paling banyak terdapat dalam al-Qur’an, antara lain terdapat dalam
-21
Ankabut: 65, Luqmaan: 32, Ghaafir: 14,65, an-Nisaa: 146, dan
al-Bayyinah: 5. Dalam ayat-ayat tersebut, kata-kata yang banyak
digunakan adalah dalam bentuk isim fa’il (pelaku), seperti mukhlish
(tunggal) dan mukhlishuun atau mukhlshiin (jamak). Secara leksikal
kata tersebut dapat diartikan dengan al-muwahhid (yang mengesakan).
Dalam konteks inilah kiranya surat ke-112 dalam al-Qur’an dinamakan
surat al-ikhlaas, dan kalimat tauhid (laa ilaaha illa Allah) disebut
kalimat al-ikhlas. Dengan demikian makna ikhlas dalam ayat-ayat di
atas adalah perintah untuk selalu mengesakan Allah dalam beragama,
yakni dalam beribadah, berdo’a dan dalam perbuatan taat lainnya harus
dikerjakan semata-mata karena Allah; bukan karena yang lain. Itulah
sebabnya mengapa term ikhlas pada ayat-ayat di atas selalu dikaitkan
dengan al-diin.
Adapun ikhlas dalam arti yang kedua (al-tathhiir) ditujukan kepada
orang-orang yang telah disucikan Allah hatinya dari segala noda dan
dosa sehingga mereka menjadi hamba Allah yang bersih dan kekasih
pilihan-Nya. Hal ini seperti yang tercantum dalam surat Yusuf: 24,
al-Hijr: 40, al-shaffat: 40,74,128,166,169, Shaad: 83, dan surat Maryam:
51. Pada ayat-ayat tersebut semuanya memakai kata mukhlashiin
(jamak) kecuali surat Maryam: 51 yang memakai bentuk tunggal
(mukhlash). Selain itu semua kata mukhlashiin dalam ayat-ayat tersebut
22 B. Tinjauan Umum tentang Film
Film atau gambar hidup merupakan gambar-gambar dalam frame
dimana frame demi frame diproyeksikan melalui proyektor secara mekanis
sehingga pada layar terlihat gambar itu hidup. Film bergerak dengan cepat
dan bergantian sehingga memberikan visual yang kontinu. Sama halnya
dengan film, video dapat menggambarkan suatu obyek yang bergerak
bersama-sama dengan suara alamiah atau suara yang sesuai.
Menurut UU 8/1992 tentang perfilman, yang dimaksud dengan Film
adalah karya cipta seni dan budaya yang merupakan media komunikasi massa
pandang-dengar yang dibuat berdasarkan asas sinematografi dengan direkam
pada pita seluloid, pita video, piringan video, dan/atau bahan hasil penemuan
teknologi lainnya dalam segala bentuk, jenis, dan ukuran melalui proses
kimiawi, proses elektronik, atau proses lainnya, dengan atau tanpa suara,
yang dapat dipertunjukkan dan/atau ditayangkan dengan sistem proyeksi
mekanik, elektronik, dan/atau lainnya.
http://hukum.unsrat.ac.id/uu/uu_8_1992.htm
Kemampuan film dan video melukiskan gambar hidup dan suara
memberinya daya tarik tersendiri. Kedua jenis media ini pada umumnya
digunakan untuk tujuan-tujuan hiburan, dokumentasi, dan pendidikan.
Mereka dapat menyajikan informasi, memaparkan proses, menjelaskan
konsep-konsep yang rumit, mengajarkan ketrampilan, menyingkat atau
23
Film sebagai media komunikasi menyajikan bahasa lewat tanda-tanda
gambar sebagai tempat makna diproduksi. Citraan visual dalam film
merupakan konsep-konsep yang akan dikomunikasikan. Proses ini melibatkan
pembuat film dan penontonnya.
Film dibangun dengan banyak tanda. Berdasar Alex Sobour (2003:
88), berbagai sistem tanda yang bekerja sama dengan baik dalam upaya
mencapai efek yang diharapkan. Yang paling penting dalam film adalah
gambar, suara dan musik.
Film sebagai media komunikasi massa pandang-dengar sebagaimana
disebutkan dalam UU 8/1992 tentang perfilman, mempunyai fungsi
penerangan, pendidikan, pengembangan budaya bangsa, hiburan, dan
ekonomi.
Adapun jenis-jenis film, menurut Heru Effendy (2006), dapat
dibedakan menurut sifatnya, yang umumnya terdiri dari jenis-jenis sebagai
berikut:
1. Film Cerita (Story Film)
Film cerita adalah film yang mengisahkan suatu cerita yang biasanya
dikarang secara kreatif atau ditulis berdasarkan pengalaman seseorang.
Tujuan dibuatnya film ini sering sebagai hiburan yang didapat dari kisah
dan atau pengalaman yang dibumbui agar menarik. Cerita biasanya
mengandung unsur-unsur yang dapat menyentuh rasa manusia, sehingga
24
kisah-kisah dari sejarah, cerita nyata dari kehidupan sehari-hari, atau juga
khayalan untuk kemudian diolah menjadi film. Film cerita lazim
dipertunjukkan di gedung-gedung bioskop dengan para bintang filmnya
yang tenar.
2. Film Berita (Newsreel)
Film berita adalah film yang menggambarkan tentang suatu
peristiwa atau fakta yang benar-benar terjadi. Karena sifatnya berita, maka
film yang disajikan kepada publik harus mengandung nilai berita (news
value). Film jenis ini digunakan untuk menyampaikan informasi yang
bersifat fakta yang benar-benar terjadi. Misalnya, tsunami dan lumpur
Lapindo yang filmnya diambil dari video-video amatir yang dikemas
untuk diinformasikan kepada masyarakat umum.
3. Film Dokumenter (Documentary Film)
Istilah documentary mula-mula dipergunakan oleh seorang sutradara
(director) Inggris, John Grierson, untuk menggambar suatu jenis khusus
film yang dipelopori oleh seorang Amerika bernama Robert Flaherty,
seorang seniman besar dibidang film. Grierson mendefinisikan film
dokumenter sebagai karya ciptaan mengenai kenyataan (creative treatment
of actuality). Film yang menggambarkan mengenai sebuah peristiwa atau
gejala alam yang didokumentasikan.
Film dokumenter memiliki titik berat pada fakta atau peristiwa yang
terjadi. Dalam pembuatan film ini diperlukan pemikiran dan perencanaan
25
berita adalah di mana film berita mempunyai titik tekan pada nilai berita
dan diproduksi dengan singkat agar dapat dengan segera dinikmati oleh
penonton. Sedangkan pada film cerita juga diimbuhi dengan seks atau
kejahatan dan semacamnya. Adapun film dokumenter seringkali berkisar
mengenai manusia dan alam.
4. Film Kartun (Cartoon Film)
Film kartun merupakan film yang dalam penggunaan medianya
menggunakan gambar hasil lukisan atau gambar. Hal yang terpenting
dalam film kartun adalah pada seni lukis. Gambar-gambar hasil lukisan
selanjutnya akan dirangkai dengan diberi efek musik dan suara.
Lukisan-lukisan itu dapat menimbulkan hal menarik dan lucu, karena
dapat digunakan untuk memerankan apa saja yang tidak mungkin
diperankan oleh manusia. Si tokoh dalam film kartun dapat dibuat menjadi
ajaib, dapat terbang, menghilang, menjadi besar, menjadi kecil secara
tiba-tiba dan lainnya.
C. Film sebagai Media Pendidikan
Usman Said (2010: 148) menjelaskan media massa dapat dijadikan
sumber belajar bagi anak maupun orang-orang yang memerlukannya. Ia telah
menjadi kebutuhan hampir setiap orang. Pengaruhnya besar dan sering
sensitif. Jangkauannya luas sampai ke desa-desa. Karena kemajuan teknologi
di bidang komunikasi. Gerakannya cepat seolah-olah dunia ini semakin
26
Gerlach & Ely mengatakan bahwa, media apabila dipahami secara
garis besar adalah manusia, materi atau kejadian yang membangun kondisi
dan membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, ketrampilan atau
sikap. Dalam pengertian ini, guru, buku teks dan lingkungan sekolah
merupakan media. Menurut Azhar Arsyad (2012: 3), secara lebih khusus,
pengertian media dalam proses belajar-mengajar cenderung diartikan sebagai
alat-alat grafis, photografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses
dan menyusun kembali informasi visual atau verbal. Ringkasnya, media
adalah alat yang menyampaikan atau mengantarkan pesan-pesan pengajaran.
Menurut Hamalik media pendidikan terkadang kadang disandingkan
dengan media komunikasi, dimana ia melihat bahwa hubungan komunikasi
akan berjalan lancar dengan hasil yang maksimal apabila menggunakan alat
bantu yang disebut media komunikasi. Secara implisit, Gagne dan Briggs
mangatakan bahwa media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik
digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran, yang terdiri antara lain
buku, tape-recorder, kaset, kamera video, visio recorder, film, slide, foto,
gambar, grafik, televisi dan komputer. Dengan kata lain, media adalah
komponen sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi
instruksional di lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk
belajar.
Dijelaskan oleh Azhar Arsyad (2012: 4)Istilah “media” bahkan sering dikaitkan atau dipergantikan dengan kata “teknologi” yang berasal dari kata
27
Dilihat perkembangannya, pada mulanya media hanya dianggap
sebagai alat bantu mengajar guru (teaching aids). Pengajar menggunakan alat
bantu visual, yaitu gambar, model, objek dan alat lain yang dapat
memberikan pengalaman kongkret, motivasi belajar serta mempertinggi daya
serap dan retensi belajar siswa. Pada pertengahan abad ke-20, alat visual
menurut Arif Sadiman (2012: 7) untuk mengonkretkan materi pelajaran
dilengkapi alat audio sehingga dikenal media audio visual atau audio visual
aids (AVA).
Azhar Arsyad (2012: 4) mengidentifikasi film menjadi salah satu
media yang efektif untuk menyampaikan pesan. Keuntungan film dan video
mengandung nilai-nilai positif karena dapat mengundang pemikiran dan
pembahasan dalam kelompok siswa.
Proses belajar mengajar pada hakikatnya adalah proses komunikasi,
yaitu proses penyampaian pesan dari sumber pesan melalui media tertentu ke
penerima pesan. Pesan, sumber pesan, media dan penerima pesan adalah
komponen-komponen proses komunikasi. Pesan yang akan dikomunikasikan
jenis dan sumbernya bermacam. Misalnya isi ajaran ataupun didikan yang ada
dalam kurikulum, sumber pesannya bisa guru, siswa, orang lain ataupun
penulis buku dan produser media.
Pesan berupa isi ajaran dan didikan yang ada di dalam kurikulum
dituangkan oleh guru atau sumber lain ke dalam simbol-simbol komunikasi
non-28
verbal atau visual. Proses penuangan pesan ke dalam simbol-simbol
komunikasi itu disebut encoding. Selanjutnya penerima pesan menafsirkan
simbol-simbol komunikasi tersebut sehingga diperoleh pesan. Sesuai dengan
Arif S. Sadiman (2012: 12) proses penafsiran simbol-simbol komunikasi yang
mengandung pesan-pesan tersebut disebut decoding.
Film sebagai jenis media audio-visual perlu dimanfaatkan karena film
dapat dikemas agar sesuai dengan perkembangan peserta didik.
Perkembangan peserta didik perlu dipertimbangkan karena berpengaruh pada
kemampuan daya pikir dan daya tangkapnya. Untuk anak-anak setingkat
sekolah dasar, film jenis kartun akan membuat mereka lebih mudah
menangkap. Misalnya saja Film Upin-Ipin, materi keagamaan dan
kemanusiaan disampaikan dengan gambar yang berekspresi lucu. Begitu
sebaliknya, untuk peserta didik setingkat perguruan tinggi film dokumenter
lebih menarik dan pesannya mudah ditangkap dari pada film kartun.
Pada saat pembelajaran, seorang pendidik dapat menjadikan kisah,
pesan atau materi film dalam acara televisi untuk dibahas di kelas. Tentunya,
perlu ada pemilahan adegan serta penafsiran kritis terhadap cerita dalam film
agar sesuai dengan tujuan pembelajaran. Akan tetapi perlu direncanakan
dengan mempertimbangkan perencanaan dan tujuan pembelajaran.
Menurut Beberapa alasan menggunakan film dalam pembelajaran
29
1. Film dapat membawa dunia luar ke dalam kelas yang menyamai
pengalaman langsung, jika itu merupakan film dokumenter,
2. Film merupakan sumber informasi yang paling mutakhir dalam bentuk
yang mudah dipahami dan menarik, disamping buku, gambar dan lain-lain,
3. Film menciptakan suasana yang menyenangkan, merangsang dan
membangkitkan ide-ide baru,
4. Film dapat memberi informasi secara cepat dan terkini yang belum tentu
dapat diberikan oleh pendidik atau tidak dapat disajikannya dalam bentuk
yang dapat menyamai film itu sendiri,
5. Cara penyajian oleh film sangat hidup, menarik dan mengundang
keterlibatan anak dalam peristiwa-peristiwa yang diperlihatkan,
6. Film dapat mengembangkan kesanggupan dan ketrampilan atau teknik
untuk melihat dan mendengarkan.
(http://jurnal.ump.ac.id/_berkas/jurnal/12.pdf.
Diakses pada 27 Mei 2010 pukul 13;00 WIB)
Film sebagai salah satu bentuk media komunikasi massa yang banyak
konsumsi oleh masyarakat, secara tidak langsung juga ikut menentukan
bagaimana masyarakat dalam bersikap. Pada kenyataannya, film tidak semata
sebagai hiburan, namun pesan dan informasi yang disajikan menjadi bahan
referensi dalam kehidupan sehari-hari. Banyak pelajaran yang dapat diperoleh
melalui narasi yang berisi kisah-kisah kehidupan mengenai tokoh dan
30
Sebagaimana firman Allah dalam surat Yusuf ayat 111:
“Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al Qur'an itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman."(QS. Yusuf; 111).
Dari firman Allah di atas memberikan pesan bahwa dalam setiap kisah
(al-Qish-shah) terdapat teladan atau pelajaran. Menurut Ahmad Munir (2008:
163), Kisah-kisah para nabi yang terdahulu dalam al-Qur’an oleh Allah
digunakan sebagai teladan bagi generasi yang akan datang. Sebaliknya, pada
kisah-kisah tentang mereka yang khianat terhadap-Nya dapat diambil
hikmahnya.
Transformasi sebuah nilai membutuhkan variasi agar tidak terjadi
kejenuhan pada peserta didik sehingga diperlukan media pembelajaran yang
menarik untuk digunakan membangkitkan emosional mereka, salah satunya
melalui cerita atau kisah.
Menurut Abdurrahman Umairah (2009:147), Al-Qur’an sebagai sumber
ajaran agama dipenuhi dengan berbagai kisah. Melalui cerita-cerita itu, Allah
menghendaki agar hal itu menjadi pendidikan bagi umat Islam, baik generasi
31
Cerita dan kisah-kisah dapat dijadikan sebagai bahan materi
pembelajaran. Dalam penyampaian kisah, pada zaman dahulu, ia disampaikan
secara lisan dan dalam perkembangannya ditambah dengan media tulisan dan
gambar agar lebih memberikan unsur menarik untuk kemudian pesan dari
kisah akan mudah diterima oleh khalayak. Para wali juga menggunakan cerita
sebagai bahan pengajaran agama. Sunan Kalijaga misalnya, menggunakan
media wayang untuk menggambarkan kisah-kisah yang di dalamnya
diselipkan nilai Islam.
Sekarang ini, kemajuan teknologi komunikasi semakin pesat.
Cerita-cerita dapat dikonstruksi ulang sedemikian rupa. Film adalah arsip sosial
yang menangkap jiwa zaman masyarakat saat itu. Media film lebih efektif
untuk menyampaikan pesan pendidikan. Melalui gambar, suara dan dialog
yang ada di dalam film, kisah yang ditampilkan seolah seperti dalam
kehidupan nyata, sehingga mudah dipahami oleh penontonnya.
Film sebagai salah satu produk dari kemajuan teknologi komunikasi
memiliki berbagai kelebihan. Zaman modern ini, konsumsi akan film sudah
menjadi kebutuhan. Daya persuasi film dapat dengan mudah dapat dipahami
oleh pemirsanya. Hal itu dikarenakan isi yang disajikan adalah tema-tema
aktual. Selain itu, penyerapan terhadapnya melibatkan juga melibatkan
indrea-indera audio visual, sehingga pesan dengan mudah ditangkap.
Film sebagai bagian dari media komunikasi massa mempunyai peran
32
fungsi media; menghibur, menginformasikan dan mendidik, selayaknya tidak
hanya berhenti pada salah satu titik. Film tidak semata berisi hiburan,
melainkan juga sebagai media pendidikan dalam arti luas. Untuk mencapai
tujuan itu, materi-materi yang bersifat mendidik menjadi keniscayaan untuk
disajikan.
D. Andrea Hirata
Nama lengkapnya adalah Andrea Hirata Seman SaidHarun lahir di pulau Belitung 24 Oktober 1982, Andrea Hirata sendiri merupakan anak keempat dari pasangan Seman Said Harunayah dan NA Masturah. Ia dilahirkan di sebuah desa yang termasuk desa miskin dan letaknya yang
cukup terpelosok di pulau Belitong. Tinggal di sebuah desa dengan segala
keterbatasan memang cukup mempengaruhi pribadi Andrea sedari kecil. Ia
mengaku lebih banyak mendapatkan motivasi dari keadaan di sekelilingnya
yang banyak memperlihatkan keperihatinan.
1. Profil dan Biografi Andrea Hirata
Dikutip dari
http://www.biografiku.com/2011/10/biografi-andrea-hirata-penulis-novel.html. Pada tanggal 22 januari 2016 pukul 13.40 WIB Nama Andrea
Hirata sebenarnya bukanlah nama pemberian dari kedua orang tuanya. Sejak lahir ia diberi nama Aqil Barraq Badruddin. Merasa tak cocok dengan nama tersebut, Andrea pun menggantinya dengan Wadhud. Akan tetapi, ia masih
merasa terbebani dengan nama itu. Alhasil, ia kembali mengganti namanya
33
...Andrea diambil dari nama seorang wanita yang nekat bunuh diri
bila penyanyi pujaannya, yakni Elvis Presley tidak membalas suratnya,”
ungkap Andrea.
Sedangkan Hirata sendiri diambil dari nama kampung dan bukanlah nama orang Jepang seperti anggapan orang sebelumnya. Sejak remaja itulah,
pria asli Belitong ini mulai menyandang nama Andrea Hirata. Andrea tumbuh seperti halnya anak-anak kampung lainnya. Dengan segala
keterbatasan, Andrea tetap menjadi anak periang yang sesekali berubah
menjadi pemikir saat menimba ilmu di sekolah. Selain itu, ia juga kerap
memiliki impian dan mimpi-mimpi di masa depannya.
Seperti yang diceritakannya dalam novel Laskar Pelangi, Andrea kecil
bersekolah di sebuah sekolah yang kondisi bangunannya sangat mengenaskan
dan hampir rubuh. Sekolah yang bernama SD Muhamadiyah tersebut diakui
Andrea cukuplah memperihatinkan. Namun karena ketiadaan biaya, ia
terpaksa bersekolah di sekolah yang bentuknya lebih mirip sebagai kandang
hewan ternak. Kendati harus menimba ilmu di bangunan yang tak nyaman,
Andrea tetap memiliki motivasi yang cukup besar untuk belajar. Di sekolah
itu pulalah, ia bertemu dengan sahabat-sahabatnya yang dijuluki dengan
sebutan Laskar Pelangi.
2. Bertemu Dengan Bu Muslimah
Di SD Muhamadiyah pula, Andrea bertemu dengan seorang guru yang
34
...Saya menulis buku Laskar Pelangi untuk Bu Muslimah,” ujar Andrea
dengan tegas kepada Realita.
Kegigihan Bu Muslimah untuk mengajar siswa yang hanya berjumlah
tak lebih dari 11 orang itu ternyata sangat berarti besar bagi kehidupan
Andrea. Perubahan dalam kehidupan Andrea, diakuinya tak lain karena
motivasi dan hasil didikan Bu Muslimah. Sebenarnya di Pulau Belitong ada
sekolah lain yang dikelola oleh PN Timah. Namun, Andrea tak berhak untuk
bersekolah di sekolah tersebut karena status ayahnya yang masih menyandang
pegawai rendahan. “Novel yang saya tulis merupakan memoar tentang masa
kecil saya, yang membentuk saya hingga menjadi seperti sekarang,” tutur
Andrea yang memberikan royalti novelnya kepada perpustakaan sebuah
sekolah miskin ini. Tentang sosok Muslimah, Andrea menganggapnya
sebagai seorang yang sangat menginspirasi hidupnya.
“Perjuangan kami untuk mempertahankan sekolah yang hampir
rubuh sangat berkesan dalam perjalanan hidup saya,” ujar Andrea.
Berkat Bu Muslimah, Andrea mendapatkan dorongan yang
membuatnya mampu menempuh jarak 30 km dari rumah ke sekolah untuk
menimba ilmu. Tak heran, ia sangat mengagumi sosok Bu Muslimah sebagai
salah satu inspirator dalam hidupnya. Menjadi seorang penulis pun diakui
Andrea karena sosok Bu Muslimah. Sejak kelas 3 SD, Andrea telah
membulatkan niat untuk menjadi penulis yang menggambarkan perjuangan
35
menulis tentang Bu Muslimah,” ungkap penggemar penyanyi Anggun ini.
Sejak saat itu, Andrea tak pernah berhenti mencoret-coret kertas untuk belajar
menulis cerita.
3. Menjadi Penulis Terkenal
Lebaran di Belitong. Kini, Andrea sangat disibukkan dengan
kegiatannya menulis dan menjadi pembicara dalam berbagai acara yang
menyangkut dunia sastra. Penghasilannya pun sudah termasuk paling tinggi
sebagai seorang penulis. Namun demikian, beberapa pihak sempat meragukan
isi dari novel Laskar Pelangi yang dianggap terlalu berlebihan. “Ini kan novel, jadi wajar seandainya ada cerita yang sedikit digubah,” ungkap Andrea yang
memiliki impian tinggal di Kye Gompa, desa tertinggi di dunia yang terletak
di pegunungan Himalaya. Kesuksesannya sebagai seorang penulis tentunya
membuat Andrea bangga dan bahagia atas hasil kerja kerasnya selama ini.
http://www.biografiku.com/2011/10/biografi-andrea-hirata-penulis-novel.html
Meski disibukkan dengan kegiatannya yang cukup menyita waktu,
Andrea masih tetap mampu meluangkan waktu untuk mudik di saat Lebaran
lalu. Bahkan bagi Andrea, mudik ke Belitong di saat Lebaran adalah wajib
hukumnya. “Orang tua saya sudah sepuh, jadi setiap Lebaran saya harus
pulang,” ujar Andrea dengan tegas. Di Belitong, Andrea melakukan rutinitas
bersilaturahmi dengan orang tua dan kerabat lainnya sembari memakan kue
36
perjalanan ke Belitong tidaklah mudah, karena pilihan transportasi yang
terbatas, Andrea tetap saja harus mudik setiap Lebaran tiba. Terlebih lagi, bila
ia tak kebagian tiket pesawat ke Bandara Tanjung Pandan, Pulau Belitong,
maka mau tak mau Andrea harus menempuh 18 jam perjalanan dengan
menggunakan kapal laut.
Perasaan bangga dan bahagia semakin dirasakan Andrea tatkala
Laskar Pelangi diangkat menjadi film layar lebar oleh Mira Lesmana dan Riri
Riza. “Saya percaya dengan kemampuan mereka,” ujarnya tegas. Apalagi,
film Laskar Pelangi juga sempat ditonton oleh orang nomor satu di negeri ini,
Susilo Bambang Yudhoyono beberapa waktu lalu.
“...Kini Laskar Pelangi memiliki artikulasi yang lebih luas daripada
sebuah buku. Nilai-nilai dalam Laskar Pelangi menjadi lebih luas,” tutur
Andrea
Menjadi seorang penulis novel terkenal mungkin tak pernah ada
dalam pikiran Andrea Hirata sejak masih kanak-kanak. Berjuang untuk
meraih pendidikan tinggi saja, dirasa sulit kala itu. Namun, seiring dengan
perjuangan dan kerja keras tanpa henti, Andrea mampu meraih sukses sebagai
penulis memoar kisah masa kecilnya yang penuh dengan keperihatinan.
E. Kerangka Berfikir
Oleh karenanya, peneliti memandang film Laskar Pelangi sutradara
Rini Riza (saduran dari Novel berjudul Laskar Pelangi karya Andrea Hirata)
37
pednidikan yang tidak pantang menyerah dalam menjalankan roda
pendidikan. Selain menghibur, film ini juga memiliki pesan-pesan yang
mendidik, bahkan materi ajaran-ajaran Islam juga ditampilkan, juga
keikhlasan para tokoh-tokoh pendidikan dalam film ini. Sehingga film Laskar
Pelangi ini dapat digolongkan dalam jenis film edutainment dan motivasi.
Dengan memperhatikan uraian pada tinjauan pustaka, maka pada
bagian ini akan diuraikan beberapa hal yang dijadikan penulis sebagai
landasan berpikir selanjutnya. Landasan berpikir yang dimaksud tersebut
akan mengarahkan penulis untuk menemukan data dan informasi dalam
penelitian ini guna memecahkan masalah yang telah dipaparkan untuk itu
akan menguraikan secara rinci landasan berpikir yang dijadikan pegangan
38
BAB III
PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Biografi Pengarang
1. Biografi Andrea Hirata
Andrea Hirata, pengarang novel terkenal Laskar Pelangi, oleh orang
tuanya diberi nama lengkap Andrea Hirata Seman Said Harun. Ia lahir pada
24 Oktober 1967 di Pulau Belitong, Provinsi Bangka Belitung.
(http://penerbitanbuku.wordpress.com/2007/11/23/profil-andrea-hirata/. Diakses
pada 6 Juni 2010 pukul 11:00 WIB.)
Terlahir sebagai anak keempat dari pasangan N.A. Masturah dan
Seman Said Harun, Andrea Hirata menghabiskan masa kecilnya di Belitong.
Setamat sekolah menengah atas (SMA) Negeri Manggar, ia merantau ke
Jawa, melanjutkan studi di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Setelah menyelesaikan Strata satu (S1) pada Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia, Andrea mendapatkan beasiswa Uni Eropa untuk studi
Master of Science di Universite de Paris, Sorbonne, Prancis dan Sheffield
Hallam University, Inggris.
Meskipun studi mayor yang diambil Andrea adalah ekonomi, ia
39
Andrea lebih mengidentikkan dirinya sebagai seorang akademisi dan
backpacker. Mimpinya yang belum menjadi kenyataan adalah tinggal di Kye
Gompa, desa di Himalaya.
Dalam buku Andrea Hirata (kover belakang), tesis Andrea di bidang
ekonomi telekomunikasi mendapat penghargaan dari kedua universitas
tersebut dan ia lulus cum laude. Sampai tahun 2010 ini, Andrea tinggal di
Bandung dan masih bekerja di kantor pusat PT Telkom.
Akan tetapi, tidak buku ekonomi telekomunikasi tersebut yang
menjadikan Andrea dikenal. Ia malah terkenal sebagai penulis fiksi, lewat
novel pertamanya berjudul Laskar Pelangi.
Awalnya, Andrea tidak pernah meniatkan naskah Laskar Pelangi
untuk dikomersilkan lewat industri buku. Ia menulis memoar itu untuk
dipersembahkan sebagai kado ulang tahun bagi gurunya tercinta, Muslimah
Hafsari Hamid. Akan tetapi, sahabat di masa kecilnya, Arai secara
bersembunyi-sembunyi menyerahkan naskah itu kepada Penerbit Bentang.
Kesuksesan Laskar Pelangi juga terlihat dari penjualan buku tersebut
di negeri Malaysia. Dalam edisi bahasa Melayu di Malaysia, buku itu menjadi
best seller.
Laskar Pelangi juga telah membuat Andrea layaknya semacam
selebritis di jagad sastra. Ia sering diundang untuk mengisi seminar dan
40 2. Karya-karya Andrea Hirata
Perjalanan riwayat kepenulisannya, Andrea telah menghasilkan lima
karya tulisan dalam bentuk buku. Buku pertama yang ditulis Andrea adalah
buku ilmiah berjudul The Science of Business pada tahun 2003. Buku
tersebut merupakan buku teori ekonomi telekomunikasi pertama yang ditulis
oleh orang Indonesia. Buku yang diadaptasi dari tesisnya ke dalam Bahasa
Indonesia itu telah beredar dan menjadi referensi Ilmiah.
Menurutnya, buku ilmiah tersebut menjadi semacam pembayar
kewajiban moralnya kepada Uni Eropa, lembaga yang memberinya beasiswa
kuliah di Sorbonne (Prancis) dan Sheffield (Inggris).
Tidak hanya karya buku ilmiah. Andrea juga menuliskan karya tulisan
fiksi berupa novel yang dikenal dengan sebutan tetralogi Laskar Pelangi.
Adapun tetralogi novel tersebut di antaranya adalah sebagai berikut.
a. Laskar Pelangi
Novel pertamanya yang berjudul Laskar Pelangi merupakan buku
pertama dari Tetralogi novel-novelnya. Novel yang ditulis berdasarkan
memoar masa kecilnya itu diterbitkan oleh Bentang Pustaka pada tahun
2005. Laskar Pelangi termasuk novel yang ada di jajaran best seller untuk
tahun 2006 - 2007. Buku ini tercatat sebagai buku sastra Indonesia terlaris
sepanjang sejarah.88 Laskar Pelangi bercerita tentang kehidupan 10 anak
dari keluarga miskin yang bersekolah (SD dan SMP) di sebuah sekolah
41
Pelangi adalah sebutan yang diberikan oleh gurunya kepada kesepuluh
anak tersebut yang gemar memandangi pelangi. Anggota Laskar Pelangi
bertambah seoarang yang bernama Flow, seorang murid pindahan.
Keterbatasan tidak membuat mereka putus asa, tetapi malah membuat
mereka terpacu untuk dapat melakukan sesuatu yang lebih baik. (Andrea
Hirata, 2009: 47).
Novel ini menceritakan sekolah dasar di desa Gantung, Belitung
Timur yang terancam dibubarkan jikalau tidak memperoleh 10 siswa baru.
Pada hari akhir pendaftaran, baru sembilan anak yang mendaftar. akan
tetapi tepat ketika sang kepala sekolah hendak berpidato menutup sekolah,
seorang anak datang menyelamatkan sekolah dari ancaman penutupan.
Di kelas miskin itu ditemukannya bakat luar biasa Mahar dan
kecerdasan Lintang. Pengalaman cinta pertama Ikal, sampai pertaruhan
nyawa Lintang yang mengayuh sepeda 80 kilometer pulang-pergi dari
rumahnya ke sekolah menjadi bagian menarik dalam novel.
Laskar Pelangi mengarungi hari-hari menyenangkan, tertawa dan
menangis bersama. Kisah sedih terjadi ketika Bakri, salah seorang guru di
sekolah tersebut memutuskan berhenti mengajar, wafatnya kepala sekolah,
Harfan. Dalam keadaan penuh keterbatasan dan kendala, anak-anak Laskar
Pelangi mampu mengharumkan nama sekolah, yaitu menjuarai lomba
42
Muhammadiyah berhasil mengalahkan kualitas sekolah kaya, Sekolah
Dasar PN Timah yang terkenal.
Kisah sepuluh kawanan ini berakhir dengan kematian ayah
Lintang, sehingga ia terpaksa putus sekolah. Dua belas tahun kemudian,
Ikal yang berjuang di luar pulau Belitong kembali ke kampungnya. Ia
berhasil mendapatkan beasiswa kuliah ke luar negeri, Prancis.
Pada tahun 2008, naskah Laskar Pelangi diadaptasi menjadi sebuah
film yang berjudul sama. Film Laskar Pelangi diproduksi oleh Miles Films
dan Mizan Production, dan digarap oleh sutradara Riri Riza. Skenario
adaptasi ditulis oleh Salman Aristo dibantu oleh Riri Riza dan Mira
Lesmana. Film ini penuh dengan nuansa lokal Pulau Belitong, baik dialek,
lokasi syuting maupun aktornya.
b. Sang Pemimpi
Sukses menghadirkan novel Laskar pelangi, Andrea kemudian
menuliskan sekuelnya, Sang Pemimpi. Sang Pemimpi adalah novel kedua
dalam tetralogi Laskar Pelangi karya Andrea Hirata yang diterbitkan oleh
Bentang Pustaka pada Juli 2006. Dalam novel ini Andrea mengeksplorasi
hubungan persahabatan dan persaudaraan antara Ikal dan Arai.
Dalam Sang Pemimpi, Andrea bercerita tentang kehidupan ketika
masa-masa sekolah menengah atas (SMA). Tiga tokoh utamanya adalah
Ikal, Arai dan Jimbron. Arai adalah saudara jauh yang yatim piatu yang
43
dan akhirnya menjadi saudara angkat Ikal. Sementara Jimbron adalah
seorang yatim piatu yang terobsesi dengan kuda dan gagap apabila sedang
antusias terhadap sesuatu atau ketika gugup.
Ketiganya dalam kisah persahabatan yang terjalin dari kecil sampai
mereka bersekolah di SMA Negeri Manggar, SMA pertama yang berdiri
di Belitung bagian timur. Hidup mandiri terpisah dari orang tua dengan
latar belakang kondisi ekonomi yang sangat terbatas namun punya
cita-cita besar, sebuah cita-cita-cita-cita yang bila dilihat dari latar belakang kehidupan
mereka, hanyalah sebuah mimpi. Di pagi hari, mereka bersekolah, dan
bekerja sebagai kuli di pelabuhan ikan pada dini harinya. Jimbron, Ikal,
dan Arai berpisah setelah lulus SMA. Mereka berpisah ketika meneruskan
kuliah di Jakarta. Akan tetapi, ketika di Prancis Ikal kembali bertemu salah
satu dari mereka, Arai.
Naskah Sang Pemimpi juga diadaptasi menjadi film dengan judul
yang sama. Film kembali diproduksi oleh tim yang sama dengan film
Laskar Pelangi yaitu Miles Films dan Mizan Production. Film di rilis
tahun 2010. ( http://id.wikipedia.org/wiki/Sang_Pemimpi. Diakses pada 6 Juni 2010 pukul 15:00 WIB.)
c. Edensor
Edensor adalah buku novel ketiga karya Andrea Hirata yang